• Tidak ada hasil yang ditemukan

CAKRAWALA JUNI 2001 XX No.3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "CAKRAWALA JUNI 2001 XX No.3"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Jlni

2fi)1,

Th.

XX.

No. 3

t!akrawala

pGndldlkan

MAJALAH

ILMIAH KEPENDIDIKAN

PENERBIT LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

.o

CAKRAWALA PENDIDIKAN,'

Visi :

Menumbuhkan Cakrawala Berfikir Partisipatif dalam Pembangunan Nasional

melalui

Misi ,

tt##:a

^yuundan

pelajaman orientasi Masyarakat pendidikan Indonesia dalam

Pembangunan Nasional'

Penerbit

Lembaga Pengabdian

Fenanggung iawab Ketua PenYunting Angota PenYunting

Penyunting Ahli

Sekretariat

kepada Masylrakat Universitas Negeri Yo gyakarta

Drs. Sukidjo, M.Pd'

irof.

Dr. Soaiq Azis Kuntoro' M'Ed'

1.

Prof. Dr. Wuryadi,

M'S'

.

2.

Prof' Dr. Husain Haikal, MA

3.

Prof. Dr. Hj. Darnliyati Zuchdi' M'Ed'

4.

Drs. Pardjono, M'Sc', Ph'D'

5.

Drs' Sumarno, M'A', Ph'D'

6.

Dr. Abdul Gafur DA, M'Sc'

7.

Drs. Bambang Subali, M'S'

8.

Dr. Nurfina Aznam, APt" S'U'

g.

Drs. Soeharto, M'S'O'E', Ph'D'

10. Drs. Wawan Sundawan' M'Ed' 11. Drs' Kastam SYamsi, M'Ed'

12. Drs. Bambang PriYanto

l.Prof.Dr'SabarliAkhadiah(UniversitasNegeriJakarta)

2.

prof. Dr. H. Djohar,

M.S.

iuniversitas Negeri Yogyakarta)

3.

Prof.Dr.PH

p.**io,

M'Pd'

(UniversitasN:g?:i

Sellane)

'

4.Prof'Dr.H.SaidHamidHasan,MA(UniveritasPendidikanlndonesia)

;.

-pt"i.ot.vr"sa

Asy'arie

$AINSunan Kalijaga)

6.

Prof.Dr. Supiiyoto,

M'Pd'

iUSf Taman Siswa Yogyakarta)

:

1.

Drs. SuPantoro

'

2.

Siti Mariana, S.Sos'

3.

Sri WiYati, B.Sc.

4.

WidiYanto

5.

SuPraPto

SK MENTERI PENERANGAN RI :

sTTNoMoR:s20/Srorr.rnxPPG/STT/198I,TANGGAL9MARET198l

ISSN:0216-1370

Alamat Redaksi

I.PVT UNTVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Kampus Karangmalang, Yogyak arta .5 5281

Telepon (0274)SSOS3E'o""Erung), (0274) 586168 Psw 233, 346,359 dan273

Fax.0274

-

565500
(3)

KATA PENGANTAR

Banglalndonesiasedangmenghadapimasalalrkeutrrhanbangsa,disampingsedang

melakukanperjuangandalammenghadapidampakmasaperubalranglobalyangmenimpa

bangsa Indonesia seperti pengaruh budaya dan

nilai-nilai asing yang tidak sesuai dengan

kepribadian bangsa Indonesia. pendidikan nilai, baik nilai-nilai

yang bersumber dari nilai

keagamaanmaupundarinilaibudayabangsalndonesiamenjadiperhatianpemerinrahdan

Lrhususnya para pendidik dalarn upaya rnenjaga

keutuhan bangsa dan membentuk bangsa

Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur'

Dalam terbitan nomor ini cakrawara

pendidikan hadir dengan g (sernb'an) tulisan yang

terdiri dari

5

.ima)

nrlisan yang mangangkat tema

peran ronaja masjid dalam ikut

mensukseskanpendidikanbangsa'persatuanbangsa'upayapernberrtukanakhlakbangsa'

artematif solusi menjaga kerukunan dengan pendekatan

agarn4 dan integrdsi bangsa' di

sampingjugabeberapaartikeldengantemapendidikanyanglainsertasaturesensibuktt.

Dawali de,ngan tulisan dari Darmiyati Zuchdi dengan

judul Pendidikan Nilai secara

komprehensif sebagai Alternatif Pernbentukan Akhlak

Bangsa' diikuti dengan tulisan dari

SubardhydenganjudulSikapRemajaMasjidTerhadapNormaKeluargaKecilserta

Implikasinya terhadap Pendidikannya' Tulisan yang mengangkat tema persatuan

bangsa adalatr

tulisan dari L. Hendrowibowo dengan judul

pendidikan Kewarganegaraan (pKn) Menjawab

Tantangan Masa Depan ke Arah lntegrasi Bangsa'

Tulisarrdengantemayanglainyangperludigarisbawahiadalalrtentangparadigmabaru

evaluasi dan paradigma baru pendidikan kejuruan oleh

Barnbang Subali yang berjudul

pembaharuan sistem Evaluasi Dalam skala Mikro dan Skala Mako

pada pengajaran Biologi,

dan tentang pijakan Asas pendidikan Kejuruan dalam

Meng'adapi rantangan perkembangan

TeknologiyangditulisolehPardjono.Dsampingituadasatutulisantentangresensibukuyang

dilakukan oleh Abdul Gafrrr yang berjudul Media Teknologi

Media lnstnrksional'

Kepadaparapembaca'diharapkanadategursapa'kritikdarrsarankepadaparapenulis

maupunredaksidemipeningkatankualitaspenerbitanCakrawalaPendidikanini.Disamping ituredaksijugamengharapkanparapembacauntukdapatmenyumbangkantulisankepada jumal ini demi keberlangsungan penerbitan'

(4)

DAFTAR ISI

Pengantar Redaksi

Daftar Isi ... .

l.

Pendekatan pendidikan Nirai

Secara Komprehensif Sebagai Suatu

Alternatif pembentukan Akhlak

B;;;;

OIeh : Darmiyati Zuchdi

5. Mencari pijakan Azas pendidikan

Kejuruan Daram Menghadapi

Tantangan perkembangan Teknologi Oleh: Pardjono ... -,._..:..

.

.

Pembaharuan Sistem,Evaruasi Daram skara Mikro dan

skara Makro

l1$

lensajaran Biorogi di

SMt

Oleh : Bambang Subali... ... ... . ... .

7

'

itrjffiffif,Tlff"?T,t**ruan

ringgi Keorahragaan Menghadapi

OIeh: Dimyati

8.

Pendidikan Kewarganegaraan (pkn)

Menjawab Tantangan Masa

Depan Ke Arah tntigaii

B*g*---'

"'

Oleh : L. Hendrowibowo ...

.:_

....

.

9'

[ftffii,r*rlnstructional

Media And Technotogies For Learning

2.

li$n

leryja

Masjid Terhadap Nonna

Ketuarga Kecit Oleh: Subardhi...

3'

Pluralitas Agama dan Kerukunan Umat

Beragama di Indonesia Oleh: Marzuki...

4'

Pora pendidikan

Anak wanita pekerja sektor Informar di Kota Yoryakarta

Oleh: Suwarna...

OIeh :Abdul Gafir

159- 166

167

-

t75

176

-

186

t87

-

196

197 -207

208-2t8

2t9 -226

227 -23s

(5)

Cakrawala Pendidikan Juni 2001 Th. XX No. 3

PEMBAHARUAN SISTEM EVALUASI DALAM SKALA MIKRO DAN SKALA MAKRO

PADA PENGAJARAN BIOLOGI DI SIVIU

Oleh

:

Bambang Subali

FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Diterima:8 April 2001

I

disetujui:29 Mei 2001

Abstract

The article discussed about the status and function

of

evaluation which is

proportionally using both macro and micro scales on

Biology,

specially

in

Senior

High School. The discussion was applied by combining theories and the facts exist.

The result concluded that macro scale evaluation on Biology

in

Senior High School

by using the national assessment (Ebtanas)

,

which is only measuring the cognitive

ability should be used as a mean to monitor and describe the quality of education in

improving the policy and not to deterrnine the graduation or entrance selection. The

result of analysis on Ebtanas outcomes should be distributed to the teachers in order

to

make any improvement

on

teaching quality based

on

cognitive aspect. The

graduation

or

student achievement on Biology related

to

the notion

of

IPA which

contains the product and process

skill

was better

to

be assessed by using authentic

assessment so that the students' work could be the orientation

of

teaching-learning

achievement.

Key words: macro scale evalurtion, micro scale evaluation, authentic asscssment.

Pendrhuluan

Mempermasalahkan pembaharuan

pendidikan

di

SMU

pada khususnya

ataupun pembaharuan pendidikan pada

umumnya

tidak

akan

terlepas dari permasalahan pembaharuan kurikulum,

pembaharuan strategi (termasuk metode

dan media pembelajaran), dan

pernbaha-ruan sistem evaluasi. Selain

itu

terkait

pula permasalahan

pembaharutn/penga-daan saran-prasarana dan pembaharuan sistem penggajian.

Dari sisi

kurikulum

misalnya,

pembaharuan pendidikan

di

SMU sudah

dilakukan sejak digulirkannya

Kuriku-lum

1975

sebagai penggantian yang

cukup revolusioner terhadap Kurikulum 1968. kemudian Kurikulum 1984

seba-gai

penyempurnaan

Kurikulum

1975,

dan

akhirnya

berlakunya Kurikulum

1994

beserta

suplemennya masih mengandung banyak perdebatan.

Pembaharuan

strategi

pembe'

lajaran secara teoretik sudah dilakukan,

mengingat sejalan dengan pembaharuan

kurikulurn

juga

disertai anjuran

pene-rapan strategi

yang

sesuai. Demikian

pula

dalam

hal

sistem evaluasinya,

setiap penggantian kurikulum disertai

anjuran

penerapan

teknik

evaluasi

sesuai dengan karakteristik

keilmuan-nya. Evaluasi dalarn skala rnakro pun

seperti Ebatanas dimunculkan sebagai

salah satu solusi untuk mermantau dan memetakan mutu pendidikan nasional..

Dari

segi

perbaikan/pengadaan

sarana-prasarana banyak permasalahan

yang

mengemuka. Demikian pula jika

dilihat

dari

sistem penggajian.

Ren-dahnya penghargaan terhadap profesi

guru, permberian tunjangan fungsional

yang hampir

sama

antar

guru

pada

jabatan

fungsional

yang

berbeda

dicurigai pula sebagai kendala terhadap upaya perbaikan pendidikan.

Artikel

ini

hanya

akan

mem-fokuskan pada pembahasan yang berkait

dengan pembaharuan sistem evaluasi

(6)

Cakrawala Pendidikan

dalam skala makro

dan

skala

mikro-khususnya

dalam mata

Pelajaran

Biologi

di

SMU

mengingat u-Paya

perbai-kan pembelajaran

lida\

dapat

itput dari

sistem evaluasi

Yang

diterapkannYa.

Pengertian Evaluasi Skala Makro dan Skala Mikro

Evaluasi

lebih luas dari

Penr-laiari

(assessment)

karena

evaluasi

merupakan subsistem

dalarn

sistem pendidikan.

Melalui

evaluasi

dapat

iik"tuhui

kemajuan dan perkern-bangan

penyelenggaraan pendidikan dari waktu

le

waktul.- Melalui evaluasi pula dapat

diketahui sejauh

mana

tindakan yang

telah

dikerjakan

sebelumnya

benar-benar berhlrga.

Hasil-hasil evaluasi

merupakan

informasi

Yang

sangat

penting bagi pengambil kebijakan untuk

melangkah

lebih

jauh

dalam

.t1:ng-implementasikan program pendidik-an yang diselenggarakan. Dalarn skala

mi-kro,

setiap pengajar sebagai komponen

penyelenggaran

program

pendidikan

putt

m"*i1lU

tanggurig

jawab

untuk

hengevaluasi setiap program pembela-jaran yang dise-lenggarakan. Bagi -guru

hasilnya

dipakai

untuk

memperbaiki

ptogtirn yang disusun, sedangkan bagi

ilr*u

dipakai untuk memperbaiki cara

belajarnya agar dapat

lebih

berhasil

(Depdikbu d 1997: 2-3).

Hasil

evaluasi

skala

mikro

hendaknya

dapat

dimanfaatkan oleh

pihak

ying

berkepentingan, yaitu baik guru sendiri sebagai perancang pro€ram

fembelajaran, dan subyek didik sebagai

'pittut

yang

berkedudukan sebagai

pelaku dalam Proses belajar.

Hasil

evaluasi

skala

makro

diharapkan

bermanfaat

lebih

luas,

karena banyak pihak yang terkait' Hasil evaluasi diharapkan dapat dimanfaatkan

oleh

orang

tua

yang rnempercayakan

anaknya kepada sekolah. Sekolah dan

institusi

di

atasnya

juga

harus dapat

memanfaatkan

hasil

evaluasi

untuk

Juni 2001 Th. XX No. 3

memper-baiki dan meningkatkan mutu

pe-nyelenggaraan pendidikan. Dengan

demikian

kebijakan baru Yang akan

diterapkan benar-benar mampu rnening-katkan harkat dan martabat bangsa'

Permasalahannya

adalah

sistem

evaluasi

yang

bagaimana

yang

dapat

dipertanggungjawabkan

yang

sesuai

dengan haklekat belajar

Biologi

pada

jenjang pendidikan di SMU.

Pengajaran Biologi di SMU

Dalam buku Petunjuk Teknis Mata

pelajaran

Biologi SMU

(DePdikbud,

1995)

dikemukakan

secara

detail

tentang

pengertian

GBPP

dan

komponen-komponennya. Dalarn buku

tersebut

juga

dimuat

prinsip-prinsip

pembelajaran

baik

menYangkut

pendekatan, tnetode, pengelolaan kelas

dan laboratorium, dan penilaian (dalam

arti

assess-menl),

beserta

contoh-contohnya. Dernikian

pula

tentang

perencanaan

pernbelajaran

yang

memberikan

arahan tentang

cara

rnembuat persiapan mengajar lengkap dengan contoh-contohnya serta

model-rnodel pelaksanaan pernbelajaran yang

memberikan wawasan kePada guru tentang pelaksanaan pembela-jaran yang

baik.

Berkait dengan Pendekatan konseP

dan pendekatan keterampilan proses di

dalam buku tersebut diuraikan secara

detail

pengertian

konseP,

cara mengembangkan konsep dan sub-konsep

serta cara menghubungkan antar konsep

sebagai bahan ajar yang lebih bermakna.

Dikemukakan

Pula

Biologi

sebagai

bagian dari IPA terdiri dari produk yang

terdiri atas fakta, konsep, prinsip' teori

dan

hukum; serta Proses

IPA

Yang

meliputi berbagai keterampilan' Misal:

(a) keterampilan mengamatt

menggunakan sebanyak mungkin penca

indera,

rnengumPulkan

fakta

Yang

relevan, mencari

kesamaan

dan

perbedaan,

rnengklasifikasikan; (b)

teterampilan dalam menafsirkan hasil

(7)

Cakrawala Pendidikan

pengamatan

seperti

mencatat secara

terpisah setiap jenis pengamatan, dalam

menghubung-hubungkan

hasil

penga-matan,

(c)

keterampilan menemukan

suatu pola dalam seri pengamatan, dan

dalam

mencari

kesimpulan

hasil

pengamatan,

(d)

keterampilan dalam

meramalkan

apa yang akan

terjadi

berdasarkan hasil-hasil pengamatan, (e)

keterarnpilan menggunakan alat/bahan

dan mengapa alat/bahan

itu

digunakan,

(0

keterarnpilan

dalam

menerapkan

konsep,

baik

penerapan konsep dalam

situasi

baru,

menggunakan konsep

dalam

pengalaman

baru

untuk

menjelaskan apa yang sedang terjadi,

maupaun dalam menyusun hipotesis.

Keterampilan

lainnya misal:

(a)

keterampilan

dalam

merencanakan

kegiatan seperti menentukan alat bahan

yang akan

digunakan, menentukan

variabel, menentukan variabel tetap/

bebas

dan

variabel berubah/tergayut,

menentukan

apa

yang diukur

dan

diamati, menen-tukan cara dan langkah

kerja,

(b)

keterampilan cara

mengorga-nisasi baik dalam bentuk grafik, tabel atau yang lainnya, (c) keterarnpilan cara

mengolah hasil-hasil

pengamatan.

Keterarnpilan

IPA juga

menyangkut

keterampilan

dalam

berkomunikasi

seperti

(a)

keterampilan menyusun

la-poran secara sistematis, (b) menjelaskan

hasil

percobaan atau pengamatan, (c) cara mendiskusikan hasil percobaan, (d)

cara membaca grafik atau tabel, dan (e)

keterampilan mengajukan pertanyaan

baik bertanya apa, mengapa dan

bagai-mana, maupun bertanya untuk meminta

penjelasan serta keterarnpilan

menga-jukan pertanyaan yang berlatar belakang

hipotesis.

Menurut (Bryce

dkk.

1990: 2).

Pembelajaran

IPA,

mengembangkan

kemampuan dasar (basic skill) sebagai

kemampuan yang terendah, kemudian

meningkat

ke

kemampuan proses

(process

skill\ dan

menuju

ke

kemampuan investigasi (invesligation

Juni 2001 Th. XX No. 3

skill)

sebagai

kemampuan

yang

tertinggi. Kemampuan dasar mencakup:

(a) kemampuan melakukan pengamatan

(observational

skill),

(b)

kemampuan

mencatat

data

(recording

skill\,

(c)

kemampuan

melakukan

pengukuran

(measur-ment

skill\,

(d)

kemampuan

meng-impelemntasikan prosedur

Qtrocedural

skill\,

dan (e) kemampuan

mengikuti instruksi

(following

ins-tructions).

Kemampuan proses

meli-puti:

(a)

kemampuan rnenginferensi

(.skill of inference) dan (b) kemam-puan

untuk

menyeleksi

berbagai

cara/

prosedur

(selection

of

procedures\.

Kemampuan

investigasi

berupa

kemampuan

merencanakan

dan

melaksanakan serta melaporkan hasil

investigasi.

Jika'

digambarkan akan

tampak model sebagai berikut:

(8)

":: l

Cakrawala Pendidikan

Juni 2001 Th. XX No. 3

Pengetahuan tentang alat, prosedur dan

teknik

+

SI KAP

Antusias

Kemampuan mengikuti instruksi

Kemampuan mengimplemetasikan prosedur, teknik atau

menggunakan

oeralatan

+

l-

r.",*rp,*

1

I

memaniputasi

I

I

x"t"tor"nl

I

rd**,""

I

I knowlwdge

I

mensinferensi I

I

oan

kosnitif

I

I

f-l

I

/

I

Kemampuan menyeleksi cara yang tepat untuk memecahkan masalah

+

lx","."'pr*

I

I

mencatat

data

I

I

Kemampuan I

I

melakukan

I

I

pengu*uran

I

Kemampuan

memilih/menemukan eral alatt

prosedur untuk memecahkan

masalah yang spesifik

[image:8.612.69.543.75.756.2]

Kemampuan melakukan pengamatan

Gambar 1. Kinerja yang dirakukan pada proses IpA (sumber; Bryce

dkk,

1990: 2)

Dalam proses pembelajaran IpA menurut

Towle

(1989:16-31)

harus

bertumpu

pada

proses ilmiah. proses

ilmiah

tersebut melibatkan berbagai

keterampilan.

Misal

keterampilan

melakukan pengamatan dan rnengoieksi

data,

termasuk

kemarnpuan

menggunakan

alat dan

rnelaporkan informasi yang spesifik yang beikaitan

dengan

hasil-hasil

pengarnatannya

(observing

and collectiig

aaiy.

Keterampilan

lainnya yaitu:

(a)

keterampilan

melakukan pengukuran,

termasuk

kemampuan menggunakan

berbagai alat

ukur

(measuriig), juga

keteram-pilan

mengorganisasi data

dalam bentuk

grafik,

tabel, diagram,

peta

ataupun

urutan

dengan pola

tertentu

agar

lebih

bermakna/muaan

dipaha-mi

Qtrganizing

data),

dan

keteram-pilan rnengklaiifikasi'data ke

dalarn suatu

pola

tertentu

untuk

mengha-silkan

pola yang

baru berdasarkan karakteristik -

daii

obyek

yang

diamati,

misal

mengkalsifikasi

berdasarkan

ciri-ciri

moifologinya, berdasar cara hidup, berdasar tr-aUitat

(cla.ssi./ying).

Keterampilan

meru-muskan hipotesis sebagai

suatu

pernyataan

yang

siap

d,iuji/testable

(hypothesizi

ng),

memprediksi berbagai

hal yang relevan dalam rangka *"ng-uii

(9)

Cakrawala Pendidikan

hipotests

Qtredicting),

melakukan

percobaan

untuk

menguji

hipotesis dengan menentukan variabel bebas dan

tergayutnya serta mengontrol variabel

luaran

(extraneus

variahle)

dan

(experimenting),

menarik

kesirnpulan

berdasar

fakta dan

pengetahuan atau

lrasil percobaan sebelumnya (i nf'erri ng),

membuat model dalam bentuk bagan

alir

atau

membuat

model

rnatematik

(modeling), mengkomunikasikan hasil

pengamatan

atau

percobaan

(commu-nicating)

juga

merupakan bagian dari

keterampilan proses

IPA. Jika

proses

ilmiah

disusun

dalam suatu

urutan

tertentu dan digunakan untuk

memecah-kan suatu permasalahan yang dihadapi,

maka

rangkaian

proses

ihniah

itu

menjadi suatu metode

ilmiah.

Towle

mem-berikan

contoh

cara

menyusun

model

kegiatan laboratorium dengan

maksud rnelatih peserta

didik

untuk

menguasai aspek tertentu

dari

proses

ilmiah yang

ada

disesuaikan dengan

materi

dan

tujuan

kegiatan yang

diselenggarakan.

Mengingat

siswa

SMU

dilihat

dari

perkembangan kognitifnya sudah

mencapai tataran kemampuan berpikir formal, maka pembelajaran

Biologi

di

SMU

hendaknya sudah mengenalkan

siswa

kepada

kemampuan

untuk

investigasi walapun

sifatnya

masih

sederhana. Setidaknya

siswa

sudah

harus mampu merencanakan

pengamat-anlpercobaan,

menyusun

hipotesis

berdasar pustaka bukan sekedar menurut

dugaan yang rasional menurut logika,

mampu

melakukan

dan

melaporkan

percobaan/pengamatan

baik

tertulis

maupun secara lesan. Jika hal seperti itu dibiasakan

maka

hasil

belajar

yang

dapat dicapai benar-benar akan memuat

unsur kognitif, unsur afektif dan unsur

psikomotor.

Sistem Evaluasi di SMU

Dalam

buku

Petunjuk

Pelak-sanaan Penilaian

di

SMU

(Depdik-Juni 2001 Th. XX No. 3

bud,l994:6-10) dijelaskan

pula

tujuh

prinsip penilaian-dalam

arti

evaluasi-yaitu

prinsip menyeluruh (menyangkut

aspek proses dan

hasil

belajai, serta

menyangkut aspek pengetahuan, sikap,

perilaku dan

nilai,

serta keterampilanJ,

berkesi-nambungan, berorientasi- pada

tujuan (sesuai dengan rumusan tujuan

dalam GBPP), obyektif, terbuka (prbses

dan hasil penilaian diterima oleh semua

pihak), dan kebermaknaan (bagi

pihak-pihak yang ber-kepentingan). Evaluasi

juga

harus

mengacu

pada

prinsip

berkesuaian yaitu sesuai dengan

pende--katan dalam

kegiatan

pembeiajaran

dalam

arti jika

menggunakan

pendekatan eksperimen maka kegiatan

melakukan percobaan

harus

rnenjadi

salah satu aspek yang dinilai.

Dalam buku tersebut dijelaskan

pula bahwa dalam menilai dalam arti melakukan assessmen

I

hasil

belajar,

aspek yang dinilai juga mencakup aspek

kognitif

sebagaimana

yang

disuiun

dalam taksonomi Bloom; aspek-aspek

yang tercakup dalam sikap ihniah dan

niulai-nilai

IPA

seperti

ketelitian,

kecermatan,

kejujuran,

penghargaan

terhadap pendapat orang lain, kemauan

menerima

saran; aspek-aspek

kretaivitas,

imajinasi serta

tanggung

jawab

juga

supaya diupayakan ikut

dinilai

dengan

cara

melakukan

pengenalan secara

individual

kepada

setiap subyek belajar agar dapat diban-dingkan satu dengan yang lainnya.

Penilaian

Autentik

sebagai

Alternatif

Pcmbaheruan

Dari

apa yang digariskan dalam

Kurikulum 1994, sebenarnya pengajaran

Biologi

di

SMU

beserta

cata

memberikan penilaian-dalam

arti

memberikan osse.$sment- secara teoritik sudah memadai

dari

arah kebijakan

yang digariskan karena

tidak

semata

mengandalkan

hasil tes.

Narnun

demikian

kenyataan

guru

hanya

mengandalkan hasil

tes

dalam bentuk
(10)

Cakran ala Pendidikan

ulangan

harian

dan

ulangan umum.

Namun demikian banyak kendala yang

ditemukan

di

lapangan

seperti

banyak

guru yang rnelebihi ,beban tugas yang

diwajibkan

sebanyak

l8 jam

per

minggu, banyak guru yang misntalch, ukuran kelas yang terlalu besar.

Hasil

penelitian

di

20

propin-si

menunjukkan banyak sekolah (hampir

separoh SLTPN

di

Jawa Tirnur, juga

sebagian besar propinsi

di

luar

Jawa)

belrrrn rnerniliki

laboratorium yang ure nradai

dan

semakin

tinggi

jenjang

sekolah semakin banyak

guru

yang

misnatch

sehingga mata pelajaran IPA

(Fisika,

Kirnia, Biologi)

diarnpu oleh

giuril

non-IPA

(Jemari Mardapi dkk.

.?001 ).

Hasil

penelitian

di DIY,

Kali-mantan

Barat

dan

Sumatera Barat

mernunjukkan bahwa penyelenggarn-an

priluram perbaikan secara klasikal sulit

dilaksanakan karena padatnya materi/

balran

ajar.

Penyelenggaraan program

perbaikan

di

luar'jam

pelajaran pada

pagi

hari

praktis

tidak

dapat

dilaksa-nakan, sementara penyelenggaraan pada

sore

hari tidak

didukung ketersediaan

finansial

(Toto

Kuwato

dan

Djemari

Mardapi 1999).

Berkait dengan pelaksanaan sistem

evaluasi

di

SMU, hasil penelitian Toto

Kuwato dan Djemari Mardapi (1999)

menunjukkan bahwa:

1.

Hasil sistem ujian yang ada selama

ini

belum seperti yang diharapkan.

Masih banyak para guru yang belum

secara

rutin

menyusun kisi-kisi

ulangan, menelaah

soal,

rnenganalisis butir

soal,

menganalisis

hasil

ulangan,

rnenginformasikan kegagalan siswa

kepada

orang

tua, dan

belum sepenuhnya menindaklanjuti kegagalan siswa dalam penguasaan

konsep melalui program perbaikan.

Guru

belum

diwajibkan

untuk

menyusun

kisi-kisi

ulangan. Dalam

menyiapkan

pelajaran

pun

guru

Juni 2001 Th. XX No. 3

hanya mencontoh renaca pelajaran

dan analisis rnateri pelajaran (AMp)

yang disusun oleh MGMP.

2.

Soal-soal

ujian SMU

belum

dikalibrasi,

sehingga

sulit

untuk

membandingkan rnutu sekolah baik

antar wilayah maupun antar tahun.

3.

Faktor

finansial

menjadi kendala pengembangan bank soal

di

tingkat

wilayah,

4.

Arus

inforrnasi

hasil ujian

yang

sangat diperlukan oleh pihak-pihak

terkait belum dapat diperoleh secara

lengkap, kalaupun ada

juga

belum dimanfaatkan secara optimal.

5.

ttlutu alat tes untuk ulangan harian

yang dibuat para guru belum baik

akibat belurn adanya

kisi-kisi

dan

tidak pernah ditelaah oleh guru lain

yang sebidang.

6.

Keterkaitan antara ulangan harian,

ulangan

cawu,

ulangan kenaikan kelas belum baik akibat tidak adanya

kisi-kisi ulangan.

7.

Kurangnya dorongan

dari

pihak

kepala sekolah kepada

guru

yang

telah

rnengikuti pelatihan

untuk

menerapkan

pengetahuannya di

sekolah.

Penelitian Toto Kuwato dan Djernmi Mardapi (1999) juga menyertakan program

tindakan

untuk

rneningkatkan sistem

evaluasi

di

sekolah. Hasilnya menunjukkan

bahwa rendahrya taraf serap siswa dalarn progfirm tin-dakan lebih ditentukan oleh pandangan guru yang menganggap mudah

suatu

konsep

atau

memang karena

kemampuan awal siswa yang rendah, jadi

bukan karena rendalrnya mutu soal yang dibuat grrru.

Sejak diperbaikinya Kurikulum 1975

rnenjadi Kurikulrun 1984, dirnunculkan Evaluasi tahap Akhir nsional atau disingkat

Ebtanas sebagai suatu national assessment. .

Tujuan diselenggarakannya Ebtanas antara

lain sebagai berikut (Depdikbud, 1986).

l.

Merintis terciptanya standar nasional

mutu

pendidikan

dasar

dan menengah.
(11)

5.

Mendorong

agar

Proses

belajar

rnengajar

dilaksanakan berdasar

liurikulum, buku,

dan

alat

Peraga

yang telah ditetaPkan.

Kritik terhadap penyelenggaraan rdian

yang

sifatnya nasional,

Nitko

(1996)

rnengemukakan bahwa:

l.

Hasil-hasil ujian

tidak

peka' baik

terhadap perbaikan masukan (input)

pendidikan,

maupun

terhadaP

persepsi guru dan orang tua perihal prestasi Peserta didik.

2.

Laporan hasil ujian

tidak

menerangkan tentang Pengetahuan

dan

keterampilan

Yang

diPelajari

oleh

peserta

didik.

AkibatnYa

Cakrawala Pendidikan

2.

Menyederhanakan

Prosedur

Pe-nerimaan peserta

didik

baru Pada sekolah yang lebih tinggi.

3.

Mernpercepat

Peningkatan

dan

pemerataan mutu Pendidikan dasar dan menengah.

4. Menunjang

tercaPainYa

kurikulurn.

tujuan

Juni 2001 Th. XX No. 3

haruan

kurikulurn

diabaikan oleh

para guru,

yang

atas kemauannya

sendiri

mempersempit kurikulum sehingga menjadi tugas-tugas yang bakal muncul dalam ujian.

Ebtanas sebagai insffumen untuk memantau mutu pendidikan secara makro

ternyata hanya memfokuskan pada aspek

kognitif. Sementara

itu,

hasil Ebtanas dijadikan alat untuk seleksi

(di

SLTP dan

SMU).

Hal

ini

memperkuat apa yang dikernukakan oleh Nitko, bahwa Ebtanas

memacu guru untuk segera menyelesaikan

kurikulum

agfi

ia

dapat mempersiapkan

muridnya

berhasil dalam menempuh

Ebtanas.

Banyak guru yallg rnenggturakan

soal-soal

Ebtanas sebagai

acuan

dalarn penyelenggaraan kegiatan pembelajaran peserta didiknya (Wuryadi dan barnbang

Subali 20fi); Djanari Mardapi dkk 1999). Di

sisi

latn, dalan

Pettrn3uk Teknis Mata

Pelajaran Biologi

di

SMU

(Depdikbud,

1995), gxrnr tidak boleh rnengubah tujuan pembelajarm ymg sudah ditetapkan dalam

GBPP. Oldt karena iru perlu menyertakan

ujian

p'raktik laboratorium agar lebih komprdrensif.

Ebtanas juga menimbulkan perbedaan cara

siswa

dalarn rnenyikapi suaht mata

pelajaran. Siswa lebih memberikan respons

yang positif pada mata pelajaran yang diujikan dalam Ebtanas dibanding yang tidak (Djemari Mardapi dkk. 2001).

Dari

koryataan

di

atas,

sudah sewajarnya jika Ebtanas hanya dipakai untuk

meNnantau

mutu

pendidikan,

dan

pelaksanaannyajustm pada kelas V SD dan kelas

ll

SLTP/ SLTA. Dengan demikian hasilnya dapat dipakai unftrk rnemperbaiki

mutu (dengan catatan hasil analisis hasil

Eabtanas disarnpaikan ke setiap sekolan dan

guru yang bersangkutan), dan kelulusan serta

selski masuk diserahkan kepada

rnasing-masing sekolah. Peta kualitas sekolah pada

setiap wilayah berdasar hasil Ebtanas dapat

diumumkan dan diketahui oleh masyarakat

luas, sehingga masyarakat juga dapat rnenilai

pengambilan

pengernbang

keputusan/

kurikulurn

tidak

mengetahui aspek kurikulum mana

yang harus diperbaiki.

3.

Hasil-hasil ujian memberikan dasar

yang

rapuh untuk

rnernbimbing

peserta

didik

ke arah kejuruan dan pengembangan karir.

4.

Kesesuaian

antara

tujuan

belajar

yang

dinyatakan dalarn kurikulurn

resmi

dan

Pertanyaan-PertanYaan

yang muncul dalam ujian seringkali

tidak jelas bagi guru. Akibatnya para

gurll

mengabaikan kurikulum resmi

dan

menggunakan soal-soal ujian

yang telalr lalu sebagai bahan ajar.

5.

Para pendidik

di

semua jenjang

pendidikan

menunjukkan

kele-mahan-kelemahan tersebut bahkan

ada yang menyandarkan pada hasil

sekali

ujian,

sehingga beresiko

tinggi

karena mengabaikan kinerja

peserta

didik

bertahun-tahun di

kelas.

6.

Keluasaan

dan

kekaYaan
(12)

Cakrarvala Pendidikan

.:'.

s@ara obyekti.f" mengingat Ebtanas hanya

mengukur aspek kognitif.

Dalam,

''skala mikro, guru

pada umumnyai mengandalkan

hasil

ulangan harian dpn rulangan umum untuk menilai

prestasi , , sisw4 termasuk dalarn pelajaran

Biologi 'di ,SMU. Jika diperhatikan, baik ulangan hanan, ulangan catur wulan, ulangan

kenaikan

kelas,

maupun

Ebtanas

menggunakan tes tertulis. Teknik evaluasi ini

dipandang'mengandung banyak kelemahan

karena umunnya hanya mengukur sebagian kecil saja dari aspek (domain) prestasi yang

dicapai oleh peserta didik. Aspek/domain

yang lebih banyak diukur adalah aspek kognitif. Itupun hanya beberapa jenjang yang

rendah

saja,

seperti

pengetahuan (knowledge\, pemahaman (comprehension)

dan sebagian kecil

aplikasi,

sedangkan jenjang yang lebih tinggi, seperti analisis,

sintesis dan evaluasi, kurang terukur dengan baik. Akibatnya hasil yang terukur kurang mencerminkan pencapaian hasil belajar yang

sesungguhnya.

Sebagai alternatif, penilaian di

SMU

dititik

beratkan

kepada

penampilan atau

kinerja yang

ditun-jukkan

oleh

siswa,

yaitu

rnelalui

authentic

assesmenl.

Authenlic

ossessment merupakan suatu penilaian

yang dilakukan melalui penyajian atau

penarnpilan

oleh

peserta

didik

dalam

bentuk

pengerjaan tugas-tugas atau

berbagai aktivitas tertentu, yang secara

lang-sung pendidikan.

menekankan pada aspek penampilan,

maka alat penilaian

ini

sering disebut

juga dengan istilah performance

ossess-ment.

Istilah

authentic

assessmenl

menurut kepustakaan memang

bervariasi.

Ada

yang

menyebutnya

performance

assessmenl,

oulcomes-based

assessmenl,

dan

alternalive

asse.ssmenf. Namun demikian, menurut

Marzano

dkk (1993

9-13) semua itu

mengandung

tiga

unsur inovasi dalam

bidang

penilaian,

yaitu (a)

tidak

Juni 2001 Th. XX No 3

mengukur

ketercapaian

tujuan

pem.belajaran

yang

tradisional, tJtapi

lebih

menekankan

pada

kemampuan

nyata

subyek

belajar,

(b)

beriifat menyeluruh, mengembangkan seluruh

kemam-puan subyek melalui kegiatan

pernbelajaran

menurut

paham

konstruktivisme,

dan

(c)

tidak menggunakan

sistem

tes

tradisional

tetapi menggunakan berbagai cara.

performance

assessmenl.

Melalui

performance assesst rent yang diperluas

(extended perfbrmance

assessment)

guru dapat

mengetahui

berbagai

kemampuan yang lebih kornpleks yang

dicapai siswa yang ridak dapat diukui

dengan menggunakan tes tertulis dalam

bentuk uraian

sekalipun.

Untuk

mengetahui

prestasi dalam

bidang

matematika misalnya, rnelalui

poper-and-pencil

test

sebagai

salah

satu

bentuk

tes

perbuatan

dapat

dipakai

untuk

mengetahui kemampuan siswa

dalarn rnernilih

diantara

fakta-fakta

yang

tersedia

untuk

memecahkan

pennasalahan

matematika

yang

dihadapi. Demikian pula dalam bidang

IPA,

rnelalui

paper-and-pencil test

dapat

dipakai

untuk

mengetahui

kemampuan

testi

dalam

memilih

Gronlund ( r e98: I 4-1 5) kelebihan

menambahkan

perihal

mengkornbinasikan

tes

perbuatan

dengan tes tertulis. Menunrt Gronlund

(

1998:

2) melalui

performance

essessment akan dapat

diketahui

penampilan

yang aktual

dari

siswa

dalam

menguasai keterarnpilan yang

telah dipelajarinya seperti kemampuan

memakai peralatan

laboratorium, kemampuan melaksanakan eksperimen,

kemam-puan menjalankan mesin, dan

sebagainya. Sementara istilah authentic

assessmenl

dipakai untuk

suatu

performance assessment yang

difokuskan

pada

aplikasi

atau

dari prosedur untuk memecahkan

permasalahan. Namun demikian dalam mempunyai

makna

beberapa hal

guru

dapat

Karena

banyak
(13)

Cakran ala Pendidikan

pengetahuan yang dikuasai siswa atau

untuk

mengetahui keterampilan siswa

untuk

memecahkan problem-problem yang dihadapi dalam dunia nyata.

Menurut Newman

dan

Wehlage

(1993: 12\ authentic assessment adalah

proses

pengumpulan

data

dirnana

mahasiswa

memahami

dan

menghasilkan pengetahuan

yang

berarti/bermakna. Authenlic assessmenl

disebut

juga

performance ossessmenl

karena didasarkan atas apa yang dapat

dilakukan oleh subyek belajar. Marzano

dkk.

(1993:

l3)

mencirikan

kegiatan authenl i c ossessmenr sebagai berikut:

a. Mahasiswa diberi kesernpatan untuk

mendemonstrasikan kebolehannya.

pemahamannya,

keterarnpilannya

secara kontekstual dan variatif.

b.

Dilakukan secara kontinyu

dan

terstruktur menurut

tujuan

instruksional

c. Menghasilkan karya nyata (tangible product) dan penampilan yang dapat

diamati (observah le perfo rmance).

d.

Memacu mahasiswa

untuk

melakukan

penilaian

diri

(seft

assessment),

e.

menyadari

kelebihan

dan

kele-mahannya

dan

mampu

mengem-bangkan kelebihannya tersebut dan

memperbaiki kelemahannya.

f.

Mengungkap kemampuan mahasiswa

berdasarkan

kriteria

yang

telah

ditentukan.

O'Neil (1992:

14-19)

menam-bahkan bahwa

oulhentic

assessmenl

memberi

data

yang

lebih

lengkap

tentang

kemampuan mahasiswa dan

didasarkan atas kegiatan pembelajaran,

menghargai produk

dan

proses sama

baiknya.

Authenlic

assessmenl identik

pula dengan outcomes-based eclucalion

seperti

yang

diungkap

oleh

Spady

(1993:

4).

Menurut Spady, program

studi

harus

memiliki

standar lulusan.

Karena berbasis sekolah, maka siswa

dituntut

untuk dapat

melakukan

Juni 200 t Th. XX No. 3

berbagai kegiatan

pembelajaran di sekolah.

Oleh

karena

itu

authentic

asessmenl, per/ormance ossessmenl,

dan

oulcomes-hased

education

dikembangkan dengan

baii,.

pro-gram

IPA di

SI\{U

mestinya

juga

telah

mengembangkan

standar

kemampuan

atau

kapasitas

lulusan-n1'a

sebagai

calon mahasiswa yang nantinya akan

berkiprah dalam bidang

lilA..

Dengan

demikian, setiap mata peralaran dalam

program tersebut ditujukan

untuk

mengembangkan kemampuan menuju

standar yang telah ditetapkan. Fungsi

authentic

asessment

ialah

untuk melacak kemampuan stander mana yang

telah

dikuasai sisrva

dan

kemampuan

lnana

yang

belurn dikuasai. Dengan

demikian maka kualitas lulusan akan

memenuhi standar

mutu yang

telah ditetapkan.

Tugas-tugas siswa

yang

dikembangkan

melalui

authentic

asessment

bervariasi

nalnum

tidak

terlepas dari tiga prinsip dasar. pertama,

tugas harus

sangat bermakna bagi

mahasiswa

(meaningful).

Kedua,

senantiasa

disertai dengan

kriteria penilaian. Ketiga, didasarkan atas apa

yang

dapat dilakukan

oleh

siswa

(Marsh 1996:

224).

Bentuk dari

tugas-tugas

tersebut

n

eliputi:

(a)

portfolio,

(b)

pembuatan jurnal/ paper,

(c)

simulasi,

(d)

membuat desain dan

presentasi, (e)

observasi

kritis,

(0

mengerjakan

proyek

individu

dan

kelompok,

(g)

melaporkan

hasil

studi

lapangan,

(h)

melakukan

kegiatan pemecahan masalah,

(i)

membuat peta

konsep,

dan

sebagainya. Melalui

penilaian portofolio setiap siswa dapat

diikuti

perkernbangan kemampuannya

berdasar program

yang

dipilih

dan

disusunnya. Dalam hal

ini

kemampuan

siswa menjadi sangat

individual

dan

prestasi

setiap siswa dapat

diikuti

secara individualipu la.

Dari

pengalaman

penerapan

performance essessmenl dalam mata

(14)

Cakrarvala pendidikan

kuliah

Penilaian

pencapaian Hasil

Belajar

Biologi

yang dicoba

oleh

Bambang Subali,

dkk

(2000),

juga

penerapan authentic a.ssessment dala,m

mata

kuliah

Mikrobiologi

(Bambang

subali dkk. 2001:35)

ternyata

banyal

tantangan

yang

dihadapi, diantaranya

yaitu:

l.

sukar mendesain tugas/kegiatan yang

mampu menghasilkan kinerja yang terukur;

2.

sukar membuat desain tugas dengan

tujuan pembelajaran kompleks tetapi

dapat dikerjakan dengan baik oleh peserta didik;

3.

untuk

d,apat mengerjakan tugas/

kegiatan memerlukan pengetahuan

awal dan

keterarnpilan prasyarat

yang menghabiskan ban_yak waktu

s-ebelum- tugas/ kegiatan yang pokok

dapat dilaksanakan;

4.

sukar menentukan teknik penskoran

terhadap kinerja peserta

didik

agar

benar-benar

pengharga

an

yans

r"rt*il;tTj;l:l

-

usaha yang dilakukan-nya,

5.

penyelesaian tugas/kegiatan yang

lengkap dan baik

banyit

*"rnukun waktu, sementara setiap jenis tugas

tidak mampu

mencerminlian

-

kebulatan tujuan yang ditargetkan;

6.

penskoran terhadap

hasil

kinerja

berupa jawaban tertulis memerlukin

banyak waktu;

7.

skor terhadap kinerja peserta didik

tidak

terjamin kesihihan

dan

kehandalannya;

8.

penyelesaian tugas&egiatan yang

lengkap

dan

bernilai

hanya ut un

dapat dicapai

oleh

peseria didik

yang

mampu

dan yang

mau

melibatkan

diri secira

aktif,

sehingga hanya sedikit peserta didik

yang

benar-benar

dapat

berhasil

dengan baik;

9.

dengan ukuran kelas yang sedang

(45 orang) menjadikan peserta didik

yang berperan

aktif

lebih sedikit

ji-ka waktu persentasi sangat terbatas.

Juni 2001 Th. XX No. 3

Dari

kenyataan

di

atas

pene_

rapan

penilaian terhadap

kinerja/

penampilan siswa perlu periiapan yang

serius

dan

harui

Oapat in.nguUuf,

perilaku_

guru yang

selama

ini mengandalkan teknjk evaluasi b".upu

tes.. Has.il

,yang

perlu dipertimbangkan

adalah bahwa setelah Oianalisis, hasil kinerja yang ber;ifat kognitif---d.ngun

hasil

tes

kognitif

masiti,orn,rniJkkun

korelasi

y3-ng

signifikan

puJu'"turuf

kesala_han 5oZ

,

sementara

hisil

kinerja

yang lebih bersifat psikomoto, d.ngun

hasil tes

kognitif tiOat

,rrrnunjJttuo

korelasi

yang

signifikan

6.ngun

demikian rnemadukin hasil tes dan-hasil

penilaian terhadap kinerja/penampilan

akan

lebih

mampu

menggambarkan

prestasi siswa.

Kesimpulan

Penilaian

skala makro

pada pengajaran

Biologi

di

SMU

deigan menggunakan

Ebtanas

yang

hanya

mengukur

kemampuan

koentif hendaknya hanya sebagai

atat

uitut< memetakan

mutu

pendidikan sebagai

upaya perbaikan kebijakan, bukan untuk

menentukan kelulusan ataupun untuk

seleksi masuk.

Hasil unuiiri,

hasil

Ebtanas harus sampai ke meja guru ugu,

guru-

dapat

rnernperbaiki

-

kualiias

pembelajaran

dari

asspek

kognitif.

Kelulusan ataupun prestaii siswa ialam

plta

pelajaran

Biologi

sesuai dengan

hakekat IPA yang memuat produk dan

keterampilan proses

IpA lebih

baik

dinilai

melalui

penilaian

uut.ntik

sehingga

kinerja siswa

menjadi

orientasi pencapaian pembelajaran. r.

Daftar Pustaka

Barnbang Subali, Slarnet Suyanto dan paidi.

2000.

peningkatan

Kualims

Perkuliahan

Melalui

Aurhentic Assessment

Laporan

penelitian

Yogyakarta: Jurdik Biologi, FMIPA

UNY.

Pembaharuan Sistem E'aruasi Daram skara Mikro Dan Skata Makro

(15)

Cakrawala Pendidikan

Bambang S;rbali, Paidi, Siti Umniyati, an

Bernadeta Octavia.

2001.

Upaya

Peningl<atan

Kualitas

lrenilaian

Mengarah

Ke

Model

Authentic

Assessment.(dalam

Mata

Kuliah

Mikrobiologi).

Laporan penelitian.

Yogyakarta: Jurdik Biologi, FMIPA

UNY.

Bryce, T.G.K, McCall,

J.,

MacGregor,

J.,

Robertson,

I.J.,

dan

Weston,

R.A.J. 1990.

Techniques .for

Asses.sing

Process Skill,s

in

Practical

Science:

T'eoching

Guide. Oxford:

Heinemann

Educational Books.

Depdikbud. 1997.

Bahan

Penataran

Pengujian pendidikan.

Jakarta:

Pusat

Penelitian

dan

pengem-bangan Sistem

Pengujian

Balitbang, Depdikbud.

Depdikbud. 1995. Kurikulum Sekolah

menengah (lmum (SMU): Petunjuk

Teknis

Mata

pelajaran

Biologi.

Iakarta: Direktorat

Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah,

Depdikbud.

Depdikbud. 1994.

petunjuk

Pelaksanaan

Penilaian.

Jakarta:

Direktorat

Jenderal

pendidikan

Dasar dan Menengah, Depdikbud.

Depdikbud. 1994. Petloman Program

Perbaikan

dan

Pengayaan.

Jakarta: Direktorat

Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah,

Depdikbud.

Depdikbud. 1986.

petunjuk

Pelaksanaan

Ehtanas.

Jakarta:

Direktorat

Jenderal

pendidikan

Dasar dan Menengah, Depdikbud.

Djemari

Mardapi,

Barnbang Subali,

Badrun Kartowagiran, Nukron dan

satunggalno. 2001. Sistem Ujian

Akhir

dalam 2tonomi

daerah.

Laporan penelitian

sementara.

Yogyakarta:

Fakultas

Teknik

UNY.

Djemari Mardapi, Badrun

Kartowa-giran, Satunggalno, Nurcholis, dan

M.

Fauzan.

1999.

Evaluasi

Juni 2001 Th. XX No. 3

penyelenggaraan

Ebtunas.

!up9{?n

penelitian.

Kerjasama

Pusisjian Balirbang

Dikbud

dan

Lernbaga penelitian

IKIP

Yogayakarta.

Djemari,

Barnbang

Subali,

Agus Widiyantoro,

dan Nukron

lgg9. Survei Llvaluasi

Hasil

Betajar cli

Kelas. Laporan

penilitian.

Kerjasama

pusisjian

Balitbang

Dikbud

dan

Lembaga penelitian

IKIP Yogayakarta.

Gronlund,

N.E.

1998. Assessment

of

Student

Achievement. Boston:

Allyn and Bacon.

Marsh,

C.J.

1996.

Handbook

for

Beginning Teachers. Melbourne,

Australia: Longman.

Nitko, A.S. 1996. Workshop papers No.

2. tKIp

yogyakarta,

22-24

Agustus 1996.

Patrix,

G. dan Nix, p.

1991.

Educational

Assessmenl

and

Reporting. Sidney: Harcourt Brace

Publisher.

Toto

Kuwato

dan

Djernari Mardapi. 1999. Studi pengembangan Sistem

Ujian Berkesinamhungan Sekolah

Menengah

Umum.

Laporan

Penelitian. Kerjasama Direi<torat

Jenderal pendidikan Dasar dan

Menengah

Depdik-bud

bekerjasama

dengan

Fakultas

Psikologi UGM .

Towle,

A.

1989.

Modern

Biology.

Austin: Holt,

Rinehart

and

Winston.

Wuryadi dan Barnbang Subali. 2000.

Profil

Penyelenggoraan Kegiatan

penilaian

Prestasi

Ilelajar

IpA_

Biologi,

Biologi oleh

Guru

SLT'P

SMII di

propinsi

DIy

Ditinjau

clqri

Latar

Belakang

Akademik (iuru.

Laporan

Penelitian. yogyakarta:

Jurdik

Biologi, FMIPA UNy.

Gambar

Gambar 1. Kinerja yang dirakukan pada proses IpA (sumber; Bryce dkk, 1990: 2)

Referensi

Dokumen terkait

Kaitannya dengan perlindungan hukum terhadap pemilik asal tanah dalam pelaksanaan jual beli yang dilakukan oleh tergugat I, II, III dan IV maka perlindungan hukum

Metode analisis yang digunakan untuk memperoleh hasil penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis deskriptif yang berusaha memaparkan hasil-hasil penelitian

Jamur diinduksikan dibagian tengah media agar yang masing-masing terdiri dari kontrol, media agar yang ditambahkan metanol dan media agar yang ditambahkan larutan

Penulis memilih air kelapa muda dikarenakan air kelapa merupakan satu-satunya cairan yang mirip dengan komposisi cairan plasma tubuh.(6) Selain itu, penelitian

NIP.. في طلخا نف ملعت : ةلاسرلا فاونع دهعلدا حلافلا راد كي أ فاكنوسكنوس تاراهم في ةيبرعلا ةغللا ملعت ىلع بلاطلا ةردق تُستح لىإ ةساردلا

Maksud dari penelitian ini, yang pertama adalah untuk memperoleh data dan informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan metode costing yang dapat memberikan cost reduction

Melalui untaian syair di atas, pada satu sisi Otomo Tabito ingin mengungkapkan kesadaran orang Jepang terhadap lingkaran inkarnasi yang harus mereka lalui, dan di sisi yang

Sedangkan menurut Suharsimi (2013:272) menyatakan bahwa metode observasi adalah format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan