• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan nasional sangat berperan bagi pembangunan manusia karena

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pendidikan nasional sangat berperan bagi pembangunan manusia karena"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Kata Sambutan

P

endidikan nasional sangat berperan bagi pembangunan manusia

ka-rena dapat menginvestasikan perwujudan manusia Indonesia yang

berakhlak mulia, berkarakter produktif, dan berdaya saing sehingga

dapat meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Pendidikan sebagai hak azasi manusia tercantum pada pasal 28B ayat (2)

UUD 1945 yang tertulis: “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,

tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan

dan diskriminasi”. Pada Pasal 28C ayat (1) tertulis, “Setiap orang berhak

mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak

mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan

dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan

demi kesejahteraan umat manusia”.

Pengintegrasian gender dalam bidang pendidikan juga dilakukan secara

sinergi dan koordinatif dengan kementerian dan lembaga terkait lainnya

terutama dalam hal perencanaan dan penganggaran pendidikan responsif

gender, audit gender, pengembangan pedoman, dan acuan teknis kegiatan

yang disusun bersama-sama dengan pakar, para mitra, pokja kabupaten,

kota dan provinsi. Sinergi dan koordinasi ini diharapkan akan

mengha-silkan peningkatan kapasitas pengarusutamaan gender bidang pendidikan

secara lebih memadai.

Sampai pada tahun 2012, capaian kinerja layanan kabupaten/kota telah

menerapkan pengarusutamaan gender (PUG) bidang pendidikan sebesar

57,34% lebih tinggi dari target Renstra Pembangunan Pendidikan Nasional

2010-2014 sebesar 54% dan angka disparitas gender penduduk tuna aksara

sebesar 2,4% dari jumlah tuna aksara sebanyak 6.040.522 orang.

(4)

Penyusunan dan penerbitan sepuluh judul Buku PUG Bidang Pendidikan

tahun 2012 merupakan komitmen Kementerian Pendidikan dan

Kebudaya-an dalam merealisasikKebudaya-an amKebudaya-anat Inpres No. 9 Tahun 2000 dKebudaya-an

Permendi-knas Nomor 84 tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan PUG Bidang

Pendidikan sebagai wujud peningkatan kapasitas PUG bidang Pendidikan.

Sebagai realisasi amanat Inpres tersebut Kementerian Pendidikan dan

Ke-budayaan telah memenuhi target Renstra Kemdikbud tahun 2012 yaitu

ter-capainya 54% Kabupaten/Kota melaksanakan PUG bidang Pendidikan.

Saya ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada berbagai pihak atas

kontribusi dan perannya dalam penyusunan buku-buku tersebut. Akhirnya

semoga Norma Standar Prosedur dan Kriteria yang disusun dengan

ke-sungguhan, komitmen, dan keikhlasan ini dapat bermanfaat untuk kita

se-mua, dengan harapan semoga Allah SWT berkenan memberikan rakhmat

dan hidayahNya kepada kita semua. Amin.

Jakarta, November 2014

Direktur Jenderal

Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan

Infor-mal,

Hamid Muhhamad, Ph.D

Kata Pengantar

B

uku “Data dan Indikator Pendidikan Berwawasan Gender Tahun

2012/2013” ini merupakan terbitan dari Direktorat Pembinaan

Pendidikan Masyarkat bekerjasama dengan Pusat Data dan

Stati-stik Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Publikasi ini

disusun untuk memberikan gambaran tentang keadaan pendidikan yang

berwawasan gender pada kurun waktu 2012/2013. Penyusunan buku ini

dilakukan dengan mengacu pada konsep Gender-Sensitive Education

Sta-tistics and Indicators yang disiapkan oleh UNESCO.

Data dan informasi yang disajikan dalam buku ini memuat beberapa isu

utama tentang perbedaan gender dan indeks paritas gender dilihat dari

jalur pendidikan sekolah yaitu Statistik TK sampai PT di tingkat

nasio-nal. Di samping itu, disajikan pula perbedaan gender dan indeks paritas

gender berdasarkan indikator pemerataan, indikator mutu dan indikator

efi siensi internal pendidikan. Perbedaan gender dan indeks paritas gender

juga diketengahkan dalam setiap bahasan baik dalam statistik berwawasan

gender, indikator pendidikan berwawasan gender maupun perkembangan

statistik dan indikator pendidikan berwawasan gender.

(5)

Daftar Isi

Data dan informasi yang digunakan dalam penyusunan buku ini

bersum-ber pada hasil pengolahan data pendidikan sekolah dari TK sampai PT

yang dilaksanakan oleh Pusat Data dan Statistik Pendidikan, sedangkan

data penunjang seperti penduduk usia sekolah mengacu pada data dari

Ba-dan Pusat Statistik.

Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan buku ini

diucapkan terima kasih. Saran dan masukan sangat diharapkan dalam

ran-gka penyempurnaan publikasi yang akan datang.

Jakarta, November 2014

Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat,

Dr. Wartanto

NIP 19631009189031001

Halaman

KATA SAMBUTAN ...

iii

KATA PENGANTAR ...

v

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ...

1

A. Latar Belakang ...

1

B. Dasar ...

2

C. Maksud Tujuan dan Sasaran ...

3

D. Hasil yang diharapkan ...

4

BAB II STANDAR SATUAN PENDIDIKAN RESPONSIF GENDER ...

5

A. Pengertian ...

5

B. Komponen Standar ...

6

C. Indikator ...

9

D. Pengukuran Standar ... 20

BAB III STRATEGI PENILAIAN STANDAR ...

23

A. Data ... 23

B. Analisis Data ... 29

C. Pelaporan ... 30

(6)

A. Latar Belakang

Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 84 Tahun 2008 tentang Pengarusutamaan

Gender dalam Bidang Pendidikan mengamanatkan agar setiap satuan unit kerja

bidang pendidikan yang melakukan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan

evaluasi dari seluruh kebijakan, dan program pembangunan bidang pendidikan

agar mengintegrasikan gender

di dalamnya. Peraturan ini

dikeluarkan dalam merespon

adanya berbagai bentuk

ketidakadilan gender di bidang

pendidikan seperti: proses

pembelajaran belum sepenuhnya

responsif gender, lingkungan

fi

sik sekolah belum menjawab

kebutuhan spesifi k anak laki-laki

dan perempuan, serta pengelolaan

pendidikan belum dilaksanakan ke

arah adil gender atau memberikan

peluang yang seimbang bagi

laki-laki dan perempuan untuk

berpartisipasi dalam proses

pengambilan keputusan.

Kementerian Pendidikan

Nasional sejak tahun 2003 hingga

sekarang telah memfasilitasi dan

mengujicobakan implementasi

pengarusutamaan gender (PUG)

pendidikan di seluruh provinsi dan

sebagian besar kabupaten/kota di

Indonesia. Meski demikian, ada

beberapa provinsi dan kabupaten/

kota yang sudah memiliki inovasi

untuk mengembangkan sekolah

BAB 1

(7)

responsif gender, namun ada pula daerah yang mengalami kesulitan dalam

mengujicobakan pengembangan sekolah responsif gender. Padahal peningkatan

keadilan dan kesetaraan gender di bidang pendidikan sangat penting untuk

dilakukan agar lebih menjamin semua warga negara (baik laki-laki maupun

perempuan) dalam mengakses pelayanan pendidikan, berpartisipasi aktif, dan

mempunyai kontrol serta mendapat manfaat dari pembangunan pendidikan,

sehingga mereka dapat mengembangkan potensinya secara maksimal. Jaminan

keadilan dan kesetaraan gender dapat dilakukan melalui pengembangan sekolah

responsif gender.

Pengembangan sekolah responsif gender diharapkan mampu menjadi

laboratorium budaya yang mempunyai peran strategis dalam menyiapkan Insan

Indonesia Cerdas Komprehensif sebagaimana tertuang dalam Visi Kementerian

Pendidikan Nasional 2010-2014 melalui pola-pola relasi sosial yang saling

mendukung dan menguntungkan bagi laki-laki dan perempuan. Dengan

demikian, pengembangan sekolah responsif gender mampu mendukung misi

ke-4 Kementerian Pendidikan Nasional sebagaimana tertuang dalam Renstra

Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014, yaitu mewujudkan kesetaraan dalam

memperoleh layanan pendidikan. Untuk itu, pengembangan sekolah responsif

gender diharapkan mampu meningkatkan kualitas sekolah secara berencana dan

berkala dengan tetap bertumpu pada 8 (delapan) standar nasional pendidikan,

yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar tenaga

pendidik dan kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,

standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Untuk itu dipandang perlu

disusun buku tentang Standar Satuan Pendidikan Responsif Gender.

B. Dasar

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

2. Undang-Undang Otonomi Daerah Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Otonomi Daerah;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor

41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan

Pendidikan;

5. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,

Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tatakerja Kementerian Negara Republik

Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 94 tahun 2006;

6. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender

Dalam Pembangunan Nasional;

7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004

tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik

Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007;

8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 84 Tahun 2008 tentang

Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan;

9. Permenpan No 14 Tahun 2010 Tentang Tenaga Fungsional Penilik dan

Angka Kredit;

10. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Program Pembangunan

Yang Berkeadilan.

11. Peraturan Pemerintah RI No19 Tahun 2005 tetang Standar Nasional

Pendidikan juncto PP RI Nomor 32 Tahun 2013 tentang Peubahan Atas

Peraturan Pemerintah RI No19 Tahun 2005 tetang Standar Nasional

Pendidikan

C. Maksud, Tujuan dan Sasaran

1. Maksud

Buku ini dimaksudkan sebagai acuan bagi semua pihak yang melaksanakan

pembangunan pendidikan agar memiliki pemahaman minimal mengenai

Standar Satuan Pendidikan Responsif Gender.

2. Tujuan

Dengan mempelajari buku ini diharapkan semua pihak yang melaksanakan

pembangunan pendidikan dapat memahami tentang:

a. Latar belakang perlunya mengembangkan Satuan Pendidikan

Responsif Gender.

b. Pengertian Standar Sekolah Responsif Gender, Komponen Standar

dan Pengukuran Standar.

c. Strategi penilaian standar, mencakup data yang dibutuhkan, analisis

data dan pelaporan.

d. Instrumen penilaian standar.

3. Sasaran

a. Pemegang kebijakan mulai dari tingkat Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan, Unit Pelaksana Tingkat Daerah

(UPTD), Pengawas Sekolah/Penilik, Kepala Sekolah.

b. Pendidik dan tenaga kependidikan pada semua jalur, jenjang dan jenis

pendidikan.

(8)

A. Pengertian

1. Satuan Pendidikan Responsif Gender

Satuan pendidikan responsif gender adalah satuan pendidikan dimana aspek

akademik, sosial, lingkungan fi sik maupun lingkungan masyarakatnya

memperhatikan secara seimbang kebutuhan spesifi

k anak laki-laki

maupun anak perempuan. Pada satuan pendidikan responsif gender,

maka guru/pendidik, tenaga kependidikan, orangtua, tokoh dan anggota

masyarakat disekitarnya, serta peserta didik laki-laki dan perempuan

menyadari akan pentingnya keadilan dan kesetaraan gender dan oleh

karena itu mempraktekkan tindakan-tindakan yang setara dan adil gender

(Depdiknas, 2008: 5-6).

2. Kesetaraan

gender

Yang dimaksud dengan

kesetaraan gender adalah

situasi dan kondisi dimana

semua manusia (baik laki-laki

maupun perempuan) bebas

mengembangkan kemampuan

personal mereka dan membuat

pilihan-pilihan tanpa dibatasi

oleh stereotype, peran gender

yang kaku. Hal ini bukan

berarti bahwa perempuan dan

laki-laki harus selalu sama,

tetapi hak, tanggung jawab

dan kesempatannya tidak

dipengaruhi oleh apakah mereka

dilahirkan sebagai laki-laki atau

perempuan. Contoh kesetaraan

gender antara lain:

BAB 2

Standar Satuan Pendidikan

Responsif Gender

c. Pemangku kepentingan, yaitu Dewan Pendidikan, Komite Sekolah,

yang relevan dengan pengembangan sekolah responsif gender.

d. Peserta didik pada semua jenjang, jenis dan jalur pendidikan.

e. Masyarakat (orang tua peserta didik).

D. Hasil yang diharapkan

Digunakannya buku ini sebagai acuan dalam mewujudkan satuan pendidikan

responsif gender pada semua jenjang, jalur dan jenis pendidikan.

(9)

• Perempuan maupun laki-laki mempunyai prestasi akademik dan non

akademik yang tinggi dengan kesenjangan yang semakin kecil.

• Perempuan maupun laki-laki dikembangkan potensinya untuk mampu

menjadi pemimpin seperti Ketua OSIS, Ketua Upacara, Ketua Kelas,

dan lain-lain.

• Dan

lain-lain

3. Keadilan

Gender

Yang dimaksud dengan keadilan gender adalah keadilan dalam

memperlakukan perempuan dan laki-laki sesuai kebutuhan mereka. Hal

ini mencakup perlakuan yang setara atau perlakuan yang berbeda tetapi

diperhitungkan ekuivalen dalam hal hak, kewajiban, kepentingan dan

kesempatannya (Unesco, 2002).

Contoh keadilan gender antara ain:

• Penyediaan fasilitas toilet yang memperhatikan perbedaan kebutuhan

perempuan dan laki-laki.

• Membebaskan peserta didik perempuan yang sedang haid untuk tidak

mengikuti kegiatan olah raga fi sik ketika kesehatannya terganggu dan

diganti dengan tugas lain yang setara.

• dan

lain-lain

4. Standar satuan pendidikan responsif gender

Standar satuan pendidikan responsif gender adalah ukuran-ukuran

minimal yang harus dipenuhi sebagai dasar penilaian satuan pendidikan

responsif gender.

B. Komponen Standar

Komponen standar mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional

Pendidikan

++

, mencakup:

1. Standar kompetensi lulusan

2. Standar

isi

3. Standar

proses

4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan,

5. standar sarana dan prasarana,

6. standar

pengelolaan,

7. standar pembiayaan, dan

8. standar penilaian pendidikan.

Selain ke-8 standar nasional pendidikan sebagaimana disebutkan di atas, juga

ditambahkan satu standar yaitu standar partisipasi masyarakat.

Pada standar kompetensi lulusan, satuan pendidikan responsif gender perlu

berupaya memfasilitasi pengembangan potensi akademik dan non akademik

peserta didik laki-laki dan perempuan secara optimal serta mengembangkan

sikap saling menghargai antara perempuan dan laki-laki. Pengembangan potensi

peserta didik perlu didukung dengan adanya pemanfaatan buku teks yang

responsif gender.

Pada standar isi, satuan pendidikan responsif gender perlu melakukan

penyempurnaan kurikulum yang mengintegrasikan perspektif gender, baik

pada silabus, RPP, bahan ajar, sumber belajar maupun media pembelajaran.

Penanaman wawasan dan sikap positif yang relevan dengan gender dapat secara

eksplisit muncul sebagai indikator pembelajaran pada komponen indikator

karakter, indikator pendidikan budaya, serta ekonomi kreatif. Gender dapat

menjadi bagian dari materi pembelajaran yang dirancang dalam kurikulum

sekolah melalui beberapa mata pelajaran, seperti Agama, PKn, IPS, IPA, Bahasa,

Olahraga, Seni Budaya, Prakarya, Matematika, dan lain-lain. Isi pelajaran dapat

dikembangkan dengan memanfaatkan sumber bahan yang responsif gender

seperti bahan bacaan, fi lm, drama, laporan kasus, hasil observasi lapangan,

laporan perjalanan, dan dokumen.

Pada standar proses, satuan pendidikan responsif gender perlu

mengembangkan metode, model pembelajaran, pengelolaan kelas, pemberian

penugasan serta kegiatan pembelajaran yang responsif gender. Dengan cara

demikian, peserta didik laki-laki dan perempuan mendapat kesempatan dan

perhatian yang sama untuk memperoleh akses dan partisipasi pembelajaran yang

optimal.

Pada standar pendidikan dan tenaga kependidikan, satuan pendidikan

responsif gender perlu menyelenggarakan in-service training bagi guru/

pendidik dan tenaga kependidikan agar bersikap responsif gender. Kegiatan ini

dapat dilakukan atas inisiatif satuan pendidikan. Dengan demikian, kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran dikembangkan dengan

perspektif gender. Dalam in-service training, guru/pendidik dibimbing untuk

merencanakan, melaksanakan, dan merefl eksikan pembelajaran yang telah

dilaksanakannya. Model pelatihan dapat menggunakan model lesson study

dengan salah satu fokus pada aspek gender sehingga kegiatan perencanaan,

pengamatan, dan refl eksi dapat menjadi kesempatan belajar bagi guru/pendidik

dan stakeholders secara serentak.

Pada standar sarana dan prasarana, satuan pendidikan responsif gender

perlu merancang penyediaan sarana dan prasarana seperti toilet, ruang kelas,

taman sekolah, keamanan sekolah dan ruang khusus layanan yang responsif

gender.

(10)

Pada standar pengelolaan, satuan pendidikan responsif gender perlu

mengembangkan visi an misi sekolah yang mendukung upaya mewujudkan

pendidikan yang adil dan setara gender serta mengembangkan nilai-nilai dan

norma-norma yang menjamin kesamaan akses, partisipasi, kontrol bagi semua

warga sekolah. Selain itu, sekolah perlu menyusun rencana kerja sekolah, struktur

organisasi, penugasan, pengembangan karir dan promosi serta pengambilan

keputusan yang memberikan kesamaan kesempatan bagi laki-laki dan perempuan.

Pada standar pembiayaan, satuan pendidikan responsif gender perlu

menerapkan perencanaan dan penganggaran pendidikan responsif gender serta

menjamin adanya kesamaan akses dan partisipasi perempuan dan laki-laki dalam

menyusun dan memonitor penggunaan anggaran sekolah.

Pada standar penilaian, satuan pendidikan responsif gender perlu membuat

target implementasi isu gender pada soal tes dan tugas-tugas terstruktur serta

mengembangkan alat penilaian yang tidak menyulitkan salah satu jenis kelamin

dalam mengerjakan soal ujian.

Pada standar partisipasi masyarakat, satuan pendidikan responsif gender

perlu mendorong adanya komposisi pengelola komite sekolah yang terdiri atas

laki-laki dan perempuan secara proporsional.

C. Indikator

1. Sinkronisasi Indikator Gender

Masing-masing komponen standar memiliki relevansi dengan 4 (empat)

aspek satuan pendidikan responsif gender, yaitu aspek akademik,

aspek sosial, aspek lingkungan fi sik dan aspek lingkungan masyarakat.

Sinkronisasi indikator gender dari delapan standar nasional pendidikan

++

dengan empat aspek satuan pendidikan responsif gender digambarkan

pada tabel 2.1.

Tabel 2.1: Sinkronisasi indikator gender pada delapan standar nasional pendidikan

dengan empat aspek satuan pendidikan responsif gender

Standar Nasional Pendidikan

Indikator Aspek Akademik Aspek Sosial

Aspek Lingkungan Fisik Aspek Lingkungan Masyarakat Standar Kompetensi Lulusan • Prestasi akademik • Prestasi non akademik • Sikap saling menghargai antara perempuan dan laki-laki -

-Standar Isi • Integrasi gender dalam silabus dan RPP

• Integrasi gender pada bahan ajar dan sumber belajar • Integrasi gender dalam media pembelajaran - - -Standar Proses • Metode pembelajaran responsif gender • Model Pembelajaran Responsif Gender • Pengelolaan kelas responsif gender • Penugasan tidak membedakan • Kegiatan pemebelajaran responsif gender

-

-

-Standar Pendidik dan Tenaga Pendidikan • Proporsi tenaga guru laki-laki dan perempuan • Pemahaman

tenagakependidikan perempuan dan laki-laki tentang gender

• Aktivitas pendidik dan tenaga kependidikan dalam kegiatan siswa

(11)

-Standar Sarana dan Prasarana -

-• Penyediaan toilet • Penataan ruang kelas • Penataan taman sekolah • Sistem keamanaan sekolah • Ruangan khusus layanan -Standar Pengelolaan

• Visi dan Misi Sekolah • Rencana kerja sekolah • Struktur organisasi sekolah • Penugasan • Pengembangan karir dan promosi • Pengambilan keputusan

• Nilai-nilai dan norma yang berlaku disekolah

- -Standar Pembiayaan • Menerapkan Perencanaan dan penganggaran responsif gender di sekolah • Adanya kesamaan

akses dan partisipasi bagi perempuan dan laki-laki dalam proses penyusunan anggaran sekolah

• Adanya kesamaan akses dan partisipasi bagi perempuan dan laki-laki dalam memonitor penggunaan anggaran sekolah - - -Standar Penilaian Pembelajaran

• Penilaian adil dan

setara - -Standar Partisipasi Masyarakat • Komposisi dan peran komite sekolah • Hubungan baik antara sekolah dan masyarakat • Hubunagn baik antara sekolah dengan orangtua siswa

Berdasarkan tabel 2.1. dapat dilihat sinkronisasi antara indikator pada standar

nasional pendidikan

++

dengan empat aspek satuan pendidikan responsif

gender. Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi, Standar Proses,

Staandar Penilaian, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar

Pengelolaan, dan Standar Biaya sinkron dengan aspek akademik. Standar

Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

serta Standar Pengelolaan, sinkron dengan aspek sosial. Standar Sarana

dan Prasarana sinkron dengan aspek lingkungan fi sik. Standar Partisipasi

Masyarakat sinkron dengan aspek lingkungan masyarakat.

2. Operasionalisasi Indikator ke dalam Deskriptor Menurut Standar/

Komponen Penilaian

Setiap indikator pada masing-masing standar nasional pendidikan

++

dijabarkan ke deskriptor disertai dengan keterangan rinci (lihat tabel 2.2).

Tabel 2.2. Standar/Komponen, Indikator dan Deskriptor Sekolah Responsif Gender

No Standar/

Komponen Indikator Deskriptor Keterangan

1 Standar Kompetensi Lulusan (SKL) 1.1. Prestasi akademik perempuan dan laki-laki 1.1.1. Laki-laki dan perempuan mempunyai prestasi akademik yang tinggi dengan kesenjangan yang semakin kecil 1.1.1 Sekolah berupaya memfasilitasi pengembangan potensi akademik peserta didik laki-laki dan perempuan secara optimal 1.2. Prestasi non akademik perempuan dan laki-laki 1.2.1. Laki-laki dan perempuan mempunyai prestasi non akademik yang baik

1.2.1.1 Sekolah berupaya memfasilitasi pengembangan potensi non akademik peserta didik laki-laki dan perempuan secara optimal 1.3. Sikap saling menghargai antara perempuan dan laki-laki 1.3.1. Bersikap dan berperilaku santun kepada siapapun 1.3.1.1 tidak melakukan kekerasan fi sik, psikis, seksual, ekonomi berbasis perbedaan jenis kelamin 1.3.2. menghindari

pelabelan negatif terhadap salah satu jenis kelamin

1.3.2.1.Menghindari tindakan-tindakan yang menimbulkan diskriminasi terhadap perempuan dan laki-laki. 1.3.3. Demokratis,

akomodatif dan toleran

1.3.3.1.Menghargai dan tidak memaksakan kehendaknya terhadap orang lain tanpa melihat jenis kelaminnya 1.3.4. Tidak melakukan

tindakan menganggu rasa aman dan nyaman bagi orang lain

1.3.4.1. Tidak menggunakan simbol, gambar, poster, lukisan dan bahasa verbal maupun non verbal yang dapat menimbulkan pelecehan seksual bagi perempuan dan laki-laki.

(12)

No KomponenStandar/ Indikator Deskriptor Keterangan

2. Isi 2.1. Integrasi gender

dalam silabus dan RPP 2.1.1 Materi gender terintegrasi dalam komponen pembelajaran pada silabus dan RPP

Gender dapat terintegrasi pada: • Penjabaran indikator, • tujuan,

• bahan ajar 2.2 Integrasi gender

pada bahan ajar dan sumber belajar

2.2.1 Bahan ajar dan sumber belajar dirancang berisi materi dengan mengintegrasikan gender yang relevan

Gender dapat terintegrasi secara substantif pada mapel seperti: • Agama • PKn • IPS • IPA • Bahasa • Olahraga • Seni Budaya • Prakarya 2.3 Integrasi gender dalam media pembelajaran 2.3.1 Media pembelajaran dirancang berisi materi dengan mengintegrasikan gender yang relevan 2.3.1.1 Guru menentukan media yang dapat membantu peserta didik menginternalisasi nilai-nilai untuk mendorong pengembangan potensi seluruh peserta didik secara optimal

3. Proses 3.1 Metode

pembelajaran responsif gender

3.1.1 Peserta didik laki-laki dan perempuan mendapat kesempatan yang sama untuk berperan aktif mengemukakan gagasan, bertanya, dan mengkritisi gagasan tanpa perasaan minder

(inferior) atau lebih hebat (superior).

3.1.1.1 guru berusaha menggunakan metode yang mendorong partisipasi aktif seluruh peserta didik

3.2 Model pembelajaran responsif gender 3.2.1 Membentuk kelompok-kelompok yang anggotanya terlibat aktif dalam bertukar gagasan dan pemecahan masalah bersama dengan perbandingan jumlah peserta didik laki-laki dan perempuan secara proporsional

3.2.1.1 Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memilih kelompoknya tanpa ada dominasi salah satu jenis kelamin. 3.2.2 Peserta didik laki-laki dan perempuan mampu bekerjasama tanpa merendahkan salah satu jenis kelamin

No KomponenStandar/ Indikator Deskriptor Keterangan

3.2.3 Guru terampil memadukan strategi pembelajaran yang mampu mendorong peserta didik laki-laki dan perempuan untuk berkompetisi 3.3 Pengelola an

kelas responsif gender

3.3.1 Guru menfasili tasi cara belajar peser ta didik laki-laki dan perempuan secara beragam disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik

3.3.1.1 Guru mengelola kelas sesuai kebutuhan peserta didik

3.3.2 Guru memfasilitasi siswa laki-laki dan perempuan untuk menjadi pemimpin di kelas

Sekolah perlu membuat aturan untuk memastikan representasi berimbang aantaraa laki-laki dan perempuan sebagai pemimpin kelas

3.4 Penugasan tidak membeda kan

3.4.1 Peserta didik laki-laki dan perempuan mendapatkan kesempatan yang sama dalam mengajukan pertanyaan, membuat dugaan, mengumpulkan data serta mengambil kesimpulan 3.4.1.1 Memberikan kesempatan yang sama bagi peserta didik laki-laki dan perempuan untuk memperoleh akses dan partisipasi dalam pembelajaran (tidak didominasi oleh salah satu jenis kelamin) 3.4.2 Guru memberikan contoh-contoh prestasi yang dicapai peserta didik perempuan dan laki-laki 3.5 Kegiatan pembelajaran responsif gender (langkah-langkah proses pembelajaran) 3.5.1. Langkah- langkah pembelajaran pembukaan, inti, dan penutupan dengan melibatkan peserta didik perempuan dan laki-laki secara proporsional 3.5.1.1 Dalam menerapkan tahapan ini, guru memberi kesempatan dan perhatian yang sama kepada semua peserta didik

(13)

No KomponenStandar/ Indikator Deskriptor Keterangan

4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan

4.1 Proporsi tenaga guru laki-laki dan perempuan 4.1.1 Proporsi laki-laki dan perempuan yang pernah mengikuti pelatihan terkait gender 4.1.1 Sekolah memfasilitasi peningkatan kompetensi guru tentang gender

4.2 Pemahaman tena-ga kependidikan perempuan dan laki-laki tentang gender 4.2.1. Proporsi tenaga ke pendidikan laki dan perempuan yang per-nah mengikuti pela-tihan terkait gender

4.2.1 Sekolah memfasilitasi peningkatan kompetensi tenaga kependidikan tentang gender 4.3 Aktivitas

pendi-dik dan tenaga kependidikan dalam kegiatan siswa 4.3.1 Pembimbingan aktivitas dan peminatan peserta didik laki dan perempuan

4.3.1.1 guru membimbing dan mendampingi peserta didik perempuan dan laki-laki pada setiap kegiatan kesiswaan

4.3.2 Kegiatan pembimbingan melanjutkan studi bagi peserta didik laki maupun perempuan

4.3.2.1 guru mendorong peserta didik laki-laki dan perempuan untuk memilih fakultas/jurusan yang sesuai kemampuannya, baik hard-sains maupun soft- sains

4.4 Perilaku menyim-pang dari pendidik dan tenaga kepen-didikan (kekerasan fi sik, psikis, seksual, ekonomi) 4.4.1. Berkurangnya jumlah kekerasan fi sik dan non fi sik sexual terhadap peserta didik perempuan dan laki-laki 4.4.1.1 Sekolah berupaya mencegah terjadinya kekerasan fi sik, psikis, seksual dan ekonomi terhadap peserta didik

5 Sarana dan Prasarana 5.1 Penyedia an Toilet 5.1.1. Jumlah toilet proporsional bagi pengguna peserta didik perempuan dan laki-laki

5.1.1.1 Perbandingan ideal toilet untuk perempuan adalah: 1: 20, dan laki-laki 1: 30. Hal ini dikarenakan waktu yang digunakan perempuan untuk menggunakan toilet lebih lama dibandingkan laki-laki. 5.1.2. Jumlah toilet

proporsional bagi pengguna guru dan tenaga kependidikan perempuan dan laki-laki

5.1.2.1. Selain proporsional, toilet untuk guru dan tenaga kependidikan perempuan dan laki-laki terpisah

5.1.3. fasilitas toilet bagi peserta didik perempuan dan laki-laki terpisah

5.1.3.1 Fasilitas toilet perlu dipisah untuk menumbuhkan rasa aman dan nyaman. 5.1.4. Tersedia tempat

pembuangan sampah tertutup khususnya pada toilet perempuan

5.1.4.1 Perempuan yang sedang menstruasi membutuhkan tempat sampah tertutup .

No KomponenStandar/ Indikator Deskriptor Keterangan

5.2 Penataan ruang kelas

5.2.1 desain meja bagian depan tertutup

5.2.1.1 Desain ini dapat menjaga keamanan dan kenyaman peserta didik dan guru mengikuti PBM 5.2.2 tempat duduk

diatur bergantian (depan belakang maupun kiri kanan)

5.2.2.1 memberi kesamaan akses dan partisipasi peserta didik perempuan dan laki-laki dalam pembelajaran 5.2.3 gambar-gambar tokoh di kelas menampilkan laki dan perempuan secara proporsional

5.2.3.1 gambar tersebut memberi inspirasi dan semangat bagi peserta didik perempuan dan laki-laki untuk meneladani ketokohannya

5.3 Penataan taman sekolah

5.3.1 taman sekolah terbuka dan mudah teramati

5.3.1.1 Mencegah terjadinya kekerasan fi sik, psikis, seksual dan ekonomi 5.3.2 Pemanfaatan taman sekolah untuk pesan-pesan kesetaraan dan keadilan gender 5.3.1.2 Memberi edukasi kesetaraan dan keadilan gender bagi warga sekolah seperti pamlet berisi pesan anti kekerasan, pesan berprestasi unggul, dll. 5.4. Sistem keamanan

sekolah

5.4.1 Pembentukan kelompok teman sebaya antar peserta didik untuk saling menjaga keamanan dari berbagai tindakan diskriminasi gender, kekerasan fi sik, psikis, seksual dan ekonomi

5.4.1.1 Pembentukan kelompok teman sebaya dapat menumbuhkan kepekaan peserta didik dalam mencegah terjadinya tindakan diskriminasi gender, kekerasan fi sik, psikis, seksual dan ekonomi 5.4.2 Membangun komunikasi terbuka antara warga sekolah untuk mencegah tindakan diskriminasi gender, kekerasan fi sik, psikis seksual dan ekonomi

5.4.2.1 Komunikasi dapat mempercepat deteksi adanya potensi tindakan diskriminasi gender, kekerasan fi sik, psikologis dan seksual sehingga dapat diambil jalan keluar secara cepat 5.5. Ruangan khusus layanan 5.5.1 tersedianya ruang konsultasi yang menjamin kenyamanan peserta didik dalam menyampaikan persoalan pribadinya

5.5.1.1 Ruang tertutup dan aman sehingga peserta didik dapat secara terbuka menyampaikan persoalan pribadinya tanpa rasa tertekan.

5.5.2 Tersedianya ruang khusus ganti pakaian yang penggunaannya terpisah antara laki-laki dan perempuan

5.5.2.1 perempuan dan laki-laki bisa berganti pakaian secara aman dan nyaman

(14)

No Standar/

Komponen Indikator Deskriptor Keterangan

5.5.3 tersedianya Ruang UKS yang terpisah bagi laki-laki dan pe rem puan dengan mem perhatikan perbe daan kebutuhan spesifi knya

5.5.3.1 Mampu memenuhi kebutuhan layanan yang aman dan nyaman serta memenuhi kebutuhan spesifi k perempuan dan laki-laki yang berbeda

5.5.4 Tersedianya ruang dan perlengkapan ibadah yang mendukung kekusyukan beribadah bagi laki dan perempuan

5.5.4.1 Ruang dan perlengkapan ibadah harus memperhatikan perbandingan antara jumlah pengguna dengan luas ruangan dan menjamin tidak adanya dominasi penggunaan ruang ibadah oleh salah satu jenis kelamin 6 Pengelolaan 6.1 Visi dan misi

sekolah

6.1.1 Visi dan misi sekolah mendukung upaya mewujudkan pendidikan yang adil dan setara gender

6.1.1.1 Visi dan misi sekolah memuat nilai-nilai yang dapat digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatan sekolah responsif gender, baik pada kegiatan akademik maupun non akademik. Misal: memuat kata seperti adil, setara, non diskriminatif, hak asasi manusia, dll. 6.2 Nilai-nilai dan norma yang berlaku di sekolah 6.2.1 Aturan-aturan sekolah yang menjamin adanya kesamaan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat bagi semua warga sekolah

6.2.1.1 Aturan pemilihan pengurus kelas, Majels Perwakilan kelas, OSIS, kegiatan ekstra kurikuler yang menjamin kesamaan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat bagi laki-laki dan perempuan 6.3. Rencana kerja sekolah 6.3.1 Memuat aktivitas yang mendorong kesamaan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat bagi laki-laki dan perempuan dalam berbagai kegiatan sekolah

6.3.1.1 Mengadakan kegiatan lomba yang mampu meningkatkan pemahaman gender bagi warga belajar melalui pemilihan topik-topik kontekstual terkait peringatan hari-hari besar (Kartini, Ibu, Pendidikan, Pahlawan, dll) berupa: lomba lukis, menulis, pidato, majalah dinding, poster, klipping, dll dengan tema terkait gender 6. 4. Struktur organisasi sekolah 6.4.1. Struktur organisasi di sekolah merepresentasikan keterwakilan perempuan dan laki-laki secara proposional 6.4.1.1 Keterwakilan perempuan dan laki-laki dalam: • Organisasi Sekolah • Komite sekolah • Kepengurusan OSIS

No Standar/

Komponen Indikator Deskriptor Keterangan

6.4.2 Struktur organi-sa si di sekolah tidak bersifat subordinatif yang merugikan salah satu jenis kelamin dalam alokasi pekerjaannya

6.4.2.1 Perempuan dan laki-laki berpeluang sama untuk menduduki jabatan ketua, sekretaris, bendahara, pengembangan sarana dan prasarana pendidikan, dll. 6.5. Penugasan 6.5.1. Kesempatan

yang sama bagi perempuan dan laki-laki untuk mendapatkan penugasan sekolah

6.5.1.1 Perempuan dan laki-laki berpeluang sama untuk melak-sanakan tugas sekolah seperti: • Koordinator pelaksanaan

ujian

• Ketua even perlombaan • Pendamping peserta didik

mengikuti perlombaan di luar sekolah

• Mengikuti kompetisi petugas upacara, dll 6.6. Pengem bangan

karir dan promosi

6.6.1 Kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki untuk mengembangkan karir dan promosi

6.6.1.1 Perempuan dan laki-laki berpeluang sama untuk mengikuti: • Studi lanjut • Diklat • Penelitian 6.7. Pengam bilan keputusan 6.7.1 Kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki untuk memberikan pendapat sebagai dasar pengambilan keputusan

6.7.1.1 Perempuan dan laki-laki berpeluang sama untuk: • Menyampaikan saran/ pendapat • Mengambil keputusan penting di sekolah 7. Pembiayaan 7.1 Menerapkan Perencanaan dan Penganggar an Responsif Gender (PPRG) di sekolah 7.1.1 Penyediaan Anggaran Kesetaraan Gender 7.1.1.1. Contoh anggaran kesetaraan gender : • Integrasi gender pada

pemberian beasiswa • Integrasi gender pada

penyediaan sarpras • Integrasi gender pada

pengiriman diklat guru dan tenaga kependidikan, dll 7.1.2 Penyediaan anggaran untuk pemenuhan kebutuhan spesifi k gender

7.1.2.1 Contoh anggaran untuk pemenuhan kebutuhan spesifi k gender: • penyediaan pembalut

wanita,

• Penyediaan pil anti nyeri haid, dll

(15)

No KomponenStandar/ Indikator Deskriptor Keterangan 7.1.3 Penyediaan anggaran untuk Pelembagaan Kesetaraan Gender 7.1.3.1 Contoh anggaran untuk pelembagaan pengarusutamaan gender antara lain: • Pembentukan pokja gender dan gender focal point

• Peningkatan kapasitas pokja dan gender focal point

• Penyusunan data terpilah pendidikan 7.2. Adanya kesamaan akses dan partisipasi bagi perempuan dan laki-laki dalam proses penyusunan anggaran sekolah 7.2.1. Adanya representasi perempuan dan laki-laki dalam proses penyusunan anggaran 7.2.1.1 Representasi perempuan dan laki-laki dalam tim anggaran sekolah 7.3 Adanya kesamaan akses dan partisipasi bagi perempuan dan laki-laki dalam memonitor penggunaan anggarn sekolah 7.3.1. Adanya representasi perempuan dan laki-laki dalam memonitor penggunaan anggarn sekolah 7.3.1.1 Representasi perempuan dan laki-laki dalam memonitor penggunaan anggaran sekolah

8. Penilaian 8.2. Penilaian adil dan setara 8.2.1 Standar penilaian memperhatian perbedaan kodrat perempuan dan laki-laki 8.2.1.1 Penilaian yang

melibatkan aspek fi sik seperti olah raga menggunakan standar yang berbeda, (standar nilai kecepatan/ waktu tempuh berlari/ berenang antara laki-laki dan perempuan, lari 100 meter laki-laki X menit, perempuan X+... menit mendapat nilai yang sama)

8.2.1.2 Pemberian kesempatan untuk ujian/ulangan susulan karena peserta didik sedang berhalangan/sakit berkaitan dengan fungsi reproduknya (misal: perempuan tidak bisa mnegikuti ujian karena nyeri hebat saat menstruasi)

No KomponenStandar/ Indikator Deskriptor Keterangan

8.2.2 Proses penilaian dilakukan secara obyektif bagi peserta didik laki-laki maupun perempuan. 8.2.2.1 Mengembangkan alat penilaian yang tidak menyulitkan peserta didik dilihat dari jenis kelaminnya. Misal: Materi soal ujian tidak cenderung menguntungkan salah satu jenis kelamin karena mereka punya pengalaman yang lebih dibandingkan jenis kelamin yang lain terkait soal tersebut (soal menyebut nama tokoh-tokoh sepak bola, balap motor, lebih menguntungkan laki-laki, isi bacaan

tentang selebritis lebih menguntungkan perempuan. 9 Partisipasi masyarakat 9.1 Komposisi dan peran Komite Sekolah 9.1.1 Setiap individu memperoleh kesempatan sama dalam jabatan komite sekolah sesuai dengan kompetensi nya 9.1.1 Komposisi peengelola komite sekolah terdiri dari perempuan dan laki-laki secara proporsional 9.1.2 Jumlah kepengurusan perempuan dan laki-laki proporsional

9.1.2 Dominasi salah satu jenis kelamin dalam pengelolaan komite sekolah harus dihindari 9.2 Hubungan baik antara sekolah dengan masyarakat dalam mewujudkan sekolah responsif gender 9.2.1Masyarakat menerima implementasi sekolah responsif gender 9.2.1.1 Kesediaan masyarakat menerima komunikasi, informasi dan edukasi tentang kesetaraan dan keadilan gender.

9.2.1.2 Kesediaan masyarakat mempraktekkan nilai-nilai adil dan setara gender di lingkungan masyarakat 9.2.1.3 Kesediaan masyarakat

mendukung terbangunnya sekolah responsif gender 9.3. Hubungan baik

antara sekolah dengan orang tua peserta didik

9.3.1

Orangtua (bapak dan ibu) menjalin komunikasi dengan sekolah dalam mendukung implementasi sekolah responsif gender 9.3.1.1 Adanya keseimbangan peran bapak dan ibu dalam urusan sekolah anak

(16)

D. Pengukuran Standar

Pengukuran satuan pendidikan responsif gender menggunakan 8 (delapan)

standar nasional pendidikan

++

(ditambah satu standar partisipasi masyarakat).

Penilaian didasarkan pada kriteria “ada” dan “tidak ada” pada deskriptor

masing-masing indikator standar sebagaimana sudah diuraikan pada tabel 2.2. dengan

ketentuan memberi skor 1 jika “ada” dan skor 0 jika “tidak ada”. Gambaran

selengkapnya tentang ukuran standar digambarkan pada tabel 2.3.

Tabel 2.3. Jumlah Indikator, Deskriptor dan Skor Standar Satuan Pendidikan

Responsif Gender Menurut Instrumen Standar

No. Instrumen Standar  Indikator  Deskriptor Skor Tertinggi

Skor Terendah

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Standar Kompetensi Kelulusan 3 6 6 0

Standar Isi 3 3 3 0

Standar Proses 5 9 9 0

Standar Pendidik & Tenaga Kependidikan 4 5 5 0

Standar Sarana dan Prasarana 5 15 15 0

Standar Pengelolaan 7 8 8 0

Standar Pembiayaan 3 5 5 0

Standar Penilaian 1 2 2 0

Standar Partisipasi Masyarakat 3 4 4 0

Jumlah 34 57 57 0

Berdasarkan tabel 2.3 maka skor tertinggi sekolah responsif gender adalah 57

dan skor terendah adalah 0. Pada penilaian satuan pendidikan responsif gender akan

dikategorikan ke dalam tiga kategori yaitu kurang, cukup dan baik. Pengklasifi kasian

kategori kurang, cukup dan baik dijelaskan secara ringkas pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Kategori Penilaian Satuan Pendidikan Responsif Gender

menurut Standar dan Skor Nilai

No. Instrumen Standar Kategori Menurut Skor nilai

Kurang Cukup Tinggi

(1) (2) (3) (4) (5)

Standar Kompetensi Kelulusan 0-2 3-4 5-6

Standar Isi 0-1 2 3

Standar Proses 0-3 4-6 7-8

Standar Pendidik & Tenaga Kependidikan 0-1 2-3 4-5

Standar Sarana dan Prasarana 0-5 6-10 11-15

Standar Pengelolaan 0-3 4-6 7-9

Standar Pembiayaan 0-1 2-3 4-5

Standar Penilaian 0 1 2

Standar Partisipasi Masyarakat 0-1 2 3-4

Jumlah 0-18 19-38 39-57

Berdasarkan tabel 2.4, satuan pendidikan memiliki Standar Kompetensi

Lulusan responsif gender pada kategori:

kurang apabila memperoleh skor antara 0 sampai dengan 2

cukup apabila memperoleh skor antara 3 sampai dengan 4

tinggi apabila memperoleh skor antara 5 sampai dengan 6

Satuan pendidikan memiliki Standar Isi responsif gender pada kategori:

kurang apabila memperoleh skor antara 0 sampai dengan 1

cukup apabila memperoleh skor 2

tinggi apabila memperoleh skor 3

Satuan pendidikan memiliki Standar Proses responsif gender pada kategori:

kurang apabila memperoleh skor antara 0 sampai dengan 3

cukup apabila memperoleh skor antara 4 sampai dengan 6

tinggi apabila memperoleh skor antara 7 sampai dengan 9

Satuan pendidikan memiliki Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

responsif gender pada kategori:

kurang apabila memperoleh skor antara 0 sampai dengan 1

cukup apabila memperoleh skor antara 2 sampai dengan 3

tinggi apabila memperoleh skor antara 4 sampai dengan 5

Satuan pendidikan memiliki Standar Sarana dan Prasarana responsif

gender pada kategori:

kurang apabila memperoleh skor antara 0 sampai dengan 5

cukup apabila memperoleh skor antara 6 sampai dengan 10

tinggi apabila memperoleh skor antara 11 sampai dengan 15

Satuan pendidikan memiliki Standar Pengelolaan responsif gender pada

kategori:

kurang apabila memperoleh skor antara 0 sampai dengan 3

cukup apabila memperoleh skor antara 4 sampai dengan 6

tinggi apabila memperoleh skor antara 7 sampai dengan 8

Satuan pendidikan memiliki Standar Pembiayaan responsif gender pada

kategori:

kurang apabila memperoleh skor antara 0 sampai dengan 1

cukup apabila memperoleh skor antara 2 sampai dengan 3

tinggi apabila memperoleh skor antara 4 sampai dengan 5

(17)

A. DATA

Isian instrumen penilaian dapat dilakukan dengan cara:

1. Melakukan pengamatan/ observasi pada satuan pendidikan

2. Dokumen yang dimiliki oleh satuan pendidikan

3. Hasil wawancara dengan warga sekolah dan stakeholder yang relevan

seperti Komite Sekolah, Dewan Pendidikan, Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan, serta masyarakat.

Tabel 3.1. Sumber Data Berdasarkan Standar/ Komponen Penilaian

No Standar/

Komponen Indikator Deskriptor Sumber data

1 Standar Kompetensi Lulusan (SKL) 1.1. Prestasi akademik perempuan dan laki-laki 1.1.1. Laki-laki dan perempuan mempunyai prestasi akademik yang tinggi dengan kesenjangan yang semakin kecil

1.1.1 Dokumen rekapitulasi hasil belajar siswa menurut jenis kelamin

1.2. Prestasi non akademik perempuan dan laki-laki 1.2.1. Laki-laki dan perempuan mempunyai prestasi non akademik yang baik

1.2.1.1 Dokumen rekapitulasi hasil prestasi non akademik siswa menurut jenis kelamin 1.3. Sikap saling menghargai antara perempuan dan laki-laki 1.3.1. Bersikap dan berperilaku santun kepada siapapun 1.3.1.1 Dokumen tata tertib sekolah 1.3.2. menghindari pelabelan negatif terhadap salah satu jenis kelamin

1.3.2.1. Pengamatan/ observasi pada perilaku peserta didik laki-laki dan perempuan 1.3.3 Demokratis,

akomodatif dan toleran

1.3.3.1. Wawancara dengan warga sekolah 1.3.4. Tidak melakukan

tindakan menganggu rasa aman dan nyaman bagi orang lain

1.3.4.1. data laporan pelanggaran tata tertib sekolah

BAB 3

Strategi Penilaian Standar

Satuan pendidikan memiliki Standar Penilaian responsif gender pada

kategori:

kurang apabila memperoleh skor 0

cukup apabila memperoleh skor 1

tinggi apabila memperoleh skor 2

Satuan pendidikan memiliki Standar Partisipasi Masyarakat responsif

gender pada kategori:

kurang apabila memperoleh skor antara 0 sampai dengan 1

cukup apabila memperoleh skor 2

tinggi apabila memperoleh skor antara 3 sampai dengan 4

Secara keseluruhan, suatu satuan pendidikan dikatakan:

• kurang

responsif

gender apabila memperoleh skor antara 0 sampai

dengan 18

• cukup responsif gender apabila memperoleh skor antara 19 sampai

dengan 38

• sangat responsif gender apabila memperoleh skor antara 39 sampai

(18)

No KomponenStandar/ Indikator Deskriptor Sumber data 2. Isi 2.1. Integrasi gender dalam silabus dan RPP 2.1.1Materi gender terintegrasi dalam komponen pembelajaran pada silabus dan RPP

Dokumen Silabus dan RPP

2.2 Integrasi gender pada bahan ajar dan sumber belajar

2.2.1 Bahan ajar dan sumber belajar dirancang berisi materi dengan mengintegrasikan gender yang relevan

Dokumen bahan ajar dan sumber belajar pada mapel seperti: • Agama • PKn • IPS • IPA • Bahasa • Olahraga • Seni Budaya • Prakarya 2.3 Integrasi gender dalam media pembelajaran 2.3.1 Media pembelajaran dirancang berisi materi dengan mengintegrasikan gender yang relevan

2.3.1.1 Media Pembelajaran 3. Proses 3.1 Metode pembelajaran responsif gender

3.1.1 Peserta didik laki-laki dan perempuan mendapat kesempatan yang sama untuk berperan aktif

mengemukakan gagasan, bertanya, dan mengkritisi gagasan tanpa perasaan minder (inferior) atau lebih hebat (superior).

3.1.1.1 Wawancara kepada peserta didik 3.2 Model pembelajaran responsif gender 3.2.1 Membentuk kelompok-kelompok yang anggota-nya terlibat aktif dalam bertukar gagasan dan peme cahan masalah bersa-ma dengan perban dingan jumlah peserta didik laki-laki dan perempuan secara proporsional

3.2.1.1 Wawancara kepada peserta didik, pengamatan

3.2.2 Peserta didik laki-laki dan perempuan mampu bekerjasama tanpa merendahkan salah satu jenis kelamin

3.2.3 Guru terampil memadukan strategi pembelajaran yang mampu mendorong peserta didik laki-laki dan perempuan untuk berkompetisi

No KomponenStandar/ Indikator Deskriptor Sumber data

3.3 Pengelola an kelas responsif gender

3.3.1 Guru menfasilitasi cara belajar peserta didik laki-laki dan perempuan secara beragam disesuai-kan dengan kebutuhan peserta didik

3.3.1.1 Wawancara kepada peserta didik, pengamatan

3.3.2 Guru memfasilitasi siswa laki-laki dan perempuan untuk menjadi pemimpin di kelas

Peraturan affi rmative action yang menjamin representasi berimbang aantaraa laki-laki dan perempuan sebagai pemimpin kelas 3.4 Penugasan

tidak membeda kan

3.4.1 Peserta didik laki-laki dan perempuan mendapatkan kesempatan yang sama dalam mengajukan pertanyaan, membuat dugaan, mengumpulkan data serta mengambil kesimpulan

3.4.1.1 Wawancara kepada peserta didik, pengamatan

3.4.2 Guru memberikan contoh-contoh prestasi yang dicapai peserta didik perempuan dan laki-laki 3.5 Kegiatan pembelajaran responsif gender (langkah-langkah proses pembelajaran) 3.5.1. Langkah- langkah pembelajaran pembukaan, inti, dan penutupan dengan melibatkan peserta didik perempuan dan laki-laki secara proporsional

3.5.1.1 Wawancara kepada peserta didik, pengamatan 4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan 4.1 Proporsi tenaga guru laki-laki dan perempuan

4.1.1 Proporsi laki-laki dan perempuan yang pernah mengikuti pelatihan terkait gender 4.1.1 Dokumen Data Kepegawaian 4.2 Pemahaman tena-ga kependi dikan perem puan dan laki-laki tentang gender

4.2.1. Proporsi tenaga kependidikan laki dan perempuan yang pernah mengikuti pelatihan terkait gender

4.2.1 Dokumen Data Kepegawaian

4.3 Aktivitas pendidik dan tenaga kepen-didikan dalam kegiatan siswa

4.3.1 Pembimbingan aktivitas dan peminatan peserta didik laki dan perempuan

4.3.1.1 surat penugasan dari Kepala Sekolah

4.3.2 Kegiatan pembimbingan melanjutkan studi bagi peserta didik laki maupun perempuan

4.3.2.1 Wawancara dengan peserta didik laki-laki dna perempuan

(19)

No KomponenStandar/ Indikator Deskriptor Sumber data 4.4 Perilaku menyim pang dari pendidik dan tenaga kepen didikan (kekerasan fi sik, psikis, seksual, ekonomi) 4.4.1.Berkurangnya jumlah kekerasan fi sik dan non fi sik sexual terhadap peserta didik perempuan dan laki-laki 4.4.1.1 Dokumen Laporan pelanggaran peratauran sekolah 5 Sarana dan Prasarana 5.1 Penyedia an Toilet 5.1.1Jumlah toilet proporsional bagi pengguna peserta didik perempuan dan laki-laki

5.1.1.1 Pengamatan dan melakukan perhitungan perbandingan antara jumlah toilet dengan jumlah peserta didik laki-laki dan perempuan 5.1.2.Jumlah toilet

proporsional bagi pengguna guru dan tenaga kependidikan perempuan dan laki-laki

5.1.2.1 Pengamatan dan melakukan perhitungan perbandingan antara jumlah toilet dengan jumlah guru dan tenaga kependidikan perempuan dan laki-laki 5.1.3. fasilitas toilet bagi

peserta didik perempuan dan laki-laki terpisah

5.1.3.1 Pengamatan

5.1.4. Tersedia tempat pembuangan sampah tertutup khususnya pada toilet perempuan

5.1.4.1 Pengamatan

5.2 Penataan ruang kelas

5.2.1 desain meja bagian depan tertutup

5.2.1.1 Pengamatan 5.2.2 tempat duduk diatur

bergantian (depan belakang maupun kiri kanan)

5.2.2.1 Pengamatan dan wawancara terhadap siswa perempuan dan lakai-laki 5.2.3 gambar-gambar tokoh

di kelas menampilkan laki dan perempuan secara proporsional

5.2.3.1 Pengamatan

5.3 Penataan taman sekolah

5.3.1 taman sekolah terbuka dan mudah teramati

5.3.1.1Pengamatan 5.3.2 Pemanfaatan taman

sekolah untuk pesan-pesan kesetaraan dan keadilan gender

5.3.1.2 Pengamatan ketersediaan pesan-pesan di taman sekolah 5.4. Sistem

keamanan sekolah

5.4.1 Pembentukan kelompok teman sebaya antar peserta didik untuk saling menjaga keamanan dari berbagai tindakan diskriminasi gender, kekerasan fi sik, psikis, seksual dan ekonomi

5.4.1.1 Wawancara dengan peserta didik laki-laki dan perempuan

No KomponenStandar/ Indikator Deskriptor Sumber data

5.4.2 Membangun komunikasi terbuka antara warga sekolah untuk mencegah tindakan diskriminasi gender, kekerasan fi sik, psikis seksual dan ekonomi

5.4.2.1 Wawancara dengan warga sekolah

5.5. Ruangan khusus layanan

5.5.1 tersedianya ruang konsultasi yang menjamin kenyamanan peserta didik dalam menyampaikan persoalan pribadinya 5.5.1.1 Pengamatan ketersediaan ruangan khusus 5.5.2 Tersedianya ruang khusus ganti pakaian yang penggunaannya terpisah antara laki-laki dan perempuan

5.5.2.1 Pengamatan ketersediaan ruangan khusus

5.5.3 tersedianya Ruang UKS yang terpisah bagi laki-laki dan perempuan dengan memperhatikan perbedaan kebutuhan spesifi knya

5.5.3.1 Pengamatan ketersediaan ruangan khusus

5.5.4 Tersedianya ruang dan perlengkapan ibadah yang mendukung kekusyukan beribadah bagi laki dan perempuan

5.5.4.1 Pengamatan ketersediaan ruangan khusus

6 Pengelolaan 6.1 Visi dan misi

sekolah

6.1.1 Visi dan misi sekolah mendukung upaya mewu-judkan pendidikan yang adil dan setara gender

6.1.1.1 Visi dan misi sekolah

6.2 Nilai-nilai dan norma yang berlaku di sekolah

6.2.1 Aturan-aturan sekolah yang menjamin adanya kesamaan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat bagi semua warga sekolah

6.2.1.1 Aturan sekolah

6.3. Rencana kerja sekolah

6.3.1 Memuat aktivitas yang mendorong kesamaan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat bagi laki-laki dan perempuan dalam berbagai kegiatan sekolah

6.3.1.1 Dokumen perencanaan sekolah 6. 4. Struktur organisasi sekolah 6.4.1. Struktur organisasi di sekolah merepresentasikan keterwakilan perempuan dan laki-laki secara proposional

6.4.1.1 Struktur organisasi yang merepresentasikan Keterwakilan

perempuan dan laki-laki dalam:

• Organisasi Sekolah • Komite sekolah • Kepengurusan OSIS

(20)

No KomponenStandar/ Indikator Deskriptor Sumber data

6.4.2 Struktur organisasi di sekolah tidak bersifat sub-ordinatif yang merugikan salah satu jenis kelamin dalam alokasi pekerjaannya

6.4.2.1 Kepengurusan pada Struktur organisasi

6.5. Penugas an 6.5.1. Kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki untuk mendapatkan penugasan sekolah Surat tugas 6.6. Pengem bangan karier dan promosi 6.6.1 Kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki untuk mengembang kan karir dan promosi

6.6.1.1 Data kepesertaan Pe rempuan dan laki-laki pada: • Studi lanjut • Diklat • Penelitian 6.7. Pengam bilan keputusan 6.7.1 Kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki untuk memberikan pendapat sebagai dasar pengambilan keputusan

6.7.1.1 Wawancara kepada warga sekolah

7. Pembiayaan 7.1 Menerap kan

Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG) di sekolah 7.1.1 Penyediaan Anggaran Kesetaraan Gender

Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Sekolah 7.1.2 Penyediaan anggaran

untuk pemenuhan kebutuhan spesifi k gender

7.1.2.1 Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Sekolah 7.1.3 Penyediaan anggaran untuk Pelembagaan Kesetaraan Gender

Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Sekolah 7.2. Adanya kesama-an akses dkesama-an partisipasi bagi perempuan dan laki-laki da lam proses penyu-sunan ang garan sekolah

7.2.1. Adanya representasi perempuan dan laki-laki dalam proses penyusunan anggaran 7.2.1.1 Dokumen presensi rapat pembahasaan penyusunan anggaran 7.3 Adanya kesama-an akses dkesama-an par tisipasi bagi pe rempuan dan laki-laki dalam memonitor peng gunaan anggaran sekolah 7.3.1.Adanya representasi perempuan dan laki-laki dalam memonitor penggunaan anggarn sekolah 7.3.1.1 Dokumen presensi Kegiatan memonitor penggunaan anggaran sekolah

No KomponenStandar/ Indikator Deskriptor Sumber data

8. Penilaian 8.2. Penilaian adil dan setara

8.2.1 Standar penilaian memperhatian perbedaan kodrat perempuan dan laki-laki

8.2.1.1 Dokumen soal 8.2.1.2 Berita acara ujian

susulan 8.2.2 Proses penilaian

dilakukan secara obyektif bagi peserta didik laki-laki maupun perempuan.

8.2.2.1 Dokumen soal 9 Partisipasi masyarakat 9.1 Komposisi dan peran Komite Sekolah 9.1.1 Setiap individu memperoleh kesempatan sama dalam jabatan komite sekolah sesuai dengan kompetensinya

9.1.1 Data komposisi kepengurusan

9.1.2 Jumlah kepengurusan perempuan dan laki-laki proporsional 9.1.2 Data komposisi kepengurusan 9.2 Hubungan baik antara sekolah dengan masyarakat dalam mewujudkan sekolah responsif gender 9.2.1 Masyarakat menerima implementasi sekolah responsif gender 9.2.1.1 Wawancara dengan masyarakat. 9.2.1.2 Wawancara dengan masyarakat 9.2.1.3 Wawancara dengan amsyarakat 9.3. Hubungan baik antara sekolah dengan orang tua peserta didik

9.3.1Orangtua (bapak dan ibu) menjalin komunikasi dengan sekolah dalam mendukung implementasi sekolah responsif gender

9.3.1.1 Wawancara dengan oraang tua siswa

B. ANALISIS DATA

Data yang telah terkumpul dianalis secara kuantitatif dengan melakukan

penilaian terhadap setiap deskriptor dari indikator yang telah ditetapkan

sebagaimana diuraikan pada Bab II. Cara melakukan analisis adalah sebagai

berikut:

1. Rekap isian instrumen penilaian ke dalam form rekapitulasi hasil

penilaian sekolah responsif gender (form rekap terlampir).

2. Hitung hasil penilaian

3. Simpulkan berdasarkan kategori penilaian sebagaimana disajikan pada

tabel 2.5.

(21)

Tabel 2.5. Rekap Hasil Penilaian

No. Instrumen Standar  Deskriptor Skor Tertinggi

Skor Terendah

Kategori Penilaian Rendah Cukup Tinggi

(1) (2) (4) (5) (6)

Standar Kompetensi Kelulusan 6 6 0 0-2 3-4 5-6

Standar Isi 3 3 0 0-1 2 3

Standar Proses 9 9 0 0-3 4-6 7-9

Standar Pendidik & Tenaga Kependidikan

5 5 0 0-1 2-3 4-5

Standar Sarana dan Prasarana 15 15 0 0-5 6-10 11-15

Standar Pengelolaan 8 8 0 0-3 4-6 7-8

Standar Pembiayaan 5 5 0 0-1 2-3 4-5

Standar Penilaian 2 2 0 0 1 2

Standar Partisipasi Masyarakat 4 4 0 0-1 2 3-4

Jumlah 57 57 0 0-18 19-38 39-57

C. PELAPORAN

Penilaian dilakukan sendiri oleh Kepala Sekolah dengan mengisi instrumen

yang ada pada buku Standar Satuan Pendidikan Responsif Gender ini. Hasil

pengisian instrumen kemudian dilaporkan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kabupaten/ Kota dimana sekolah tersebut berada. Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kabupaten/ Kota selanjutnya melaporkan hasil penilaian tersebut

ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan tingkat provinsi. Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Tingkat Provinsi selanjutnya melakukan verifi kasi hasil penilaian

dan hasil verifi kasi tersebut dilaporkan ke Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan RI.

Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Pedoman Penulisan Bahan Ajar

Berwawasan Gender.

Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 Tentang Pengarusutamaan Gender dalam

Pembangunan Nasional.

Kementerian Pendidikan Nasional, 2010. Acuan Pelaksanaan Sekolah Dasar

Berwawasan Gender.

Kementerian Pendidikan Nasional, 2010. Acuan Pelaksanaan Sekolah Menengah

Pertama Berwawasan Gender.

Kementerian Pendidikan Nasional, 2010. Acuan Pelaksanaan Sekolah Menengah

Atas Berwawasan Gender.

Kementerian Pendidikan Nasional, 2010. Acuan Pelaksanaan Perguruan Tinggi

Berwawasan Gender.

Kementerian Pendidikan Nasional, 2010. Satu Dasawarsa Pengarusutamaan

Gender Bidang Pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 84 Tahun 2008 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan.

Unesco, 2002. Panduan Perencanaan Pendidikan Untuk Semua (PUS) Asia

Timur dan Asia Tenggara. Jakarta.

Unesco, 2002. Guidelines for Preparing Gender Responsive EFA Plans.

Dafar Pustaka

(22)

Gambar

Tabel 2.1: Sinkronisasi indikator  gender pada delapan standar nasional pendidikan  dengan empat aspek  satuan pendidikan responsif gender
Tabel 2.2. Standar/Komponen, Indikator dan Deskriptor Sekolah Responsif Gender No Standar/
Tabel 2.4. Kategori Penilaian Satuan Pendidikan Responsif Gender   menurut Standar dan Skor Nilai
Tabel 3.1.  Sumber Data Berdasarkan Standar/ Komponen Penilaian  No Standar/
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan akreditasi tersebut mamiliki makna hasil akreditasi (1) memberikan gambaran tentang tingkat kinerja sekolah yang dapat digunakan untuk kepentingan pembinaan,

Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara

Analisis Hujan Bulan Oktober 2017, Prakiraan Hujan Bulan November, Desember 2017 dan Januari 2018 disusun berdasarkan hasil pantauan kondisi fisis atmosfer dan data yang diterima

Saib Suwilo, M.Sc, selaku dosen pembimbing dan Ketua Pelaksana Program D3 Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara yang

keberhasilan proses pendidikan di sekolah. Kompetensi pedagogis ini terkait dengan cara mengajar yang baik dan tepat, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan

Sejarah telah mencatat pada prinsipnya Nabi Muhammad SAW telah berhasil mengajarkan tiga prinsip pemasaran modern yang terkenal yaitu branding dengan membangun merek pribadi

No Komponen Akomodasi Jasa Pelayanan Obat Tarif.. Tambahan Akomodasi dibuat harga

Dengan meningkatnya berat jenis pada batuan yang makin dalam letaknya, maka kadar besi  juga akan semakin meningkat, sehingga pada selubung bumi mempunyai kemungkinan