• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Usahatani Wortel (Studi Kasus: Desa Sukadame Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo, Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kelayakan Usahatani Wortel (Studi Kasus: Desa Sukadame Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo, Sumatera Utara)"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI WORTEL

(

Studi Kasus: Desa Sukadame Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo, Sumatera Utara)

SKRIPSI

OLEH:

DINA A. S. L. TOBING

040304025

SEP-AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI WORTEL

(

Studi Kasus: Desa Sukadame Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo, Sumatera Utara)

SKRIPSI

OLEH:

DINA A. S. L. TOBING

040304025

SEP-AGRIBISNIS

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapat

Gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

DISETUJUI OLEH,

KOMISI PEMBIMBING

Ketua,

Anggota,

(Ir. Thomson Sebayang, MT)

(M. Mozart B. Darus, M.Sc

)

NIP : 130

NIP : 130

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

RINGKASAN

DINA AYU SEPTIAN LUMBAN TOBING (040304025), dengan judul

penelitian ”ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI WORTEL”, Studi Kasus:

Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo. Penelitian ini

dibimbing oleh Bapak Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT dan Bapak M. Mozart

B. Darus, M.Sc.

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1.

Untuk mengetahui ketersediaan sarana produksi (benih, pupuk, tenaga kerja)

untuk usahatani wortel di daerah penelitian.

2.

Untuk mengetahui pengaruh sarana produksi pada usahatani wortel di daerah

penelitian.

3.

Untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani wortel di daerah penelitian.

4.

Untuk mengetahui tingkat kelayakan usahatani wortel di daerah penelitian.

5.

Untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan sarana produksi pada

usahatani wortel di daerah penelitian.

Daerah Penelitian ditetapkan secara purposive (sengaja) dengan

pertimbangan bahwa Kecamatan Tigapanah merupakan salah satu daerah sentra

pengembangan usahatani wortel dan Desa Sukadame dengan jumlah petani yang

cukup banyak mengusahakan usahatani wortel. Teknik pengambilan sampel

dengan metode stratified random sampling. Metode analisis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah deskriptif, perhitungan biaya, penerimaan dan

pendapatan bersih, rumus kriteria investasi (BEP dan R/C Ratio), serta efisiensi

teknis.

Dari hasil penelitian diperoleh:

1.

Sarana produksi (lahan, benih, garam, pupuk, dan tenaga kerja) pada usahatani

wortel di daerah penelitian cukup tersedia.

2.

Penggunaan sarana produksi:

-

Secara parsial (t-hitung); luas lahan, benih, garam, NPK, dan tenaga kerja

berpengaruh nyata terhadap total produksi wortel. Sedangkan amopos dan

ikan tidak berpengaruh nyata terhadap total produksi wortel.

-

Secara serentak (F-hitung), semua sarana produksi berpengaruh nyata

terhadap total produksi.

-

R

2

sebesar 0,986 berarti produksi wortel dipengaruhi oleh sarana produksi

sebesar 98,6 %, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain.

3.

Pendapatan usahatani wortel per luas lahan petani atau per hektar jika dibagi

dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan (HKO) di daerah penelitian lebih

tinggi dibanding dengan upah buruh harian lepas.

4.

Usahatani wortel layak dikembangkan, karena :

-

Produksi wortel di daerah penelitian adalah sebesar 5.507 kg/petani dan

14.236 kg/Ha, telah melampaui masing-masing titik impas (BEP) volume

produksi yaitu sebesar 2.365 kg/petani dan 6.263 kg/Ha.

-

Harga wortel di daerah penelitian adalah sebesar Rp. 1000/kg, telah

melampaui titik impas (BEP) harga produksi sebesar Rp 445/kg.

-

Nilai R/C pada usahatani wortel didaerah penelitian sebesar 2,28. Dimana

R/C

1.

(4)

RIWAYAT HIDUP

DINA AYU SEPTIAN LUMBAN TOBING, lahir di Medan pada tanggal

10 September 1986. Anak keempat dari empat bersaudara dari keluarga

Bapak B. L. Tobing dan Ibu R. Tampubolon.

Pendidikan yang telah ditempuh Penulis adalah:

1.

Tahun 1991 masuk Sekolah Taman Kanak-kanak di TK Swasta METHODIST

7 , Medan dan tamat tahun 1992.

2.

Tahun 1992 masuk Sekolah Dasar di SD Swasta METHODIST 7, Medan dan

tamat tahun 1998.

3.

Tahun 1998 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 12,

Medan dan tamat tahun 2001.

4.

Tahun 2001 masuk Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 8, Medan dan

tamat tahun 2004.

5.

Tahun 2004 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

6.

Bulan Juni–Juli mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Bahapal,

Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun.

7.

Bulan November 2008 melakukan penelitian skripsi di Desa Sukadame

Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.

8.

Anggota Ikatan Mahasiswa Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Tahun

2004-2009.

9.

Pengurus UKM KMK USU UP FP Komisi Kebaktian Periode Tahun

(5)

10.

Panitia Seminar Nasional ”Dampak Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat

dan kasih–Nya yang memberikan kesempatan dan kekuatan kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Adapun judul penelitian ini adalah ”ANALISIS KELAYAKAN

USAHATANI WORTEL”, (Studi Kasus: Desa Sukadame, Kecamatan

Tigapanah, Kabupaten Karo) sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan

gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Bapak Ir. Thomson Sebayang, M.T, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang

telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2.

Bapak M. Mozart B. Darus, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3.

Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP, selaku Ketua Departemen Sosial Ekonomi

Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

4.

Ibu Dr. Ir. Diana Chalil, yang juga telah banyak membantu penulis dengan

memberikan saran dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini

5.

Staff Pengajar dan Pegawai Tata Usaha di Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan yang turut berperan dalam studi Penulis.

6.

Bapak Karona Sejati Sitepu, selaku Kepala Desa Sukadame yang telah

memberikan informasi dan keterangan.

7.

Seluruh Petani wortel yang telah bersedia menjadi responden dalam

penyusunan skripsi Penulis dan semua instansi yang terkait yang turut

(7)

Teristimewa kepada Keluarga Penulis buat kedua orangtua yaitu Bapak

dan Mama yang saya hormati dan sayangi serta Abang-Kakak yang saya kasihi

(Ferdinand L. Tobing, SH; dr. Lucas L.Tobing; Dibangarna Pandjaitan, Amd; dan

Pinkan L. Tobing, Am.Keb) serta Keluarga Besar Tobing dan Tampubolon yang

telah memberikan kasih sayang, dukungan semangat, materi dan doa yang diberi

pada Penulis sampai saat ini.

Penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada

sahabat-sahabat saya (Erina Christiani, Sarah M. De Fretes, Hanna M. Aritonang, Erfanus

W. Siboro dan Wilson Chandra) terimakasih untuk persahabatan selama ini, untuk

dukungan, bantuan dan doanya; untuk KTB ”Desh Tefilla” (PKK B’Yandi dan

Kak Merry) untuk dukungan doanya; untuk Kak Rianti Barus atas waktu, saran,

dan dukungannya yang telah diberikan selama ini, teman–teman Departemen SEP

04 lainnya (khusus untuk teman sekerja Hanum, Fauziah, Marini, Yudi,

Mustaqim, Arifandi, Julia dan Erina), adik–adik stambuk dan Koordinasi UKM

KMK USU UP FP periode 07/08 dan periode 08/09 terimakasih banyak untuk

dukungan doanya.

Penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam

penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, Penulis sangat mengharapkan saran dan

kritik yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan skripsi ini ke depannya.

Akhir kata Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2008

(8)

DAFTAR ISI

Hal

RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP

KATA PENGANTAR ...

i

DAFTAR ISI ...

iii

DAFTAR TABEL ...

v

DAFTAR GAMBAR ...

vi

DAFTAR LAMPIRAN ...

vii

PENDAHULUAN

Latar Belakang ...

1

Identifikasi Masalah ...

6

Tujuan Penelitian ...

6

Kegunaan Penelitian...

7

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA

PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka ...

8

Landasan Teori ...

13

Kerangka Pemikiran ...

17

Hipotesis Penelitian ...

19

METODE PENELITAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian ...

20

Metode Pengambilan Sampel ...

20

Metode Pengumpulan Data ...

21

Metode Analisis Data ...

21

Definisi dan Batasan Operasional ...

25

Definisi ...

25

Batasan Operasional ...

26

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

PETANI RESPONDEN

Deskripsi Daerah Penelitian ...

27

Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah ...

27

Keadaan Penduduk ...

28

(9)

Karakteristik Petani Responden ...

31

HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknis Budidaya Usahatani Wortel ...

33

Ketersediaan Sarana Produksi ...

36

Pengaruh Sarana Produksi Usahatani Wortel Terhadap Total Produksi

Usahatani Wortel ...

39

Analisis Usahatani Wortel Di Daerah Penelitian ...

46

Kelayakan Usahatani Wortel ...

47

Tingkat Efisiensi Penggunaan Sarana Pada Usahatani Wortel ...

48

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ...

52

Saran ...

53

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No

Judul

Hal

1.

Perkembangan Produksi Sayur-Sayuran (Ton) di Propinsi Sumatera

Utara Tahun 2002-2006

2

2.

Luas Lahan, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Wortel Per

Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006

4

3.

Luas Lahan dan Produksi Wortel Per Kecamatan di Kabupaten Karo

Tahun 2007

5

4.

Banyaknya Petani Wortel di Desa Sukadame

20

5.

Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Sukadame Tahun 2006

28

6.

Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Sukadame

Tahun 2006

28

7.

Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Desa

Sukadame Tahun 2006

29

8.

Distribusi Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan di Desa

Sukadame Tahun 2006

29

9.

Distribusi Penduduk Menurut Sumber Mata Pencaharian di Desa

Sukadame Tahun 2006

30

10. Sarana dan Prasarana di Desa Sukadame Tahun 2006

31

11. Karakteristik Petani Responden

31

12. Rataan Penggunaan Tenaga Kerja Per Hektar Dalam 1 Musim Tanam

Di Daerah Penelitian

38

13. Pengaruh Sarana Produksi Usahatani Wortel Terhadap Total Produksi

Usahatani Wortel

39

14. Analisis Usahatani Wortel Per Petani dan Per Hektar Di Daerah

Penelitian Selama 1 Musim Tanam

45

15. Pendapatan Usahatani Wortel di Daerah Penelitian

46

16. Tingkat Efisiensi Sarana Produksi Pada Usahatani Wortel

48

17. Uji Sensivitas Sarana Produksi Pada Usahatani Wortel Di Daerah

Penelitian

(11)

DAFTAR GAMBAR

No

Judul

Hal

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No

Judul

1. Karakteristik Petani Sampel Usahatani Wortel

2. Biaya Penggunaan Benih Per Petani di Daerah Penelitian Selama 1 Musim

Tanam

3. Biaya Penggunaan Benih Per Hektar di Daerah Penelitian Selama 1 Musim

Tanam

4. Biaya Penggunaan Pupuk Per Petani Sampel di Daerah Penelitian Selama 1

Musim Tanam

5. Biaya Penggunaan Pupuk Per Hektar Sampel di Daerah Penelitian Selama 1

Musim Tanam

6. Biaya Sarana Produksi Usahatani Wortel Per Petani di Daerah Penelitian

Selama 1 Musim Tanam

7. Biaya Sarana Produksi Usahatani Per Hektar di Daerah Penelitian Selama 1

Musim Tanam

8. Curahan dan Biaya Tenaga Kerja Usahatani Wortel Per Petani di Daerah

Penelitian Selama 1 Musim Tanam

9. Curahan dan Biaya Tenaga Kerja Usahatani Wortel dan Per Hektar di

Daerah Penelitian Selama 1 Musim Tanam

10. Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Wortel Per Petani dan Per Hektar di

Daerah Penelitian Selama 1 Musim Tanam

11. Total Biaya Usahatani Wortel Per Petani di Daerah Penelitian Selama 1

Musim Tanam

12. Total Biaya Usahatani Wortel Per Hektar di Daerah Penelitian Selama 1

Musim Tanam

13. Produksi dan Penerimaan Usahatani Wortel Per Petani dan Per Hektar di

Daerah Penelitian dalam 1 Musim Tanam

14. Pendapatan Bersih Usahatani Wortel Per Petani dan Per Hektar di Daerah

Penelitian dalam 1 Musim Tanam

15. Kelayakan Usahatani Wortel (BEP) Per Petani Di Daerah Penelitian

16. Kelayakan Usahatani Wortel (BEP) Per Ha Di Daerah Penelitian

17. Kelayakan Usahatani Wortel (R/C) Per Petani di Daerah Penelitian

18. Kelayakan Usahatani Wortel (R/C) Per Ha Di Daerah Penelitian

19. Efisiensi Penggunaan Garam Pada Usahatani Wortel Selama 1 Musim

Tanam Di Daerah Penelitian

20. Efisiensi Penggunaan Amopos Pada Usahatani Wortel Selama 1 Musim

Tanam Di Daerah Penelitian

21. Efisiensi Penggunaan NPK Pada Usahatani Wortel Selama 1 Musim Tanam

Di Daerah Penelitian

(13)

23. Efisiensi Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Wortel Selama 1

Musim Tanam Di Daerah Penelitian

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih

diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam

mengatasi krisis yang sedang terjadi. Keadaan inilah yang memperlihatkan sektor

pertanian sebagai salah satu sektor yang handal dan mempunyai potensi besar

untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional (Husodo, dkk, 2004).

Indonesia memiliki sumberdaya hortikultura tropika yang berlimpah

berupa keanekaragaman genetik yang luas. Demikian pula, keanekaragaman

genetik sumber daya lahan, iklim, dan cuaca yang dapat dijadikan suatu kekuatan

untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat dalam agribisnis di masa depan.

Produk-produk agribisnis hortikultura tropik nusantara yang terdiri dari

buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat merupaka salah satu andalan

Indonesia baik di pasar domestik, regional maupun internasional

(Rasahan, dkk, 1999).

Untuk itu tidak berlebihan bila pemerintah menumpahkan harapan pada

tanaman hortikultura sebagai salah satu sumber pertumbuhan baru pada sektor

pertanian. Hal ini dapat dilihat dari kedudukannya sebagai sumber nutrisi dan

disamping itu nilai tukarnya juga relatif tinggi. Kemampuan komoditi hortikultura

dalam memberikan peluang kesempatan kerja dan peluang peningkatan

pendapatan secara nyata dapat dilihat, paling tidak dari adanya perubahan pola

penggunaan lahan yang lebih difungsikan untuk hortikulturayang semakin sering

(15)

Sumatera Utara merupakan salah satu daerah di Indonesia yang banyak

menghasilkan produk hortikultura seperti sayur-sayuran. Berikut perkembangan

produksi sayur-sayuran di propinsi Sumatera Utara selama 5 tahun mulai tahun

2002-2006.

Tabel 1. Perkembangan Produksi Sayur-Sayuran (Ton) di Propinsi Sumatera

Utara Tahun 2002-2006

No Komoditi Tahun

2002 2003 2004 2005 2006

1 Bawang Merah 35678 37662 23664 9222 8666

2 Bawang Putih 17475 22294 9545 3200 1036

3 Bawang Daun 13479 23245 28123 24438 25509

4 Kentang 216289 237056 160732 105209 98267

5 Kol 245423 270526 200778 169422 138533

6 Petsai/Sawi 67004 88432 82113 80690 73008

7 Wortel 53678 79388 67431 75357 40949

8 Kacang Panjang 35516 40224 40559 43145 44386

9 Cabe 90447 135778 136047 106030 117591

10 Tomat 121854 128476 77555 86688 88275

11 Terung 29356 28479 28945 31007 35124

12 Buncis 33555 57691 46755 37900 27555

13 Ketimun 35222 30593 34869 45451 55703

14 Kangkung 8737 10249 9906 11507 9112

15 Bayam 10870 12291 12133 13346 8996

16 Sayuran lain 63981 87852 97577 98267 79596

Jumlah 1078564 1290236 1056732 940879 852306

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara 2006

Produksi sayuran Sumatera Utara (Sumut) pada tahun 2006 mengalami

penurunan mencapai 88.573 ton dari 940.879 ton pada tahun 2005 menjadi hanya

852.306 ton. Sedangkan untuk komoditi wortel pada tahun 2006 juga mengalami

penurunan yang cukup nyata yaitu sebesar 34.408 ton (44,3%) dari tahun 2005.

Sayuran seperti wortel merupakan salah satu sayuran yang digemari oleh

karena rasanya yang enak, renyah dan agak manis. Wortel memiliki peranan yang

penting dalam penyedia bahan pangan, khususnya penyedia sumber vitamin dan

(16)

kepentingan kesehatan menjadi alasan bagi masyarakat untuk mengkonsumsi

wortel mengakibatkan peningkatan permintaan terhadap komoditi ini sangat

besar. Kuatnya pasaran wortel juga dapat dilihat dari pertumbuhan dan

perkembangan perusahaan industri pengolahan yang mengolah umbi wortel

menjadi berbagai jenis produk baik makanan, minuman maupun kosmetik. Dan

jika dilihat dari tinjauan pasar wortel dari beberapa segi menunjukkan bahwa

pengembangan wortel di Indonesia memiliki prospek yang cerah. Pengembangan

budi daya wortel di Indonesia akan lebih baik didukung oleh keadaaan

agroklimatologi dan agroekonomi wilayah Indonesia yang sesuai untuk wortel

(Rukmana, 1995).

Sumatera Utara sebenarnya merupakan wilayah dengan tingkat kesuburan

tanah yang cukup baik untuk ditanamai komoditi hortikultura termasuk wortel.

Namun saat ini hanya ada 5 (lima) Kabupaten sebagai daerah penghasil komoditi

wortel yaitu Kabupaten Simalungun, Kabupaten Karo, Kabupaten Tapanuli Utara,

Kabupaten Dairi dan Kabupaten H. Hasundutan. Berikut luas panen, produktivitas

dan produksi wortel per Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006

(17)

Tabel 2. Luas Lahan, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Wortel Per

Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006

No Kabupaten/Kota

Luas Tanam

(Ha)

Luas Panen

(Ha)

Produktivitas (Kw/Ha)

Produksi (Ton)

1 Medan - - - -

2 Langkat - - - -

3 Deli Serdang - - - -

4 Simalungun 116 83 128.31 1065

5 Karo 1264 1204 300.17 36141

6 Asahan - - - -

7 Labuhan Batu - - - -

8 Tapanuli Utara 255 198 135.91 2691

9 Tapanuli Tengah - - - -

10 Tapanuli Selatan - - - -

11 Nias - - - -

12 Dairi 58 42 180 756

13 Tebing Tinggi - - - -

14 Tanjung Balai - - - -

15 Binjai - - - -

16 P. Siantar - - - -

17 Tobasa - - - -

18 Madina - - - -

19 P. Sidempuan - - - -

20 H. Hasundutan 24 18 164.44 296

21 Samosir - - - -

22 Serdang Bedagai - - - -

23 Pakpak Bharat - - - -

Jumlah 1717 1545 230.96 40949

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara 2006

Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa Kabupaten Karo merupakan daerah

yang banyak menghasilkan wortel dengan jumlah produksi sebesar 36,141Ton

dan produktivitas 300,17 Kw/Ha. Dan di Kabupaten Karo wortel banyak di tanam

(18)

Tabel 3. Luas Lahan dan Produksi Wortel Per Kecamatan di Kabupaten

Karo Tahun 2007

No Kecamatan Luas lahan

(Ha)

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

1 Mardinding - - - -

2 Laubaleng - - - -

3 Tigabinanga - - - -

4 Juhar - - - -

5 Munthe - - - -

6 Kutabuluh - - - -

7 Payung - - - -

8 Tiganderket - - -

9 Simpang Empat 661 647 20,732 320.43

10 Naman Teran - - - -

11 Merdeka - - - -

12 Kabanjahe 115 105 2,304 219.43

13 Berastagi 188 131 6,569 501.45

14 Tigapanah 108 107 2,575 240.65

15 Dolat Rayat - - - -

16 Merek 42 41 595 145.12

17 Barusjahe 11 10 528 528.00

Jumlah 1,125 1,041 33,303 1,955

Sumber : BPS Kabupaten Karo Dalam Angka Tahun 2008

Berdasarkan data Tabel diatas diketahui bahwa Kecamatan Tigapanah

merupakan daerah yang memiliki lahan wortel yang cukup luas. Hasil produksi

wortel untuk Kecamatan Tigapanah sebesar 2.575 Ton dan produktivitasnya

240,65 Ton/Ha. Dalam hal ini sebenarnya Kecamatan Tigapanah memiliki potensi

yang cukup besar untuk terus dikembangkan sehingga dapat menjadi suatu daerah

penghasil wortel terbesar di Kabupaten Karo. Untuk itu penelitian ini dilakukan

dengan melihat usahatani wortel yang ada di Kecamatan Tigapanah sehingga

dapat diketahui layak atau tidak untuk tetap dikembangkan.

(19)

Identifikasi Masalah

1.

Bagaimana ketersediaan sarana produksi pertanian (luas lahan, benih,

garam, pupuk, dan tenaga kerja) pada usahatani wortel di daerah

penelitian?

2.

Bagaimana pengaruh sarana produksi terhadap total produksi usahatani

wortel?

3.

Berapa besar tingkat pendapatan usahatani wortel di daerah penelitian?

4.

Bagaimana tingkat kelayakan usahatani wortel di daerah penelitian?

5.

Bagaimana tingkat efisiensi penggunaan sarana produksi pada usahatani

wortel di daerah penelitian?

Tujuan Penelitian

6.

Untuk mengetahui ketersediaan sarana produksi (luas lahan, benih, garam,

pupuk, dan tenaga kerja) untuk usahatani wortel di daerah penelitian.

7.

Untuk mengetahui pengaruh sarana produksi pada usahatani wortel di

daerah penelitian.

8.

Untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani wortel di daerah

penelitian.

9.

Untuk mengetahui tingkat kelayakan usahatani wortel di daerah penelitian.

10.

Untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan sarana produksi pada

(20)

Kegunaan Penelitian

1.

Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dalam

mengembangkan usahatani wortel.

2.

Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan atau

kebijakan dalam rangka pengembangan produk pertanian khususnya

wortel.

(21)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Wortel sudah sangat dikenal masyarakat Indonesia dan populer sebagai

sumber vitamin A karena memiliki kadar karotena (pro vitamin A). Selain itu,

wortel juga mengandung vitamin B, vitamin C, serta zat-zat lain yang bermanfaat

bagi kesehatan manusia. Sosok tanamannya berupa rumput dan menyimpan

cadangan makanannya di dalam umbi. Mempunyai batang pendek, berakar

tunggang yang bentuk dan fungsinya berubah menjadi umbi bulat dan

memanjang. Umbi berwarna kuning kemerah-merahan, berkulit tipis, dan jika

dimakan mentah terasa renyah dan agak manis

Wortel merupakan tanaman subtropis yang memerlukan suhu dingin

(22-24°C), lembab, dan cukup sinar matahari. Di Indonesia kondisi seperti itu

biasanya terdapat di daerah berketinggian antara 1.200-1.500 m dpl. Sekarang

wortel sudah dapat ditanam di daerah berketinggian 600 m dpl. Dianjurkan untuk

menanam wortel pada tanah yang subur, gembur dan kaya humus dengan pH

antara 5,5-6,5. Tanah yang kurang subur masih dapat ditanami wortel asalkan

dilakukan pemupuka n intensif. Kebanyakan tanah dataran tinggi di Indonesia

mempunyai pH rendah. Bila demikian, tanah perlu dikapur, karena tanah yang

asam menghambat perkembangan umbi ( Ali dan Rahayu, 1995).

Pengolahan Tanah yang akan ditanami wortel diolah sedalam 30-40 cm.

Tambahkan pupuk kandang sebanyak 1,5 kg/m2 agar tanah cukup subur. Bila

tanah termasuk miskin unsur hara dapat ditambahkan pupuk urea 100 kg/ha, TSP

(22)

panjangnya disesuaikan dengan lahan. Tinggi bedengan di tanah kering adalah 15

cm, sedangkan untuk tanah yang terendam, tinggi bedengan dapat lebih tinggi

lagi. Di antara bedengan perlu dibuatkan parit selebar sekitar 25 cm untuk

memudahkan penanaman dan pemeliharaan tanaman. Kebutuhan benih wortel

adalah 4-5 Kg/ha. Benih wortel yang baik dapat dibeli di toko-toko tanaman atau

membenihkan sendiri dari tanaman yang tua.. Benih wortel dapat langsung

disebarkan tanpa disemai dahulu. Sebelumnya, benih direndam dalam air sekitar

12-24 jam untuk membantu proses pertumbuhan. Kemudian, benih dicampur

dengan sedikit pasir, lalu digosok-gosokkan agar benih mudah disebar dan tidak

melekat satu sama lain. Benih ditabur di sepanjang alur dalam bedengan dengan

bantuan alat penugal, lalu benih ditutupi tanah tipis-tipis. Berikutnya, bedengan

segera ditutup dengan jerami atau daun pisang untuk menjaga agar benih tidak

hanyut oleh air. Jika tanaman telah tumbuh (antara 10-14 hari), jerami atau daun

pisang segera diangkat

Setelah tanaman tumbuh segera dilakukan pemeliharaan. Pemeliharaan

pertama adalah penyiraman yang dapat dilakukan sekali sehari atau dua kali sehari

jika udara sangat kering. Cara pemberian air yang lain ialah dengan jalan

menggenangi parit di antara bedengan. Cara seperti ini dapat dilakukan bila

terdapat saluran drainase. Tanaman yang telah tumbuh harus segera diseleksi.

Caranya cabutlah tanaman yang lemah atau kering, tinggalkan tanaman yang sehat

dan kokoh. Tindakan ini sekaligus diikuti dengan penjarangan yang berguna

untuk memberikan jarak dalam alur dan menjaga tercukupinya sinar matahari

sehingga tanaman tumbuh subur. Penjarangan menghasilkan alur yang rapi

(23)

dapat dilakukan sejak tanaman berumur dua minggu. Untuk keperluan

pertumbuhan tanaman dn pembentukan umbi wortel, tanaman memerlukan

unsu-unsur N, P, K dalam jumlah yang banyak, sementara jumlah yang tersedia di

dalam tanah relatif sedikit. Oleh karena itu, harus ditambahkan unsur-unsur N, P,

dan K dari luar dalam bentuk pupuk kimia buatan pabrik yang siap diserap oleh

tanaman. Unsur nitrogen berfungsi dalam peningkatan pertumbuhan vegetatif,

pembentukan sel, klorofil; unsur fosfat berfungsi dalam pembentukan akar, umbi,

bunga, buah, peningkatan produksi dan mutu umbi; unsur kalium berfungsi dalam

pertumbuhan bunga dan klorofil, peningkatan ketahanan terhadap penyakit dan

dalam penyerapan air. Pemupukan nitrogen dapat mennggunakan pupuk ZA, urea,

Postasium Nitrat, CPN. Pemupukan fosfat dapat menggunakan pupuk DS, SP,

Ammopos atau FMP. Pemupukan kalium dengan menggunakan pupuk ZK, KCL,

atau MOP. Pupuk yang biasa diberikan berupa 50 kg Urea/ha, disusul pemberian

kedua (1 atau 1,5 bulan kemudian) berupa urea sebanyak SO kg/ha dan KCl 20

kg/ha. Dosis dapat berubah sesuai kondisi tanah dan rekomendasi pemupukan

yang ada. Cara pemupukan adalah dengan menaburkan pupuk pada alur sedalam 2

cm yang dibuat memanjang berjarak sekitar 5 cm dari alur tanaman. Ketika

tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pendangiran.

Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar

tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung

Ada beberapa hama yang penting diketahui karena sering menyerang

tanaman wortel di Indonesia, di antaranya sebagai berikut. Manggot-manggot

(Psila rosae) Umbi wortel yang terserang memperlihatkan gejala kerusakan

(24)

adalah sejenis lalat wortel yang disebut manggot-manggot (Psila rosae). Periode

aktif perusakan adalah saat larva lalat ini memakan umbi selama 5-7 minggu

sebelum berubah menjadi kepompong. Umbi yang telah terserang tidak dapat di

perbaiki, sebaiknya dicabut dan dibuang. Pencegahannya, saat tanaman wortel

masih muda disiram dengan larutan Polydo120 g dicampur air sebanyak 100 liter.

Untuk lebih meyakinkan hasilnya, pemberian Polydol diulangi lagi 10 hari

kemudian. Semiaphis dauci Serangan hama ini ditandai dengan terhentinya

pertumbuhan, tanaman menjadi kerdil, daun-daun menjadi keriting, dan dapat

menyebabkan kematian. Hama ini umumnya menyerang tanaman muda sehingga

menyebabkan kerugian besar. Hama perusak ini adalah serangga berwarna

abu-abu bernama Semiaphis dauci. Pemberantasan dan pengendaliannya dilakukan

dengan menyemprotkan Polydol 20 g dicampur air 100 liter. Atau dapat pula

menggunakan Metasyttox 50 g dicampur air 100 liter (Rukmana, 1995).

Penyakit Penyakit tanaman wortel yang dianggap penting antara lain

sebagai berikut. Bercak daun cercospora Penyakit ini ditandai dengan

bercak-bercak bulat atau memanjang yang banyak terdapat di pinggir daun sehingga daun

mengeriting karena bagian yang terserang tidak sama pertumbuhannya dibanding

bagian yang sehat. Penyebab penyakit ini adalah jamur Cercospora carotae

(Pass). Penyebarannya dibantu oleh angin. Bagian tanaman yang lebih dahulu

terserang adalah daun muda. Pengendaliannya dengan menanam biji yang sehat,

menjaga sanitasi, tanaman yang telah terserang dicabut dan dipendam, serta

pergiliran tanaman. Cara pengendalian yang lain adalah dengan menyemprotkan

fungisida yang mengandung zineb dan maneb, yaitu Velimex 80 WP sebanyak

(25)

penyakit ini ditandai dengan bercak-bercak kecil berwarna cokelat tua sampai

hitam bertepi kuning pada daun. Bercak dapat membesar dan bersatu sehingga

mematikan daun-daun (menghitam). Tangkai daun yang terinfeksi menyebabkan

terjadinya bercak memanjang berwarna seperti karat. Gejala pada akar baru

tampak setelah umbi akar disimpan. Pada akar timbul bercak berbentuk bulat dan

tidak teratur, agak mengendap dengan kedalaman sekitar 3mm. Jaringan yang

busuk berwarna hitam kehijauan sampai hitam kelam. Terkadang timbul pula

kapang kehitaman pada permukaan bagian yang busuk. Penyebab penyakit ini

adalah jamur Alternaria dauci yang semula disebut Macrosporium carotae.

Pengendaliannya dengan pergiliran tanaman, sanitasi, penanaman benih yang

sehat, dan membersihkan tanaman yang telah terserang (dicabut dan dipendam

atau dibakar). Dapat juga digunakan fungisida, misalnya Velimex 80 WP

sebanyak 2-2,5 g/1 dengan volume semprot 400-800 1/ha (Anonimous, 1992).

Wortel dapat dipanen setelah 100 hari tergantung dari jenisnya.

Pemanenan tidak boleh terlambat karena umbi akan semakin mengeras (berkayu)

sehingga tidak disukai konsumen. Cara pemanenan dilakukan dengan jalan

mencabut umbi beserta akarnya. Untuk memudahkan pencabutan sebaiknya tanah

digemburkan dahulu. Pemanenan sebaiknya dilakukan pagi hari agar dapat segera

(26)

Landasan Teori

Dalam usahatani, seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara

efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu

tertentu. Yang dimaksud dengan efektif bila petani atau produsen dapat

mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baik, dan dikatakan

efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output)

yang melebihi masukan (sarana) (Soekartawi, 1995).

Yang termasuk faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan

pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan

baik. Diberbagai literature, faktor produksi ini dikenalpula dengan istilah sarana

produksi, input, production factor, dan korbanan produksi. Faktor produksi sangat

menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman

menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, benih, pupuk, obat-obatan, tenaga

kerja, dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting

(Soekartawi, 1994).

Fungsi produksi yang sering digunakan dalam bidang pertanian adalah

fungsi produksi Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu

fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel

yang satu disebut variabel independen, yang dijelaskan (Y), dan variabel lain

disebut variabel independen, yang menjelaskan (X). Penyelesaian hubungan

antara Y dan X adalah biasanya dengan cara regresi dimana variasi yang akan

dipengaruhi oleh variasi X (Soekartawi, 1994).

Efisiensi adalah rasio yang mengukur keluaran atau produksi suatu sistem

(27)

sebagai upaya penggunaan sarana atau faktor produksi yang sekecil-kecilnya

untuk mendapatkan hasil produksi dalam jumlah tertentu. Efisiensi penggunaan

sarana akan tercapai jika nilai produk marginal (NPM) untuk suatu sarana sama

dengan harga sarana (Px) tersebut, atau secara matematis dapat ditulis dengan

rumus:

1

=

=

x x x

x

P

NPM

atau

P

NPM

Jika

NPM /

x

P

x

> 1, artinya bahwa penggunaan faktor (sarana) produksi X belum

efisien. Jika

NPM /

x

P

x

< 1, artinya bahwa penggunaan faktor (sarana) produksi

X tidak efisien (Soekartawi, 1991).

Pendapatan perusahaan merupakan penerimaan yang dihasilkan dari

kegiatan perusahaan, sedangkan biaya operasinya merupakan pengeluaran yang

juga karena perusahan. Biaya operasi ini dibagi menjadi 3 bagian:

a.

Biaya tetap, merupakan biaya yang jumlahnya tetap, tidak tergantung

pada perubahan tingkat produksi dalam menghasilkan keluaran/produk

di dalam interval tertentu.

b.

Biaya variabel, merupakan biaya yang berubah-ubah sesuai dengan

perubahan tingkat produksi.

c.

Biaya semi-variabel, merupakan biaya yang di dalamnya terkandung

biaya tetap dan variabel sekaligus

(Umar, 2005).

Ada beberapa jenis pendapatan berdasarkan sumbernya, yaitu:

1. Gross dan net income

(28)

- net income adalah pendapatan setelah dikurangi biaya.

2. Pendapatan tenaga kerja petani adalah pendapatan pengelola ditambah upah

tenaga kerja petani.

3. Pendapatan tenaga kerja keluarga petani adalah pendapatan pengelola ditambah

upah tenaga kerja petani dan anggota keluarga yang dihitung.

4. Pendapatan petani adalah pendapatan tenaga kerja petani ditambah bunga

modal milik sendiri.

5. Pendapatan keluarga petani adalah pendapatan tenaga kerja keluarga petani

ditambah bunga modal milik sendiri.

(Prawirokusumo, 1999).

Bermacam-macam peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan

usaha, telah menuntut perlu adanya penilaian sejauh mana kegiatan atau

kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat (benefit) bila diusahakan.

Kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam

melaksanakan suatu kegiatan usaha disebut dengan studi kelayakan

(Ibrahim, 1998).

Kelayakan usaha dapat melihat kelayakan dari suatu gagasan yang berasal

dari pengusaha secara individu. Kegiatan usaha terutama usahatani pada

umumnya mengutamakan financial benefit daripada social benefit. Kelayakan

usaha dapat diketahui dengan menggunakan beberapa kriteria investasi yang

umum dikenal, antara lain sebagai berikut: BEP dan R/C

(Kasmir dan Jakfar, 2003)

Break even point adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama

(29)

terjadinya titik pulang pokok TR = TC tergantung pada arus lama penerimaan

sebuah usahatani dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan beserta

biaya modal lainnya (Sunarjono, 2000).

R/C adalah singkatan dari return cost ratio, atau dikenal sebagai

perbandingan atau nisbah antara penerimaan dan biaya. Secara matematika dapat

diutliskan sebagai berikut:

a = R/C

R= Py . Y

C= FC + VC

(30)

Kerangka Pemikiran

Usahatani adalah suatu bidang tanah, dimana seorang petani, keluarga tani

atau badan usaha lainnya bercocok tanam atau memelihara ternak. Produksi

pertanian mengusahakan masukan untuk menghasilkan keluaran. Masukan yaitu

segala sesuatu yang diikutsertakan di dalam proses produksi seperti benih, pupuk,

pestisida dan tenaga kerja. Keluaran adalah hasil tanaman yang dihasilkan dalam

usahatani.

Usahatani bertujuan untuk memperoleh pendapatan. Pendapatan tersebut

digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga serta dana untuk kegiatan luar

usahatani.

Petani harus memperhitungkan setiap biaya yang dikeluarkan untuk

usahatani sehingga dapat menentukan harga jual produksi. Biaya-biaya produksi

yang dikeluarkan yaitu biaya benih, pupuk, dan upah tenaga kerja, biaya

pembelian dan pemeliharaan alat pertanian dan biaya sewa tanah.

Untuk menilai layak tidaknya usaha tani untuk dikembangkan maka ada

beberapa komponen yang harus dilihat yaitu dari biaya produksi, pendapatan dan

keuntungan serta analisis finansial. Usahatani wortel di daerah penelitian layak

atau tidak untuk diusahakan dan dikembangkan di daerah penelitian dapat

diketahui melalui analisis kelayakan usahatani. Selain melihat kelayakan

usahatani perlu juga dilihat efisiensi dalam menggunakan sarana (input) produksi

dalam usaha taninya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada skema kerangka

(31)

Usahatani

Biaya

Kelayakaan:

- R/C

- BEP

Tidak layak

Sarana Produksi:

-

Lahan

-

Benih

-

Garam

-

Pupuk

-

Tenaga Kerja

Usahatani

Py

Biaya

Efisiensi

NPM = Px

Layak

Tidak

Efisien

Efisien

Output

(Wortel)

Px

Penerimaan

Pendapatan

Keterangan :

(32)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran, maka

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1.

Sarana produksi (luas lahan, benih, garam, pupuk, dan tenaga kerja)

berpengaruh nyata terhadap total produksi usahatani wortel di daerah

penelitian.

2.

Tingkat pendapatan usahatani wortel di daerah penelitian relatif tinggi.

3.

Usahatani wortel di daerah penelitian layak untuk dikembangkan.

4.

Penggunaan sarana (input) produksi pada usahatani wortel di daerah

(33)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sukadame Kecamatan Tigapanah

Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara

purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Tigapanah

merupakan salah satu daerah sentra pengembangan usahatani wortel dan Desa

Sukadame dengan jumlah petani yang cukup banyak mengusahakan usahatani

wortel.

Metode Penentuan Sampel

Responden dalam penelitian ini adalah petani wortel di daerah penelitian

yaitu di Desa Sukadame Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Banyaknya petani wortel sebanyak 200 KK. Penarikan sampel dilakukan dengan

metode Simple Random Sampling. Sampel yang diambil pada penelitian yaitu

sebanyak 30 KK dengan karakteristik sampel bersifat homogen yaitu dimana

perlakuan dalam usahatani dan variabel yang akan diteliti sama. Hal ini sesuai

dengan teori Bailey yang menyatakan untuk penelitian menggunakan analisa

statistik, ukuran responden paling minimum sebanyak 30 (Hasan, 2002). Uraian

(34)
[image:34.595.150.478.86.140.2]

Tabel 4. Banyaknya Petani Wortel di Desa Sukadame

Uraian Populasi (KK) Sampel (KK)

Petani wortel 200 30

Sumber: Kepala Desa Sukadame

Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani di desa

dengan menggunakan kuisioner yang telah disiapkan. Sedangkan data sekunder

merupakan data pelengkap yang diperoleh dari berbagai instansi yang

berhubungan seperti BPS Sumatera Utara, Dinas Pertanian Sumut, Dinas

Pertanian Kabupaten Karo, dan literatur yang mendukung penelitian ini.

Metode Analisis Data

Untuk menjawab identifikasi masalah 1, dianalisis dengan metode

deskriptif, yaitu dengan mengamati sejauhmana ketersediaan sarana produksi

pertanian (luas lahan, benih, garam, pupuk dan tenaga kerja) di daerah penelitian.

Untuk menjawab identifikasi masalah 2 (Hipotesis 1), dianalisis dengan

fungsi Cobb-Douglas dengan model sebagai berikut:

Y = f(X

1

,X

2

,...X

n

)

Y = boX

1b1

X

2 b2

X

3 b3…..

X

n bn

Dimana:

Y = Produksi wortel (kg)

X

1

= Luas Lahan (Ha)

X

2

= Benih (kg)

X

3

= Garam (kg)

(35)

X

5

= Pupuk NPK (kg)

X

6

= Pupuk Ikan (kg)

X

7

= Tenaga kerja (HKP)

= Kesalahan pengganggu

Kemudian diuji dengan menggunakan:

Dimana:

r

2

= Koefisien determinasi

n

= Jumlah responden

k

= Derajat pembilang bebas

n-k-1 = Derajat bebas penyebut

Kriteria uji:

-

F-hitung < F-tabel : Hipotesis H

0

diterima (H

1

ditolak)

-

F-hitung > F-tabel : Hipotesis H

1

diterima (H

0

ditolak)

(Soekartawi, 1994).

Untuk identifikasi masalah 3 (Hipotesis 2), dengan menggunakan rumus:

Pendapatan usahatani

-

Penerimaan Usahatani

TR = Y . Py

Dimana :

TR

= Total penerimaan (total revenue)

Y

= Produksi yang diperoleh (Kg)

Py

= Harga jual (Rp)

-

Biaya Produksi Usahatani

TC = FC + VC

Dimana:

TC

= Total biaya (Rp)

FV

= Biaya tetap (Rp)

VC

= Biaya variabel (Rp)

Maka Pendapatan usahatani dapat dihitung dengan rumus:

(36)

Pd = TR – TC

Dimana:

Pd

= Pendapatan usahatani (Rp)

TR

= Total penerimaan (total revenue)

TC

= Total biaya (total cost)

(Soekartawi, 2002).

Kriteria uji: Pendapatan usahatani dikatakan tinggi apabila pendapatan usaha tani

per hari lebih tinggi dari upah harian rata-rata yang ada di daerah

penelitian.

Untuk menjawab identifikasi masalah 4 (Hipotesis 3), dianalisis dengan

memperhitungkan R/C Ratio dan BEP.

R/C (Return Cost Ratio), atau dikenal sebagai perbandingan atau nisbah

antara penerimaan dan biaya. Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut:

a = R/C

R = Py . Y

C = FC + VC

a = {(Py.Y)/(FC+VC)}

Dimana:

R

= Penerimaan

C

= Biaya

Py

= Harga output

Y

= Output

FC

= Biaya tetap

VC

= Biaya tidak tetap

Kriteria:

-

Jika R/C > 1, maka usaha layak untuk dilaksanakan

-

Jika R/C = 1, maka usaha layak impas

-

Jika R/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan

(Soekartawi, 1994).

Break Even Point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total revenue

sama dengan total cost.

o

BEP Volume Produksi

:

Total Biaya Produksi

Harga di Tingkat Petani

(37)

o

BEP Harga Produksi

:

:

Kriteria uji: Titik impas yang terlampaui apabila nilai masing-masing variabel

lebih tinggi dari hasil perhitungan BEP (Break Even Point) (Sunarjono, 2000).

Untuk menjawab identifikasi masalah 5 (Hipotesis 4), melihat efisiensi

produksi tercapai jika nilai produk marginal (NPM) untuk suatu sarana (input)

sama dengan harga sarana (input) (Px) tersebut, dengan menggunakan rumus:

PM . Py = Px

Karena efisiensi teknis maksimum ( yaitu PR maksimum) di capai pada saat :

PM = PR

PR = Y/X

maka

Dimana:

PR

= Produksi rata – rata (kg)

Px

= Harga produk x (Rp)

Py

= Harga produk y (Rp)

X

= Sarana produksi

Y

= Output (wortel) (kg)

Kriteria uji:

-

Jika

NPM /

x

P

x

> 1, artinya bahwa penggunaan faktor (sarana) produksi X

belum efisien.

-

Jika

NPM /

x

P

x

< 1, artinya bahwa penggunaan faktor (sarana) produksi X

tidak efisien.

(Soekartawi, 1991).

1

=

=

x x x

x

P

NPM

atau

P

NPM

Px PR Py

Px

NPM .

(38)

Defenisi Dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman, maka berikut ini penulis membuat

defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Defenisi

1.

Usahatani wortel adalah suatu usaha yang dilakukan di atas sebidang lahan

usahatani dengan menanam tanaman wortel.

2.

Sarana produksi adalah semua korbanan yang digunakan dalam usahatani

wortel sehingga menghasilkan suatu keluaran (output).

3.

Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani yang

merupakan biaya tetap dan variabel dalam satu musim tanam.

4.

Produksi adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan usahatani wortel yaitu

wortel yang siap dijual.

5.

Harga jual adalah besarnya nilai penjualan buah wortel yang diterima oleh

petani.

6.

Penerimaan usahatani wortel adalah jumlah produksi wortel dikalikan dengan

harga jual yang diterima oleh petani.

7.

Pendapatan bersih usahatani wortel adalah penerimaan yang diperoleh dari

usahatani wortel dikurangi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk usahatani

(39)

8.

Pendapatan usahatani per hari adalah pendapatan bersih petani dalam 1 musim

tanam di bagi 75 hari masa kerja aktif.

9.

Kriteria investasi adalah alat uji yang menjadi dasar untuk menentukan

penerimaan atau penolakan suatu kegiatan usaha.

10.

Kelayakan usaha adalah ukuran suatu usaha dapat menghasilkan keuntungan

yang proposional dengan membandingkan jumlah penerimaan dengan seluruh

biaya produksi dalam pengolahan.

11.

Efisiensi adalah rasio untuk mengukur keluaran atau produksi suatu sistem

untuk setiap sarana masukan.

12.

Uji sensitivitas yaitu uji pendekatan yang dilakukan untuk melihat tingkat

perubahan respon sebagai dampak perubahan variabel.

Batasan Operasional

1.

Penelitian dilakukan Desa Sukadame Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.

2.

Petani sampel adalah petani yang menanam wortel.

(40)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISIK PETANI

RESPONDEN

Deskripsi Daerah Penelitian

Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah

Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah terletak 7 Km dari Kabanjahe

Ibukota Kabupaten Karo dan 80 Km dari Medan Ibukota Propinsi Sumatera Utara.

Desa Sukadame terletak 1.100-1.300 m dpl, dengan suhu udara rata-rata berkisar

16-27

0

C, dengan kelembapan 85%. Jenis tanah pada umumnya adalah Tanah

Andosol. Desa Sukadame mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

-

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sinaman, Kecamatan Barus Jahe

-

Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Suka, Kecamatan Tigapanah

-

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tigapanah, Kecamatan Tigapanah

-

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Regaji, Kecamatan Merek

Luas Desa Sukadame secara langsung keseluruhan adalah + 450 Ha,

sebahagian besar diantaranya diusahakan untuk usahatani lahan kering. Tanaman

wortel di Desa Sukadame dijadikan sebagai tanaman sampingan yang ditanam

oleh petani, tanaman ini ditanam supaya dapat memperbaiki struktur tanah dengan

tidak hanya menanam tanaman yang utama. Tanaman yang baynyak

dibudidayakan adalah tanaman wortel, jeruk, kubis, buncis, padi ladang.

(41)
[image:41.595.114.505.180.301.2]

Tabel 5. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Sukadame Tahun 2006

No. Jenis Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Pertanian Lahan Kering Hutan Jalan Bangunan/Pemukiman Sawah Ladang Lain-lain 400 4 3 12 20 11 88,9 0,9 0,7 2,7 4,4 2,4

Jumlah 450 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Sukadame, Tahun 2006

Tabel 5. menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang paling luas adalah

untuk perladangan lahan kering, yaitu 400 Ha (88,9%) dari luas Desa Sukadame

secara keseluruhan.

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Sukadame sampai akhir Tahun 2006 tercatat

sebanyak 2.676 jiwa atau 639 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari yang terdiri

adri 1.300 jiwa laki-laki dan 1.343 jiwa perempuan. Keadaan penduduk

berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 6. berikut:

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Sukadame

Tahun 2006

No. Kelompok Umur Jumlah Penduduk

(Jiwa) Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 0-15 16-31 32-47 48-53 54-69 > 70 315 434 535 615 610 167 11,8 16,2 20 23 22,8 6,2

Jumlah 2.676 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Sukadame, Tahun 2006

Tabel 6. menunjukkan bahwa penduduk Desa Sukadame dengan

(42)

sebanyak 2.194 jiwa (82%), disusul dengan kelompok umur 0-15 tahun yaitu

sebesar 315 jiwa (11,8%), sedangkan kelompok umur > 70 tahun memiliki jumlah

[image:42.595.117.509.173.328.2]

penduduk terkecil yakni 167 jiwa (6,2%).

Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Desa

Sukadame Tahun 2006

No. Tingkat Pendidikan

Formal

Jumlah Penduduk

(Jiwa) Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Belum Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Akademi

Tamat Perguruan Tinggi

314 304 725 724 465 95 49 11,7 11,4 27,1 27,1 17,4 3,6 1,8

Jumlah 2.676 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Sukadame, Tahun 2006

Tabel 7. menunjukkan bahwa sebahagian besar penduduk sudah

menamatkan pendidikan SMP dan SMA. Terdapat sebanyak 304 jiwa yang tidak

tamat SD, sementara tamat SD 725 jiwa, tamat SMP 724 jiwa, tamat SMA 465

jiwa, tamat akademi 95 jiwa dan perguruan tinggi 49 jiwa.

Desa Sukadame juga terdiri dari beberapa keyakinan, komposisi penduduk

[image:42.595.113.510.527.648.2]

berdasarkan agama dan kepercayaan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:

Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan di Desa

Sukadame Tahun 2006

No. Agama yang dianut Jumlah Penduduk

(Jiwa) Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. Protestan Katolik Islam Hindu/Budha Kepercayaan Lain 1.620 614 421 12 9 60,5 22,9 15,7 0,4 0,3

Jumlah 2.676 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Sukadame, Tahun 2006

Tabel 8. menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Desa Sukadame

memeluk Agama Kristen Protestan yakni sebanyak 1.620 jiwa (60,5%).

(43)

Sebagai daerah penelitian pada umunya sumber mata pencaharian

penduduk di Desa Sukadame adalah sektor pertanian. Komposisi penduduk Desa

Sukadame menurut sumber mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 9. berikut

[image:43.595.115.510.206.336.2]

ini:

Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Sumber Mata Pencaharian di Desa

Sukadame Tahun 2006

No. Mata Pencaharian Jumlah Kepala

Keluarga (KK) Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5.

PNS Petani Pedagang Pensiunan Buruh Tani

53 494

35 22 35

8,3 77,3

5,5 3,4 5,5

Jumlah 639 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Sukadame, Tahun 2006

Tabel 9. menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Desa Sukadame

mempunyai mata pencaharian dari sektor pertanian sebanyak 494 Kepala

Keluarga (KK) yaitu 77,3%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian

didominasi oleh sektor pertaian.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Desa Sukadame saat ini dinilai telah cukup

memadai. Hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis sarana yang telah tersedia baik

sarana angkutan, sarana pendidikan dan sarana sosial. Daerah ini dapat dicapai

dengan angkutan empat.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa petani tidak mengalami

kesulitan dalam memperoleh sarana produksi dan penjualan hasil karena sarana

transportasi sudah cukup tersedia. Keadaan sarana dan prasarana di Desa

[image:43.595.122.439.430.496.2]
(44)

Tabel 10. Sarana dan Prasarana di Desa Sukadame Tahun 2006

No. Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Mesjid Gereja Sekolah Dasar SMP Polindes Loss

Kantor Kepala Desa

1 4 2 1 1 3 1

Jumlah 13

Sumber: Kantor Kepala Desa Sukadame, Tahun 2006

Karakteristik Petani Responden

Adapun karakteristik petani reponden dalam penelitian ini meliputi umur,

tingkat pendidikan, lama bertani, dan jumlah tanggungan. Karakter petani

[image:44.595.118.494.135.311.2]

responden dapat dilihat pada Tabel 11. di bawah ini.

Tabel 11. Karakteristik Petani Responden

No Uraian Satuan Range Rataan

1 Luas Lahan Ha 0.2-0.8 0.38

2 Umur Tahun 22-58 40.00

3 Tingkat Pendidikan Tahun 6-17 10.00

4 Lama Bertani Tahun 3-30 13.37

5 Jumlah Tanggungan Jiwa 1-4 3.00

Sumber: Data diolah dari Lampiran 1

Dari Tabel 11. diketahui bahwa rata-rata luas lahan petani wortel adalah

0,38 Ha dengan range 0,2–0,8 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden

termasuk petani yang memiliki lahan yang tidak terlalu luas untuk bertanam

wortel.

Rata-rata umur petani adalah 40,00 tahun dengan range 22-58 tahun. Hal

ini menunjukkan bahwa petani responden masih tergolong pada usia produktif

(45)

Tingkat pendidikan yang dijalani oleh petani responden memiliki rata-rata

10,00 tahun dengan range 6–17 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata

pendidikan petani responden adalah setingkat SMP.

Rata-rata lama bertani petani respondenl adalah 13,37 dengan range

3-30 tahun yang menunjukkan pengalaman bertani bagi petani termasuk cukup

tinggi yang kemungkinan besar dapat mempengaruhi petani dalam

membudidayakan tanaman wortel.

Jumlah tanggungan keluarga petani rata-rata 3,00 jiwa dengan range 1–4

jiwa. Jumlah ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan masih produktif dan

dapat dimanfaatkan untuk membantu dalam proses usahatani wortel terutama

(46)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknis Budidaya Usahatani Wortel

1. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang

sesuai bagi pertumbuhan dan pembentukan hasil. Lahan yang telah memadat dan

keras harus diolah kembali, agar menjadi agregat-agregat tanh yang lebih halus

sehingga berstruktur remah (gembur). Lahan juga harus dibersihkan dari semak

belukar, rumput, gulma, dan sisa tanaman lain. Sehingga akan tercipta kondisi

lahan yang dapat menjamin pertumbuhan dan pembentukan umbi wortel.

Pengolahan lahan di daerah penelitian dilakukan dengan mencangkul

tanah sedalam 20-40cm, dilanjutkan dengan mencangkul tanah tipis-tipis sampai

diperoleh tanah yang remah (gembur), dan yang terakhir membentuk parit-parit

atau bedengan yang bertujuan untuk melindungi akar tanaman dan umbi wortel

dari genangan air, terutama pada musim hujan. Tenaga kerja yang digunakan

+ 20 HKO untuk mengolah 1 hektar lahan. Kemudian tanah dibiarkan agar

terangin dan terkena cahaya.

2. Penanaman

Petani di Desa Sukamaju terlebih dulu melakukan pemupukan secara

merata sebelum melakukan penanaman. Pupuk yang digunakan yaitu garam, ikan

dan NPK. Dengan masing-masing rataan penggunaan sebanyak 83,68 kg/Ha,

99,52 kg/Ha, dan 169,04 kg/Ha. Pemberian pupuk dilakukan dengan

mencampurkan tanah dan pupuk dengan menggunakan cangkul. Penggunaan ikan

(47)

lebih cerah pada buah wortel yang akan diproduksi dan NPK untuk pertumbuhan

umbi wortel.

Setelah itu benih yang sudah disiapkan ditabur di atas larikan yang sudah

dibuat terlebih dahulu dengan menggunakan cuan, kemudian benih tersebut

ditutup kembali dengan tanah dengan menggunakan roka. Tenaga kerja yang

digunakan untuk menaman di daerah penelitian yaitu sebanyak + 12 HKO per

hektar.

3. Pemeliharaan

Pemeliharaan dalam usahatani wortel mencakup kegiatan penyiangan,

penjarangan dan pemupukan.

Penyiangan

Di daerah penelitian Desa Sukamaju petani melakukan penyiangan

tanaman wortel untuk menghilangkan rumput-rumput atau gulma yang berada di

sekitar tanaman wortel karena hal tersebut dapat merugikan dan dapat

menurunkan produksi wortel. Penyiangan yang dilakukan oleh petani biasanya

setelah 1 bulan tabur benih. Penyiangan harus dilakukan dengan hati-hati yaitu

dengan menggunakan tangan mencabut rumpu dan gulma yang ada tanpa harus

merusak tanaman wortel yang mulai tumbuh. Rata-rata penggunaan tenaga kerja

untuk penyiangan di daerah penelitian yaitu sebanyak + 16 HKO per hektar.

Penjarangan

Penjarangan dilakukan untuk mengurangi populasi tanaman yang tumbuh

berdesakan. Penjarangan tanaman akan memberi jarak dalam barisan tanaman,

sehingga sinar matahari dapat diterima baik oleh setiap tanmana dan tanaman

(48)

tanaman wortel mencapai 1,5 bulan dengan cara mencabut tanaman yang

memiliki pertumbuhan yang kurang baik. Untuk kegiatan penjarangan ini,

rata-rata penggunaan tenaga kerja yaitu sebanyak + 18 HKO per hektar.

Pemupukan

Pemupukan yang dimaksud adalah pemupukan kedua setelah adanya

pemupukan pada awal sebelum penanaman bibit. Pemupukan ini dilakukan

setelah proses penjarangan wortel selesai dan pupuk yang digunakan yaitu pupuk

amopos dengan rata-rata penggunaan berdasarkan daerah penelitian yaitu

sebanyak + 101,92 kg per hektar. Pemberian pupuk ini diharapkan dapat

meningkatkan pertumbuhan buah wortel dan pemberiannya dilakukan dengan cara

ditabur. Untuk kegiatan pemupukan ini, rata-rata penggunaan tenaga kerja yaitu

sebanyak + 11 HKO per hektar.

4. Panen

Tanaman wortel yang telah berumur 3 (tiga) bulan sudah dapat dipanen.

Dalam hal ini di Desa Sukadame kegiatan pemanenan tidak dilakukan oleh petani

tetapi oleh pedagang pengumpul di sekitar daerah tersebut. Pemanenan dilakukan

dengan cara dilelang dengan kriteria pelelangnya adalah pedagang yang dapat

memberi tawaran tertinggi terhadap produksi wortel yang dihasilkan dengan luas

lahan yang dimiliki petani di daerah penelitian. Dan pedagang tersebut yang

berhak memanen wortel milik petani dengan membayar sesuai dengan ketentuan

harga yang berlaku dikali jumlah produksi yang ditaksir per luas lahannya.

Rata-rata jumlah produksi wortel di daerah penelitian yaitu sebesar 14.236 kg per

(49)

Ketersediaan Sarana Produksi Di Daerah Penelitian

1.

Luas Lahan

Tanaman wortel dapat tumbuh baik pada lahan yang berstruktur remah,

dalam dan subur. Wortel dapat tumbuh baik pada daerah ketinggian diatas 400m

dpl, sedangkan Desa Sukadame terletak 1.100-1.300 m dpl, sehingga daerah ini

sanagt cocok ditanami wortel. Lahan yang dimiliki petani merupaka lahan milik

sendiri dan lahan sewa.

Luas lahan pertanian di Desa Sukadame adalah sebesar 400 Ha dan luas

lahan rata-rata yang digunakan untuk usahatani wortel oleh keluarga tani

masing-masing sebesar 0,38 Ha. Jika dibandingkan dengan jumlah keluarga di daerah

tersebut sebanyak 639 KK, dapat diketahui rasio kepemilikan lahan untuk masing

masing keluarga tani yaitu sebesar 0,63 Ha/KK. Dengan demikian, ada sekitar

0,25 hektar lahan cadangan yang dimiliki petani yang dapat digunakan untuk

mengembangkan usahatani wortel atau usahatani lainnya.

2.

Benih

Petani wortel di Desa Sukadame memperoleh benih wortel dari pedagang

yang berada di Desa Sukadame. Jenis benih yang digunakan yaitu benih lokal atau

juga benih yang telah dibuat oleh petani yang kemudian dijual. Harga benih

wortel sebesar Rp 80.000/Kg dengan kebutuhan benih rata-rata sebanyak

5,5 Kg/Ha.

Petani pada umumnya menggunakan benih dalam kemasan daripada benih

buatan, hal ini karena benih kemasan yang dijual oleh pedagang memiliki kualitas

yang lebih baik dan terjamin. Di daerah penelitian terdapat 3 kios pedagang

(50)

benih dari ketiga kios pedagang tersebut. Untuk itu, ketersediaan benih wortel di

Desa Sukadame cukup tersedia.

3.

Garam dan Pupuk

Garam yang digunakan petani adalah jenis garam dapur yang berfungsi

untuk mencerahkan warna kulit wortel. Di daerah penelitian penggunaan garam

tidak dilakukan oleh semua petani, hal ini dikarenakan beberapa petani yakin

bahwa hasil wortelnya sudah memiliki warna yang cukup baik. Dan rata-rata

penggunaan garam yang digunakan oleh petani setempat sebanyak 83,68 Kg/Ha.

Untuk pupuk umumnya ditentukan petani sesuai dengan luas lahan yang akan

digunakan dan berdasarkan kebutuhan kesuburan tanah tersebut. Pupuk yang

digunakan petani umumnya adalah pupuk Amopos, NPK, dan Ikan. Dengan

rata-rata penggunaan sebanyak 101,92 Kg/Ha Amopos; 169,04 Kg/Ha NPK; dan 99,52

Kg/Ha Ikan. Dengan harga masing–masing yaitu, garam Rp 1.200, pupuk amopos

Rp 8.000, NPK Rp 8.000 dan Rp 3.000, dan ikan Rp 3.000.

Petani di Desa Sukadame membeli pupuk dari 3 kios pedagang saprodi

yang berada di desa tersebut. Berdasarkan pendapat dari petani, pupuk di desa ini

sebenarnya memiliki harga yang cukup tinggi, namun petani tetap membeli

kepada pedagang karena kualitas yang lebih terjamin dibandingkan dengan yang

dijual oleh CU (Credit Union) dan jarak yang cukup jauh untuk mendapatkan

harga yang lebih murah yaitu di Kecamatan Kabanjahe. Dan dapat dikatakan

(51)

4.

Tenaga Kerja

Dalam usahatani wortel di daerah penelitian tenaga kerja dibutuhkan untuk

mengerjakan berbagai macam kegiatan yang meliputi kegiatan persiapan lahan,

penanaman, penjarangan, pemupukan, dan penyiangan.

Curahan tenaga kerja merupakan faktor pendukung berlangsungnya proses

usahatani. Curahan tenaga kerja berasal dari dalam keluarga (TKDK) dan dari luar

keluarga (TKLK). Penggunaan tenaga kerja yang dipakai dalam usahatani

berdasarkan pada hari kerja orang yang bekerja pada lahan usahatani per hari.

Jumlah penduduk usia produktif di desa Sukadame berjumlah 1.584jiwa

[image:51.595.112.509.360.546.2]

(59,2%). Kebutuhan tenaga kerja untuk usahatani wortel adalah sebagai berikut:

Tabel 12. Rataan Penggunaan Tenaga Kerja Per Hektar Dalam 1 Musim

Tanam Di Daerah Peneelitian

No Jenis Tahapan Kerja

Penggunaan tenaga Kerja (HKO)

Total HKO Per Tahapan

Kerja

TKDK TKLK

1 Pengolahan Lahan 5.23 14.75 19.98

2 Penanaman 5.23 6.75 11.98

3 Penjarangan 5.23 13.56 18.79

4 Pemupukan 5.23 5.62 10.85

5 Penyiangan 5.23 10.70 15.93

Total Tenaga Kerja 26.15 51.37 77.52

Sumber: Data diolah dari Lampiran 9

Berdasarkan Tabel di atas diketahui bahwa rataan kebutuhan tenaga kerja

untuk 1 hektar lahan dalam 1 musim tanam (3 bulan) adalah TKDK sebanyak

26 HKO dan TKLK sebanyak 51 HKO, sehingga total tenaga kerja yang

digunakan yaitu sebesar 77 HKO.

Luas lahan di Desa Sukadame adalah sebesar 400 Ha dan jumlah

penduduk dalam usia produktif sebanyak 1584 jiwa, sehingga diperoleh potensi

(52)

usahatani per harinya. Maka untuk 1 hektar lahan usahatani wortel dalam 1 musim

tanam (3 bulan) digunakan tenaga kerja sebanyak 360 HK

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Produksi Sayur-Sayuran (Ton) di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2006
Tabel 2. Luas Lahan, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Wortel Per  Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006
Tabel 3. Luas Lahan dan Produksi Wortel Per Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2007
Tabel 4. Banyaknya Petani Wortel di Desa Sukadame
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009 tentang Tata Laksana Perizinan Dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Serta Pengawasan

Adalah tumor jinak yang timbul pada wanita usia subur dengan usia yang sedikit lebih tua daripada yang menderita fibroadenoma dan lebih muda dari pada yang menderita karsinoma

Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan media pembelajaran berbantuan komputer pada materi garis dan sudut. Model media pembelajaran ini adalah model tutorial,

Salah satu nya adalah B/b (66/98), dimana didalam citra ini tidak ada nilai 66 atau 98 di Red, Green atau Blue (warna dasar) nya, sedangkan pada citra sampel 2 abu-abu dengan

[r]

daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi dengan rubrik. Pembelajaran Akidah Akhlak Dalam Kurikulum 2013. 1. Pembelajaran

Bobot badan yang rendah pada induk domba dapat menurunkan kemampuan reproduksi seperti jumlah anak sekelahiran, total bobot lahir, total bobot sapih dan memperpanjang jarak

Perkembangan teknologi informasi muncul sebagai akibat semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi. merebaknya globalisasi dalam kehidupan organisasi, semakin kerasnya