• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. logam tertentu. Kemampuan ini sangat mengagumkan dan revolusioner. Sehingga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. logam tertentu. Kemampuan ini sangat mengagumkan dan revolusioner. Sehingga"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak berubahnya teknologi batu ke teknologi logam, kehidupan manusia dalam segala aspek sosial, politik, maupun ekonomi menjadi semakin maju (Haryono, 2001: 1). Perkembangan tingkat teknologi yang mengejutkan adalah ketika manusia telah mampu melebur, mencampur, mencetak, dan menempa jenis logam tertentu. Kemampuan ini sangat mengagumkan dan revolusioner. Sehingga Wertime menyebut penemuan logam awal ini sebagai puncak pyrotechnology dalam sejarah kehidupan manusia (Jatmiko, 1993: 65).

Benda-benda logam pada umumnya atau perunggu pada khususnya sebagai hasil karya manusia pada masa lampau telah menjadi tolak ukur bagi kemajuan peradaban suatu bangsa. Secara teoretis perunggu merupakan campuran tembaga dan timah sebagai unsur utama (Haryono, 2001: 1).

Dibandingkan dengan pembuatan benda-benda dari bahan lain, pembuatan benda-benda perunggu memerlukan proses dan tahap-tahap yang lebih rumit. Paling tidak ada lima tahap yaitu, penambangan (untuk memperoleh bijih logam), mempersiapkan bijih logam untuk dilebur, peleburan bijih logam untuk dilebur, peleburan bijih logam untuk mendapatkan logam murni (ingot), tahap pencetakan, dan pengerjaan akhir untuk menghasilkan artefak (Haryono, 2001: 2).

Pada awalnya, perunggu di Asia Tenggara merupakan pencampuran dari dua unsur utama (binary alloys), yaitu tembaga dan timah. Secara teoretis

(2)

perunggu timah mempunyai perbandingan komposisi antara 90 % - 70 % tembaga dan 10%-30 % timah (Haryono, 2001: 3). Namun dalam perkembangannya perunggu di Asia Tenggara khususnya dalam pembuatan nekara menunjukkan bahwa selain unsur timah, ditambahkan unsur timbal dalam persentase yang cukup, sehingga menjadi petunjuk kuat bahwa unsur timbal tersebut sengaja ditambahkan. Dilihat dari segi teknis penambahan timbal akan mempengaruhi sifat campuran, yaitu titik lebur akan menjadi lebih rendah dan kadar cairannya (fluiditas) menjadi naik. Dengan demikian sifat tersebut akan berpengaruh positif dalam proses cetak. Ketika logam masih dalam keadaan cair, maka logam dapat memasuki celah-celah cetakan yang tipis dan rumit dengan sempurna sebelum proses solidifikasi selesai (Haryono, 2001: 4). Pencampuran dari tiga unsur utama (ternary alloys) ini mempunyai perbandingan komposisi antara 42,20%-84,04% tembaga, 4,40% -26, 09% timah, dan 1, 22% -27,80% timbal (Haryono, 2001: 4). Di Asia Tenggara, logam mulai dikenal kira-kira 3000-2000 S.M. Pada tahun 1924, Payout mengadakan penggalian di sebuah kuburan di Dong Son (Vietnam). Berdasarkan bukti-bukti diperkirakan bahwa perkembangan logam di wilayah Asia Tenggara, khususnya logam perunggu, berasal dari Annam bagian Utara (sekarang Vietnam Utara), tepatnya di Desa Dong Son, termasuk Provinsi Thanh-Hoc. Artefak yang dihasilkan terdiri atas nekara, kapak, senjata, peralatan rumah tangga, peralatan pertanian, dan perhiasan. Temuan ini bertanggalkan sekitar abad pertama S.M. atau bertepatan dengan pemerintahan Dinasti Han akhir (Kosasih, 1993: 165).

(3)

Jenis-jenis benda logam yang ada di Indonesia ialah nekara, berbagai jenis kapak corong, bejana, perhiasan, dan senjata. Benda-benda ini ditemukan di daerah Bali (Gilimanuk), Leuwiliang (Bogor), Plawangan, Kerinci, dan Bangkinang di Sumatera; sepanjang Pantai Utara Jawa Barat di antara Tangerang dan Karawang (di aliran sungai-sungai Cisadane, Bekasi, Citarum, Ciparage, Cikarang), Malang, Prajekan, (di antara Bondowoso dan Situbondo) di Pulau Jawa; Asemjaran di Madura; Ujung Pandang di Sulawesi Selatan; Bajawa di Flores dan Baucau di Timor Timur (Pusponegoro dan Notosusanto, 1993: 246).

Nekara bentuknya semacam berumbung, yang terbuat dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya, dan sisi atasnya tertutup. Daerah penemuan nekara di Indonesia antara lain, Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Sumbawa, Sangean, Roti, Kei serta Selayar. Pada umumya nekara yang ditemukan di Indonesia berukuran besar, contoh nekara yang ditemukan di Desa Intaran, Pejeng Bali memiliki ketinggian 1,86 meter dengan garis tengahnya 1,60 meter, nekara tersebut dianggap suci sehingga ditempatkan di Pura Penataran Sasih. Nekara tersebut dinamakan nekara Bulan Pejeng.

Moko merupakan variasi dari bentuk nekara yang umum ditemukan di Indonesia bagian timur. Menurut bentuknya moko mempunyai ratio 1:2 untuk lebar dan tingginya berbeda dengan nekara yang biasanya memperlihatkan ratio kira-kira 1:1 untuk lebar dan tingginya.

Di Indonesia bejana perunggu ditemukan hanya 2 buah yaitu, di Sumatra dan Madura. Bejana perunggu yang berbentuk bulat panjang seperti kepis atau keranjang untuk tempat ikan yang diikatkan di pinggang pada saat orang mencari

(4)

ikan. Bejana ini dibuat dari dua lempengan perunggu yang cembung yang dilekatkan dengan pacuk besi pada sisi-sisinya. Bejana yang ditemukan di Kerinci (Sumatra) berukuran 50,8 cm dan lebar 37 cm. Bejana yang ditemukan di Asemjaran, Sampang (Madura) mempunyai ukuran tinggi 90 cm dan lebar 54 cm. bejana ini mirip dengan bejana yang ditemukan di Phnom Penh (Pusponegoro dan Notosusanto, 1993: 261).

Senjata seperti giring-giring yang berbentuk bulat dan ujung mata tombak berbentuk daun dengan tajaman pada kedua sisi. Ditemukan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur (Pusponegoro dan Notosusanto, 1993: 265).

Awalnya seni hias prasejarah hanya ditemukan di dinding-dinding gua tempat hunian, karang, dan batu tempat berlangsungnya kegiatan saat itu. Pada masa itu terdapat suatu kegemaran melukis dinding-dinding gua. Pada masa itu juga kreativitas berkesenian masyarakat Indonesia sering kali bertujuan untuk tujuan ritual magis, memberi bentuk nyata pada mitos, dan menambah spirit dalam setiap upacara penting (Said, 2004: 87).

Museum Negeri Provinsi Bali yang terletak di Kota Denpasar merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas Kebudayaan Propinsi Bali yang mempunyai tugas-tugas mengumpulkan, meneliti, merawat, dan memamerkan benda-benda budaya untuk tujuan pendidikan, penelitian dan rekreasi. Berdasarkan koleksi yang dimiliki, Museum Negeri Provinsi Bali termasuk salah satu museum umum provinsi yamg memiliki dan memamerkan benda-benda budaya dari zaman prasejarah sampai kini yang mencerminkan seluruh unsur

(5)

kebudayaan Bali antara lain koleksi arkeologika, koleksi historika, koleksi seni rupa, dan koleksi ethnografika.

Koleksi Museum Negeri Provinsi Bali sebagain besar terdiri atas benda-benda ethnografi berupa perlengkapan upacara agama, tari wali, bangunan suci dan sebagainya yang memiliki kesamaan dengan yang masih berfungsi sakral di masyarakat dewasa ini. Untuk tetap menghargai hasil karya dan menjunjung tinggi norma-norma tradisi masyarakat, maka secara umum koleksi di tata menurut konsepsi trimandala yang diterapkan secara horizontal dan vertikal (Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, 2011: 1).

Berbicara masalah museum berarti berbicara masalah koleksi, karena koleksi merupakan salah satu nafas dari museum. Tidak terkecuali apakah koleksi itu berasal dari ratusan tahun maupun koleksi buatan baru, yang pasti koleksi itu telah melalui seleksi berdasarkan kriteria yang ada yaitu; (1). Benda itu harus mempunyai nilai sejarah; (2). Dapat diidentifikasikan mengenai wujudnya, tipenya, gayanya, fungsinya, maknanya, asalnya secara historis dan geografis; (3). Benda itu dapat dijadikan dokumentasi dalam arti sebagai bukti kenyataan dan kehadirannya bagi peneliti ilmiah; dan (4). benda itu asli (realia), replika atau reproduksi yang sah menurut persyaratan museum (Wirata, 1995: 1).

Adapun koleksi-koleksi yang terdapat di Museum Negeri Provinsi Bali yaitu benda-benda yang tergolong sakral di masyarakat seperti rangda, barong, perlengkapan tari seperti sanghyang dedari, wayang kulit, topeng sidakarya, pratima, pralingga dan perlengkapan upacara. Ada juga kain-kain Bali, koleksi seni rupa (lukisan, patung dan kerajinan), bahkan yang berhubungan dengan

(6)

kuburan seperti peninggalan prasejarah dan sejarah yang disusun secara konsep trimandala (sarkopagus, dan bekal kubur), dan yang terutama koleksi peninggalan prasejarah benda-benda perunggu seperti kapak, mata tombak, perhiasan diri, gelang, cincin, periuk dan nekara (Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, 2011: 12). Koleksi-koleksi ini ada yang dipamerkan di ruang koleksi dan ada juga di ruang penyimpanan.

Berdasarkan koleksi perunggu prasejarah inilah timbul ide untuk mengangkat koleksi perunggu sebagai bahan penelitian. Selain keberadaan benda-bendanya masih cukup bagus untuk dijadikan bahan penelitian, pada benda-benda koleksi perunggu ini terdapat ornamen atau ragam hias yang beranekaragam.

Adapun alasan Museum Negeri Provinsi Bali dijadikan sebagai tempat penelitian disebabkan karena museum merupakan tempat penyimpanan benda-benda kebudayaan yang cukup lengkap sehingga tidak menutup kemungkinan untuk diteliti, dan di salah satu koleksinya dapat dijadikan sebagai bahan penelitian. Benda-benda perunggu yang akan diteliti ini berada di ruang pameran dalam kondisi yang terawat dan tidak berfungsi lagi sebagai mana fungsi awalnya. Sebelum penulis mengangkat perunggu sebagai bahan penelitian, sebenarnya penulis tertarik pada ragam hias pada kain. Namun mengingat di Museum Negeri Provinsi Bali tidak ditemukan kain prasejarah akhirnya penulis memutuskan untuk mengangkat lebih dalam lagi mengenai ornamen pada benda logam perunggu prasejarah di Museum Bali.

Pada saat ini belum dilakukan penelitian khusus mengenai bentuk dan makna ornamen prasejarah pada benda-benda koleksi logam perunggu Museum

(7)

Negeri Provinsi Bali. Benda-benda perunggu koleksi Museum Negeri Provinsi Bali menjadi sangat penting untuk diteliti karena merupakan warisan budaya yang sangat bernilai tinggi. Banyaknya keunikan yang terdapat pada benda-benda perunggu ini seperti, bentuk-bentuk ornamen menjadi faktor utama perlunya dilakukan penelitian secara mendalam untuk menginventarisasi keberadaannya.

Penelitian yang akan dilakukan lebih menitikberatkan pada koleksi logam perunggu berupa nekara, moko, bejana, kapak, giring-giring, dan mata tombak. Keseluruhan benda-benda ini terdapat di ruang koleksi kecuali bejana. Benda-benda perunggu ini sudah tidak difungsikan sesuai dengan kegunaan asalnya. Bentuk-bentuk dan makna ornamen akan menjadi unsur yang penting dari penulisan ini. Mengapa penelitian ini dibatasi pada benda-benda perunggu prasejarah dan hanya mengangkat bentuk dan makna ornamen sebagai permasalahannya, karena (1). diantara benda perunggu prasejarah lainnya hanya benda-benda ini yang masih memiliki ornamen yang cukup jelas untuk dijadikan bahan penelitian, (2). benda-benda perunggu ini belum pernah diteliti oleh penulis lain sebelumnya.

Setelah dikaji sedikit demi sedikit ternyata bentuk-bentuk dari ornamen itu memiliki makna simbolis religius, maupun magis. Oleh karena itu penulis memutuskan untuk membahas mengenai bentuk-bentuk dan makna ornamen pada logam perunggu koleksi Museum Negeri Provinsi Bali.

(8)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini meliputi:

1. Bagaimanakah bentuk ornamen yang terdapat pada benda-benda perunggu prasejarah koleksi Museum Negeri Provinsi Bali?

2. Apakah makna ornamen yang terkandung pada koleksi benda-benda logam prasejarah koleksi Museum Negeri Provinsi Bali tersebut

1.3 Tujuan Penelitian

Secara garis besar penelitian itu mempunyai dua tujuan pokok, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan sebagai usaha penggalian, dan pendeskripsian nilai-nilai yang bersifat konseptual yang terkandung dalam koleksi perunggu prasejarah Museum Negeri Provinsi Bali. Lewat tulisan ini penulis ingin menyampaikan bentuk dan makna ornamen kepada pembaca yang mungkin dapat menggunakan tulisan ini sebagai pedoman. Konsep-konsep pemikiran yang terkandung dalam tulisan ini sebagai sumbangan pemikiran untuk memahami konsep-konsep kebudayaan masa lampau, yang pada gilirannya dapat digunakan untuk memperkaya khazanah budaya bangsa dalam rangka pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional.

(9)

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu untuk menjawab segala permasalahan mengenai bentuk-bentuk ornamen dan makna ornamen prasejarah yang ada pada benda-benda logam perunggu yang menjadi koleksi Museum Negeri Provinsi Bali.

1.4 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian mempunyai manfaat yang penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan Arkeologi Indonesia maupun bagi peneliti. Penelitian terhadap bentuk dan makna ornamen benda-benda perunggu koleksi museum Negeri Provinsi Bali diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut,

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan inventarisasi dan informasi data bagi penelitian selanjutnya, khususnya mengenai ornamen pada benda-benda logam perunggu koleksi Museum Negeri Provinsi Bali. Selain itu juga merupakan sumbangan ilmiah bagi pengetahuan khususnya di bidang arkeologi dalam usaha merekonstruksi kehidupan masa lalu.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat: (1). memberikan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan perlindungan dan pembinaan, (2). meningkatkan minat dan kesadaran

(10)

masyarakat untuk lebih menghargai, dan meningkatkan kecintaan terhadap peninggalan-peninggalan arkeologi.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang sistematis dan terperinci dapat dilakukan dengan menentukan ruang lingkupnya terlebih dahulu. Ruang lingkup penelitian dalam satu karya ilmiah diperlukan untuk mengetahui jangkauan penelitian dan bagian-bagian mana yang menjadi sorotan di dalam pemahaman permasalahan.

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, maka pembahasan selanjutnya akan lebih difokuskan pada bentuk-bentuk dan makna ornamen. Penelitian ini hanya dibatasi pada bentuk dan makna ornamen pada 6 buah artefak perunggu yaitu 1 buah nekara, 1 moko, 1 bejana perunggu, 1 mata tombak, 1 tajak perunggu, dan 1 giring-giring.

Benda-benda yang akan diteliti berupa benda-benda logam perunggu yang dipamerkan di ruang koleksi Museum Negeri Provinsi Bali dan memiliki ornamen yang masih cukup jelas untuk diteliti. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa koleksi benda-benda prasejarah masih cukup baik, ornamen hias yang cukup jelas, dan cukup mewakili keseluruhan benda-benda logam yang ada di ruang penyimpanan Museum Negeri provinsi Bali.

Mengingat kompleksnya permasalahan koleksi Museum Negeri Provinsi Bali dan terbatasnya kemampuan peneliti, maka yang akan dibahas yaitu satu jenis koleksi Arkeologi yaitu Benda-benda Logam Perunggu Prasejarah Koleksi Museum Negeri Bali.

(11)

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka penelitian ini dilakukan langsung di Museum Negeri Provinsi Bali. Adapun alasan museum tersebut dijadikan sebagai lokasi penelitian, berdasarkan hasil penjajagan museum tersebut memiliki koleksi benda perunggu yang cukup lengkap.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis koefisien determinasi (R 2 ) dilakukan untuk mengetahui kontribusi variabel independen (pertumbuhan ekonomi) terhadap variabel dependen (IPM). Berdasarkan

7.4.5 Pengarah Perkhidmatan Veterinar Negeri boleh menetapkan agar kenderaan di metrai (seal) dan atau diiringi ketika wabak penyakit. 7.5 Pemeriksaan Ante-mortem Dl

1.Panitia Pengadaan Barang Dan Jasa Madrasah Tsanawiyah Negeri Biau Kabupaten Buol Tahun Anggaran 2012, mengadakan pelelangan Umum pascakualifikasi dengan paket pekerjaan :. No

[r]

[r]

4.Pendaftaran dilakukan oleh pimpinan perusahaan atau kuasa usaha yang nama nya tercantum dalam Akte Notaris pendiri perusahaan dengan menunjukan dokumen asli,Siup, dan SPBU

Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2012, dengan kami ini minta kepada Saudara Direktur untuk hadir dalam melakukan Pembuktian Kualifikasi dengan membawa berkas asli data perusahaan pada

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel kualitas sumber daya manusia, sistem informasi pengelolaan keuangan daerah, pemanfaatan teknologi informasi