12 http://journal.lldikti9.id/Ekonomika
Vol 4, No, 2, Oktober 2020, pp. 12-18 p-ISSN:2088-9003 dan e-ISSN: 2685-6891
Analisis Pengaruh Pengeluaran Konsumsi Rumah
Tangga Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Tana Toraja
Received; 21-07, Revised; 22-10, Accepted; 22-11
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variable pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tana Toraja. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yakni dengan menggunakan data primer yang bersumber dari laporan statistik daerah Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Teknik analisis yang digunakan yakni dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil studi kami menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tana Toraja.
Keywords: Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Pengeluaran Pemerintah, Pertumbuhan
Ekonomi
I. Pendahuluan
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi (Khan & Khan, 2007; Sasaki et al., 2013). Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila banyak sektor ekonomi yang tumbuh. Hal ini tercermin dalam peningkatan output agregat (barang dan jasa) atau Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu, PDB juga dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi.
Beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, salah satunya, yaitu dengan meningkatkan pengeluaran secara agregat yang meliputi pengeluaran sektor rumah tangga dan sektor pemerintah. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Keynes yang menfokuskan pemikirannya terhadap pentingnya pengeluaran secara agregat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Teori Keynes menyatakan bahwa keputusan pengeluaran konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga sangat mempengaruhi perilaku perekonomian baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek konsumsi mempunyai peran dalam menentukan permintaan agregat, sedangkan dalam jangka panjang konsumsi mempunyai peranan yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi (Kocka, 2015).
Pentingnya peranan pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pengeluaran pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sebagaimana yang dijelaskan oleh teori Keynes, sangat berbeda dengan yang dikemukakan oleh Hakib & Arifin (2020) yang mencoba untuk menguji pengaruh konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi
13
di Provinsi Sulawesi Selatan periode 2012 – 2016. Dari hasil penelitiannya diperoleh hasil bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga belum memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh (Kaharudin et al., 2019) yang mencoba untuk menguji pengaruh pengeluaran konsumsi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Manado.Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa pengeluaran konsumsi pemerintah belum memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Manado. Adanya temuan hasil penelitian yang berbeda dengan teori yang sudah berlaku tersebut sangat menarik untuk dikaji kembali. Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk mengkaji kembali pengaruh pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi dengan mengambil studi kasus di Kabupaten Tana Toraja.
II. Tinjauan Pustaka
2.1. Teori pertumbuhan ekonomi
Adam Smith melihat bahwa suatu perekonomian akan tumbuh dan berkembang jika ada pertambahan penduduk yang akan memperluas pasar serta mendorong spesialisasi. Munculnya spesialisasi akan meningkatkan produktivitas pekerja dan mendorong kemajuan teknologi hingga pertumbuhan ekonomi (Iannaccone, 1991). David Ricardo berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk yang terlalu besar bisa menyebabkan melimpahnya tenaga kerja (Kurz, 2010). Tenaga kerja yang melimpah menyebabkan upah yang diterima masing – masing menurun di mana upah tersebut hanya bisa untuk membiayai tingkat hidup minimum
(subsistence level). Kemudian teori pertumbuhan ekonomi mengalami perkembangan pada
masa selanjutnya yang dikenal denga ekonomi neoklasik. Pencetus teori ekonomi seperti Harrod – Domar menyatakan bahwa perlunya pembentukan modal (investasi) sebagai syarat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang mantap / teguh (steady growth) (Boianovsky, 2018). Harod-Domar menyatakan pula bahwa bila pembentukan modal telah dilakukan, maka perekonomian akan sanggup memproduksi barang-barang dalam jumlah yang lebih besar. Selain daripada itu, Schumpeter menyatakan teori bahwa ketika yang lain menganggap penduduk sebagai aspek sentral dalam proses pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, Schumpeter berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan kewirausahaan (entrepreneurship), karena mereka berani berinovasi dalam aktivitas produksi (Fagerberg, 2003; Sentot Harman Glendoh, 2000). Robert Solow menyatakan bahwa dalam jangka panjang tingkat tabungan dapat menentukan modal dalam proses produksi. Artinya, semakin tinggi tingkat tabungan, semakin tinggi pula modal dan output yang dihasilkan (Yildirim & Sezgin, 2003).
Disisi lain, Frederich List membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menurut kebiasaan masyarakat dalam menjaga kelangsungan hidupnya melalui tata cara produksi. Dimulai dari berburu dan mengembara (manusia bergantung pada alam), beternak dan bertani, pertanian dan kerajinan, hingga kerajinan, industri, dan perniagaan (Boianovsky, 2013). Ditambahkan oleh Werner Sombart yang membagi tahapan pertumbuhan ekonomi terjadi karena masyarakat memiliki susunan organisasi dan ideologi masyarakat. Tahapannya adalah:
(1) zaman perekonomian tertutup, di mana masyarakat masih terbatas menghasilkan barang dan melakukannya secara kekeluargaan,
(2) zaman kerajinan dan pertumbuhan, masyarakat mulai ada pembagian kerja, dan (3) zaman kapitalis, muncul pemilik modal.
Peneliti lain seperti Rostow pada studinya mengenai pertumbuhan ekonomi, menyatakan bahwa suatu negara akan mengalami tahapan-tahapan (e.g.., tradisional, ekonomi didominasi sektor pertanian, transisi (pratake-off) yaitu terjadi peralihan struktur tenaga kerja dari pertanian ke industri, tinggal landas (take-off) yaitu hambatan dalam struktur sosial dan politik dapat diatasi, menuju kematangan (the drive to maturity), serikat buruh dan dagang semakin maju, dan tahap konsumsi masa tinggi (high mass consumption) dimana tenaga kerja didominasi tenaga kerja terdidik dan penduduk di kota lebih besar dari desa (Rostow & Rostow, 1990). Perkembangan teori pertumbuhan ekonomi dari Karl Bucher menguraikan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara berdasarkan hubungan produsen dengan konsumen (Normano, 1931). Tahapannya adalah sebagai berikut:
14
(1) Masa rumah tangga tertutup, masyarakat hanya memenuhi kebutuhan kelompoknya sendiri;
(2) Masa rumah tangga kota, muncul hubungan dagang antar desa dan desa dengan kota,
(3) Masa rumah tangga bangsa/kemasyarakatan, perdagangan antar kota akan membentuk satu kesatuan masyarakat yang melakukan pertukaran dagang dalam negara, dan
(4) Masa rumah tangga dunia, masa di mana perdagangan telah melewati masa-masa negara.
Terakhir, ada teori menurut Kuznets yang mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan kemampuan jangka panjang suatu negara dalam menyediakan berbagai jenis barang ekonomi dengan jumlah yang banyak kepada penduduknya (Hassan et al., 2015; Firman et al., 2020). Lebih lanjut, Kuznets mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi dicapai oleh 3 faktor yakni (e.g., Peningkatan persediaan barang yang terus-menerus, perkembangan teknologi, penggunaan teknologi secara efektif dan efisien).
2.2. Teori Konsumsi
Keynes mengemukakan teori konsumsi yang disebut Absolute Income Hypotesis. Fungsi konsumsi Keynes adalah dirumuskan sebagai berikut: C = a + bYd C menunjukkan nilai konsumsi yang dilakukan semua rumah tangga dalam perekonomian. a. adalah konsumsi otonom, yaitu tingkat konsumsi yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional. b adalah Marginal Propensity to Consume (MPC) yaitu perbandingan pertambahan konsumsi dengan pertambahan pendapatan Yd adalah Pendapatan disposible Berdasarkan persamaan fungsi konsumsi Keynes tersebut ada tiga ciri penting dari konsumsi rumah tangga dalam
Absolute Income Hypothesis tersebut: 1. Tingkat konsumsi rumah tangga pada suatu periode
ditentukan oleh pendapatan disposebel yang diterima pada periode tersebut. 2. Teori konsumsi Keynes berpendapat bahwa apabila pendapatan disposebel meningkat, maka tingkat konsumsi juga aka meningkat, tetapi pada jumlah yang lebih kecil dari peningkatan pendapatan. 3. Walaupun seseorang atau suatu keluarga tidak mempunyai pendapatan, mereka masih tetap melakukan konsumsi (de Gregori & Kuznets, 1967).
2.3. Teori Pengeluaran Pemerintah
Model pembangunan tentang perkembangan pengeluaran pemerintah dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi yang dibedakan antara tahap awal, tahap menengah dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, presentase investasi pemerintah terhadap total investasi lebih besar sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana, seperti misalnya pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi, dan sebagainya (Rostow & Rostow, 1990). Pada tahap menengah pembangunan ekonomi investasi pemerintah tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas, namun pada tahap ini peranan investasi swasta sudah semakin besar (Kocka, 2015). Peranan pemerintah tetap besar pada tahap menengah, oleh karena peranan swasta yang semakin besar ini banyak menimbulkan kegagalan pasar, dan menyebabkan pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik. Pada tingkat ekonomi yang lebih lanjut, Rostow menyatakan bahwa pembangunan ekonomi, aktivitas pemerintah beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran untuk aktivitas sosial seperti halnya, program kesejahteraan hari tua, program pelayanan kesehatan masyarakat dan sebagainya. Sedangkan menurut Peacok dan Wiseman mendasarkan teori mereka pada suatu teori bahwa masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi pajak, yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah (Blundell et al., 2018). Teori Peacok dan Wiseman mengemukakan bahwa perkembangan ekonomi akan menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah, dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Oleh karena itu, dalam keadaan normal, meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan pemerintah yang semakin besar, begitu juga dengan pengeluaran pemerintah menjadi semakin besar (Goschin, 2015).
15
III. Design Penelitian dan Metodologi
Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif. Adapun jenis data yang diperoleh yaitu data sekunder yang meliputi:
(1) Data Pengeluaran Konsumsi Kabupaten Tana Toraja dari tahun 2010 – 2019. (2) Data Pengeluaran Pemerintah Kabupaten Tana Toraja dari tahun 2010 – 2019. (3) Data Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tana Toraja dari tahun 2010 – 2019.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian yaitu metode analisis regresi linear berganda dengan model sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + e
Keterangan:
Y = Pertumbuhan Ekonomi α = Konstanta
β1X1 = Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga β2X2 = Pengeluaran Pemerintah
e = Error Term
IV. Hasil Penelitian & Pembahasan
Berikut ini adalah data pengeluaran konsumsi rumah tangga di Kabupaten Tana Toraja dari tahun 2010 – 2019, seperti yang ditunjukan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Kabupaten Tana Tahun 2010 – 2019
Tahun Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (Juta Rupiah)
2010 1.574.255,44 2011 1.801,588,35 2012 2.050.211,20 2013 2.358.634,51 2014 2.685.419,98 2015 2.977.019,08 2016 3.244.505,16 2017 3.606.815,98 2018 4.012.845,15 2019 4.405.088,76
Sumber: BPS Kabupaten Tana Toraja
Berdasarkan data pada Tabel 1, pengeluaran konsumsi rumah tangga di Kabupaten Tana Toraja dari tahun 2010 – 2019 mengalami trend kenaikan dari tahun ke tahun. Adapun pengeluaran konsumsi rumah tangga yang tertinggi yaitu pada tahun 2019 dengan jumlah sebesar Rp 4,405,088.76, dan yang terendah yaitu pada tahun 2010 dengan jumlah sebesar Rp 1,574,255.44.
Berdasarkan data pada Tabel 2, pengeluaran pemerintah Kabupaten Tana Toraja dari tahun 2010 – 2019 mengalami trend peningkatan dari tahun ke tahun. Adapun pengeluaran pemerintah yang tertinggi yaitu pada tahun 2019 sebesar Rp 1,195,072.73, dan yang terendah yaitu pada tahun 2010, yaitu sebesar Rp 543,988.11 Untuk data pengeluaran pemerintah Kabupaten Tana Toraja dari tahun 2010 -2019 dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
16 Tabel 2. Pengeluaran Pemerintah Kabupaten Tana Toraja Tahun 2010 -2019
Tahun Pengeluaran Pemerintah (Juta Rupiah)
2010 543.988,11 2011 610.433,90 2012 666.040,20 2013 742,766,94 2014 827.161,17 2015 906.959,17 2016 919.175,07 2017 977.914,44 2018 1.090.502,13 2019 1.195.072,73
Sumber: BPS Kabupaten Tana Toraja
Adapun data pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tana Toraja dari tahun 2010 – 2019 dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tana Toraja Tahun 2010 – 2019
Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%)
2010 6,10 2011 7,78 2012 8,58 2013 7,19 2014 6,80 2015 6,85 2016 7,29 2017 7,47 2018 7,89 2019 7,22
Sumber: BPS Kabupaten Tana Toraja
Berdasarkan data pada Tabel 3, tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tana Toraja dari Tahun 2010 – 2019 mengalami trend yang fluktuatif dari tahun ke tahun. Adapun tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tana Toraja yang tertinggi yaitu pada tahun 2012, sebesar 8,58%, sedangkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terendah yaitu pada tahun 2010, sebesar 6,10%. Data hasil penelitian tersebut kemudian diolah dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 24, sehingga diperoleh hasil estimasi penelitian seperti yang ditunjukan pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Hasil Estimasi Penelitian
Variabel Koefisien β Tingkat Signifikan (5%)
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 4,841 ,632 (Tidak Signifikan)
Pengeluaran Pemerintah -6,167 ,652 (Tidak Signifikan)
Pembahasan
Berdasarkan hasil estimasi penelitian yang terdapat pada Tabel 4, diperoleh hasil bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pengeluaran pemerintah tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tana Toraja Tahun 2010 – 2019. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dikemukakan oleh Hakib (2009) yang mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi pemerintah memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian yang menunjukkan tidak adanya pengaruh pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi ini sangat kontraditif dengan teori keynes yang mengatakan bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pengeluaran pemerintah memiliki peranan yang sangat penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi,
17
V. Simpulan Dan Saran
Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pengeluaran pemerintah tidak memiliki pengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tana Toraja dalam kurung waktu 2010 – 2019. Berikut saran yang dapat diberikan dalam kajian ini menambahkan hasil yang lebih baik dalam analisis korelasi ini, sebaiknya melibatkan data series yang lebih panjang dan valid.
Daftar Pustaka
Blundell, R., Joyce, R., Norris Keiller, A., & Ziliak, J. P. (2018). Income inequality and the labour market in Britain and the US. Journal of Public Economics, 162, 48–62.
https://doi.org/10.1016/j.jpubeco.2018.04.001
Boianovsky, M. (2013). Friedrich List and the economic fate of tropical countries. History of
Political Economy, 45(4), 647–691.
Boianovsky, M. (2018). Beyond capital fundamentalism: Harrod, Domar and the history of development economics. Cambridge Journal of Economics, 42(2), 477–504.
de Gregori, T. R., & Kuznets, S. (1967). Modern Economic Growth: Rate, Structure, and Spread. Technology and Culture. https://doi.org/10.2307/3101737
Fagerberg, J. (2003). Schumpeter and the revival of evolutionary economics: an appraisal of the literature. Journal of Evolutionary Economics, 13(2), 125–159.
Firman, A., Putra, A. H. P. K., Mustapa, Z., Ilyas, G. B., & Karim, K. (2020). Re-conceptualization of Business Model for Marketing Nowadays: Theory and Implications.
The Journal of Asian Finance, Economics and Business (JAFEB), 7(7), 279–291.
Goschin, Z. (2015). Territorial Inequalities and Economic Growth in Romania. A Multi-factor Approach. Procedia Economics and Finance, 22(November 2014), 690–698.
https://doi.org/10.1016/s2212-5671(15)00285-3
Hakib, A., & Arifin, A. (2020). Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga, Jumlah Penduduk, dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Wilayah MAMINASATA.
CESJ: Center Of Economic Students Journal, 3(3), 290–300.
Hassan, S. A., Zaman, K., & Gul, S. (2015). The Relationship between Growth-Inequality-Poverty Triangle and Environmental Degradation: Unveiling the Reality. Arab Economic
and Business Journal, 10(1), 57–71. https://doi.org/10.1016/j.aebj.2014.05.007
Iannaccone, L. R. (1991). The consequences of religious market structure: Adam Smith and the economics of religion. Rationality and Society, 3(2), 156–177.
Kaharudin, R., Kumenaung, A. G., & Niode, A. O. (2019). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran Dan Kemiskinan (Studi Kasus Pada Kota Manado Tahun 2001-2017). EFISIENSI, 19(04).
Khan, S. M., & Khan, Z. S. (2007). World Investment Report 2006, FDI from Developing and Transition Economies: Implications for Development by United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD). United Nations Publications, New York (2006).
Journal of Asian Economics. https://doi.org/10.1016/j.asieco.2007.02.015
Kocka, J. (2015). Capitalism: The History of the Concept. In J. D. Wright (Ed.), International Encyclopedia of the Social & Behavioral Sciences (Second Edition) (Second Edi, pp. 105–110). Elsevier. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/B978-0-08-097086-8.03069-5 Kurz, H. D. (2010). Technical progress, capital accumulation and income distribution in
Classical economics: Adam Smith, David Ricardo and Karl Marx. The European Journal
of the History of Economic Thought, 17(5), 1183–1222.
Normano, J. F. (1931). Karl Bücher: An Isolated Economist. Journal of Political Economy,
18
Rostow, W. W., & Rostow, W. W. (1990). The stages of economic growth: A non-communist
manifesto. Cambridge university press.
Sasaki, H., Matsuyama, J., & Sako, K. (2013). The macroeconomic effects of the wage gap between regular and non-regular employment and of minimum wages. Structural
Change and Economic Dynamics, 26, 61–72.
https://doi.org/10.1016/j.strueco.2013.06.001
Sentot Harman Glendoh. (2000). Fungsi Pengawasan Dalam Penyelenggaraan Manajemen Korporasi. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, 2(1), pp.43-56. http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/view/15598
Yildirim, J., & Sezgin, S. (2003). Military expenditure and employment in Turkey. Defence and