• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Usahatani Tembakau (Studi Kasus : Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo, Sumatera utara) Chapter III IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kelayakan Usahatani Tembakau (Studi Kasus : Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo, Sumatera utara) Chapter III IV"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu di DesaBatukaran, Kecamatan Payung , Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Pemilihan daerah tersebut dikarenakan daerah itu merupakan salah satu sentral produksi Tembakau di Kabupaten Karo. Selain itu daerah ini mudah dijangkau oleh peneliti sehingga mempermudah penelitian.

Metode Penentuan Sampel

Penarikan sampel yang dilakukan dengan metode Simple Random Sampling. Responden dalam penelitian ini adalah petani Tembakau di daerah penelitian yaitu di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Banyaknya petani tembakau sebanyak 200 KK. Jumlah sampel yang diambil pada daerah penelitian sebanyak 30 KK dengan perlakuan bersifat homogen.

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari petani melalui wawacara dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan. Data sekunder merupakan data baku yang diperoleh dari instansi-instansi pemerintah atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini.

Metode Analisis Data

(2)

Untuk menjawab indentifikasi masalh 2 (Hipotesis 2) dengan menggunakan rumus produktivitas. Dan Untuk menjawab produksi dianalisis dengan metode deskriptif yaitu membandingkan produksi dengan daerah lain.

Produksi dikatakan tinggi apabila produksi di daerah penelitian lebih tinggi dari daerah lain. Total Produksi

Produktivitas =

Luas lahan

Kriteria :Produktivitas di daerah penelitian lebih tinggi dari produktivitas di daerah lain.

Untuk indentifikasi maslah 3 (Hipotesis 1) , dengan menggunakan rumus Pendapatan usahatani.

Penerimaan usahatani

TR = Y. Py Dimana :

TR = Total Penerimaan (total revenue) Y = Produksi yang diperoleh (Kg) Py = Harga Jual (Rp)

Biaya Produksi Usaha tani

TC = FC+ VC

Maka pendapatan usahatani dapat dihitung dengan rumus : Pd = TR-TC

Dimana :

(3)

TR = Total penerimaan ( total revenue) TC = Total biaya (total cost)

(Soekartawi, 2002).

Kreteria uji : Pendapatan usahatani dikatakan tinggi apabila pendapatan usahatani lebih tinggi dari pada upah harian rata-rata di daerah penelitian .

Untuk menjawab indentifikasi masalah 4(Hipotesis 3) digunakan analisis Return Cost Ratio (Rasio R/C) yang dikenal dengan perbandingan antara penerimaan dengan total biaya produksi, secara matematis dituliskan sebagai berikut:

produksi, secara matematis dituliskan sebagai berikut: a = R/C

R = Py.Y C = FC + VC

a = {( Py.Y ) / (FC + VC)}

Dimana :

R = Penerimaan C = Biaya

Py = Harga Output Y = Output

FC = Biaya Tetap (Fixcost)

VC = Biaya variabel (Variabel Cost) Indikatornya sebagai berikut :

Bila R/C = usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi Bila R/C > 1 usaha layak untuk dilaksanakan

(4)

(Soekartawi,1995).

Break Even Point (BEP) adalah titik pokok dimana total revenue sama dengan total totas cost.

BEP Volume produksi : Total Biaya Produksi Harga ditingkat petani BEP Harga produksi : Total Biaya Produksi

Total Produksi

Kreteria uji : titik impas yang terlampaui apabila nilai masing-masing variabel lebih tinggi dari hasil perhitunga BEP (Break even point).

Defenisi Dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman, maka penulis membuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Defenisi

1. Usahatani tembakau adalah Kegiatan usaha yang dilakukan di atas sebidang lahan usahatani dengan menanam tanaman tembakau .

2. Analisis usahatani tembakau adalah analisis penggunaan faktor produksi berupa lahan, sarana produksi dan tenaga kerja.

3. Petani wortel adalah Petani yang mengusahakan tanaman tembakau mulai dari penanaman sampai pemanenan.

(5)

5. Faktor produksi adalah sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi untuk memperlancar dalam menghasilkan output.

6. Produksi adalah jumlah tanaman tembakau yang sudah dipanen dari tanaman tembakau . 7. Nilai produksi adalah jumlah input produksi berupa lahan,tenaga kerja, benih dan pupuk. 8. Biaya produksi adalah biaya yang dikelurkan petani dalam satu musim tanam.

9. Pendapatan usahatani adalah Pengurangan antara penerimaan dengan seluruh biaya yang dikelurkan dalam usahatani tembakau.

10.Modal adalah Semua faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang baru berupa hasil pertanian.

11.Harga jual adalah harga jual tembakau ditingkat petani yang ada di daerah penelitian.

12..Kelayakan usahatani adalah ukuran suatau usaha dapat menghasilkan keuntungan yang proposional dengan membandingkan jumbelah penerimaan dengan seluruh biaya produksi dalam pengolahan.

13.Pemasaran dalam usahatani merupakan bagian akhir dalam proses kegiatan usahatani yang mempengaruhi keberhasilan usahatani, dengan melihat besarnya keuntungan yang di dapat. Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo. 2. Sampel Penelitian adalah Petani yang menanam tembakau

(6)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KAREKTERISTIK PETANI RESPONDEN

Deskripsi Daerah Penelitian

Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah

Desa Batukarang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Payung dan terletak di

wilayah Kabupaten Karo. Desa Batukarang memiliki topografi dataran tinggi dengan ketinggian 700 m

di atas permukaan laut. Secara umum Desa Batukarang beriklim tropis dengan udara sejuk yang

dipengaruhi oleh iklim pegunungan dengan tipe-tipe iklim kering. Rata-rata suhu udara sebesar 19,8°C

dengan suhu maksimum 25,8°C dengan suhu minimum 14,3°C.

Batas-batas Desa Batukarang adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lau Barus

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Rimo Kayu

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lau Biang

Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Jandi Meriah

Luas Desa Batukarang secara keseluruhan adalah 1370 Ha, sebagaian besar diantaranya

diusahakan untuk usahatani lahan kering. Tanaman tembakau di Desa Batukarang dijadikan sebagai

tanaman utama yang ditanam oleh petani. Selain tanaman tembakau petani di Desa Batukarang

menanam tanaman cabe, jagung, padi dengan tujuan agar memperbaiki stuktur tanah dengan tidak hanya

menanam tanaman yang utama.

Penggunaan lahan di Desa Batukarang dapat dilihat pada tabel 3 berikut: Tabel 3. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Batukarang tahun 2011

NO Jenis Lahan Luas (Ha ) Persentase (%)

1 Pertanian tanah Sawah 415 30,3

2 Pertanian tanah Kering 350 25,54

(7)

4 Lainnya 590 43,06

Jumlah 1370 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Batu Karang 2013

Tabel 3. Menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang paling luas adalah untuk perladangan tanah sawah, yaitu 590 Ha (43,2 %) dari luas Desa Batukarang secara keseluruhan.

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Batukarang sampai akhir tahun 2012 tercatat sebanyak 4887 jiwa atau 2554 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari 2406 jiwa laki-laki dan 2481 jiwa perempuan.Keadaan penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel 5berikut :

Tabel 4. Distrubusi penduduk Menurur Kelompok Umur di Desa Batu Karang Tahun 2011 NO Kelompok

Tabel 4 menunjukkan bahwa kelompok penduduk di Desa Batu Karang yang kelompok umur 16-69 tahun merupakan kelompok umur kerja yang mempunyai proporsi terbesar yaitu sebanyak 2.580 jiwa (52,79%) dan di susul dengan kelompok umur 0-15 tahun sebesar 2.245 jiwa (45,93%) sedangkan kelompok umur >70 sebesar 60 jiwa (1,28%).

Desa Batukarang terdiri dari beberapa keyakinan, komposisi penduduk berdasarkan agama dan kepercayaan dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini :

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan Di Desa Batukarang Tahun 2011.

No Agama Yang Dianut Jumlah Penduduk (Jiwa)

Persentase (%)

1 Islam 1222 25,1

(8)

3 Katolik 1710 34,9

4 Hindu 0

5 Budha 0

6 Kepercayaan Lain 0

Jumlah 4887 100

Sumber : Kepala Desa Batukarang 2013

Tabel 5 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Desa Batukarang memeluk Agama Kristen Protestan yakni sebanyak 1955 jiwa ( 40,0%).

Perekonomian Desa

Sebagaian besar mata pencaharian penduduk di Desa Batukarang adalah sektor pertanian. Komposisi penduduk Desa Batukarang menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini :

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencarian di Desa Batukarang Tahun 2011. No Mata Pencarian Jumlah Kepala

Keluarga (KK)

Persentase (%)

1 Petani 1834 71,8

2 Industri Rumah tangga 19 0,8

3 Jasa 139 5,4

4 PNS/TNI/Porli 315 12,3

5 Lainnya 247 9,7

Jumlah 2554 100

(9)

Tabel 6 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Desa Batukarang mempunyai mata pencaharian dari sektor pertanian sebanyak 1834 Kepala Keluarga (KK) yaitu 71,8 % . Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian didominasi oleh sektor pertanian.

Sarana dan Parasarana

Sarana dan parasarana akam mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat di desa tersebut.Jika sarana dan prasarana yang ada di suatu desa semakain baik, maka akan semakin mempercepat laju perkembangan desa tersebut.

Sarana dan prasarana di Desa Batukarang saai ini telah cukup memadai. Hal ini dapat dilihat dari dari jenis-jenis sarana yang tersedia baik sarana angkutan, sarana pendidikan dan sarana sosial. Daerah ini dapat dicapai dengan angkutan.Untuk lebih jelasanya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 7. Sarana dan Parasarana di Desa Batukarang tahun 2011.

No Sarana Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Pendidikan Mesjid 2

2 Kesehatan Pustu, Poskesdes, Posyandu 9

3 Pasar Kedai 40

4 Peribadatan Gereja,mesjid 8

Jumlah 59

Sumber : Kepala Desa Batukarang Tahun 2013

(10)

Petani yang menjadi sampel penelitian adalah petani yang melakukan kegiatan usahatani tembakau rakyat. Adapun karakteristik dari 30 petani yang menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 8 Karakteristik Petani Sampel

N0 Uraian Range Rataan

1 Luas Lahan (Ha) 0,1- 0,6 0,32

2 Usia ( Tahun) 25-76 40

3 4

Tingkat Pendidikan (Tahun) Lama Bertani (Tahun)

6-17 5-45

9 18 Sumber : Data Primer Diolah (Lampiran 1)

Dari tabel 9 diketahui rata - rata luas lahan petani di lokasi penelitian yaitu sebesar 0,32 Ha dengan range 0,1 Ha sanpai dengan 0,6 Ha. Usia rata-rata petani adalah 40 tahun dengan range 25 tagun sampai 76 tahun hal ini menunjukkan petani di lokasi penelitian masih tergolong usia produktig untuk melakukan kegiatan usahatani tembakau rakyat. Sedangkan rata-rata tinkat pendidikan petani di lokasi penelitian SMP (9 tahun) dengan range 6-17 hal ini mempengaruhi petani untuk mengadopdi teknologi pertanian termasuk dalam hal menggunakan pupuk dan pestisida. Setiap petani di lokasi penelitian tergolong sudah lama (18 tahun) dengan range 5-45 tahun hal ini mempengaruhi keahlian petani dalam mengatasi berbagai masalah dalam usahatani tembakau rakyat.

(11)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Usahatani Tembakau di Daerah Penelitian

Kegiatan usahatani tembakau rakyat di Desa Batu Karang teridiri dari pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, penyiagan, pemberantasan hama dan penyakit, panen, pasca panen yaitu pengirisan, penjemuran, pengirisan tembakau dan pengemasan.

a. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahn bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan yaag sesuai bagi pertumbuhan dan pembentukan hasil. Lahan yang telah memadat dan kerasharus diolah kembali, agar menjadi agregat-agregat tanah yang lebih halus sehingga berstruktur remah (gembur).

Pengolahan tanah untuk penanaman tembakau rakyat biasanya dimulai pada awal musim kemarau atau akhir musim penghujan. Pengolahan tanah untuk tembakau rakyat ini tidak begitu intensif bila dibandingkan dengan pengerjaan tanah untuk tembakau Deli atau tembakau cerutu.

Sebelum lahan diolah perlu dibersihkan dari semua sisa-sisa tanaman dan jangan sampai ditumpukan di tengah areal. Sisa tanaman hendaknya diangkut kepinggir, dikeringkan kemudian dibenamkan. Kalau ditumpuk di tengah atau di tepi areal dapat menjadi sumber hama/penyakit tanaman.Selanjutnya tanah yang sudah dibuka dibiarkan terkena sinar matahari dan dibiarkan sampai setengah kering.

Pengolahan lahan di daerah penelitian dilakukan dengan mencangkul tanah dengan kedalaman 15-20 cm. Bongkahan tanah di pecah dengan menggunakan cangkol kemudian tanah diratakan.

b. Penanaman

(12)

memperkirakan jarak tanam tembakau. Pada umumnya jarak tanam tembakau dilokasi penelitian sekitar 50-80 cm.

c. Pemupukan

Pemupukan yang dimaksud disini adalah pemupukan kedua setelah adanya pemupukan pertama yang diberikan sebelum penanaman bibit. Kegiatan pemupukan dilakukan setelah tanaman tembakau berumur 14-25 hari. Pada umumnya jenis pupuk yang dipakai oleh petani di lokasi penelitian adalah NPK, KCL, Amapos, dan Garam. Dosis pemakaian pupuk dilokasi penelitian untuk pupuk NPK sebesar 125,15 kg/Ha, pupuk KCL sebesar 128,55 kg/Ha, pupuk Amapos sebesar 119,48 kg/Ha dan garam sebesar 107,06 kg/Ha.

d. Penyiangan

Di daerah Penelitian Desa Batukarang petani melakukan penyiangan 2 kali yaitu pada umur 3 minggu dan 6 minggu setelah penanaman. Penyiangan dilakukan dengan cara mengoret sehingga gulma habus terkoret dan mati. Alat yang digunakan cangkul serta mencabut dengan tangan. Tujuan dilakukan penyiangan ini agar gulma di sekitar areal tembaku bersih dan tidak menjadi inang bagi hama dan penyakit pada tanaman lain.

e. Pemberantasan Hama dan Penyakit

Pemberantasan hama dan penyakit di lokasi penelitian dilakukan dengan cara penyemprotan pestisida. Pada umumnya jenis pestisida yang digunakan di lokasi penelitian adalah prevaton, pegasus, serva, samik, alika dan drus ban merupakan pestisida untuk pemberantasan hama dan untuk pemberantasan penyakit digunakan pestisida indrofol, beleton, antracol, dithet45, Score, Metindo dan Kadilak.

f. Panen

(13)

g. Pengirisan

Pengirisan dilakukan dengan menggunakan pisau sebagai alat pengiris tembakau dan sangkalan sebagai alat penjepit dan pengukur tingkat ketipisan dalam melakukan pengirisan tembakau.

h. Penjemuran

Penjemuran dilakukan setelah tembakau selesai di iris. Tembakau yang telah selesai di iris di susun di atas kirang-kirang sebagai alat penjemur tembakau dan di jemur di bawah sinar matahari. Penjemuran tembakau bertujuan agar tembakau kering, kembang dan berubah menjadi warna cokelat. Tembakau yang sudah kembang dan berwarna cokelat adalah tembakau yang sudah siap untuk di pasarkan.

Ketersediaan Sarana Produksi di Daerah Penelitian a. Luas lahan

Tanaman tembakau dapat tumbuh baik pada lahan yang berstruktur gemur,remah,mudah mengikat air, memiliki tata air dan udara yang baik sehingga dapat meningkatkan drainase. Tembakau dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian antara 200-3.000 m dpl, sedangkan Desa Batukarang terletak terletak pada ketinggian 700 m dpl, sehingga daerah ini cocok ditanami tembakau. Lahan yang dimiliki petani merupakan lahan milik sendiri dan lahan sewa.

(14)

b. Bibit

Petani tembakau Desa Batukarang memperoleh bibit tembakau dari pedagang bibit yang berada di Desa Batukarang. Jenis bibit tembakau yang digunakan yaitu bibir tembakau virginia. Harga bibit tembakau tembakau sebesarRp 50/ Batang dengan kebutuhan bibit rata-rata sebanyak 26317,85 batang /Ha

c. Garam dan Pupuk

Jenis garam yang digunakan petani adalah garam dapur yang berfungsi untuk mencerahkan warna pada daun tembakau. Di daerah penelitian tidak semua petani menggunakan garam. Rata-rata penggunaan garam yang digunakan petani di lokasi penelitian sebanyak 107,06 kg/Ha. Untuk kebutuhan pupuk pada umumnya ditentukan petani sesuai dengan luas lahan yang digunakannya dan berdasarkan kebutuhan kesuburan tanah tersebut. Pada umumnya petani di lokasi penelitan menggunakan pupuk Amapos, NPK, dan KCL. Dengan rata-rata penggunaan Amapos sebanyak 119,48 Kg/Ha, NPK sebanyak 125,15 Kg/Ha, KCL sebanyak 128,55Kg/Ha. Dengan harga masing-masing yaitu garam Rp 2000/Kg, pupuk Amapos Rp 7000/Kg, pupuk NPK sebanyak Rp 7000/Kgdan KCL sebanyak Rp 8000/ Kg.

Petani di Desa Batukarang membeli pupuk dari kios pedagang saprodi yang berada di Kecamatan Payung. Pupuk yang di beli petani tergolong harga yang cukup tinggi, namun petani tetap membelinya di bandingkan petani harus membeli pupuk di Kecamatan Brastagi atau Kabanjahe. Maka dapat dikatakan bahwa kebutuhan petani tembakau akan pupuk belum cukup tersedia.

d. Pestisida

(15)

Pegasus, Serva, Samik, Dithet 45, Antrakol, Indrofol, Beleton, Drus Ban, Alika, Srore, Metindo, Kadilak, Cek Point.

Dengan rata –rata penggunaan pestisida dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 9. Rata-rata penggunaan Pestisida di daerah penelitian selama 1 musim tanam

No Jenis Pestisida Dosis Penggunaan

(ml/Ha)

Total 1791,04 ml/Ha

Sumber : Data diolah dari lampiran 6

Adapun harga pestisida yang dibeli petani yaitu Prevaton Rp 60.000-120.000/btl, Pegasus Rp 40.000-60.000/btl, Serva Rp 20.000/btl, Samik Rp 40.000/btl, Dithet 45 Rp 80.000-100.000/btl, Antrakol Rp 45.000-120.000/btl, Indrofol Rp 40.000/btl, Beleton Rp 45.000/btl, Drus Ban Rp 15.000/btl, Alika Rp 65.000/btl, Score Rp 40.000/btl, Metindo Rp 30.000/btl, Kadilak Rp 80.000/btl, Cek Point Rp 65.000/btl.

(16)

e. Peralatan

Peralatan merupakan salah satu sarana produksi untuk mendukung kegiatan usaha tani. Petani di desa Batukarang menggunakan peralatan seperti cangkul, sprayer, pisau pengiris, ember, tali rafia, goni, kirang-kirang, batu asah dan sangkalan. Sebagian peralatan ada yang di beli di warung-warung yang ada di Desa Batukarang. Untuk membeli peralatan seperti cangkol, batu asah dan pisau pengiris petani harus pergi ke Kecamatan Berastagi dan Kabanjahe. Jarak Dari Kecamatan Payung ke Kecamatan Berastagi dan Kabanjahe merupakan jarak yang masih dapat ditempuh oleh petani yang berada di desa Batu Karang. Maka dapat dikatakan bahwa kebutuhan petani tembakau akan peralatan cukup tersedia..

f. Tenaga Kerja

Dalam melakukan kegiatan usahatani tembakau tenaga kerja dibutuhkan untuk mengerjakan berbagai macam kegiatan yang meliputi kegiatan pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, penyiagan, pemberantasan hama dan penyakit, panen, pengirisan, penjemuran, penyortiran dan pengemasan. Curahan tenaga kerja merupakan faktor pendukung berlangsungnya proses usahatani. Penggunaan tenaga kerja yang di pakai di Desa Batukarang dalam kegiatan usahatani berdasarkan pada hari kerja orang yang berkerja pada lahan usahatani per hari.

Tabel 10. Rataan Penggunaan Tenaga Kerja Per Hektar Dalam 1 Musim Tanam Di Daerah Penelitian.

NO Jenis Tahapan Pekerjaan Penggunaan Tenaga Kerja

5 Pemberantasa hama & penyakit 2,86

(17)

Berdasarkan tabel diatas bahwa rataan kebutuhan tenaga kerja per hektar dalam 1 musim tanam (3 bulan) sebanyak 38 HKO. Luas lahan di Desa Batu Karang sebesar 765 ha dan jumlah penduduk usia produktif 2580 jiwa, sehingga diperoleh potensi penggunaan tenaga kerja sebanyak 3 HKO per hektar untuk mengusahakan usahataninya per harinya. Maka untuk 1 Ha lahan untuk usahatani tembakau rakyat dalam 1 musim tanam ( 3 bulan) digunakan tenaga kerja 270 HKO. Penggunaan tenaga kerja di daerah penelitian selama 1 musim yaitu sebanyak 38 HKO/Ha. Sehingga dapat dikatakan kebutuhan akan tenaga kerja di daerah penelitian cukup tersedia.

Tingkat Produksi dan Produktifitas Tembakau rakyat Daerah Penelitian

Produksi tembakau rakyat di daerah penelitian di desa Batu karang rata-rata sebesar 165,83 Kg dengan rata-rata produktifitas sebesar 531,8 Kg/Ha atau 0,531 Ton/Ha.

Tabel 11. Luas Tanaman dan Produksi Tembakau Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten Tahun 2011

Kabupaten/Regency

(18)

21 Padang Lawas - - - -

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara 2013

Dari tabel diatas dapat dilihat terdapat 5 Kabupaten dari 25 Kabupaten dan 1 Kota Mayda di Provinsi Sumatera Utara yang memproduksi tanaman tembakau rakyat. 5 Kabupaten itu yaitu Kabupaten Mandailing Natal, Dairi, Karo, Humbang Hasundutan dan Pakpak Bharat merupakan sentral penghasil tembakau di Sumatera Utara dengan luas tanaman dan hasil produksi tembakau yang berbeda- beda.

Adapun produksi tembakau dari ke lima Kabupaten yang merupakan sentral Penghasil tembakau sebagai berikut.

Produksi tembakau di Kabupaten Mandailing Natal sebesar 380 Kg/Ha atau 0,38 Ton/Ha dengan rata-rata produktivitas sebesar 102,70 Kg/Ha Produksi tembakau di Kabupaten Dairi sebesar 221.100 Kg/Ha atau 221,10 Ton/Ha dengan rata-rata produktivitas sebesar 860,31 Kg/Ha. Produksi tembakau di Kabupaten Karo sebesar 15000 Kg/Ha atau 15,00 Ton/Ha dengan rata-rata produktivitas sebesar 1363,63 Kg/Ha. Produksi tembakau di Kabupaten Humbang Hasudutan sebesar 125.00 Kg/Ha atau 125,00Ton/Ha dengan rata-rata produktivitas sebesar 868 Kg/Ha. Dan produksi tembakau di Kabupaten Pakpak Bharat sebesar 13180 Kg/Ha atau 13,18 Ton/Ha dengan rata-rata produktivitas sebesar 549,16 Ton/Ha.

Bila produksi dan produktivitas tembakau di daerah penelitian yaitu di Desa Batu karang dibandingkan dengan ke lima kabupaten penghasil tembakau di Provinsi Sumatera Utara, maka dapat diketehui bahwa :

(19)

b. Produksi dan produktivitas tembakau rakyat di daerah penelitian 220.934,17 Kg dan 0,329 Ton/Ha lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Dairi.

c. Produksi dan produktivitas tembakau rakyat di daerah penelitian 12334,17 Kg dan 0,832 Ton/Ha lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Karo

d. Produksi dan produktivitas tembakau rakyat di daerah penelitian 220.934,17 Kg dan 0,337 Ton/Ha lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Humbang Hasudutan e. Produksi dan produktivitas tembakau rakyat di daerah penelitian 13014,17 Kg dan

0,018 Ton/Ha lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Pakpak Bharat.

Maka dengan demikian produksi dan produktivitas tembakau rakyat di daerah penelitian tergolong rendah.

(20)

Analisis Usahatani di Daerah Penelitian

Tabel 11 : Analisis Usahatani Tembakau Rakyat Per Petani dan Per Hektar Di Daerah Penelitian selama 1 Musim Tanam

.

No Jenis Biaya Rata-Rata/Petani Rata-Rata/Ha

(Rp/Kg) (Rp/Kg)

dan penyakit 143.333,33 451.825,39

-Panen 183.333,33 601.349,20

-Pengirisan 126.666,67 408.472,22

-Penjemuran 160.000 553.849,20

-Penyortiran 4.200.000 514.841,27

-Pengemasan 4.400.000 511.230,15

1.6 Penyusutan Peralatan 2.570.165,47 8.539.385,41

Total Biaya 6.792.532,14 21.005.162,27

2 Harga tembakau 90.000 90.0000

3 Penerimaan 14.925.000 47.862.857,14

4 Pendapatan 8.092.167,85 26.857.694,87

5 BEP Volume Produksi 75,87 248,94

6 BEP Harga 42.160,83 42.160,83

7 R/C 2,15 2,15

Sumber: Data diolah dari Lampiran 2-18

(21)

90.000 yaitu sebesar Rp14.925.000 per petani dan Rp47.862.857,14 per hektar. Dan total pendapatan petani di lokasi penelitian sebesar Rp8.092.167,85 per petani dan Rp26.857.694,87 per hektar.

Tabel 12. Pendapatan Usahatani Tembakau Per HKO di Daerah Penelitian

NO Uraian Per Petani

(Rp)

Per Hektar (Rp) 1 Pendapatan Usahatani 8.092.167,85 26.857.694,87

2 Jumlah Tenaga Kerja 32 125

3 Pendapatan Usahatani/HKO 252.880 214.861 Sumber: Data diolah dari Lampiran 2-15

Berdasarkan tabel 12 diatas dapat diketahui bahwa pendapatan usahatani per petani dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan akan diperoleh sebesar Rp 8.092.167,85 per petani dan pendapatan usahatani per hektar sebesar Rp26.857.694,87. Hal ini menunjukkan bahwa setiap 1 HKO pada usahatani tembakau di daerah penelitian sebenarnya mendapatkan upah sebesar Rp 252.880 per luas lahan petani atau Rp 214.861 untuk luas per hektar dan jika dibandingkan dengan upah buruh harian lepas per hari/HKO di daerah penelitian sebesar Rp 50.00, maka dapat diketahui bawha masyarakat di Desa Batukarang lebih menguntungkan mengusahakan usahatani tembakau daripada menjadi buruh tani.

Dengan demikian hipotesis (1) yang menyatakan tingkat pendapatan usahatani di daerah peneltian relatif lebih tinggi daripada upah harian rata-rata di daerah penelitian, diterima.

Kelayakan Usahatani

Analisis kelayakan usahatani tembakau dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan usahatani tembakau yang diusahakan petani di daerah penelitian layak atau tidak. Untuk mengetahui kelayakan digunakan kriteria Break Even Point (BEP) dan Return of Cost Ratio (R/C).

(22)

248,94 Kg sedangkan untuk produksi tembakau selama 1 musim tanam per hektar di daerah penelitian telah melampaui titik impas yaitu sebesar 531,8 Kg.

Dan untuk perhitungan BEP harga tembakau selama 1 musim tanam dan per hektar yaitu sebesar 42160,83 sedangkan harga tembakau selama 1 musim tanam di daerah penelitian yaitu sebesar Rp.90.000/Kg. Maka dapat dikatakan harga penjualan petani bahwa harga penjulan petani telah melalui titik impas (BEP) harga tembakau, maka kegiatan usahatani tembakau di daerah peneltian telah menguntungkan.

(23)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Sarana produksi berupa luas lahan, bibit, garam, pupuk, pestisida, peralatan dan tenaga kerja pada usahatani tembakau rakyat di daerah penelitian cukup tersedia.

2. Tingkat produksi dan produktivitas tembakau rakyat di daerah penelitian tergolong rendah karena jika dibandingkan dengan Kabupaten Mandailing Natal, Dairi, Karo, Humbang Hasundutan dan Pakpak Bharat produksi dan produktifitas masih lebih tinggi.

3. Pendapatan usahatani per luas lahan petani atau per hektar jika dibagi dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan (HKO) di daerah penelitian masih lebih tinggi dari pada upah harian buruh lepas.

4. Kegiatan usahatani tembakau rakyat di daerah penelitian layak untuk dilaksanakan, karena

Saran

1. Untuk petani disarankan agar lebih memperhatikan jarak tanam tembakau dan pemeberian dosis pupuk dan pestisida..

Gambar

Tabel 3. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Batukarang tahun 2011
Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan Di Desa Batukarang Tahun
Tabel 5 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Desa Batukarang memeluk Agama Kristen
Tabel 7. Sarana dan Parasarana di Desa Batukarang tahun 2011.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian diperoleh curahan tenaga kerja wanita dalam usahatani kubis cukup besar yaitu 66,42% (7,26 HKP) per petani dan 66,84% (20,22 HKP) per hektar dari total

Hasil penelitian diperoleh curahan tenaga kerja wanita dalam usahatani kubis cukup besar yaitu 66,42% (7,26 HKP) per petani dan 66,84% (20,22 HKP) per hektar dari total

Tidak hanya petani pria yang terlibat dalam kegiatan usahatani, tetapi juga wanita tani yang ikut membantu dalam kegiatannya.Salah satu desa di Kecamatan Simpang Empat

faktor sosial yang berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja istri dalam usahatani. kubis adalah luas lahan, umur, pengalaman bertani dan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor produksi (luas lahan, tenaga kerja, benih dan pupuk) terhadap produksi jagung dan kelayakan usahatani

Pupuk yang digunakan petani adalah pupuk kandang, urea, KCL, Gandrasil-D, dan abu kayu bakar. Biaya pupuk rata – rata per musim tanam per luas lahan dalam usahatani tembakau

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa rata-rata biaya tetap total per luas lahan dalam satu kali musim tanam usahatani padi sawah di Desa Jati sebesar Rp.. Untuk lebih jelasnya dapat