EKONOMI KERAKYATAN dalam praktek :
USAHATANI
JATI UNGGUL
POLA BAGI HASIL
5
TAHUN PANEN
Oleh :
Hariyono Soeroso & Dibyo Poedjowadi Soetardjo
UNIT USAHA BAGI HASIL
KOPERASI PERUMAHAN WANABAKTI NUSANTARA (UBH-KPWN) JAKARTA
Cetakan I : Agustus 2006
Cetakan II : Desember 2006
Cetakan III : Juli 2007
Cetakan IV : Oktober 2008
Cetakan V : Juli 2009
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, bahwa sangat banyak tanggapan, minat, dan dukungan terhadap Usahatani Jati Unggul Pola Bagi Hasil (UJU-PBH). Untuk memenuhi permintaan dan masukan dari berbagai pihak maka booklet ini kami cetak ulang (cetakan V) dengan beberapa perubahan sesuai dengan kondisi saat ini. Dengan demikian, kesalahan-kesalahan yang terjadi pada cetakan sebelumnya, telah diperbaiki dalam cetakan ini.
Perkembangan penanaman Jati JUN Pola Bagi Hasil sampai dengan awal 2009 sebanyak 466.820 pohon dan sampai dengan 5 tahun pertama (s/d tahun 2012) direncanakan sebanyak 2.000.000 pohon. Masukan dari para peminat dan pemerhati sangat kami harapkan, untuk pengembangan kegiatan Usahatani Jati Unggul Pola Bagi Hasil (UJU-PBH) lebih baik.
Atas perhatian dan dukungannya, kami ucapkan banyak-banyak terimakasih.
Jakarta, 07 Juli 2009 Direktur Utama
Ir. Harivono Soeroso. MS
Daftar Isi
Kata Pengatar ... i
Dartar Isi ... ii
1. Pendahuluan ... 1
2. Alternatif Solusi ... 2
3. Investor (Mitra Usaha) ... 3
4. Peranan Investor (Mitra Usaha) ... 7
5. Peranan Lembaga Fasilitator (UBH-KPWN) ... 8
6. Peranan Petani Penggarap ... 9
7. Peranan Perangkat Desa ... 10
8. Persyaratan Tempat Tumbuh & Luas Lahan ... 11
9. Tabel 1 : Biaya Investasi Penanaman Jati Unggul Nusantara (JUN) per Pohon dalam 5 tahun ... 12
10. Tabel 2 : Beban Resiko Kematian Tanaman Bagi Para Pihak (Pola Bagi Hasil dengan Petani Swakarsa dll) .... 17
11. Tabel 3 Beban Resiko Kematian Tanaman Bagi Para Pihak (Pola Bagi Hasil dengan Petani Penggarap dll) .. 18
12. Tabel 4 : Prosentase Bagi Hasil Bagi Para Pihak (Pola Bagi Hasil dengan Petani Swakarsa dll) ... 19
13. Tabel 5 : Prosentase Bagi Hasil Bagi Para Pihak (Pola Bagi Hasil dengan Petani Penggarap dll) ... 20
14 Tabel 6 : Penghasilan Investor (Mitra Usaha) Usahatani Jati Unggul Pola Bagi Hasil (UJU-PBH) ... 21
15. Keuntungan Lain ... 22
16. Tabel 7 : Penghasilan Petani Swakarsa Usahatani Jati Unggul Pola Bagi Hasil (UJU-PBH) ... 25
17. Tabel 8 : Penghasilan Para Pihak dalam Pola Bagi Hasil dengan Petani Penggarap & Pemilik Lahan (bila volume perpohon 0,20 m3) Usahatani Jati Unggul Pola Bagi Hasil (UJU-PBH) ... 26
18. Tabel 9 : Penghasilan Para Pihak dalam Pola Bagi Hasil dengan Petani Penggarap & Pemilik Lahan (bila volume perpohon 0,30 m3) Usahatani Jati Unggul Pola Bagi Hasil (UJU-PBH) ... 27
19. Kriteria Lembaga Fasilitator (UBH-KPWN) ... 28
20. Koperasi Perumahan Wanabaki Nusantara (KPWN) .... 29
21 . Penutup ... 32
1
Pendahuluan
• Peternakan telah berhasil mempercepat umur produksi komoditinya. Contoh : Ayam yang dahulu umur 7 bulan baru bisa dipotong dan dikonsumsi, sekarang dengan menggunakan bibit unggul dan makanan khusus ayam umur 35 hari sudah dapat dipotong dan dikonsumsi. Apa rahasianya? Ada 3 hal utama yang mendukungnya, yaitu : 1) menggunakan bibit unggul; 2) diberi makanan berkualitas unggul; 3) dirawat secara intensif. Demikian juga yang terjadi pada komoditi lain.
• Kehutanan saat ini telah mempunyai bibit jati unggul yaitu Jati Plus Perhutani (JPP) yang kemudian oleh PT. Setyamitra dan KPWN berhasil "diinduksi" perakarannya menjadi akar tunggang majemuk, sehingga perakarannya kokoh dan batang cepat besar namun tidak mudah roboh. Bibit jati unggul tersebut diberi nama dagang : Jati Unggul Nusantara (JUN).
• Disamping itu, saat ini telah banyak diproduksi pupuk organik dan anorganik yang dapat mendukung kebutuhan "nutrisi" jati unggul, sehingga pertumbuhan jati unggul cepat besar.
• Dengan menggunakan bibit JUN, dipupuk dengan cukup dan benar, serta dirawat secara intensif, maka JUN umur 6 bulan dapat mencapai tinggi ≥ 4 m; umur 2 tahun tinggi ≥ 8 m dan diameter 10 cm; umur 5 tahun tinggi ≥15m dan diameter min. 20 cm.
• Dibidang industri perkayuan juga telah berhasil mengolah kayu Jati diameter min. 20 cm menjadi furniture dan veneer.
• Dengan memanfaatkan teknologi budidaya dan industri tersebut, maka umur panen jati yang semula 20 tahun bisa dipercepat menjadi 5 th karena telah mencapai diameter min. 20 cm dan sudah ada pasar.
• Adanya percepatan produksi dan peluang pasar tersebut, jelas akan lebih mendorong minat petani untuk menanam jati, bukan lagi sebagai tanaman sampingan tetapi menjadi tanaman pokok atau menjadikan jati sebagai unit usahatani.
• Masalahnya : Bagaimana meningkatkan kemampuan petani yang punya kemauan (petani swakarsa) tetapi tidak punya dana, agar menjadi punya kemampuan pendanaan (petani swadaya)???
2
Alternatif Solusi
1. Subsidi pemerintah
Masalahnya : Kemampuan pemerintah terbatas dan dapat Menjadikan mental petani hanya menunggu bantuan gratis dan tidak ada tanggungjawab atas kegagalan.
2. Pinjaman bank
Masalahnya : petani belum terbiasa pinjam bank dan tidak memiliki Agunan yang dapat diterima bank, karena tanah miliknya pada umumnya Belum bersertifikat, bahkan ada yg hanya sebagai petani penggarap, disamping itu bank juga masih belum punya skim usahatani jati.
3. Kerjasama dengan Investor (Mitra Usaha)
Dimaksudkan agar Investor mendukung petani yang punya kemauan tetapi tidak punya kemampuan pendanaan dengan prinsip saling menguntungkan.
Masalahnya: Apakah Investasinya aman dan menguntungkan ? Dari ketiga alternatif solusi tersebut, maka alternatif ketiga (kerjasama dengan investor) menjadi pilihan yang dikembangkan. Dalam kerjasama ini, ada 5 (lima) pihak yang bekerjasama yaitu : Investor, Petani Pengarap, Pemilik Lahan, Perangkat Desa dan Lembaga Fasilitator (UBH-KPWN).
KEJUJURAN
SYARAT MUTLAK
KEBERHASILAN
3
Investor
(Mitra Usaha )
Ragam Investor (Mitra Usaha) : 1. Punya uang dan lahan. 2. Punya uang tidak punya lahan
(Lahan milikorang lain). Upaya pengamanan Investasi :
1. Adanya petani di lokasi, sehingga ada yang merawat dan mengamankan tanaman jati dilapangan. Petani disamping menerima bibit dan pupuk, juga mendapat upah pembuatan lubang, pemupukan, penanaman, pemeliharaan dan pengamanan.
2. Petani punya tanggung jawab resiko kematian/kehilangan (M) terbesar dibanding para pihak yang lain (0,5 x M%), sehingga petani akan berusaha kuat mencegah kematian.
3. Melibatkan perangkat desa untuk penggerakan, pengawasan, dan pengamanan, dengan imbalan mendapat bagian hasil {(10% - resiko kematian) x T (yang ditanam)}. Tanggung jawab resiko kematian/kehilangan (0,2xM%).
4. Adanya tenaga pendamping selama 5 tahun yang melakukan bimbingan teknis kepada petani dan melakukan pengamatan tiap pohon, dengan imbalan memadai dan diberi bonus bagian hasil panen oleh lembaga fasilitator.
ADALAH : pihak yang menanamkan modal (penyandang dana) untuk digunakan usahatani jati
unggul dengan pola bagi hasil melalui lembaga fasilitator/pedampingan dan memperoleh bagian
4
5. Adanya lembaga fasilitator (UBH-KPWN) yang bertanggungjawab terhadap :
> Pembinaan, pengendalian dan pengawasan tenaga pendamping.
> Pengelolaan dana dari investor untuk pengadaan bahan (bibit dan pupuk berkualitas), upah tenaga, dan managemen fee.
> Pencapaian standart hasil yang telah disepakati, tidak hanya
prosentase jadi tanaman, tetapi besarnya diameter dan tinggi rata-rata pohon yang akan dicapai pada tahap tertentu. Dan apabila tidak mencapai standar hasil yang disepakati, lembaga fasilisator bertanggungjawab membayar kerugian. > Penerapan sistem "trees management" (managemen pohon
per pohon) bukan "land/ forest management".
> Penerbitan "sertifikat Investor", yang menyatakan nilai
investasi, jumlah pohon, lokasi tanaman, tahun panen, bagian hasil panen, dll.
> Pelaporan secara periodik perkembangan tanaman kepada investor dan pengelolaan keuangan yang setiap tahun diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP).
> Menanggung sebagian resiko kematian/kehilangan tanaman = (0,3 x M%) diambil dari bagian hasil yang didapat, sehingga bagian hasil panen menjadi {15%-(0,3 x M%)} x T (yang ditanam).
5
PEMBIBITAN JATI UNGGUL NUSANTARA (JUN)
KERJASAMA PERUM PERHUTANI, PT. SETYAMITRA BHAKTIPERSADA
KOPERASI PERUMAHAN WANABAKTI NUSANTARA (KPWN)
6
ASAL INDUK (MATERIAL GENETIKA) BIBIT JUN
7
Peranan Investor
(Mitra Usaha)
1. Mendukung pembiayaan yang disalurkan kepada lembaga fasilitator (UBH-KPWN) sebagai modal/investasi dalam rangka usahatani jati unggul pola bagi hasiI.
2. Melalui Kantor Akuntan Publik, setiap tahun sekali dilakukan pemeriksaan pengelolaan dana yang dikelola oleh Lembaga Fasilitator (UBH-KPWN).
3. Meninjau ke lokasi penanaman jati unggul, disamping untuk mengecek tanaman jati, juga bermanfaat untuk menjalin persaudaraan (silaturahmi) dengan petani.
Atas peran tersebut, jika investor melakukan investasi Rp 65 juta untuk 1000 pohon, maka akan mendapat bagian hasil 40% pada waktu panen (5 tahun kemudian) atau mendapat penghasilan minimal Rp 220 juta (lihat tabel 6), jika harga JUN waktu panen mencapai Rp. 550.000,- per pohon. Tetapi jika investor juga sebagai pemilik lahan, maka penghasilan tersebut masih ditambah bagian hasil 10% = Rp 55 juta (volume 0,20 m/pohon) atau Rp 82,5 juta volume 0,30 m/pohon. (lihat tabel 8 dan 9).
INVESTOR tidak ikut menanggung resiko bila
ada kematian atau kehilangan tanaman JUN
Pola Bagi Hasil karena tidak berhubungan
langsung dengan pemeliharaan dan
pengamanan tanaman JUN.
8
Peranan Lembaga Fasilitator
(UBH-KPWN)
1. Sosialisasi dalam rangka mendapatkan peserta (petani, lahan dan investor).
2. Menyediakan tenaga pendamping:
> Tiap 15.000 sampai 20.000 pohon menyediakan 1 (satu) tenaga pendamping.
> Tiap 150.000 sampai 200.000 pohon menyediakan 10 pendamping + 1 (satu) supervisor.
3. Mengelola dana dari investor digunakan untuk membayar upah petani, menyediakan bibit jati unggul berkualitas dan pupuk organik maupun anorganik yang bagus, sosialisasi ke calon petani dan investor, membayar tenaga pendamping, administrasi, pengawasan, koordinasi, penerbitan sertifikat, ikatan perjanjian dengan para pihak, dll yang berkaitan dengan pengelolaan usahatani jati unggul pola bagi hasil.
4. Monitoring, pembinaan dan pengawasan terhadap kinerja tenaga pendamping.
5. Melaporkan secara periodik perkembangan tanaman.
6. Setiap tahun sekali dilakukan audit keuangan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP)
9
Peranan Petani Penggarap
Melakukan:
1. Membuat lubang tanaman (40cmx40cmx40cm).
2. Memupuk dengan pupuk organik dan atau anorganik sebelum penanaman.
3. Menanam bibit jati unggul.
4. Melakukan penyiangan/pendangiran dan pemupukan lanjutan. 5. Melakukan pemeliharaan.
6. Mengamankan jati unggul yang ditanam dari gangguan : > Hama dan penyakit.
> Ternak. > Api/kebakaran.
> Gangguan dari tanaman lain.
> Pencurian/pengrusakan oleh manusia. > Dan gangguan lainnya.
Petani mendapat upah (pembuatan lubang, pemupukan, penanaman, pendangiran, pemeliharaan dan pengamanan) dan menerima bibit jati unggul. pupuk organik dan anorganik serta bimbingan teknis dari lembaga pendamping/fasilitator. Disamping mendapat upah, petani penggarap yang sekaligus sebagai pemilik lahan akan mendapat bagian hasil panen sebesar 35% (lihat label 7). Jika hanya sebagai petani penggarap bagian hasilnya 25% (lihat tabel 8
10
Peranan Perangkat Desa
1. Menjamin kebenaran pemilikan lahan. 2. Membantu sosialisasi kepada masyarakat.
3. Membantu pengawasan terhadap kinerja petani dan tenaga pendamping.
4. Membantu pengamanan.
Atas peran tersebut maka kas Desa mendapat penghasilan dari lembaga fasilitator sebanyak Rp. 500,-per pohon per tahun selama 5 tahun dan mendapat bagian hasil panen sebesar 10% (bila hidup semua), tetapi juga ikut menanggung beban resiko bila ada kematian/hilangnya tanaman.
Pada waktu panen, KAS DESA akan mendapat penghasilan Rp 550 juta sampai Rp 825 juta (bila ditanam 10.000 pohon di desa tersebut dan hidup semua). Lihat tabel 8 dan tabel 9 dikalikan 10. Kiranya tidak terlampau sulit dalam 1 (desa) menanam 10.000. pohon atau setara dengan 10 hektar.
Pengaturan penggunaan bagian hasil panen untuk kas desa, diatur lebih lanjut dalam Peraturan Desa (Perdes).
Perakaran Jati dari biji Perakaran Jati dari
11
Persyaratan Tempat Tumbuh dan Luas Lahan
1. INDIKATOR UMUM
Didaerah tersebut terdapat tanaman Jati tumbuh dengan baik. 2. PERSYARATAN KHUSUS
a. Bukan lahan sawah.
b. Tidak tergenang air/banjir/becek setelah hujan. c. Tidak ternaungi pepohonan atau bangunan. d. Tanah berkapur dan subur.
e. Ketinggian maksimum 400m diatas permukaan laut (dpl). 3. STATUS LAHAN
a. Status kepemilikan lahan disertai dengan surat bukti syah. b. Tanah sewa dari pihak lain, minimal masa sewa 6 tahun. c. Tidak akan dipindah tangankan kepada pihak lain selama
minimal 6 tahun.
e. Tidak dalam sengketa, baik sudah atau belum diproses hukum.
4. LUAS LAHAN DAN JUMLAH TANAMAN
a. Luas lahan minimum 1000 m2 per petani dapat berupa pekarangan sekitar rumah/sekolah/asrama/pondok pesantren, tegalan dll.
b. Jarak tanam 2m x 5m.
c. Jumlah tanaman JUN per Desa minimal 5.000 pohon. d. TiapTenaga Pendamping mengelola 15.000-20.000 pohon.
- PEMILIK LAHAN tidak ikut menanggung resiko bila ada kematian atau kehilangan tanaman JUN Pola Bagi Hasil karena tidak berhubungan langsung dengan pemeliharaan dan pengamanan tanaman JUN.
- Setelah ditebang TONGGAK JUN menjadi milik PEMILIK LAHAN, yang dapat dipelihara “trubusannya” sampai dapat ditebang lagi.
12
Tabel 1 : BIAYA INVESTASI PENANAMAN JATI UNGGUL NUSANTARA (JUN)
POLA BAGI HASIL PER POHON DALAM 5 TAHUN *)
No URAIAN TAHUN KE JUMLAH
I II III IV V
I BIAYA TANAMAN
1. Bahan ( Bibit, Pupuk, Obat-obatan & Peralatan)
2. Tenaga (Penanaman, Pemeliharaan, Pembinaan Kelompok Tani,
Pengawasan & Pengamanan)
9.500 4.000 5.500 3.000 4.000 3.500 2.000 4.000 - 4.500 21.000 19.000 Jumlah 13.500 8.500 7.500 6.000 4.500 40.000 II BIAYA MANAGEMEN :
1. Biaya Manajemen Lapangan 2. Biaya Manajemen Kantor
3.500 3.000 3.250 1.500 3.250 1.500 3.000 1.500 3.000 1.500 16.000 9.000 Jumlah 6.500 4.750 4.750 4.500 4.500 25.000 Jumlah Total 20.000 13.250 12.250 10.500 9.000 65.000
INVESTASI RP. 6,5 JUTA UNTUK 100 POHON DALAM 5 TAHUN
13
Uji coba berbagai klon Pohon Jati (umur 4 tahun)
16
17
Tabel 2 : Beban Resiko Kematian Tanaman Bagi Para Pihak
Pola Bagi Hasil dengan Petani Swakarsa dll (Petani sebagai pemilik lahan & penggarap)
PARA PIHAK BEBAN
TANGGUNGJAWAB PARA PIHAK PADA TINGKAT KEMATIAN 10 % 20 % 30 % 40 % 50 % 1. Petani Swakarsa 0,5 x M% 5 % 10 % 15 % 20 % 25 % 2. Investor 0 % 0 % 0 % 0 % 0 % 0 % 3. Desa 0,2 x M% 2 % 4 % 6 % 8 % 10 % 4. Fasilitator (UBH-KPWN) 0,3 x M% 3 % 6 % 9 % 12 % 15 %
- Kalau kematian sampai 50 %, maka pihak petani, desa dan fasilitator tidak mendapat bagian hasil panen - M = angka prosen kematian.
18
Tabel 3 : Beban Resiko Kematian Tanaman Bagi Para Pihak
Pola Bagi Hasil dengan Petani Penggarap dll (Petani bukan sebagai pemilik lahan)
PARA PIHAK BEBAN
TANGGUNGJAWAB PARA PIHAK PADA TINGKAT KEMATIAN
10 % 20 % 30 % 40 % 50 % 1. Petani Penggarap 0,5 x M% 5 % 10 % 15 % 20 % 10% 2. Investor 0 % 0 % 0 % 0 % 0 % 0% 3. Pemilik Lahan 0 % 0 % 0 % 0 % 0 % 0 % 3. Desa 0,2 x M% 2 % 4 % 6 % 8 % 10% 4. Fasilitator (UBH-KPWN) 0,3 x M% 3 % 6 % 9 % 12 % 15 %
- Kalau kematian sampai 50 %, maka pihak petani, desa dan fasilitator tidak mendapat bagian hasil panen - M = angka prosen kematian.
19
Tabel 4 : Prosentase Bagian Hasil Para Pihak
Pola Bagi Hasil dengan Petani Swakarsa dll (Petani sebagai pemilik lahan & penggarap)
PARA PIHAK BAGIAN HASIL PADA TINGKAT KEMATIAN
0 % 10 % 20 % 30 % 40 % 50 %
1. Petani Swakarsa 35 % 30 % 25 % 20 % 15 % 10 %
2. Investor 40 % 40 % 40 % 40 % 40 % 40 %
3. Desa 10 % 8 % 6 % 4 % 2 % 0 %
4. Fasilitator (UBH-KPWN) 15 % 12 % 9 % 6 % 3 % 0 % JUMLAH BAGIAN HASIL 100 % 90 % 80 % 70 % 60 % 50 %
Prosentase bagi hasil tersebut x jumlah ditanam x Vol. rata-rata per pohon = bagi hasil (m3) yang diterima masing-masing pihak.
Bagian hasil fasilitator, sebagian untuk tenaga Pendamping. Bagian hasil pihak Desa, untuk pembangunan desa dan sebagian untuk aparat keamanan yang membantu desa tersebut. Besarnya bagian pendamping dan aparat keamanan diatur tersendiri.
20
Tabel 5 : Prosentase Bagi Hasil Para Pihak
Pola Bagi Hasil dengan Petani Penggarap dll
PARA PIHAK BEBAN
TANGGUNGJAWAB PARA PIHAK PADA TINGKAT KEMATIAN 0 % 10 % 20 % 30 % 40 % 50 % 1. Petani Penggarap 0,5 x M% 25 % 20 % 15 % 10 % 5 % 0% 2. Investor 0 % 40 % 40 % 40 % 40 % 40 % 40 % 3. Pemilik Lahan 0 % 10 % 10 % 10 % 10 % 10 % 10 % 3. Desa 0,2 x M% 10 % 8 % 6 % 4 % 2 % 0 % 4. Fasilitator (UBH-KPWN) 0,3 x M% 15 % 12 % 9 % 6 % 3 % 0 % JUMLAH BAGI HASIL 100 % 90 % 80 % 70 % 60 % 50 %
Prosentase bagian hasil tersebut x jumlah ditanam x Vol. rata-rata per pohon = bagian hasil (m3) yang diterima masing-masing pihak.
21
Tabel 6 : Penghasilan investor (Mitra Usaha)
Usahatani Jati Unggul Pola Bagi Hasil (UJU-PBH)
Investasi : Rp 65.000.000,- selama 5 tahun
Ditanam 1000 phn, jarak tanam 5m x 2m, luas lahan = 1 ha.
ASUMSI PRODUKSI
PER POHON URAIAN HASIL
PENGHASILAN PADA TINGKAT KEMATIAN
0% 10% 20% 30% 40% 50% 0,20 m3 Diameter = 20 cm Tinggi Batang Bebas Cabang = 6,5 m PENGHASILAN (X Rp. JUTA) 220 220 220 220 220 220 KEUNTUNGAN (%) 238 238 238 238 238 238 0,30 m3 Diameter = 22 cm Tinggi Batang Bebas Cabang = 8 m PENGHASILAN (X Rp. JUTA) 330 330 330 330 330 330 KEUNTUNGAN (%) 407 407 407 407 407 407
22
Keuntungan Lain
1. Membuka kesempatan kerja bagi:
- Tenaga Pendamping (S1 & D3) satu orang untuk setiap 15.000 - 20.000 pohon selama 5 tahun.
- Tenaga Supervisor (51 & D3) berpengalaman satu orang untuk setiap 80.000 -120.000 pohon selama 5 tahun.
2. Membuka lapangan kerja bagi petani dan meningkatkan kesejahteraan petani.
3. Meningkatkan pendapatan KAS DESA, untuk pembangunan desa kesejahteraan perangkat desa dan aparat keamanan di pedesaan.
4. Memperbaiki kondisi lingkungan, mencegah banjir dan erosi serta memperbaiki kondisi udara dan tata air.
5. Pemenuhan kebutuhan bahan baku industri perkayuan berarti membuka kesempatan kerja dan berusaha.
6. Mencegah urbanisasi dan lain-lain.
23
PERAKARAN TUNGGANG MAJEMUK
24
PRODUKSI BIBIT JATI UNGGUL NUSANTARA (JUN)
25
Tabel 7 : Penghasilan Petani Swakarsa
(Pemilik Lahan + Petani Penggarap)
Ditanam 1000 pohon, jarak tanam 5m x 2m, luas 1 ha Investasi oleh Investor (Mitra Usaha) Rp. 65 juta untuk 5 tahun
ASUMSI PRODUKSI PER POHON
BAGIAN HASIL PETANI DALAM LIMA TAHUN PADA TINGKAT KEMATIAN
0% 10% 20% 30% 40% 50%
0,20 m3 (x Rp Juta) Diameter = 20 cm
Tinggi Batang Bebas Cabang = 6,5 m
192,5 165 137,5 110 82,5 55
0,30 m3 (x Rp Juta) Diameter = 22 cm
Tinggi Batang Bebas Cabang = 8 m
288,75 247,5 206,25 165 123,75 82,5
Catalan : > disamping dapat bagian hasil kayu, petani juga dapat upah kerja Rp 14 juta dalam 5 tahun untuk 1000 pohon
yang ditanam
> Petani juga masih dapat hasil dari Tanaman tumpangsari
26
Tabel 8 : Penghasilan Para Pihak Dalam Pola Bagi
Hasil dengan Petani Penggarap dan Pemilik Lahan
(Vol. 0,20 m3 Pohon; diameter= 20 cm; tinggi bebas cabang = 6,5 m) Ditanam 1000 pohon, jarak tanam 5 m x 2 m, luas lahan 1 ha, Investasi Rp. 65 juta untuk 5 tahun, Asumsi harga jual Rp 2,75 juta/m3 pohon berdiri atau Rp 550.000,-/pohon.PARA PIHAK BAGIAN HASIL PADA TINGKAT KEMATIAN
0 % 10 % 20 % 30 % 40 % 50 % 1. Petani Penggarap 137,5 110 82,5 55 27,5 0 2. Investor 220 220 220 220 220 220 3. Pemilik Lahan 55 55 55 55 55 55 4. Desa 55 44 33 22 11 0 5. Fasilitator (UBH-KPWN) 82,5 66 49,5 33 16,5 0 Catalan : > Petani masih dapat tambahan upah Rp 14 juta + hasil tumpangsari.
> Pemilik lahan masih dapat tambahan bagi hasil dari tumpangsari dan tonggak tanaman.
27
Tabel 9 : Penghasilan Para Pihak Dalam Pola Bagi
Hasil dengan Petani Penggarap dan Pemilik Lahan
(Vol. 0,30 m3 Pohon; diameter= 22 cm; tinggi bebas cabang = 8 m)Ditanam 1000 pohon, jarak tanam 5 m x 2 m, luas lahan 1 ha, Investasi Rp. 65 juta untuk 5 tahun, Asumsi harga jual Rp 2,75 juta/m3 pohon berdiri atau Rp 550.000,-/pohon.
PARA PIHAK BAGIAN HASIL PADA TINGKAT KEMATIAN
0 % 10 % 20 % 30 % 40 % 50 % 1. Petani Penggarap 206,25 165 123,75 82,5 41,25 0 2. Investor 330 330 330 330 330 330 3. Pemilik Lahan 82,5 82,5 82,5 82,5 82,5 82,5 4. Desa 82,5 66 49,5 33 16,5 0 5. Fasilitator (UBH-KPWN) 123,75 99 74,25 49,5 24,75 0
Catalan : > Petani masih dapat tambahan upah Rp 14 juta + hasil tumpangsari.
> Pemilik lahan masih dapat tambahan bagi hasil dari tumpangsari dan tonggak tanaman.
28
Lembaga Fasilitator (UBH-KPWN)
1. Mempunyai kemampuan teknik budidaya intensif tanaman jati. 2. Dikenal dan dipercaya oleh calon investor.
3. Punya modal awal untuk mencari lokasi, calon petani peserta dan calon mitra usaha. Modal awal tersebut akan kembali kalau ada investor dalam jumlah yang cukup.
4. Mampu mengorganisir tenaga pendamping.
5. Mampu dan dapat dipercaya mengelola dana investor. 6. Mampu memasarkan hasil produksinya.
7. Mampu menjamin pengembalian modal + bunga bank kepada investor bila terjadi kegagalan usaha, karena kesalahan managemen oleh lembaga fasilitator (bukan karena bencana alam atau "force majoure").
29
Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara
(KPWN)
• Akte pendirian No.8295 Tgl. 25 Februari 1989.
• SK Menkop a UKM no.39/Pad/Meneg.1/XII/2002 Tgl. 02 Desember 2002.
• Dibawah binaan Departemen Kehutanan.
• Diurus oleh tenaga profesional dibidang kehutanan dan keuangan.
• Sekarang bergerak pada jasa pelayanan kredit perumahan dan kendaraan bermotor bagi PNS Departemen Kehutanan (15.000 debitur).
• Menjamin kerugian investor apabila tidak tercapai standar hasil yang disepakati karena kesalahan managemen oleh UBH-KPWN. • Pada tanggal 21 Desember 2006 melalui SK Ketua KPWN no.62/Kpts/KPWN-XII/2006 yang dikukuhkan dengan Akta Notaris No.12 tahun 2007 tanggal 24 Mei 2007, telah dibentuk Unit Usaha Bagi Hasil (UBH) KPWN yang bergerak khusus dalam pengembangan Usahatani Jati Unggul Pola Bagi Hasil (UJU-PBH).
JAMINAN : *)
• Bila volume kurang dari 0,20 m3/pohon, kekurangannya ditanggung UBH-KPWN.
• Bila ada kegagalan usaha karena kesalahan managemen, uang investor dikembalikan + bunga bank
30
USAHATANI JATI UNGGUL
POLA BAGI HASIL
PEMILIK LAHAN JUGA PETANI PENGARAP INVESTOR PERANGKAT DESA LEMBAGA FASILITATOR LAHAN TENAGA DANA KANTOR AKUNTAN PUBLIK
STATUS LAHAN RAK-WAS-KAM TENAGA PENDAMPING UPAH, BIBIT, PUPUK, DLL.
(35%)*
(15%)*
(40%)*
(10%)*
*Bagian Hasil Panen
catatan : Angka dalam prosen merupakan Prosentase bagi hasil apabila Hidup 100%
31 catatan : Angka dalam prosen merupakan Prosentase bagi hasil apabila Hidup 100% *Bagian Hasil Panen
USAHATANI JATI UNGGUL
POLA BAGI HASIL
PETANI PENGGARAP INVESTOR PERANGKAT DESA LEMBAGA FASILITATOR LAHAN TENAGA DANA KANTOR AKUNTAN PUBLIK
STATUS LAHAN RAK-WAS-KAM TENAGA PENDAMPING UPAH, BIBIT, PUPUK, DLL.
(10%)*
(15%)*
(40%)*
(10%)*
PEMILIK LAHAN(25%)*
32
Penutup
Kami ucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT karena hanya atas petunjuk, tuntunan, dan hidayahNya dapat disajikan tulisan ini.
Usahatani Jati Unggul Pola Bagi Hasil (UJU-PBH) sangat diharapkan mendapat dukungan dari berbagai pihak, karena hasilnya sangat menjanjikan dan mengingat kondisi petani yang perlu pertolongan, banyaknya pengangguran, kesulitan bahan baku industri perkayuan, kerusakan lingkungan. Disamping itu, kondisi biofisik di sebagian wilayah Indonesia sangat cocok untuk tanaman JUN dan untuk menjadi mitra usaha tidak perlu harus punya lahan dan uang banyak.
Unit UBH-KPWN sebagai lembaga usaha dibawah binaan Departemen Kehutanan bertindak sebagai lembaga fasilitator dengan tenaga-tenaga profesional dibidangnnya.
Jakarta, 07-07-2009
Alhamdulillahi Robbil alamin
INVESTASl Rp
6.500.000,-(enam juta lima ratus ribu rupiah) untuk 100 pohon @ Rp. 65.000,- Hasil 5 (lima) tahun kemudian :Rp 22.000.000,-
*)
(dua puluh dua juta rupiah)
33
SUSUNAN PENGURUS
KOPERASI PERUMAHAN WANABAKTI NUSANTARA
(KPWN)
PERIODE 2007 - 2012
BERDASARKAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.152/Menhut-ll/2009 TANGGAL 01 APRIL 2009
1. Pelindung : Menteri Kehutanan
2. Pembina : 1. Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan 2. Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan 3. Kepala Badan Planologi Kehutanan
4. Staf Ahli Menteri Kehutanan Bidang Ekonomi 3. Pengurus Harian :
A. Ketua : Ir. Dibyo Poedjowadi Soetardjo B. Wakil Ketua : Ir. E. Kosasih
C. Sekretaris : Ir. Hoesodo Sudarisman D. Wakil Sekretaris : Ir. Sulaeman Kusumahnegara D.Bendahara : Drs. Sri Sadono, MM
4. Badan Pemeriksa :
A. Ketua : Ir. Soewignyo Mangun Edris B. Anggota : 1. Ir. Suyono, MM
: 2. Ir. Hatnan Sasongko, MM
Sembilan Prinsip Dasar Kepribadian
Jajaran Unit UBH-KPWN :
1. Jujur
2. Visioner
3. Kerjasama
4. Adil
5. Tanggungjawab
6. Disiplin
7. Peduli
8. Profesional
9. Ihklas
34
PERKEMBANGAN KERJASAMA
2007- s/d Juni 2009
1. Jumlah Petani Peserta : 1892 kk 2. Jumlah Desa : 99 Desa 3. Jumlah Investor : 587 orang
4. Jumlah pohon Jati Unggul Nusantara (JUN) yang telah di tanam No. Kabupaten
Jumlah Pohon per Tahun
Jumlah Pohon 2007 (pohon) 2008 (pohon) 2009 (pohon) 1. Madiun - 1.000 7.070 8.070 2. Magetan 134.577 25.998 35.230 195.805 3. Ponorogo - 22.139 17.220 39.359 4. Ngawi - - 40.755 40.755 5. Kulonprogo - - 10.460 10.460 6. Bogor 17.731 12.220 40.120 70.071 7. Tangerang 1.364 936 - 2.300 8. Purwakarta 45.309 54.691 - 100.000 Jumlah 198.981 116.984 150.855 466.820
5. Kerjasama dengan pihak lain :
5.1. Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM), Magetan, Jawa Timur 5.2. Pesantren Al-Istiqomah, Madiun, Jawa Timur
5.3. Universitas Nusa Bangsa (UNB), Bogor, Jawa Barat 5.4. Universitas Merdeka (UNMER), Madiun, Jawa Timur 5.5. Puskopad “B” Mako Kopassus, Cijantung, Jakarta 5.6. Primkopad Yon 23 Kopassus, Bogor Jawa Barat 5.7. PT. Prasetya Teguh Abadi, Jakarta
5.8. PT. Setyamitra Bhaktipersada, Jakarta
5.8. PPAK (Pusat Pengembangan Akutansi & Keuangan) STAN 5.9. Tenaga Ahli
a. Hama dan Penyakit Tanaman : Dr. Ir. Witjaksono, MSc b. Pupuk Organik : Prof. Dr. Putu Kompiang
c. Bioteknologi (test DNA) : Dr. Ir. Jaka Widodo
35
DIREKSI UBH – KPWN
2007 – 2012
Direktur Utama
Nama : Ir. Hariyono Soeroso, MS Pendidikan : S1 Fakultas Kehutanan UGM
S2 Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB Bogor. Pengalaman Kerja :
1. Kepala Biro Humas Departemen Kehutanan 2. Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan
Propinsi Bengkulu.
3. Ketua LSM Gerbang Massa Nusantara
4. Ketua Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara
Direktur Keuangan merangkap Direktur Perencanaan & Tanaman
Nama : Ir. Rachmat Adjie
Pendidikan : S1 Fakultas Kehutanan IPB Pengalaman Kerja :
1. Kepala BRLKT Wilayah II di Padang
2. Direktur Bina Hutan Tanaman Ditjen BPK Dephut 3. Inspektur Wilayah I Itjen Departemen Kehutanan 4. Sekretaris KOPKARHUTAN Departemen Kehutanan
Direktur Umum merangkap Direktur Pemasaran
Nama : Mayjen. TNI (Purn) Sri Hardjendro Pengalaman Kerja :
1. Direktur Pembinaan Potensi Departemen Pertahanan Keamanan.
2. Anggota DPR. RI (Fraksi TNI/Polri) 3. Berbagai Lembaga Pendidikan di TNI-AD 4. Konsultan Pembinaan Personil dan Pengamanan
36 PENDAFTARAN INVESTOR
USAHATANI JATI UNGGUL NUSANTARA (JUN) POLA BAGI HASIL
Kepada Yth :
Direktur Utama Unit Usaha Bagi Hasil
Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (Unit UBH-KPWN) Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lantai 5.
Telp. 021-57902955; Fac. 57902755 Jl. Gatot Subroto-Senayan
Di Jakarta Pusat.
Dengan ini saya mendaftarkan sebagai Investor Usahatani Jati Unggul Nusantara (JUN) Pola Bagi Hasil, dengan rincian sebagai berikut :
1. Nama : ... 2. Tempat dan tanggal lahir : ...………...………...………… 3. Alamat : ...……….………..………...…… ...………….……..………...……… 4. Telpon/Hand phone/E-mail : Telp………..…… HP…...……… E-mail :...…………...……… 5. Banyaknya investasi : ...pohon x Rp. 65.000,-/pohon = Rp...,-
(………) 6. Dana tersebut pada butir 5, saya transfer ke rekening Koperasi Perumahan Wanabakti
Nusantara (KPWN) no. 102-0004602543 di Bank Mandiri KC Gedung Pusat Kehutanan Jakarta. (copy bukti terlampir)
7. Sebagai ahli waris investasi tersebut, saya tunjuk keluarga saya dengan urutan prioritas sebagai berikut :
1) Nama : ...……….. Tempat dan tanggal lahir : ………...……… Hubungan keluarga : ………...… 2) Nama : ………...… Tempat dan tanggal lahir : ………...…… Hubungan keluarga : ………...…… 3) Nama : ………...… Tempat dan tanggal lahir : ………...… Hubungan keluarga : ………...… Demikian pendaftaran saya dan diharapkan ada konfirmasi secepatnya.
Terima kasih.
..., ...………20.... Hormat saya