• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak potensi sumber daya alam, salah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak potensi sumber daya alam, salah"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia adalah negara yang memiliki banyak potensi sumber daya alam, salah satunya adalah hasil tambangnya. Negara ini memiliki banyak hasil tambang diantaranya seperti emas, tembaga, belerang, dan sebagainya. Tambang yang dihasilkannya pun tidak dalam jumlah yang hanya sedikit, melainkan sangat banyak. Potensi tersebut kemudian dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai kepentingan. Manusia mengeksplorasi hasil tambang yang ada untuk dijadikan bahan dasar yang tentunya mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi. Dengan demikian, manusia mampu memperoleh keuntungan dari aktivitas pemanfaatan hasil tambang tersebut. Manusia mengekplorasi SDA dengan melakukan penambangan secara tradisional maupun modern. Akibatnya banyak perusahaan perusahaan penambangan di wilayah kaya SDA. Barang tambang memang memiliki daya jual yang tinggi karena keberadaannya yang tidak dapat diperbaharui. Selain itu, barang-barang tambang mempunyai nilai guna yang tinggi dalam berbagai hal, misalnya dalam pembuatan bahan dasar bangunan.

Kecamatan Licin, adalah salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Banyuwangi, yang di sana terdapat beberapa dusun dengan sebagaian besar masyarakatnya bekerja sebagai penambang belerang. Mereka melakukan penambangan di Kawah Ijen, yaitu kawah dari Gunung Ijen yang lokasinya tidak jauh dari kecamatan tersebut. Penambangan sudah dilakukan sejak sekitar tahun ‘80an. Pada awalnya para

(2)

penambang memperoleh informasi jika kawah dari gunung tersebut menghasilkan belerang yang dapat dimanfaatkan.Sejak itu, mereka mulai bekerja dengan memanfaatkan kekayaan alam tersebut.

PT Candi Ngrimbi adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam hal pengolahan barang tambang menjadi bahan dasar produk tertentu. Barang tambang yang diolah dalam perusahaan ini adalah belerang. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 1970-an. Keberadaan perusahaan tersebut kemudian menarik penduduk sekitar untuk datang dan bekerja pada perusahaan tersebut dalam penambangan belerang. Dengan bekerja sebagai penambang belerang masyarakat sekitar Kawah Ijen mendapat penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Para penambang bekerja setiap hari dari dini hari hingga siang hari, dan dengan medan yang sangat berat yaitu menaiki gunung dengan jarak tempuh sekitar 3 kilometer. Mereka melakukan pekerjaan tersebut dengan imbalan yang sangat tidak sebanding dengan apa yang mereka lakukan selama bekerja. Namun yang terjadi adalah mereka tetap melakukan pekerjaan tersebut dari dulu hingga sekarang, bahkan secara turun temurun.

Belerang yang mereka hasilkan kemudian dijual kepada penadah yang kemudian dijualnya kembali kepada perusahaan-perusahaan yang membutuhkan. Namun sekarang, setelah munculnya PT Candi Ngrimbi di kecamatan tersebut, para penambang kemudian menjualnya di sana. Perusahaan tersebut bergerak di bidang pengolahan bahan dasar (belerang), yang diolah menjadi bahan setengah jadi, yaitu berupa butiran halus. Butiran halus tersebut kemudian dijual oleh perusahaan tersebut kepada pabrik-pabrik pembuat gula pasir, karena untuk menjadi bentuk gula pasir dibutuhkan belerang.

(3)

Status dari penambang terhadap perusahaan tersebut adalah bukan pekerja. Mereka hanya menawarkan jasa tenaga untuk mengambilkan belerang. Mereka hanya diberi upah sangat sedikit atas usahanya mengambilkan belerang tersebut. Namun dengan keadaan tersebut, mereka tetap bekerja daripada tidak memperoleh pendapatan sama sekali untuk hidup.

Dalam usaha mencari sumber penghidupan, para penduduk datang kepada perusahaan dan mereka bekerja di bawah naungan perusahaan. Mereka adalah pekerja harian lepas yang mendapat upah perhari sesuai jumlah belerang yang berhasil dikumpulkan dan diserahkan kepada perusahaan. Mereka bekerja dari dini hari hingga siang hari, selama 15 hari dalam waktu satu bulan. Kerja keras mereka dilakukan untuk memperoleh penghasilan. Mereka membutuhkan pemasukan untuk hidup, dan menghidupi keluarganya. Mereka membutuhkan uang untuk membeli barang-barang kebutuhan dasar, dan untuk berjaga-jaga ketika suatu saat nanti mereka membutuhkannya.

Penambang belerang di kawasan tersebut adalah fenomena yang memprihatinkan sebagai salah satu wujud perekonomian Indonesia yang tidak stabil. Mereka adalah orang-orang yang hidup di ambang kemiskinan. Penghasilan mereka sangat minim untuk hidup, bahkan bisa dikatakan tidak cukup. Mereka harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagai manusia, kita pasti menginginkan hidup yang berkecukupan dan sejahtera, begitu juga bagi penambang tersebut. Namun keinginannya tersebut tidak mungkin tercapai mengingat latar belakang mereka yang terbatas. Terbatas dalam arti keinginan mereka tersebut terkendala oleh pendidikan. Rata-rata penambang tidak melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Mereka berhenti di tingkat

(4)

dasar, tingkat pertama (SMP) dan tingkatan atas (SMA). Namun hanya sedikit saja yang mengenyam hingga ke tingkatan atas. Oleh karena itu, pendidikan mereka menjadi kendala untuk mencari pekerjaan yang lebih layak.

Menurut data Kementerian PPN/ Bappenas (dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJNM) 2015-2019), tingkat pendidikan penduduk miskin atau kelompok 40% ekonomi terbawah yang rendah menyebabkan pekerja miskin menjadi kurang kompetitif untuk mendapatkan lapangan kerja yang layak. Akibatnya para penduduk miskin tersebut semakin mengalami kesulitan untuk mengikuti perkembangan yang terjadi di Indonesia. Seperti contohnya, terjadi inflasi tinggi pada sektor-sektor makanan dan transportasi yang memiliki dampak negative terhadap penduduk miskin karena hampir 65% pengeluaran konsumsi mereka adalah untuk makan. Inflasi penduduk miskin baik di pedesaan dan di perkotaan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi umum (IHK) selama tahun 2013, terutama disebabkan oleh tingginya harga-harga pangan.

Tingginya harga-harga pangan tersebut tentunya menyulitkan bagi penduduk miskin seperti penambang belerang. Pasalnya, pangan adalah salah satu komponen yang paling penting bagi manusia untuk tetap hidup. Manusia harus makan untuk hidup, dan untuk makan, manusia harus bekerja. Seperti yang dilakukan para penambang, mereka bekerja di Kawah Ijen untuk hidup. Namun dengan penghasilan yang minim, mereka harus menekan pengeluaran agar cukup untuk hidup satu bulan. Selain itu makan, pemasukan yang ada masih dibagi-bagi lagi untuk kebutuhan yang lain seperti sekolah, listrik, air, dan sebagainya.

(5)

individu atau kelompok dengan keterbatasan finansial seperti penambang harus mampu melakukan strategi untuk memperoleh pemasukan tambahan. Sebagai kelompok yang marginal, mereka membutuhkan pemasukan tambahan untuk mencukupi kebutuhan hidup. Sebab, penghasilan sebagai penambang belum tentu cukup untuk hidup dalam satu keluarga. Terlebih, ketika mereka harus menghadapi suatu kondisi yang darurat atau mengalami sesuatu hal yang menyulitkan. Hal tersebut membutuhkan antisipasi yang tepat yang wajib dipersiapkan oleh mereka. Antisipasi atau strategi tersebut misalnya adalah mencari pekerjaan sampingan. Dengan adanya pekerjaan sampingan, maka penambang akan memperoleh sumber pemasukan lain yang dapat membantu memenuhi kebutuhan hidupnya.

Selain pekerjaan sampingan, hal lain yang dapat diandalkan adalah modal sosial. Ketika para penambang mengalami paceklik, mereka dapat mengandalkan lingkungan sosialnya sebagai antisipasi. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Fukuyama merumuskan modal sosial dengan mengacu kepada “norma-norma informal yang mendukung kerjasama antara individu dan kapabilitas yang muncul dari prevalensi kepercayaan dalam suatu masyarakat atau di dalam bagian-bagian tertentu dari masyarakat. Modal sosial dapat menfasilitasi ekspansi ekonomi ke tingkat yang lebih besar bila didukung dengan radius kepercayaan yang meluas (Ahmadi, 2003: 6 ). Putnam (1993) merumuskan modal sosial dengan mengacu pada ciri-ciri organisasi sosial, seperti jaringan, norma-norma, dan kepercayaan yang menfasilitasi koordinasi kerjasama untuk sesuatu yang manfaatnya bisa dirasakan secara bersama-sama (mutual benafit).modal sosial dalam bentuk struktur masyarakat yang horizontal (yang kemudian melahirkan

(6)

asosiasi-asiosiasi horisontal) berperan penting dalam mendukung kemajuan ekonomi. Menurut Robert Lawang, modal sosial menunjuk pada semua kekuatan kekuatan sosial komunitas yang dikontruksikan oleh individu atau kelompok dengan mengacu pada struktur sosial yang menurut penilaian mereka dapat mencapai tujuan individual dan/atau kelompok secara efisien dan efektif dengan modal-modal lainnya (Lawang, 2004:24). Konsep modal sosial menawarkan betapa pentingnya suatu hubungan. Dengan membagun suatu hubungan satu sama lain, dan memeliharanya agar terjalin terus, setiap individu dapat bekerjasama untuk memperoleh hal-hal yang tercapai sebelumnya serta meminimalisasikan kesulitan yang besar. Modal sosial menentukan bagaimana orang dapat bekerja sama dengan mudah. Hakikat modal sosial adalah hubungan sosial yang terjalin dalam kehidupan sehari-hari warga masyarakat. Hubungan sosial mencerminkan hasil interaksi sosial dalam waktu yang relatif lama sehingga menghasilkan jaringan, pola kerjasama, pertukaran sosial, saling percaya, termasuk nilai dan norma yang mendasari hubungan sosial tersebut (Ibrahim, 2006:110).

Modal sosial (social capital) adalah salah satu aset dari penghidupan (livelihood). Livelihood (penghidupan) adalah kombinasi dari beragam sumber daya yang dimiliki untuk digunakan individu atau rumah tangga sebagai aktivitas serta aksesibilitas sumber daya dalam kaitan mengisi hidup dan penghidupan. Selain social capital, aset lainnya adalah human capital, natural capital, physical capital, dan financial capital. Human capital atau modal manusia adalah seluruh kemampuan yang ada di dalam diri manusia yang dapat dikerahkan untuk menunjang kinerja yang baik. Modal manusia terdiri dari kesehatan, gizi, pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan, kemampuan bekerja dan kemampuan beradaptasi. Selain modal manusia, aset yang ketiga adalah natural capital,

(7)

yaitu modal yang berasal dari alam dimana manusia tersebut berada. Natural capital terdiri dari lingkungan, air dan sumber daya alam, keanekaragaman hayati, pangan, dan lain-lain. Kemudian aset yang keempat adalah physical capital, yaitu modal yang berupa infrastruktur seperti transportasi, rumah, serta teknologi yang berupa peralatan produksi dan penunjangnya. Terakhir, adalah financial capital atau modal finansial, yaitu berupa upah, tabungan, dana pensiun, dan sebagainya. Aset-aset tersebut adalah berbagai sumber daya yang digunakan individu atau kelompok untuk mengisi hidup dan penghidupan (livelihood).

Uraian di atas menunjukkan bahwa kehidupan penambang belerang dapat dikatakan masih belum mampu untuk hidup sejahtera. Dengan upah yang sangat minim, mereka harus menekan pengeluaran agar dapat melanjutkan hidup. Namun seiring perkembangan masyarakat yang semakin kompleks dan naiknya harga-harga kebutuhan pokok yang menyulitkan, membuat rakyat kecil terpaksa harus memikirkan langkah-langkah strategis untuk tetap dapat bertahan hidup.

(8)

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian difokuskan untuk menjawab pertanyaan berikut:

1. Bagaimana bentuk-bentuk strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh keluarga penambang belerang di Kawah Ijen?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini terdiri dari :

a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk strategi yang dilakukan oleh keluarga penambang belerang di Kawah Ijen untuk bertahan hidup.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini bermanfaat untuk :

a. Menambah pengetahuan tentang bentuk-bentuk strategi yang dilakukan oleh keluarga penambang untuk bertahan hidup.

(9)
(10)

1.5 KEASLIAN PENELITIAN

Sepanjang pengetahuan penulis, sudah ada pihak lain yang mengangkat kehidupan para pekerja tambang khususnya tambang belerang yang ada di Kawah Ijen. Melalui penelusuran kepustakaan ditemukan beberapa judul yang berkaitan dengan tema yang diangkat. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh:

Sdr. Brian Daris Firnanda, Sugiono, dan Ceria Farela Mada Tantrika, dari Jurusan Teknik Industri, Universitas Brawijaya yang berjudul “Modifikasi Alat Bantu Angkut Belerang untuk Mengurangi Injury” tahun 2014-2015. Adapun topik yang dibahas adalah modifikasi alat bantu angkut belerang untuk mengurangi resiko cedera yang dialami oleh para penambang belerang.

Penelitian tersebut fokus pada alat bantu angkut belerang yang digunakan oleh para penambang. Disebutkan bahwa peralatan angkut yang digunakan terlalu beresiko terhadap kesehatan penambang. Resiko tersebut adalah menebalnya kulit yang ada pada bagian bahu. Hal tersebut merupakan efek jangka panjang dari pemakaian alat bantu angkut yang tidak menggunakan bantalan yang bertujuan untuk mengurangi gesekan langsung terhadap tubuh bagian bahu.

Peneliti tersebut juga menguraikan data mengenai alat angkut yang digunakan, data denyut jantung dari awal hingga akhir proses penambangan, data dimensi tubuh para penambang yang menggunakan kajian ilmu antropometri.

Berbeda dengan penelitian tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Penulis akan difokuskan untuk membahas strategi pemenuhan kebutuhan hidup serta etos kerja para penambang belerang. Penelitian ini akan dilakukan di lokasi yang sama dengan penelitian

(11)

tersebut di atas, yaitu di Gunung Ijen, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur.Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Sofiyan Rachmanto yang berjudul “Eksploitasi Buruh Pengangkut Belerang di Gunung Welirang” tahun 2013. Adapun rumusan masalah yang ingin dijawab oleh penelitian tersebut adalah: Bagaimana relasi kerja yang terjadi antara koperasi pengepul belerang dan buruh pengangkut di Gunung Welirang?

Ada beberapa perbedaan antara penelitian yang akan Penulis lakukan dengan penelitian Rachmanto tersebut di atas. Penelitian Rachmanto fokus pada relasi kerja yang kemudian memunculkan eksploitasi terhadap para penambang. Eksploitasi muncul dari relasi kerja yang terjalin antara koperasi pengepul dengan para penambang. Berbeda dengan penelitian tersebut, penelitian ini membahas tentang strategi pemenuhan kebutuhan hidup serta etos kerja penambang belerang di Kawah Ijen.

Perbedaan lain adalah dalam hal lokasi penelitian dimana penelitian Rachmanto dilakukan di Desa Dayurejo, di sekitar kaki gunung Arjuno Welirang.

(12)

1.6 METODE PENELITIAN 1.6.1 Jenis dan Lokasi Penelitian

Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut diatas maka penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Denzin dan Lincoln (1998: 8), kata kualitatif menyatakan penekanan pada proses dan makna yang tidak diuji, atau diukur dengan setepat-tepatnya, dalam istilah-istilah kuantitas, jumlah, intensitas, atau frekuensi. Para peneliti kualitatif menekankan sifat realitas yang dikonstruk secara sosial, hubungan yng intim antara peneliti dan apa yang distudi, dan kendala-kendala situasional yang membentuk inkuiri. Para peneliti yang demikian menekankan inkuiri yang bermuatan-nilai (value-laden). Mereka mencari jawaban atas pertanyaan yang menekankan pada bagaimana pengalaman sosial diciptakan dan diberi makna.

Para peneliti kualitatif menstudi segala sesuatu dalam latar alamiahnya, berusaha untuk memahami atau menginterpretasi fenomena dalam hal makna-makna yang orang-orang berikan pada fenomena tersebut. Penelitian kualitatif mencakup penggunaan dan pengumpulan beragam material empiris yang digunakan—studi kasus, pengalaman personal, introspektif, kisah hidup, dan teks wawancara, observasi, sejarah, interaksional, dan teks visual—yang mendeskripsikan momen-momen rutin dan problematik serta makna dalam kehidupan individual (Denzin & Lincoln dalam Creswell, 1998: 15).

Penelitian kualitatif adalah suatu jenis penelitian yang menghasilkan temuan-temuan yang tidak diperoleh oleh alat-alat prosedur statistik atau alat-alat kuantifikasi lainnya. Hal ini dapat mengarah pada penelitian tentang kehidupan, sejarah, perilaku seseorang atau hubungan-hubungan interaksional. Konsep ini menekankan

(13)

bahwa penelitian kualitatif ditandai oleh penekanan pada penggunaan nonstatistik (matematika) khususnya dalam proses analisis data hingga dihasilkan temuan penelitian secara alamiah (Strauss, 1990: 17).

Penelitian ini dilakukan di Kawah Ijen, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini didasarkan alasan ketertarikan peneliti terhadap fenomena penambangan belerang yang dilakukan secara tradisional oleh masyarakat sekitar. Selain itu, aktivitas penambangan tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai dan budaya lokal masyarakat setempat dalam memperlakukan lingkungan alam.

Dalam teknik pemilihan informan, Peneliti menentukan informan-informan sehingga dapat memberikan sejumlah informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Informan yang dipilih adalah yang memiliki pengalaman lebih banyak (Neuman, 2000: 198). Adapun Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah para pekerja tambang yang sudah berkeluarga. Adapun kriteria lain sebagai pelengkap adalah penambang dengan lama waktu bekerja, penambang pensiun, dan penambang yang merangkap pekerjaan.

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini akan melakukan observasi untuk mendeskripsikan latar yang diobservasi, kegiatan-kegiatan yang terjadi di latar itu, orang-orang yang berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan, makna latar, kegiatan-kegiatan, dan partisipasi mereka dalam orang-orangnya (Patton, 1980: 124). Peneliti menggunakan teknik observasi nonpartisipatif. Peneliti hanya melakukan pengamatan tanpa ikut berpartisipasi dalam proses penambangan.

(14)

Peneliti melakukan observasi non partisipatif dengan alasan karena adanya larangan untuk membantu menambang oleh wanita. Selain itu, medan yang dilalui juga sangat berat. Maka proses penambangan hanya boleh dilakukan oleh orang yang sudah ahli dan sangat berpengalaman.

Selain observasi, pengumpulan data juga dilakukan melalui wawancara. Wawancara dilakukan untuk memahami persepsi, perasaan, dan pengetahuan orang-orang (Patton, 1980: 29). Peneliti menggunakan teknik wawancara untuk mencari tahu makna dari suatu tindakan, yang dalam hal ini adalah tindakan yang dilakukan oleh para penambang. Wawancara dilakukan secara terstruktur yaitu terfokus pada topik yang akan diteliti. Adapun proses wawancara adalah dengan melakukan perkenalan terlebih dahulu, kemudian Peneliti mulai menanyakan hal-hal seputar penambangan belerang, setelah itu baru “menggiring” penambang pada pertanyaan yang terfokus. Dalam proses wawancara, Peneliti menggunakan bantuan interview guide sebagai pedoman dalam melakukan wawancara, supaya hal yang ditanyakan kepada informan menjadi fokus dan tidak melebar ke hal-hal yang tidak penting.

Penelitian ini juga akan melakukan pengumpulan data melalui dokumentasi. Pengertian dokumentasi di sini adalah mengacu pada material (bahan) seperti fotografi, video, film, memo, surat, diari, rekaman kasus klinis, dan sejenisnya yang dapat digunakan sebagai informasi suplemen sebagai bagian dari kajian kasus yang sumber data utamanya adalah observasi dan wawancara (Bogdan & Biklen, 1998: 57). Dalam hal ini peneliti berusaha mengumpulkan data-data yang dimiliki oleh para penambang, baik berupa foto, surat-surat ataupun dokumen lain yang terkait.

(15)

1.6.3 Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif analitik, yaitu mendeskripsikan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. Data yang berasal dari naskah, wawancara, catatan lapangan, dokuman, dan sebagainya, kemudian dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan terhadap kenyataan atau realitas. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Dalam hal ini Nasution menyatakan:

“Analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang grounded. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersama dengan pengumpulan data. In fact, data analysis in qualitative research is an \ongoning activity tha occurs throughout the investigative process rather than after process. Dalam kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data daripada setelah selesai pengumpulan data.”

Analisis data versi Miles dan Huberman, bahwa ada tiga alur kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan atau verifikasi.

1. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data, dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, menulis memo, dan lain sebagainya, dengan maksud menyisihkan data atau informasi yang tidak relevan, kemudian data tersebut diverifikasi.

2. Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

(16)

Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif, dengan tujuan dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah dipahami.

3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan akhir penelitian kualitatif. Peneliti harus sampai pada kesimpulan dan melakukan verifikasi, baik dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati oleh tempat penelitian itu dilaksanakan. Makna yang dirumuskan peneliti dari data harus diuji kebenaran, kecocokan, dan kekokohannya. Peneliti harus menyadari bahwa dalam mencari makna, ia harus menggunakan pendektan emik, yaitu dari kacamata key information, dan bukan penafsiran makna menurut pandangan peneliti (pandangan etik).

Analisis data yang dilakukan oleh Peneliti adalah pertama, Peneliti mengumpulkan data-data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara maupun dokumentasi di lapangan. Kedua, Penulis melakukan pemilihan data yang dianggap relevan dan sesuai dengan fokus penelitian. Ketiga, setelah data terkumpul sesuai dengan fokus penelitian, selanjutnya Peneliti melakukan proses analisis ke dalam bentuk narasi, dan setelah selesai maka Penulis melakukan penarikan kesimpulan di bagian akhir analisis.

Referensi

Dokumen terkait

Upaya untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keparahan korban kecelakaan lalu lintas yang terbagi menjadi tiga kategori, yaitu meninggal dunia, luka berat, dan luka

[r]

Karakteristik yang dimaksud adalah penilaian kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah atau tugas matematika melalui 4 tahap, yaitu: (1) memahami masalah, (2)

Hasil penelitian Adler dan Reid menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan memiliki hubungan dengan kepuasan kerja, namun penelitian tersebut gagal menjelaskan hubungan moderasi

Diagram Objek menggambarkan struktur sistem dari segi penamaan objek dan jalannya objek dalam sistem. dalam diagram objek harus di pastikan bahwa semua kelas

15. Bagaimana prosedur memberikan masukan dan disampaikan dengan cara yang tepat;.. Jelaskan secara baik prinsip-prinsip interaksi dalam kelompok kerja; 17. bagaimana

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui formula yang optimal pada pembuatan minuman serbuk buah delima merah menggunakan aplikasi Deign Expert metode Simplex

Sehingga muncul rumusan masalah pada penelitian ini yaitu, apakah terdapat perbedaan potensi kebangkrutan pada sektor pertambangan yang terdaftar di BEI