• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar, Dan Nilai Ekspor Terhadap Neraca Pembayaran Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar, Dan Nilai Ekspor Terhadap Neraca Pembayaran Indonesia"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA, NILAI TUKAR, DAN NILAI EKSPOR TERHADAP NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

SKRIPSI Diajukan oleh :

NAMA : WILL JACKSON NIM : 050501091

DEPARTEMEN : EKONOMI PEMBANGUNAN

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI

(2)

ABSTRACT

Balance of payment is a systematic record about all the economic transactions

between the population of a country with another country’s for specific period. The

economic relation could be occurred between governments, societies, such as ; private and

societies, governments, and the other citizens.

The title of the script is “ Analysis Inflation, Rate, Kurs, and Export influence to

Balance of Payment “. The problems are how to fluctuate of balance of payment of

Indonesia and what kinds of factors which influence it.

The research method used by the writer is secondary data. The writer got the data

from Indonesian Bank as central Bank in Indonesia and Statistic Center Institution and the

data from Library Research. The writer collected the data by directly writing. The data has

(3)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... ii

DAFTAR GANBAR... iii

DAFTAR LAMPIRAN... vii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang... 1

1.2.Perumusan Masalah... 4

1.3.Tujuan Dan Manfaat Penelitian... 5

BABII. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Neraca Pembayaran...7

2.1.1. Tujuan Penyususnan Neraca Pembayaran...8

2.1.2. Struktur Dasar Neraca Pembayaran...10

2.2. Inflasi (inflation)...16

2.2.1. Defenisi dan Pengertian Inflasi... 16

2.2.2. Jenis – Jenis Inflasi...17

(4)

2.3. Kurs ( Nilai Tukar Mata Uang)... 22

2.3.1. Sistem Kurs... 24

2.3.2. Arbitrase... 26

2.3.3. Kurs Spot dan Kurs Berjangka... 27

2.3.4. Teori – teori kurs... 28

2.3.5. Sistem Bretton Woods... 35

2.4. Suku Bunga………. 38

2.5. Net Ekspor... 41

2.5.1. Pengertian Ekspor... 41

2.5.2. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Ekspor... 42

2.5.3. Kebijaksanaan Ekspor... 43

2.5.4. Aneka Cara Ekspor... 44

2.6. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian... 50

2.6.1. Kerangka konseptual penelitian... 50

2.6.2. Hipotesis Penelitian...51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Ruang lingkup Penelitian...52

3.2. Jenis dan Sumber Data...52

3.3. Pengolahan Data...52

(5)

3.5. Model Analisis Data...53

3.6. Defenisi Operasional...65

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran dan Objek Penelitian...66

4.2. Gambaran Perekonomian Indonesia...73

4.3. Perkembangan Inflasi...75

4.4. Perkembanhgan Tingakat Suku Bunga SBI...78

4.5. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS...81

4.6. Perkembangan Nilai Ekspor...84

4.7. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia...89

4.8. Analisis...98

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan...124

5.2. Saran...128

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk menurut provinsi 1980 – 2000

Tabel 4.2. Distribusi Persentase Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Provinsi 1980 - 2000

Tabel 4.3. Perkembangan nilai inflasi tahun 1985 - 2007

Tabel 4.4. Perkembangan nilai sukubunga SBI tahun 1985 - 2007

Tabel 4.5. Perkembangan nilai tukar tahun 1985 - 2007

Tabel 4.6. Perkembangan nilai ekspor tahun 1985 - 2007

Tabel 4.7. Perkembangan neraca pembayaran Indonesia tahun 1985 - 2007

Tabel 4.8. Neraca Pembayaran, Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Nilai Ekspor

(1985 – 2007)

Tabel 4.9. Variabel X1, X2, X3 dengan variabel Y1

Tabel 4.10. Variabel X1, X2, X3 dengan variabel Y2

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual Penelitian Gambar 3.1. Direct effect

Gambar 3.2. Indirect effect Gambar 3.3. Total effect

Gambar 3.4 Kurva Uji t-statistik Gambar 3.5 Kurva Uji F-Statistik Gambar 3.6 Kurva Durbin-Watson Gambar 4.1. Direct effect model pertama Gambar 4.2. Kurva Uji F - Statistik

Gambar 4.3. Uji t – statistik terhadap inflasi Gambar 4.4. Uji t – statistik terhadap sukubunga Gambar 4.5. Uji t – statistik terhadap nilai tukar Gambar 4.6. Uji D - W

Gambar 4.7. Direct effect model kedua Gambar 4.8. Kurva Uji F - Statistik

(8)

Gambar 4.12. Uji D – W

Gambar 4.13. Direct effect model ketiga

Gambar 4.14. Uji t – statistik terhadap nilai ekspor Gambar 4.15. Uji D – W

Gambar 4.16. indirect effect variabel – variabel bebas terhadap neraca pembayaran melalui nilai ekspor

(9)

ABSTRACT

Balance of payment is a systematic record about all the economic transactions

between the population of a country with another country’s for specific period. The

economic relation could be occurred between governments, societies, such as ; private and

societies, governments, and the other citizens.

The title of the script is “ Analysis Inflation, Rate, Kurs, and Export influence to

Balance of Payment “. The problems are how to fluctuate of balance of payment of

Indonesia and what kinds of factors which influence it.

The research method used by the writer is secondary data. The writer got the data

from Indonesian Bank as central Bank in Indonesia and Statistic Center Institution and the

data from Library Research. The writer collected the data by directly writing. The data has

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan khususnya dalam bidang ekonomi ditempatkan pada urutan pertama

dari seluruh aktifitas pembangunan. Dalam rangka pembangunan ekonomi sekaligus terkait

usaha – usaha pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat. Pembangunan ekonomi

dipandang sebagai kenaikan dalam pendapatan perkapita. Besarnya pendapatan perkapita

ditentukan oleh besarnya pendapatan nasional. Salah satu yang mempengaruhi besarnya

pendapatan nasional adalah factor ekspor – impor atau perdagangan luar negeri.

Dalam dunia modern sekarang, suatu negara sulit untuk memenuhi seluruh

kebutuhannya sendiri tanpa bekerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi

yang sangat cepat, pembagian kerja menjadi semakin mantap, sehingga perkembangan

spesialisasi menjadi semakin pesat. Sebagai akibatnya, semakin meningkat pula produksi

barang – barang dan jasa - jasa yang dibutuhkan untuk memuaskan kebutuhan kita.

Perkembangan spesialisasi berarti juga perkembangan perdagangan. Karena tidak semua

sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan barang – barang dapt diperoleh didalam

negeri, perdagangan antar bangsa pun meningkat dengan cepat. Dengan demikian

(11)

a. Tukar menukar barang – barang dan jasa

b. Pertukaran dan perluasan penggunaan teknologi sehingga dapat mempercepat

pertumbuhan ekonomi negara – negara yang terlibat didalamnya.

Perdagangan luar negeri adalah kegiatan memperdagangkan output barang – barang

dan jasa – jasa yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain.

Arus barang, jasa serta kapital international dicapai dalam suatu neraca yang disebut

dengan neraca pembayaran, yang merupakan catatan sistematik dari transaksi internasional

suatu negara untuk periode tertentu. Dengan kata lain neraca pembayaran mencatat nilai

barang dan jasa serta volume netto kapital yang masuk dan keluar dari suatu negara untuk

periode tertentu, biasanya satu tahun kalender.

Perkembangan perdagangan luar negeri dan neraca pembayaran adalah sangat

penting dan berpengaruh besar atas perekonomian dan pembangunan negara yang system

ekonominya terbuka seperti Indonesia. Ekonomi Indonesia dalam peta ekonomi dunia

memang merupakan a small open economy, dimana kekuatan ekonominya dipasar global

adalah kecil namun transaksi internasionalnya dalam perdagangan barang dan jasa atau pun

modal adalah besar. Dalam hubungan ini gejolak fluktuasi perekonoian dan perdagangan

dunia tidak hanya akan mempengaruhi keseimbangan eksternal, tetapi juga berpengaruh

terhadap stabilitas dan pembangunan nasional.

Dampak perkembangan tesebut serta pengaruh perubahan yang terjadi dalam

(12)

dengan teratur dan kontiniu. Sehingga kita akan dapat mengambil langkah dan upaya yang

tepat untuk dapat memeperbaiki posisi perekonomian serta memelihara proses dan

momemtum pembagunan nasional yang berlangsung dewasa ini.

Neraca pembayaran disusun untuk memberitahukan kepada pemerintah dan siapa

saja yang membutuhkan dan berkepentingan mengenai posisi internasional dari negara –

negara yang bersangkutan secara keseluruhan. Data –data seperti ini tentunya sangat

diperlukan bagi penyusunan kebijakan moneter, fiskal dan perdagangan. Bagi kalangan

swasta, data – data pada neraca pembayaran juga penting untuk menyusun perencanaan dan

srtategy bisnis. Pemerintah dari suatu negara biasanya juga meminta rincian informasi dan

data – data neraca pembayaran dari negara – negara lain yang menjadi mitra – mitra

dagangnya. Informasi yang terkandung dalam neraca pembayaran dari suatu negara juga

sangat dibutuhkan oleh kalangan perbankan, perusahaan – perusahaan multinasional dan

siapa saja yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam kegiatan

perdagangan dan keuangan internasional.

Neraca Pembayaran Indonesia (balance of payment) memainkan peranan cukup

penting dalam pengelolaan ekonomi makro Indonesia. Selain dapat dijadikan sebagai

barometer dalam mengukur kemampuan perekonomian nasional dalm menopang –

menopang transaksi – transaksi internasional, terutama yang berhubungan dengan

kewajiban pembayaran utang dan transaksi impor, posisi neraca pembayaran juga

(13)

Disamping itu, sejumlah besaran yang ada didalamnya seperti, ekspor – impor barang dan

jasa, memiliki kontribusi yang cukup significant terhadap pembentukan Produk Domestik

Bruto (PDB), oleh karena itu, sektor ini juga memiliki peranan yang sangat strategis dalam

upaya mendorong perbaikan ekonomi didalam negeri, baik dari sisi ketersediaan cadangan

devisa maupun dari sisi kontribusi sektor tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi.

Dari uraian inilah yang menjadi pertimbangan bagi penulis untuk menelti dan

menulis skripsi dengan judul “ Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Sukubunga, dan

Nilai Ekspor Terhadap Neraca Pembayaran “ .

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, penulis membuat

perumusan masalah sebagai berikut :

a. Apakah Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar berpengaruh terhadap Nilai Ekspor ?

b. Apakah Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar berpengaruh terhadap Neraca Pembayaran ?

c. Apakah Nilai Ekspor berpengaruh terhadap Neraca Pembayaran ?

d. Bagaimana pengaruh direct effect, indirect effect, dan total effect variabel inflasi, suku

(14)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar terhadap Nilai

Ekspor.

b. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar terhadap Neraca

Pembayaran.

c. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar, dan Nilai Ekspor

terhadap Neraca Pembayaran.

d. Untuk mengetahui pengaruh direct effect, indirect effect, dan total effect variabel

Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar terhadap Neraca Pembayaran melalui nilai

ekspor.

1.4. Mafaat Penelitian

Secara umum manfaat penelitian ini adalah :

a. Sebagai bahan pertimbangan di dalam mengambil kebijakan fiskal dan kebijakan

moneter oleh pemerintah

b. Menjadi masukan bagi bank dalam rangka pemberian kredit terhadap kalangan

(15)

c. Menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak – pihak lain yang ingin mengetahui

perkembangan neraca pembayaran Indonesia dan faktor – faktor yang

mempengaruhinya

d. Bermanfaat bagi penulis sendiri sebagai penambah pengetahuan dan menjadi

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Neraca Pembayaran

Neraca Pembayaran adalah suatu catatan aliran keuangan yang menunjukkan nilai

transaksi perdagangan dan aliran dana yang dilakukan diantara suatu negara dengan negara

lain dalam suatu tahun tertentu.

Dengan kata lain neraca pembayaran mencatat nilai barang dan jasa serta volume

neto kapital yang memasuki dan keluar dari suatu negara untuk suatu periode tertentu,

biasanya dua belas bulan. Meskipun pengukuran Neraca pembayaran dikumpulkan serta

diterbitkan secara kwartalan bahkan bulanan, fluktuasi jangka pendek mengandung arti

bahwa itu merupakan petunjuk umum atas kecendrungan menyeluruh. Bahkan saruan

pengukur pembayaran tahunan yang karena ketidakauratan data harus direvisi kadangkala

untuk beberapa tahun dan kadangkala secara signifikan dalam kedua lingkup serta ukuran.

Pada tingkat mikroekonomis, neraca pembayaran dipergunakan untuk menganalisis

peranan ekonomis dari rekening barang dan jasa individual, mengkuantifisir variasi dalam

(17)

asing. Aplikasi mikroekonomis ini melukiskan aktivitas internasional secara individual.

Pada tingkat makroekonomis Neraca Pembayaran berhubungan dengan aktivitas

internasional agregat serta memberikan petunjuk apakah dalam ekonomi terdapat

keseimbangan eksternal atau apakah sektor luar negeri menyebabkan ekonmi domestik

mengalami tekanan ekspansioner atau kontraksioner (ketidakseimbangan eksternal). Hal ini

memungkinkan ukuran Neraca Pembayaran dipergunakan sebagai dasar baik untuk

mempertahankan keseimbangan eksternal maupun mempergunakan ketidakseimbangan

eksternal sebagai satu variabel makroekonomi misalnya untuk mencapai ekspansi ekonomi

domestic.

Aplikasi serta interpretasi dari neraca embayaran berpokok pada dua hal :

Pertama, neraca pembayaran mencakup baik barang dan jasa akhir maupun antara

(intermediate). Dengan demikian bukan merupakan indikator langsung dari kesejahteraan

ekonomi.

Kedua, ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran mencerminkan surplus dan defisit,

bukannya untung dan rugi. Hal ini ukuran neraca pembayaran mencatat arus masuk keluar

barang, jasa dan kapital untuk satu negara, bukannya syarat – syarat mengenai arus barang,

jasa dan capital tersebut.

Suatu neraca pembayaran dapat dibedakan kepada dua bagian yang utama, yaitu

(18)

2.1.1.Tujuan Penyusunan Neraca Pembayaran

Tujuan Penyusunan neraca pembayaran adalah :

a.Mengetahui peranan sektor eksternal dalam perekonomian suatu negara.

Peranan sektor eksternal tercermin antara lain dari besarnya jumlah permintaan

produk domestic oleh bukan penduduk, atau sebaliknya. Semakin besar permintaan

terhadap produk domestik oleh bukan penduduk, yang tercermin dari nilai ekspor negara

bersangkutan, semakin besar pula peranan sektor eksternal dalam pembentukan produk

domestik.

b. Mengetahui aliran sumber daya antara negara

Dari neraca pembayaran diketahui seberapa besar aliran sumber daya antara suatu

negara dengan negara – negara lainnya sehingga terlihat apakah negara tersebut merupakan

pengekspor barang dan atau modal, atau sebaliknya sebagai pengimpor barang dan atau

modal.

c. Mengetahui struktur ekonomi dan perdagangan suatu negara.

Dengan mengamati perkembangan neraca pembayaran, dapat diketahui pola umum

kegiatan perekonomian suatu negara dalam berinteraksi dengan negara lain, seperti

ketergantungan sumber pendapatan nasional dari hasil ekspor produk pertanian dan

ketergantungan sektor pembiayaan investasi dari negara lain.

(19)

Dari catatan transaksi modal dan keuangan di neraca pembayaran, dapat diketahui

seberapa jauh suatu negara dapat memenuhi kewajibannya terhadap negara lain.

e. Mengetahui perubahan posisi cadangan devisa suatu negara.

Bertambah atau berkurangnya posisi cadangan devisa terkait dengan surplus atau

defisit neraca pembayaran. Apabila terjadi surplus neaca pembayaran maka posisi cadangan

devisa akan bertambah sebesar surplus tersebut. Demikian pula sebaliknya apabila terjadi

defisit neraca pembayaran.

f. Dipergunakan sebagai sumber data dan informasi dalam penyusunan anggaran devisa

(foreign exchange budget)

Dengan memperhatikan surplus atau defisit neraca pembayaran pada tahun tertentu

dapat diperkirakan besarnya kebutuhan devisa untuk anggaran tahun berikutnya, sekaligus

dapat ditentukan besarnya pnijaman yang diperlukan.

g. Dipergunakan sebagai sumber data penyusunan statistik pendapatan nasional (national

account)

Statistik neraca pembayaran diperlukan dalam perhitungan pendapatan nasional

mengingat salah satu variable pendapatan nasional adalah nilai ekspor – impor barang dan

jasa yang tercatat dalam neraca pembayaran.(Waluya, 1995)

(20)

Dilihat dari srukturnya, neraca pembayaran dapat dikelompokkan dalam dua

kelompok besar, yaitu transaksi berjalan dan transaksi modal. Masing – masing komponen

dalam kelompok terdiri dari sisi kredit dan debet. Sisi kredit mencatat transaksi – transaksi

yang menimbulkan hak bagi penduduk suatu negara untuk menerima pembayaran dan sisi

debet mencatat transaksi – transaksi yang menimbulkan kewajiban membayar bagi

penduduk suatu Negara terhadap penduduk negara lain.

Struktur neraca pembayaran terdiri dari beberapa komponen yang dikelompokkan

sebagai berikut :

a. Transaksi berjalan ( current account )

1) Perdagangan barang ( trade )

* Ekspor ( exports )

* Impor ( imports )

2) Jasa – jasa ( services )

3) Penghasilan ( income )

4) Transfer ( transfers )

b. Transaksi modal dan keuangan (capital and financial account)

1) Transaksi modal (capital account)

2) Transaksi keuangan di luar cadangan devisa (financial account)

* Penanaman modal langsung (foreign direct investment)

(21)

* Investasi lainnya

c. Perubahan cadangan devisa (change in reserves)

d. Selisih perhitungan (errors and omissions)

Penjelasan mengenai masing – masing komponen dalam neraca pembayaran adalah

sebagai berikut :

a. Transaksi berjalan (current account)

Transaksi berjalan meliputi perdagangan barang dan jasa, penghasilan (income) , dan

current transfer. Secara keseluruhan, transaksi berjalan menggambarkan nilai bersih antara

sisi kredit dan sisi debet dari seluruh transaksi yang tercatat dalam setiap komponen

transaksi berjalan. Secara analitis, dalam kelompok transaksi berjalan tersebut terdapat dua

neraca lainnya, yaitu neraca perdagangan, yang merupakan hasil bersih dari perdaganagan

barang atau ekspor dan impor barang, dan neraca jasa yang merupakan hasil ekspor jasa

dan impor jasa. Khusus mengenai neraca perdagangan, perhitungan baik ekspor maupun

impor harus dalam nilai free on board (f.o.b), bukan dalam nilai keseluruhan, termasuk

cost, insurance, dan freight (c.i.f), mengingat ongkos dan jasa pengiriman merupakan

kelompok transaksi jasa sehingga harus dikelompokkan dalam jasa – jasa. Beberapa

taransaksi yang termasuk dalam kelompok jasa antara lain ialah jasa transportasi, pariwisata

dan komunikasi. Sementara itu, hasil penggunaan faktor produksi, modal dan tenaga kerja

dicatat dalam kelompok penghasilan (income), misalnya deviden dan bunga. Selanjutnya

(22)

untuk melakukan pembayaran (unrequited transfer), seperti hibah yang diterima

pemerintah maupun swasta.

b. Transaksi modal dan keungan (capital and financial account)

Secara keseluruhan, transaksi modal dan keuangan menggambarkan nilai bersih antara sisi

kredit dan debet dari keseluruhan transaksi yang tercatat dalam setiap komponen transaksi

modal dan transaksi keuangan. Transaksi modal dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu

capital transfer dan pembelian / penjualan non financial assets. Seperti paten dan copyrights. Capital transfer selain mencakup pemberian barang modal (fixed assets), juga

transfer uang dalam rangka pembelian barang modal.

Sementara itu, transaksi keuangan yang meliputi transaksi yang menyebabkan bertambah

atau berkurangnya asset dan atau kewajiban luar negeri dibagi dalam dua kelompok besar,

yaitu transaksi keuangan diluar cadangan devisa (reserve assets) dan transaksi yang

menyebabkan perubahan cadangan devisa. Kelompok transaksi keuangan di luar reserve

mencakup transaksi yang terkait dalm lau lintas keunagan baik dalam jangka pendek,

menengah, maupun jangka panjang yang dilakukan baik oleh pemerintah, perusahaan

pemerintah, maupun swasta, termasuk penanaman modal asing. Perlu dikemukakan bahwa

pembayaran bunga pinjaman tidak diperhitungkan dalam lalu lintas modal melainkan dalam

jasa – jasa mengingat transasi tersebut merupakan transaksi jasa.

(23)

Sementara itu, transaksi keuangan yang menyangkut cadangan devisa atau reserve assets

merupakan pos yang menampung surplus atau defisit neraca pembayaran. Pos ini

menunjukkan perubahan jumlah cadangan devisa yang dikuasai oleh otoritas moneter

sehubungan oleh transaksi internasional yang terjadi pada periode waktu tertentu, biasanya

satu tahun. Adapun komponen cadangan devisa yang dicatat dalam neraca pembayaran

meliputi :

Emas moneter (monetary gold), yaitu emas yang dikelola otoritas moneter baik

yang disimpan dalam negeri

• Reserves Position in the Fund (RPF), merupakan rekening yang dimiliki anggota

IMF yang bersifat liquid (liquid claim) terhadap IMF. Jumlah RPF yang dimiliki

masing – masing anggota tergantung pada besarnya setoran kuota dan valuta asing.

RPF dapat diperhitungkan sebagai komponen cadangan devisa mengingat sewaktu –

waktu dapat ditarik dapat bentuk fasilitas yang dapat diberikan oleh IMF.

• Specilal drawing rights (SDR), merupakan rekening giro yang dimiliki negara

anggota IMF dalam satuan hitung SDR yang diciptakan oleh IMF untuk digunakan

dalam setiap kali melakukan transaksi keuangan dengan IMF. Pembentukan

rekening tersebut dimaksudkan untuk menunjang stabilitas moneter internasional

dengan cara melakukan pada saat kondisi likuiditas internasional mengalami

ketidakseimbagan. Dengan demikian, SDR memungkinkan bertambah besarnya

(24)

internasional. Besarnya rekening SDR masing – masing anggota Negara dapat

berubah pada saat memperoleh alokasi atau tambahan alokasi SDR dan pada saat

melakukan pembelian atau melakukan transaksi keuangan dengan IMF

Valuta Asing (foreign exchange), tagihan kepada bukan penduduk dalam bentuk

mata uang asing, saldo rekening giro, dan saldo simpanan berjangka dalam valuta

asing serta kertas berharga dalam valuta asing.

d. Selisih perhitungan (errors and omissions)

Selisih perhitungan merupakan komponen penyeimbang neraca untuk menampung selisih

atau perbedaan antara pencatatan di sisi kredit dan sisi debet. Selisih antara sisi kredit dan

sisi debet dapat terjadi, mengingat dalam praktik sumber data pencatatan transaksi neraca

pembayaran pada sisi debet berbeda dengan sisi kredit, sehingga memungkinkan terjadinya

perbedaan masing – masing sisi. Selain itu slisih perhitungan juga dapat terjadi karena

kesalahan pencatatan, selisih waktu pencatatan (time-lag),selisih kurs, dan kesulitan dalam

(25)

2.2. Inflasi (inflation)

2.2.1. Defenisi dan Pengertian Inflasi

Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang – barang yang bersifat umum dan terus

menerus. Dari defenisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan

telah terjadi inflasi :

1. Kenaikan harga

2. Bersifat umum

3. Berlangsung terus menerus

Biasanya inflasi didefenisikan sebagai kenaikan harga – harga umumya. Kalau

harga – harga dalam sektor industri naik, sedang harga – harga di sector pertanian turun,

ada kemungkinan angka indeks harga tidak naik sama sekali. Memang, kalau harga – harga

dalam satu sektor naik terus, sedangkan sektor – sektor lainnya stabil atau turun kita

mengalami perubahan dalam harga – harga relatif . Kalau harga – harga relatif berubah

secara radikal, jelas bahwa ada orang – orang yang mengalami kerugian dan ada juga orang

lainnya yang memperoleh keuntungan. Demikian pula inflasi. Karena barang A naik lebih

cepat dari barang B, kekayaan si A naik secara relatif terhadap kekayaan si B. Ini bukan

(26)

relatif. Tetapi kekuatan inflasi mengakibatkan perubahan – perubahan harga relatif yang

lebih bedar daripada perubahan yang disebabkan oleh pergeseran dalam kurva – kurva

permintaan dan penawaran dalam suatu perekonomian yang stabil. Ada harga – harga yang

berubah dengan cepat sekali akibat tekanan inflasi dan ada juga lainnya yang “ bergetah “ .

Misalnya, upah pegawai negeri tidak dapat dinaikkan kecuali dengan keputusan DPR tetapi

harga – harga barang di pasar dapat berubah setiap waktu.(Sukirno,2006)

2.2.2. Jenis – Jenis Inflasi

Ada tiga golongan pengklasifikasian jenis – jenis inflasi yaitu berdasarkan atas parah

tidaknya inflasi tersebut, sumber – sumber penyebabnya, dan asalnya, Yakni :

a. Golongan inflasi berdasarkan atas parah tidaknya inflasi atau besarnya tekanan

inflasi

1. Inflasi ringan (creeping inflation)

Laju inflasi dibawah 10 % per tahun. Ditandai dengan kenaikan harga berjalan secara

lambat dengan persentase kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama.

2. Inflasi sedang (antara 10 % - 30 % per tahun)

Ditandai dengan kenaika harga yang lebih cepat dari inflasi ringan dan perlu

diwaspadai dampaknya bagi perekonomian.

(27)

Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang – kadang berjalan

dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi. Artinya harga – harga

minggu atau bulan ini lebih tinggi dari harga – harga minggu atau bulan sebelumnya.

4. Hyper inflasi atau run away inflation (diatas 100 % per tahun)

Inflasi ini paling parah akibatnya dimana masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk

menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga cenderung untuk ditukarkan

dengan barang. Perputaran uang makin cepat, harga naik secara akselerasi. Biasanya timbul

apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja karena pemerintah dalam hal ini

Bank Indonesia harus mencetak uang untuk menutupinya.

b. Golongan inflasi berdasarkan atas sumber penyebab inflasi, yang dibedakan atas:

1. Inflasi tarikan permintaan (demand full inflation) atau inflasi permintaan (demand

inflation)

Inflasi tarikan permintaan (demand full inflation) atau inflasi permintaan (demand

Inflation), yaitu inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbsgai barang

terlalu kuat.

2. Inflasi dorongan biaya (cosh push inflation) atau inflasi penawaran (supply inflation)

Inflasi dorongan biaya atau inflasi penawaran, yaitu inflasi yang timbul karena kenaikan

(28)

3. Inflasi campuran (mixed inflation), yaitu inflasi yang unsur penyebabnya berupa

campuran antara tarikan permintaan dan inflasi dorongan biaya. Walaupun sering terjadi

inflasi yang murni adalah inflasi tarikan permintaan atau murni dorongan biaya tetapi

setelah dampaknya mulai terasa dalam perekonomian dapat menyebabkan terjadinya inflasi

campuran.

c. Golongan inflasi berdasarkan atas asal penyebab inflasi, yang dibedakan atas :

1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation).

Inflasi ini timbul bisa disebabkan defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan

pencetakan uang baru dan lain sebagainya.

2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)

Yaitu inflasi yang timbul karena kenaikan harga – harga di luar negeri atau di

negara – negara yang mempunyai hubungan dagang antara negara yang satu dengan negara

lainnya. Kenaikan harga barang – barang yang kita impor dapat mengakibatkan secara

langsung kenaikan indeks biaya hidup karena sebagian barang – barang yang tercakup

didalam nya berasal dari impor, secara tidak langsung menaikkan indeks harga melalui

kenaikan biaya produksi dari berbagai barang yang mengunakan bahan mentah atau mesin

– mesin yang harus diimpor, dan demikian akan menaikkan harga jual barang di dalam

negeri. Selain itu, kenaikan harga barang – barang impor juga secara tidak langsung

(29)

barang – barang impor mengakibatkan kenaikan pengeluaran pemerintah/swastanyang

berusaha mengimbangi kenaikan harga impor tersebut.(Adityawan,1986)

2.2.3. Efek Inflasi

Distribusi pendapatan, alokasi faktor produksi dan produk nasional dapat dipengaruhi

oleh inflasi. Efek terhadap distribusi pendapatan disebut juga dengan equity effect,

sedangkan efek terhadap alokasi faktor produksi dan faktor nasional masing –masing

disebut dengan efficiency dan output effect.

2.2.3.1. Efek terhadap pendapatan

Efek terhadap pendapata sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada juga

yang diuntungkan oleh adanya inflasi. Seorang yang memperoleh pendapatan tetap akan

dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seseorang yang pendapatannya tetap

Rp1.000.000,00 per tahun sedangkan laju inflasi sebesar 20 % akan menderita kerugian

penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp 200.000,00.

Demikian juga orang yang menumpuk kekayaanya dalam bentuk uang kas akan menderita

(30)

oleh karena adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan

persentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau mereka yang mempunyai kekayaan bukan

uang dimana nilainya naik dengan persentase lebih besar dari laju inflasi. Dengan adanya

serikat buruh yang menuntut kenaikan upah yang persentasenya lebih besar dari laju inflasi,

dapat juga menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola pembagian pendapatan dan

kekayaan masyarakat.

2.2.3.2. Efek terhadap efisiensi (efficiency effect)

Pada alokasi faktor – faktor produksi dapat juga mengalami perubahan oleh karena

adanya inflasi. Perubahan ini dapat terjdi melalui kenaikan permintaan akan berbagai

macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi

barang tertentu. Dengan adanya inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami

kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang kemudian mendorong kenaikan produksi

barang tersebut. Kenaikan produksi ini pada gilirannya akan mengubah pola alokasi faktor

produksi yang sudah ada. Walaupun tidak ada jaminan bahwa alokasi produksi itu lebih

efisien dalam keadaan tidak ada inflasi. Namun kebanyakan para ahli ekonomi berpendapat

bahwa inflasi dapat menyebabkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien.

2.2.3.3. Efek terhadap output (output effect)

Didalam menganalisa kedua efek diatas digunakan suatu anggapan bahwa output

(31)

pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu. Inflasi mungkin dapat menaikkan

produksi, alasanya dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului

kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan keuntugan ini akan

mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi terlalu tinggi dapat mempunyai

akibat sebaliknya, yakni penurunan output. Dalam keadaan inflasi tinggi, nilai uang riil

turun secara drastic, masyarakat cenderung tidak mempunyai uang kas, transaksi mengarah

ke barter, yang biasanya diikuti dengan turunnya produkdi barang. Dengan demikaian dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara inflasi dengan output. Inflasi bias

dibarengi dengan kenaikan output, tetapi juga dibarengi dengan penurunan output.(Sigit,

2000)

2.3. Kurs ( Nilai Tukar Mata Uang)

Harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai tukar mata

uang ( exchange rate ).

Kurs juga dapat didefenisikan sebagai harga satu unit mata uang domestik dalam

satuan valuta asing.

Mata uang yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung dalam

transaksi ekonomi dan keuangan internasional disebut sebagai hard currency, yaitu mata

(32)

mata uang lainnya. Umumnya berasal dari negara-negara industri maju, seperti USD, JPY,

EURO, dan AUD.

Sedangkan soft currency adalah mata uang lemah yang jarang digunakan sebagai alat

pembayaran dan kesatuan hitung karena nilainya relatif tidak stabil dan sering mengalami

depresi atau penurunan nilai terhadap nilai mata uang lainnya. Umumnya berasal dari

negara-negara yang sedang berkembang seperti rupiah-Indonesia, baht-Thailand, dan

rupee-India.

Total valas yang dimiliki oleh pemerintah dan swasta dari suatu negara disebut juga

sebagai cadangan devisa. Cadangan tersebut dapat diketahui dari posisi Balance of Payment

(BOP) atau neraca pembayaran internasionalnya. Makin banyak devisa yang dimiliki oleh

pemerintah dan penduduk suatu negara maka berarti akan makin besar kemampuan negara

tersebut dalam melakukan transaksi ekonomi dan keuangan internasional dan makin kuat

pula nilai mata uang negara tersebut.(Paul, 1992)

Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka

mengingat pengaruhnya yang demikian besar terhadap neraca transaksi berjalan maupun

bagi variable – variable makroekonomi lainnya. Oleh karena itulah, kurs yakni harga suatu

mata uang terhadap mata uang lainnya, juga merupakan sebuah harga aktiva atau harga

asset (asset price), sehingga prinsip – prinsip pengaturan harga asset – asset lainnya juga

berlaku dalam pengaturan kurs. Aktiva atau asset adalah suatu bentuk kekayaan, atau suatu

(33)

itu, harga dari suatu asset yang berlaku saat ini langsung berkaitan dengan barang dan jasa

yang diinginkan pihak pembeli di masa mendatang. Hal yang sama juga berlaku terhadap

kurs.

Mengingat setiap mata uang selalu menghadapi kemungkinan penurunan nilai tukar

atau depresiasi terhadap mata uang – mata uang lainnya, atau sebaliknya mengalami

kenaikan nilai tukar (apresiasi), maka kalangan keuangan internasional lebih suka

menggunakan indikator kurs efektif. Kurs efektif (effective exchange rate) adalah rata –

rata kurs antara mata uang domestik dengan mata uang dari sejumlah negara lain yang

menjadi mitra – mitra dagang terpentingnya. Jadi, faktor yang diutamakan adalah arti

penting relatif hubungan dagang antara satu negara dengan sejumlah negara lainnya yang

menjadi mitra dagangnya yang terbesar.(Dominick, 1997)

2.3.1. Sistem Kurs

Pada masa kini hampir seluruh negara yang ada di dunia tidak menggunakan sistem

kurs yang murni. Negara-negara yang melakukan hubungan ekonomi internasional dengan

negara lain menggunakan sistem kurs campuran yang memadukan sebagian karakteristik

sistem kurs baru dan sebagian lagi dengan sistem kurs mengambang yang masing-masing

memiliki komposisi paduan karakteristik yang berbeda.

Sistem kurs campuran antara lain:

(34)

Sistem kurs ini biasanya memungkinkan fluktuasi kurs sampai batas tertentu.

Sistem kurs yang didasarkan pada batas-batas fluktuasi atau sistem kurs terbatas

dimana negara-negara dapat menentukan sendiri nilai patokan kursnya, kemudian

membiarkan mata uangnya bergerak di atas/di bawah nilai patokan tersebut secara

terbatas. Kelebihan dari sistem kurs terbatas adalah dimana otoritas moneter di

berbagai negara masih tetap memungkinkan untuk melakukan intervensi. Otoritas

moneter hanya perlu sesekali melakukan intervensi terhadap pasar valuta asing

apabila kurs mata uang domestiknya bergerak terlalu jauh sehingga cenderung

melampaui batas-batas yang telah ditetapkan.

b. Sistem kurs baku yang dapat disesuaikan.

Sistem kurs baku yang dapat disesuaikan (adjustable peg system) lebih

menitikberatkan pada nilai patokan kurs daripada batas-batas nilai inflasi. Dalam

sistem ini yang sering diubah ialah nilai patokannya sehingga sistem ini mengirim

uang bagi negara-negara untuk melakukan devaluasi ataupun revaluasi

(mengoreksi neraca pembayaran).

c. Sistem kurs baku merayap.

Dalam sistem ini nilai patokan masih boleh diubah. Namun setiap perubahan

diusahakan sekecil mungkin. Sistem ini memungkinkan dilakukannya perubahan

(35)

dalam sebulan perubahan ini dapat dilakukan berulang-ulang sampai tingkat

ekuilibrium.

d. Sistem kurs mengambang terkendali.

Fluktuasi kurs yang terlalu tajam atau terlalu sering terjadi cenderung makin

surutnya arus perdagangan dan investasi internasional. Dalam system kurs

mengambang terkendali (managed floating exchange rate system) ini, otoritas

moneter di masing-masing negara dibebani kewajiban untuk melakukan intervensi

terhadap pasar-pasar valas dalam rangka mendukung inflasi jangka pendek dan

mencegah kecenderungan jangka panjangnya. Dalam sistem kurs ini masih

diperlukan adanya cadangan internasional sedangkam dalam sistem kurs

mengambang bebas tidak diperlukan cadangan internasional karena

ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran secara otomatis dikoreksi oleh

perubahan-perubahan kurs. Koreksi ini dapat berjalan secara lancar apabila pasar

valas bersifat stabil sehingga intervensi pemerintah maupun cadangan

internasional sama sekali tidak diperlukan.(Paul, 1992)

2.3.2. Arbitrase

Kurs antara dua mata uang bisa dibuat sama diberbagai pusat moneter melalui

arbitrase ( arbitrage ). Istilah ini mengacu pada praktek pembelian suatu mata uang

(36)

kembali di pusat moneter lainnya yang menawarkan harga lebih mahal, dalam rangka

mencetak keuntungan dalam jangka pendek.

Sebagai contoh, jika harga poundsterling dalam satuan dolar adalah $ 1,99 ( artinya

kita memerlukan $ 1,99 untuk membeli £ 1 ) di New york, sedangkan kurs yang berlaku di

London adalah $ 2,01, maka pelaku arbitrase ( biasanya adalah pialang valuta asing atau

sebuah bank komersial ) akan membeli poundsterling seharga $ 1,99 di New York dan

segera menjualnya kembali di London seharga $ 2,01, sehingga dalam waktu singkat ia

memperoleh keuntungan sebesar $ 0,02 untuk setiap poundsterling. Begitu kegiatan

arbitrase berlangsung, kurs antara dua mata uang cenderung mendekat, sehingga sama

besarnya di dua pusat moneter yang terkait.(Paul, 1992)

2.3.3. Kurs Spot dan Kurs Berjangka

Semua transaksi valuta asing berlangsung secara seketika atau langsung. Artinya

kedua belah pihak sepakat untuk saling menukarkan simpanan bank mereka serta

melaksanakannya secepat mungkin. Kurs yang melandasinya bersifat seketika (on the pot).

Jenis transaksi valuta asing yang paling dikenal adalah pembayaran dan penerimaan valuta

asing yang terlaksana dalm dua hari kerja setelah disepakatinya transaksi tersebut. Periode

selama dua hari kerja tersebut dimaksudkan untuk memberikan waktu yang memadai bagi

kedua belah pihak guna megadakan pengaturan dan memberikan instruksi – instruksi

(37)

berada di dalam maupun yang di luar negeri. Tipe transaksi seperti ini lazim disebut

sebagai transaksi spot (spot transaction).

Disamping transaksi spot tersebut, terdapat pula transaksi – transaksi berjangka.

Adapun yang disebut sebagai transaksi berjangka (forward transaction) adalah kesepakatan

yang dicapai pada hari ini untuk membeli sejumlah valuta asing yang penyerahannya

dilakukan di masa mendatang berdasarkan tingkat nilai kurs yang disepakati hari ini. Kurs

yang disepakati pada hari ini namun baru berlaku beberapa waktu kemudian itulah yang

disebut sebagai Kurs Berjangka (forward rate). Kurs berjangka dalam kondisi ekuilibrium

(equilibrium forward rate) ditentukan oleh perpotongan antara kurva permintaan dan kurva

penawaran pasar valuta asing khusus untuk penyerahan di masa mendatang. Adapun tingkat

–tingkat permintaan dan penawaran kurs berjangka itu biasanya bersumber dari praktek –

praktek pemagaran resiko kurs (hedging), praktek spekulasi, dan juga dari tindakan –

tindakan arbitrase suku bunga terselubung (covered interest rate arbitrage).(dominick,

1997)

2.3.4. Teori – teori kurs

a.Pendekatan Perdagangan atau Pendekatan Elastisitas Terhadap pembentukan Kurs

Salah satu model kurs tradisional yang sangat penting didasarkan pada kajian

terhadap arus pertukaran barang dan jasa antar Negara. Artinya, model ini melihat bahwa

(38)

perdagangan barang dan jasa yang berlangsung diantara kedua negara tersebut. Itulah

sebabnya model ini lazim disebut sebagai Pendekatan Perdagangan (trade approach) atau

pendekatan elastisitas terhadap pembentukan kurs (elasticity approach to exchange rate

determination). Menurut pendekatan ini kurs ekuilibrium adalah kurs yang akan

menyeimbangkan nilai ekspor dan impor dari suatu negara. Jika nilai impor negara tersebut

lebih besar ketimbang nilai ekspornya (artinya negara yang bersangkutan mengalami defisit

perdagangan), maka kurs mata uangnya akan mengalami peningkatan (artinya mata

uangnya mengalami depresiasi atau penurunan nilai tukar), dan hal itu akan berlangsung

secara cepat dalam system kurs mengambang yang berlaku pada saat ini.

Peningkatan kurs atau penurunan nilai mata uang tersebut akan membuat harga dari

beberapa komoditi ekspornya menjadi lebih murah bagi para importir atau pihak asing

sedangkan brbagai produk barang dan jasa impor menjadi lebih mahal penduduk domestik.

Akibatnya, lambat laun ekspor negara tersebut akan mengalami kenaikan sedangkan

impornya akan terus menurun sampai pada akhirnya nilai perdagangan internasionalnya

benar – benar seimbang (impor sama dengan ekspor).

b. Pendekatan Moneter Terhadap Pembentukan Kurs dan Lonjakan Kurs

Pendekatan ini mempostulasikan atau menyatakan bahwa kues tercipta dalam proses

penyamaan atau penyeimbangan stok atau total permintaan dan penawaran mata uang

(39)

Penawaran uang di suatu negara diasumsikan dapat ditetapkan atau diciptakan secara

independen oleh otorita moneter dari negara yang bersangkutan. Namun sebaliknya,

permintaan uang sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan riil negara tersebut, atau tingkat

harga – harga umum yang berlaku serta suku bunga.

Semakin tinggi pendapatan riildan harga – harga yang berlaku di negara tersebut, maka

akan semakin besar pula permintaan akan uang di negara tersebut karena setiap individu

dan perusahaan memerlukan lebih banyak uang untuk membiayai transaksi hariannya. Di

lain pihak, semakin tinggi suku bunga yang ada, maka akan semakin besar biaya

opportunitas penyimpanan uang (uang tunai atau simpanan yang tidak menghasilkan

bunga) sehingga setiap orang akan memilih asset atau sekuritas yang menghasilkan bunga

seperti obligasi atau deposito perbankan. Itu berarti, tingkat permintaan uang memiliki

hubungan terbalik dengan besaran atau tingkat bunga.

c. Pendekatan Keseimbangan Portofolio terhadap Pembentukan Kurs

Pendekatan ini merumuskan kesimpulan yang menyatakan kenaikan penawaran

uang di negara domestik akan mendorong terjadinya kemerosotan suku bunga di negara

yang bersangkutan, sehingga akan membuat para investor menukarkan obligasi

domestiknya menjadi mata uang domestik dan obligasi luar negeri.

Pembelian secara besar – besaran atas obligasi luar negeri itu dengan sendirinya

menimbulkan depresiasi atas mata uang domestik. Selanjutnya, depresiasi itu merangsang

(40)

gilirannya hal ini menciptakan surplus perdagangan bagi negara domestik yang segera

disusul oleh apresiasi mata uangnya.

d. Mekanisme Pasar Valas

Bursa atau pasar valas diartikan sebagai suatu tempat atau sistem dimana perorangan,

perusahaan dan bank dapat melakukan transaksi keuangan internasional dengan jalan

melakukan pembelian atau permintaan dan penjualan atau penawaran atas valas.

Misalnya, Indonesia ingin mengimpor barang konsumsi dari Cina seharga US$ 1050

juta. Karena pembayaran harus dilakukan dalam bentuk US$, maka Indonesia sebagai

importir, Indonesia harus menggunakan cadangan devisanya untuk melakukan pembayaran

dalam bentuk US$ tersebut. Jumlah nilai yang dibayarkan Indonesia terhadap Cina harus

sesuai dengan kurs US$ yang berlaku pada waktu tersebut.

Transaksi penjualan dan pembelian kurs valas dapat dilakukan dengan cara spot

rate-spot market dan forward rate-forward market. Spot market adalah bursa valas dimana

dilakukan transaksi jual dan beli valas dengan kurs spot dalam jangka waktu 2 x 24 jam.

Spot market diartikan sebagai suatu bursa valas setempat, misalnya di Jakarta, Tokyo, New

York, Paris, Hong Kong, dan di tempat lain, dimana berlaku spot rate, yaitu nilai kurs valas

yang berlaku di tempat-tempat tersebut untuk jangka waktu maksimum 2x24jam. Pada

umumnya international spot transaction interbank market untuk US$ dapat berlangsung

(41)

dengan sistem komputer yang dikenal dengan CHIPS (Clearing House Interbank Payments

System) yang dioperasikan oleh New York Clearing House Association.

Sedangkan nilai kurs yang ditetapkan sekarang atau saat ini disebut dengan kurs

forward, dimana kurs forward ini digunakan dalam kurs market sehingga transasksi

pembelian dan penjualan valas diberlakukan untuk waktu yang akan datang (future period)

antara lebih dari 2 x 24jam hingga biasanya satu tahun atau 12 bulan.

Forward rate dan forward market ini timbul karena adanya ketidakpastian dan

fluktuasi kurs, terutama semenjak berlakunya sistem kurs mengambang (floating exchange

rate system) setelah Dekrit presiden Nixon pada tanggal 15 Agustus 1971 yang antara lain

menyatakan bahwa nilai mata uang US$ tidak dikaitkan lagi dengan emas. Sebelumnya

berdasarkan persetujuan Bretton Woods tahun 1944, sistem moneter internasional

didasarkan pada sistem kurs tetap atau (fixed exchange rate system) dimana US$ dapat

ditukardan dijamin sepenuhnya dengan emas dengan ketentuan US$35 sama dengan satu

ons emas.

Semenjak diberlakukan sistem kurs mengambang tersebut maka banyak perusahaan

dan perbankan, termasuk badan usaha pemerintah yang mengunakan forward market untuk

mengadakan forward contact guna melindungi transaksi perdagangan dan keuangan

internasionalnya dari resiko kerugian serta para pedagang valas yang mencari keuntungan

dari fluktuasi kurs. Ada empat pelaku transaksi dalam pasar valas dilihat dari tingkatan

(42)

a. Pada tingkatan yang pertama yaitu para pelaku transaksi tradisional seperti

wisatawan, importir, eksportir, investor dan sebagainya yang melakukan transaksi

secara langsung.

b. Pada tingkatan yang kedua yakni bank-bank komersial yang bertindak sebagai

perantara atau lembaga kliring atau antara pemakai atau sumber permintaan/para

penghimpun sumber penawaran valas. Bank-bank komersial merupakan inti atau

pusat pasar valas karena hampir semua transaksi internasional dalam nilai yang

cukup besar melibatkan kegiatan pencatatan debet ataupun kredit pada bank-bank

komersil di berbagai pusat keuangan dunia. Perdagangan valas di sesama bank

disebut interbank trading yang nilainya cukup besar sehingga menjadi kegiatan

utama dalam pasar valas.

c. Pada tingkatan ketiga adalah para pialang valas yang bertindak sebagai perantara

pada bank-bank komersial untuk menukarkan berbagai jenis mata uang di

kalangan bank-bank itu sendiri. Mereka berperan utama dalam pasar antar bank

atau pasar mata uang asing berskala besar.

d. Pada tingkatan keempat adalah bank sentral yang bertindak sebagai pembeli dan penjual valas pada suatu negara. Peranan bank sentral adalah untuk mengurangi

atau menambah cadangan valas atau sewaktu-waktu melakukan intervensi di pasar

valas dengan tujuan untuk menstabilkan kurs.(Ahmad, 2001)

(43)

Dalam sistem nilai tukar tetap, mata uang lokal diciptakan secara tetap terhadap

mata uang asing. Sementara dalam sistem nilai tukar mengambang, nilai tukar atau kurs

dapat berubah-ubah setiap saat, tergantung pada jumlah penawaran dan permintaan valuta

asing relatif terhadap mata uang domestik. Setiap perubahan dalam penawaran dan

permintaan dari suatu mata uang akan mempengaruhi nilai tukar mata uang yang

bersangkutan.

Dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar, terdapat tiga faktor utama

yang mempengaruhi permintaan valuta asing, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Faktor pembayaran impor. Semakin tinggi impor barang dan jasa, maka semakin besar

permintaan terhadap valuta asing sehingga nilai tukar akan cenderung melemah.

Sebaliknya, jika impor turun, maka permintaan valuta asing menurun sehingga

mendorong menguatnya nilai tukar.

b. Faktor aliran modal keluar (capital outflow). Semakin besar aliran modal keluar, maka

semakin besar permintaan valuta asing dan pada lanjutannya akan memperlemah nilai

tukar. Aliran modal keluar meliputi pembayaran hutang penduduk Indonesia (baik

swasta dan pemerintah) kepada pihak asing dan penempatan dana penduduk Indonesia

ke luar negeri.

c. Kegiatan spekulasi. Semakin banyak kegiatan spekulasi valuta asing yang dilakukan oleh

spekulan, maka semakin besar permintaan terhadap valuta asing sehingga

(44)

Sementara itu, penawaran valuta asing dipengaruhi oleh dua faktor utama, antara

lain adalah sebagai berikut:

a. Faktor penerimaan hasil ekspor. Semakin besar volume penerimaan ekspor barang dan

jasa, maka semakin besar jumlah valuta asing yang dimiliki oleh suatu negara dan pada

lanjutannya nilai tukar terhadap mata uang asing cenderung menguat atau apresiasi.

Sebaliknya, jika ekspor menurun, maka jumlah valuta asing yang dimiliki semakin

menurun sehingga nilai tukar juga cenderung mengalami depresiasi.

b. Faktor aliran modal masuk (capital inflow). Semakin besar aliran modal masuk, maka

nilai tukar akan cenderung semakin menguat. Aliran modal masuk tersebut dapat berupa

penerimaan utang luar negeri, penempatan dana jangka pendek oleh pihak asing

(Portfolio Investment) dan investasi langsung pihak asing (Foreign Direct Investment).

2.3.5. Sistem Bretton Woods

Satu pelajaran yang diperoleh dari tahun 1930 bahwa sistem nilai tukar yang

berfluktuasi bebas ataupun system nilai tukar tetap akan dimungkinkan setiap Negara dapat

melakukan devaluasi untuk memulihkan keseimbangan neraca pembayarannya, walaupun

tindakan devaluasi ini tidak pasti memulihkan keseimbangan neraca pembayarannya. Untuk

mencapai suatu sistem nilai tukar yang tertib agar memudahkan arus bebas perdagangan

(45)

Bretton Woods tahun 1944 yang disponsori oleh Amerika Serikat dan Inggris. Sistem

Bretton Woods memiliki tiga sasaran pokok, yaitu:

a. Menciptakan seperangkat aturan yang akan memelihara nilai tukar tetap dalam

waktu jangka pendek.

b. Menjamin bahwa perubahan nilai tukar (nilai tukar mata uang suatu negara) akan

dapat dilakukan bilaman terjadi defisit ataupun surplus yang mendasar pada

neraca pembayarannya.

c. Memastikan bilamana terjadi devaluasi pada suatu negara tidak akan diikuti oleh

devaluasi pada negara lain, sehingga persaingan devaluasi antar negara dapat

dihindarkan.

Sifat yang mendasari system ini adalah Dollar Amerika Serikat, dimana Dollar ini

akan disimpan oleh negara lain sebagai valuta asing yang dapat ditukar langsung dengan

emas pada harga yang telah ditentukan oleh pemerintah Amerika Serikat. Sedangkan

pemerintah negara lain menetapkan harga mata uang negaranya dan membandingkannya

dengan US Dollar. Dasar inilah yang membuat sistem ini merupakan standar emas karena

mata uang asing (US$) secara langsung atau tidak langsung dapat ditukarkan dengan emas.

Bila mata uang suatu negara mengalami penawaran yang lebih besar, penguasa moneter

akan menjual emas, dollar dan poundsterling. Sebaliknya, jika suatu negara mengalami

permintaan yang lebih besar, penguasa moneter akan membeli emas, dollar dan

(46)

Sistem Bretton Woods bekerja cukup baik selama hampir 20 tahun, kemudian sistem

ini dikacaukan oleh serangkaian krisis yang mencerminkan kelemahan sistem ini.

Runtuhnya sistem ini disebabkan oleh:

a. Spekulasi Poundsterling Inggris.

Pada tahun 1950-an dan 1960-an ekonomi Inggris lebih rawan mengalami inflasi

dibandingkan ekonomi Amerika dan neraca pembayaran Inggris mengalami defisit. Para

pemegang poundsterlingpun merasa kuatir, mereka beranggapan bahwa pemerintah Inggris

tidak mampu menjaga konvertibilitas pound terhadap dollar dengan nilai tukar tertentu.

Sehingga timbullah gerakan spekulasi untuk menjual mata uang ini sebelum mata uang ini

didevaluasi. Tahun 1967, pounds didevaluasi di tengah krisis spekulasi. Banyak negara

yang mengalami defisit mengikuti jejak devaluasi ini.

b.Spekulasi Dollar Amerika Serikat.

Dalam sistem Bretton woods, apabila Amerika melakukan devaluasi terhadap mata

uangnya maka akan mengakibatkan naiknya harga emas terhadap dollar. Devaluasi ini

didorong oleh defisitnya neraca pembayaran Amerika tahun 1967 sehingga menghasilkan

spekulasi. Pada tahun 1968, negara pedagang utama terpaksa berhenti mematok harga emas

di pasar bebas, akibat tekanan spekulasi untuk membeli emas yang tidak dapat ditahan.

Sehingga terjadi dua harga emas yaitu harga emas resmi dipergunakan penguasa moneter

untuk menyelesaikan utang dengan mentransfer emas dan harga emas pasar bebas yang

(47)

sentral. Dengan adanya harga emas pasar bebas ini, maka para spekulan beralih ke mata

uangnya yang nilainya masih rendah terhadap US$ sehingga kemampuan bank sentral

untuk mempertahankan nilai tukar yang telah dipatok dalam menghadapi arus dana yang

cepat sangat diragukan.(Dominick, 1997)

2.4. Suku Bunga

Tingkat bunga adalah harga dari penggunaan uang atau bias juga dipandang sebagai

sewa atau penggunaan uang untuk jangka tertentu.

Harga atas penggunaan uang biasanya dinyatakan dalam % dalam jangka waktu tertentu

misalnya 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan. Harga penggunan uang perunit

waktu disebut “ tingkat bunga “.

Naik turunya tingkat bunga dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan uang.

Tingkat bunga cenderung naik / meningkat bila permintaan debitur / pinjaman lebih besar

daripada jumlah uang / dana yang ditawarkan kreditur (kreditur biasanya bank – bank dan

LKBB). Sebaliknya tingkat suku bunga cenderung menurun bila permintaan debitur lebih

kecil daripada jumlah uang / dana yang ditawarkan kreditur. Dalam keadaan tingkat bunga

tinggi maka individu cenderung menabung / menyimpan atau mendeposito uang nya di

(48)

merupakan fungsi atau ditentukan tingkat pendapatan, dan dapat ditulis dengan persamaan :

S = Y – C, maksudnya tabungan merupakan bahagian pendapatan yang tidak dikonsumsi.

Selanjutnya Keynes merumuskan dengan fungsi S = F (Y). Menurut Sir. John R. Hicks

dirimuskan bahwa S = F (i . Y), maksudnya besar kecilnya tabungan dipengaruhi oleh

tinggi rendahnya tingkat bunga dan besar kecilnya tingkat pendapatan. Jadi semakin tinggi

tingkat suku bunga, masyarakat cenderung menabung sehingga jumlah tabungan lebih

besar. Sebaliknya, bila tingkat suku bunha rendah, masyarakat akan mengurangi

tabungannya di bank, atau bahkan mereka meminjam kredit dari bank untuk investasi atau

usaha produktif lainnya.(Susono, 1990)

Dalam proses pembentukan tingkat suku bunga, penguasa moneter dimanapun selalu

memperhitungkan besarnya inflasi bukan sebaliknya. Ada beberapa teori yang

menerangkan mengenai terjadinya tingkat bunga :

a. Teori klasik

Menurut teori ini bunga adalah harga dari penggunaan dana yang tersedia untuk

dipinjamkan (loanable fund). Harga ini terjadi di pasar dana investasi, istilah pasar dana

investasi dapat dijelaskan bahwa dalam suatu periode ada anggota masyarakat yang

menerima pendapatan yang melebihi kebutuhan konsumsi. Masyarat tersebut kemudian

menabungkan kelebihan pendapatannya, dari jumlah seluruh tabungan mereka akan supply

penawaran akan loanable fund. Dilain pihak di periode yang sama ada anggota masyarakat

(49)

keseluruhan mereka akan dana membetuk permintaan akan loanable fund. Selanjutnya

penabung dan investor ini bertemu di pasar loanable fund dari proses tawar – menawar

antara mereka, akhirnya akan dihasilkan tingkat bunga keseimbangan sebagai harga dari

loanable fund yang digunakan oleh para investor.

b. Teori Keynes

Teori yang dikemukakan oleh Keynes ini lebih dikenal dengan Liquidity Preference,

menurut teori ini bahawa ada tiga motif mengapa oran mememgang uang tunai, yakni :

a. Motif Transaksi (Transaction Motive)

b. Motif berjaga – jaga (Precautionary Motive)

c. Motif Spekulasi (speculation Motive)

Tiga motif inilah yang menimbulkan permintaan akan uang atau dikenal dengan

Liquidity Prreference. Teori Keynes berlandaskan pada konsepsi bahwa orang pada

umumnya menginginkan dirinya tetap liquid untuk memenuhi ketiga motif tersebut.

Preference (keinginan) untuk tetap liquid inilah yang membuat orang bersedia membayar

harga tertentu untuk penggunaan uang. Teori Keynes umumnya menekankan adanya

hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga uang tersebut (tingkat bunga)

dengan unsur permintaan akan uang untuk Speculation Motive. Permintaan uang akan

tinggi bunga rendah dan sebaliknya permintaan uang akan rendah bila tingkat bunga tinggi.

Setiap bank hendaknya dapt mempertahankan suku bunga deposito yang bersaing

(50)

deposan baru dan mempertahankan deposan yang sudah ada. Hal ini terutama kalau suku

bunga pasar berada pada tingkat yang relatife tinggi. Bank pemerintah dalam hal ini untuk

mendapatkan dana tidak hanya bersaing dengan bank swasta, tetapi juga dengan lembaga

simpan pinjam, dana pasar uang dan badan yang mengeluarkan surat berharga lainnya di

pasar uang.(Srimulyani, 1998)

2.5. Net Ekspor

2.5.1. Pengertian Ekspor

Alasan suatu negara melakukan ekspor adalah untuk meningkatkan kekkayaan

negara yang berarti pula meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat.

(Soekartawi 1991 : 123)

Menurut Todaro (1983 : 620), ekspor adalah kegiatan perdagangan internasional

yang memeberikan rangsangan guna menumbuhkan permintaan dalam negeri yang

menyebabkan tumbuhnya industri – industri pabrik besar, bersama dengan struktur politik

yang tidak stabil dan lembaga social yang fleksibel. Dengan kata lain, ekspor

mencerminkan aktifitas perdagangan antar bangsa yang dapat memberikan dorongan dalam

dinamika pertumbuhan perdagangan internasional, sehingga suatu negara yang sedang

berkembang kemungkinan untuk mencapai kemajuan perekonomian setara dengan negara –

(51)

Menurut G.M. Meier dan Baldwin, ekspor adalah salah satu sektor perekonomian

yang memegang peranan penting melalui perluasan pasar antara beberapa negara dimana

dapat mengadakan perluasan dalam sektor industri, sehingga mendorong dalam industtri

lain, sehingga mendorong sector lainnya dari perekonomian.

Ekspor sebagai bagian dari perdagangan internasional bias dimungkinkan oleh

berbagai kondisi, antara lain :

a. Adanya kelebihan produksi dalam negeri sehingga kelebihan tersebut dapat dijual

ke luar negeri.

b. Adanya permintaan luar negeri untuk suatu produk walaupun untuk dalam negeri

masih kekurangan.

c. Adanya keuntungan yang lebih besar dari penjualan ke luar negeri daripada

penjualan di dalam negeri karena harga di pasar dunia lebih menguntungkan.

d. Adanya barter antara produk tertentu dengan produk lain yang diperlukan dan tidak

dapat diproduksi di dalam negeri.

e. Adanya kebijakan ekspor yang bersifat politik.

2.5.2. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Ekspor

Menurut Soekartawi, faktor – faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan ekspor

(52)

a. Quota ekspor – impor yakni kebijaksanaan perdagangan internasional berupa

pembatasan kuantitas (jumlah) barang ekspor.

b. Kebijakan tarif dan non tariff. Kebijakan tariff adalah untuk menjaga produk dalam

negeri dalam tingkatan tertentu yang dianggap mampu atau dapat mendoronng

pengembangan komoditi tersebut. Sedangkan kebijakan non tariff adalah untuk

mendorong tujuan diversifikasi ekspor.

c. Harga internasional. Makin besar selisih antara harga di pasar internasional dengan

harga domestik akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan diekspor menjadi

lebih banyak.

d. negara (mengalami apresiasi) maka harga ekspor negeri itu di pasar internasional menjadi lebih mahal. Sebaliknya, makin rendah nilai mata uang suatu negara

(mengalami depresiasi), harga ekspor negara itu di pasar internasional menjadi lebih

murah.(Amir, 2000)

2.5.3. Kebijaksanaan Ekspor

Tujuan dari kebijaksanaan ekspor adalah bagaimana upaya untuk meningkatkan ekspor

sehingga dapat menutupi defisit transaksi berjalan dalam neraca pembayaran. Untuk

mencapai sasaran atau tujuan tersebut, dapat ditempuh dengan beberapa cara, antara lain

a. Kebijakan devaluasi, yaitu kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dengan

(53)

kebijakan ini, harga barang – barang ekspor tersebut menjadi lebih murah di luar

negeri dan dapat bersaing dengan produk aingan dari negara lain. Sedangkan harga

barang – barang impor bagi negara tersebut menjadi mahal. Akibatnya, hasrat

mengimpor dapat ditekan sebagai upaya penghematan pengunaan devisa. Akan

tetapi, bila kebijakan ini sering dilakukan akan menimbulkan ketidakpercayaan

masyarakat internasional terhadap negara tersebut karena merugikan Negara lain

untuk berkompetisi di pasar internasional.

b. Subsidi ekspor, merupakan salah satu kebijakan yang ditempuh pemerintah dalam

meningkatkan ekspor dengan memberikan bantuan kapada para produksi, sehingga

biaya produksinya dapat ditekan. Hal tersebut akan membuat harga barang ekspor

lebih murah di pasar internasional sehingga dapat memenangkan persaingan dengan

negara lain.

c. Diversifikasi ekspor, yakni kegitan penganekaragaman hasil ekspor. Hal ini juga salah satu cara yang ditempuh dalam meningkatkan ekspor. Ini berarti komoditas

ekspor tidak hanya terfokus pada satu jenis komoditi saja, tetapi dari berbagai jenis

komoditi lainnya.(Amir, 2000)

2.5.4. Aneka Cara Ekspor

Dalam melaksanakan ekspor ke luar negeri dapat ditempuh dengan beberapa cara,

(54)

a. Ekspor Biasa

Dalam hal ini barang dikirim ke luar negeri sesuai dengan peraturan umum yang

berlaku, yang ditujukan kapada pembeli di luar negeri untuk memenuhi suatu transaksi

yang sebelumnya sudah diadakan dengan importir di luar negeri. Sesuai dengan peraturan

devisa yang berlaku maka hasil devisa yang diperoleh dariekspor ini dapat dijual kepada

Bank Indonesia, sedang eksportir menerima pembayaran dalam mata uang rupiah sesuai

dengan penetapan nilai lawan kurs ( kurs valuta ) valuta asing yang ditentukan dalam bursa

valuta, atau dapat juga dipakai oleh eksportir.

b. Barter

Yang dimaksud dengan barter adalah pengiriman barang – barang ke luar negeri

untuk ditukarkan langsung dengan barang yang dibutuhkan dalam negeri. Dalam hal ini

berarti pengriman barang, tidak memerima pembayaran dalm mata uang asing, tapi dalam

bentuk barang yang dapat dijual di dalam negeri untuk mendapatkan kembali pembayaran

dalam mata uang rupiah.

Sistem barter ini masih diteruskan dalam pergaulan antar bangsa dalam jaman modern dan

dikenal dengan aneka istilah, seperti :

1. Direct Barter, yang dimaksud dengan “ direct barter “ atau barter langsung

merupakan sistem pertukaran barang dengan barang dengan mempergunakan alat “

penentu nilai “ atau lazim disebut dengan “ denominator of value “ suatu mata uang

(55)

neraca perdagangan antara kedua negara yang bersangkutan. Sistem direct barter ini

banyak dikembangkan untuk menampung kegiatan perdagangan internasional

antara negara – negara sosialis dengan negara industri barat (kapitalis barat).

Transaksi direct barter ini biasanya dilakukan melalui bank yang mempunyai staf

ahli yang bergiat dalam perdagangan barter ini.

2. Switch Barter, disebut juga barter alih adalah bilamana salah satu pihak tidak

mungkin memanfaatkan sendiri barang yang diterimanya dari pertukaran itu, maka

negara pengimpor itu dapat mengalihkan (switching) barang tersebut ke negara

ketiga yang membutuhkan.

3. Counter Purchase, atau imbal beli atau lazim juga disebut dengan counter – trade

adalh suatu sistem perdagangan timbal balik antar dua negara. Misalnya, suatu

negara yang menjual suatu produk kepada negara lain harus membeli pula suatu

produk negara tersebut atau dengan mengaitkan ekspor dengan impor. Perdagangan

jenis ini dikenal sebagai counter purchase frame agreement.

4. Buy – Back Barter, atau barter beli kembali adalah suatu system penerapan alih

teknologi dari suatu negara maju kepada negara yang berkembang dengan cara

membantu menciptakan kapasitas produksi di negara berkembang, yang nantinya

hasil produksinya ditampung atau dibeli kembali oleh negara maju.

(56)

Yang dimaksud dengan konsinyasi adalah pengiriman barang ke luar negeri untuk

dijual sedangkan hasil penjualannya diperlakukan sama dengan hasil ekspor biasa. Di

dalam hal pengiriman barang sebagai barang konsinyasi belum ada pembeli yang tertentu di

luar negeri.

Cara penjualan di luar negeri dapat dilaksanakan dengan penjualan di pasar bebas, atau juga

mungkin dengan mengikutsertakan barang tersebut di dalam pelelangan atau yang biasa

disebut juga pada “Commodities Exchange”. Commodities Exchange ini atau bursa hasil

bumi terdapat di pusat pasar dunia seperti pada hasil bumi di London terdapat London

Commodities Exchange, dimana hasil bumi dari berbagai negara dilelang atau dimasukkan

di dalam Commodities Action.

d. Package - Deal

Dalam rangka memperluas pasaran hasil bumi terutama di negara-negara sosialis,

pemerintah adakalanya mengadakan perjanjian perdagangan (trade agreement) dengan

salah satu negara. Pada perjanjian ditetapkan sejumlah barang tertentu akan diekspor ke

negara itu dan sebaliknya dari negara itu akan diimpor sejumlah jenis barang yang

dihasilkan di negara tersebut dan yang kiranya kita butuhkan. Pada prinsipnya semacam

barter, namun terdiri dari aneka komoditi.

(57)

Di negara manapun hampir selalu ada, baik perorangan maupun badan-badan usaha

yang hanya memikirkan kepentingan dan keuntungan diri sendiri, tanpa mengindahkan

kepentingan masyarakat banyak, apalagi peraturan yang berlaku.

Setiap usaha yang bertujuan memindahkan kekayaan dari satu negara ke negara lain tanpa

memenuhi ketentuan yang berlaku dapat dianggap sebagai usaha penyelundupan atau

smuggling.

Penyelundupan dapat dibagi dalam garis besarnya menjadi dua bagian, antara lain:

Gambar

Gambar 3.1. Direct effect
Gambar 3.2. Indirect effect
Gambar 3.4
Tabel 4.1. Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk menurut provinsi 1980 - 2000
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa disertasi berjudul “ Pengembangan Model Pembelajaran Mandiri Berbasis Blended Learning pada Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

Sumbangan sektor pertanian dalam arti sempit (subsektor tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan) terhadap PDB cenderung menurun dari 12,24% pada tahun 2000 menjadi 10,59%

Larutan kitosan ditambahkan Bioflokulan DYT dan larutan Polivinil Alkohol, diaduk dengan menggunakan stirrer sampai homogen, ditambahkan larutan crosslink, diaduk dan

Setelah mengamati gambar dan berdiskusi, siswa mampu menyajikan gagasan pokok dan gagasan pendukung yang diperoleh dari teks visual dengan percaya diri.. Setelah membaca teks,

Nilai yang paling ideal/optimal untuk hasil rekaman pola interferensi dan untuk intensitas yang dapat diterima sensor yaitu pada pengaturan Aperture/perhentian- f ( f

(4) Pendapatan BLUD yang bersumber dari APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf d, berupa pendapatan yang berasal dari APBD yang diterima dari Kas Umum Daerah

LCD (Liquid Cristal Display) adalah salah satu jenis display elektronik yang dibuat dengan teknologi CMOS logic yang bekerja dengan tidak menghasilkan cahaya

di dalam Ruang Milik Jalan (on street parking) atau Parkir Tepi Jalan Umum sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) dilaksnakan sesuai hasil kajian manajemen