• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulawesi Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulawesi Selatan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

319 JSBPSDM 1(4)(2020), 319-326

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulawesi Selatan

https://ojs.bpsdmsulsel.id/

Eksplorasi Bentuk-Bentuk Geometri dengan Media Tanaman untuk

Meningkatkan Pengembangan Kognitif pada kelompok B3 TK Cordova

Indonesia

Siti Masluroh

TK Cordova Indonesia Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini dilatarbelakangi oleh kuranganya kemampuan anak dalam memahami bentuk-bentuk geometri yang dapat dilihat dari perilaku anak yang kurang memperhatikan guru saat penyampaian materi, bersikap pasif dan kurang tertarik dalam pembelajaran mengenal bentuk geometri. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menemukan metode pembelajaran yang bisa menarik perhatian anak, membuat anak senang dan aktif dalam pembalajaran. Penelitian ini dilakukan di TK Cordova Indonesia Kabupaten Mimika. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan dua siklus, setiap siklus terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Teknik dan alat pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif terhadap data berupa dokumen hasil pekerjaan siswa, daftar nilai dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan metode pembelajaran bermain sambil belajar menggunakan media tanaman, dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan menarik bagi anak sehingga meningkatkan kemampuan pembelajaran kognitif anak dalam mengenal bentuk-bentuk geometri, yaitu dari hasil siklus I ke Siklus II terdapat peningkatan, pada siklus I jumlah anak yang berkembang sesuai harapan sebesar 40% dan pada siklus II presentasi jumlah anak yang berkembang sesuai harapan meningkat menjadi 80%. Disimpulkan bahwa metode pembelajaran dengan menggunakan media tanaman dalam mengeksplorasi bentuk-bentuk geometri dapat meningkatkan kualitas pembelajaran kognitif anak.

Kata Kunci: Eksplorasi bentuk geometri, media tanaman, pengembangan kognitif.

© 2020 Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Sulawesi Selatan

PENDAHULUAN

Perkembangan dan pertumbuhan pada anak harus distimulasi dengan baik, agar tugas perkembangannya dapat berkembang secara optimal. Salah satu tugas perkembangan yang harus distimulasi adalah perkembangan kognitif dengan mengenalkan benda-benda yang ada di sekitar anak. Dalam pertumbuhannya, anak-anak tidak dapat dipisahkan dari benda-benda yang ada di sekitarnya. Sejak kecil mereka sudah mengenal benda-benda yang ada disekeliling mereka dimana bentuk benda tersebut sama dengan bentuk geometri.

Pengenalan bentuk geometri merupakan salah satu konsep paling awal yang perlu dikenalkan kepada anak dari sejak usia dini karena merupakan bagian dari pembelajaran pengenalan bentuk. Anak dapat membedakan benda berdasarkan bentuk terlebih dahulu sebelum mengenal ciri yang lainnya. Memberikan pengenalan bentuk geometri sejak usia dini memberikan pengalaman belajar kepada anak yang akan menunjang pembelajaran matematika pada tingkat pendidikan selanjutnya.

Pengenalan bentuk geometri pada anak dimulai dari pengenalan bentuk lingkaran, segitiga, dan segi empat dengan konsep pembelajaran terpadu dengan tema dan bidang pengembangan lainnya melalui aktifitas balajar yang dapat menstimulasi dan mengembangkan seluruh potensi

(2)

320 pada anak. Pembelajaran ini dirancang sedemikian rupa sesuai tingkat perkembangan anak agar mampu memahami berbagai konsep dengan mudah dan menyenangkan serta melibatkan berbagai pengalaman yang sudah pernah dialami.

Pembelajaran bentuk geometri pada anak berhubungan dengan benda-benda konkrit yang ada dilingkungan sekitar anak, seperti bentuk peralatan yang ada di sekolah, bentuk peralatan yang ada di rumah dan sebagainya. Pembelajaran perlu dirancang agar anak lebih banyak melakukan kegiatan eksplorasi berbagai bentuk yang sering mereka temui dalam kehidupan sehari-harinya. Para guru harus merencanakan dan mendesain suatu sistem pembelajaran yang sesuai dengan media pengembangan kognitif untuk meningkatkan kemampuan anak dengan menggunakan berbagai media. Namun kenyataan yang terjadi kebanyakan guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional atau berpusat pada guru dan tidak memberi kesempatan pada anak untuk mengemukakan gagasannya sendiri.

Permasalahan yang menyangkut aktivitas anak dalam proses pembelajaran mengenal bentuk geometri, dapat dilihat dari respon anak yang tidak tertarik dan tidak senang dalam pembelajaran. Hal tersebut ditunjukan dengan tidak memperhatikan guru yang sedang menjelaskan di depan kelas. Sebagian besar anak terlihat bersikap pasif terhadap kegiatan pembelajaran. Kinerja guru dianggap lemah pada pembelajaran mengenal bentuk geometri pada kelompok B3 di TK Codova Indonesia yaitu karena guru tidak menggunakan media pembelajaraan yang menarik bagi anak, melainkan hanya dengan memberi penjelasan gambar lalu tanya jawab. Permasalahan proses yang telah dijelaskan di atas berdampak pada hasil belajar anak dalam pembelajaran pengenalan bentuk geometri dimana beberapa anak di kelas masih bingung ketika ditanya bentuk geometri yang ditunjukan oleh guru dan juga pada saat anak diberi tugas untuk mengelompokkan serta menunjukan benda-benda yang bentuknya mirip dengan bentuk geometri. Anak belum bias membedakan bentuk geometri lingkaran, segitiga dan segiempat sehingga dianggap kualitas pembelajaran kelompok B3 di TK Codova Indonesia perlu ditingkatkan lagi.

Berdasarkan permasalahan tersebut penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Eksplorasi Bentuk-Bentuk Geometri dengan Media Tanaman Untuk Meningkatkan pengembangan kognitif Pada Kelompok B3 TK Cordova Indonesia”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah eksplorasi bentuk-bentuk geometri dengan media tanaman dapat meningkatkan pembelajaran kognitif pada Kelompok B3 TK Cordova Indoensia.

KONSEP GEOMETRI

Geometri merupakan aspek matematika yang berkaitan dengan pengetahuan tentang hubungan bentuk dan spasial. Geometri menurut Christoper, Taniesha, dan Heidi (2009) ialah belajar bentuk dan ruang, termasuk ruang dua dimensi dan tiga dimensi. Osnat et al. (2010) menyatakan anak-anak memasuki prasekolah dengan pengetahuan intuitif yang kuat tentang bentuk, lokasi spasial dan transformasi. Osnat et al. (2010) mengungkapkan bahwa anak-anak belajar geometri ketika mereka bergerak di ruang dan berinteraksi dengan benda-benda di lingkungan mereka. Sedangkan Bird dalam (Sari, 2017) mengemukakan bahwa geometri merupakan bagian dari matematika yang membahas tentang titik, garis, bidang dan ruang.

Asiye, Ahmet & Abdullah (2018) memaparkan bahwa pembelajaran geometri terdiri dari banyak aspek yang meliputi : pengenalan bentuk, penampilan bentuk mental, menemukan fitur bentuk, topologi, kedekatan, gerakan, dan simetri. Namun pada anak taman kanak-kanak, hanya mengembangkan pembelajaran tentang pemahaman topologi. Topologi di sini adalah studi geometri kuantitatif tanpa angka atau pengukuran, yang berarti bahwa dalam memberikan pengenalan geometri kepada anak-anak dilakukan dengan memperkenalkan bentuk dan sifat-sifat geometri dan tidak mengajarkan perhitungan yang berkaitan dengan konsep geometri (Aslan & Yasare, 2007).

Suydan dan Khusni (1999:3) menjelaskan, bahwa geometri merupakan salah satu aspek matematika di samping aljabar, statistik, trigonometri, dan kalkulus. Dalam pembelajaran matematika di sekolah, geometri lebih berkenan dengan garis dan sudut serbaguna, kekongruenan, transformasi, dan geometri analistis. Geometri merupakan bagian dari matematika yang mempelajari pola-pola visual, yang menghubungkan matematika dengan dunia nyata. Geometri juga dapat di pandang sebagai sistem matematika yang menyajikan fenomena yang bersifat abstrak

(3)

321 (tidak nyata), akan tetapi dalam pembelajarannya bertahap didahului dengan benda-benda konkret sebagai media sesuai dengan tahap perkembangan anak (Suydan dan Khusni (1999:3)

Lebih lanjut, Suydan dan Khusni menjelaskan, bahwa peranan geometri tidak diragukan lagi dari masa perkembangannya di Mesir dan Babylonia untuk kepentingan praktis, seperti membuat bangunan dan menghitung luas tanah hingga sekarang telah memberikan sumbangan yang besar dalam perkembangan ilmu dan tekhnologi modern. Kalaupun objek geometri itu abstrak, akan tetapi mereka adalah sebuah kenyataan bahwa geometri sebagai suatu aspek matematika yang sangat penting dan berperan dalam kehidupan. Geometri menjadi materi yang ingin diketahui secara mendasar dan fundamental untuk pengembangan matematika itu sendiri dan pengembangan kemampuan berfikir manusia secara logis. Adapun salah satu tujuan diajarkanya geomteri di sekolah adalah mengembangakan kemampuan berfikir logis. Tujuan dasar untuk memberikan kesempatan siswa menganalisis lebih jauh dunia tempat hidupnya serta memberikan sejak dini landasan berupa konsep-konsep dan peristilahan yang diperlukan pada pendidikan jenjang berikutnya (Suydan dan Khusni (1999:3)

Charlesworth and Karen K. Lind, (2010) juga memapaparkan bahwa pada tahap usia praoperasional (2-7 tahun), anak-anak membutuhkan kesempatan untuk secara bebas mengeksplorasi bentuk dua dimensi (2D) dan tiga dimensi (3D). Pada tahap ini, anak mulai belajar bahwa beberapa bentuk memiliki nama tertentu seperti lingkaran, segitiga, bujur sangkar, silinder, dan bola. Pada tahap ini anakanak juga belajar menggambarkan karakteristik dasar dari setiap bentuk geometri dengan kata-kata mereka sendiri, seperti "empat sisi lurus" atau "garis melengkung" atau "memiliki titik-titik.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa geometri merupakan pembelajaran terkait bentuk dan ruang. Pada usia taman kanak-kanak pembelajaranya terkait pemahaman topologi, yaitu memperkenalkan bentuk, sifatsifat, dan karakteristiknya. Pada penelitian ini, anak usia 5-6 tahun belajar mengenal karakteristik dan contoh-contoh benda dari bentuk geometri seperti segitiga, persegi, persegi panjang, lingkaran, bola dan tabung. Contohnya, anak mengetahui bahwa persegi panjang merupakan geometri yang memiliki 4 sisi yang tidak sama ukuran panjang dan lebarnya. Anak mengetahui bahwa benda di sekitarnya seperti buku, uang, pintu, meja merupakan bentuk geometri persegi panjang. Selain itu, anak juga belajar mengenal bentuk geometri dari jenis ruang 2D dan 3D. Contohnya, anak mengenal bahwa lingkaran itu merupakan bentuk dengan ruang 2D dan bola dengan ruang 3D.

Kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri dilakukan secara bertahap. Anak usia dini berada pada fase praoperasional, kemampuan berpikirnya adalah berpikir secara simbolis. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan anak untuk dapat membayangkan benda-benda yang ada di sekitarnya. Pembelajaran melalui kegiatan bermain untuk mengenal bentuk geometri dapat membantu anak untuk memahami, menggambarkan, dan mendeskripsikan benda-benda yang ada di sekitarnya. Di dalam pembelajaran geometri terdapat pembelajaran mengenai konsep dasar bangun datar seperti, bangun datar yang meliputi segitiga, segi empat, dan lingkaran dan konsep bangun ruang yang meliputi kerucut, kubus, balok, tabung, dan lain-lain.

Geometri selalu berkaitan erat dengan matematika dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam belajar matematika setiap anak selalu dikaitkan dengan pengalaman kehidupannya sehari-hari. Belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan kegiatan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dan memberikan pelayanan yang baik agar anak dapat belajar. Belajar pada anak usia dini dikemas dengan cara belajar sambil bermain.

Aspek-aspek kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri dimulai dari anak mengetahui bentuk-bentuk geometri dan namanya yang meliputi kemampuan mengucapkan bentuk geometri dan memberi nama bentuk geometri, memahami bentuk-bentuk geometri yang meliputi kemampuan memberikan contoh bentuk suatu benda yang sama dengan bentuk geometri dan kemampuan mendeskripsikan masing-masing bentuk geometri, dan menerapkan bentuk geometri dalam kehidupan sehari-hari yang meliputi kemampuan menggambar bentuk geometri, menyusun beberapa bentuk geometri menjadi suatu benda, dan bercerita mengenai benda yang dibuatnya dari beberapa susunan bentuk geometri.

(4)

322 Lestari (2011: 4), menjelaskan bahwa mengenal bentuk geometri pada anak usia dini adalah kemampuan anak mengenal, menunjuk, menyebutkan serta mengumpulkan benda-benda di sekitar berdasarkan bentuk geometri. Pendapat lain yang diungkapkan oleh Agung Triharso (2013: 50), menyatakan bahwa dalam membangun konsep geometri pada anak dimulai dari mengidentifikasi bentuk-bentuk, menyelidiki bangunan dan memisahkan gambargambar biasa seperti, segi empat, lingkaran, dan segitiga. Belajar konsep letak, seperti di bawah, di atas, kiri, kanan, meletakkan dasar awal memahami geometri.

Daitin Tarigan (2006: 32), menjelaskan bahwa belajar geometri adalah berpikir matematis, yaitu meletakkan struktur hirarki dari konsep-konsep lebih tinggi yang terbentuk berdasarkan apa yang telah terbentuk sebelumnya, sehingga dalam belajar geometri seseorang harus mampu menciptakan kembali semua konsep yang ada dalam pikirannya. Mengenalkan berbagai macam bentuk geometri pada anak usia dini dapat dilakukan dengan cara mengajak anak bermain sambil mengamati berbagai benda di sekelilingnya. Anak akan belajar bahwa benda yang satu mempunyai bentuk yang sama dengan benda yang lainnya seperti ketika mengamati bentuk buku mempunyai bentuk yang sama dengan segi empat atau persegi.

STRATEGI PEMBELAJARAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI

Strategi pembelajaran merupakan segala usaha atau aktivitas guru dalam mengajar yang digunakan dalam menerapkan berbagai metode pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Bermain dan belajar tidak dapat dipisahkan, keduanya saling berkaitan dan saling melengkapi. Bermain membuat anak senang, sedangkan belajar melalui bermain anak dapat menguasai materi yang lebih menantang. Karakteristik cara belajar anak adalah anak belajar dengan cara yang berbeda dari orang dewasa. Beberapa karakteristik cara belajar anak yaitu: (1) anak belajar melalui bermain; (2) anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya; (3) anak belajar secara alamiah, dan (4) belajar anak harus menyeluruh, bermakna dan menarik.

Bermain sebagai salah satu cara belajar anak yang mempunyai ciri-ciri simbolik, bermakna, aktif, menyenangkan, dan suka rela. Menurut Piaget (Slamet Suyanto, 2005b: 124), anak belajar mengkonstruksi pengetahuan dengan berinteraksi melalui objek yang ada disekitarnya. Selain itu para ahli teori konstruktivisme mempunyai pandangan tentang cara belajar anak yaitu anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya melalui kegiatan mengeksplorasi objek-objek dan peristiwa yang ada di lingkungannya dan melalui interaksi sosial dan pembelajaran.

Prinsip bermain adalah anak harus mengedepankan belajar, bahwa bermain untuk belajar, bukan bermain untuk mainan itu sendiri. Strategi dalam pemilihan jenis permainan yang digunakan di TK harus sesuai dengan perkembangan anak. Pemilihan jenis permainan yang sesuai dengan perkembangan anak perlu dilakukan agar pesan edukatif dalam permainan dapat ditangkap anak dengan mudah dan menyenangkan. Apabila jenis permainan tidak sesuai dengan perkembangan anak maka yang terjadi adalah proses bermain hanya untuk mainan itu sendiri. Hal ini akan dapat berdampak buruk pada pembentukan karakter dan kecerdasan anak. Namun apabila pemilihan permainan yang selaras dengan perkembangan anak maka akan mengembangkan aspek kecerdasan tertentu.

Agung Triharso (2013: 7), menyatakan bahwa satu-satunya cara agar suasana belajar menjadi menyenangkan dan menantang adalah menggabungkan bermain dan belajar. Pola belajar sebagaimana bermain, dan bermain sebagaimana belajar membuat anak merasa enjoy. Tanpa mereka sadari, anak-anak belajar dalam suatu permainan, tetapi juga bermain ketika belajar. Antara belajar dan bermain sama-sama menyenangkan sekaligus menantang. Pembelajaran untuk mengenal bentuk-bentuk geometri pada anak dapat dilakukan dengan permainan. Melalui permainan tersebut anak-anak akan mudah belajar mulai dari mengidentifikasi bentuknya, menyelidiki masing-masing bentuknya dan mengenal bentuk geometri.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam strategi pembelajaran mengenalkan bentuk geometri pada anak usia dini kegiatannya dikemas dalam bermain. Melalui kegiatan bermain anak akan mengetahui, memahami dan mengenal konsep bentuk

(5)

323 geometri. Kemampuan dasar dalam mengenal bentuk geometri ini dapat dikembangkan melalui pengenalan anak pada kemampuan spasialnya, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan bentuk benda aslinya (bentuk buku itu seperti segi empat).

Pemberian rangsangan dan stimulus yang tepat pada proses pembelajaran di TK (Taman Kanak-kanak), akan memberikan dampak positif yaitu dapat mencerdaskan anak. Selain itu kondisi pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan akan berpotensi besar dalam membentuk karakter anak menjadi seorang pembelajar yang aktif. Dari kegiatan belajar melalui bermain hasil belajar anak dapat meningkat karena ketika anak belajar matematika khususnya dalam mengenal bentuk geometri anak akan dapat memahaminya apabila dibantu dengan manipulasi objek-objek suatu benda yang konkret.

METODE

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Djajadi, 2019; Wardhani & Wihardit, 2012). Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah Taman Kanak-kanak Cordova Indonesia. Siswa yang diteliti berjumlah 16 anak terdiri dari laki-laki 10 anak, perempuan 6 anak, dan rentang usia siswa 5 tahun dengan 6 tahun. Penelitian ini dilakukan selama dua siklus dengan mengambil lokasi di kelompok B3 Taman Kanak-kanak Cordova Indoensia Kabupaten Mimika dengan waktu pelaksanaan dilakukan pada bulan oktober 2020. Pada penelitian ini memilih tiga metode untuk mengumpulkan data yang digunakan untuk mengetahui kemampuan mengenal bentuk-bentuk geometri, yaitu observasi, dokumentasi dan Tes Lisan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Siklus Pertama

Setelah dilakukan penlaian hasil belajar siswa melalui lembar formatif dalam pembelajaran bentuk-bentuk geometri dengan berbagai media pembelajaran pada Siklus I, maka diperoleh data hasil belajar siswa sebagaimana terdata pada Tabel berikut ini:

Tabel 1 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I

(Sumber: Lembar Hasil Belajar Siswa Siklus I).

Berdasarkan data pada Tabel 1 tersebut, dapat diketahui adanya dampak positif dari tindakan pada Siklus I dengan menerapkan berbagai media pada pembelajaran bentuk-bentuk geometri. Pada sebelum siklus, masih ada siswa yang berada pada tingkat BB (belum berkembang). Setelah siklus I ternyata pemahaman anak mengalami kenaikan, dengan rata-rata perkebangan siswa sesuai dengan harapan dan tidak terdapat lagi anak pada tingkat belum berkembang.

Peningkatan hasil belajar tersebut menunjukkan bahwa semakin meningkat perolehan hasil

LP INDIKATOR CAPAIAN PERKEMBANGAN

Nagita Habibi Sausan Rezky Aliyah

NAM Anak bersyukur atas benda-benda

ciptaan tuhan BSH BSH BSH MB MB

FM Anak dapat Mengupas pisang BSH BSH BSH BSH BSH

KOG Anak dapat mengenal macam warna, bentuk dan rasa buah pisang

Anak dapat mengenal bentuk geomeri

BSH

MB BSH BSH BSH BSH BSH MB BSH MB BAHASA Anak dapat bercerita tentang

membuat sate pisang MB BSH BSH MB MB

SOSEM Anak dapat menyelesaikan tugas

sampai selesai MB BSH BSH MB MB

SENI Anak dapat membuat sate pisang

(6)

324 belajar siswa pada kategori diatasnya menunjukkan kriteria peningkatan kualitas pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini. Peningkatan tersebut dapat dilihat dalam table presentasi berikut:

Tabel 2 Hasil Pencapaian Siklus I

No. Kategori Skor Jml Siswa Persentase

1 Berkembang Sangat Baik 4 0 0%

2 Berkembang Sesuai Harapan 3 2 40%

3 Mulai Berkembang 2 3 60%

4 Belum Berkembang 1 0 0%

Jumlah 5 100%

(Sumber: Lembar Hasil Belajar Siswa Siklus I)

Pada tabel 2 diketahui bahwa dari 5 orang anak pada siklus 1 ini, 2 orang sudah sampai pada tahap berkembang sesuai harapan dan sisanya sudah mulai berkembang. Tidak ditemukan lagi anak yang belum berkembang.

Siklus Kedua

Setelah dilakukan penilaian hasil belajar siswa melalui lembar formatif dalam pembelajaran bentuk-bentuk geometri dengan media alat peraga berupa sayuran wortel dalam pembelajaran pada Siklus II, maka diperoleh data hasil belajar siswa sebagaimana terdata pada Tabel berikut ini:

Tabel 3 Data Hasil Belajar Siswa Siklus II

(Sumber: Lembar Hasil Belajar Siswa Siklus II).

Berdasarkan data pada Tabel 3, dapat diketahui adanya peningkatan hasil belajar yang signifikan jika dibandingkan pada siklus I yang dilakukan sebelumnya, siswa rata-rata siswa yang mengikuti kegiatan belajar sudah sampai pada tingkat berkembang sesua harapan dan sebagian kecil saja yang masih dalam tahap mulai berkembang. Peningkatan tersebut dapat dilihat dalam table presentasi berikut:

Tabel 4 Hasil Pencapaian Siklus II

No. Kategori Skor Jml Siswa Persentase

1 Berkembang Sangat Baik 4 0 0%

LP INDIKATOR CAPAIAN PERKEMBANGAN

Nagita Habibi Sausan Rezky Aliyah

NAM Anak bersyukur atas benda-benda

ciptaan tuhan BSH BSH BSH MB BSH

FM Anak dapat menirukan gerakan meliukkan badan ke kanan kekiri, ke depan dan kebelakang

BSH BSH BSH MB BSH

KOG Anak dapat mengenal warna,bentuk

geometri BSH BSH BSH BSH BSH BSH MB MB BSH BSH BAHASA Anak dapat bercerita tentang

tanaman wortel Anak dapat berpuisi

Anak dapat melingkari huruf membentu kata wortel

BSH BSH BSH BSH BSH BSH BSH BSH BSH MB MB MB BSH BSH BSH

SOSEM Anak mau berbagi BSH BSH BSH MB BSH

SENI Anak dapat memotong berbagai bentuk geometri

Anak dapat mencap berbagai bentuk

BSH

(7)

325

2 Berkembang Sesuai Harapan 3 4 80%

3 Mulai Berkembang 2 1 20%

4 Belum Berkembang 1 0 0%

Jumlah 5 100%

(Sumber: Lembar Hasil Belajar Siswa Siklus II).

Pada tabel 4 diketahui bahwa dari 5 orang anak pada siklus II ini, empat orang sudah sampai pada tahap berkembang sesuai harapan dan tinggal satu orang yang masih ada pada tahap mulai berkembang. Jika dibandingkan hasil yang diperoleh pada siklus I diperoleh jumlah anak yang masih dalam tahap mulai berkembang ada tiga orang dan pada siklus kedua ini tinggal satu orang yang masih dalam tahap mulai berkembang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pola pembelajaran yang diterapkan dengan menggunakan media tanaman dari tahap I sampai pada tahap II dapat meningkatkan kualitas pembelajaran kognitif siswa kelompok B3 TK Cordova Indonesia.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik keseimpulan yaitu: (1) Dari tindakan pada Siklus I dengan menerapkan media tanaman pada pembelajaran bentuk-bentuk geometri. Pada sebelum siklus, masih ada siswa yang berada pada tingkat BB (belum berkembang). Setelah siklus I ternyata pemahaman anak mengalami kenaikan, dengan rata-rata perkebangan siswa sesuai dengan harapan dan tidak terdapat lagi anak pada tingkat belum berkembang. Pada siklus II, empat orang sudah sampai pada tahap berkembang sesuai harapan dan tinggal satu orang yang masih dalam tahap mulai berkembang. Jika dibandingkan hasil yang diperoleh pada siklus I diperoleh jumlah anak yang masih dalam tahap mulai berkembang ada tiga orang dan pada siklus II tinggal satu orang yang masih dalam tahap mulai berkembang. (2) Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pola pembelajaran yang diterapkan dengan menggunakan media tanaman dari tahap I sampai pada tahap II dapat meningkatkan kualitas pembelajaran kognitif siswa kelompok B3 TK Cordova Indonesia.

Berdadasarkan kesimpulan di atas, diberikan saran sebagai berikut: (1) Kepada guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam proses pembelajaran dan memberikan alternatif metode serta teknik yang tepat untuk meningkatkan kemampuan anak didik dalam mengenal bentuk-bentuk geometri. (2) Kepada siswa, hasil penelitian ini dapat memotivasi anak lebih giat belajar dan meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal bentuk-bentuk geometri dengan menggunakan metode eksplorasi media tanaman. (3) Kepada sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif kepada sekolah tentang pentingnya menyediakan dan mengembangkan berbagai media pembelajaran yang diperlukan seperti penggunaan media tanaman demi meningkatkan kualitas pendidikan. (4) Kepada peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk mengembagkan kajian yang relevan dengan masalah dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Daitin Tarigan. (2006). Pembelajaran Matematika Realistik. Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, Jakarta.

Djajadi, Muhammad. (2019). Pengantar Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.

Direktorat Pendidikan TK dan SD. (2005). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Taman Kanak-kanak

dan Raudhatul Athfal. Dirjen Manajemen Dikdasmen Departemen Pendidikan Nasional,

(8)

326 Jamaris, Martini. (2006). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak.

Gramedia, Jakarta.

Kusuma, Wijaya. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. PT Indeks, Jakarta.

Lestari K.W. 2011. Konsep Matematika. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal, Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta.

Mulyatiningsih, E. (2011). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Yogyakarta: Alfabeta. Rita Eka Izzaty, Dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. UNY Press, Yogyakarta.

Soewardi. (1984). Melukis Bentuk Geometri. PT Gramedia, Jakarta.

Slamet Suyanto. (2005). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Hikayat Publising, Yogyakarta. Suydan, dan Khusni. (1999). http://wikipedia.org/wiki/geometri, diakses 06 Oktober 2020,

tersedia dalam www.google.com

Triharso, A. (2013). Permainan Kreatif dan Edukatif untuk Anak Usia Dini. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Wardhani, IGAK dan Wihardit, Kuswaya. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Winda Sari. 2017. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VIII-A SMP 2 Nanggulan Dalam Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Bangun Ruang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS. Semnastika Unimed. ISBN:978-602-17980-9-6. 6 Mei 2017.

Gambar

Tabel 1 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I
Tabel 3 Data Hasil Belajar Siswa Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Formasi Tahun Anggaran 2010, yang Surat Keputusan Pengangkatannya telah selesai diproses (daftar nama terlampir) dapat mengambil Surat Keputusan

Melalui perancangan media komunikasi visual sebagai sarana promosi Carissa Cuci Mobil Otomatis (CCMO), dan untuk menjaga eksistensi menghadapi pesaingnya,

Seorang nyai berperan di dalam transformasi modernisasi di Jawa pada khususnya, transformasi modernisasi yang penulis maksud adalah proses perubahan kebiasaan atau budaya

Menurut Edward Djamaris dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Filologi, metode landasan dipakai apabila menurut tafsiran, nilai naskah jelas berbeda sehingga ada satu

Hal ini didukung oleh pernyataan Siagian (dalam Syamsi, 1995) bahwa pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan

Batas aliran lalu lintas yang ada pada suatu ruas jalan dilampaui, maka rata-rata kecepatan lalu lintas akan turun sehingga pada saat kecepatan mulai turun maka

Untuk menganalisis lebih jelas mengenai daya tarik yang dihipotesiskan mempunyai pengaruh terhadap promosi dan informasi, aksesbilitas yang dihipotesiskan mempunyai

Babakan Baru RT.03/03 Desa Rumpin