• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. PENDIDIKAN PESANTREN - RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "B. PENDIDIKAN PESANTREN - RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Refleksi Dan Rekonstruksi Pendidikan Islam:

Model Pendidikan Pesantren A La

Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo

========================================================== Oleh: K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A.**

A. PENDAHULUAN

1926 merupakan tahun bersejarah bagi umat Islam Indonesia. Pada tahun tersebut umat Islam Indonesia mengadakan kongres di Surabaya yang berlangsung dari tanggal 18-23 September 1926. Kongres ini dihadiri oleh tokoh-tokoh utama umat dari berbagai golongan, antara lain, sekadar menyebut sebagai misal, H.O.S. Cokroaminoto, Kyai Mas Mansyur, H. Agus Salim, A.M. Sangaji, dan Usman Amin. Di antara keputusan penting yang disepakati oleh Kongres Umat Islam ini adalah mengirim seorang utusan untuk menghadiri Muktamar Islam se- Dunia yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat di Mekkah. Kongres menyepakati bahwa utusan yang akan dikirim itu sekurang-kurangnya mahir berbahasa Arab dan Inggris. Di sinilah kemudian timbul masalah tentang siapa yang akan menjadi utusan. Karena tidak seorang pun dari peserta Kongres yang menguasai kedua bahasa tersebut dengan baik. Akhirnya dipilihlah dua orang utusan; yang satu pandai berbahasa Inggris, yaitu H.O.S. Cokroaminoto, dan satu lagi adalah Kyai Mas Mansyur yang mahir berbahasa Arab.

Peristiwa pemilihan utusan dengan kriteria semacam ini meninggalkan kesan sangat kuat dalam diri K.H. Ahmad Sahal, yang menjadi peserta Kongres mewakili umat Islam di wilayah Madiun. Sepulang dari Kongres masalah ini menjadi topik pembicaraan bersama kedua adiknya dan merupakan masukan pemikiran yang sangat berharga bagi bentuk dan ciri lembaga pendidikan yang akan dibina, yang meletakkan B. Arab dan Inggris sebagai bahasa pengantar dalam belajar dan bahasa komunikasi harian para santri.

Dengan kata lain, peristiwa ini juga bisa dikatakan sebagai pemicu langsung bagi kebangkitan semangat para pendiri pondok ini untuk mendirikan Pondok Gontor. Maka pada tahun 1926 ini juga Pondok Gontor didirikan.

Momen historis lain yang patut dicatat pada tahun 1926 ini dan sekaligus sebagai hasil dari Kongres Umat Islam di Surabaya ini adalah berdirinya sebuah organisasi masa Islam “Nahdlatul Ulama,” salah satu organisasi Islam yang sangat besar di negeri ini.

Tulisan ini berusaha memotret secara singkat mengenai sistem pendidikan pesantren, khususnya di Pondok Modern Darussalam Gontor.

B. PENDIDIKAN PESANTREN

DI PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR

Disampaikan dalam Seminar tentang “Refleksi dan Rekonstruksi Pendidikan Islam,”

(2)

Secara umum pesantren atau pondok bisa didefinisikan sebagai “lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama, kyai sebagai sentral figurnya dan masjid sebagai titik pusat yang menjiwainya.” Definisi ini menunjukkan bahwa inti dari dunia pesantren adalah pendidikannya. Pendidikan di dunia pesantren yang berlangsung 24 jam dengan sistem asrama semacam itu tentu saja mencakup suatu bidang yang sangat luas, meliputi aspek-aspek spiritual, intelektual, moral-emosional, sosial, dan termasuk juga aspek pendidikan fisik.

Dalam perjalanannya yang panjang, lembaga pendidikan pesantren telah berkiprah secara signifikan pada setiap zaman yang dilaluinya; baik sebagai lembaga pendidikan dan pengembangan ajaran-ajaran Islam, sebagai kubu pertahanan Islam, sebagai lembaga perjuangan dan dakwah, maupun sebagai lembaga pemberdayaan dan pengabdian masyarakat. Karena itu, hingga kini, eksistensi pesantren tetap dipertahankan dan bahkan terus dikembangkan agar dapat meningkat kualitas dan kuantitas peran dan kontribusinya bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa, lahir-batin dan dunia-akhirat.

Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) adalah salah satu dari sekian banyak pondok yang telah ikut andil dalam pembangunan bangsa ini. Andil Gontor ini terlihat dari peran para alumninya yang tersebar beragam dalam berbagai sektor kehidupan; baik dalam sekala regional, nasional, maupun internasional. Mereka ada yang menjadi ulama atau kyai, cendekiawan, pengusaha, pejabat sipil ataupun militer, politisi, da’i, guru, dosen, seniman, budayawan, dll. Selain itu, kini telah banyak alumni PMDG ini yang mendirikan dan mengelola lembaga pendidikan pesantren di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Saat ini tidak kurang dari 150 pondok pesantren besar dan kecil yang telah didirikan dan dikelola oleh alumni PMDG yang tesebar di seluruh Indonesia, dan bahkan di luar negeri.

1. MENGAPA SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN?

(3)

Lebih lanjut, alasan mengapa sistem pendidikan pesantren menjadi pilihan untuk mewujudkan cita-cita luhur tersebut, antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pesantren adalah sistem pendidikan berasrama di mana tri pusat pendidikan menjadi satu kesatuan yang terpadu. Sekolah, keluarga, dan masyarakat berada dalam satu lingkungan sehingga lebih memungkinkan penciptaan suasan yang kondusif, yang terkait dengan peran ketiga pusat pendidikan tersebut, dalam mencapai tujuan pendidikan.

b. Pesantren adalah sebuah masyarakat mini yang terdiri dari santri, guru, dan pengasuh/kyai. Ini adalah sebuah masyarakat kecil (a mini society) yang sesungguhnya. Dalam tradisi pesantren para santri merupakan subjek dari proses pendidikan, mereka mengatur kehidupan mereka sendiri (self government) melalui berbagai aktifitas, kreatifitas, dan interaksi sosial yang sangat penting artinya bagi pendidikan mereka.

c. Pesantren adalah lembaga pendidikan yang berasal dari, dikelola oleh, dan berkiprah untuk masyarakat, sehingga paradigma pendidikan yang berorientasi pada Community Based Education (CBE) bagi dunia pesantren sudah bukan lagi wacana.

d. Orientasi pendidikan pesantren adalah kemasyarakatan. Lingkungan pesantren diciptakan untuk mendidik santri agar dapat menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bermanfaat. Pendidikan ini menjadikan alumni pesantren tidak canggung untuk terjun dan berjuang ke masyarakat, sehingga, dalam bidang pekerjaan misalnya, dapat dikatakan tidak ada istilah nganggur (nunggu pekerjaan) bagi tamatan pesantren.

e. Pesantren lebih mementingkan pendidikan daripada pengajaran. Pendidikan pesantren lebih mengutamakan pembentukan mental karakter yang didasarkan pada jiwa, falsafah hidup, dan nilai-nilai pesantren. Adapun pengetahuan yang diajarkan adalah sebagai tambahan dan kelengkapan.

f. Hubungan antara anggota masyarakat pesantren berlangsung

dalam suasana ukhuwwah Islamiyyah yang bersumber pada tauhid dan prinsip-prinsip akhlak karimah. Suasana ini tertanam dalam jiwa santri dan menjadi bekal berharga untuk kehidupan di luar masyarakat pesantren.

g. Pendidikan pesantren didasarkan pada prinsip-prinsip keikhlasan, kejuangan, pengorbanan, kesederhanaan, kemandirian, persaudaraan, dan kebebasan berpikir, sehingga bagi pesantren tidak ada masalah apapun dengan paradigma School Based Management (SBM).

(4)

seluruh penghuni pesantren. Hal ini adalah suatu kondisi yang mesti bagi dunia pendidikan, tetapi kenyataannya jarang didapati dalam sistem pendidikan selain pesantren.

2. IDE TRIMURTI

Ide Trimurti adalah nilai-nilai dan ajaran-ajaran yang mendasari seluruh proses pendidikan dan pengajaran di Gontor.

a.Visi

1) Menjadi tempat ibadah, talabul ilmi, dan tempat mencari rida Allah.

2) Menjadi sumber pengetahuan Islam, bahasa al-Qur’an/B. Arab, ilmu pengetahuan, dan tetap berjiwa pondok.

b. Misi

1) Membentuk karakter/pribadi umat yang unggul dan berkualitas, yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada masyarakat.

2) Mempersiapkan warga negara yang berkepriba-dian Indonesia yang bertakwa kepada Allah SWT.

c. Jiwa

Jiwa ini biasa disebut Panca Jiwa Pondok Pesantren, sebagaimana yang telah dirumuskan dan disampaikan oleh K.H. Imam Zarkasyi pada Seminar Pondok Pesantren seluruh Indonesia tahap pertama di Yogyakarta, 4-7 Juli 1965, yaitu:

1) Jiwa Keikhlasan

Jiwa ini berarti sepi ing pamrih, yakni berbuat sesuatu itu bukan karena didorong oleh keinginan memperoleh keuntungan tertentu. Segala pekerjaan dilakukan dengan niat semata-mata ibadah, lillah. Kyai ikhlas dalam mendidik, santri ikhlas dididik dan mendidik diri sendiri, dan para pembantu kyai ikhlas dalam membantu menjalankan proses pendidikan.

2) Jiwa Kesederhanaan

Kehidupan di dalam pondok diliputi oleh suasana kesederhanaan. Sederhana tidak berarti pasif atau nerimo, tidak juga berarti miskin dan melarat. Justru dalam kesederhanaan itu terdapat nilai-nilai kekuatan, kesanggupan, ketabahan, dan penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup. Di balik kesederhanaan ini terpancar jiwa besar, berani maju, dan pantang mundur dalam segala keadaan.

3) Jiwa Berdikari

(5)

pesantren itu sendiri—sebagai lembaga pendidikan—juga harus sanggup berdikari sehingga tidak pernah menyandarkan kelangsungan hidupnya kepada bantuan atau belas kasihan pihak lain.

4) Jiwa Ukhuwwah Islamiyyah

Kehidupan di pondok pesantren diliputi suasana persaudaraan yang akrab, sehingga segala suka dan duka dirasakan bersama dalam jalinan persaudaraan keagamaan. Ukhuwwah ini bukan saja selama mereka belajar di Pondok, tetapi juga mempengaruhi ke arah persatuan umat dalam masyarakat sepulang para santri itu dari Pondok.

5) Jiwa Bebas

Bebas dalam berpikir dan berbuat, bebas dalam menentukan masa depan, bebas dalam memilih jalan hidup, dan bahkan bebas dari berbagai pengaruh negatif dari luar. Tentu saja kebebasan ini adalah bebas di dalam garis-garis disiplin yang positif, dengan penuh tanggungjawab; baik di dalam kehidupan pondok pesantren itu sendiri, maupun dalam kehidupan masyarakat.

d. Moto

Motto pendidikan dan pengajaran di Gontor adalah berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas

e. Orientasi Pendidikan

Orientasi pendidikan di Gontor adalah kemasyarakatan, kesederhanaan, kaderisasi, dan lebih dari itu adalah ibadah thalabul ilmi.

f. Sintesa Unsur-unsur Pendidikan di PMDG

Pada awal pembukaan Pondok Gontor, para pendirinya telah mengkaji beberapa lembaga pendidikan terkenal dan maju saat itu. Mereka merumuskan suatu sintesa unsur-unsur utama dari berbagai lembaga pendidikan yang diperhatikannya.

1) Universitas al-Azhar di Kairo, Mesir, dengan keabadian dan kepemilikan wakafnya. 2) Pondok Syanggit di Afrika, dengan kedermawanan dan keikhlasan para pengasuhnya. 3) Universitas Muslim Aligarh di India, dengan modernisasinya.

4) Shantiniketan, di India, dengan kedamaiannya. g. Falsafah

Falsafah yang mewarnai dan mendasari gerak dan aktifitas di Gontor adalah 1) Falsafah Kelembagaan

a) Pondok Modern Gontor berdiri di atas dan untuk semua golongan.

b) Pondok adalah lapangan perjuangan, bukan tempat mencari penghidupan. c) Pondok itu milik umat, bukan milik kyai.

(6)

b) Jadilah ulama yang intelek, bukan intelek yang tahu agama. c) Hidup sekali, hiduplah yang berarti.

d) Berjasalah tetapi jangan minta jasa.

e) Mau dipimpin dan siap memimpin, patah tumbuh hilang berganti.

f) Berani hidup tak takut mati, takut mati jangan hidup, takut hidup mati saja.

g) Apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dialami santri sehari-hari harus mengandung unsur pendidikan.

h) Seluruh mata pelajaran harus mengandung pendidikan akhlak. i) In uridu illa al-ishlah.

j) Sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat untuk sesamanya. k) Pendidikan itu by doing, bukan by lip.

l) Perjuangan itu memerlukan pengorbanan: bondo, bahu, pikir, lek perlu sak nyawane.

m) I’malu fauqa ma ‘amilu.

n) Hanya orang penting yang tahu kepentingan, dan hanya pejuang yang tahu arti perjuangan.

o) Jadilah orang yang kaya iman, kaya ilmu, kaya budi, kaya jasa; biarpun miskin/kurang harta, asal jangan miskin budi, miskin jasa, miskin hati; syukur jika kaya harta pula.

3) Falsafah Pembelajaran

a) Metode lebih penting daripada materi, guru lebih penting daripada metode, dan jiwa guru lebih penting daripada guru itu sendiri.

b) Pondok memberi kail, tidak memberi ikan. c) Ujian untuk belajar, bukan belajar untuk ujian.

d) Ilmu bukan untuk ilmu, tetapi ilmu untuk ibadah dan amal. e) Pelajaran di Pondok: agama 100% dan umum 100%.

(7)

menangani pendidikan dan pengajaran, yaitu Kulliyyatul Mu’allimin al-Islamiyyah (KMI) yang dipimpinan oleh Direktur KMI dan lembaga Pengasuh Santri yang dipimpin oleh Pimpinan Pondok. KMI menangani pendidikan intrakurikuler dan sebagian kegiatan ko-kurikuler, sedangkan Pengasuh Santri menangani kegiatan ekstra kurikuler dan sebagian kegiatan ko-kurikuler.

a.

Kulliyyatul Mu’allimin al-Islamiyyah

(KMI)

Kulliyatu-l-Mu’allimin al-Islamiyah (KMI) didirikan tanggal 19 Desember 1936, sebagai lembaga penyelenggara pendidikan tingkat menengah dengan masa belajar 6 tahun (bagi lulusan SD) dan 4 tahun (bagi lulusan SLTP/SLTA/PT) ini.

1) Kurikulum

Mengenai kurikulum KMI akan dibahas dalam bagian tersendiri. 2) Bahasa yang Digunakan

Bahasa pengajaran menggunakan bahasa Arab untuk bidang studi bahasa Arab dan Dirasah Islamiyah, bahasa Inggris untuk bidang studi bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia untuk bidang studi IPA, IPS, dan kewarganegaraan.

3) Tenaga Pengajar

Guru-guru yang mengajar di KMI adalah tamatan dari KMI sendiri dan alumni berbagai perguruan tinggi baik di dalam maupun di luar negeri yang memegang gelar S1, S2, dan S3.

4) Siswa

a) Siswa KMI memiliki latarbelakang pendidikan yang berbeda-beda, mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi dan berasal dari seluruh pelosok Nusantara serta dari manca negara, seperti Malaysia, Thailand, Saudi Arabia, Australia, Singapura, dan pernah ada juga siswa yang berasal dari Suriname, Somalia, Jepang, dan Belanda.

b.Pengasuhan Santri

Pengasuhan santri adalah lembaga yang mendidik dan membina langsung seluruh kegiatan ekstra-kurikuler santri tingkat menengah (KMI) dan santri tingkat perguruan tinggi (ISID). Kegiatan santri di tingkat menengah mencakup kegiatan-kegiatan yang diselengarakan oleh Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) dan Organisasi Kepramukaan, sedangkan kegiatan santri tingkat perguruan tinggi (mahasiswa) adalah kegiatan yang dikelola oleh Dewan Mahasiswa. Selain itu beberapa kegiatan pengajaran di tingkat KMI juga ditangani oleh Pengasuhan santri, dan begitu pula sebaliknya. Semua itu merupakan integrasi pendidikan dan pengajaran di Gontor.

1) Kegiatan Santri

(8)

Kegiatan berorganisasi ini merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dari kehidupan santri sehari-hari, sebab berorganisasi di Pondok ini berarti pendidikan untuk mengurus diri sendiri dan tentu saja orang lain. Seluruh kehidupan santri selama berada di dalam Pondok diatur oleh mereka sendiri dengan dibimbing oleh santri-santri senior atau guru-guru. Kegiatan-kegiatan ini selalu didasari oleh nilai-nilai dan ajaran-ajaran yang ditanamkan dalam kehidupan santri di pesantren di bawah bimbingan dan pimpinan kyai. Di tingkat santri tingkat menengah terdapat dua organisasi, yaitu:

(1) Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM)

Pelaksana OPPM adalah santri-santri kelas akhir yang terpilih secara demokratis. Pemilihan Ketua dan Pengurus Organisasi ini diadakan setahun sekali. Pada setiap bulan Ramadan atau sebelum memasuki tahun ajaran baru mereka mengadakan Musyawarah Kerja untuk merancang Program Kerja selama satu periode masa bakti. Pada setiap akhir masa jabatan, pengurus Organisasi ini melaporkan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan selama setahun di depan seluruh santri dan guru-guru serta pimpinan-pimpinan lembaga dan Pimpinan Pondok. Seusai laporan pertanggungjawaban diadakan serah terima jabatan dari pengurus lama ke pengurus baru terpilih.

Kegiatan- kegiatan santri di dalam Pondok diurus oleh 20 bagian dalam OPPM. Bagian-bagian tersebut terdiri dari pengurus harian: ketua, sekretaris, bendahara, dan keamanan, dan 16 bagian yang lain, yaitu: Bagian Pengajaran, Bagian Penerangan, Bagian Kesehatan, Bagian Olahraga, Bagian Kesenian, Bagian Kesenian, Bagian Perpustakaan, Bagian Koperasi Pelajar, Bagian Penerimaan Tamu, Bagian Koperasi Dapur, Bagian Warung Pelajar, Bagian Penggerak Bahasa, Bagian Penatu, Bagian Fotografi, dan Bagian Bersih Lingkungan.

(2) Kegiatan Kepramukaan

Gerakan Pramuka di Pondok Modern Gontor dianggap sangat penting sebagai sarana pendidikan yang dapat membentuk kepribadian, mental, dan akhlak mulia untuk bekal para santri dalam hidup bermasyarakat. Sejak Gerakan Pramuka ini berdiri dengan nama Kepanduan "Bintang Islam", para pendiri Pondok Modern Gontor telah mewajibkan seluruh santri untuk aktif dalam kegiatan kepramukaan. Karena itu, seluruh santri Pondok Modern adalah anggota Pramuka. Kegiatan kepramukaan ini ditangani oleh organisasi yang disebut Koordinator Gugusdepan 15089 Pondok Modern, di bawah pengawasan Majlis Pembimbing

(9)

Perpustakaan, Andalan Koordinator Urusan Kedai Pramuka, Andalan Koordinator Urusan Perlengakapan. Kemudian ada Gugusdepan, terdiri dari 9 satuan pramuka. 2) Kegiatan Mahasiswa (Dewan Mahasiswa)

Kegiatan Dewan Mahasiswa ini berada di bawah koordinasi dan bimbingan Pengasuhan Santri yang langsung ditangani oleh Pimpinan Pondok Modern Gontor. Dewan Mahasiswa bertanggungjawab menganani segala kegiatan seluruh mahasiswa ISID. Kepengurusan Dewan Mahasiswa dipilih melalui pemungutan suara. Pengurus DEMA terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, Departemen Riset dan Diskusi, Departemen Kesenian, Departemen Olahraga, Departemen Komunikasi, Departemen Koperasi, dan Departemen Kerohanian.

Beberapa organisasi lain di Pondok memiliki kaitan tidak langsung dengan proses pendidikan dan pengajaran. Organisasi-organisasi tersebut adalah (a) Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) yang menangani alumni atau eks-santri yang tersebar di seluruh Indonesia dan di luar negeri, (b) Yayasan Pemeliharaan dan Perluasan Wakaf Pondok Modern (YPPWPM) yang bertugas menyandang dana untuk memenuhi sarana dan prasarana serta berbagai kebutuhan lain demi berlangsungnya proses pendidikan dan pengajaran di Pondok, (c) Bagian Pembangunan Pondok yang bertanggungjawab membangun dan memelihara prasarana pendidikan berupa gedung-gedung sekolah, asrama, balai olah raga, perkantoran, dll., (d) Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) La Tansa yang mengupayakan usaha-usaha untuk mencukupi segala kebutuhan dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran melalui pendirian berbagai unit usaha yang tergabung dalam Koperasi Pondok Pesantren ini (saat ini terdapat 20 unit usaha yang tergabung dalam Kopontren La Tansa), dan (e) Balai Kesehatan Santri dan Masyarakat (BKSM) yang menangani pelayanan kesehatan untuk santri dan masyarakat, juga melayani rawat nginap dan BKIA.

4. PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN: KURIKULUM

Kurikulum merupakan sebuah sistem yang memiliki komponen-komponen yang saling mendukung dan membentuk satu kesatuan yang tak terpisahkan. Berikut ini akan dibicarakan beberapa saja dari komponen kurikulum yang dimaksud sebagaimana yang diamalkan di PMDG. Pada bagian pertama akan dibahas sisi intra-kurikuler (akademik), sedangkan pada bagian berikutnya dibahas kegiatan-kegiatan ekstra-kurikuler (non-akademik).

(10)

Karena itu pembagian ini hanyalah untuk memudahkan penyajiannya. Bahasan ini tidak akan menyinggung kurikulum pendidikan tinggi Institut Studi Islam Darussalam (ISID), hanya terbatas pada jenjang pendidikan menengah Kulliyatu-l-Mu’allimin al-Islamiyah

(KMI).

Karena PMDG mandiri dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, kurikulumnya pun disusun secara mandiri disesuaikan dengan program Pondok secara keseluruhan. Materi ketrampilan, kesenian, dan olahraga tidak dimasukkan dalam kurikulum, melainkan menjadi aktivitas ekstra-kurikuler, agar para santri dapat lebih bebas memilih serta mengembangkan bakat sesuai dengan aktivitas yang ada.

a. Intra-Kurikuler

Sebelum membahas beberapa komponen di atas perlu dijelaskan lebih dulu mengenai program belajar dan jam belajar di KMI. Untuk memberikan informasi tambahan mengenai KMI, pada akhir pembahasan mengenai intra-kurikuler ini akan diuraikan secara singkat mengenai kegiatan KMI yang diadakan secara berkala: harian, mingguan, tengah tahunan, dan tahunan sebagai kelengkapan informasi untuk memperoleh gambaran yang agak menyeluruh mengenai kurikulum di Gontor.

1) Program

Terdapat dua macam program yang ditempuh siswa di KMI PMDG: program reguler dan program intensif. Program reguler untuk lulusan Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtida’iyah, dengan masa belajar 6 tahun. Sedangkan program intensif untuk lulusan SMP atau MTs dan di atasnya, dengan masa belajar 4 tahun, dengan urutan kelas 1-3-5-6. 2) Jam Belajar

Jam belajar santri di KMI berlangsung dari jam 07.00WIB-12.50 WIB, dengan waktu istirahat 2 kali: pertama jam 08.30-09.00 dan kedua jam 11.15-11.30. Waktu belajar tersebut dibagi menjadi 7 jam pelajaran, masing-masing mendapat alokasi waktu 45 menit, kecuali mata pelajaran pada jam ketujuh yang hanya diberi alokasi waktu 35 menit.

3) Tujuan

Tujuan institusional umum dari kurikulum di KMI PMDG adalah mencetak santri yang mukmin muslim, taat menjalankan dan menegakkan syari’at Islam, berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada bangsa dan negara.

4) Isi

Kurikulum yang diterapkan di KMI bersifat akademik. Kurikulum tersebut dapat dibagi menjadi beberapa bidang studi sebagai berikut:

(11)

b) Dirasah Islamiyah (kelas II ke atas, seluruh materi ini menggunakan B. Arab): Qur’an, Tajwid, Tauhid, Tafsir, Hadis, Mushthalah Hadis, Fiqh, Ushul al-Fiqh, al-Fara’idl, al-Din al-Islami, Muqaranat al-Adyan, Tarikh al-Islam, al-Mantiq, dan al-Tarjamah (Arab-Indonesia)

c) Keguruan: al-Tarbiyah wa al-Ta’lim (dengan B. Arab) dan Psikologi Pendidikan (dengan B. Indonesia)

d) Bahasa Inggris (dengan B. Inggris): Reading and Comprehension, Grammar, Composition, dan Dictation,

e) Ilmu Pasti: Berhitung, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Fisika, dan Biologi. f) Ilmu Pengetahuan Sosial: Sejarah Nasional dan Internasional, Geografi, Sosiologi, dan

Psikologi Umum

g) Keindonesiaan/Kewarganegaraan: Bahasa Indonesia dan Tata Negara

Komposisi kurikulum semacam di atas ditetapkan untuk tujuan tertentu. Pengetahuan Bahasa Arab dimaksudkan untuk membekali santri dengan kemampuan berbahasa Arab yang menjadi kunci untuk memahami sumber-sumber Islam dan khazanah pemikiran Islam. Sedangkan B. Inggris digunakan untuk media komunikasi modern dan mempelajari pengetahuan umum, bahkan juga pengetahuan agama, karena saat ini tidak sedikit karya-karya di bidang studi Islam ditulis dalam B. Inggris.

Dalam kurikulum ini terlihat keseimbangan pengetahuan agama dan umum. Secara lebih mendasar tujuan pengajaran kedua macam ilmu tersebut adalah untuk membekali siswa dengan dasar-dasar ilmu untuk menuju kesempurnaan menjadi ‘abid dan

khalifah.

Pelajaran-pelajaran yang diberikan selalu merujuk kepada tujuan umum pendidikan dan pengajaran di Pondok dan mesti mengandung nilai-nilai yang hendak ditanamkan oleh Pondok ke dalam diri santri. Misalnya ada pelajaran yang, di samping memberikan materi pengetahuan ia juga, dimaksudkan untuk mengembangkan jiwa-jiwa tertentu dari Panca Jiwa Pondok, misalnya jiwa-jiwa kebebasan (berpikir), yang akan menumbuhkan jiwa berpikir kritis, terbuka, open ended, komparatif, dan seterusnya. b. Kegiatan Ekstra Kurikuler

Kegiatan ini ditangani oleh Pengasuhan Santri melaui Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) yang membawahi 20 bagian seperti tersebut di atas dan Gerakan Pramuka yang membawahi 7 andalan dan 9 satuan gugusdepan. Kegiatan-kegiatan ini terbagi ke dalam kegiatan harian, mingguan, tengah tahunan, dan tahunan.

(12)

kegiatan yang ada memiliki nilai pendidikan dalam berbagai aspeknya, sehingga “segala yang dilihat, didengarkan, dirasakan, dan dialami oleh santri adalah untuk pendidikan”.

5. PENANAMAN NILAI-NILAI PONDOK

Di Pondok Modern Gontor pendidikan lebih banyak ditanamkan dan ditularkan secara tidak formal; tidak sekadar dengan ceramah, pengarahan, penataran, diskusi, pengajian, dan sejenisnya. Justru penularannya lebih banyak dilakukan melalui pembiasaan, keteladanan, penugasan, dan pengkondisian atau penciptaan lingkungan ةئيبلادداجيإ) ) yang kondusif untuk mencapai tujuan pendidikan.

Penciptaan lingkungan semacam ini sangat dimungkinkan di dalam Pondok karena santri dan guru bertempat tinggal di kampus yang sama. Selain beberapa guru senior dan guru-guru yunior yang mengurusi unit-unit usaha Pondok, seluruh guru tinggal di lingkungan asrama. Santri-santri yunior belajar mengenai kehidupan Pondok dari santri-santri senior, santri-santri senior belajar dari santri-santri yang lebih senior, dan begitu seterusnya. Pola kehidupan di Pondok itu diwariskan dan ditularkan dari satu generasi santri ke generasi berikutnya secara berkelanjutan.

Berikut ini dipaparkan beberapa contoh penanaman Panca Jiwa pondok pesantren dengan menggunakan pendekatan tidak formal sebagaimana yang dijelaskan di atas. a. Keikhlasan

Keikhlasan adalah pangkal dari segala jiwa Pondok dan kunci dari diterimanya amal di sisi Allah SWT. Segala sesuatu harus dilakukan dengan niat semata-mata ibadah, lillah, ikhlash hanya untuk Allah SWT. Di Pondok diciptakan suasana di mana semua tindakan didasarkan pada keikhlasan. Ikhlas dalam bergaul, ikhlas dalam nasehat-menasehati, ikhlas dalam memimpin, ikhlas dipimpin, ikhlas mendidik, ikhlas didik, ikhlas mendisiplin, ikhlas didisiplin. Ada suasana keikhlasan antara sesama santri, antara santri dengan guru, antara santri dengan kyai, antara guru dengan guru, dst.

Pendidikan keikhlasan diwujudkan melalui keteladanan para pendiri Pondok dengan mewakafkan Pondok seluruhnya, kecuali rumah pribadi kyai yang ditinggalinya. Pewakafan ini terjadi pada tahun 1958. Sejak saat itu Pondok telah berubah status menjadi milik institusi, bukan milik pribadi. Dengan pewakafan itu seluruh keturunan para pendiri tidak berhak lagi atas harta wakaf tersebut.

(13)

b. Kesederhanaan

Pendidikan kesederhanaan yang diajarkan antara lain kesederhanaan dalam berpakaian, , makan, tidur, berbicara, bersikap, dan bahkan berpikir. Contoh kesederhanaan ini dapat dilihat dengan mudah dari kehidupan pribadi kyai; baik rumah, cara berpakaian, pola makan, bertingkah laku, dan sikap hidup kyai. Dengan begitu, kyai mempunyai alasan kuat untuk mendidik santri hidup sederhana. Pola hidup sederhana ini menjadikan suasana hidup di Gontor tergolong egaliter, tidak ada kemenonjolan materi yang ditunjukkan oleh santri. Sehingga tidak terlihat perbedan antara santri yang kaya dan miskin. Hal ini juga membuat santri yang kurang mampu tidak minder dan santri yang kaya tidak sombong.

c. Berdikari

Di antara ciri utama pendidikan pesantren pada umumnya adalah kemandirian. Maksudnya, bukan sekadar masing-masing santri mampu mengurus diri sendiri, tetapi juga pondok itu sendiri mandiri. Hal ini diajarkan dengan cara tetap menjaga kemandirian Gontor. Pondok tidak menggantungkan kelangsungan hidupnya kepada pihak manapun, tidak pemerintah dan tidak pula swasta. Kemandirian Pondok juga ditunjukkan dengan tidak menjadikan Pondok bagian dari organisasi tertentu; politik, masa, golongan, atau organisasi apapun.

Demikian pula dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran secara rutin, Pondok tetap mandiri, tidak ada pegawai di Pondok. Santri dididik untuk mengurus segala keperluannya secara mandiri; mengurus mini toserba, kantin,

fastfood, dapur, keuangan, kesekretarian, asrama, disiplin, olahraga, kursus-kursus, dll., semuanya dilakukan sendiri oleh santri. Kebersihan kampus juga menjadi tanggungjawab santri sendiri; setiap hari ada piket dari santri yang membersihkan kamar, asrama, depan asrama, kelas, masjid, aula, kantor-kantor, dst. Untuk pendidikan kemandirian, seringkali kalau ada pembangunan gedung baru, santri dilibatkan untuk ikut mengecor secara bergantian. Poinnya di sini tidak sekadara pada nilai ekonomis biaya pembangunan, tetapi penanaman jiwa kemandirian.

d. Ukhuwwah Diniyyah

Penanaman jiwa ukhuwwah ini dirangkai dengan nilai-nilai lain yang diperjuangkan Pondok yaitu berdiri di atas dan untuk semua golongan, tidak berpartai, dan santri perekat umat.

(14)

partai tertentu. Sebab PMDG bukan ormas dan bukan organisasi partai serta bukan organisasi lain-lain, Gontor adalah lembaga pendidikan.

Jiwa ukhuwwah ditanamkan dalam kebersamaan dan tolong-menolong mengurusi organisasi, bermain bersama di klub olahraga, menjadi piket malam bersama, menjadi anggota kelompok latihan pidato yang sama, latihan pramuka bersama, main drama bersama, dst.

Dalam pelantikan peremajaan pengurus Badan Wakaf Pondok Modern Gontor, 24 Desember 1977, K.H. Imam Zarkasyi menyampaikan amanat:

Andaikata, guru-gurunya (Pondok) terdiri dari orang-orang yang simpati atau anggota Muhammadiyah, murid-muridnya terdiri dari anak keluarga Muhammadiyah, tetapi Pondok Modern tidak boleh dijadikan Pondok Muhammadiyah.

Andaikata, guru-gurunya (Pondok) terdiri dari orang-orang yang simpati atau anggota NU, murid-muridnya terdiri dari anak keluarga NU, tetapi Pondok Modern tidak boleh dijadikan NU.

Demikian seterusnya.

Selanjutnya beliau mengatakan bahwa sikap ini tidak berarti bahwa semua golongan atau golongan tertentu itu adalah musuh Pondok, tetapi semua golongan itu tetap sebagai kawan seperjuangan, berjalan pada rel masing-masing.

Bahkan semboyan Pondok, anak didik Pondok harus menjadi perekat umat. Artinya dapat mempersatukan yang retak atau berselisih.

(15)

d. Jiwa Bebas

Jiwa ini terkait dengan kemandirian, karena dengan memiliki jiwa mandiri seseorang dapat bebas menentukan pilihannya. Jiwa ini diajarkan misalnya dengan contoh kebebasan Pondok dalam menentukan kurikulum, kalender, dan program akademik. Pada masa Orde Baru, jiwa bebas Pondok benar-benar diuji dalam kaitannya dengan kebijakan-kebijakan Pemerintah tentang pendidikan yang sentralistik. Konsekuesnsi dari mempertahankan kebebasan ini, dalam waktu cukup lama Pondok Gontor diperlakukan secara diskriminatif oleh Pemerintah. Tetapi kondisi tersebut, saat ini telah mulai berubah. Jiwa bebas ini mengajarkan kepada santri untuk bebas dalam berpikir dan berbuat, bebas dalam menentukan masa depan, bebas dalam memilih jalan hidup.

6. PONDOK MODERN GONTOR DAN PEMBINAAN MASYARAKAT SEKITAR

Di samping mendidik dan mengajar santri di dalam kampus, Pondok juga memberikan perhatian terhadap pembinaan masyarakat sekitar. Upaya-upaya Pondok dalam hal ini dilakukan oleh guru-guru yunior dan senior serta para alumni yang telah berada di lingkungan masyarakat dan tetap menjalin komunikasi aktif dengan Pondok. Kegiatan ini dapat dikelompokkan menjadi tiga:

a. Pendidikan dan Sosial-Keagamaan

1) Pendirian pesantren-pesantren ala Gontor oleh alumni Gontor (5 pesantren).

2) Pendirian sekolah-sekolah oleh guru dan atau alumni Gontor, dengan rincian 4 MTs, 2 MA, dan 1 SMP.

3) Pendirian TPA dan TPQ (148 buah).

4) Penyelenggaraan pengajian-pengajian baik untuk masyarakat umum seperti yang diselenggarakan pada setiap Ahad pagi, jam 06.00-07.00, dengan mengundang da’i-da’i dari daerah Ponorogo dan sekitarnya. Adapun pengajian yang khusus diselenggarakan untuk para pekerja Pondok pada setiap Sabtu malam.

5) Penyelenggaraan peringatan hari-hari besar Islam. 6) Pendirian ratusan masjid dan musholla di sekitar Gontor. b. Seni, Budaya, dan Olahraga

(16)

c. Ekonomi

Pemberdayaan masyarakat sekitar dalam bidang ekonomi dilakukan melalui penyerapan tenaga kerja dalam berbagai sektor pekerjaan di Pondok atau melalui berbagai bentuk lainnya. Dalam bahasa Pondok upaya sedemikian ini biasa diistilahkan sebagai “berkah Pondok untuk masyarakat sekitar”. Penyerapan tenaga kerja untuk berbagai sektor pekerjaan di Pondok saat ini melibatkan 402 orang.

Di samping itu berkah Pondok untuk masyarakat juga berupa pelibatan masyarakat sebagai penyetor bahan-bahan dan penyediaan jasa dan sarana kebutuhan para santri. Mereka itu berjumlah 196 orang (80%-nya penduduk desa Gontor dan selebihnya dari desa-desa yang bersebelahan dengan Gontor).

Upaya lain yang dilakukan Pondok untuk membina dan memberdayakan masyarakat sekitar adalah dengan menjadi penyalur Kredit Usaha Tani (KUT) untuk para petani di desa-desa sekitar Pondok.

Pondok juga memberi kesempatan kepada para petani di sekitar tanah-tanah pertanian milik Pondok untuk mengelola lahan pertanian tersebut dengan sistem bagi hasil. Di samping itu, di bidang pertanian, Pondok menyalurkan pupuk kepada para petani. Para petani membayar pupuk tersebut pada saat panen dengan harga dasar. Gabah hasil panen tersebut oleh para petani dijual ke Gontor.

Salah satu unit usaha Pondok yang berlokasi di desa Gontor, yaitu Usaha Kesejahteraan Keluarga (UKK), berfungsi sebagai penjual grosiran bagi para pemilik toko-toko di desa Gontor dan sekitarnya.

d. Kesehatan.

Di bidang kesehata Pondok mendirikan Balai Kesehatan Santri dan Masyarakat (BKSM). Di samping pelayanan kesehatan, kegiatan sosial BKSM lainnya dilakukan dengan pengobatan masal dan khitanan massal untuk masyarakat yang diadakan secara insidentil.

7. PROGRAM PENGEMBANGAN PONDOK: PANCA JANGKA

Dalam rangka mengembangkan dan memajukan Balai Pendidikan Pondok Modern Gontor, dirumuskanlah “Panca Jangka” yang merupakan program kerja Pondok yang senantiasa memberikan arah dan panduan untuk mewujudkan upaya pengembangan dan pemajuan tersebut. Adapun Panca Jangka itu meliputi bidang-bidang berikut:

a. Pendidikan dan Pengajaran

Pengembangan di bidang dilakukan dengan mempertahankan dan meningkatkan pendidikan dan pengarajaran di Pondok Modern Gontor. Usaha ini tercatat dalam sejarah perjalanan Pondok sebagai berikut:

(17)

2) Pembukaan Sullamul Muta’allimin, tahun 1932.

3) Tahun 1936, didirkan Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyah (KMI).

4) Pada tahun 1963 didirikanlah Perguruan Tinggi bernama Institut Pendidikan Darussalam. Sekarang institut tersebut berganti nama menjadi Institut Studi Islam Darussalam (ISID).

5) Pada tahun 1990 didirikan Pesantren Putri di areal tanah milik Gontor yang teletak di desa Sambirejo, Mantingan, Ngawi.

6) Tahun 1996, dibuka Pondok Modern Gontor II di Madusari, Siman Ponorogo.

7) Tahun 1993, dibuka Pondok Modern Gontor III, “Darul Ma’rifat”, di Sumbercangkring, Gurah, Kediri. Berasal dari wakaf keluarga H. Ridawan (alm.).

8) Tahun 1990, mendapat wakaf dari keluarga H. Nawawi Ishaq yang kemudian dijadikan Pondok Modern Gontor IV, “Darul Muttaqien”, di Kaligung, Rogojampi, Banyuwangi 9) Tahun 1999, dibuka Pondok Modern Gontor V, “Darul Qiyam”, di Gadingsari,

Mangunsari, Sawangan, Magelang. Berasal dari wakaf keluarga Ibu Qayyumi Kafrawi (alm.).

10) Pondok Modern Gontor Putri II, di Sambirejo, Mantingan, Ngawi, dibuka tahun 1999. Lokasinya tepat di sebelah barat Pondok Modern Gontor Putri I.

11) Tahun 2002 dibuka Pondok Modern Gontor VII di Podahoa, Kendari, Sulawesi Tenggara.

12) Pada tahun ajaran baru 1423/1424 akan dibuka Pondok Gontor Putri III di Karangbanyu, Mantingan, Ngawi, Jawa Timur.

Pengembangan ini juga dilaksanakan dengan menjalin kerjasama-kerjasama dengan berbagai lembaga pendidikan; baik di dalam maupun di luar negeri.

b. Kaderisasi

Sejarah timbul dan tenggelamnya suatu usaha, terutama hidup dan matinya pondok-pondok di tanah air, memberikan pelajaran tentang pentingnya kaderisasi. Karena itu Pondok Modern Gontor memberikan perhatian yang serius terhadap upaya menyiapkan para keder yang akan melanjutkan cita-cita Pondok. Di antara usaha itu adalah mengirimkan kader-kader Pondok untuk menambah dan memperluas ilmu dan pengalaman baik di dalam maupun di luar negeri.

c. Pergedungan

(18)

samping membangun asrama dan sekolahan Pondok juga membangun komplek-komplek perumahan untuk para guru di lingkungan Kampus Pondok..

d. Chizanatullah (Pengadaan Sumber Dana)

Di antara syarat penting bagi sebuah lembaga pendidikan untuk dapat tetap bertahan hidup dan berkembang adalah memiliki sumber dana sendiri. Sejak beridirinya, Pondok Modern telah memperhatikan masalah ini dengan sungguh-sungguh. Bermacam-macam usaha telah dilakukan untuk memenuhi maksud ini, antara lain adalah unit-unit usaha berikut ini:

No Jenis Usaha Lokasi

1 Penggilingan Desa Gontor

2 Percetakan Darussalam Desa Gontor

3 Usaha Kesejahteraan Keluarga (UKK) Desa Gontor

4 Toko Bahan Bangunan Desa Bajang

5 Toko Buku La Tansa Ponorogo

6 Toserba Ponorogo

7 Toko Palen I Ponorogo

8 Toko Palen II Desa Bajang

9 Kedai Bakso I Ponorogo

10 Kedai Bakso II Ponorogo

11 Photokopi dan Alat Tulis Desa Bajang

12 Apotik Ponorogo

13 Wartel I Desa Gontor

14 Wartel II Desa Gontor

15 Pabrik Es Balok Desa Gontor

16 Pusat Perkulakan Desa Gontor

17 Jasa Angkutan Desa Gontor

18 Pasar Sayur Desa Gontor

19 Kredit Usaha Tani Ponorogo

20 Budidaya Ayam Potong Siman

21 Koperasi Pelajar (mini toserba) Kampus Pondok

22 Kantin Pelajar I Kampus Pondok

23 Kantin Pelajar II Kampus Pondok

24 Fastfood Kampus Pondok

25 Koperasi Warung Pelajar Kampus Pondok

26 Koperasi Dapur Kampus Pondok

27 Fotokopi Kampus Pondok

28 Fotografi Kampus Pondok

29 Kedai Pramuka Kampus Pondok

(19)

e. Kesejahteraan Keluarga Pondok

Jangka ini bertujuan untuk memberdayakan kehidupan keluarga-keluarga yang membantu dan bertanggungjawab terhadap hidup dan matinya Pondok secara langsung, agara mereka tidak menggantungkan penghidupannya kepada Pondok. Pengertian Keluarga Pondok, menurut kamus PMDG, adalah guru-guru senior yang telah berkeluarga yang membantu secara langsung pendidikan dan pengajaran di Pondok. Keluarga Pondok tidak mesti pihak yang memiliki hubungan darah dengan para pendiri Pondok. Bahkan keluarga dari keluarga pendiri Pondok yang tidak membantu langsung Pondok tidak termasuk dalam kategori Keluarga Pondok, dan karena itu tidak berhak atas kesejahteraan yang diusahakan oleh Pondok. Hubungan kekeluargaan di sini bersifat institusional, bukan geneologikal. Pemberdayaan Keluarga Pondok ini dimaksudkan agar meraka dapat berusaha sendiri dan bahkan beramal untuk Pondok.

III. PENUTUP

Demikianlah pemaparan sebagian potret dari pendidikan dan pengajaran yang diselenggarakan di Pondok Modern Darussalam Gontor. Pendidikan dan Pengajaran di Gontor dipahami sebagai upaya pembudayaan manusia melalui proses pembentukan dan transformasi intelektual, moral, dan spiritual santri dalam sebuah masyarakat kecil pesantren untuk kemudian diwujudkan dalam kehidupan umat yang lebih luas.

Menurut ijtihad Gontor, cara paling efektif dan efisien untuk mewujudkan proses transformasi ini adalah melalui keteladanan ( ةنسحددةود ق atau ةنسح دةوسأ). Keteladanan dalam keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwwah, kejujuran, kebebasan, kesungguhan, disiplin, kepemimpinan, pengorbanan, dll., yang dimulai dari kyai, guru, dan pengurus yang seterusnya ditularkan kepada para santri yang hidup dalam lingkungan Pondok. Dari sini akan tercipta dan diciptakan lingkungan yang kondusif untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran. Karena itu lingkungan Gontor dikondisikan agar benar-benar menjadi lingkungan pendidikan. Sehingga “segala gerak-gerik kita dan perbuatan kita, bukan asal berbuat, asal berdiri, asal berjalan, asal maju, bukan.” Semua itu diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebab “segala yang dilihat, didengarkan, dirasakan, dan dialami oleh santri adalah untuk pendidikan.”

Selanjutnya dalam mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang dikehendaki itu, Gontor lebih mementingkan pendidikan daripada pengajaran, lebih mementingkan

(20)

Wallahu a`lam bi al-shawab.

Referensi

Dokumen terkait

Modul Radio Komunikasi Kebencanaan disusun sebagai panduan BNPB dan BPBD provinsi/kabupaten/kota dalam penggunaan radio komunikasi bencana serta mekanisme pengumpulan data

menguasai dengan tidak sah karena tidak tepi pantai oleh pemerintah Kabupaten mengajukan permohonan izin terlebih Pamekasan melalui Kepala Desa Kramat dahulu kepada

Penjelasan di atas mendukung hasil dari penelitian ini, bahwa terdapat keterkaitan antara pengalaman dengan kebutuhan pembelajaran kitab Risalatul Mahid pada siswi kelas

Psikologi Agama : Konsep Monumental Abraham Maslow Mengenai Agama dan Humanistik 15  Kebutuhan Akan Penghargaan. Setelah kebutuhan dicintai dan dimiliki tercukupi, manusia

Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan orang tua, dukungan dosen, dan suasana belajar dengan kelulusan mata kuliah anatomi.. Terdapat hubungan yang bermakna antara

Adapun tujuan dibuatnya laporan akhir adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Jurusan Elektro Program Studi Teknik

Pemantauan Kualitas Lingkungan Belanja Jasa Konsultansi Penelitian. - jasa penelitian kualitas

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan proyek akhir ini yang berjudul Perancangan Kampanye