• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (Tgt) Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Persamaan Dasar Akutansi Kelas X Akuntansi Smk Prawira Marta Tahun Ajaran 2016/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (Tgt) Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Persamaan Dasar Akutansi Kelas X Akuntansi Smk Prawira Marta Tahun Ajaran 2016/2017"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PERSAMAAN

DASAR AKUTANSI KELAS X AKUNTANSI SMK PRAWIRA MARTA TAHUN AJARAN 2016/2017

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh:

ALFIATUN NURAINI A210130156

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)

ii i

(3)

iii ii

(4)
(5)

1

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PERSAMAAN

DASAR AKUTANSI KELAS X AKUNTANSI SMK PRAWIRA MARTA TAHUN AJARAN 2016/2017

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan TGT (Teams Games Tounaments) dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran persamaan dasar akutansi kelas x akuntansi SMK Prawira Marta tahun ajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X Akuntansi SMK Prawira Marta yang berjumlah 24 terdiri dari 22 siswi dan 2 siswa. Objek dalam penelitian ini adalah pelaksanaan proses pembelajaran yang diperoleh dari penerapan model Teams games Tournaments pada matapelajaran . metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. Prosedur dalam penelitian ini ada empat tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan model Teams Games Tournamnets (TGT) dapat meningkatkan keaktifan siswa pada matapelajaran persamaan dasar akuntansi kelas X Akuntansi SMK Prawira Marta tahunajaran 2016/ 2017. Hal ini dibuktikan dengan observasi sebelum tindakan , presentase keaktifanbelajar siswa 44,12 %, setelah adanya tindakan siklus I mengalami peningkatan dengan presentase keaktifan 68,28% dan pada tindakan siklus II peningkatan presentase keaktifan sebesar 88,32%.

Kata Kunci : Keaktifan, Teams Games Tournaments. ABSTRACT

This research aims to describe the application of Teams Games Tournamnets ( TGT ) to improve the student learning activity on the subject of basic equation of accounting X accounting class SMK Prawira Marta 2016/2017. The type of this research is Classroom Action Research (PTK). The subjects of this research are students of X class Accounting SMK Prawira Marta wich amounted to 24 consisting of 22 female students and 2 male students. Objects in this study is the implementation of learning process obtained from the application of Teams games Tournaments model on subject. Data collection methods used in observation, interviews, field notes and documentation. The procedures in this research there are four stages of planning, implementation, observation and reflection. The results of this research show that the application of Teams Games Tournamnets (TGT) model can improve students' activity on the subject of basic accounting equations of X class Accounting SMK Prawira Marta in 2016/2017. This is proved by observation before action, the percentage of student activity activeness 44,12%, after the action cycle I have

(6)

2

increase with the percentage of activeness 68,28% and in action cycle II increase of activeness percentage equal to 88,32%.

Keywords: Activity, Teams Games Tournamnets

1. PENDAHULUAN

Hakikat pendidikan adalah proses pembelajaran sebagai upaya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik dengan interaksi yang menghasilkan pengalaman belajar. Di Indonesia menginginkan pendidikan yang lebih baik, hal inilah yang melatar belakangi terjadinya pergantian kurikulum secara terus-menerus. Pergantian kurikulum merupakan salah satu usaha yang dilakukan negara dalam mencetak lulusan yang berkualitas dalam negara kekuasaannya maupun internasional agar sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003.

Pendidikan dapat dikatakan berhasil dan mencapai tujuan jika terjadi perubahan. Perubahan tersebut ialah perubahan tingkah laku, yang memiliki beberapa aspek yaitu: 1) pengetahuan, 2) pengertian, 3) kebiasaan, 4) keterampilan, 5) apresiasi, 6) emosional, 7) hubungan sosial, 8) jasmani, 9) budi pekerti, 10) sikap (Hamalik, 2008: 30). Dalam pendidikan siswa dituntun untuk aktif, inovatif dan kreatif dalam merespon materi. Kenyataannya guru dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar (teaching center) yang menyebabkan siswa menjadi pasif sehingga dalam proses pembelajaran menjadi bosan. Pembelajaran adalah sebuah usaha mempengaruhi emosi, intelektual dan spritual seseorang agar ingin belajar dengan kehendaknya sendiri, sedangkan belajar yaitu suatu proses yang berakhir pada perubahan (Fathurrohman dan Sulistyorini 2012: 6-7).

Seperti yang terlihat dalam proses pembelajaran di SMK Prawira Marta Kartasuro khususnya kelas X Akuntansi, salah satu kelemahan dalam pembelajaran yaitu rendahnya keaktifan belajar siswa. Dari jumlah 24 siswa yang ikut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya dalam pembelajaran hanya 16 (66,6%) siswa. 4 (16,6%) bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi. Sebanyak 8 (33,3% ) siswa berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.

(7)

3

Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru hampir semua sudah 17 (70,8 %) siswa dan sekitar 8 (33,3%) siswa melatih diri dalam memecahkan masalah.

Guru mata pelajaran persaman dasar akuntansi menginginkan 100% siswa aktif. Jika siswa tidak dapat aktif 100%, Ibu Ani B. Nurmawanti, S.Pd sebagai guru mata pelajaran persamaan dasar akuntansi mengatakan setidaknya 75% siswa ikut aktif dalam proses pembelajaran. Tingkat keaktifan yang rendah mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari nilai UTS (Ujian Tengah Smester) kelas X Akuntansi hanya 8 (33,3%) siswa yang telah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal ) 7,5. Penggunaan model pembelajaran ceramah, tanya jawab dan diskusi yang sering disebut dengan model pembelajaran konvensional yang menyebabkan siswa berbicara sendiri dan tidak mendengarkan apa yang disampaikan guru.

Menurut Sardiman (2001: 98), keaktifan merupakan kegiatan fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Untuk membentuk siswa yang aktif diperlukan aktivitas didalam pembentukan diri anak itu sendiri, sedangkan pendidik merencanakan dan memberikan bimbingan untuk kegiatan yang akan dilaksanakan oleh anak didik. Menurut Dananjaya (2010: 31) bahwa dalam mengetahui keaktifan siswa diperlukan media yang mewadahi proses aktivitas tersebut yaitu : 1) diskusi, 2) penugasan, dan 3) games. Keaktifan siswa pada proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa atau siswa antar siswa. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing - masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

Berdasarkan pemaparan diatas, terdapat masalah dalam keaktifan siswa pada proses pembelajaran untuk itu di perlukan solusi. Apabila permasalahan diatas tidak segera di atasi akan mengakibatkan pembelajaran berpusat pada guru, tidak tercapainya tujuan kegiatan pembelajaran, pengelolaan kegiatan

(8)

4

pembelajaran tidak menekankan pada kreativitas siswa, siswa tidak mampu menguasai konsep-konsep belajar dan tidak ada pengukuran secara kontiyu baik aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Untuk mengatasi permasalahan diatas maka di pilih model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tounaments). Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mudah di terapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan. Hal ini merujuk pada pendapat para ahli Michael (dalam Warsono & Hariyanto, 2012), Lie (2005), Silbermen (2007) dan Komalasari (2013) bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe teams-games tournaments dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.

Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan dari penelitian ini mendeskripsikan penerapan TGT (Teams Games Tounaments) dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran persamaan dasar akutansi kelas x akuntansi SMK Prawira Marta tahun ajaran 2016/2017

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Wardhani & Wihardit (2011:1.4) Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang menggunakan refleksi diri sebagai metode utama, dilakukan oleh orang yang terlibat didalamnya, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek. Penelitian dengan desain PTK ini akan dilakukan dalam 2 siklus. Menurut Lewin (dalam Taniredja dan dkk 2011: 23) satu siklus PTK terdiri dari empat langkah, yaitu (1) Perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan /tindakan (Acting), (3) Pengawasan (Observing), (4) Refleksi (Reflecting).

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X Akuntansi di SMK Prawira Marta tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 24 siswa, bertindak sebagai subjek penerima tindakan. Peneliti dan Ibu Ani B. Nurmawanti, S.Pd selaku guru mata pelajaran persamaan dasar akuntansi bekerja sama bertindak sebagai

(9)

5

tim. Ibu Ani B. Nurmawanti, S.Pd bertindak sebagai pelaku tindakan dan peneliti sebagai kolabolator dan penyususn laporan. Penelitian ini menggunakan data kualitatif, yaitu data yang berbentuk kata, kalimat dan skema. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data meliputi observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. Sedangkan, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif komparatif dan teknik analisis kritis. Indikator pencapaian dalam Penelitian Tindakan Kelas ini berupa peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran persamaan dasar akuntansi kelas X Akuntansi SMK Prawira Marta tahun ajaran 2016/2017 mencapai rata-rata 75%.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebelum melakukan tindakan, peneliti melakukan kegiatan observasi pendahuluan di kelas X Akuntansi pada saat pembelajaran persamaan dasar akuntansi. Dalam observasi pendahuluan, kegiatan yang dilakukan meliputi pengamatan tindakan mengajar guru dan tindakan belajar siswa. Selama kegiatan pembelajaran guru masih mengajar menggunakan model konvensional dengan menerangkan materi menggunakan metode ceramah. Sehingga siswa menjadi tidak fokus, tidak tidak aktif, bosan terhadap materi yang disampaikan, dan terlihar beberapa siswa bermain handphone. Saat guru memberikan kesempatan bertanya beberapa siswa bertanya.

Berdasarkan hasil observasi pendahuluan yang dilakukan pada mata pelajaran persamaan dasar akunatnsi, diperoleh data bahwa keaktifan siswa masih rendah dengan rata-rata kondisi awal, yaitu sebesar 44,12%. Setelah dilakukan diskusi bersama guru mata pelajaran persamaan dasar akunatnsi diperoleh solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournaments.

Pembelajaran persamaan dasar akutansi melalui model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) dengan tahap presentasi guru, kelompok diskusi, tournamnen, penghargaan. Langkah dan aktivitas dalam TGT. Tahap Kelompok dikusi yaitu: 1) Membentuk kelompok kecil 4-5 orang. 2) Mempelajari materi yang diberikan sesuai dengan kemampuan masing-masing

(10)

6

3) Bekerjasama memadukan kemampuan untuk saling mengisi, membantu guna mengerjakan tugas belajar yang dibagikan guru. 4) Menjelaskan, menyatukan serta melengkapi pendapat dengan dasar-dasar yang rasional. Tahap tournamen yaitu : 1)4-5 orang dalam kelompok disebar dalam meja tournamen yang berbeda. Meja I siswa berkemampuan Tinggi, meja II berkemampuan sedang , meja III berkemampuan rendah. 2) Pada meja I siswa berkemampuan tinggi membacakan soal dan mencoba menjawab. 3) Penantang satu meja II siswa berkemampuan tinggi mencoba menantang atau memberikan jawaban berbeda dan seterusnya.

Menurut hasil tindakan siklus yang telah dilakukan,dapat dideskripsikan bahwa terdapat peningkatan keaktifan siswa kelas X Akuntansi pada pembelajaran persamaan dasar akunatnsi. Dimana sebelum adanya tindakan, prosentase keaktifan siswa hanya sebesar 44,12%, sedangkan setelah adanya tindakan siklus I keaktifan siswa terlihat mengalami peningkatan mencapai 62,28% dan setelah tindakan siklus II keaktifan siswa secara keseluruhan semakin mengalami peningkatan hingga menjadi 88,32%. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dinyatakan bahwa hasil penelitian siklus II sudah mencapai indikator pancapaian.

Tabel 4.12

Data Peningkatan Keaktifan Siswa dengan Model Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)

No Indikator keaktifan siswa

Sebelum Tindakan (24 siswa) Setelah Tindakan Siklus I (28 siswa) Siklus II (28 siswa) 1 Siswa turut melaksanakan

tugas belajar 66,6% (16 siswa) 79,1% (19 siswa) 100% (24 siswa) 2 Siswa bertanya kepada siswa

lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi 16,6% (4 siswa) 45,8% (11 siswa) 19 siswa (79,1%)

(11)

7 3 Siswa berusaha mencari

berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah 33,3% (8 siswa) 66,6% (16 siswa) 75% (18 siswa)

4 Siswa melaksanakan dan terlibat diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru

70,8% (17 siswa) 91,6% (22 siswa) 100% (24 siswa)

5 Siswa melatih diri dalam memecahkan masalah 33,3% (8 siswa) 58,3% (14 siswa) 87,5% (21 siswa) Rata-rata keaktifan siswa 44,12% 68,28% 88,32%

Adapun grafik peningkatan keaktifan dan hasil siswa pada pembelajaran persamaan dasar akuntasi dari sebelum tindakan sampai tindakan kelas siklus II atau pertemuan IV dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Data Peningkatan Keaktifan Siswa Keterangan indikator keaktifan :

1. Siswa turut melaksanakan tugas belajar

2. Siswa bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi

16 4 8 17 8 19 11 16 22 14 24 19 18 24 21 0 5 10 15 20 25 30 1 2 3 4 5

Data Peningkatan Keaktifan Siswa dengan Model

Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)

(12)

8

3. Siswa berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah

4. Siswa melaksanakan dan terlibat diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru

5. Siswa melatih diri dalam memecahkan masalah

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dengan demikian hipotesis tindakan yang dirumuskan dapat diterima dan hal ini berarti “penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams games turnaments dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran persamaan dasar akutansi kelas X Akuntansi SMK Prawira Marta tahun ajaran 2016/2017”

4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulakan: penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams games turnaments dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran persamaan dasar akutansi kelas X Akuntansi SMK Prawira Marta tahun ajaran 2016/2017.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil dari data penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru dan peneliti dalam hal meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran kewirausahaan melalu model pembelajaran teams games tournamens , maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1) Kepala sekolah.

Diharapkan Kepala Sekolah memberikan kebijakan mengenai pembelajaran disekolah, yaitu menggunakan model pembelajaran yang aktif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran. Salah satunya adalah model pembelajaran teams games tournaments.

2) Guru mata pelajaran persamaan dasar akuntansi.

Sebagai guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif dan bervariasi sehingga dapat menciptkan suasana belajar

(13)

9

yang menyenangkan salah satunya dengan cara menerapkan model pembelajaran yang tepat.

3) Terhadap siswa.

Siswa hendaknya selalu memperhatikan perintah guru dan fokus dengan pelajaran yang diterima serta aktif dalam proses pembelajaran, sehingga akan tercipta kondisi kelas yang menyenangkan dan ilmu yang diterima bisa dicerna dan mudah dipahami.

4) Terhadap peneliti selanjutnya.

Mengingat dalam penelitian tindakan kelas ini masih banyak kekurangan, maka sebaiknya dilaukan penelitian yang lebih lanjut sehingga dapat melengkapi kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini. Tentunya dengan model pembelajaran yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar.2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pembelajaran dan Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kurniawan, Deni. 2011. Pembelajaran Terpadu teori, praktik dan penilaian. Bandung: CV. Pustaka Cendikia Utama.

Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.

Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-Ruang. Jakarta: Grasindo.

Maritis, Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press dan Center For Learning Innovation (CLI).

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

(14)

10

Silbermen, Mel. 2007. Active Earning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Sriyono, dkk. 1992. Teknik belajar mengajar dalam CBSA. Jakarta: Rineka Karya. Sudjana, Nana. 2016.Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung:Sinar Baru. Taniredja, dkk. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif. Purwokerto: Alfabeta. Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif - Progresif: Konsep,

Landasan Dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Group.

Warsono dan Hariyanto. 2011. Pembelajaran Aktif: Teori dan Asesmen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Gambar

Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Data Peningkatan Keaktifan Siswa  Keterangan indikator keaktifan :

Referensi

Dokumen terkait

This year seminar officially picked up a theme: Research in Teacher Education: What, How, and Why?as a response to the professionalism demand of English teachers..

INSIDEN INFEKSI SALURAN KEMIH BERDASARKAN HITUNG LEUKOSIT PADA WANITA HAMIL TRIMESTER III PERIODE SEPTEMBER-OKTOBER 2015 DI RUMAH SAKIT

Another Disisis, utilization of the graphics card into the era of General Purpose Graphical Processing Units ( GPGPU ) , namely the use of graphics cards to work umum.GPU

, “Android Application Development for GPS Based Location Tracker & NITR Attendance Management System,” Tesis Electronics & Communication Engineering National

Human error atau kesalahan manusia kerap sering terjadi pada penyusunan data-data, pencatatan transaksi, pembuatan laporan dan pekerjaan yang masih mengandalkan teknologi manual.

Nilai TOEFL diperoleh darilembaga bahasa Educational Testing Service atau lembaga yang ditunjuknya di Indonesia, Nilai IELTS diperoleh dari lembaga kerja sama University

Hal ini menunjukkan bahwa setiap 1 HKO pada usahatani tembakau di daerah penelitian sebenarnya mendapatkan upah sebesar Rp 252.880 per luas lahan petani atau Rp 214.861

[r]