ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI WORTEL
(
Studi Kasus: Desa Sukadame Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo, Sumatera Utara)SKRIPSI
OLEH:
DINA A. S. L. TOBING
040304025
SEP-AGRIBISNIS
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI WORTEL
(
Studi Kasus: Desa Sukadame Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo, Sumatera Utara)SKRIPSI
OLEH:
DINA A. S. L. TOBING
040304025
SEP-AGRIBISNIS
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapat
Gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
DISETUJUI OLEH,
KOMISI PEMBIMBING
Ketua,
Anggota,
(Ir. Thomson Sebayang, MT)
(M. Mozart B. Darus, M.Sc
)
NIP : 130
NIP : 130
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
RINGKASAN
DINA AYU SEPTIAN LUMBAN TOBING (040304025), dengan judul
penelitian ”ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI WORTEL”, Studi Kasus:
Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo. Penelitian ini
dibimbing oleh Bapak Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT dan Bapak M. Mozart
B. Darus, M.Sc.
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui ketersediaan sarana produksi (benih, pupuk, tenaga kerja)
untuk usahatani wortel di daerah penelitian.
2.
Untuk mengetahui pengaruh sarana produksi pada usahatani wortel di daerah
penelitian.
3.
Untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani wortel di daerah penelitian.
4.
Untuk mengetahui tingkat kelayakan usahatani wortel di daerah penelitian.
5.
Untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan sarana produksi pada
usahatani wortel di daerah penelitian.
Daerah Penelitian ditetapkan secara purposive (sengaja) dengan
pertimbangan bahwa Kecamatan Tigapanah merupakan salah satu daerah sentra
pengembangan usahatani wortel dan Desa Sukadame dengan jumlah petani yang
cukup banyak mengusahakan usahatani wortel. Teknik pengambilan sampel
dengan metode stratified random sampling. Metode analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif, perhitungan biaya, penerimaan dan
pendapatan bersih, rumus kriteria investasi (BEP dan R/C Ratio), serta efisiensi
teknis.
Dari hasil penelitian diperoleh:
1.
Sarana produksi (lahan, benih, garam, pupuk, dan tenaga kerja) pada usahatani
wortel di daerah penelitian cukup tersedia.
2.
Penggunaan sarana produksi:
-
Secara parsial (t-hitung); luas lahan, benih, garam, NPK, dan tenaga kerja
berpengaruh nyata terhadap total produksi wortel. Sedangkan amopos dan
ikan tidak berpengaruh nyata terhadap total produksi wortel.
-
Secara serentak (F-hitung), semua sarana produksi berpengaruh nyata
terhadap total produksi.
-
R
2sebesar 0,986 berarti produksi wortel dipengaruhi oleh sarana produksi
sebesar 98,6 %, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain.
3.
Pendapatan usahatani wortel per luas lahan petani atau per hektar jika dibagi
dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan (HKO) di daerah penelitian lebih
tinggi dibanding dengan upah buruh harian lepas.
4.
Usahatani wortel layak dikembangkan, karena :
-
Produksi wortel di daerah penelitian adalah sebesar 5.507 kg/petani dan
14.236 kg/Ha, telah melampaui masing-masing titik impas (BEP) volume
produksi yaitu sebesar 2.365 kg/petani dan 6.263 kg/Ha.
-
Harga wortel di daerah penelitian adalah sebesar Rp. 1000/kg, telah
melampaui titik impas (BEP) harga produksi sebesar Rp 445/kg.
-
Nilai R/C pada usahatani wortel didaerah penelitian sebesar 2,28. Dimana
R/C
≥
1.
RIWAYAT HIDUP
DINA AYU SEPTIAN LUMBAN TOBING, lahir di Medan pada tanggal
10 September 1986. Anak keempat dari empat bersaudara dari keluarga
Bapak B. L. Tobing dan Ibu R. Tampubolon.
Pendidikan yang telah ditempuh Penulis adalah:
1.
Tahun 1991 masuk Sekolah Taman Kanak-kanak di TK Swasta METHODIST
7 , Medan dan tamat tahun 1992.
2.
Tahun 1992 masuk Sekolah Dasar di SD Swasta METHODIST 7, Medan dan
tamat tahun 1998.
3.
Tahun 1998 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 12,
Medan dan tamat tahun 2001.
4.
Tahun 2001 masuk Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 8, Medan dan
tamat tahun 2004.
5.
Tahun 2004 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
6.
Bulan Juni–Juli mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Bahapal,
Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun.
7.
Bulan November 2008 melakukan penelitian skripsi di Desa Sukadame
Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.
8.
Anggota Ikatan Mahasiswa Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Tahun
2004-2009.
9.
Pengurus UKM KMK USU UP FP Komisi Kebaktian Periode Tahun
10.
Panitia Seminar Nasional ”Dampak Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan kasih–Nya yang memberikan kesempatan dan kekuatan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Adapun judul penelitian ini adalah ”ANALISIS KELAYAKAN
USAHATANI WORTEL”, (Studi Kasus: Desa Sukadame, Kecamatan
Tigapanah, Kabupaten Karo) sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Ir. Thomson Sebayang, M.T, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang
telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2.
Bapak M. Mozart B. Darus, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3.
Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP, selaku Ketua Departemen Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
4.
Ibu Dr. Ir. Diana Chalil, yang juga telah banyak membantu penulis dengan
memberikan saran dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini
5.
Staff Pengajar dan Pegawai Tata Usaha di Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan yang turut berperan dalam studi Penulis.
6.
Bapak Karona Sejati Sitepu, selaku Kepala Desa Sukadame yang telah
memberikan informasi dan keterangan.
7.
Seluruh Petani wortel yang telah bersedia menjadi responden dalam
penyusunan skripsi Penulis dan semua instansi yang terkait yang turut
Teristimewa kepada Keluarga Penulis buat kedua orangtua yaitu Bapak
dan Mama yang saya hormati dan sayangi serta Abang-Kakak yang saya kasihi
(Ferdinand L. Tobing, SH; dr. Lucas L.Tobing; Dibangarna Pandjaitan, Amd; dan
Pinkan L. Tobing, Am.Keb) serta Keluarga Besar Tobing dan Tampubolon yang
telah memberikan kasih sayang, dukungan semangat, materi dan doa yang diberi
pada Penulis sampai saat ini.
Penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada
sahabat-sahabat saya (Erina Christiani, Sarah M. De Fretes, Hanna M. Aritonang, Erfanus
W. Siboro dan Wilson Chandra) terimakasih untuk persahabatan selama ini, untuk
dukungan, bantuan dan doanya; untuk KTB ”Desh Tefilla” (PKK B’Yandi dan
Kak Merry) untuk dukungan doanya; untuk Kak Rianti Barus atas waktu, saran,
dan dukungannya yang telah diberikan selama ini, teman–teman Departemen SEP
04 lainnya (khusus untuk teman sekerja Hanum, Fauziah, Marini, Yudi,
Mustaqim, Arifandi, Julia dan Erina), adik–adik stambuk dan Koordinasi UKM
KMK USU UP FP periode 07/08 dan periode 08/09 terimakasih banyak untuk
dukungan doanya.
Penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, Penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan skripsi ini ke depannya.
Akhir kata Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2008
DAFTAR ISI
Hal
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR ...
i
DAFTAR ISI ...
iii
DAFTAR TABEL ...
v
DAFTAR GAMBAR ...
vi
DAFTAR LAMPIRAN ...
vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ...
1
Identifikasi Masalah ...
6
Tujuan Penelitian ...
6
Kegunaan Penelitian...
7
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA
PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka ...
8
Landasan Teori ...
13
Kerangka Pemikiran ...
17
Hipotesis Penelitian ...
19
METODE PENELITAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian ...
20
Metode Pengambilan Sampel ...
20
Metode Pengumpulan Data ...
21
Metode Analisis Data ...
21
Definisi dan Batasan Operasional ...
25
Definisi ...
25
Batasan Operasional ...
26
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK
PETANI RESPONDEN
Deskripsi Daerah Penelitian ...
27
Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah ...
27
Keadaan Penduduk ...
28
Karakteristik Petani Responden ...
31
HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknis Budidaya Usahatani Wortel ...
33
Ketersediaan Sarana Produksi ...
36
Pengaruh Sarana Produksi Usahatani Wortel Terhadap Total Produksi
Usahatani Wortel ...
39
Analisis Usahatani Wortel Di Daerah Penelitian ...
46
Kelayakan Usahatani Wortel ...
47
Tingkat Efisiensi Penggunaan Sarana Pada Usahatani Wortel ...
48
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ...
52
Saran ...
53
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No
Judul
Hal
1.
Perkembangan Produksi Sayur-Sayuran (Ton) di Propinsi Sumatera
Utara Tahun 2002-2006
2
2.
Luas Lahan, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Wortel Per
Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006
4
3.
Luas Lahan dan Produksi Wortel Per Kecamatan di Kabupaten Karo
Tahun 2007
5
4.
Banyaknya Petani Wortel di Desa Sukadame
20
5.
Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Sukadame Tahun 2006
28
6.
Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Sukadame
Tahun 2006
28
7.
Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Desa
Sukadame Tahun 2006
29
8.
Distribusi Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan di Desa
Sukadame Tahun 2006
29
9.
Distribusi Penduduk Menurut Sumber Mata Pencaharian di Desa
Sukadame Tahun 2006
30
10. Sarana dan Prasarana di Desa Sukadame Tahun 2006
31
11. Karakteristik Petani Responden
31
12. Rataan Penggunaan Tenaga Kerja Per Hektar Dalam 1 Musim Tanam
Di Daerah Penelitian
38
13. Pengaruh Sarana Produksi Usahatani Wortel Terhadap Total Produksi
Usahatani Wortel
39
14. Analisis Usahatani Wortel Per Petani dan Per Hektar Di Daerah
Penelitian Selama 1 Musim Tanam
45
15. Pendapatan Usahatani Wortel di Daerah Penelitian
46
16. Tingkat Efisiensi Sarana Produksi Pada Usahatani Wortel
48
17. Uji Sensivitas Sarana Produksi Pada Usahatani Wortel Di Daerah
Penelitian
DAFTAR GAMBAR
No
Judul
Hal
DAFTAR LAMPIRAN
No
Judul
1. Karakteristik Petani Sampel Usahatani Wortel
2. Biaya Penggunaan Benih Per Petani di Daerah Penelitian Selama 1 Musim
Tanam
3. Biaya Penggunaan Benih Per Hektar di Daerah Penelitian Selama 1 Musim
Tanam
4. Biaya Penggunaan Pupuk Per Petani Sampel di Daerah Penelitian Selama 1
Musim Tanam
5. Biaya Penggunaan Pupuk Per Hektar Sampel di Daerah Penelitian Selama 1
Musim Tanam
6. Biaya Sarana Produksi Usahatani Wortel Per Petani di Daerah Penelitian
Selama 1 Musim Tanam
7. Biaya Sarana Produksi Usahatani Per Hektar di Daerah Penelitian Selama 1
Musim Tanam
8. Curahan dan Biaya Tenaga Kerja Usahatani Wortel Per Petani di Daerah
Penelitian Selama 1 Musim Tanam
9. Curahan dan Biaya Tenaga Kerja Usahatani Wortel dan Per Hektar di
Daerah Penelitian Selama 1 Musim Tanam
10. Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Wortel Per Petani dan Per Hektar di
Daerah Penelitian Selama 1 Musim Tanam
11. Total Biaya Usahatani Wortel Per Petani di Daerah Penelitian Selama 1
Musim Tanam
12. Total Biaya Usahatani Wortel Per Hektar di Daerah Penelitian Selama 1
Musim Tanam
13. Produksi dan Penerimaan Usahatani Wortel Per Petani dan Per Hektar di
Daerah Penelitian dalam 1 Musim Tanam
14. Pendapatan Bersih Usahatani Wortel Per Petani dan Per Hektar di Daerah
Penelitian dalam 1 Musim Tanam
15. Kelayakan Usahatani Wortel (BEP) Per Petani Di Daerah Penelitian
16. Kelayakan Usahatani Wortel (BEP) Per Ha Di Daerah Penelitian
17. Kelayakan Usahatani Wortel (R/C) Per Petani di Daerah Penelitian
18. Kelayakan Usahatani Wortel (R/C) Per Ha Di Daerah Penelitian
19. Efisiensi Penggunaan Garam Pada Usahatani Wortel Selama 1 Musim
Tanam Di Daerah Penelitian
20. Efisiensi Penggunaan Amopos Pada Usahatani Wortel Selama 1 Musim
Tanam Di Daerah Penelitian
21. Efisiensi Penggunaan NPK Pada Usahatani Wortel Selama 1 Musim Tanam
Di Daerah Penelitian
23. Efisiensi Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Wortel Selama 1
Musim Tanam Di Daerah Penelitian
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih
diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam
mengatasi krisis yang sedang terjadi. Keadaan inilah yang memperlihatkan sektor
pertanian sebagai salah satu sektor yang handal dan mempunyai potensi besar
untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional (Husodo, dkk, 2004).
Indonesia memiliki sumberdaya hortikultura tropika yang berlimpah
berupa keanekaragaman genetik yang luas. Demikian pula, keanekaragaman
genetik sumber daya lahan, iklim, dan cuaca yang dapat dijadikan suatu kekuatan
untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat dalam agribisnis di masa depan.
Produk-produk agribisnis hortikultura tropik nusantara yang terdiri dari
buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat merupaka salah satu andalan
Indonesia baik di pasar domestik, regional maupun internasional
(Rasahan, dkk, 1999).
Untuk itu tidak berlebihan bila pemerintah menumpahkan harapan pada
tanaman hortikultura sebagai salah satu sumber pertumbuhan baru pada sektor
pertanian. Hal ini dapat dilihat dari kedudukannya sebagai sumber nutrisi dan
disamping itu nilai tukarnya juga relatif tinggi. Kemampuan komoditi hortikultura
dalam memberikan peluang kesempatan kerja dan peluang peningkatan
pendapatan secara nyata dapat dilihat, paling tidak dari adanya perubahan pola
penggunaan lahan yang lebih difungsikan untuk hortikulturayang semakin sering
Sumatera Utara merupakan salah satu daerah di Indonesia yang banyak
menghasilkan produk hortikultura seperti sayur-sayuran. Berikut perkembangan
produksi sayur-sayuran di propinsi Sumatera Utara selama 5 tahun mulai tahun
2002-2006.
Tabel 1. Perkembangan Produksi Sayur-Sayuran (Ton) di Propinsi Sumatera
Utara Tahun 2002-2006
No Komoditi Tahun
2002 2003 2004 2005 2006
1 Bawang Merah 35678 37662 23664 9222 8666
2 Bawang Putih 17475 22294 9545 3200 1036
3 Bawang Daun 13479 23245 28123 24438 25509
4 Kentang 216289 237056 160732 105209 98267
5 Kol 245423 270526 200778 169422 138533
6 Petsai/Sawi 67004 88432 82113 80690 73008
7 Wortel 53678 79388 67431 75357 40949
8 Kacang Panjang 35516 40224 40559 43145 44386
9 Cabe 90447 135778 136047 106030 117591
10 Tomat 121854 128476 77555 86688 88275
11 Terung 29356 28479 28945 31007 35124
12 Buncis 33555 57691 46755 37900 27555
13 Ketimun 35222 30593 34869 45451 55703
14 Kangkung 8737 10249 9906 11507 9112
15 Bayam 10870 12291 12133 13346 8996
16 Sayuran lain 63981 87852 97577 98267 79596
Jumlah 1078564 1290236 1056732 940879 852306
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara 2006
Produksi sayuran Sumatera Utara (Sumut) pada tahun 2006 mengalami
penurunan mencapai 88.573 ton dari 940.879 ton pada tahun 2005 menjadi hanya
852.306 ton. Sedangkan untuk komoditi wortel pada tahun 2006 juga mengalami
penurunan yang cukup nyata yaitu sebesar 34.408 ton (44,3%) dari tahun 2005.
Sayuran seperti wortel merupakan salah satu sayuran yang digemari oleh
karena rasanya yang enak, renyah dan agak manis. Wortel memiliki peranan yang
penting dalam penyedia bahan pangan, khususnya penyedia sumber vitamin dan
kepentingan kesehatan menjadi alasan bagi masyarakat untuk mengkonsumsi
wortel mengakibatkan peningkatan permintaan terhadap komoditi ini sangat
besar. Kuatnya pasaran wortel juga dapat dilihat dari pertumbuhan dan
perkembangan perusahaan industri pengolahan yang mengolah umbi wortel
menjadi berbagai jenis produk baik makanan, minuman maupun kosmetik. Dan
jika dilihat dari tinjauan pasar wortel dari beberapa segi menunjukkan bahwa
pengembangan wortel di Indonesia memiliki prospek yang cerah. Pengembangan
budi daya wortel di Indonesia akan lebih baik didukung oleh keadaaan
agroklimatologi dan agroekonomi wilayah Indonesia yang sesuai untuk wortel
(Rukmana, 1995).
Sumatera Utara sebenarnya merupakan wilayah dengan tingkat kesuburan
tanah yang cukup baik untuk ditanamai komoditi hortikultura termasuk wortel.
Namun saat ini hanya ada 5 (lima) Kabupaten sebagai daerah penghasil komoditi
wortel yaitu Kabupaten Simalungun, Kabupaten Karo, Kabupaten Tapanuli Utara,
Kabupaten Dairi dan Kabupaten H. Hasundutan. Berikut luas panen, produktivitas
dan produksi wortel per Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006
Tabel 2. Luas Lahan, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Wortel Per
Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006
No Kabupaten/Kota
Luas Tanam
(Ha)
Luas Panen
(Ha)
Produktivitas (Kw/Ha)
Produksi (Ton)
1 Medan - - - -
2 Langkat - - - -
3 Deli Serdang - - - -
4 Simalungun 116 83 128.31 1065
5 Karo 1264 1204 300.17 36141
6 Asahan - - - -
7 Labuhan Batu - - - -
8 Tapanuli Utara 255 198 135.91 2691
9 Tapanuli Tengah - - - -
10 Tapanuli Selatan - - - -
11 Nias - - - -
12 Dairi 58 42 180 756
13 Tebing Tinggi - - - -
14 Tanjung Balai - - - -
15 Binjai - - - -
16 P. Siantar - - - -
17 Tobasa - - - -
18 Madina - - - -
19 P. Sidempuan - - - -
20 H. Hasundutan 24 18 164.44 296
21 Samosir - - - -
22 Serdang Bedagai - - - -
23 Pakpak Bharat - - - -
Jumlah 1717 1545 230.96 40949
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara 2006
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa Kabupaten Karo merupakan daerah
yang banyak menghasilkan wortel dengan jumlah produksi sebesar 36,141Ton
dan produktivitas 300,17 Kw/Ha. Dan di Kabupaten Karo wortel banyak di tanam
Tabel 3. Luas Lahan dan Produksi Wortel Per Kecamatan di Kabupaten
Karo Tahun 2007
No Kecamatan Luas lahan
(Ha)
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Ton/Ha)
1 Mardinding - - - -
2 Laubaleng - - - -
3 Tigabinanga - - - -
4 Juhar - - - -
5 Munthe - - - -
6 Kutabuluh - - - -
7 Payung - - - -
8 Tiganderket - - -
9 Simpang Empat 661 647 20,732 320.43
10 Naman Teran - - - -
11 Merdeka - - - -
12 Kabanjahe 115 105 2,304 219.43
13 Berastagi 188 131 6,569 501.45
14 Tigapanah 108 107 2,575 240.65
15 Dolat Rayat - - - -
16 Merek 42 41 595 145.12
17 Barusjahe 11 10 528 528.00
Jumlah 1,125 1,041 33,303 1,955
Sumber : BPS Kabupaten Karo Dalam Angka Tahun 2008
Berdasarkan data Tabel diatas diketahui bahwa Kecamatan Tigapanah
merupakan daerah yang memiliki lahan wortel yang cukup luas. Hasil produksi
wortel untuk Kecamatan Tigapanah sebesar 2.575 Ton dan produktivitasnya
240,65 Ton/Ha. Dalam hal ini sebenarnya Kecamatan Tigapanah memiliki potensi
yang cukup besar untuk terus dikembangkan sehingga dapat menjadi suatu daerah
penghasil wortel terbesar di Kabupaten Karo. Untuk itu penelitian ini dilakukan
dengan melihat usahatani wortel yang ada di Kecamatan Tigapanah sehingga
dapat diketahui layak atau tidak untuk tetap dikembangkan.
Identifikasi Masalah
1.
Bagaimana ketersediaan sarana produksi pertanian (luas lahan, benih,
garam, pupuk, dan tenaga kerja) pada usahatani wortel di daerah
penelitian?
2.
Bagaimana pengaruh sarana produksi terhadap total produksi usahatani
wortel?
3.
Berapa besar tingkat pendapatan usahatani wortel di daerah penelitian?
4.
Bagaimana tingkat kelayakan usahatani wortel di daerah penelitian?
5.
Bagaimana tingkat efisiensi penggunaan sarana produksi pada usahatani
wortel di daerah penelitian?
Tujuan Penelitian
6.
Untuk mengetahui ketersediaan sarana produksi (luas lahan, benih, garam,
pupuk, dan tenaga kerja) untuk usahatani wortel di daerah penelitian.
7.
Untuk mengetahui pengaruh sarana produksi pada usahatani wortel di
daerah penelitian.
8.
Untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani wortel di daerah
penelitian.
9.
Untuk mengetahui tingkat kelayakan usahatani wortel di daerah penelitian.
10.
Untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan sarana produksi pada
Kegunaan Penelitian
1.
Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dalam
mengembangkan usahatani wortel.
2.
Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan atau
kebijakan dalam rangka pengembangan produk pertanian khususnya
wortel.
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN
KERANGKA PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka
Wortel sudah sangat dikenal masyarakat Indonesia dan populer sebagai
sumber vitamin A karena memiliki kadar karotena (pro vitamin A). Selain itu,
wortel juga mengandung vitamin B, vitamin C, serta zat-zat lain yang bermanfaat
bagi kesehatan manusia. Sosok tanamannya berupa rumput dan menyimpan
cadangan makanannya di dalam umbi. Mempunyai batang pendek, berakar
tunggang yang bentuk dan fungsinya berubah menjadi umbi bulat dan
memanjang. Umbi berwarna kuning kemerah-merahan, berkulit tipis, dan jika
dimakan mentah terasa renyah dan agak manis
Wortel merupakan tanaman subtropis yang memerlukan suhu dingin
(22-24°C), lembab, dan cukup sinar matahari. Di Indonesia kondisi seperti itu
biasanya terdapat di daerah berketinggian antara 1.200-1.500 m dpl. Sekarang
wortel sudah dapat ditanam di daerah berketinggian 600 m dpl. Dianjurkan untuk
menanam wortel pada tanah yang subur, gembur dan kaya humus dengan pH
antara 5,5-6,5. Tanah yang kurang subur masih dapat ditanami wortel asalkan
dilakukan pemupuka n intensif. Kebanyakan tanah dataran tinggi di Indonesia
mempunyai pH rendah. Bila demikian, tanah perlu dikapur, karena tanah yang
asam menghambat perkembangan umbi ( Ali dan Rahayu, 1995).
Pengolahan Tanah yang akan ditanami wortel diolah sedalam 30-40 cm.
Tambahkan pupuk kandang sebanyak 1,5 kg/m2 agar tanah cukup subur. Bila
tanah termasuk miskin unsur hara dapat ditambahkan pupuk urea 100 kg/ha, TSP
panjangnya disesuaikan dengan lahan. Tinggi bedengan di tanah kering adalah 15
cm, sedangkan untuk tanah yang terendam, tinggi bedengan dapat lebih tinggi
lagi. Di antara bedengan perlu dibuatkan parit selebar sekitar 25 cm untuk
memudahkan penanaman dan pemeliharaan tanaman. Kebutuhan benih wortel
adalah 4-5 Kg/ha. Benih wortel yang baik dapat dibeli di toko-toko tanaman atau
membenihkan sendiri dari tanaman yang tua.. Benih wortel dapat langsung
disebarkan tanpa disemai dahulu. Sebelumnya, benih direndam dalam air sekitar
12-24 jam untuk membantu proses pertumbuhan. Kemudian, benih dicampur
dengan sedikit pasir, lalu digosok-gosokkan agar benih mudah disebar dan tidak
melekat satu sama lain. Benih ditabur di sepanjang alur dalam bedengan dengan
bantuan alat penugal, lalu benih ditutupi tanah tipis-tipis. Berikutnya, bedengan
segera ditutup dengan jerami atau daun pisang untuk menjaga agar benih tidak
hanyut oleh air. Jika tanaman telah tumbuh (antara 10-14 hari), jerami atau daun
pisang segera diangkat
Setelah tanaman tumbuh segera dilakukan pemeliharaan. Pemeliharaan
pertama adalah penyiraman yang dapat dilakukan sekali sehari atau dua kali sehari
jika udara sangat kering. Cara pemberian air yang lain ialah dengan jalan
menggenangi parit di antara bedengan. Cara seperti ini dapat dilakukan bila
terdapat saluran drainase. Tanaman yang telah tumbuh harus segera diseleksi.
Caranya cabutlah tanaman yang lemah atau kering, tinggalkan tanaman yang sehat
dan kokoh. Tindakan ini sekaligus diikuti dengan penjarangan yang berguna
untuk memberikan jarak dalam alur dan menjaga tercukupinya sinar matahari
sehingga tanaman tumbuh subur. Penjarangan menghasilkan alur yang rapi
dapat dilakukan sejak tanaman berumur dua minggu. Untuk keperluan
pertumbuhan tanaman dn pembentukan umbi wortel, tanaman memerlukan
unsu-unsur N, P, K dalam jumlah yang banyak, sementara jumlah yang tersedia di
dalam tanah relatif sedikit. Oleh karena itu, harus ditambahkan unsur-unsur N, P,
dan K dari luar dalam bentuk pupuk kimia buatan pabrik yang siap diserap oleh
tanaman. Unsur nitrogen berfungsi dalam peningkatan pertumbuhan vegetatif,
pembentukan sel, klorofil; unsur fosfat berfungsi dalam pembentukan akar, umbi,
bunga, buah, peningkatan produksi dan mutu umbi; unsur kalium berfungsi dalam
pertumbuhan bunga dan klorofil, peningkatan ketahanan terhadap penyakit dan
dalam penyerapan air. Pemupukan nitrogen dapat mennggunakan pupuk ZA, urea,
Postasium Nitrat, CPN. Pemupukan fosfat dapat menggunakan pupuk DS, SP,
Ammopos atau FMP. Pemupukan kalium dengan menggunakan pupuk ZK, KCL,
atau MOP. Pupuk yang biasa diberikan berupa 50 kg Urea/ha, disusul pemberian
kedua (1 atau 1,5 bulan kemudian) berupa urea sebanyak SO kg/ha dan KCl 20
kg/ha. Dosis dapat berubah sesuai kondisi tanah dan rekomendasi pemupukan
yang ada. Cara pemupukan adalah dengan menaburkan pupuk pada alur sedalam 2
cm yang dibuat memanjang berjarak sekitar 5 cm dari alur tanaman. Ketika
tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pendangiran.
Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar
tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung
Ada beberapa hama yang penting diketahui karena sering menyerang
tanaman wortel di Indonesia, di antaranya sebagai berikut. Manggot-manggot
(Psila rosae) Umbi wortel yang terserang memperlihatkan gejala kerusakan
adalah sejenis lalat wortel yang disebut manggot-manggot (Psila rosae). Periode
aktif perusakan adalah saat larva lalat ini memakan umbi selama 5-7 minggu
sebelum berubah menjadi kepompong. Umbi yang telah terserang tidak dapat di
perbaiki, sebaiknya dicabut dan dibuang. Pencegahannya, saat tanaman wortel
masih muda disiram dengan larutan Polydo120 g dicampur air sebanyak 100 liter.
Untuk lebih meyakinkan hasilnya, pemberian Polydol diulangi lagi 10 hari
kemudian. Semiaphis dauci Serangan hama ini ditandai dengan terhentinya
pertumbuhan, tanaman menjadi kerdil, daun-daun menjadi keriting, dan dapat
menyebabkan kematian. Hama ini umumnya menyerang tanaman muda sehingga
menyebabkan kerugian besar. Hama perusak ini adalah serangga berwarna
abu-abu bernama Semiaphis dauci. Pemberantasan dan pengendaliannya dilakukan
dengan menyemprotkan Polydol 20 g dicampur air 100 liter. Atau dapat pula
menggunakan Metasyttox 50 g dicampur air 100 liter (Rukmana, 1995).
Penyakit Penyakit tanaman wortel yang dianggap penting antara lain
sebagai berikut. Bercak daun cercospora Penyakit ini ditandai dengan
bercak-bercak bulat atau memanjang yang banyak terdapat di pinggir daun sehingga daun
mengeriting karena bagian yang terserang tidak sama pertumbuhannya dibanding
bagian yang sehat. Penyebab penyakit ini adalah jamur Cercospora carotae
(Pass). Penyebarannya dibantu oleh angin. Bagian tanaman yang lebih dahulu
terserang adalah daun muda. Pengendaliannya dengan menanam biji yang sehat,
menjaga sanitasi, tanaman yang telah terserang dicabut dan dipendam, serta
pergiliran tanaman. Cara pengendalian yang lain adalah dengan menyemprotkan
fungisida yang mengandung zineb dan maneb, yaitu Velimex 80 WP sebanyak
penyakit ini ditandai dengan bercak-bercak kecil berwarna cokelat tua sampai
hitam bertepi kuning pada daun. Bercak dapat membesar dan bersatu sehingga
mematikan daun-daun (menghitam). Tangkai daun yang terinfeksi menyebabkan
terjadinya bercak memanjang berwarna seperti karat. Gejala pada akar baru
tampak setelah umbi akar disimpan. Pada akar timbul bercak berbentuk bulat dan
tidak teratur, agak mengendap dengan kedalaman sekitar 3mm. Jaringan yang
busuk berwarna hitam kehijauan sampai hitam kelam. Terkadang timbul pula
kapang kehitaman pada permukaan bagian yang busuk. Penyebab penyakit ini
adalah jamur Alternaria dauci yang semula disebut Macrosporium carotae.
Pengendaliannya dengan pergiliran tanaman, sanitasi, penanaman benih yang
sehat, dan membersihkan tanaman yang telah terserang (dicabut dan dipendam
atau dibakar). Dapat juga digunakan fungisida, misalnya Velimex 80 WP
sebanyak 2-2,5 g/1 dengan volume semprot 400-800 1/ha (Anonimous, 1992).
Wortel dapat dipanen setelah 100 hari tergantung dari jenisnya.
Pemanenan tidak boleh terlambat karena umbi akan semakin mengeras (berkayu)
sehingga tidak disukai konsumen. Cara pemanenan dilakukan dengan jalan
mencabut umbi beserta akarnya. Untuk memudahkan pencabutan sebaiknya tanah
digemburkan dahulu. Pemanenan sebaiknya dilakukan pagi hari agar dapat segera
Landasan Teori
Dalam usahatani, seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara
efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu. Yang dimaksud dengan efektif bila petani atau produsen dapat
mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baik, dan dikatakan
efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output)
yang melebihi masukan (sarana) (Soekartawi, 1995).
Yang termasuk faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan
pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan
baik. Diberbagai literature, faktor produksi ini dikenalpula dengan istilah sarana
produksi, input, production factor, dan korbanan produksi. Faktor produksi sangat
menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman
menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, benih, pupuk, obat-obatan, tenaga
kerja, dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting
(Soekartawi, 1994).
Fungsi produksi yang sering digunakan dalam bidang pertanian adalah
fungsi produksi Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu
fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel
yang satu disebut variabel independen, yang dijelaskan (Y), dan variabel lain
disebut variabel independen, yang menjelaskan (X). Penyelesaian hubungan
antara Y dan X adalah biasanya dengan cara regresi dimana variasi yang akan
dipengaruhi oleh variasi X (Soekartawi, 1994).
Efisiensi adalah rasio yang mengukur keluaran atau produksi suatu sistem
sebagai upaya penggunaan sarana atau faktor produksi yang sekecil-kecilnya
untuk mendapatkan hasil produksi dalam jumlah tertentu. Efisiensi penggunaan
sarana akan tercapai jika nilai produk marginal (NPM) untuk suatu sarana sama
dengan harga sarana (Px) tersebut, atau secara matematis dapat ditulis dengan
rumus:
1
=
=
x x x
x
P
NPM
atau
P
NPM
Jika
NPM /
xP
x> 1, artinya bahwa penggunaan faktor (sarana) produksi X belum
efisien. Jika
NPM /
xP
x< 1, artinya bahwa penggunaan faktor (sarana) produksi
X tidak efisien (Soekartawi, 1991).
Pendapatan perusahaan merupakan penerimaan yang dihasilkan dari
kegiatan perusahaan, sedangkan biaya operasinya merupakan pengeluaran yang
juga karena perusahan. Biaya operasi ini dibagi menjadi 3 bagian:
a.
Biaya tetap, merupakan biaya yang jumlahnya tetap, tidak tergantung
pada perubahan tingkat produksi dalam menghasilkan keluaran/produk
di dalam interval tertentu.
b.
Biaya variabel, merupakan biaya yang berubah-ubah sesuai dengan
perubahan tingkat produksi.
c.
Biaya semi-variabel, merupakan biaya yang di dalamnya terkandung
biaya tetap dan variabel sekaligus
(Umar, 2005).
Ada beberapa jenis pendapatan berdasarkan sumbernya, yaitu:
1. Gross dan net income
- net income adalah pendapatan setelah dikurangi biaya.
2. Pendapatan tenaga kerja petani adalah pendapatan pengelola ditambah upah
tenaga kerja petani.
3. Pendapatan tenaga kerja keluarga petani adalah pendapatan pengelola ditambah
upah tenaga kerja petani dan anggota keluarga yang dihitung.
4. Pendapatan petani adalah pendapatan tenaga kerja petani ditambah bunga
modal milik sendiri.
5. Pendapatan keluarga petani adalah pendapatan tenaga kerja keluarga petani
ditambah bunga modal milik sendiri.
(Prawirokusumo, 1999).
Bermacam-macam peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan
usaha, telah menuntut perlu adanya penilaian sejauh mana kegiatan atau
kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat (benefit) bila diusahakan.
Kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam
melaksanakan suatu kegiatan usaha disebut dengan studi kelayakan
(Ibrahim, 1998).
Kelayakan usaha dapat melihat kelayakan dari suatu gagasan yang berasal
dari pengusaha secara individu. Kegiatan usaha terutama usahatani pada
umumnya mengutamakan financial benefit daripada social benefit. Kelayakan
usaha dapat diketahui dengan menggunakan beberapa kriteria investasi yang
umum dikenal, antara lain sebagai berikut: BEP dan R/C
(Kasmir dan Jakfar, 2003)
Break even point adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama
terjadinya titik pulang pokok TR = TC tergantung pada arus lama penerimaan
sebuah usahatani dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan beserta
biaya modal lainnya (Sunarjono, 2000).
R/C adalah singkatan dari return cost ratio, atau dikenal sebagai
perbandingan atau nisbah antara penerimaan dan biaya. Secara matematika dapat
diutliskan sebagai berikut:
a = R/C
R= Py . Y
C= FC + VC
Kerangka Pemikiran
Usahatani adalah suatu bidang tanah, dimana seorang petani, keluarga tani
atau badan usaha lainnya bercocok tanam atau memelihara ternak. Produksi
pertanian mengusahakan masukan untuk menghasilkan keluaran. Masukan yaitu
segala sesuatu yang diikutsertakan di dalam proses produksi seperti benih, pupuk,
pestisida dan tenaga kerja. Keluaran adalah hasil tanaman yang dihasilkan dalam
usahatani.
Usahatani bertujuan untuk memperoleh pendapatan. Pendapatan tersebut
digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga serta dana untuk kegiatan luar
usahatani.
Petani harus memperhitungkan setiap biaya yang dikeluarkan untuk
usahatani sehingga dapat menentukan harga jual produksi. Biaya-biaya produksi
yang dikeluarkan yaitu biaya benih, pupuk, dan upah tenaga kerja, biaya
pembelian dan pemeliharaan alat pertanian dan biaya sewa tanah.
Untuk menilai layak tidaknya usaha tani untuk dikembangkan maka ada
beberapa komponen yang harus dilihat yaitu dari biaya produksi, pendapatan dan
keuntungan serta analisis finansial. Usahatani wortel di daerah penelitian layak
atau tidak untuk diusahakan dan dikembangkan di daerah penelitian dapat
diketahui melalui analisis kelayakan usahatani. Selain melihat kelayakan
usahatani perlu juga dilihat efisiensi dalam menggunakan sarana (input) produksi
dalam usaha taninya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada skema kerangka
Usahatani
Biaya
Kelayakaan:
- R/C
- BEP
Tidak layak
Sarana Produksi:
-
Lahan
-
Benih
-
Garam
-
Pupuk
-
Tenaga Kerja
Usahatani
Py
Biaya
Efisiensi
NPM = Px
Layak
Tidak
Efisien
Efisien
Output
(Wortel)
Px
Penerimaan
Pendapatan
Keterangan :
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran, maka
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1.
Sarana produksi (luas lahan, benih, garam, pupuk, dan tenaga kerja)
berpengaruh nyata terhadap total produksi usahatani wortel di daerah
penelitian.
2.
Tingkat pendapatan usahatani wortel di daerah penelitian relatif tinggi.
3.
Usahatani wortel di daerah penelitian layak untuk dikembangkan.
4.
Penggunaan sarana (input) produksi pada usahatani wortel di daerah
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Sukadame Kecamatan Tigapanah
Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara
purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Tigapanah
merupakan salah satu daerah sentra pengembangan usahatani wortel dan Desa
Sukadame dengan jumlah petani yang cukup banyak mengusahakan usahatani
wortel.
Metode Penentuan Sampel
Responden dalam penelitian ini adalah petani wortel di daerah penelitian
yaitu di Desa Sukadame Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Banyaknya petani wortel sebanyak 200 KK. Penarikan sampel dilakukan dengan
metode Simple Random Sampling. Sampel yang diambil pada penelitian yaitu
sebanyak 30 KK dengan karakteristik sampel bersifat homogen yaitu dimana
perlakuan dalam usahatani dan variabel yang akan diteliti sama. Hal ini sesuai
dengan teori Bailey yang menyatakan untuk penelitian menggunakan analisa
statistik, ukuran responden paling minimum sebanyak 30 (Hasan, 2002). Uraian
Tabel 4. Banyaknya Petani Wortel di Desa Sukadame
Uraian Populasi (KK) Sampel (KK)
Petani wortel 200 30
Sumber: Kepala Desa Sukadame
Metode Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani di desa
dengan menggunakan kuisioner yang telah disiapkan. Sedangkan data sekunder
merupakan data pelengkap yang diperoleh dari berbagai instansi yang
berhubungan seperti BPS Sumatera Utara, Dinas Pertanian Sumut, Dinas
Pertanian Kabupaten Karo, dan literatur yang mendukung penelitian ini.
Metode Analisis Data
Untuk menjawab identifikasi masalah 1, dianalisis dengan metode
deskriptif, yaitu dengan mengamati sejauhmana ketersediaan sarana produksi
pertanian (luas lahan, benih, garam, pupuk dan tenaga kerja) di daerah penelitian.
Untuk menjawab identifikasi masalah 2 (Hipotesis 1), dianalisis dengan
fungsi Cobb-Douglas dengan model sebagai berikut:
Y = f(X
1,X
2,...X
n)
Y = boX
1b1X
2 b2X
3 b3…..X
n bnDimana:
Y = Produksi wortel (kg)
X
1= Luas Lahan (Ha)
X
2= Benih (kg)
X
3= Garam (kg)
X
5= Pupuk NPK (kg)
X
6= Pupuk Ikan (kg)
X
7= Tenaga kerja (HKP)
= Kesalahan pengganggu
Kemudian diuji dengan menggunakan:
Dimana:
r
2= Koefisien determinasi
n
= Jumlah responden
k
= Derajat pembilang bebas
n-k-1 = Derajat bebas penyebut
Kriteria uji:
-
F-hitung < F-tabel : Hipotesis H
0diterima (H
1ditolak)
-
F-hitung > F-tabel : Hipotesis H
1diterima (H
0ditolak)
(Soekartawi, 1994).
Untuk identifikasi masalah 3 (Hipotesis 2), dengan menggunakan rumus:
Pendapatan usahatani
-
Penerimaan Usahatani
TR = Y . Py
Dimana :
TR
= Total penerimaan (total revenue)
Y
= Produksi yang diperoleh (Kg)
Py
= Harga jual (Rp)
-
Biaya Produksi Usahatani
TC = FC + VC
Dimana:
TC
= Total biaya (Rp)
FV
= Biaya tetap (Rp)
VC
= Biaya variabel (Rp)
Maka Pendapatan usahatani dapat dihitung dengan rumus:
Pd = TR – TC
Dimana:
Pd
= Pendapatan usahatani (Rp)
TR
= Total penerimaan (total revenue)
TC
= Total biaya (total cost)
(Soekartawi, 2002).
Kriteria uji: Pendapatan usahatani dikatakan tinggi apabila pendapatan usaha tani
per hari lebih tinggi dari upah harian rata-rata yang ada di daerah
penelitian.
Untuk menjawab identifikasi masalah 4 (Hipotesis 3), dianalisis dengan
memperhitungkan R/C Ratio dan BEP.
R/C (Return Cost Ratio), atau dikenal sebagai perbandingan atau nisbah
antara penerimaan dan biaya. Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut:
a = R/C
R = Py . Y
C = FC + VC
a = {(Py.Y)/(FC+VC)}
Dimana:
R
= Penerimaan
C
= Biaya
Py
= Harga output
Y
= Output
FC
= Biaya tetap
VC
= Biaya tidak tetap
Kriteria:
-
Jika R/C > 1, maka usaha layak untuk dilaksanakan
-
Jika R/C = 1, maka usaha layak impas
-
Jika R/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan
(Soekartawi, 1994).
Break Even Point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total revenue
sama dengan total cost.
o
BEP Volume Produksi
:
Total Biaya Produksi
Harga di Tingkat Petani
o
BEP Harga Produksi
:
:
Kriteria uji: Titik impas yang terlampaui apabila nilai masing-masing variabel
lebih tinggi dari hasil perhitungan BEP (Break Even Point) (Sunarjono, 2000).
Untuk menjawab identifikasi masalah 5 (Hipotesis 4), melihat efisiensi
produksi tercapai jika nilai produk marginal (NPM) untuk suatu sarana (input)
sama dengan harga sarana (input) (Px) tersebut, dengan menggunakan rumus:
PM . Py = Px
Karena efisiensi teknis maksimum ( yaitu PR maksimum) di capai pada saat :
PM = PR
PR = Y/X
maka
Dimana:
PR
= Produksi rata – rata (kg)
Px
= Harga produk x (Rp)
Py
= Harga produk y (Rp)
X
= Sarana produksi
Y
= Output (wortel) (kg)
Kriteria uji:
-
Jika
NPM /
xP
x> 1, artinya bahwa penggunaan faktor (sarana) produksi X
belum efisien.
-
Jika
NPM /
xP
x< 1, artinya bahwa penggunaan faktor (sarana) produksi X
tidak efisien.
(Soekartawi, 1991).
1
=
=
x x x
x
P
NPM
atau
P
NPM
Px PR Py
Px
NPM .
Defenisi Dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman, maka berikut ini penulis membuat
defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:
Defenisi
1.
Usahatani wortel adalah suatu usaha yang dilakukan di atas sebidang lahan
usahatani dengan menanam tanaman wortel.
2.
Sarana produksi adalah semua korbanan yang digunakan dalam usahatani
wortel sehingga menghasilkan suatu keluaran (output).
3.
Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani yang
merupakan biaya tetap dan variabel dalam satu musim tanam.
4.
Produksi adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan usahatani wortel yaitu
wortel yang siap dijual.
5.
Harga jual adalah besarnya nilai penjualan buah wortel yang diterima oleh
petani.
6.
Penerimaan usahatani wortel adalah jumlah produksi wortel dikalikan dengan
harga jual yang diterima oleh petani.
7.
Pendapatan bersih usahatani wortel adalah penerimaan yang diperoleh dari
usahatani wortel dikurangi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk usahatani
8.
Pendapatan usahatani per hari adalah pendapatan bersih petani dalam 1 musim
tanam di bagi 75 hari masa kerja aktif.
9.
Kriteria investasi adalah alat uji yang menjadi dasar untuk menentukan
penerimaan atau penolakan suatu kegiatan usaha.
10.
Kelayakan usaha adalah ukuran suatu usaha dapat menghasilkan keuntungan
yang proposional dengan membandingkan jumlah penerimaan dengan seluruh
biaya produksi dalam pengolahan.
11.
Efisiensi adalah rasio untuk mengukur keluaran atau produksi suatu sistem
untuk setiap sarana masukan.
12.
Uji sensitivitas yaitu uji pendekatan yang dilakukan untuk melihat tingkat
perubahan respon sebagai dampak perubahan variabel.
Batasan Operasional
1.
Penelitian dilakukan Desa Sukadame Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.
2.
Petani sampel adalah petani yang menanam wortel.
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISIK PETANI
RESPONDEN
Deskripsi Daerah Penelitian
Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah
Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah terletak 7 Km dari Kabanjahe
Ibukota Kabupaten Karo dan 80 Km dari Medan Ibukota Propinsi Sumatera Utara.
Desa Sukadame terletak 1.100-1.300 m dpl, dengan suhu udara rata-rata berkisar
16-27
0C, dengan kelembapan 85%. Jenis tanah pada umumnya adalah Tanah
Andosol. Desa Sukadame mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
-
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sinaman, Kecamatan Barus Jahe
-
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Suka, Kecamatan Tigapanah
-
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tigapanah, Kecamatan Tigapanah
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Regaji, Kecamatan Merek
Luas Desa Sukadame secara langsung keseluruhan adalah + 450 Ha,
sebahagian besar diantaranya diusahakan untuk usahatani lahan kering. Tanaman
wortel di Desa Sukadame dijadikan sebagai tanaman sampingan yang ditanam
oleh petani, tanaman ini ditanam supaya dapat memperbaiki struktur tanah dengan
tidak hanya menanam tanaman yang utama. Tanaman yang baynyak
dibudidayakan adalah tanaman wortel, jeruk, kubis, buncis, padi ladang.
Tabel 5. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Sukadame Tahun 2006
No. Jenis Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pertanian Lahan Kering Hutan Jalan Bangunan/Pemukiman Sawah Ladang Lain-lain 400 4 3 12 20 11 88,9 0,9 0,7 2,7 4,4 2,4
Jumlah 450 100
Sumber: Kantor Kepala Desa Sukadame, Tahun 2006
Tabel 5. menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang paling luas adalah
untuk perladangan lahan kering, yaitu 400 Ha (88,9%) dari luas Desa Sukadame
secara keseluruhan.
Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Desa Sukadame sampai akhir Tahun 2006 tercatat
sebanyak 2.676 jiwa atau 639 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari yang terdiri
adri 1.300 jiwa laki-laki dan 1.343 jiwa perempuan. Keadaan penduduk
berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 6. berikut:
Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Sukadame
Tahun 2006
No. Kelompok Umur Jumlah Penduduk
(Jiwa) Persentase (%)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 0-15 16-31 32-47 48-53 54-69 > 70 315 434 535 615 610 167 11,8 16,2 20 23 22,8 6,2
Jumlah 2.676 100
Sumber: Kantor Kepala Desa Sukadame, Tahun 2006
Tabel 6. menunjukkan bahwa penduduk Desa Sukadame dengan
sebanyak 2.194 jiwa (82%), disusul dengan kelompok umur 0-15 tahun yaitu
sebesar 315 jiwa (11,8%), sedangkan kelompok umur > 70 tahun memiliki jumlah
[image:42.595.117.509.173.328.2]penduduk terkecil yakni 167 jiwa (6,2%).
Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Desa
Sukadame Tahun 2006
No. Tingkat Pendidikan
Formal
Jumlah Penduduk
(Jiwa) Persentase (%)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Belum Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Akademi
Tamat Perguruan Tinggi
314 304 725 724 465 95 49 11,7 11,4 27,1 27,1 17,4 3,6 1,8
Jumlah 2.676 100
Sumber: Kantor Kepala Desa Sukadame, Tahun 2006
Tabel 7. menunjukkan bahwa sebahagian besar penduduk sudah
menamatkan pendidikan SMP dan SMA. Terdapat sebanyak 304 jiwa yang tidak
tamat SD, sementara tamat SD 725 jiwa, tamat SMP 724 jiwa, tamat SMA 465
jiwa, tamat akademi 95 jiwa dan perguruan tinggi 49 jiwa.
Desa Sukadame juga terdiri dari beberapa keyakinan, komposisi penduduk
[image:42.595.113.510.527.648.2]berdasarkan agama dan kepercayaan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:
Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan di Desa
Sukadame Tahun 2006
No. Agama yang dianut Jumlah Penduduk
(Jiwa) Persentase (%)
1. 2. 3. 4. 5. Protestan Katolik Islam Hindu/Budha Kepercayaan Lain 1.620 614 421 12 9 60,5 22,9 15,7 0,4 0,3
Jumlah 2.676 100
Sumber: Kantor Kepala Desa Sukadame, Tahun 2006
Tabel 8. menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Desa Sukadame
memeluk Agama Kristen Protestan yakni sebanyak 1.620 jiwa (60,5%).
Sebagai daerah penelitian pada umunya sumber mata pencaharian
penduduk di Desa Sukadame adalah sektor pertanian. Komposisi penduduk Desa
Sukadame menurut sumber mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 9. berikut
[image:43.595.115.510.206.336.2]ini:
Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Sumber Mata Pencaharian di Desa
Sukadame Tahun 2006
No. Mata Pencaharian Jumlah Kepala
Keluarga (KK) Persentase (%)
1. 2. 3. 4. 5.
PNS Petani Pedagang Pensiunan Buruh Tani
53 494
35 22 35
8,3 77,3
5,5 3,4 5,5
Jumlah 639 100
Sumber: Kantor Kepala Desa Sukadame, Tahun 2006
Tabel 9. menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Desa Sukadame
mempunyai mata pencaharian dari sektor pertanian sebanyak 494 Kepala
Keluarga (KK) yaitu 77,3%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian
didominasi oleh sektor pertaian.
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di Desa Sukadame saat ini dinilai telah cukup
memadai. Hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis sarana yang telah tersedia baik
sarana angkutan, sarana pendidikan dan sarana sosial. Daerah ini dapat dicapai
dengan angkutan empat.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa petani tidak mengalami
kesulitan dalam memperoleh sarana produksi dan penjualan hasil karena sarana
transportasi sudah cukup tersedia. Keadaan sarana dan prasarana di Desa
[image:43.595.122.439.430.496.2]Tabel 10. Sarana dan Prasarana di Desa Sukadame Tahun 2006
No. Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Mesjid Gereja Sekolah Dasar SMP Polindes Loss
Kantor Kepala Desa
1 4 2 1 1 3 1
Jumlah 13
Sumber: Kantor Kepala Desa Sukadame, Tahun 2006
Karakteristik Petani Responden
Adapun karakteristik petani reponden dalam penelitian ini meliputi umur,
tingkat pendidikan, lama bertani, dan jumlah tanggungan. Karakter petani
[image:44.595.118.494.135.311.2]responden dapat dilihat pada Tabel 11. di bawah ini.
Tabel 11. Karakteristik Petani Responden
No Uraian Satuan Range Rataan
1 Luas Lahan Ha 0.2-0.8 0.38
2 Umur Tahun 22-58 40.00
3 Tingkat Pendidikan Tahun 6-17 10.00
4 Lama Bertani Tahun 3-30 13.37
5 Jumlah Tanggungan Jiwa 1-4 3.00
Sumber: Data diolah dari Lampiran 1
Dari Tabel 11. diketahui bahwa rata-rata luas lahan petani wortel adalah
0,38 Ha dengan range 0,2–0,8 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden
termasuk petani yang memiliki lahan yang tidak terlalu luas untuk bertanam
wortel.
Rata-rata umur petani adalah 40,00 tahun dengan range 22-58 tahun. Hal
ini menunjukkan bahwa petani responden masih tergolong pada usia produktif
Tingkat pendidikan yang dijalani oleh petani responden memiliki rata-rata
10,00 tahun dengan range 6–17 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
pendidikan petani responden adalah setingkat SMP.
Rata-rata lama bertani petani respondenl adalah 13,37 dengan range
3-30 tahun yang menunjukkan pengalaman bertani bagi petani termasuk cukup
tinggi yang kemungkinan besar dapat mempengaruhi petani dalam
membudidayakan tanaman wortel.
Jumlah tanggungan keluarga petani rata-rata 3,00 jiwa dengan range 1–4
jiwa. Jumlah ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan masih produktif dan
dapat dimanfaatkan untuk membantu dalam proses usahatani wortel terutama
HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknis Budidaya Usahatani Wortel
1. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang
sesuai bagi pertumbuhan dan pembentukan hasil. Lahan yang telah memadat dan
keras harus diolah kembali, agar menjadi agregat-agregat tanh yang lebih halus
sehingga berstruktur remah (gembur). Lahan juga harus dibersihkan dari semak
belukar, rumput, gulma, dan sisa tanaman lain. Sehingga akan tercipta kondisi
lahan yang dapat menjamin pertumbuhan dan pembentukan umbi wortel.
Pengolahan lahan di daerah penelitian dilakukan dengan mencangkul
tanah sedalam 20-40cm, dilanjutkan dengan mencangkul tanah tipis-tipis sampai
diperoleh tanah yang remah (gembur), dan yang terakhir membentuk parit-parit
atau bedengan yang bertujuan untuk melindungi akar tanaman dan umbi wortel
dari genangan air, terutama pada musim hujan. Tenaga kerja yang digunakan
+ 20 HKO untuk mengolah 1 hektar lahan. Kemudian tanah dibiarkan agar
terangin dan terkena cahaya.
2. Penanaman
Petani di Desa Sukamaju terlebih dulu melakukan pemupukan secara
merata sebelum melakukan penanaman. Pupuk yang digunakan yaitu garam, ikan
dan NPK. Dengan masing-masing rataan penggunaan sebanyak 83,68 kg/Ha,
99,52 kg/Ha, dan 169,04 kg/Ha. Pemberian pupuk dilakukan dengan
mencampurkan tanah dan pupuk dengan menggunakan cangkul. Penggunaan ikan
lebih cerah pada buah wortel yang akan diproduksi dan NPK untuk pertumbuhan
umbi wortel.
Setelah itu benih yang sudah disiapkan ditabur di atas larikan yang sudah
dibuat terlebih dahulu dengan menggunakan cuan, kemudian benih tersebut
ditutup kembali dengan tanah dengan menggunakan roka. Tenaga kerja yang
digunakan untuk menaman di daerah penelitian yaitu sebanyak + 12 HKO per
hektar.
3. Pemeliharaan
Pemeliharaan dalam usahatani wortel mencakup kegiatan penyiangan,
penjarangan dan pemupukan.
Penyiangan
Di daerah penelitian Desa Sukamaju petani melakukan penyiangan
tanaman wortel untuk menghilangkan rumput-rumput atau gulma yang berada di
sekitar tanaman wortel karena hal tersebut dapat merugikan dan dapat
menurunkan produksi wortel. Penyiangan yang dilakukan oleh petani biasanya
setelah 1 bulan tabur benih. Penyiangan harus dilakukan dengan hati-hati yaitu
dengan menggunakan tangan mencabut rumpu dan gulma yang ada tanpa harus
merusak tanaman wortel yang mulai tumbuh. Rata-rata penggunaan tenaga kerja
untuk penyiangan di daerah penelitian yaitu sebanyak + 16 HKO per hektar.
Penjarangan
Penjarangan dilakukan untuk mengurangi populasi tanaman yang tumbuh
berdesakan. Penjarangan tanaman akan memberi jarak dalam barisan tanaman,
sehingga sinar matahari dapat diterima baik oleh setiap tanmana dan tanaman
tanaman wortel mencapai 1,5 bulan dengan cara mencabut tanaman yang
memiliki pertumbuhan yang kurang baik. Untuk kegiatan penjarangan ini,
rata-rata penggunaan tenaga kerja yaitu sebanyak + 18 HKO per hektar.
Pemupukan
Pemupukan yang dimaksud adalah pemupukan kedua setelah adanya
pemupukan pada awal sebelum penanaman bibit. Pemupukan ini dilakukan
setelah proses penjarangan wortel selesai dan pupuk yang digunakan yaitu pupuk
amopos dengan rata-rata penggunaan berdasarkan daerah penelitian yaitu
sebanyak + 101,92 kg per hektar. Pemberian pupuk ini diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan buah wortel dan pemberiannya dilakukan dengan cara
ditabur. Untuk kegiatan pemupukan ini, rata-rata penggunaan tenaga kerja yaitu
sebanyak + 11 HKO per hektar.
4. Panen
Tanaman wortel yang telah berumur 3 (tiga) bulan sudah dapat dipanen.
Dalam hal ini di Desa Sukadame kegiatan pemanenan tidak dilakukan oleh petani
tetapi oleh pedagang pengumpul di sekitar daerah tersebut. Pemanenan dilakukan
dengan cara dilelang dengan kriteria pelelangnya adalah pedagang yang dapat
memberi tawaran tertinggi terhadap produksi wortel yang dihasilkan dengan luas
lahan yang dimiliki petani di daerah penelitian. Dan pedagang tersebut yang
berhak memanen wortel milik petani dengan membayar sesuai dengan ketentuan
harga yang berlaku dikali jumlah produksi yang ditaksir per luas lahannya.
Rata-rata jumlah produksi wortel di daerah penelitian yaitu sebesar 14.236 kg per
Ketersediaan Sarana Produksi Di Daerah Penelitian
1.
Luas Lahan
Tanaman wortel dapat tumbuh baik pada lahan yang berstruktur remah,
dalam dan subur. Wortel dapat tumbuh baik pada daerah ketinggian diatas 400m
dpl, sedangkan Desa Sukadame terletak 1.100-1.300 m dpl, sehingga daerah ini
sanagt cocok ditanami wortel. Lahan yang dimiliki petani merupaka lahan milik
sendiri dan lahan sewa.
Luas lahan pertanian di Desa Sukadame adalah sebesar 400 Ha dan luas
lahan rata-rata yang digunakan untuk usahatani wortel oleh keluarga tani
masing-masing sebesar 0,38 Ha. Jika dibandingkan dengan jumlah keluarga di daerah
tersebut sebanyak 639 KK, dapat diketahui rasio kepemilikan lahan untuk masing
masing keluarga tani yaitu sebesar 0,63 Ha/KK. Dengan demikian, ada sekitar
0,25 hektar lahan cadangan yang dimiliki petani yang dapat digunakan untuk
mengembangkan usahatani wortel atau usahatani lainnya.
2.
Benih
Petani wortel di Desa Sukadame memperoleh benih wortel dari pedagang
yang berada di Desa Sukadame. Jenis benih yang digunakan yaitu benih lokal atau
juga benih yang telah dibuat oleh petani yang kemudian dijual. Harga benih
wortel sebesar Rp 80.000/Kg dengan kebutuhan benih rata-rata sebanyak
5,5 Kg/Ha.
Petani pada umumnya menggunakan benih dalam kemasan daripada benih
buatan, hal ini karena benih kemasan yang dijual oleh pedagang memiliki kualitas
yang lebih baik dan terjamin. Di daerah penelitian terdapat 3 kios pedagang
benih dari ketiga kios pedagang tersebut. Untuk itu, ketersediaan benih wortel di
Desa Sukadame cukup tersedia.
3.
Garam dan Pupuk
Garam yang digunakan petani adalah jenis garam dapur yang berfungsi
untuk mencerahkan warna kulit wortel. Di daerah penelitian penggunaan garam
tidak dilakukan oleh semua petani, hal ini dikarenakan beberapa petani yakin
bahwa hasil wortelnya sudah memiliki warna yang cukup baik. Dan rata-rata
penggunaan garam yang digunakan oleh petani setempat sebanyak 83,68 Kg/Ha.
Untuk pupuk umumnya ditentukan petani sesuai dengan luas lahan yang akan
digunakan dan berdasarkan kebutuhan kesuburan tanah tersebut. Pupuk yang
digunakan petani umumnya adalah pupuk Amopos, NPK, dan Ikan. Dengan
rata-rata penggunaan sebanyak 101,92 Kg/Ha Amopos; 169,04 Kg/Ha NPK; dan 99,52
Kg/Ha Ikan. Dengan harga masing–masing yaitu, garam Rp 1.200, pupuk amopos
Rp 8.000, NPK Rp 8.000 dan Rp 3.000, dan ikan Rp 3.000.
Petani di Desa Sukadame membeli pupuk dari 3 kios pedagang saprodi
yang berada di desa tersebut. Berdasarkan pendapat dari petani, pupuk di desa ini
sebenarnya memiliki harga yang cukup tinggi, namun petani tetap membeli
kepada pedagang karena kualitas yang lebih terjamin dibandingkan dengan yang
dijual oleh CU (Credit Union) dan jarak yang cukup jauh untuk mendapatkan
harga yang lebih murah yaitu di Kecamatan Kabanjahe. Dan dapat dikatakan
4.
Tenaga Kerja
Dalam usahatani wortel di daerah penelitian tenaga kerja dibutuhkan untuk
mengerjakan berbagai macam kegiatan yang meliputi kegiatan persiapan lahan,
penanaman, penjarangan, pemupukan, dan penyiangan.
Curahan tenaga kerja merupakan faktor pendukung berlangsungnya proses
usahatani. Curahan tenaga kerja berasal dari dalam keluarga (TKDK) dan dari luar
keluarga (TKLK). Penggunaan tenaga kerja yang dipakai dalam usahatani
berdasarkan pada hari kerja orang yang bekerja pada lahan usahatani per hari.
Jumlah penduduk usia produktif di desa Sukadame berjumlah 1.584jiwa
[image:51.595.112.509.360.546.2](59,2%). Kebutuhan tenaga kerja untuk usahatani wortel adalah sebagai berikut:
Tabel 12. Rataan Penggunaan Tenaga Kerja Per Hektar Dalam 1 Musim
Tanam Di Daerah Peneelitian
No Jenis Tahapan Kerja
Penggunaan tenaga Kerja (HKO)
Total HKO Per Tahapan
Kerja
TKDK TKLK
1 Pengolahan Lahan 5.23 14.75 19.98
2 Penanaman 5.23 6.75 11.98
3 Penjarangan 5.23 13.56 18.79
4 Pemupukan 5.23 5.62 10.85
5 Penyiangan 5.23 10.70 15.93
Total Tenaga Kerja 26.15 51.37 77.52
Sumber: Data diolah dari Lampiran 9
Berdasarkan Tabel di atas diketahui bahwa rataan kebutuhan tenaga kerja
untuk 1 hektar lahan dalam 1 musim tanam (3 bulan) adalah TKDK sebanyak
26 HKO dan TKLK sebanyak 51 HKO, sehingga total tenaga kerja yang
digunakan yaitu sebesar 77 HKO.
Luas lahan di Desa Sukadame adalah sebesar 400 Ha dan jumlah
penduduk dalam usia produktif sebanyak 1584 jiwa, sehingga diperoleh potensi
usahatani per harinya. Maka untuk 1 hektar lahan usahatani wortel dalam 1 musim
tanam (3 bulan) digunakan tenaga kerja sebanyak 360 HK