• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1. PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan Nasional merupakan upaya mewujudkan amanat dalam Undang-Undang Dasar 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan diharapkan dapat membentuk manusia yang berkualitas yang memiliki kemampuan untuk menguasai, memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi guna mendukung pelaksanaan Pembangunan Nasional. Oleh karena itu peningkatan kualitas pendidikan mutlak dilakukan terlebih lagi dalam rangka menghadapi era globalisasi seperti sekarang ini. Usaha mencerdaskan kehidupan bangsa dilaksanakan secara berkelanjutan mulai dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan jenjang pendidikan tinggi. Selain itu juga diselenggarakan pula pendidikan prasekolah atau dikenal juga dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yang termasuk pada pendidikan non formal.

Pendidikan nonformal dan informal sebelum terbitnya Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional lebih dikenal dengan nama Pendidikan Luar Sekolah dan/atau Pendidikan Masyarakat. Pada awal kemerdekaan RI dengan dibentuknya Kabinet Pertama, Jawatan Pendidikan Masyarakat masuk dalam Struktur Organisasi Kementerian Pendidikan dan Pengajaran. Pendidikan masyarakat ini mempunyai tugas pokok menyeleggarakan pendidikan keaksaraan atau pemberantasan buta huruf, pendidikan kader pembangunan desa, pendidikan wanita dan kursus keterampilan untuk orang dewasa. Selanjutnya perkembangan kesejarahan Pendidikan Luar Sekolah telah menunjukkan eksistensinya sebagai jalur pendidikan yang berperan untuk membelajarkan masyarakat sesuai dengan kebutuhannya serta penyambung pendidikan formal dalam mewujudkan pendidikan sepanjang hayat atau Life Long

Learning (Renstra Ditjen PAUDNI, 2010).

Setelah pemerintah Indonesia menetapkan standar pendidikan anak usia dini, maka perhatian terhadap PAUD mulai meningkat. Perhatian tersebut lebih terfokus lagi setelah tahun 2011 dijadikan sebagai Gerakan Paudnisasi, sehingga dapat mendongkrak perhatian berbagai pihak, baik secara formal, informal, maupun nonformal. Berbagai kebijakan pun telah dikeluarkan untuk dijadikan pedoman oleh para pelaksana di lapangan. Oleh karena itu, ditengah berbagai permasalahan dan hiruk pikuk kehidupan sebenarnya, PAUD dipandang sebagai alternatif paling strategis untuk menyiapkan generasi bangsa yang berimtaq dan beriptek dengan mendayagunakan seluruh kekuatan yang ada dan mendayagunakan berbagai sumber kekayaan alam yang dapat membangun bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat dan bangsa yang terhormat diantara bangsa lainnya (Mulyasa, 2012).

Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling rendah tingkatannya, tetapi boleh jadi memiliki makna yang paling tinggi dari satuan-satuan pendidikan lainnya. Hal tersebut karena PAUD akan melandasi pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Dapat dikatakan di sini, bahwa keberhasilan seseorang dalam menempuh pendidikan dasar, menengah, dan tinggi, sangat ditentukan oleh apa yang diperoleh dan dialaminya di PAUD.

(2)

Oleh karena itu, PAUD harus dikelola secara profesional dan standar, agar dapat mempersiapkan generasi bangsa yang berkualitas. Pendidikan anak usia dini harus dilaksanakan secara bekelanjutan dan tak pernah berakhir, sebagai bagian terpadu untuk menyiapkan generasi bangsa, yang sesuai dengan sosok manusia masa depan, berakar pada filosofi dan nilai kultural religius bangsa Indonesia (Mulyasa, 2012).

Kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat membawa dampak langsung terhadap kebutuhan belajar masyarakat yang terus meningkat tanpa kenal batas usia, menerobos ruang dan waktu (tidak peduli mereka di kawasan terpencil sekalipun) kegairahan untuk belajar menjadi milik semua lapisan masyarakat. Di sisi lain ketersediaan akses informasi ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak pada perubahan perilaku belajar yang semakin

independent dan sangat lentur dalam hal pilihan subyek yang dipelajari, waktu

dan ruang belajar (Renstra Ditjen PAUDNI, 2010).

Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, baik nonformal maupun informal, mengacu pada strategi pembangunan pendidikan nasional. Strategi pembangunan pendidikan anak usia dini tersebut akan menjadi acuan dalam penyusunan kebijakan pokok dan kerangka implementasi program dan kegiatan pembaruan pendidikan yang akan dilaksanakan oleh Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal beserta seluruh jajarannya dan para pemangku kepentingan baik di pusat maupun di daerah, yang meliputi (Renstra Ditjen PAUDNI, 2010) :

a. Pendidikan agama, akhlak mulia dan pembentukan karakter/kepribadian masyarakat yang mandiri serta memiliki daya saing

b. Proses pembelajaran yang mendidik, dialogis serta pembelajaran berpusat pada peserta didik dan kontekstual

c. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi yang selaras dengan dunia kerja.

d. Peningkatan profesionalitas pendidik dan tenaga kependidikan. e. Penyediaan sarana belajar

f. Pembiayaan pendidikan yang sesuai dengan prinsip pemerataan dan berkeadilan.

g. Penyelenggaraan pendidikan yang terbuka, merata, berkelanjutan. h. Pemberdayaan masyarakat, organisasi masyarakat dan asosiasi profesi. i. Evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi pendidikan yang memberdayakan.

Pentingnya pendidikan anak usia dini tidak perlu disangsikan lagi baik oleh para ahli maupun masyarakat umum pada lazimnya yang sudah mengakui betapa esensialnya pendidikan bagi anak usia dini. Tokoh pendidikan: Pestallozi, Montessori, Froebel, Kihadjar Dewantara, Malaguzzi, adalah contoh dari sekian tokoh pendidikan yang sangat peduli dengan pendidikan anak usia dini. Dan menegaskan beberapa point tentang pentingnya pendidikan anak usia dini. Pertama dilihat dari kedudukan usia prasekolah bagi perkembangan anak selanjutnya. Sejak lama banyak ahli yang memandang usia prasekolah atau balita

(3)

sebagai fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu (Solehuddin, 1997).

Hal lain yang menjadi faktor pentingnya pendidikan anak usia dini Dilihat dari tuntutan-tuntutan non-edukatif lainnya. Dewasa ini tidak jarang di antara orang tua khusunya di kota-kota besar, yang keduanya menghabiskan sebagian besar waktu mereka di kantor, tempat kerja, atau untuk kepentingan bisnis. Sementara itu, kakek, nenek, atau saudara-saudara lainnya tidak lagi berada di samping mereka. Atau kalau pun ada, mereka semua juga sibuk dengan urusan masing-masing. Perubahan pola dan sikap hidup serta struktur keluarga tersebut menuntut masyarakat untuk segera memasukkan anak-anak mereka ke lembaga pendidikan atau penitipan anak secara dini.

Alasan diatas direspon oleh pemerintah dan berbagai lapisan masyarakat dengan semakin maraknya penyelanggaraan pendidikan anak usia dini dengan berbagai jenjang mulai dari jenjang formal seperti tama kanak-kanak dan raudhatul athfal maupun pada jenjang nonformal dan informal seperti: kelompok bermain, taman penitipan anak, pos pendidikan anak usia dini, posyandu, bina keluarga balita dan satuan PAUD sejanis lainnya.

Di sisi lain maraknya penyelenggaraan berbagai satuan PAUD ini tidak diiringi dengan pemahaman konsep PAUD yang seutuhnya, di mana tujuan PAUD menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa. Tapi dalam pelaksanaaannya banyak sekali lembaga-lembaga satuan PAUD tersebut yang memberikan pembelajaran yang kurang memperhatikan perkembangan anak didiknya, seperti pemberian pelajaran baca, tulis dan berhitung yang tidak disesuaikan dengan tahapan dan kesiapan muridnya (Kristanto 2011).

Untuk mendukung ketercapaian dalam penyelenggaraan paud tentunya harus didukung oleh manajemen dari PAUD itu sendiri. Pembenahan manajemen ini juga diperlukan karena pendidikan anak usia dini (PAUD) memegang peranan yang sangat penting dalam mengembangkan dan menyiapkan pribadi peserta didik secara utuh dan menyeluruh. Manajemen PAUD menjadi sangat penting diperhatikan, ketika melihat kenyataan bahwa daya imajinasi, kreativitas, inovatif, dan proaktif lulusannya, berbeda secara signifikan dengan yang tidak melaluinya. Oleh sebab itu, sudah saatnya pendidikan anak usia dini dikembangkan secara efektif sampai kepelosok pedesaan (Mulyasa, 2012).

Pada hakekatnya setiap organisasi didirikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Apakah tujuan yang telah ditetapkan tersebut telah tercapai atau tidak terkadang terabaikan oleh para pengelola organisasi yang cenderung hanya disibukkan melakukan kegiatan rutinitas dalam menggerakkan roda organisasinya, dan tidak memiliki waktu yang khusus untuk menjawab pertanyaan tersebut. Seberapa besar pencapaian kinerja organisasi dalan satu satuan waktu tertentu tidak terjawab dengan pasti karena tidak dilakukan pengukuran dan penilaian kinerja (Sinambela, 2012). Pada hal pengukuran kinerja merupakan faktor penting dalam mengembangkan organisasi secara efisien dan efektif.

(4)

Banyak sekali pendekatan yang dapat dilakukan untuk melakukan pengukuran kinerja. Salah satunya adalah metode Balanced Scorecard. Balanced

Scorecard merupakan salah satu sistem pengukuran kinerja suatu organisasi atau

perusahaan dan metode ini dapat diaplikasikan diorganisasi sektor publik.

Balanced Scorecard diperkenalkan pertama kali oleh Kaplan dan Norton pada

tahun 1996. Balanced Scorecard memberikan organisasi kemampuan untuk

maneger dan sistem yang dapat memberikan karyawan/staf serta manajemen untuk belajar dan berkembang secara berkelanjutan untuk berinovasi dan mengembangkan efisiensi dan pengembangan strategi. Balance Scorecard bukan hanya digunakan oleh organisasi bisnis tapi juga oleh organisasi publik. Balanced

scorecard dapat membantu organisasi publik dalam mengontrol keuangan dan

mengukur kinerja organisasi sesuai pendapat (Modell, 2004).

Organisasi publik adalah organisasi yang didirikan dengan tujuan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Hal ini menyebabkan organisasi publik diukur keberhasilannya melalui efektivitas dan efisisensi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Untuk itu organisasi publik harus menetapkan indikator-indikator dan target pengukuran kinerja yang berorientasi kepada masyarakat. Pengukuran kinerja pada organisasi publik dapat meningkatkan pertanggungjawaban dan memperbaiki proses pengambilan keputusan (Ittner dan Larcker, 1998).

Perbedaan mendasar antara organisasi bisnis dan organisasi publik adalah organisasi bisnis berorientasi profit sedangkan organisasi publik berorienasi

nonprofit. Selain itu perbedaan lainnya adalah dari segi tujuan strategis, tujuan financial, stakeholders, sumber pembiayaan dan struktur organisasi (Averson,

1999).

Pendidikan merupakan sektor yang paling disoroti karena tertuang dalam Undang-undang besaran anggaran yang dipatok minimal 20% dari anggaran yang ada walaupun sampai sekarang hal tersebut belum dapat direalisasi. Selain hal tersebut pendidikan dikatakan sebagai sektor yang mendapat perhatian lebih dikarenakan diyakini oleh pemerintah dan masyarakat sebagai sektor yang dapat memperbaiki keadaan pendidikan sekarang.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja Penyelenggara PAUD Kiddy Place dengan Balanced Scorecard di Yayasan Fitrah Hanniah.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka sebagai rumusan masalah dalam penelitian ini adalah berikut :

1. Bagaimana penjabaran komponen-komponen strategik (visi, misi dan strategi) PAUD Kiddy Place Yayasan Fitrah Hanniah ke dalam sasaran strategik pada keempat perspektif Balanced Scorecard?

2. Key Performance Indicators (KPI), target, inisiatif strategi apa yang dapat

diterapkan oleh PAUD Kiddy Place Yayasan Fitrah Hanniah berdasarkan perspektif Balanced Scorecard?

3. Bagaimana hubungan antar sasaran strategi PAUD Kiddy Place Yayasan Fitrah Hanniah dalam keempat perspektif Balanced Scorecard?

(5)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan tersebut, maka tujuan penelitian adalah berikut :

1. Menganalisis visi, misi dan strategi PAUD Kiddy Place Yayasan Fitrah Hanniah ke dalam sasaran strategis pada keempat perspektif Balanced

Scorecard.

2. Menentukan Key Performance Indicators (KPI), target, inisiatif strategi apa yang dapat diterapkan oleh PAUD Kiddy Place Yayasan Fitrah Hanniah. 3. Menyusun peta strategi PAUD Kiddy Place Yayasan Fitrah Hanniah.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Manfaat dari penelitian ini adalah berikut :

1. Bahan acuan dan referensi bagi lembaga PAUD untuk merancang Balanced

Scorecard guna peningkatan kinerja lembaga serta dasar penetapan kebijakan

program lanjutan.

2. Bahan perencanaan dan evaluasi program bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan khususnya Dirjen PAUDNI

3. Penelitian lanjutan terhadap analisis evaluasi pelaksanaan pengukuran kinerja lembaga PAUD sejenis.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PUAD Kiddy Place Yayasan Fitrah Hanniah dengan melibatkan pihak internal dan eksternal terkait. Penelitian ini dibatasi pada analisis perancangan pengukuran kinerja dengan pendekatan Balanced Scorecard pada PUAD Kiddy Place Yayasan Fitrah Hanniah. Pada penelitian ini pembobotan dilakukan pada sasaran strategis sampai kepada Key Performance

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan meningkatnya jumlah persentase epidemiologi pasien terhadap penyakit diabetes dari tahun ke tahun menurut data WHO pada tahun 2003, dan meningkatnya jumlah

Dengan adanya situasi tersebut maka permasalahan ini layak untuk diteliti untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas jasa pelayanan Galeri IndosatM2 terhadap

4 Menurut saya cara penyaluran dana PSKS sudah melalui proses yang tepat (mulai pendataan sampai penerimaan dana PSKS).. 5 Menurut saya PSKS

MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel insider ownership, risiko pasar, dan debt to equity ratio

Algoritma genetika dapat diterapkan dengan baik pada permasalahan optimasi FIS Tsukamoto untuk diagnosis autisme pada anak, representasi kromosom yang digunakan adalah

Siswa dibimbing mengamati peta secara rinci untuk dan mengidentifikasi batas- batas pulau Papua (dalam kegiatan ini guru bisa menggunakan alternatif pembahasan dengan

Sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa (OPD) tenaga yang dibutuhkan adalah Sertifikat Keahlian (SKA) yang masih berlaku dengan kualifikasi Bidang Sipil Sub klasifikasi

I-SAP ValuePlus merupakan Sistem Akuntansi & Bisnis yang didesain sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.27) yang berbasiskan Windows dan dirancang untuk