UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
ANALISIS PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA, NILAI TUKAR, DAN NILAI EKSPOR TERHADAP NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
SKRIPSI Diajukan oleh :
NAMA : WILL JACKSON NIM : 050501091
DEPARTEMEN : EKONOMI PEMBANGUNAN
GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI
ABSTRACT
Balance of payment is a systematic record about all the economic transactions
between the population of a country with another country’s for specific period. The
economic relation could be occurred between governments, societies, such as ; private and
societies, governments, and the other citizens.
The title of the script is “ Analysis Inflation, Rate, Kurs, and Export influence to
Balance of Payment “. The problems are how to fluctuate of balance of payment of
Indonesia and what kinds of factors which influence it.
The research method used by the writer is secondary data. The writer got the data
from Indonesian Bank as central Bank in Indonesia and Statistic Center Institution and the
data from Library Research. The writer collected the data by directly writing. The data has
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI... i
DAFTAR TABEL... ii
DAFTAR GANBAR... iii
DAFTAR LAMPIRAN... vii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang... 11.2.Perumusan Masalah... 4
1.3.Tujuan Dan Manfaat Penelitian... 5
BABII. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Neraca Pembayaran...72.1.1. Tujuan Penyususnan Neraca Pembayaran...8
2.1.2. Struktur Dasar Neraca Pembayaran...10
2.2. Inflasi (inflation)...16
2.2.1. Defenisi dan Pengertian Inflasi... 16
2.2.2. Jenis – Jenis Inflasi...17
2.3. Kurs ( Nilai Tukar Mata Uang)... 22
2.3.1. Sistem Kurs... 24
2.3.2. Arbitrase... 26
2.3.3. Kurs Spot dan Kurs Berjangka... 27
2.3.4. Teori – teori kurs... 28
2.3.5. Sistem Bretton Woods... 35
2.4. Suku Bunga………. 38
2.5. Net Ekspor... 41
2.5.1. Pengertian Ekspor... 41
2.5.2. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Ekspor... 42
2.5.3. Kebijaksanaan Ekspor... 43
2.5.4. Aneka Cara Ekspor... 44
2.6. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian... 50
2.6.1. Kerangka konseptual penelitian... 50
2.6.2. Hipotesis Penelitian...51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Ruang lingkup Penelitian...523.2. Jenis dan Sumber Data...52
3.3. Pengolahan Data...52
3.5. Model Analisis Data...53
3.6. Defenisi Operasional...65
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran dan Objek Penelitian...66
4.2. Gambaran Perekonomian Indonesia...73
4.3. Perkembangan Inflasi...75
4.4. Perkembanhgan Tingakat Suku Bunga SBI...78
4.5. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS...81
4.6. Perkembangan Nilai Ekspor...84
4.7. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia...89
4.8. Analisis...98
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan...1245.2. Saran...128
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk menurut provinsi 1980 – 2000
Tabel 4.2. Distribusi Persentase Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Provinsi 1980 - 2000
Tabel 4.3. Perkembangan nilai inflasi tahun 1985 - 2007
Tabel 4.4. Perkembangan nilai sukubunga SBI tahun 1985 - 2007
Tabel 4.5. Perkembangan nilai tukar tahun 1985 - 2007
Tabel 4.6. Perkembangan nilai ekspor tahun 1985 - 2007
Tabel 4.7. Perkembangan neraca pembayaran Indonesia tahun 1985 - 2007
Tabel 4.8. Neraca Pembayaran, Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Nilai Ekspor
(1985 – 2007)
Tabel 4.9. Variabel X1, X2, X3 dengan variabel Y1
Tabel 4.10. Variabel X1, X2, X3 dengan variabel Y2
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual Penelitian Gambar 3.1. Direct effect
Gambar 3.2. Indirect effect Gambar 3.3. Total effect
Gambar 3.4 Kurva Uji t-statistik Gambar 3.5 Kurva Uji F-Statistik Gambar 3.6 Kurva Durbin-Watson Gambar 4.1. Direct effect model pertama Gambar 4.2. Kurva Uji F - Statistik
Gambar 4.3. Uji t – statistik terhadap inflasi Gambar 4.4. Uji t – statistik terhadap sukubunga Gambar 4.5. Uji t – statistik terhadap nilai tukar Gambar 4.6. Uji D - W
Gambar 4.7. Direct effect model kedua Gambar 4.8. Kurva Uji F - Statistik
Gambar 4.12. Uji D – W
Gambar 4.13. Direct effect model ketiga
Gambar 4.14. Uji t – statistik terhadap nilai ekspor Gambar 4.15. Uji D – W
Gambar 4.16. indirect effect variabel – variabel bebas terhadap neraca pembayaran melalui nilai ekspor
ABSTRACT
Balance of payment is a systematic record about all the economic transactions
between the population of a country with another country’s for specific period. The
economic relation could be occurred between governments, societies, such as ; private and
societies, governments, and the other citizens.
The title of the script is “ Analysis Inflation, Rate, Kurs, and Export influence to
Balance of Payment “. The problems are how to fluctuate of balance of payment of
Indonesia and what kinds of factors which influence it.
The research method used by the writer is secondary data. The writer got the data
from Indonesian Bank as central Bank in Indonesia and Statistic Center Institution and the
data from Library Research. The writer collected the data by directly writing. The data has
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan khususnya dalam bidang ekonomi ditempatkan pada urutan pertama
dari seluruh aktifitas pembangunan. Dalam rangka pembangunan ekonomi sekaligus terkait
usaha – usaha pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat. Pembangunan ekonomi
dipandang sebagai kenaikan dalam pendapatan perkapita. Besarnya pendapatan perkapita
ditentukan oleh besarnya pendapatan nasional. Salah satu yang mempengaruhi besarnya
pendapatan nasional adalah factor ekspor – impor atau perdagangan luar negeri.
Dalam dunia modern sekarang, suatu negara sulit untuk memenuhi seluruh
kebutuhannya sendiri tanpa bekerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi
yang sangat cepat, pembagian kerja menjadi semakin mantap, sehingga perkembangan
spesialisasi menjadi semakin pesat. Sebagai akibatnya, semakin meningkat pula produksi
barang – barang dan jasa - jasa yang dibutuhkan untuk memuaskan kebutuhan kita.
Perkembangan spesialisasi berarti juga perkembangan perdagangan. Karena tidak semua
sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan barang – barang dapt diperoleh didalam
negeri, perdagangan antar bangsa pun meningkat dengan cepat. Dengan demikian
a. Tukar menukar barang – barang dan jasa
b. Pertukaran dan perluasan penggunaan teknologi sehingga dapat mempercepat
pertumbuhan ekonomi negara – negara yang terlibat didalamnya.
Perdagangan luar negeri adalah kegiatan memperdagangkan output barang – barang
dan jasa – jasa yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain.
Arus barang, jasa serta kapital international dicapai dalam suatu neraca yang disebut
dengan neraca pembayaran, yang merupakan catatan sistematik dari transaksi internasional
suatu negara untuk periode tertentu. Dengan kata lain neraca pembayaran mencatat nilai
barang dan jasa serta volume netto kapital yang masuk dan keluar dari suatu negara untuk
periode tertentu, biasanya satu tahun kalender.
Perkembangan perdagangan luar negeri dan neraca pembayaran adalah sangat
penting dan berpengaruh besar atas perekonomian dan pembangunan negara yang system
ekonominya terbuka seperti Indonesia. Ekonomi Indonesia dalam peta ekonomi dunia
memang merupakan a small open economy, dimana kekuatan ekonominya dipasar global
adalah kecil namun transaksi internasionalnya dalam perdagangan barang dan jasa atau pun
modal adalah besar. Dalam hubungan ini gejolak fluktuasi perekonoian dan perdagangan
dunia tidak hanya akan mempengaruhi keseimbangan eksternal, tetapi juga berpengaruh
terhadap stabilitas dan pembangunan nasional.
Dampak perkembangan tesebut serta pengaruh perubahan yang terjadi dalam
dengan teratur dan kontiniu. Sehingga kita akan dapat mengambil langkah dan upaya yang
tepat untuk dapat memeperbaiki posisi perekonomian serta memelihara proses dan
momemtum pembagunan nasional yang berlangsung dewasa ini.
Neraca pembayaran disusun untuk memberitahukan kepada pemerintah dan siapa
saja yang membutuhkan dan berkepentingan mengenai posisi internasional dari negara –
negara yang bersangkutan secara keseluruhan. Data –data seperti ini tentunya sangat
diperlukan bagi penyusunan kebijakan moneter, fiskal dan perdagangan. Bagi kalangan
swasta, data – data pada neraca pembayaran juga penting untuk menyusun perencanaan dan
srtategy bisnis. Pemerintah dari suatu negara biasanya juga meminta rincian informasi dan
data – data neraca pembayaran dari negara – negara lain yang menjadi mitra – mitra
dagangnya. Informasi yang terkandung dalam neraca pembayaran dari suatu negara juga
sangat dibutuhkan oleh kalangan perbankan, perusahaan – perusahaan multinasional dan
siapa saja yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam kegiatan
perdagangan dan keuangan internasional.
Neraca Pembayaran Indonesia (balance of payment) memainkan peranan cukup
penting dalam pengelolaan ekonomi makro Indonesia. Selain dapat dijadikan sebagai
barometer dalam mengukur kemampuan perekonomian nasional dalm menopang –
menopang transaksi – transaksi internasional, terutama yang berhubungan dengan
kewajiban pembayaran utang dan transaksi impor, posisi neraca pembayaran juga
Disamping itu, sejumlah besaran yang ada didalamnya seperti, ekspor – impor barang dan
jasa, memiliki kontribusi yang cukup significant terhadap pembentukan Produk Domestik
Bruto (PDB), oleh karena itu, sektor ini juga memiliki peranan yang sangat strategis dalam
upaya mendorong perbaikan ekonomi didalam negeri, baik dari sisi ketersediaan cadangan
devisa maupun dari sisi kontribusi sektor tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dari uraian inilah yang menjadi pertimbangan bagi penulis untuk menelti dan
menulis skripsi dengan judul “ Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Sukubunga, dan
Nilai Ekspor Terhadap Neraca Pembayaran “ .
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, penulis membuat
perumusan masalah sebagai berikut :
a. Apakah Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar berpengaruh terhadap Nilai Ekspor ?
b. Apakah Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar berpengaruh terhadap Neraca Pembayaran ?
c. Apakah Nilai Ekspor berpengaruh terhadap Neraca Pembayaran ?
d. Bagaimana pengaruh direct effect, indirect effect, dan total effect variabel inflasi, suku
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar terhadap Nilai
Ekspor.
b. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar terhadap Neraca
Pembayaran.
c. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar, dan Nilai Ekspor
terhadap Neraca Pembayaran.
d. Untuk mengetahui pengaruh direct effect, indirect effect, dan total effect variabel
Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar terhadap Neraca Pembayaran melalui nilai
ekspor.
1.4. Mafaat Penelitian
Secara umum manfaat penelitian ini adalah :
a. Sebagai bahan pertimbangan di dalam mengambil kebijakan fiskal dan kebijakan
moneter oleh pemerintah
b. Menjadi masukan bagi bank dalam rangka pemberian kredit terhadap kalangan
c. Menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak – pihak lain yang ingin mengetahui
perkembangan neraca pembayaran Indonesia dan faktor – faktor yang
mempengaruhinya
d. Bermanfaat bagi penulis sendiri sebagai penambah pengetahuan dan menjadi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Neraca Pembayaran
Neraca Pembayaran adalah suatu catatan aliran keuangan yang menunjukkan nilai
transaksi perdagangan dan aliran dana yang dilakukan diantara suatu negara dengan negara
lain dalam suatu tahun tertentu.
Dengan kata lain neraca pembayaran mencatat nilai barang dan jasa serta volume
neto kapital yang memasuki dan keluar dari suatu negara untuk suatu periode tertentu,
biasanya dua belas bulan. Meskipun pengukuran Neraca pembayaran dikumpulkan serta
diterbitkan secara kwartalan bahkan bulanan, fluktuasi jangka pendek mengandung arti
bahwa itu merupakan petunjuk umum atas kecendrungan menyeluruh. Bahkan saruan
pengukur pembayaran tahunan yang karena ketidakauratan data harus direvisi kadangkala
untuk beberapa tahun dan kadangkala secara signifikan dalam kedua lingkup serta ukuran.
Pada tingkat mikroekonomis, neraca pembayaran dipergunakan untuk menganalisis
peranan ekonomis dari rekening barang dan jasa individual, mengkuantifisir variasi dalam
asing. Aplikasi mikroekonomis ini melukiskan aktivitas internasional secara individual.
Pada tingkat makroekonomis Neraca Pembayaran berhubungan dengan aktivitas
internasional agregat serta memberikan petunjuk apakah dalam ekonomi terdapat
keseimbangan eksternal atau apakah sektor luar negeri menyebabkan ekonmi domestik
mengalami tekanan ekspansioner atau kontraksioner (ketidakseimbangan eksternal). Hal ini
memungkinkan ukuran Neraca Pembayaran dipergunakan sebagai dasar baik untuk
mempertahankan keseimbangan eksternal maupun mempergunakan ketidakseimbangan
eksternal sebagai satu variabel makroekonomi misalnya untuk mencapai ekspansi ekonomi
domestic.
Aplikasi serta interpretasi dari neraca embayaran berpokok pada dua hal :
Pertama, neraca pembayaran mencakup baik barang dan jasa akhir maupun antara
(intermediate). Dengan demikian bukan merupakan indikator langsung dari kesejahteraan
ekonomi.
Kedua, ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran mencerminkan surplus dan defisit,
bukannya untung dan rugi. Hal ini ukuran neraca pembayaran mencatat arus masuk keluar
barang, jasa dan kapital untuk satu negara, bukannya syarat – syarat mengenai arus barang,
jasa dan capital tersebut.
Suatu neraca pembayaran dapat dibedakan kepada dua bagian yang utama, yaitu
2.1.1.Tujuan Penyusunan Neraca Pembayaran
Tujuan Penyusunan neraca pembayaran adalah :
a.Mengetahui peranan sektor eksternal dalam perekonomian suatu negara.
Peranan sektor eksternal tercermin antara lain dari besarnya jumlah permintaan
produk domestic oleh bukan penduduk, atau sebaliknya. Semakin besar permintaan
terhadap produk domestik oleh bukan penduduk, yang tercermin dari nilai ekspor negara
bersangkutan, semakin besar pula peranan sektor eksternal dalam pembentukan produk
domestik.
b. Mengetahui aliran sumber daya antara negara
Dari neraca pembayaran diketahui seberapa besar aliran sumber daya antara suatu
negara dengan negara – negara lainnya sehingga terlihat apakah negara tersebut merupakan
pengekspor barang dan atau modal, atau sebaliknya sebagai pengimpor barang dan atau
modal.
c. Mengetahui struktur ekonomi dan perdagangan suatu negara.
Dengan mengamati perkembangan neraca pembayaran, dapat diketahui pola umum
kegiatan perekonomian suatu negara dalam berinteraksi dengan negara lain, seperti
ketergantungan sumber pendapatan nasional dari hasil ekspor produk pertanian dan
ketergantungan sektor pembiayaan investasi dari negara lain.
Dari catatan transaksi modal dan keuangan di neraca pembayaran, dapat diketahui
seberapa jauh suatu negara dapat memenuhi kewajibannya terhadap negara lain.
e. Mengetahui perubahan posisi cadangan devisa suatu negara.
Bertambah atau berkurangnya posisi cadangan devisa terkait dengan surplus atau
defisit neraca pembayaran. Apabila terjadi surplus neaca pembayaran maka posisi cadangan
devisa akan bertambah sebesar surplus tersebut. Demikian pula sebaliknya apabila terjadi
defisit neraca pembayaran.
f. Dipergunakan sebagai sumber data dan informasi dalam penyusunan anggaran devisa
(foreign exchange budget)
Dengan memperhatikan surplus atau defisit neraca pembayaran pada tahun tertentu
dapat diperkirakan besarnya kebutuhan devisa untuk anggaran tahun berikutnya, sekaligus
dapat ditentukan besarnya pnijaman yang diperlukan.
g. Dipergunakan sebagai sumber data penyusunan statistik pendapatan nasional (national
account)
Statistik neraca pembayaran diperlukan dalam perhitungan pendapatan nasional
mengingat salah satu variable pendapatan nasional adalah nilai ekspor – impor barang dan
jasa yang tercatat dalam neraca pembayaran.(Waluya, 1995)
Dilihat dari srukturnya, neraca pembayaran dapat dikelompokkan dalam dua
kelompok besar, yaitu transaksi berjalan dan transaksi modal. Masing – masing komponen
dalam kelompok terdiri dari sisi kredit dan debet. Sisi kredit mencatat transaksi – transaksi
yang menimbulkan hak bagi penduduk suatu negara untuk menerima pembayaran dan sisi
debet mencatat transaksi – transaksi yang menimbulkan kewajiban membayar bagi
penduduk suatu Negara terhadap penduduk negara lain.
Struktur neraca pembayaran terdiri dari beberapa komponen yang dikelompokkan
sebagai berikut :
a. Transaksi berjalan ( current account )
1) Perdagangan barang ( trade )
* Ekspor ( exports )
* Impor ( imports )
2) Jasa – jasa ( services )
3) Penghasilan ( income )
4) Transfer ( transfers )
b. Transaksi modal dan keuangan (capital and financial account)
1) Transaksi modal (capital account)
2) Transaksi keuangan di luar cadangan devisa (financial account)
* Penanaman modal langsung (foreign direct investment)
* Investasi lainnya
c. Perubahan cadangan devisa (change in reserves)
d. Selisih perhitungan (errors and omissions)
Penjelasan mengenai masing – masing komponen dalam neraca pembayaran adalah
sebagai berikut :
a. Transaksi berjalan (current account)
Transaksi berjalan meliputi perdagangan barang dan jasa, penghasilan (income) , dan
current transfer. Secara keseluruhan, transaksi berjalan menggambarkan nilai bersih antara
sisi kredit dan sisi debet dari seluruh transaksi yang tercatat dalam setiap komponen
transaksi berjalan. Secara analitis, dalam kelompok transaksi berjalan tersebut terdapat dua
neraca lainnya, yaitu neraca perdagangan, yang merupakan hasil bersih dari perdaganagan
barang atau ekspor dan impor barang, dan neraca jasa yang merupakan hasil ekspor jasa
dan impor jasa. Khusus mengenai neraca perdagangan, perhitungan baik ekspor maupun
impor harus dalam nilai free on board (f.o.b), bukan dalam nilai keseluruhan, termasuk
cost, insurance, dan freight (c.i.f), mengingat ongkos dan jasa pengiriman merupakan
kelompok transaksi jasa sehingga harus dikelompokkan dalam jasa – jasa. Beberapa
taransaksi yang termasuk dalam kelompok jasa antara lain ialah jasa transportasi, pariwisata
dan komunikasi. Sementara itu, hasil penggunaan faktor produksi, modal dan tenaga kerja
dicatat dalam kelompok penghasilan (income), misalnya deviden dan bunga. Selanjutnya
untuk melakukan pembayaran (unrequited transfer), seperti hibah yang diterima
pemerintah maupun swasta.
b. Transaksi modal dan keungan (capital and financial account)
Secara keseluruhan, transaksi modal dan keuangan menggambarkan nilai bersih antara sisi
kredit dan debet dari keseluruhan transaksi yang tercatat dalam setiap komponen transaksi
modal dan transaksi keuangan. Transaksi modal dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu
capital transfer dan pembelian / penjualan non financial assets. Seperti paten dan copyrights. Capital transfer selain mencakup pemberian barang modal (fixed assets), juga
transfer uang dalam rangka pembelian barang modal.
Sementara itu, transaksi keuangan yang meliputi transaksi yang menyebabkan bertambah
atau berkurangnya asset dan atau kewajiban luar negeri dibagi dalam dua kelompok besar,
yaitu transaksi keuangan diluar cadangan devisa (reserve assets) dan transaksi yang
menyebabkan perubahan cadangan devisa. Kelompok transaksi keuangan di luar reserve
mencakup transaksi yang terkait dalm lau lintas keunagan baik dalam jangka pendek,
menengah, maupun jangka panjang yang dilakukan baik oleh pemerintah, perusahaan
pemerintah, maupun swasta, termasuk penanaman modal asing. Perlu dikemukakan bahwa
pembayaran bunga pinjaman tidak diperhitungkan dalam lalu lintas modal melainkan dalam
jasa – jasa mengingat transasi tersebut merupakan transaksi jasa.
Sementara itu, transaksi keuangan yang menyangkut cadangan devisa atau reserve assets
merupakan pos yang menampung surplus atau defisit neraca pembayaran. Pos ini
menunjukkan perubahan jumlah cadangan devisa yang dikuasai oleh otoritas moneter
sehubungan oleh transaksi internasional yang terjadi pada periode waktu tertentu, biasanya
satu tahun. Adapun komponen cadangan devisa yang dicatat dalam neraca pembayaran
meliputi :
• Emas moneter (monetary gold), yaitu emas yang dikelola otoritas moneter baik
yang disimpan dalam negeri
• Reserves Position in the Fund (RPF), merupakan rekening yang dimiliki anggota
IMF yang bersifat liquid (liquid claim) terhadap IMF. Jumlah RPF yang dimiliki
masing – masing anggota tergantung pada besarnya setoran kuota dan valuta asing.
RPF dapat diperhitungkan sebagai komponen cadangan devisa mengingat sewaktu –
waktu dapat ditarik dapat bentuk fasilitas yang dapat diberikan oleh IMF.
• Specilal drawing rights (SDR), merupakan rekening giro yang dimiliki negara
anggota IMF dalam satuan hitung SDR yang diciptakan oleh IMF untuk digunakan
dalam setiap kali melakukan transaksi keuangan dengan IMF. Pembentukan
rekening tersebut dimaksudkan untuk menunjang stabilitas moneter internasional
dengan cara melakukan pada saat kondisi likuiditas internasional mengalami
ketidakseimbagan. Dengan demikian, SDR memungkinkan bertambah besarnya
internasional. Besarnya rekening SDR masing – masing anggota Negara dapat
berubah pada saat memperoleh alokasi atau tambahan alokasi SDR dan pada saat
melakukan pembelian atau melakukan transaksi keuangan dengan IMF
• Valuta Asing (foreign exchange), tagihan kepada bukan penduduk dalam bentuk
mata uang asing, saldo rekening giro, dan saldo simpanan berjangka dalam valuta
asing serta kertas berharga dalam valuta asing.
d. Selisih perhitungan (errors and omissions)
Selisih perhitungan merupakan komponen penyeimbang neraca untuk menampung selisih
atau perbedaan antara pencatatan di sisi kredit dan sisi debet. Selisih antara sisi kredit dan
sisi debet dapat terjadi, mengingat dalam praktik sumber data pencatatan transaksi neraca
pembayaran pada sisi debet berbeda dengan sisi kredit, sehingga memungkinkan terjadinya
perbedaan masing – masing sisi. Selain itu slisih perhitungan juga dapat terjadi karena
kesalahan pencatatan, selisih waktu pencatatan (time-lag),selisih kurs, dan kesulitan dalam
2.2. Inflasi (inflation)
2.2.1. Defenisi dan Pengertian Inflasi
Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang – barang yang bersifat umum dan terus
menerus. Dari defenisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan
telah terjadi inflasi :
1. Kenaikan harga
2. Bersifat umum
3. Berlangsung terus menerus
Biasanya inflasi didefenisikan sebagai kenaikan harga – harga umumya. Kalau
harga – harga dalam sektor industri naik, sedang harga – harga di sector pertanian turun,
ada kemungkinan angka indeks harga tidak naik sama sekali. Memang, kalau harga – harga
dalam satu sektor naik terus, sedangkan sektor – sektor lainnya stabil atau turun kita
mengalami perubahan dalam harga – harga relatif . Kalau harga – harga relatif berubah
secara radikal, jelas bahwa ada orang – orang yang mengalami kerugian dan ada juga orang
lainnya yang memperoleh keuntungan. Demikian pula inflasi. Karena barang A naik lebih
cepat dari barang B, kekayaan si A naik secara relatif terhadap kekayaan si B. Ini bukan
relatif. Tetapi kekuatan inflasi mengakibatkan perubahan – perubahan harga relatif yang
lebih bedar daripada perubahan yang disebabkan oleh pergeseran dalam kurva – kurva
permintaan dan penawaran dalam suatu perekonomian yang stabil. Ada harga – harga yang
berubah dengan cepat sekali akibat tekanan inflasi dan ada juga lainnya yang “ bergetah “ .
Misalnya, upah pegawai negeri tidak dapat dinaikkan kecuali dengan keputusan DPR tetapi
harga – harga barang di pasar dapat berubah setiap waktu.(Sukirno,2006)
2.2.2. Jenis – Jenis Inflasi
Ada tiga golongan pengklasifikasian jenis – jenis inflasi yaitu berdasarkan atas parah
tidaknya inflasi tersebut, sumber – sumber penyebabnya, dan asalnya, Yakni :
a. Golongan inflasi berdasarkan atas parah tidaknya inflasi atau besarnya tekanan
inflasi
1. Inflasi ringan (creeping inflation)
Laju inflasi dibawah 10 % per tahun. Ditandai dengan kenaikan harga berjalan secara
lambat dengan persentase kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama.
2. Inflasi sedang (antara 10 % - 30 % per tahun)
Ditandai dengan kenaika harga yang lebih cepat dari inflasi ringan dan perlu
diwaspadai dampaknya bagi perekonomian.
Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang – kadang berjalan
dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi. Artinya harga – harga
minggu atau bulan ini lebih tinggi dari harga – harga minggu atau bulan sebelumnya.
4. Hyper inflasi atau run away inflation (diatas 100 % per tahun)
Inflasi ini paling parah akibatnya dimana masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk
menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga cenderung untuk ditukarkan
dengan barang. Perputaran uang makin cepat, harga naik secara akselerasi. Biasanya timbul
apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja karena pemerintah dalam hal ini
Bank Indonesia harus mencetak uang untuk menutupinya.
b. Golongan inflasi berdasarkan atas sumber penyebab inflasi, yang dibedakan atas:
1. Inflasi tarikan permintaan (demand full inflation) atau inflasi permintaan (demand
inflation)
Inflasi tarikan permintaan (demand full inflation) atau inflasi permintaan (demand
Inflation), yaitu inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbsgai barang
terlalu kuat.
2. Inflasi dorongan biaya (cosh push inflation) atau inflasi penawaran (supply inflation)
Inflasi dorongan biaya atau inflasi penawaran, yaitu inflasi yang timbul karena kenaikan
3. Inflasi campuran (mixed inflation), yaitu inflasi yang unsur penyebabnya berupa
campuran antara tarikan permintaan dan inflasi dorongan biaya. Walaupun sering terjadi
inflasi yang murni adalah inflasi tarikan permintaan atau murni dorongan biaya tetapi
setelah dampaknya mulai terasa dalam perekonomian dapat menyebabkan terjadinya inflasi
campuran.
c. Golongan inflasi berdasarkan atas asal penyebab inflasi, yang dibedakan atas :
1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation).
Inflasi ini timbul bisa disebabkan defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan
pencetakan uang baru dan lain sebagainya.
2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)
Yaitu inflasi yang timbul karena kenaikan harga – harga di luar negeri atau di
negara – negara yang mempunyai hubungan dagang antara negara yang satu dengan negara
lainnya. Kenaikan harga barang – barang yang kita impor dapat mengakibatkan secara
langsung kenaikan indeks biaya hidup karena sebagian barang – barang yang tercakup
didalam nya berasal dari impor, secara tidak langsung menaikkan indeks harga melalui
kenaikan biaya produksi dari berbagai barang yang mengunakan bahan mentah atau mesin
– mesin yang harus diimpor, dan demikian akan menaikkan harga jual barang di dalam
negeri. Selain itu, kenaikan harga barang – barang impor juga secara tidak langsung
barang – barang impor mengakibatkan kenaikan pengeluaran pemerintah/swastanyang
berusaha mengimbangi kenaikan harga impor tersebut.(Adityawan,1986)
2.2.3. Efek Inflasi
Distribusi pendapatan, alokasi faktor produksi dan produk nasional dapat dipengaruhi
oleh inflasi. Efek terhadap distribusi pendapatan disebut juga dengan equity effect,
sedangkan efek terhadap alokasi faktor produksi dan faktor nasional masing –masing
disebut dengan efficiency dan output effect.
2.2.3.1. Efek terhadap pendapatan
Efek terhadap pendapata sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada juga
yang diuntungkan oleh adanya inflasi. Seorang yang memperoleh pendapatan tetap akan
dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seseorang yang pendapatannya tetap
Rp1.000.000,00 per tahun sedangkan laju inflasi sebesar 20 % akan menderita kerugian
penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp 200.000,00.
Demikian juga orang yang menumpuk kekayaanya dalam bentuk uang kas akan menderita
oleh karena adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan
persentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau mereka yang mempunyai kekayaan bukan
uang dimana nilainya naik dengan persentase lebih besar dari laju inflasi. Dengan adanya
serikat buruh yang menuntut kenaikan upah yang persentasenya lebih besar dari laju inflasi,
dapat juga menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola pembagian pendapatan dan
kekayaan masyarakat.
2.2.3.2. Efek terhadap efisiensi (efficiency effect)
Pada alokasi faktor – faktor produksi dapat juga mengalami perubahan oleh karena
adanya inflasi. Perubahan ini dapat terjdi melalui kenaikan permintaan akan berbagai
macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi
barang tertentu. Dengan adanya inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami
kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang kemudian mendorong kenaikan produksi
barang tersebut. Kenaikan produksi ini pada gilirannya akan mengubah pola alokasi faktor
produksi yang sudah ada. Walaupun tidak ada jaminan bahwa alokasi produksi itu lebih
efisien dalam keadaan tidak ada inflasi. Namun kebanyakan para ahli ekonomi berpendapat
bahwa inflasi dapat menyebabkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien.
2.2.3.3. Efek terhadap output (output effect)
Didalam menganalisa kedua efek diatas digunakan suatu anggapan bahwa output
pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu. Inflasi mungkin dapat menaikkan
produksi, alasanya dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului
kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan keuntugan ini akan
mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi terlalu tinggi dapat mempunyai
akibat sebaliknya, yakni penurunan output. Dalam keadaan inflasi tinggi, nilai uang riil
turun secara drastic, masyarakat cenderung tidak mempunyai uang kas, transaksi mengarah
ke barter, yang biasanya diikuti dengan turunnya produkdi barang. Dengan demikaian dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara inflasi dengan output. Inflasi bias
dibarengi dengan kenaikan output, tetapi juga dibarengi dengan penurunan output.(Sigit,
2000)
2.3. Kurs ( Nilai Tukar Mata Uang)
Harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai tukar mata
uang ( exchange rate ).
Kurs juga dapat didefenisikan sebagai harga satu unit mata uang domestik dalam
satuan valuta asing.
Mata uang yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung dalam
transaksi ekonomi dan keuangan internasional disebut sebagai hard currency, yaitu mata
mata uang lainnya. Umumnya berasal dari negara-negara industri maju, seperti USD, JPY,
EURO, dan AUD.
Sedangkan soft currency adalah mata uang lemah yang jarang digunakan sebagai alat
pembayaran dan kesatuan hitung karena nilainya relatif tidak stabil dan sering mengalami
depresi atau penurunan nilai terhadap nilai mata uang lainnya. Umumnya berasal dari
negara-negara yang sedang berkembang seperti rupiah-Indonesia, baht-Thailand, dan
rupee-India.
Total valas yang dimiliki oleh pemerintah dan swasta dari suatu negara disebut juga
sebagai cadangan devisa. Cadangan tersebut dapat diketahui dari posisi Balance of Payment
(BOP) atau neraca pembayaran internasionalnya. Makin banyak devisa yang dimiliki oleh
pemerintah dan penduduk suatu negara maka berarti akan makin besar kemampuan negara
tersebut dalam melakukan transaksi ekonomi dan keuangan internasional dan makin kuat
pula nilai mata uang negara tersebut.(Paul, 1992)
Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka
mengingat pengaruhnya yang demikian besar terhadap neraca transaksi berjalan maupun
bagi variable – variable makroekonomi lainnya. Oleh karena itulah, kurs yakni harga suatu
mata uang terhadap mata uang lainnya, juga merupakan sebuah harga aktiva atau harga
asset (asset price), sehingga prinsip – prinsip pengaturan harga asset – asset lainnya juga
berlaku dalam pengaturan kurs. Aktiva atau asset adalah suatu bentuk kekayaan, atau suatu
itu, harga dari suatu asset yang berlaku saat ini langsung berkaitan dengan barang dan jasa
yang diinginkan pihak pembeli di masa mendatang. Hal yang sama juga berlaku terhadap
kurs.
Mengingat setiap mata uang selalu menghadapi kemungkinan penurunan nilai tukar
atau depresiasi terhadap mata uang – mata uang lainnya, atau sebaliknya mengalami
kenaikan nilai tukar (apresiasi), maka kalangan keuangan internasional lebih suka
menggunakan indikator kurs efektif. Kurs efektif (effective exchange rate) adalah rata –
rata kurs antara mata uang domestik dengan mata uang dari sejumlah negara lain yang
menjadi mitra – mitra dagang terpentingnya. Jadi, faktor yang diutamakan adalah arti
penting relatif hubungan dagang antara satu negara dengan sejumlah negara lainnya yang
menjadi mitra dagangnya yang terbesar.(Dominick, 1997)
2.3.1. Sistem Kurs
Pada masa kini hampir seluruh negara yang ada di dunia tidak menggunakan sistem
kurs yang murni. Negara-negara yang melakukan hubungan ekonomi internasional dengan
negara lain menggunakan sistem kurs campuran yang memadukan sebagian karakteristik
sistem kurs baru dan sebagian lagi dengan sistem kurs mengambang yang masing-masing
memiliki komposisi paduan karakteristik yang berbeda.
Sistem kurs campuran antara lain:
Sistem kurs ini biasanya memungkinkan fluktuasi kurs sampai batas tertentu.
Sistem kurs yang didasarkan pada batas-batas fluktuasi atau sistem kurs terbatas
dimana negara-negara dapat menentukan sendiri nilai patokan kursnya, kemudian
membiarkan mata uangnya bergerak di atas/di bawah nilai patokan tersebut secara
terbatas. Kelebihan dari sistem kurs terbatas adalah dimana otoritas moneter di
berbagai negara masih tetap memungkinkan untuk melakukan intervensi. Otoritas
moneter hanya perlu sesekali melakukan intervensi terhadap pasar valuta asing
apabila kurs mata uang domestiknya bergerak terlalu jauh sehingga cenderung
melampaui batas-batas yang telah ditetapkan.
b. Sistem kurs baku yang dapat disesuaikan.
Sistem kurs baku yang dapat disesuaikan (adjustable peg system) lebih
menitikberatkan pada nilai patokan kurs daripada batas-batas nilai inflasi. Dalam
sistem ini yang sering diubah ialah nilai patokannya sehingga sistem ini mengirim
uang bagi negara-negara untuk melakukan devaluasi ataupun revaluasi
(mengoreksi neraca pembayaran).
c. Sistem kurs baku merayap.
Dalam sistem ini nilai patokan masih boleh diubah. Namun setiap perubahan
diusahakan sekecil mungkin. Sistem ini memungkinkan dilakukannya perubahan
dalam sebulan perubahan ini dapat dilakukan berulang-ulang sampai tingkat
ekuilibrium.
d. Sistem kurs mengambang terkendali.
Fluktuasi kurs yang terlalu tajam atau terlalu sering terjadi cenderung makin
surutnya arus perdagangan dan investasi internasional. Dalam system kurs
mengambang terkendali (managed floating exchange rate system) ini, otoritas
moneter di masing-masing negara dibebani kewajiban untuk melakukan intervensi
terhadap pasar-pasar valas dalam rangka mendukung inflasi jangka pendek dan
mencegah kecenderungan jangka panjangnya. Dalam sistem kurs ini masih
diperlukan adanya cadangan internasional sedangkam dalam sistem kurs
mengambang bebas tidak diperlukan cadangan internasional karena
ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran secara otomatis dikoreksi oleh
perubahan-perubahan kurs. Koreksi ini dapat berjalan secara lancar apabila pasar
valas bersifat stabil sehingga intervensi pemerintah maupun cadangan
internasional sama sekali tidak diperlukan.(Paul, 1992)
2.3.2. Arbitrase
Kurs antara dua mata uang bisa dibuat sama diberbagai pusat moneter melalui
arbitrase ( arbitrage ). Istilah ini mengacu pada praktek pembelian suatu mata uang
kembali di pusat moneter lainnya yang menawarkan harga lebih mahal, dalam rangka
mencetak keuntungan dalam jangka pendek.
Sebagai contoh, jika harga poundsterling dalam satuan dolar adalah $ 1,99 ( artinya
kita memerlukan $ 1,99 untuk membeli £ 1 ) di New york, sedangkan kurs yang berlaku di
London adalah $ 2,01, maka pelaku arbitrase ( biasanya adalah pialang valuta asing atau
sebuah bank komersial ) akan membeli poundsterling seharga $ 1,99 di New York dan
segera menjualnya kembali di London seharga $ 2,01, sehingga dalam waktu singkat ia
memperoleh keuntungan sebesar $ 0,02 untuk setiap poundsterling. Begitu kegiatan
arbitrase berlangsung, kurs antara dua mata uang cenderung mendekat, sehingga sama
besarnya di dua pusat moneter yang terkait.(Paul, 1992)
2.3.3. Kurs Spot dan Kurs Berjangka
Semua transaksi valuta asing berlangsung secara seketika atau langsung. Artinya
kedua belah pihak sepakat untuk saling menukarkan simpanan bank mereka serta
melaksanakannya secepat mungkin. Kurs yang melandasinya bersifat seketika (on the pot).
Jenis transaksi valuta asing yang paling dikenal adalah pembayaran dan penerimaan valuta
asing yang terlaksana dalm dua hari kerja setelah disepakatinya transaksi tersebut. Periode
selama dua hari kerja tersebut dimaksudkan untuk memberikan waktu yang memadai bagi
kedua belah pihak guna megadakan pengaturan dan memberikan instruksi – instruksi
berada di dalam maupun yang di luar negeri. Tipe transaksi seperti ini lazim disebut
sebagai transaksi spot (spot transaction).
Disamping transaksi spot tersebut, terdapat pula transaksi – transaksi berjangka.
Adapun yang disebut sebagai transaksi berjangka (forward transaction) adalah kesepakatan
yang dicapai pada hari ini untuk membeli sejumlah valuta asing yang penyerahannya
dilakukan di masa mendatang berdasarkan tingkat nilai kurs yang disepakati hari ini. Kurs
yang disepakati pada hari ini namun baru berlaku beberapa waktu kemudian itulah yang
disebut sebagai Kurs Berjangka (forward rate). Kurs berjangka dalam kondisi ekuilibrium
(equilibrium forward rate) ditentukan oleh perpotongan antara kurva permintaan dan kurva
penawaran pasar valuta asing khusus untuk penyerahan di masa mendatang. Adapun tingkat
–tingkat permintaan dan penawaran kurs berjangka itu biasanya bersumber dari praktek –
praktek pemagaran resiko kurs (hedging), praktek spekulasi, dan juga dari tindakan –
tindakan arbitrase suku bunga terselubung (covered interest rate arbitrage).(dominick,
1997)
2.3.4. Teori – teori kurs
a.Pendekatan Perdagangan atau Pendekatan Elastisitas Terhadap pembentukan Kurs
Salah satu model kurs tradisional yang sangat penting didasarkan pada kajian
terhadap arus pertukaran barang dan jasa antar Negara. Artinya, model ini melihat bahwa
perdagangan barang dan jasa yang berlangsung diantara kedua negara tersebut. Itulah
sebabnya model ini lazim disebut sebagai Pendekatan Perdagangan (trade approach) atau
pendekatan elastisitas terhadap pembentukan kurs (elasticity approach to exchange rate
determination). Menurut pendekatan ini kurs ekuilibrium adalah kurs yang akan
menyeimbangkan nilai ekspor dan impor dari suatu negara. Jika nilai impor negara tersebut
lebih besar ketimbang nilai ekspornya (artinya negara yang bersangkutan mengalami defisit
perdagangan), maka kurs mata uangnya akan mengalami peningkatan (artinya mata
uangnya mengalami depresiasi atau penurunan nilai tukar), dan hal itu akan berlangsung
secara cepat dalam system kurs mengambang yang berlaku pada saat ini.
Peningkatan kurs atau penurunan nilai mata uang tersebut akan membuat harga dari
beberapa komoditi ekspornya menjadi lebih murah bagi para importir atau pihak asing
sedangkan brbagai produk barang dan jasa impor menjadi lebih mahal penduduk domestik.
Akibatnya, lambat laun ekspor negara tersebut akan mengalami kenaikan sedangkan
impornya akan terus menurun sampai pada akhirnya nilai perdagangan internasionalnya
benar – benar seimbang (impor sama dengan ekspor).
b. Pendekatan Moneter Terhadap Pembentukan Kurs dan Lonjakan Kurs
Pendekatan ini mempostulasikan atau menyatakan bahwa kues tercipta dalam proses
penyamaan atau penyeimbangan stok atau total permintaan dan penawaran mata uang
Penawaran uang di suatu negara diasumsikan dapat ditetapkan atau diciptakan secara
independen oleh otorita moneter dari negara yang bersangkutan. Namun sebaliknya,
permintaan uang sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan riil negara tersebut, atau tingkat
harga – harga umum yang berlaku serta suku bunga.
Semakin tinggi pendapatan riildan harga – harga yang berlaku di negara tersebut, maka
akan semakin besar pula permintaan akan uang di negara tersebut karena setiap individu
dan perusahaan memerlukan lebih banyak uang untuk membiayai transaksi hariannya. Di
lain pihak, semakin tinggi suku bunga yang ada, maka akan semakin besar biaya
opportunitas penyimpanan uang (uang tunai atau simpanan yang tidak menghasilkan
bunga) sehingga setiap orang akan memilih asset atau sekuritas yang menghasilkan bunga
seperti obligasi atau deposito perbankan. Itu berarti, tingkat permintaan uang memiliki
hubungan terbalik dengan besaran atau tingkat bunga.
c. Pendekatan Keseimbangan Portofolio terhadap Pembentukan Kurs
Pendekatan ini merumuskan kesimpulan yang menyatakan kenaikan penawaran
uang di negara domestik akan mendorong terjadinya kemerosotan suku bunga di negara
yang bersangkutan, sehingga akan membuat para investor menukarkan obligasi
domestiknya menjadi mata uang domestik dan obligasi luar negeri.
Pembelian secara besar – besaran atas obligasi luar negeri itu dengan sendirinya
menimbulkan depresiasi atas mata uang domestik. Selanjutnya, depresiasi itu merangsang
gilirannya hal ini menciptakan surplus perdagangan bagi negara domestik yang segera
disusul oleh apresiasi mata uangnya.
d. Mekanisme Pasar Valas
Bursa atau pasar valas diartikan sebagai suatu tempat atau sistem dimana perorangan,
perusahaan dan bank dapat melakukan transaksi keuangan internasional dengan jalan
melakukan pembelian atau permintaan dan penjualan atau penawaran atas valas.
Misalnya, Indonesia ingin mengimpor barang konsumsi dari Cina seharga US$ 1050
juta. Karena pembayaran harus dilakukan dalam bentuk US$, maka Indonesia sebagai
importir, Indonesia harus menggunakan cadangan devisanya untuk melakukan pembayaran
dalam bentuk US$ tersebut. Jumlah nilai yang dibayarkan Indonesia terhadap Cina harus
sesuai dengan kurs US$ yang berlaku pada waktu tersebut.
Transaksi penjualan dan pembelian kurs valas dapat dilakukan dengan cara spot
rate-spot market dan forward rate-forward market. Spot market adalah bursa valas dimana
dilakukan transaksi jual dan beli valas dengan kurs spot dalam jangka waktu 2 x 24 jam.
Spot market diartikan sebagai suatu bursa valas setempat, misalnya di Jakarta, Tokyo, New
York, Paris, Hong Kong, dan di tempat lain, dimana berlaku spot rate, yaitu nilai kurs valas
yang berlaku di tempat-tempat tersebut untuk jangka waktu maksimum 2x24jam. Pada
umumnya international spot transaction interbank market untuk US$ dapat berlangsung
dengan sistem komputer yang dikenal dengan CHIPS (Clearing House Interbank Payments
System) yang dioperasikan oleh New York Clearing House Association.
Sedangkan nilai kurs yang ditetapkan sekarang atau saat ini disebut dengan kurs
forward, dimana kurs forward ini digunakan dalam kurs market sehingga transasksi
pembelian dan penjualan valas diberlakukan untuk waktu yang akan datang (future period)
antara lebih dari 2 x 24jam hingga biasanya satu tahun atau 12 bulan.
Forward rate dan forward market ini timbul karena adanya ketidakpastian dan
fluktuasi kurs, terutama semenjak berlakunya sistem kurs mengambang (floating exchange
rate system) setelah Dekrit presiden Nixon pada tanggal 15 Agustus 1971 yang antara lain
menyatakan bahwa nilai mata uang US$ tidak dikaitkan lagi dengan emas. Sebelumnya
berdasarkan persetujuan Bretton Woods tahun 1944, sistem moneter internasional
didasarkan pada sistem kurs tetap atau (fixed exchange rate system) dimana US$ dapat
ditukardan dijamin sepenuhnya dengan emas dengan ketentuan US$35 sama dengan satu
ons emas.
Semenjak diberlakukan sistem kurs mengambang tersebut maka banyak perusahaan
dan perbankan, termasuk badan usaha pemerintah yang mengunakan forward market untuk
mengadakan forward contact guna melindungi transaksi perdagangan dan keuangan
internasionalnya dari resiko kerugian serta para pedagang valas yang mencari keuntungan
dari fluktuasi kurs. Ada empat pelaku transaksi dalam pasar valas dilihat dari tingkatan
a. Pada tingkatan yang pertama yaitu para pelaku transaksi tradisional seperti
wisatawan, importir, eksportir, investor dan sebagainya yang melakukan transaksi
secara langsung.
b. Pada tingkatan yang kedua yakni bank-bank komersial yang bertindak sebagai
perantara atau lembaga kliring atau antara pemakai atau sumber permintaan/para
penghimpun sumber penawaran valas. Bank-bank komersial merupakan inti atau
pusat pasar valas karena hampir semua transaksi internasional dalam nilai yang
cukup besar melibatkan kegiatan pencatatan debet ataupun kredit pada bank-bank
komersil di berbagai pusat keuangan dunia. Perdagangan valas di sesama bank
disebut interbank trading yang nilainya cukup besar sehingga menjadi kegiatan
utama dalam pasar valas.
c. Pada tingkatan ketiga adalah para pialang valas yang bertindak sebagai perantara
pada bank-bank komersial untuk menukarkan berbagai jenis mata uang di
kalangan bank-bank itu sendiri. Mereka berperan utama dalam pasar antar bank
atau pasar mata uang asing berskala besar.
d. Pada tingkatan keempat adalah bank sentral yang bertindak sebagai pembeli dan penjual valas pada suatu negara. Peranan bank sentral adalah untuk mengurangi
atau menambah cadangan valas atau sewaktu-waktu melakukan intervensi di pasar
valas dengan tujuan untuk menstabilkan kurs.(Ahmad, 2001)
Dalam sistem nilai tukar tetap, mata uang lokal diciptakan secara tetap terhadap
mata uang asing. Sementara dalam sistem nilai tukar mengambang, nilai tukar atau kurs
dapat berubah-ubah setiap saat, tergantung pada jumlah penawaran dan permintaan valuta
asing relatif terhadap mata uang domestik. Setiap perubahan dalam penawaran dan
permintaan dari suatu mata uang akan mempengaruhi nilai tukar mata uang yang
bersangkutan.
Dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar, terdapat tiga faktor utama
yang mempengaruhi permintaan valuta asing, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Faktor pembayaran impor. Semakin tinggi impor barang dan jasa, maka semakin besar
permintaan terhadap valuta asing sehingga nilai tukar akan cenderung melemah.
Sebaliknya, jika impor turun, maka permintaan valuta asing menurun sehingga
mendorong menguatnya nilai tukar.
b. Faktor aliran modal keluar (capital outflow). Semakin besar aliran modal keluar, maka
semakin besar permintaan valuta asing dan pada lanjutannya akan memperlemah nilai
tukar. Aliran modal keluar meliputi pembayaran hutang penduduk Indonesia (baik
swasta dan pemerintah) kepada pihak asing dan penempatan dana penduduk Indonesia
ke luar negeri.
c. Kegiatan spekulasi. Semakin banyak kegiatan spekulasi valuta asing yang dilakukan oleh
spekulan, maka semakin besar permintaan terhadap valuta asing sehingga
Sementara itu, penawaran valuta asing dipengaruhi oleh dua faktor utama, antara
lain adalah sebagai berikut:
a. Faktor penerimaan hasil ekspor. Semakin besar volume penerimaan ekspor barang dan
jasa, maka semakin besar jumlah valuta asing yang dimiliki oleh suatu negara dan pada
lanjutannya nilai tukar terhadap mata uang asing cenderung menguat atau apresiasi.
Sebaliknya, jika ekspor menurun, maka jumlah valuta asing yang dimiliki semakin
menurun sehingga nilai tukar juga cenderung mengalami depresiasi.
b. Faktor aliran modal masuk (capital inflow). Semakin besar aliran modal masuk, maka
nilai tukar akan cenderung semakin menguat. Aliran modal masuk tersebut dapat berupa
penerimaan utang luar negeri, penempatan dana jangka pendek oleh pihak asing
(Portfolio Investment) dan investasi langsung pihak asing (Foreign Direct Investment).
2.3.5. Sistem Bretton Woods
Satu pelajaran yang diperoleh dari tahun 1930 bahwa sistem nilai tukar yang
berfluktuasi bebas ataupun system nilai tukar tetap akan dimungkinkan setiap Negara dapat
melakukan devaluasi untuk memulihkan keseimbangan neraca pembayarannya, walaupun
tindakan devaluasi ini tidak pasti memulihkan keseimbangan neraca pembayarannya. Untuk
mencapai suatu sistem nilai tukar yang tertib agar memudahkan arus bebas perdagangan
Bretton Woods tahun 1944 yang disponsori oleh Amerika Serikat dan Inggris. Sistem
Bretton Woods memiliki tiga sasaran pokok, yaitu:
a. Menciptakan seperangkat aturan yang akan memelihara nilai tukar tetap dalam
waktu jangka pendek.
b. Menjamin bahwa perubahan nilai tukar (nilai tukar mata uang suatu negara) akan
dapat dilakukan bilaman terjadi defisit ataupun surplus yang mendasar pada
neraca pembayarannya.
c. Memastikan bilamana terjadi devaluasi pada suatu negara tidak akan diikuti oleh
devaluasi pada negara lain, sehingga persaingan devaluasi antar negara dapat
dihindarkan.
Sifat yang mendasari system ini adalah Dollar Amerika Serikat, dimana Dollar ini
akan disimpan oleh negara lain sebagai valuta asing yang dapat ditukar langsung dengan
emas pada harga yang telah ditentukan oleh pemerintah Amerika Serikat. Sedangkan
pemerintah negara lain menetapkan harga mata uang negaranya dan membandingkannya
dengan US Dollar. Dasar inilah yang membuat sistem ini merupakan standar emas karena
mata uang asing (US$) secara langsung atau tidak langsung dapat ditukarkan dengan emas.
Bila mata uang suatu negara mengalami penawaran yang lebih besar, penguasa moneter
akan menjual emas, dollar dan poundsterling. Sebaliknya, jika suatu negara mengalami
permintaan yang lebih besar, penguasa moneter akan membeli emas, dollar dan
Sistem Bretton Woods bekerja cukup baik selama hampir 20 tahun, kemudian sistem
ini dikacaukan oleh serangkaian krisis yang mencerminkan kelemahan sistem ini.
Runtuhnya sistem ini disebabkan oleh:
a. Spekulasi Poundsterling Inggris.
Pada tahun 1950-an dan 1960-an ekonomi Inggris lebih rawan mengalami inflasi
dibandingkan ekonomi Amerika dan neraca pembayaran Inggris mengalami defisit. Para
pemegang poundsterlingpun merasa kuatir, mereka beranggapan bahwa pemerintah Inggris
tidak mampu menjaga konvertibilitas pound terhadap dollar dengan nilai tukar tertentu.
Sehingga timbullah gerakan spekulasi untuk menjual mata uang ini sebelum mata uang ini
didevaluasi. Tahun 1967, pounds didevaluasi di tengah krisis spekulasi. Banyak negara
yang mengalami defisit mengikuti jejak devaluasi ini.
b.Spekulasi Dollar Amerika Serikat.
Dalam sistem Bretton woods, apabila Amerika melakukan devaluasi terhadap mata
uangnya maka akan mengakibatkan naiknya harga emas terhadap dollar. Devaluasi ini
didorong oleh defisitnya neraca pembayaran Amerika tahun 1967 sehingga menghasilkan
spekulasi. Pada tahun 1968, negara pedagang utama terpaksa berhenti mematok harga emas
di pasar bebas, akibat tekanan spekulasi untuk membeli emas yang tidak dapat ditahan.
Sehingga terjadi dua harga emas yaitu harga emas resmi dipergunakan penguasa moneter
untuk menyelesaikan utang dengan mentransfer emas dan harga emas pasar bebas yang
sentral. Dengan adanya harga emas pasar bebas ini, maka para spekulan beralih ke mata
uangnya yang nilainya masih rendah terhadap US$ sehingga kemampuan bank sentral
untuk mempertahankan nilai tukar yang telah dipatok dalam menghadapi arus dana yang
cepat sangat diragukan.(Dominick, 1997)
2.4. Suku Bunga
Tingkat bunga adalah harga dari penggunaan uang atau bias juga dipandang sebagai
sewa atau penggunaan uang untuk jangka tertentu.
Harga atas penggunaan uang biasanya dinyatakan dalam % dalam jangka waktu tertentu
misalnya 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan. Harga penggunan uang perunit
waktu disebut “ tingkat bunga “.
Naik turunya tingkat bunga dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan uang.
Tingkat bunga cenderung naik / meningkat bila permintaan debitur / pinjaman lebih besar
daripada jumlah uang / dana yang ditawarkan kreditur (kreditur biasanya bank – bank dan
LKBB). Sebaliknya tingkat suku bunga cenderung menurun bila permintaan debitur lebih
kecil daripada jumlah uang / dana yang ditawarkan kreditur. Dalam keadaan tingkat bunga
tinggi maka individu cenderung menabung / menyimpan atau mendeposito uang nya di
merupakan fungsi atau ditentukan tingkat pendapatan, dan dapat ditulis dengan persamaan :
S = Y – C, maksudnya tabungan merupakan bahagian pendapatan yang tidak dikonsumsi.
Selanjutnya Keynes merumuskan dengan fungsi S = F (Y). Menurut Sir. John R. Hicks
dirimuskan bahwa S = F (i . Y), maksudnya besar kecilnya tabungan dipengaruhi oleh
tinggi rendahnya tingkat bunga dan besar kecilnya tingkat pendapatan. Jadi semakin tinggi
tingkat suku bunga, masyarakat cenderung menabung sehingga jumlah tabungan lebih
besar. Sebaliknya, bila tingkat suku bunha rendah, masyarakat akan mengurangi
tabungannya di bank, atau bahkan mereka meminjam kredit dari bank untuk investasi atau
usaha produktif lainnya.(Susono, 1990)
Dalam proses pembentukan tingkat suku bunga, penguasa moneter dimanapun selalu
memperhitungkan besarnya inflasi bukan sebaliknya. Ada beberapa teori yang
menerangkan mengenai terjadinya tingkat bunga :
a. Teori klasik
Menurut teori ini bunga adalah harga dari penggunaan dana yang tersedia untuk
dipinjamkan (loanable fund). Harga ini terjadi di pasar dana investasi, istilah pasar dana
investasi dapat dijelaskan bahwa dalam suatu periode ada anggota masyarakat yang
menerima pendapatan yang melebihi kebutuhan konsumsi. Masyarat tersebut kemudian
menabungkan kelebihan pendapatannya, dari jumlah seluruh tabungan mereka akan supply
penawaran akan loanable fund. Dilain pihak di periode yang sama ada anggota masyarakat
keseluruhan mereka akan dana membetuk permintaan akan loanable fund. Selanjutnya
penabung dan investor ini bertemu di pasar loanable fund dari proses tawar – menawar
antara mereka, akhirnya akan dihasilkan tingkat bunga keseimbangan sebagai harga dari
loanable fund yang digunakan oleh para investor.
b. Teori Keynes
Teori yang dikemukakan oleh Keynes ini lebih dikenal dengan Liquidity Preference,
menurut teori ini bahawa ada tiga motif mengapa oran mememgang uang tunai, yakni :
a. Motif Transaksi (Transaction Motive)
b. Motif berjaga – jaga (Precautionary Motive)
c. Motif Spekulasi (speculation Motive)
Tiga motif inilah yang menimbulkan permintaan akan uang atau dikenal dengan
Liquidity Prreference. Teori Keynes berlandaskan pada konsepsi bahwa orang pada
umumnya menginginkan dirinya tetap liquid untuk memenuhi ketiga motif tersebut.
Preference (keinginan) untuk tetap liquid inilah yang membuat orang bersedia membayar
harga tertentu untuk penggunaan uang. Teori Keynes umumnya menekankan adanya
hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga uang tersebut (tingkat bunga)
dengan unsur permintaan akan uang untuk Speculation Motive. Permintaan uang akan
tinggi bunga rendah dan sebaliknya permintaan uang akan rendah bila tingkat bunga tinggi.
Setiap bank hendaknya dapt mempertahankan suku bunga deposito yang bersaing
deposan baru dan mempertahankan deposan yang sudah ada. Hal ini terutama kalau suku
bunga pasar berada pada tingkat yang relatife tinggi. Bank pemerintah dalam hal ini untuk
mendapatkan dana tidak hanya bersaing dengan bank swasta, tetapi juga dengan lembaga
simpan pinjam, dana pasar uang dan badan yang mengeluarkan surat berharga lainnya di
pasar uang.(Srimulyani, 1998)
2.5. Net Ekspor
2.5.1. Pengertian Ekspor
Alasan suatu negara melakukan ekspor adalah untuk meningkatkan kekkayaan
negara yang berarti pula meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat.
(Soekartawi 1991 : 123)
Menurut Todaro (1983 : 620), ekspor adalah kegiatan perdagangan internasional
yang memeberikan rangsangan guna menumbuhkan permintaan dalam negeri yang
menyebabkan tumbuhnya industri – industri pabrik besar, bersama dengan struktur politik
yang tidak stabil dan lembaga social yang fleksibel. Dengan kata lain, ekspor
mencerminkan aktifitas perdagangan antar bangsa yang dapat memberikan dorongan dalam
dinamika pertumbuhan perdagangan internasional, sehingga suatu negara yang sedang
berkembang kemungkinan untuk mencapai kemajuan perekonomian setara dengan negara –
Menurut G.M. Meier dan Baldwin, ekspor adalah salah satu sektor perekonomian
yang memegang peranan penting melalui perluasan pasar antara beberapa negara dimana
dapat mengadakan perluasan dalam sektor industri, sehingga mendorong dalam industtri
lain, sehingga mendorong sector lainnya dari perekonomian.
Ekspor sebagai bagian dari perdagangan internasional bias dimungkinkan oleh
berbagai kondisi, antara lain :
a. Adanya kelebihan produksi dalam negeri sehingga kelebihan tersebut dapat dijual
ke luar negeri.
b. Adanya permintaan luar negeri untuk suatu produk walaupun untuk dalam negeri
masih kekurangan.
c. Adanya keuntungan yang lebih besar dari penjualan ke luar negeri daripada
penjualan di dalam negeri karena harga di pasar dunia lebih menguntungkan.
d. Adanya barter antara produk tertentu dengan produk lain yang diperlukan dan tidak
dapat diproduksi di dalam negeri.
e. Adanya kebijakan ekspor yang bersifat politik.
2.5.2. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Ekspor
Menurut Soekartawi, faktor – faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan ekspor
a. Quota ekspor – impor yakni kebijaksanaan perdagangan internasional berupa
pembatasan kuantitas (jumlah) barang ekspor.
b. Kebijakan tarif dan non tariff. Kebijakan tariff adalah untuk menjaga produk dalam
negeri dalam tingkatan tertentu yang dianggap mampu atau dapat mendoronng
pengembangan komoditi tersebut. Sedangkan kebijakan non tariff adalah untuk
mendorong tujuan diversifikasi ekspor.
c. Harga internasional. Makin besar selisih antara harga di pasar internasional dengan
harga domestik akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan diekspor menjadi
lebih banyak.
d. negara (mengalami apresiasi) maka harga ekspor negeri itu di pasar internasional menjadi lebih mahal. Sebaliknya, makin rendah nilai mata uang suatu negara
(mengalami depresiasi), harga ekspor negara itu di pasar internasional menjadi lebih
murah.(Amir, 2000)
2.5.3. Kebijaksanaan Ekspor
Tujuan dari kebijaksanaan ekspor adalah bagaimana upaya untuk meningkatkan ekspor
sehingga dapat menutupi defisit transaksi berjalan dalam neraca pembayaran. Untuk
mencapai sasaran atau tujuan tersebut, dapat ditempuh dengan beberapa cara, antara lain
a. Kebijakan devaluasi, yaitu kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dengan
kebijakan ini, harga barang – barang ekspor tersebut menjadi lebih murah di luar
negeri dan dapat bersaing dengan produk aingan dari negara lain. Sedangkan harga
barang – barang impor bagi negara tersebut menjadi mahal. Akibatnya, hasrat
mengimpor dapat ditekan sebagai upaya penghematan pengunaan devisa. Akan
tetapi, bila kebijakan ini sering dilakukan akan menimbulkan ketidakpercayaan
masyarakat internasional terhadap negara tersebut karena merugikan Negara lain
untuk berkompetisi di pasar internasional.
b. Subsidi ekspor, merupakan salah satu kebijakan yang ditempuh pemerintah dalam
meningkatkan ekspor dengan memberikan bantuan kapada para produksi, sehingga
biaya produksinya dapat ditekan. Hal tersebut akan membuat harga barang ekspor
lebih murah di pasar internasional sehingga dapat memenangkan persaingan dengan
negara lain.
c. Diversifikasi ekspor, yakni kegitan penganekaragaman hasil ekspor. Hal ini juga salah satu cara yang ditempuh dalam meningkatkan ekspor. Ini berarti komoditas
ekspor tidak hanya terfokus pada satu jenis komoditi saja, tetapi dari berbagai jenis
komoditi lainnya.(Amir, 2000)
2.5.4. Aneka Cara Ekspor
Dalam melaksanakan ekspor ke luar negeri dapat ditempuh dengan beberapa cara,
a. Ekspor Biasa
Dalam hal ini barang dikirim ke luar negeri sesuai dengan peraturan umum yang
berlaku, yang ditujukan kapada pembeli di luar negeri untuk memenuhi suatu transaksi
yang sebelumnya sudah diadakan dengan importir di luar negeri. Sesuai dengan peraturan
devisa yang berlaku maka hasil devisa yang diperoleh dariekspor ini dapat dijual kepada
Bank Indonesia, sedang eksportir menerima pembayaran dalam mata uang rupiah sesuai
dengan penetapan nilai lawan kurs ( kurs valuta ) valuta asing yang ditentukan dalam bursa
valuta, atau dapat juga dipakai oleh eksportir.
b. Barter
Yang dimaksud dengan barter adalah pengiriman barang – barang ke luar negeri
untuk ditukarkan langsung dengan barang yang dibutuhkan dalam negeri. Dalam hal ini
berarti pengriman barang, tidak memerima pembayaran dalm mata uang asing, tapi dalam
bentuk barang yang dapat dijual di dalam negeri untuk mendapatkan kembali pembayaran
dalam mata uang rupiah.
Sistem barter ini masih diteruskan dalam pergaulan antar bangsa dalam jaman modern dan
dikenal dengan aneka istilah, seperti :
1. Direct Barter, yang dimaksud dengan “ direct barter “ atau barter langsung
merupakan sistem pertukaran barang dengan barang dengan mempergunakan alat “
penentu nilai “ atau lazim disebut dengan “ denominator of value “ suatu mata uang
neraca perdagangan antara kedua negara yang bersangkutan. Sistem direct barter ini
banyak dikembangkan untuk menampung kegiatan perdagangan internasional
antara negara – negara sosialis dengan negara industri barat (kapitalis barat).
Transaksi direct barter ini biasanya dilakukan melalui bank yang mempunyai staf
ahli yang bergiat dalam perdagangan barter ini.
2. Switch Barter, disebut juga barter alih adalah bilamana salah satu pihak tidak
mungkin memanfaatkan sendiri barang yang diterimanya dari pertukaran itu, maka
negara pengimpor itu dapat mengalihkan (switching) barang tersebut ke negara
ketiga yang membutuhkan.
3. Counter Purchase, atau imbal beli atau lazim juga disebut dengan counter – trade
adalh suatu sistem perdagangan timbal balik antar dua negara. Misalnya, suatu
negara yang menjual suatu produk kepada negara lain harus membeli pula suatu
produk negara tersebut atau dengan mengaitkan ekspor dengan impor. Perdagangan
jenis ini dikenal sebagai counter purchase frame agreement.
4. Buy – Back Barter, atau barter beli kembali adalah suatu system penerapan alih
teknologi dari suatu negara maju kepada negara yang berkembang dengan cara
membantu menciptakan kapasitas produksi di negara berkembang, yang nantinya
hasil produksinya ditampung atau dibeli kembali oleh negara maju.
Yang dimaksud dengan konsinyasi adalah pengiriman barang ke luar negeri untuk
dijual sedangkan hasil penjualannya diperlakukan sama dengan hasil ekspor biasa. Di
dalam hal pengiriman barang sebagai barang konsinyasi belum ada pembeli yang tertentu di
luar negeri.
Cara penjualan di luar negeri dapat dilaksanakan dengan penjualan di pasar bebas, atau juga
mungkin dengan mengikutsertakan barang tersebut di dalam pelelangan atau yang biasa
disebut juga pada “Commodities Exchange”. Commodities Exchange ini atau bursa hasil
bumi terdapat di pusat pasar dunia seperti pada hasil bumi di London terdapat London
Commodities Exchange, dimana hasil bumi dari berbagai negara dilelang atau dimasukkan
di dalam Commodities Action.
d. Package - Deal
Dalam rangka memperluas pasaran hasil bumi terutama di negara-negara sosialis,
pemerintah adakalanya mengadakan perjanjian perdagangan (trade agreement) dengan
salah satu negara. Pada perjanjian ditetapkan sejumlah barang tertentu akan diekspor ke
negara itu dan sebaliknya dari negara itu akan diimpor sejumlah jenis barang yang
dihasilkan di negara tersebut dan yang kiranya kita butuhkan. Pada prinsipnya semacam
barter, namun terdiri dari aneka komoditi.
Di negara manapun hampir selalu ada, baik perorangan maupun badan-badan usaha
yang hanya memikirkan kepentingan dan keuntungan diri sendiri, tanpa mengindahkan
kepentingan masyarakat banyak, apalagi peraturan yang berlaku.
Setiap usaha yang bertujuan memindahkan kekayaan dari satu negara ke negara lain tanpa
memenuhi ketentuan yang berlaku dapat dianggap sebagai usaha penyelundupan atau
smuggling.
Penyelundupan dapat dibagi dalam garis besarnya menjadi dua bagian, antara lain:
•