• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PERENCANAAN PENDANAAN DEKOMISIONING PLTN 1000 MW PWR DIINDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSEP PERENCANAAN PENDANAAN DEKOMISIONING PLTN 1000 MW PWR DIINDONESIA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Hasi/ Pene/itian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979

KONSEP PERENCANAAN PENDANAAN DEKOMISIONING PLTN 1000 MW

PWR DIINDONESIA

Mulyono Daryoko

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, BAT AN

ABSTRAK

KONSEP PERENCANAAN PENDANAAN DEKOMISIONING PLTN 1000 MW PWR DI INDONESIA. Telah dilakukan pengkajian konsep perencanaan biaya dekomisioning PLTN 1000 MW di Indonesia. Data-data biaya dekomisioning diperoleh dari pustaka, kemudian dilakukan perhitungan-perhitungan dan analisis terhadap kondisi Indonesia pada masa-masa mendatang. Besarnya biaya dekomisioning PLTN secara umum tergantung pada faktor interna: jenis, kapasitas dan waktu safe storage serta faktor-faktor eksternal kebijakan, sumber daya manusia serta kesiapan teknologi, sedangkan pendanaannya tergantung kepada laju inflasi, suku bunga dan kestabilan mata uang. Secara interna, besarnya biaya dekomisioning di Indonesia dibanding di dunia pada umumnya saat ini tidak ada perbedaan yang berarti, sedangkan secara eksternal untuk Indonesia, besarnya ratio biaya dekomisioning dengan biaya modal, diyakinkan akan jauh

lebih rendah. Perencanaan pendanaan dekomisioning PLTN 1000 MW di Indonesia

berdasarkan sinking fund methods pad a kondisi normal diperkirakan relatif sangat kecil, yaitu lebih rendah dari 0,94% pada safe storage 50 tahun dan suku bunga 3%, atau lebih rendah dari 0,09% pada safe storage 50 tahun dan suku bunga 6%.

ABSTRACT

THE PLANNING CONCEPT OF FUNDING FOR DECOMMISSIONING NPP 1000 MW TYPE PWR IN INDONESIA. The planning concept of funding for decommissioning NPP 1000

MW type PWR in Indonesia have been assessed. The data of decommissioning cost was

obtained from literature, then the calculation and analyzing were done for the future of Indonesian condition. Generally, the cost for NPP decommissioning depend on the internal factors such as type, capacity and the time of safe storage, and the external factors such as policy, manpower and the technology preparation. The successfulness of funding, depend on the rate of inflation, discount rate of interest and the currency fluctuation. For the internal factor, the comparison of decommissioning cost between in Indonesia and different countries in the world is not significantly defferent, but in the external factor for Indonesia, the ratio of decommissioning cost and capital cost will be for lower. The planning fund of decommissioning NPP 1000 MW in Indonesia by sinking fund methods in the normal conditions is estimated relatively very low, it is lower than 0.94% for 50 years of safe storage, and discount rate of interest 3% it is lower than 0.09% for 50 years of safe storage, and discount rate of interest 6%.

PENDAHULUAN

Dekomisioning adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengamanan terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja maupun masyarakat terhadap pemberhentian operasionalnya suatu instalasi nuklir [1,2]. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain ialah mothballing (penutupan fasilitas nuklir selama kurun waktu tertentu sampai tingkat radiasinya aman), dekontaminasi sebelum dan sesudah dismantling, pengelolaan limbah, termasuk penyimpanan lestari limbah radioaktif (waste disposal).

Keputusan tentang pelaksanaan dekomisioning dapat ditinjau dari beberapa segi:

(2)

1. Yang bersifat strategis: yaitu keputusan mengenai skedul waktu untuk sampai pada tahapan (stages) dekomisioning yang lengkap; dan tahapan dekomisioning yang akan dilalui sebelum sampai tahap dekomisioning yang lengkap. Seperti diketahui untuk keputusan yang bersifat strategis: ada 3 tahapan dekomisoning, yaitu tahap 1 (tahap penyimpanan disertai pengawasan atau mothbaling),

tahap 2 (tahap penggunaan situs secara terbatas atau entombment) dan tahap 3 (penggunaan situs tanpa batasan ataudismantling). Pada pelaksanaan tahap-tahap tersebut dapat dilakukan secara berurutan atau tidak berurutan, misalnya dari tahap 1 langsung tahap 3 . Demikian pula berapa waktu yang diperlukan untuk masing-masing tahap, yaitu 5 hingga 100 tahun(1.2.3).Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilihat pada TabeI1(1,2.3,4).

2. Yang bersifat taktis: yaitu keputusan mengenai inventori aktivitas dekomisioning; managemen aktivitas dekomisioning; optimasi keseimbangan biaya, waktu dan dosis terhadap pekerja; serta pendekatan teknik untuk dekontaminasi, pengambilan peralatan besar atau reduksi ukuran, pemotongan peralatan dalam air atau udara; penanganan limbah di lokasi tapak atau sentralisasi; akses dan rute limbah; peralatanhandling danmanipulating, metode proteksi, keselamatan, keamanan, skedul kerja, dll.

3.·Yang bersifat teknis implementatif: yaitu fasilitas teknik yang lebih tepat, sistem perangkat pemotongan dan kontrol jarak jauh, proses dekontaminasi, managemen limbah radioaktif, dll.

Tabel1. Ke

eker"aan Dekomisionin [1,2,3,4]

ITEM HAL

Skope Peralatan dan gedung Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006

Pekerjaan

ISSN 0852 - 2979

KEGIATAN

1. Gedung reaktor dan peralatannya

2.

Gedung turbin dan peralatannya 3. Gedung-gedung lain dan

peralatannya

4.

Gedung pengelolaan limbah dan peralatannya

5. Peralatan yang terkontaminasi di luar gedun

1. Pekerjaan persiapan 2. Dekontaminasi sistem

3.

Mothballing

4.

Dismantling peralatan dan gedung 5. Penguburan untuk limbah non

radioaktif

(3)

Hasi/ Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979

Dekontaminasi Teknik Terutama dekontaminasi kimia (didukung oleh dekontaminasi mekanik)

Faktor dekontaminasi

30

Skope

Laju paparan > 10mR/jam Mothballing

Persiapan Fasilitas ditutup. kondisi peralatan dan gedung dimonitor

Management fasilitas

1. Radiasi di dalam dan di luar gedung selama mothbaling

selalu dikontrol. 2. Perawatan peralatan untukmothbaling.

3. Perawatan peralatan untukdismantling. Dismantling

Metoda dan teknikTeknologi yang sudah tersedia dan dismantling untuk peralatan

memungkinkan dan gedungPengelolaan

Radioaktif 1. Limbah padat

Limbah Tidak aktif 3. Limbah gas 2. Limbah cair

Dilakukan penQuburan Batasan Limbah

Tidak aktif <10-4 Ci/ton

Aktif

> 10-4Ci/ton Waste disposal

Radioaktif Pengangkutan ke penyimpanan (penyimpanan

sementara(interim storage)

lestari)

Tidak aktif 1. Concrete. pengangkutan ke disposal 2. Logam. pengangkutan ke tempattertentu.

Pada makalah ini akan diberikan suatu batasan-batasan untuk dapat memberikan konsep perencanaan pendanaan dekomisioning pembangkit listrik tenaga nuklir PLTN. Tipe reaktor air ringan bertekanan (PWR = Pressurized Water Reactor) dengan kapasitas daya 100 MW (termal)

METODOLOGI

Untuk maksud tersebut di atas, beberapa asumsi dan data-data yang perlu dipersiapkan adalah :

1. PLTN yang akan dibangun adalah jenis PWR dengan daya 1000 MW

2. Dekomisioning dianggap hanya 2 tahap: yaitu tahap 1 (mothballing) dan dilanjutkan ke tahap 3 (dismantling), dan waktu antara mothballing dan dismantling (safe

storage) adalah 50 tahun

3. Biaya-biaya yang diperlukan pada mothballing diabaikan terhadap biaya dekomisoning secara keseluruhan

(4)

Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979

5.

PLTN dianggap beroperasi secara ekonomis selama

30

tahun

6.

Tidak ada inflasi atau eskalasi (dalam US $) selama kurun waktu perhitungan 7. Bunga bank (dalam US $) dianggap 3%.

Untuk memperkirakan dana yang harus dipersiapkan pada dekomisioning PLTN yang berupa prosentase dari electricity generation cost (biaya pembangkitan listrik), perlu diketahui data-data perkiraan biaya dekomisioning dari pustaka.

HASIL DAN PEMBAHASAN Biaya dekomisioning

Beberapa faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap biaya dekomisioning adalah jenis fasilitas nuklir, langkah-Iangkah dekomisioning yang dipilih dan waktu penyimpanan sementara secara aman (safe storage) yang ditentukan oleh kebijakan dari negara yang melakukan dekomisioning tersebut. Termasuk di dalamnya adalah laju inflasi, bunga bank dan nilai depresiasi mata uang negara yang bersangkutan. Adanya variable-variabel tersebut, maka biaya dekomisioning akan berbeda antara suatu negara dengan negara lain. Lebih-Iebih lagi jika diperhatikan pula hal-hal yang berkaitan dengan ongkos buruh, kesiapan teknologi dan kebijakan-kebijakan pemerintah.

Badan Tenaga Atom Internasioanl (IAEA) telah mengkatagorikan biaya dekomisioning yang berasal dari aktivitas-aktivitas seperti berikut:

1. Aktivitas langsung, yaitu biaya-biaya yang timbul dari pelaksanaan dismantling, dekontaminasi, pengangkutan dan waste disposal

2. Aktivitas managemen, yaitu biaya-biaya yang berhubungan dengan managemen proyek, managemen konstruksi, kesehatan, keselamatan dan keamanan, lisensi dan jaminan kualitas.

3. Hal-hal khusus, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan pembelian peralatan khusus, pajak-pajak, perijinan dan lain-lain.

Banyak cara yang dipakai untuk memperhitungkan besarnya biaya dekomisioning. diantaranya adalah :

1.

Dengan menggunakan program computer(1,3,5,6).

Sebagai data input dari program ini adalah komponen kegiatan hasil dismantling, komponen aktivitas, dan sebagainya yang masing-masing diketahui dengan "Unit Cost Factors", sehingga akhirnya di dapatkan output data, diantaranya adalah biaya. Program komputer berupa perangkat lunak ini telah dikembangkan oleh

(5)

Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979

Jepang (dengan nama COSMARD), dan Canada (dengan nama DECOM CODE). COSMARD dan DECOM CODE ini telah diuji ketepatannya dengan biaya dekomisoning yang sebenarnya.

2. Perhitungan berdasarkan berat limbah(1,2.4).

Biaya dekomisioning dapat juga diperkirakan dengan pendekatan linier dari berat limbah dengan parameter-parameter sebagai berikut:

o harga managemen safe storage vs waktu

o harga dismantling vs berat dari limbah radioaktif bentuk logam dan cO,ncrete (beton) aktivitas rendah,

o harga dismantling vs berat dari limbah radioaktif bentuk logam dan concrete (beton) aktivitas rendah dan logam tidak aktif.

o harga dismantling dan disposal vs limbah concrete tidak aktif.

Dari pendekatan-pendekatan terse but maka harga dekomisioning total dari PLTN tipe PWR dan BWR adalah sebagai berikut:[5]

Y(PWR) = 1,4 x T +6,84x1 0-3xQ1+2,24x10-3x Q2 +1,46 x10-3 x Q' 2 + 2,57 x10-4 x Q'3

+ 1,64x 10-4XQ3" + 75,5 (1)

Y(BWR)= 1,4 x T + 6,84 x 10-3X Q1 + 3,24 x10-3 x Q2 + 2,07 x 10-4X Q3 + 62,6 ..(2) dimana

Y = biaya dekomisoning total (milyar ¥) Q1= waktu safe storage (tahun)

Q2=berat radioaktif logam dan concrete aktivitas rendah (BWR dan PWR) dan be rat logam tidak aktif diluar gedung turbin PWR (ton)

Q2'= berat logam pada gedung turbin untuk PWR(ton) Q3 = berat concrete tidak radioaktif untuk BWR(ton)

Q3'= berat concrete tidak aktif diluar gedung turbin untukPWR (ton) Q3"= berat concrete pada gedung turbin untuk PWR (ton)

3. Berdasarkan rasio biaya dekomisioning terhadap biaya konstruksi atau harga modal.

Berdasarkan pengalaman perhitungan-perhitungan biaya dekomisioning seperti telah diuraikan diatas, ternyata ada hubungannya dengan biaya konstruksi atau harga modal PLTN.

Ketiga cara di atas, telah diuji ketepatannya dengan biaya dekomisioning yang sebenarnya. Ternyata tidak ada perbedaan yang berarti. Pada Tabe! 2 dapat dilihat

(6)

Hasil Penelitian don Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979

besarnya biaya dekomisioning dari beberapa negara(2,4), yang merupakan gabungan pengalaman sebenarnya serta perkiraan berdasarkan ketiga cara di atas. Data yang lain dapat dilihat pada Tabel 3.

Berdasarkan Tabel 2 (yang kebanyakannya adalah PWR sekitar 1000 MW), prosentase antara biaya dekomisioning dan biaya modal adalah sekitar 10%. Hal ini terlihat juga pada Tabel 3, jika dipilih safe storage 30 tahun. Walaupun kondisi serta penerapannya di Indonesia akan lain, namun dapat dianggap bahwa parameter-parameter yang bersifat lebih positif (filosofi, teknologi, industri-industri, ongkos buruh murah dan lain-lain pendukung pada tahun-tahun yang akan datang akan lebih maju), akan seimbang dengan parameter-parameter yang bersifat lebih negatif (ketertinggalan, kolusi dan sebagainya). Disamping itu seperti terlihat pada Tabel 3, padasafe storage 30 tahun, biaya dekomisioning per biaya pembangkitan listriksebesar

0,1 atau 10% akan jauh berbeda dibanding jika dismantling dilaksanakan secara singkat

stage and immidiately 0,2 atau20%. Oleh karena itu jika biayadekomisioning per biaya pembangkitan listrik untuk PLTN tipe PWR 1000 MW diambil 10% adalah harga yang sangat aman.

Perencanaan Pendanaan

Metode pendanaan akan bervariasi juga antara suatu negara dengan negara lain. Beberapa cara perencanaan pendanaan dekomisioning adalah sebagai berikut(2).:

1. Pembayaran di muka (prepayment), dimana uang untuk dekomisioning dibayarkan pada awal atau bahkan sebelum operasi PLTN berjalan. Pembukuan deposito ini dipisahkan, sehingga pencairannya hanya dapat dilakukan bila akan benar-benar digunakan untuk dekomisioning.

2. Pembayaran cicilan tahunan (sinking fund methods), dilakukan selama tahun-tahun operasi fasilitas, sehingga pada saat dekomisioning akan telah terkumpul sejumlah uang untuk pembiayaan

3. Pembayaran melalui asuransi, yaitu suatu metode pembiayaan yang menjamin bahwa biaya dekomisioning pasti tersedia, baik dalam bentuk kontrak maupun

letter ofcredit oleh pihak ketiga.

Berikut ini akan diperhitungkan cara perencanaan pendanaan dekomisioning berdasarkan sinking fund methods yang pembayarannya berdasarkan prosentase dari harga electricity generation cost. Dana tersebut harus disisihkan, dan kelak akan dipakai bila sudah diperlukan. Dalam hal ini prinsip time value of money sangat

(7)

Hasi/ Pene/itian don Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979

memegang peranan, karena pekerjaan dekomisioning baru akan dimulai setelah PLTN tidak dioperasikan lagi. Disamping itu waktu antara dismantling (tahap 3) dan

mothballing (tahap 1) sangat berpengaruh. Pada perhitungan-perhitungan sederhana yang dimuat pada Tabel 3 dan Tabel 4, biaya dekomisioning sebesar 10% dari biaya modal didasarkan pada biaya yang diperlukan pada saat mulai dismantling, dan kemudian digeser ke saat dimana PLTN mulai dihentikan, dan berikutnya digeser lagi ke saat PLTN mulai dioperasikan. Perhitungan-perhitungan pada saat PLTN beroperasi mengikuti biaya-biaya yang diperlukan PLTN untuk operasi dan maintenance

(perawatan) maupun depresiasi. Oleh karena itu dalam perhitungan ini anuitas

(pembayaran bulanan

I

tahunan) tidak diperlukan. Rumus yang dipakai adalah[7] : Tabel 2. Biaya dekomisioning PLTN dari beberapa Negara [2,4]

Negara Type, UkuranPresentasBiaya DekomisioningBiaya modal (Mwe) ($US/kW)($US/kw) e BelQia PWR(1 x 1390)1543 159 10 Kanada Candu (4 x1511312 10 881) 126 1539 10 Candu (1 x Finland 1000) PWR (1 x 1000)1615 145 9 Perancis PWR 2 x 1390)1264 160 13 Jerman PWR ( 1 x2152154 10 1256) Italia PWR23032 x 945)347 18 JepanQ LWR ( 4x1100) 8 2025170 Belanda PWR 1 x 1175)15 1633246 Spanyol PWR 1 x 950) 10 2480206 InQQris(U.K) PWR (1 x 1175)2248 292 13 Amerika Serikat PWR (1 x 1144)1662 100 6 (U.S.A)

(8)

Hasi/ Pene/itian don Kegiatan PTLR Tahun 2006 /SSN 0852 - 2979

Tabel 3. Biaya dekomisioning per biaya pembangkitan listrik (electricity

generation cost) umur PLTN 30 tahun [2,4] Tipe Reactor

Biaya Dekomisioning per biaya pembangkitan listrik Stage 3 Stage1/30 years immediately storage! stage 3 Amerika Serikat PWR 0.2 0.1 BWR 0.2 0.1 Jerman PWR 0.2 0.1 BWR 0.3 0.1 Swedia PWR 0.2 BWR 0.2 Finlandia PWR 0.2 BWR 0.1 Kanada PHWR0.2 0.1 M1=P1(1+it1 M2=P2(1+1)"2 ... (3) ... (4) dim ana:

M1= harga uang ( prosentase dari biaya modal) pada tahap dismantling M2 = harga uang ( prosentase dari biaya modal) pada saat PLTN dihentikan.

M2=P1

P2= harga uang (prosentase biaya modal) pada saat PLTN mulai beroperasi. i = bung a =tingkat diskonto = opportunity rate = 3% dan 6%

n1 = waktu antara mothballing dan dismantling n2 = umur ekonomis PLTN 30 tahun.

Berdasarkan persamaan 3 dan 4 diperolah hasil perhitungan pada table 4 dan table 5 Tabel4 menunjukkan time value of money (biaya dekomisioning terhadap biaya modal) antara sa at dismantling dengan saat PLTN mulai berhenti beroperasi. Tabel 5 menunjukkan hal yang sarna setelah digeser ke pada saat PLTN mulai beroperasi. Gambar 1 memberi gambaran tentang pengaruh waktu antara mothballing-dismantling tehadap pendanaan dekomisioning. Oari gambar terlihat bahwa prosentase pendanaan

dekomisioning terhadap "electricity generation cosf' relatif kecil, mulai dari 3,55 % (5 tahun waktu antara) sampai dengan 0,21 % ( 100 tahun waktu antara) untuk

i

= 3% serta dari 1,30 % (umur PLTN 5 tahun) sampai dengan 0,005% (umur PLTN 100 tahun)

(9)

Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979

untuk

i

6%. Memang sesudah PLTN mulai dihentikan (mothballing) sampai dengan dilakukan dismantling diperlukan dana untuk pemonitoran situs reaktor.

Tabel 4. Hasil perhitungan prosentase biaya dekomisioning terhadapomodal pada saat dismantling

No

Waktu antara mothballing% biaya dekomisioning% biayamodalsaat

- dismantling (tahun)

terhadap biaya modal PL TN berhenti saat dismantling i-3% j-6% 1 5 10 2 8,62 7,47 10 10 3 7,44 5,58 15 10 4 6,42 4,17 25 10 4,78 2,33 5 30 10 6 4,19 1,74 50 10 2,28 0,54 7 1000,52 10 0,03

Tabel 5. HasH Perhitungan Dana dekomisioning berdasarkan % electricity generation cost

No waktu antara mothballing-dana dekomisioning% biaya modal saat dismantling (tahun) dismantling (% electricitygeneration cost) i=3%

i=6%i=3%i=6% 1 52,28 0,541,960,4 2 102,28 0,541,690,3 3 152,28 0,541,460,22 4 252,28 0,541,080,13 5 302,28 0,540,940,09 6 502,28 0,540,520,03 7 1002,28 0,540,0050,016

(10)

Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979

Pengaruh waktu dismantling terhadap biaya dekomisioning

Waktu Mothballing - dismantling (tahun)

4 13.55

0-

~Q)0> 3 0> s= '2

0

2 'Ci) 'E

0

11.3 ~ "0CIass=Q)as 0 5 Gambar 1 . 10 15 25 30 50 100

el. gen. cost

Namun jarak waktu antara mothballing-dismantling yang semakain lama, aktivitas radionuklida-radionuklida pada sistem dan penunjang reaktor juga semakin berkurang, akibatnya dana riil yang dibutuhkan untuk dekomisioning juga semakin kecil. Pada uraian ini pengaruh tersebut dianggap seimbang, sehingga dapat diabaikan.

Untuk lebih memperjelas uraian-uraian di atas, dapat dilihat pada Gambar 2. Pada gambar tersebut terlihat bahwa cara pendanaan untuk biaya dekomisioning dimasukkan pada pendanaan untuk operasi. Tanpa memperhatikan besarnya keuntungan, dengan adanya pendanaan untuk dekomisioning maka brek event point

(BEP) akan menggeser ke kanan. Namun jika prosentase biaya dekomisoning terhadap electricity generation cost relatif kecil, maka kedudukan BEP juga relatif tidak berubah. keuntungan

US$

dana dekom beaya modal tahun

(11)

Has;/ Penelit;an don Keg;atan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979

Akhirnya dapat dikemukakan bahwa dekomisioning PLTN hanya memerlukan dana yang relatif kecil, tidak seperti yang diperkirakan banyak orang. Besarnya dana tersebut tergantung dari lamanya waktu antara mothballing dan dismantling (tahap 1 dan tahap 3) dan berkisar antara 1,966 sampai dengan 0,118 % ( bunga 3%) dan 1,30 sampai dengan 0,005 % (bunga 6%) untuk waktu safe storage 50 tahun

KESIMPULAN

Dekomisioning PLTN memerlukan dana yang harus dipersiapkan. Cara pendanaan diperoleh dari pembayaran electricity generation yang dihasilkan. Terhadap biaya modal, prosentase biaya dekomisioning PLTN PWR 1000 MW nampaknya cukup besar (10%), tetapi jika lebih dicermati bahwa dana ini diperlukan kelak pada saat pengerjaan dismantling, maka berdasarkan time value of money, dana ini hanya merupakan prosentase yang relatif kecil dari electricity generation cost. Besarnya prosentase dana yang disimpan untuk dekommissioning terhadap electricaly generation cost, tergantung dari lamanya waktu antara mothballing dan dismantling (tahap 1 dan tahap 3). Untuk waktu safe storage 50 tahun dan suku bunga 3%, besarnya prosentase sekitarelectricaly generation cost 0,520%, sedangkan untuk suku bunga 6%, besarnya prosentase sekitar 0,029%.

DAFT AR PUST AKA

1.

IAEA: "Methodology and Technology of Decommissioning Nuclear Facilities", Technical Report Series No. 267 (1986)

2. IAEA: "Decommissioning of Nuclear Facilities: Decontamination, Disassembly and Waste Management", Technical Report Series no. 230 (1983)

3.

YANAGIHARA, S,: "Cosmard: The Code System for Management of JPDR Decommissioning", Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 30 no. 9 pp.890-899 (1993)

4.

TACHIBANA,M., SHIMADA, T.,YANAGIHARA, S.,: "Computer Simulation System for Analyzing Optimum Dismantling Procedures on Nuclear Facilities", ICEM, Singapore (1997)

5.

NEWJEC INC:" Feasibility Study of the First Nuclear Power Plant at Muria Peninsula Region", Part 6 Vol. 1 (1993)

6.

JAERI:" Progress of JPDR Decommissioning Program", Firs Progress Report (1988).

7.

MARTIN, J.D.: "Dasar-dasar Management Keuangan", terjemahan PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta (1994).

8.

IAEA, "Decommissioning Nuclear Facilities ", International Overview, IAEA News Features, number 6 (1990)

Gambar

Tabel 3. Biaya dekomisioning per biaya pembangkitan listrik (electricity generation cost) umur PLTN 30 tahun [2,4]
Tabel 4. Hasil perhitungan prosentase biaya dekomisioning terhadapomodal pada saat dismantling
Gambar 2. BEP pengoperasian PLTN

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, sebaiknya guru harus mengetahui dan memahami kecerdasan yang menonjol dari setiap siswa, sehingga guru dapat melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai

 – Fovea costalis superior &amp; inferior  – Pediculus arcus vertebra.  – Incisura vertebralis superior

Widjono (2007) menyebutkan beberapa ciri paragraf efektif sebagai berikut: (1) kalimat pertama menjorok ke dalam delapan ketukan, (2) paragraf mempunyai satu pokok pikiran atau

Data perencanaan yang digunakan dalam penilitian adalah data kajian eksperimental dari penilitian yang sudah ada yaitu “kajian eksperimental pengaruh dinding bata

Setelah melakukan kegiatan PPL2 di SMA Negeri 1 Pekalongan yang merupakan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional ini, pembelajaran masih dilakukan dalam bahasa Indonesia,

GOVERNMENT POLYTECHNIC INSTITUTE MANSEHRA ELECTRONICS REVISED 2013 COMPART COMPART 717 2nd year Marks Wanting MUHAMMAD MUNEER ADIL MUNEER 125741 702 2nd year Marks Wanting

Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Rustiana yang menyatakan bahwa tingkat depresi itu terjadi paling banyak pada laki-laki, pendapat Ruli juga menyatakan bahwa

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan S.H.Liao, Y.Chung, Y.R.Hung dan R.Widowati, 2013 yang menjelaskan bahwa Kepercayaan Merek