PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEMA 3 SUBTEMA 3 AYO CINTAI LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS IV MI MIFTAHUL JINAN SEMAMBUNG
WONOAYU SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh :
NOVI LAILUS SHOLIKHA D97215100
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PGMI FEBRUARI 2019
ABSTRAK
Novi Lailus Sholikha, 2019. Penerapan Model Kooperatif Tipe Snowball Throwing
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Tema 3 Subtema 3 Ayo Cintai Lingkungan Pada Siswa Kelas IV MI Miftahul Jinan Semambung Wonoayu Sidoarjo. Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Pembimbing 1: Machfud Bachtiyar, M.Pd.I. dan Pembimbing 2 : Sulthon Mas’ud, S.Ag. M.Pd.I.
Kata Kunci : Model Kooperatif Tipe Snowball Throwing, Hasil Belajar Tema 3 Subtema 3 Ayo Cintai Lingkungan.
Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas IV MI Miftahul Jinan pada mata pelajaran tematik tema 3 peduli terhadap makhluk hidup karena proses pembelajaran kurang inovatif sehingga siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat pada persentase ketuntasan siswa kelas IV MI Miftahul Jinan pada mata pelajaran tematik yaitu sebesar 23,8% siswa yang mendapat nilai diatas KKM. Oleh karena itu peneliti ingin memberikan inovasi-inovasi dalam pembelajaran tematik agar siswa menjadi aktif dan lebih memahami
pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball
throwing.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing untuk meningkatkan hasil
belajar tema 3 subtema 3 tentang Ayo cintai lingkungan pada siswa kelas IV MI Miftahul Jinan Semambung kecamatan Wonoayu kabupaten Sidoarjo? 2) Bagaimana peningkatan hasil belajar tema 3 subtema 3 ayo cintai lingkungan melalui model
pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing pada siswa kelas IV MI Miftahul
Jinan Semambung kecamatan Wonoayu kabupaten Sidoarjo?
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe snowball throwing berjalan dengan baik karena meningkatkan
aktivitas guru dan siswa. Pada siklus I aktivitas guru mendapatkan skor 80,43 dan siklus II mendapatkan skor 96,15. Pada siklus I aktivitas siswa mendapatkan skor 82,95 dan siklus II mendapatkan skor 96,15. (2) Data peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran tematik tema 3 subtema 3 ayo cintai lingkungan dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa meningkat dari siklus I yaitu 73,7 (cukup) menjadi 86,8 (baik) pada siklus II dan ketuntasan hasil belajar siswa meningkat dari siklus I sebesar 66,7% (kurang) jumlah siswa tuntas dan pada siklus II sebesar 90,5% (baik) jumlah siswa tuntas.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN MOTTO ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... v
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR RUMUS ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tindakan Yang Dipilih ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II KAJIAN TEORI A. Model Pembelajaran Kooperatif ... 12
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 12
2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ... 14
xi
4. Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing ... 17
5. Kelebihan dan Kekurangan Model Kooperatif tipe Snowball Throwing ... 19
B. Hasil Belajar... 20
1. Pengertian Hasil Belajar ... 20
2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 23
3. Bentuk Tes Hasil Belajar ... 27
C. Pembelajaran Tematik ... 29
D. Materi Tema 3 Subtema 3 Ayo Cintai Lingkungan ... 34
1. Kalimat Tanya ... 34
2. Sumber Daya Alam ... 36
BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian ... 38
B. Setting Penelitian dan Subyek yang diamati ... 42
C. Variabel yang diteliti ... 43
D. Rencana Tindakan ... 44
E. Data dan Cara Pengumpulan ... 48
F. Indikator Kinerja ... 57
G. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 60 1. Pra Siklus ... 60 2. Siklus I ... 65 3. Siklus II ... 78 B. Pembahasan... 92 BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 97 B. Saran ... 98 DAFTAR PUSTAKA ... 100
xii
RIWAYAT HIDUP ... 104 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif ………...14
3.1 Pedoman wawancara guru sebelum tindakan ………...50
3.2 Pedoman wawancara guru setelah tindakan ……….51
3.3 Pedoman wawancara siswa sebelum tindakan ……….51
3.4 Pedoman wawancara siswa setelah tindakan ………....52
3.5 Kriteria perolehan hasil observasi aktivitas guru ………..54
3.6 Kriteria perolehan hasil observasi aktivitas siswa ………....55
3.7 Kriteria tingkat keberhasilan nilai rata-rata siswa ………56
3.8 Kriteria tingkat ketuntasan belajar ………57
4.1 Nilai pra siklus siswa ………63
4.2 Hasil observasi aktivitas guru siklus I ………..70
4.3 Hasil observasi aktivitas siswa siklus I ……….72
4.4 Hasil nilai siswa siklus I ………...74
4.5 Hasil observasi aktivitas guru siklus II ……….83
4.6 Hasil observasi aktivitas siswa siklus II ………...85
4.7 Hasil nilai siswa siklus II ………..88
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Prosedur PTK model Kurt Lewin ……….40 4.1 Diagram Peningkatan hasil observasi aktivitas guru dan siswa ………...86 4.2 Diagram Peningkatan nilai rata-rata dan persentase ketuntasan hasil belajar …..88
DAFTAR RUMUS
Rumus Halaman
3.1 Rumus menghitung hasil skor aktivitas guru ………54
3.2 Rumus menghitung hasil skor aktivitas siswa ………..55
3.3 Rumus menghitung nilai rata-rata ………....56
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat - Surat
Lampiran 2 Kartu Konsultasi Skripsi Lampiran 3 Hasil Wawancara Lampiran 4 Lembar Validasi
Lampiran 5 RPP Siklus I dan Siklus II
Lampiran 6 Kisi-kisi Soal Siklus I dan Siklus II Lampiran 7 Dokumentasi Foto
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran ada struktur-struktur penting yang memang
harus ada dan terlibat di dalamnya, seperti guru, peserta didik dan tempat untuk
belajar. Guru sebagai salah satu struktur dalam pembelajaran memiliki peranan
yang sangat penting karena di dalam proses pembelajaran, guru yang
membimbing peserta didik untuk dapat menerima dan memahami matari-materi
yang terdapat di lembaga pendidikan. Untuk itu guru harus dapat menjadi
motivator dan fasilitator serta guru harus dapat membuat inovasi-inovasi dalam
menyampaikan suatu materi agar peserta didik menjadi lebih aktif dan kreatif
serta bersemangat dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik dapat
memahami materi dengan baik. Karena tugas dan tanggung jawab guru sudah
cukup jelas yaitu mengolah pengajaran dengan lebih efektif, efisien, dinamis
serta positif namun harus ada kesadaran dan keterlibatan aktif antara dua
subjek, yaitu guru sebagai penginisiatif awal dan pengarah serta membimbing
sedangkan peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif dalam
proses pembelajaran.1
Pada kurikulum 2013, guru bukan lagi sebagai pusat pembelajar,
melainkan sebagai fasilitator. Guru dituntut untuk dapat mengembangkan
2
model pembelajaran secara inovatif dan kreatif sesuai tujuan yang ada didalam
kurikulum. Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada pendidikan karakter,
terutama pada tingkat dasar, yang akan menjadi pondasi bagi tingkat
berikutnya.2 Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum 2004
dan 2006, baik kurikulum berbasis kompetensi (KBK) pada tahun 2004 maupun
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada tahun 2006.
Mata pelajaran dalam Kurikulum 2013 menempatkan tanggung jawab
pembentukan karakter. Kurikulum 2013 memiliki Kompetensi Inti yang
meliputi kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan ketrampilan
secara vertikal dan horisontal menjadi tanggung jawab semua mata pelajaran.
Aspek penting yang terdapat pada kurikulum 2013 ialah penggunaan
pendekatan ilmiah (saintifik) dalam segenap pembelajaran. Dimana ilmu yang
menjadi kajian pokok mata pelajaran pada kurikulum 2013 haruslah jelas dan
tegas batas-batas disiplinya.
Kreativitas guru merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan tujuan kurikulum 2013 karena guru merupakan faktor penting
yang sangat besar pengaruhnya, bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya
peserta didik dalam belajar. Untuk itu guru harus memiliki inovasi-inovasi
dalam mengajar di kelas.
2 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung : PT. Rosmada Karya, 2013), 7
3
Inovasi-inovasi yang akan diberikan guru pada saat proses belajar
mengajar berlangsung harus direncanakan terlebih dahulu, agar proses belajar
mengajar berjalan secara sistematis sesuai yang diharapkan dan hasilnya pun
sesuai yang diharapkan. Pada saat membuat rancana pembelajaran guru harus
mempertimbangkan metode, strategi, model dan media apa yang cocok untuk
menyampaikan materi yang akan disampaikan karena tidak semua metode,
strategi, model dan media pembelajaran cocok untuk materi atau topik tertentu.
Jika metode, strategi, model serta media yang digunakan sesuai, peserta didik
akan dengan mudah memahami materi yang di sampaikan oleh guru.
Guru sebagai sumber belajar, tidak hanya sekedar membuat rencana
pembelajaran dan menyesuaikan model, strategi, metode dan media dengan
materi yang akan disampaikan namun guru harus terampil dalam
menggunakannya agar peserta didik tidak merasa bosan dan berakibat pada
hasil yang tidak sesuia dengan harapan.
Namun pada kenyataannya banyak guru yang masih sulit menerapkan
model, stategi, metode dan media dalam pembelajaran saintifik pada proses
pembelajaran, pada kenyataannya mereka hanya menggunakan diskusi dan
ceramah dalam proses pembelajaran, akibatnya proses pembelajaran banyak
yang tidak sesuai dengan tujuan pada kurikulum 2013, siswa siswi mendapat
4
beberapa murid saja yang mampu mengikuti perkembangan dan nilainya baik
karena mampu mengali sendiri ilmu yang dia inginkan.
Berdasarkan wawancara bersama guru kelas IV MI Miftahul Jinan pada
29 September 2018 dapat diketahui bahwa penyebab hasil belajar pembelajaran
tematik yang kurang baik adalah pembaharuan kurikulum yang menyebabkan
guru dan siswa masih merasa kesulitan dalam menerapkan pembelajaran
tematik di sekolah. Mereka masih terbiasa menggunakan kurikulum lama, yakni
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sehingga dalam pelaksanaan
proses didalam kelas guru belum bisa maksimal dalam menggunakan model
serta strategi pembelajaran. kurangnya pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran tematik, penggunaan strategi, metode dan media pembelajaran
yang kurang tepat serta kurang menarik. Kondisi yang demikian jika dibiarkan
akan berdampak buruk terhadap kualitas pembelajaran tematik di sekolah.
Dokumentasi nilai hasil belajar siswa yang diperoleh dari guru kelas IV
dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada pelajaran tematik masih kurang
karena siswa masih ada yang mendapat nilai dibawah KKM. Data nilai hasil
belajar siswa yang tidak tuntas sebesar 76,2% dan yang tuntas sebesar 23,8%.
Melihat permasalahan diatas salah satu alternatif yang dapat dilakukan
guru adalah guru mampu mendesain pembelajaran dengan baik, membuat
suasana pembelajaran lebih menyenangkan dan mampu memilih model serta
5
ajarkan sehingga siswa akan merasa senang dalam proses pembelajaran dan
akan mudah dalam memahami materi pembelajaran tematik yang diajarkan
sehingga mampu mendapatkan nilai atau hasil belajar yang baik dan
memuaskan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah tersebut adalah dengan menerapkan Model pembelajaran kooperatif
tipe snowball throwing. 3 Model pembelajaran kooperatif tipe snowball
throwing merupakan model pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk aktif
serta mengalami rasa senang di dalam proses pembelajaran di kelas. Model ini
mengarah pada karakteristik siswa usia sekolah dasar, karena berbentuk sebuah
permainan. Model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing merupakan
salah satu model dalam pembelajaran kooperatif dimana cara pembelajarannya
dilakukan secara berkelompok yang kemudian siswa membuat soal pada kertas
lembar kerja yang kemudian diremas-remas sampai membentuk bola salju
kemudian dilemparkan pada siswa atau kelompok lain untuk dijawab secara
spontan atau secara langsung.4
Penelitian yang relevan juga dilakukan oleh Arry Yulistiyani di MI
Al-Ikhlas Bendul Merisi Surabaya pada tahun 2014. Hasil penelitian yang
diperoleh memperlihatkan bahwa penggunaan metode kooperatif tipe snowball
3
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013), 78
4
Z Aqib, Model-Model, Media dan Strategi Pembelajaran (inovatif) (Bandung : Yrama Widya, 2013), 27
6
throwing dapat digunakan untuk menigkatkan hasil belajar bahasa Indonesia
materi kalimat tanya. Hal ini dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata kelas siswa
meningkat dari siklus I yaitu 57,8% (tidak baik) menjadi 88,9% (sangat baik)
pada siklus II serta persentase ketuntasan hasil belajar siswa meningkat dari
siklus 1 sebesar 44,4 % jumlah siswa tuntas dan pada siklus II sebesar 88,9%
jumlah siswa tuntas.5
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing sangat menunjang kegiatan
belajar mengajar, dalam mata pelajaran apapun dapat diterapkan. Oleh sebab itu
penulis ingin menerapkan guna meningkatkan hasil belajar siswa. Jadi untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik kelas IV tema 3,
subtema 3, pembelajaran 1 ini penulis tertarik untuk meneliti dan membahas
judul “Penerapan Model Kooperatif Tipe Snowball Throwing untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Tema 3 Subtema 3 Ayo Cintai Lingkungan Pada Siswa Kelas IV MI Miftahul Jinan Semambung Wonoayu Sidoarjo”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas. Penulis dapat merumuskan
permasalahan yang ada didalam proses pembelajaran sebagai berikut :
5Arry Yulistiyani, “Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Pada Materi Kalimat Tanya Dengan
Menggunakan Metode Snowball Throwing Bagi Kelas III MI Al- Ikhlas Bendul Merisi Surabaya”, Skripsi (Surabaya : Perpustakaan UIN Sunan Ampel, 2014), 73
7
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball
throwing untuk meningkatkan hasil belajar tema 3 subtema 3 tentang Ayo
cintai lingkungan pada siswa kelas IV MI Miftahul Jinan Semambung
kecamatan Wonoayu kabupaten Sidoarjo?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar tema 3 subtema 3 ayo cintai
lingkungan melalui model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing
pada siswa kelas IV MI Miftahul Jinan Semambung kecamatan Wonoayu
kabupaten Sidoarjo?
C. Tindakan Yang Dipilih
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tindakan yang
dipilih oleh peneliti adalah diterapkan model kooperatiftipe snowball throwing
untung meningkatkan hasil belajar tematik tema 3 subtema 3 tentang ayo cintai
lingkungan kelas IV MI Miftahul Jinan Semambung kecamatan Wonoayu
kabupaten Sidoarjo.
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dengan menggunakan dua
siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus dilakukan selama 2 x 35 menit,
dan dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan
8
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui penerapan Model pembelajaran kooperatif tipe
snowball throwing untuk meningkatkan hasil belajar tema 3 subtema 3
tentang Ayo cintai lingkungan pada siswa kelas IV MI Miftahul Jinan
Semambung kecamatan Wonoayu kabupaten Sidoarjo.
2. Untuk meningkatan hasil belajar tema 3 subtema 3 ayo cintai lingkungan
melalui model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing pada siswa
kelas IV MI Miftahul Jinan Semambung kecamatan Wonoayu kabupaten
Sidoarjo.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini didasarkan pada masalah pembelajaran yang ada di MI
Miftahul Jinan Semambung Wonoayu Sidoarjo. Agar penelitian ini bisa
terfokus dan tidak terjadi kesimpangsiuran pembahasan, permasalahan tersebut
akan dibatasipada hal-hal di bawah ini :
1. Pembelajaran yang dilaksanakan di kelas IV adalah pembelajaran tematik
tema 3 subtema 3 tentang Ayo cintai lingkungan, pembelajaran ke-1, mata
9
2. Pemahaman materi yang diajarkan adalah memuat materi mengenai
kalimat tanya (wawancara), peduli lingkungan, sumber daya alam
dilingkungan sekitar dan pemanfaatannya.
3. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas IV MI Miftahul Jinan
Semambung kecamatan Wonoayu kabupaten Sidoarjo. Tepatnya pada
semester ganjil tahun ajaran 2018-2019.
4. Model yang digunakan yakni model pembelajaran kooperatif tipe snowball
throwing.
5. Kompetensi inti (KI) tematik tema 3 peduli terhadap makhluk hidup,
subtema 3 ayo cintai lingkungan pembelajaran 1 :
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca) dan bertanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang di
rumah dan di sekolah.
6. Kompetensi dasar (KD) tematik tema 3 peduli terhadap makhluk hidup,
subtema 3 ayo cintai lingkungan pembelajaran 1 :
a. Bahasa Indonesia :
3.3 Menggali informasi dari seorang tokoh melalui wawancara
menggunakan daftar pertanyaan.
10
3.1 Mengidentifikasi karakteristik ruang dan pemanfaatan sumber daya
alam untuk kesejahteraan masyarakat dari tingkat kota/kabupaten
sampai tingkat provinsi.
c. IPA :
3.8 Menjelaskan pentingnya upaya keseimbangan dan pelestarian
sumber daya alam di lingkungannya.
7. Indikator tematik tema 3 peduli terhadap makhluk hidup, subtema 3 ayo
cintai lingkungan pembelajaran 1 :
a. Bahasa Indonesia :
3.3.1 Siswa mampu menggali informasi melalui kegiatan tanya jawab.
3.3.2 Siswa mampu mencontoh kalimat tanya dan membuat kalimat
tanya mengenai pemanfaatan sumber daya alam.
b. IPS :
3.1.1 Siswa mampu menyebutkan manfaat sumber daya alam untuk
kesehjateraan masyarakat.
3.1.2 Siswa mampu menjelaskan karakteristik ruang dan pemanfaatan
sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakat.
c. IPA :
3.8.1 Siswa mampu menjelaskan pentingnya upaya keseimbangan dan
11
3.8.2 Siswa mampu membandingkan antara gambar tanaman dan
hewan yang terawat dan tidak terawat.
3.8.3 Siswa mampu mencocokkan antara gambar dengan tulisan yang
sesuai dengan gambar
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka hasil penelitian diharapkan
bermanfaat.
1. Bagi siswa, dapat membangkitkan semangat dalam proses pembelajaran
karena menggunakan model pembelajaran yang memicu siswa untuk
berwawasan luas sehingga menghasilkan hasil belajar yang sesuai harapan.
2. Bagi guru, dapat memberi wawasan dan keterampilan pembelajaran
sebagai upaya mengembangkan kreatifitas dalam penggunaan model
pembelajaran untuk mengajarkan tematik.
3. Bagi pihak sekolah, diharapkan dapat membantu sekolah dalam
mengevaluasi kinerja guru dan sebagai referensi dalam penggunaan model
pembelajaran untuk mengajarkan tematik.
4. Bagi peneliti, memberikan pengalaman yang sangat berharga khususnya
yang berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
snowball throwing sebagai salah satu model pembelajaran yang inovatif
BAB II KAJIAN TEORI
A. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Model Pembelajaran merupakan susunan yang berisi tahapan dalam
kegiatan belajar mengajar, yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegiatan akhir yang seluruhnya dilaksanakan guru kepada siswa siswinya
dalam pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan dari teori belajar
kontruktivisme yang lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky.6 Teori
kontruktivisme lebih mengutamakan pada pembelajaran yang dihadapkan
pada masalah-masalah kompleks untuk mencari solusi, kemusian dilanjut
dengan menemukan bagian-bagian yeng sederhana dan sesuai harapan.
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperatif yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu
sama lain sebagai satu kelompok atau satu tim.7 Disini guru hanya
mengarahkan siswa untuk melakukan kerja bersama atau kerja kelompok
sebagai satu tim dalam proses pembelajaran. Menurut Nurulhayati
6
Trianto, MendesainModel Pembelajaran Inovatif-Progresif (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011), 56
7
Agus Supriyono, Cooperative Learning teori dan aplikasi paikem (Yogyakarta : pustaka pelajar, 2013), 54
13
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan
siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Pembelajaran
yang dimaksut adalah siswa belajar kerja sama dengan teman-temannya.8
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang
saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar
yang berpusat pada siswa, terutama untuk mengatasi permasalahan yang
ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama
dengan orang lain dan tidak peduli pada yang lain. Model pembelajaran ini
telah terbukti dapat dipergunakan dengan berbagai mata pelajaran dan
berbagai usia.9 Dalam hal ini penerapan pembelajaran kooperatif di dalam
lingkungan sekolah atau di kelas. Pembelajaran adalah sesuatu yang
dilakukan oleh siswa bukan dibuat untuk siswa, pembelajaran pada
dasarnya merupakan upaya guru untuk membantu siswa melakukan
kegiatan belajar.
Pembelajaran kooperatif proses pembelajarannya tidak harus belajar
dari guru kepada siswa atau teacher center. Namun siswa sendiri dapat
saling bertukar pendapat dengan siswa yang lainnya, karena pada dasarnya
pembelajaran dengan rekan sebaya lebih efektif jika dibandingkan dengan
pembelajaran oleh guru. Model pembelajaran kooperatif, guru lebih
8Rusman, Model-Model Pembelajaran (Pengembangan Prefesionalisme Guru) (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012), 203
9
14
berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung
kearah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru
tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa namun juga harus bisa
memahamkan siswa dengan cara siswa menggali informasi sendiri bersama
temannya. Siswa dalam pembelajaran kooperatif ini juga mempunyai
kesempatan langsung dalam menerapkan ide-ide mereka.
2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Setiap model pembelajaran memiliki langkah-langkah atau tahapan
dalam pembelajaran begitu pula dengan model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif memiliki langkah-langkah atau tahapan
dalam pembelajaran yang terdiri dari enam fase.
Langkah utama atau tahapan didalam pelajaran yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut :10
Tabel 2.1
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Langkah-Langkah Kegiatan guru Kegiatan siswa
Tahap 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan di ajarkan dan
memotivasi siswa
untuk belajar.
Siswa mendengarkan
guru menyampaikan
tujuan dan motivasi belajar
Tahap 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan
informasi kepada
siswa sebagai awalan
Siswa mendengar dan
mencatat informasi
yang diberikan guru
10
15
untuk membangun
pengetahuan siswa
dengan jalan
demonstrasi atau
melalui bahan bacaan Tahap 3
Mengorganisasikan
siswa kedalam
kelompok-kelompok belajar
Guru membagi siswa
menjadi beberapa
kelompok. Disini ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk
membagi kelompok
yaitu dengan
berhitung atau
melihat absensi siswa.
Dan membimbing
setiap kelompok
untuk melakukan
transisi secara efektif dan efisien
Siswa berkelompok
sesuai informasi yang
diberikan guru dan
melakukan transisi
untuk berkelompok
secara efektif dan
efisien
Tahap 4 Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing
kelompok belajar
untuk mengerjakan
tugas yang sudah
diberikan
Siswa bertanya tentang
hal-hal yang belum
dimengerti berkaitan
dengan tugas yang
diberikan Tahap 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi
hasil belajar setiap
kelompok tentang
materi yang telah
dipelajari dan
mengevaluasi masing-masing
kelompok pada saat mempresentasikan hasil kerjanya
Siswa
mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya
untuk di tanggapi oleh kelompok lain Tahap 6 Memberikan penghargaan Guru memberi penghargaan berupa
tepuk tangan atau
cara-cara lain yang
dapat digunakan
untuk menghargai
upaya siswa dalam
Siswa mendapat
penghargaan dari guru dan dari siwa lain
16
belajar dan dalam
hasil belajar
berkelompok
3. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki variasi lain dalam menerapkan
model kooperatif yang dilakukan pada proses belajar mengajar di kelas
meskipun prinsip dasar dari model pembelajaran kooperatif tidak berubah.
Ada beberapa macam variasi proses pembelajaran yang diterapkan dalam
model pembelajaran kooperatif. Berikut ini macam-macamnya :11
a. Number Head Together (Kepala bernomor) model pembelajaran dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
b. Cooperative Script (Skript Kooperatif) yaitu metode belajar dimana
siswa bekerja berpasangan, dan secara lisan bergantian
mengihtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
c. Student Teams Achivement Divisions (STAD) (Tim Siswa
Kelompok Prestasi) yaitu model pembelajaran yang
mengelompokkan siswa secara heterogen, kemudian siswa yang pandai menjelaskan pada anggota lain sampai mengerti.
d. Team Games Tournament (TGT) yaitu model pembelajaran yang melibatkan seluruh aktivitas siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutorsebaga dan mengandung unsure permainan.
e. Snowball Throwing (Melempar Bola Salju) yaitu model
pembelajaran yang menggali potensi kepemimpinan siswa dalam kelompok dan keterampilan membuat pertanyaan dan jawaban pertanyaan yang dipadukan melalui suatu permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju.
f. Make a Match (Membuat Pasangan) yaitu model pembelajaran yang dimana siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
11
Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Ragam Pengembangan Model Pembelajaran (Surabaya: Kata Pena, 2015), 21
17
Berdasarkan macam-macam variasi dalam model pembelajaran
kooperatif diatas maka peneliti memilih model pembelajaran kooperatif
tipe Snowball Throwing, karena dalam pembelajaran ini siswa dituntut
untuk bisa bekerja sama dengan kelompok dan mampu membuat
pertanyaan serta menjawab pertanyaan yang telah diberikan oleh kelompok
lain. Selain itu siswa diajak untuk mendalami materi pelajaran dengan baik.
4. Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing
Secara etimologi, Snowball artinya bola salju sedangkan Throwing
artinya melempar. Secara keseluruhan Snowball Throwing artinya
melempar bola salju. Dalam model pembelajaran snowball throwing bola
salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa
kemudian dilempar kepada temannya sendiri untuk dijawab.
Model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing merupakan
model pengajaran dengan menggunakan bola pertanyaan yang digulung
bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergilir diantara sesama
kelompok. Pada prinsipnya, model ini memadukan pendekatan
komunikatif, integratif, dan keterampilan proses.12
Menurut Aqib model pembelajaran kooperatif tipe snowball
throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang dilakukan
berkelompok yang terdiri dari 4-6 siswa kemudian siswa dituntut membuat
12
18
soal pada kertas lembar kerja yang diremas-remas sampai membentuk bola
salju kemudian dilempar pada siswa atau kelompok lain untuk dijawab
secara spontan atau dibacakan langsung jawabannya.13 Teknik melempar
bola dapat ditentukan oleh pengajar atau kesepakatan siswa didalam kelas,
sesuai dengan keinginan masing-masing dan aturan yang berlaku dalam
proses penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing.
Langkah-langkah Pelaksanaannya adalah sebagai berikut :14
a. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
b. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing
ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi dan tata
cara dalam pembelajaran
c. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya
masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru
kepada temannya
d. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja,
untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi
yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
e. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu
siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih 10 menit
13Z Aqib, Model, 27
14
Ahmad Munjun Nasih dan Lilik Nur Kholidah,.metode dan teknik pembelajaran pendidikan Islam
19
f. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas
berbentuk bola tersebut secara bergantian
g. Evaluasi
h. Penutup
5. Kelebihan dan Kekurangan Model Kooperatif tipe Snowball Throwing
Setiap variasi model pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan
dan kekurangan masing-masing. Begitu pula dengan model pembelajaran
kooperatif tipe snowball throwing. Berikut kelebihan dan kekurangan
model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing.
Kelebihan Model kooperatif tipe snowball throwing :15
a. Melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan
bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan
b. Siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang
materi pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena siswa mendapat penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh guru serta mengerahkan penglihatan, pendengaran, menulis dan berbicara mengenai materi yang didiskusikan dalam kelompok
c. Dapat membangkitkan keberanian dan dan sikap aktif siswa dalam
mengemukakan pertanyaan kepada teman lain maupun guru
d. Melatih siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya
dengan baik
e. Merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik
yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut
f. Dapat mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya kepada teman
maupun guru.
15
20
g. Siswa akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan
pemecahan suatu masalah
h. Siswa akan memahami makna tanggung jawab
i. Siswa akan lebih bisa menerima keragaman atau heterogenesis
suku, sosial, budaya, bakat dan intelegensia.
j. Siswa akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya.
Sedangkan kelemahan dari Model kooperatif tipe snowball
throwing adalah :16
a. Terciptanya kelas yang kurang kondusif
b. Pengetahuan tidak luas karena berkutat pada siswa
Solusi untuk mengatasi kelemahan dari model kooperatif tipe
snowball throwing adalah :
a. Membuat peraturan. Pada saat pembelajaran dimulai pengajar dan
siswa membuat peraturan didalam pelajaran agar terlaksana proses
pembelajaran yang kondusif.
b. Guru dapat menjadi sumber informasi untuk siswa ketika kegiatan
berlangsung.
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Secara etimologi hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu hasil dan
belajar. Menurut kamus Bahasa Indonesia, hasil adalah sesuatu yang
diperoleh dari suatu kerja atau aktivitas.17 Sedangkan pengertian belajar
16
Ibid., 76
17
21
secara istilah adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru reaksi yang berupa kecakapan,
sikap, kebiasaan dan kepandaian.18
Menurut Sudjana, hasil belajar adalah suatu perubahan tingkah laku
dari proses belajar, dimana cara mengetahuinya dengan menggunakan alat
pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes
tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan, dimana tingkah laku yang
dimaksut mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor.19
Terdapat beberapa teori-teori belajar yang memaparkan tentang
keberhasilan pendidik dalam mendidik peserta didiknya, salah satunya
yaitu aliran humanistik yang dipopulerkan oleh Benjamin S. Bloom, yang
biasa disebut sebagai teori Taksonomi Bloom.20 Bloom menunjukkan apa
yang mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa, yang tercakup dalam tiga
kawasan berikut :21
a. Ranah Kognitif
Kognitif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
Kognitif terdiri dari enam tingkatan yaitu :
18
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), 84
19 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013), 3
20 Hamzah B. Uno,
Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), 6
22
1) Pengetahuan (mengingat, menghafal)
2) Pemahaman (menginterprestasikan)
3) Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu
masalah)
4) Analisis (menjabarkan suatu konsep)
5) Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu
konsep utuh)
6) Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode, dan sebagainya)
b. Ranah Afektif
Afektif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara
penyesuaian diri. Afektif terdiri dari lima tingkatan:
1) Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)
2) Merespons (aktif berpartisipasi)
3) Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai nilai tertentu)
4) Pengorganisasisan (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang
dipercayai)
23
c. Ranah Psikomotor
Psikomotor berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan
mengoperasikan mesin. Psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu:
1) Peniruan (menirukan gerak).
2) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak).
3) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar).
4) Perangkaian (beberapa gerakan sekaligus dengan benar).
5) Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).
Dari beberapa pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah semua perubahan tingkah laku yang nampak pada
peserta didik pada saat terselesaikannya suatu proses belajar baik berupa
perubahan pengetahuan, sikap maupun ketrampilan karena didorong
dengan adanya usaha dari rasa ingin terus maju dan tidak mudah puas.
2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. mulai
dari faktor internal maupun faktor eksternal siswa. Berikut adalah
24
a. Faktor Internal siswa yaitu faktor yang ada didalam diri siswa meliputu
dua aspek, pertama aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan yang
kedua aspek psikologis (yang besifat rohaniah).22
1) Aspek Fisiologis (aspek yang bersifat jasmani), aspek jasmani
memberi pengaruh pada hasil belajar siswa karena aspek jasmani
termasuk kebugaran anggota tubuh jika tubuh siswa sehat maka
siswa akan bisa menangkap materi yang diajarkan oleh guru
sedangkan jika tuhuh sakit, kepala pusing badan lemas maka siswa
tidak bisa berkonsentrasi dan tidak bisa menangkap materi yang
diajarkan oleh guru. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti
tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga
sangat mempengaruhi kemampuan dalam menyerap informasi dan
pengetahuan. Untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya sebagai
guru yang professional yaitu dengan menempatkan mereka
didereretan bangku terdepan secara bijaksana.
2) Aspek Psikologis
Faktor yang termasuk aspek psikologi yang dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa diantaranya adalah :
a) Bakat adalah potensi atau kecakapan yang dibawa sejak lahir.
Setiap anak memiliki bakat masing-masing ada anak yang
22
25
memiliki bakat musik namun pada hal olahraga tidak begitu
mahir begitu pula sebaliknya. Namun bakat pada setiap anak
perlu untuk dikembangkan dan dilatih terus menerus agar
bakat yang dimiliki anak bisa berkembang dan mendapat
prestasi yang diinginkan.
b) Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada
suatu hal atau aktiivitas, tanpa adanya suruhan dari orang lain.
setiap anak memiliki minat masing-masing dalam hal
pelajaran disekolah dan jika anak tersebut minat pada
pelajaran itu maka anak tersebut akan terus ingin tahu dan
tanpa bosan untuk belajar namun jika anak tersebut tidak
memiliki minat pada pelajaran tertentu maka anak tersebut
tidak mau tau dan tidak ingin tau tentang pelajaran.
c) Kecerdasan merupakan salah satu faktor dari banyak faktor
yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar
disekolah. Kecerdasan terdiri dari tiga jenis kecakapan yaitu
kecakapan menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi
yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau
menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, dan
26
d) Motivasi merupakan keadaan yang mendorong seseorang
untuk dapat mencapai tujuan tertentu. Fungsi motivasi dalam
tercapainya tujuan pembelajaran adalah mendorong tingkah
laku atau perbuatan peserta didik, sebagai pengarah, sebagai
penggerak peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditentukan.23
b. Faktor Eksternal siswa merupakan faktor yang berasal dari luar diri
siswa. Ada beberapa macam faktor eksternal yang mempengaruhi hasil
belajar siswa diantaranya adalah :
1) Keluarga, merupakan lingkungan pertama dan utama dalam
pendidikan, memberikan landasan dasar bagi proses belajar
mengajar pada lingkungan sekolah dan masyarakat.24 Keluarga
yang harmonis dan mendisiplinkan siswa untuk belajar setiap hari
meskipun hanya pada saat habis magrib itu juga akan
mempengaruhi hasil belajar siswa berbeda dengan siswa yang
tidak pernah diajarkan keluarganya untuk disiplin dalam belajar
hasil belajar yang didapat akan kurang baik.
2) Lingkungan, siswa tidak pernah bisa terlepas dari lingkungan
alami dan lingkungan sosial budaya. Interaksi dari kedua
23
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), 149
24
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses pendidikan (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2005), 163
27
lingkungan ini selalu terjadi dalam mengisi dalam kehidupan
siswa. Keduanya mempunyai pengaruh yang besar dalam hal
belajar siswa disekolah.25
3) Instrumental, yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu peran
guru dalam memberikan materi dan cara mengajar guru yang tepat
serta penampilan guru yang menjadikan siswa semangat untuk
mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Peran kurikulum yang
mencakup semua pengalaman belajar yang dialami oleh siswa dan
mempengaruhi perkembangan pribadinya. Program sekolah yang
tepat untuk siswa di lingkungan sekolah. Sarana dan fasilitas
sekolah yang dapat medukung terlaksananya proses belajar
mengajar siswa di lingkungan sekolah serta mampu untuk
menggunakannya dengan sebaik mungkin sesuai kebutuhan.
3. Bentuk Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk menilai berbagai
hasil pelajaran yang telah diberikan guru kepada siswa dalam waktu
tertentu. Untuk melaksanakan evaluasi hasil mengajar dan belajar siswa
25
28
seorang guru dapat menggunakan dua macam tes, yaitu tes yang sudah
distandartkan dan tes buatan guru.26
Tes hasil belajar secara luas telah mencakup tiga kawasan yaitu
kognitif, afektif dan psikomotorik. Kawasan kognitif pengukurannya
melalui uji tes, sedangkan kawasan afektif melalui kuesioner, wawancara
dan juga pengamatan, dan kawasan psikomotorik diukur melalui perbuatan
dan pengamatan.
Didalam kurikulum 2013 hasil belajar atau penilaian yang
dilakukan di sekolah tidak hanya menilai pengetahuan saja namun ada tiga
kompetensi yang diukur untuk dapat menilai hasil belajar yang didapat,
pertama kompetensi sikap, kedua kompetensi pengetahuan, dan ketiga
kompetensi keterampilan.
Tes hasil belajar untuk menilai kompetensi sikap yaitu dengan
observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat oleh peserta didik dan
jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan
penilaian teman sejawat adalah daftar cek atau skala penilaian yang disebut
rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.27
Tes hasil belajar untuk menilai kompetensi pengetahuan yaitu
dengan tes tulis, tes lisan dan penugasan. Instrumen tes tulis berupa soal
26
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik EvaluasiPengajaran (Jakarta:PT Remaja Rosdakarya, 2010), 33
27
Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013 (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2015), 204
29
pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan dan
uraian. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan. Instrumen penugasan
berupa pekerjaan rumah dan projek yang dikerjakan secara individu
maupun kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.28
Tes hasil belajar untuk menilai kompetensi keterampilan melalui
keterampilan kinerja yaitu praktik, projek, dan penilaian portofolio.
Instrument yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian yang
dilengkapi rubrik.29
Dalam penelitian ini digunakan tes untuk mengukur kemampuan
kognitif atau pengetahuan siswa berupa tes soal objektif dan subjektif. Tes
objektif adalah tes pilihan ganda, siswa harus memilih satu jawaban yang
benar, sedangkan tes subjektif adalah tes uraian, siswa mengisi jawabannya
sendiri sesuai dengan pemikirannya dengan tepat, benar dan baik.
C. Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik ada dalam Kurikulum 2013 yang diajarkan pada
jenjang sekolah dasar, pembelajaran tematik merupakan penggabungan dari
beberapa pelajaran yang dijadikan satu menjadi sebuah tema-tema. Muatan
pembelajaran tematik yang dipadukan adalah muatan pelajaran PPKn, Bahasa
Indonesia, IPS, IPA, Matematika, Seni Budaya, dan Prakarya, serta Pendidikan
28Ibid., 205
29
30
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Dalam Kurikulum 2013, tema sudah
disiapkan oleh pemerintah dan sudah dikembangkan menjadi subtema dan
satuan pembelajaran.
Pembelajaran tematik termasuk salah satu jenis model pembelajaran
terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran
terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa.30
Cara guru untuk mengemas suatu pembelajaran dalam pembelajaran
tematik dirancang sedemikian rupa agar proses pembelajaran lebih aktif dan
menarik bagi siswa. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan isi bidang studi
lain yang relevan akan membentuk tatanan, sehingga akan memperoleh
keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar, pengetahuan
dan kebulatan pandangan tentang kehidupan dan dunia nyata hanya dapat
direfleksikan melalui pembelajaran terpadu. 31
Sebagai suatu model pembelajaran disekolah dasar, pembelajaran
tematik memiliki karakteristik, diantaranya :32
1. Berpusat pada siswa, hal ini disesuaikan dengan pendekatan belajar yang
lebih banyak menempatkan siswa subjek belajar, sedangkan guru berperan
30
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik (Jakarta: PT. Fajar Interpratama Mandiri, 2013), 147
31
Ibid., 152
32
31
sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan kepada siswa untuk
melakukan katifitas belajar.
2. Memberi pengalaman langsung, pembelajaran tematik dapat memberi
pengalaman langsung kepada siswa karena siswa dihadapkan pada suatu
yang nyata sebagai dasar untuk mamahami hal-hal yang abstrak.
3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, menyajikan konsep-konsep
dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan
demikian siswa mampu memahami konsep secara utuh.
4. Bersifat fleksibel, guru dapat mengaitkan bahan ajar dari suatu mata
pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Serta dapat mengaitkan dengan
kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa
berada.
5. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
Pembelajaran tematik yang dilaksanakan dikelas IV adalah
pembelajaran tema 3 peduli terhadap makhluk hidup, subtema 3 ayo cintai
lingkungan, permbelajaran ke-1, mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPS, IPA.
pemahaman materi yang diajarkan adalah memuat materi mengenai kalimat
tanya, peduli lingkungan, sumber daya alam dilingkungan sekitar dan
pemanfaatannya. Yang dilaksanakan sekolah dasar / madrasah ibtidaiyah pada
semester ganjil. Dalam setiap pertemuan yang ada pada subtema memiliki
32
pemerintah republik Indonesia. Berikut contoh Kompetensi Inti (KI) dalam
kelas IV tema 3 subtema 3 :33
1. KI 1 : Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.
3. KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
(mendengar, melihat, membaca) dan bertanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya,makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda
yang di rumah dan di sekolah.
4. KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat,
dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.
Contoh Kompetensi Dasar (KD) dalam kelas IV tema 3 sub tema 3
pembelajaran ke-1 yang meliputi mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPS dan
IPA :34
1. Bahasa Indonesia :
3.3 Menggali informasi dari seorang tokoh melalui wawancara
menggunakan daftar pertanyaan.
33
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Peduli Terhadap Makhluk hidup: buku guru/
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Tematik Terpadu (Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,2015), vii
34
33
2. IPS :
3.1 Mengidentifikasi karakteristik ruang dan pemanfaatan sumber daya
alam untuk kesejahteraan masyarakat dari tingkat kota/kabupaten sampai
tingkat provinsi.
3. IPA :
3.8 Menjelaskan pentingnya upaya keseimbangan dan pelestarian sumber
daya alam di lingkungannya.
Dan adanya indikator tematik tema 3 peduli terhadap makhluk hidup,
subtema 3 ayo cintai lingkungan pembelajaran 1 :
1. Bahasa Indonesia :
3.3.1 Siswa mampu menggali informasi melalui kegiatan tanya jawab.
3.3.2 Siswa mampu mencontoh kalimat tanya dan membuat kalimat tanya
mengenai pemanfaatan sumber daya alam..
2. IPS :
3.1.1 Siswa mampu menyebutkan manfaat sumber daya alam untuk
kesehjateraan masyarakat.
3.1.2 Siswa mampu membuat kalimat tanya mengenai pemanfaatan sumber
daya alam.
3. IPA :
3.8.1 Siswa mampu menjelaskan pentingnya upaya keseimbangan dan
34
3.8.2 Siswa mampu membandingkan antara gambar tanaman dan hewan
yang terawat dan tidak terawat.
3.8.3 Siswa mampu mencocokkan antara gambar dengan tulisan yang
sesuai dengan gambar.
D. Materi Tema 3 Subtema 3 Ayo Cintai Lingkungan
1. Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang isinya mengharapkan reaksi dan
jawaban berupa pengakuan, keterangan, alasan atau pendapat dari pihak
pendengar atau pembaca.35 Dalam kalimat tanya terdapat cirri-cirinya
yaitu :36
a. Menggunakan kata tanya
b. Menggunakan tanda tanya
c. Biasanya menggunakan partikel-kah
Dalam kalimat tanya terdapat 6 kata yang dalam bahasa inggris
disebut 5W + 1H. 5W + 1H yaitu What, Who, When, Where, Why dan How.
Dalam bahasa Indonesia artinya Apa, Siapa, Kapan, Dimana, Kenapa dan
Bagaimana. Setiap kata tanya ini memiliki makna masing-masing, yaitu :
35 Abdul Chaer, Tata bahasa praktis Bahasa Indonesia (Jakarta : Rineka Cipta, 1998), 350 36 M.Mudlofar, Bahasa dan Sastra Indonesia (Jogjakarta: CV Gema Wacana Alif, 2010), 63
35
a. Apa, merupakan kata tanya yang mempunyai maksud untuk
menanyakan benda ataupun sesuatu, Seperti contoh Apa yang bapak
tanam di kebun?
b. Siapa, merupakan kata tanya yang mempunyai maksud untuk
menanyakan tentang nama orang. Seperti contoh: Siapa nama bapak?
c. Kapan, merupakan kata tanya yang mempunyai maksud untuk
menanyakan tentang waktu kejadian ataupun peristiwa. Seperti contoh:
Kapan bapak mulai usaha peternakan ayam ini?
d. Dimana, merupakan kata tanya yang mempunyai maksud untuk
menanyakan tentang tempat kejadian. Seperti contoh: Dimana bapak
menjual hasil panen bapak?
e. Kenapa, merupakan kata tanya yang mempunyai maksud untuk
menanyakan sebab kejadian ataupun peristiwa. Seperti contoh: Kenapa
bapak menanam tanaman toga?
f. Bagaimana, merupakan kata tanya yang mempunyai maksud untuk
menanyakan tentang keadaan. Seperti contoh: Bagaimana bapak
merawat sapi-sapi dipeternakan bapak?
Materi dalam tema 3 subtema 3 tentang Ayo cintai lingkungan salah
satunya adalah kalimat tanya berupa wawancara. Para siswa harus faham
bagaimana membuat kalimat tanya yang baik untuk bertanya atau
36
2. Sumber Daya Alam
Sumber daya alam (Natural Resources) adalah semua kekayaan
alam yang berupa benda mati (abiotik) dan benda hidup (biotik) yang dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sumber daya
alam adalah semua bahan yang ditemukan manusia dalam alam yang dapat
dipakai untuk kepentingan hidupnya. Bahan tersebut dapat berupa benda
mati maupun benda hidup yang berada di bumi dan dapat dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.37
Ruang lingkup sumber daya alam yaitu sumber daya alam
berdasarkan jenisnya dan sumber daya alam berdasarkan sifat
pembaharuannya. Sumber daya alam berdasarkan jenisnya dibagi menjadi
dua, yaitu :
a. Sumber daya alam hayati (biotok) adalah sumber daya alam yang
berasal dari makhluk hidup. Contohnya: tumbuhan, hewan,
mikroorganisme dan lain-lain.
b. Sumber daya alam non hayati (abiotik) yaitu sumber daya alam yang
berasal dari benda mati. Contohnya: bahan tambang, air, udara, batuan
dan lain-lain.38
37
Kemdikbud, Ilmu Pengetahuan Sosial (Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2014), Cet. 2, Ed. Revisi, 116.
38
37
Sedangkam sumber daya alam berdasarkan sifat pembaharuannya
dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui adalah sumber daya alam
yang dapat digunakan berkali-kali dan dapat dilestarikan. Contohnya:
tumbuhan, hewan, hasil hutan, air dan lain-lain.
b. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui adalah sumber daya
alam yang tidak dapat didaur ulang atau bersifat hanya dapat
digunakan sekali saja dan tidak dapat dilestarikan serta dapat punah.
Contohnya: minyak bumi, batubara, timah, gas alam.
c. Sumber daya alam yang tidak terbatas jumlahnya adalah sumber daya
alam yang jumlahnya melimpah di bumi. Contohnya: sinar matahari,
arus air laut, udara, dan lain-lain.39
39
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Metode Penelitian
Penelitian yang digunakan, bila ditinjau dari tujuannya yaitu untuk
meningkatkan hasil pembelajaran dikelas dimana guru secara penuh terlibat
dalam penelitian, tergolong penelitian tindakan karena dipergunakan untuk
perbaikan pembelajaran. Penelitian ini disebut penelitian tindakan kelas (PTK).
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersama.40
Penelitian tindakan kelas (PTK) terdiri dari 3 kata, dan penjabararannya
adalah :41
1. Penelitian, Pada saat mengamati objek di dalam kelas dengan
menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data yang
valid dan dapat digunakan untuk meningkatkan ketertarikan minat siswa
serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Tindakan, Kegiatan yang dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan ini
berbentuk siklus kegiatan untuk siswa serta dapat digunakan untuk proses
evaluasi.
40Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta : Bumi Aksara, 2014), 3
39
3. Kelas, Sebuah ruangan yang terdapat pendidik serta yang didik. dan
sekelompok peserta didik yang sama keinginannya, sama dalam menerima
pelajaran yang diberikan oleh guru yang sama pula.
Dari penjabaran diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Penelitian
Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan
meningkatkan praktik pembelajaran dalam kelas dengan profesional.
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, peneliti menggunakan
model Kurt Lewin yang menyatakan bahwa satu siklus terdiri dari 4 langkah
pokok, yaitu: Perencanaan (Planning), Tindakan (Acting), Observasi
(Observing), Refleksi (Reflecting).42 Model penelitian tindakan menurut Kurt
Lewin adalah proses yang terjadi dalam suatu lingkungan yang terus-menerus
atau bisa dikatakan ada beberapa siklus.
Penelitian direncanakan dengan mengimplementasikan Penelitian
Tindakan Kelas yang meliputi komponen-komponen berikut :
1. Perencanaan (planning)
2. Pelaksanaan (acting)
3. Observasi (observing)
4. Refleksi (reflekting)
40
Penelitian direncanakan sesuai dengan model penelitian tindakan kelas
yang sudah ditetapkan seperti di atas. yang meliputi komponen-komponen : Identifikasi Masalah Perencanaan (planning) Tindakan (Acting) Observasi (Observing) Refleksi (Reflecting) Perencanaan ulang Siklus I Siklus II Dst Gambar 3.1
41
1. Perencanaan
Perencanaan adalah rencana tindakan (planning) yang akan
membuat perubahan pada saat proses pembelajaran agar proses
pembelajaran bisa terlaksana dengan baik dan tidak ada
kesalahan-kesalahan seperti sebelumnya atau bisa dikatan dengan memperbaiki
masalah yang pernah dilakukan agar tidak terjadi kesalahan seperti
sebelumnya dan jika bisa menghilangkan kesalahan-kesalahan yang pernah
ada supaya tidak lagi ada.
Menyusun rancangan tindakan (planning) dalam tahap ini peneliti
menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja
siswa, instrumen observasi aktivitas guru, instrumen observasi aktivitas
siswa.
2. Tindakan
Pelaksanaan tindakan (action) adalah tahap kedua setelah
perencanaan, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan
tindakan yang telah disusun dalam RPP yang meliputi kegiatan awal,
kegiatan inti, dan penutup.
3. Observasi
Pelaksanaan observasi (observing), pada tahap ini yang harus
dilakukan adalah mengamati perilaku siswa-siswi dalam mengikuti
42
guru dalam mengelola pembelajaran yang telah dirancang sesuai dengan
tujuan PTK.
4. Refleksi
Merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah
dilakukan. Dalam tahap ini guru berusaha untuk menemukan hal – hal yang
sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan
dan secara cermat mengenali hal – hal yang masih perlu diperbaiki. Jika
dalam siklus I belum ada perubahan yang siknifikan maka diadakan siklus
II sampai hasil yang di dapat sesuai dengan keinginan.
B. Setting Penelitian dan Subyek yang diamati
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan di MI Miftahul Jinan
di desa Semambung kecamatan Wonoayu kabupaten Sidoarjo, khusunya
siswa kelas IV pada mata pelajaran tematik tema 3 sub tema 3 ayo cintai
lingkungan.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun
pelajaran 2018/2019. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender
pendidikan madrasah, karena penelitian tindakan kelas membutuhkan
43
3. Metode Penelitian
Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk mencari solusi terhadap
masalah pembelajaran yang dihadapi guru agar terjadi perbaikan dalam
proses pembelajaran. Penelitian tindakan kelas ini minimal dilakukan
dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi. Dan penelitian ini dilakukan melaui dua siklus.
Kedua siklus tersebut dapat diamati peningkatan hasil belajar tematik tema
3 subtema 3 ayo cintai lingkungan dengan menggunakan model kooperatif
tipe snowball throwing.
4. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Miftahul
Jinan desa Semambung, kecamatan Wonoayu, kabupaten Sidoarjo tahun
ajaran 2018/2019 dengan jumlah siswa sebanyak 21 siswa, 8 siswa
perempuan dan 13 siswa laki-laki.
C. Variabel yang diteliti
Ada beberapa variabel yang dijadikan sebagai titik acuan dalam
Penelitan tindakan kelas, yaitu sebagai berikut :
1. Variabel Input : Siswa kelas IV MI Miftahul Jinan desa Semambung
kecamatan Wonoayu kabupaten Sidoarjo
2. Variabel Proses : Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball
44
3. Variabel Output : Peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran tematik
tema 3 subtema 3 tentang ayo cintai lingkungan
D. Rencana Tindakan
Penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan pada kelas IV MI
Miftahul Jinan Semambung ini menggunakan model penelitian Kurt Lewin.
adapun penerapan model dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat
tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini
dilakukan dengan dua siklus. Siklus I, dilaksanakan dengan satu kali petemuan
dan siklus II dilaksanakan dengan satu kali pertemuan dan setiap siklus terdiri
dari empat tahap.
1. Pelaksanaan Siklus I
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap-tahap siklus I meliputi :
a. Perencanaan
Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam merencanakan
tindakan adalah:
1) Menentukan tujuan pembelajaran
2) Menyusun RPP menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
snowball throwing
3) Mempersiapkan sarana pembelajaran dalam tindakan kelas
4) Menyusun alat evaluasi sebagai penelitian ranah kognitif, yaitu
45
5) Membuat pedoman wawancara
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti menerapkan kegiatan penelitian dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe snowball trowing
mengacu pada RPP yang telah dipersiapkan dengan langkah-langkah
pembelajaran sebagai berikut :
1) Pendahuluan
a) Guru menyampaikan apresepsi kepada siswa
b) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan di capai
2) Kegiatan Inti
a) Menyampaikan materi yang dibahas
b) Membagi kelompok, menjadi 4 kelompok
c) Memberi penjelasan tentang pembelajaran snowball throwing
d) Melakukan pembelajaran model snowball throwing sesuai
dengan ketentuan
3) Penutup
a) Pada kegiatan penutup guru memberikan kesimpulan
mengenai pembelajaran
46
c. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan dengan melibatkan beberapa pihak
diantaranya guru peneliti, dan teman sejawat. Pelaksanaan observasi
dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan
berpedoman pada lembar observasi yang telah dibuat oleh peneliti. Hal
yang harus diamati oleh observer adalah aktivitas siswa selama
berlangsungnya proses pembelajaran, dan proses pembelajaran dapat
terlaksana sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Selanjutnya dilakukan analisis hasil observasi untuk mengetahui
pemahaman siswa, guru dan jalannya pembelajaran.
d. Refleksi
Refleksi merupakan upaya yang digunakan untuk mengkaji
dampak dari suatu tindakan kelas. Berdasarkan hasil tindakan yang
disertai observasi dan refleksi, maka peneliti dapat mengetahui
kelemahan dan kekurangan kegiatan pembelajaran yang dapat
digunakan untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya
yaitu siklus II. Tindakan siklus II dilaksanakan apabila siklus I belum
terjadi peningkatan hasil belajar yang diharapkan dan belum mengalami