Informasi Dokumen
- Sekolah: Universitas
- Mata Pelajaran: Elektronika
- Topik: Dr. Wawan Setiawan, M.Kom.
- Tipe: Dokumen
Ringkasan Dokumen
I. Pendahuluan
Bagian pendahuluan buku ini membahas perkembangan pesat elektronika dan kompleksitasnya. Penulis menekankan pentingnya kerja keras, analisis, dan penelitian untuk memahami perkembangan tersebut. Perkembangan pesat ini membuat elektronika tampak seperti ‘belantara’ yang membingungkan, sehingga diperlukan pemahaman yang mendalam melalui kerja keras dan riset.
II. Sistem Analog dan Digital
Subbab ini memperkenalkan konsep besaran dalam sains dan teknologi, serta dua cara penyajiannya: analog dan digital. Contoh spedometer untuk sistem analog dan jam digital untuk sistem digital dijelaskan. Sistem analog memiliki nilai kontinyu, sementara sistem digital memiliki nilai diskrit. Buku ini menyoroti pergeseran menuju otomatisasi, minimisasi, dan digitasi dalam perangkat elektronika, disertai kelebihan digitasi seperti ketegasan data, kemudahan pengelolaan, ketahanan terhadap gangguan, dan konsumsi daya rendah. Kedua sistem saling melengkapi, masing-masing dengan kelebihan dan kekurangannya.
III. Sistem Bilangan
Bab ini membahas berbagai sistem bilangan yang digunakan dalam perangkat digital, terutama biner, oktal, desimal, dan heksadesimal. Desimal, meskipun umum, kurang efisien dalam mesin digital. Sistem biner, dengan hanya dua simbol (0 dan 1), paling mudah diterapkan. Buku ini menjelaskan sistem bilangan berbobot, di mana nilai angka bergantung pada posisinya relatif terhadap koma. Notasi dan konvensi untuk berbagai basis bilangan juga dibahas.
2.1 Basis-10 (Desimal)
Subbab ini menjelaskan sistem desimal (basis-10) dengan sepuluh simbol angka (0-9). Nilai bilangan desimal dinyatakan sebagai jumlah perkalian angka dengan pangkat 10 sesuai posisinya. Contoh diberikan untuk memperjelas perhitungan nilai bilangan desimal.
2.2 Basis-2 (Biner)
Subbab ini membahas sistem biner (basis-2) dengan dua simbol angka (0 dan 1). Nilai bilangan biner dikonversi ke desimal dengan menjumlahkan perkalian angka dengan pangkat 2 sesuai posisinya. Contoh konversi bilangan biner ke desimal diberikan.
2.3 Basis-8 (Oktal)
Subbab ini menjelaskan sistem oktal (basis-8) dengan delapan simbol angka (0-7). Nilai bilangan oktal dikonversi ke desimal dengan menjumlahkan perkalian angka dengan pangkat 8 sesuai posisinya. Contoh konversi bilangan oktal ke desimal diuraikan.
2.4 Basis-16 (Heksadesimal)
Subbab ini menjelaskan sistem heksadesimal (basis-16) dengan enam belas simbol angka (0-9 dan A-F). Nilai bilangan heksadesimal dikonversi ke desimal dengan menjumlahkan perkalian angka dengan pangkat 16 sesuai posisinya. Contoh konversi bilangan heksadesimal ke desimal disertakan.
2.5 Konversi (Pengubahan) Bilangan
Subbab ini membahas konversi antar sistem bilangan, meliputi konversi dari basis-n ke basis-10, basis-10 ke basis-n, dan basis-n ke basis-m. Konversi dari basis-n ke basis-10 telah dijelaskan sebelumnya. Buku ini menjabarkan metode konversi dengan cara kebalikan dan pembagian berulang.
2.6 Konversi Bilangan Basis-10 ke Basis-n
Subbab ini menjelaskan dua metode konversi bilangan desimal ke basis-n: metode kebalikan dan metode pembagian berulang. Contoh konversi bilangan desimal ke biner, oktal, dan heksadesimal diberikan untuk setiap metode. Konversi bilangan desimal tidak bulat juga dijelaskan.
2.7 Konversi Bilangan dari Basis-n ke Basis-m
Subbab ini membahas konversi bilangan dari basis-n ke basis-m (keduanya bukan basis-10) dengan menggunakan basis-10 sebagai perantara. Contoh konversi bilangan oktal ke basis-5 dan heksadesimal ke basis-12 diuraikan.
2.8 Operasi Bilangan
Subbab ini membahas operasi dasar bilangan (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian) dalam sistem biner dan basis-5. Tabel operasi untuk biner dan basis-5 diberikan. Operasi dalam sistem bilangan lain memiliki prinsip yang sama, namun dapat terasa lebih sulit karena ketidakbiasaan. Buku membahas representasi bilangan negatif menggunakan metode komplemen-1 dan komplemen-2.
IV. Sistem Sandi
Bab ini membahas bagaimana data biner diproses dan ditampilkan dalam bentuk yang lebih mudah dipahami manusia, seperti desimal atau huruf. Konsep encoder dan decoder dijelaskan, dengan contoh pengubahan tampilan kalkulator dari desimal ke biner dan sebaliknya. Sistem sandi BCD, Excess-3, Gray, dan ASCII dijelaskan secara rinci.
3.1 Sandi BCD (Binary Coded Decimal)
Subbab ini menjelaskan sandi BCD, yang merepresentasikan setiap digit desimal dengan 4 bit biner. Contoh konversi desimal ke BCD dan sebaliknya dijelaskan. Kelemahan dan keuntungan BCD juga dibahas.
3.2 Sandi Excess-3 (XS-3)
Subbab ini menjelaskan sandi Excess-3, yang mirip dengan BCD tetapi menambahkan 3 ke setiap digit desimal sebelum konversi biner. Contoh konversi desimal ke XS-3 diuraikan.
3.3 Sandi Gray
Subbab ini membahas sandi Gray, sebuah kode tak berbobot yang hanya mengubah satu bit pada setiap transisi digit. Konversi antara biner dan Gray dijelaskan, termasuk penggunaan gerbang EX-OR. Keunggulan sandi Gray dalam mencegah kesalahan transisi dibahas.
3.4 Sandi ASCII (American Standard Code for Information Interchange)
Subbab ini menjelaskan sandi ASCII, kode alfanumerik yang digunakan untuk merepresentasikan huruf, angka, dan simbol. Contoh penggunaan ASCII untuk merepresentasikan kata dan penggunaan bit paritas dibahas.
3.5 Bit Paritas
Subbab ini membahas penggunaan bit paritas untuk mendeteksi kesalahan pada transmisi data. Metode paritas genap dan ganjil dijelaskan. Kemampuan bit paritas dalam mendeteksi kesalahan tunggal dibahas, serta batasannya dalam mendeteksi kesalahan ganda.
V. Gerbang Logika Dasar
Bab ini membahas gerbang logika dasar (AND, OR, dan NOT) sebagai elemen pembangun sistem digital. Simbol dan tabel kebenaran untuk setiap gerbang dijelaskan. Konsep rangkaian logika kombinasional dan langkah-langkah perencanaannya juga diuraikan.
4.1 Gerbang AND
Subbab ini menjelaskan fungsi dan simbol gerbang AND, serta tabel kebenarannya. Keluaran gerbang AND bernilai 1 hanya jika semua masukan bernilai 1.
4.2 Gerbang OR
Subbab ini menjelaskan fungsi dan simbol gerbang OR, serta tabel kebenarannya. Keluaran gerbang OR bernilai 1 jika setidaknya satu masukan bernilai 1.
4.3 Gerbang NOT (Inverter)
Subbab ini menjelaskan fungsi dan simbol gerbang NOT, serta tabel kebenarannya. Gerbang NOT membalikkan nilai masukan (0 menjadi 1, dan sebaliknya).
4.4 Rangkaian Logika Kombinasional
Subbab ini memperkenalkan rangkaian logika kombinasional sebagai kombinasi gerbang-gerbang logika dasar. Langkah-langkah perencanaan rangkaian logika kombinasional dijelaskan, meliputi pernyataan masalah, penetapan variabel, tabel kebenaran, persamaan keluaran, dan implementasi rangkaian.
VI. Aljabar Boole dan Peta Karnaugh
Bab ini membahas aljabar Boole sebagai alat matematika untuk analisis dan desain rangkaian digital. Teorema-teorema aljabar Boole dijelaskan, dan aplikasinya dalam meminimalisasi rangkaian logika diuraikan.
5.1 Pengertian Aljabar Boole
Subbab ini memperkenalkan aljabar Boole dan perbedaannya dengan aljabar biasa. Hanya terdapat dua nilai (0 dan 1) dalam aljabar Boole, yang merepresentasikan keadaan tegangan tinggi dan rendah. Tiga operasi dasar aljabar Boole (OR, AND, dan NOT) dijelaskan.
5.2 Teorema dalam Aljabar Boole
Subbab ini menjelaskan teorema-teorema penting dalam aljabar Boole, termasuk teorema De Morgan. Teorema-teorema ini digunakan untuk menyederhanakan ekspresi aljabar Boole dan meminimalisasi rangkaian logika.
5.3 Meminimalisasi Rangkaian Logika Secara Analitis
Subbab ini membahas metode analitis menggunakan teorema-teorema aljabar Boole untuk meminimalisasi rangkaian logika. Tujuannya adalah mendapatkan konfigurasi rangkaian paling sederhana dan efisien.
Referensi Dokumen
- Dasar-Dasar Elektronika ( Fadeli AR. )
- Elektronika Dasar ( Fajar Purwanto HM. dkk. )
- Elektronika Dasar ( Nur Muhammad )
- Elektronika : Teori dan Penerapannya, Jilid 1 dan 2 ( Sutrisno )