• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Komunikasi Antara Pengasuh Dan Santri Dalam Menjalankan Kedisiplinan Shalat Dhuha Di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah Cisauk – Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola Komunikasi Antara Pengasuh Dan Santri Dalam Menjalankan Kedisiplinan Shalat Dhuha Di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah Cisauk – Tangerang"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

MODERN ALFA SANAH CISAUK

TANGERANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam ( S.Kom.I )

Oleh :

TRI WIBOWO

NIM. 109051000108

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

MODERN ALFA SANAH CISAUK - TANGERANG

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam ( S.Kom.I )

Oleh:

Tri Wibowo NIM. 109051000108

Dibawah bimbingan,

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)
(4)

i

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 April 2014

(5)

ii

Kedisiplinan Shalat Dhuha di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah Cisauk –Tangerang”

Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah ini merupakan lembaga pendidikan yang memadukan ilmu pengetahuan umum dan Islam. Yayasan ini juga merupakan lembaga yang menjalankan kedisiplinan shalat dhuha. Namun dalam menjalankan kedisiplinan shalat dhuha perlu adanya komunikasi yang efektif agar pesan yang di sampaikan oleh pengasuh kepada santri dapat tersampaikan dengan baik, sehingga menimbulkan kenyamanan, kesenangan dan kebiasaan bagi komunikan karena pesan dari komunikator dapat dipahami dengan baik.

Dari latar belakang masalah di atas maka muncul pertanyaan, bagaimana pola komunikasi antara pengasuh dan santri dalam menjalankan kedisiplinan shalat dhuha di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah? Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat pola komunikasi antara pengasuh dan santri dalam menjalankan kedisiplinan shalat dhuha di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah?

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskritif analisis, dengan menggunakan pengamatan langsung atau observasi yang dilanjutkan dengan wawancara kepada narasumber dan kemudian menggunakan dokumentasi sebagai dokumen aktual dalam penyusunan penelitian ini. Setelah semua data yang dibutuhkan telah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menyusun data secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian dalam melakukan analisa data.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pola komunikasi yang berlangsung sesuai struktur aliran pesan. Menurut Joseph A. Davito, pola komunikasi dalam organisasi terjadi melalui lima bentuk, yaitu pola lingkaran, pola roda, pola y, pola rantai, dan pola bintang/semua saluran. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan, wawancara pengasuh dan santri secara mendalam, dan dokumentasi berupa foto, catatan, arsip tertulis lainnya..

Dalam prosesnya, pola komunikasi antara pengasuh dan santri menggunakan pola bintang/seluruh saluran. Komunikasi dua arah menjadi efektif ketika pesan yang yang disampaikan komunikator mendapat feedback dari komunikan. Hambatannya yakni masih ada rasa kurang percaya diri, rasa canggung terhadap pengasuh. pendukungnya berupa usaha dari pihak pengasuh yayasan untuk membuka diri terhadap keluhan yang dialami para santri.

(6)

iii

syukur yang mendalam atas diberikannya nikmat sehat, nikmat Islam dan nikmat iman oleh Allah SWT. Karena dengan nikmat tersebut, penulis mendapatkan kemudahan untuk bisa menyelesaikan skripsi ini yang merupakan syarat untuk meraih gelar sarjana dalam bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI). Walaupun dalam prosesnya, penulis menyadari banyak terjadi kendala yang dihadapi. Namun, atas izin Allah SWT, penulis mampu menyelesaikanya dengan rasa syukur yang amat mendalam. Shalawat serta salam senantiasa terucap kepada baginda Nabi besar, panutan semua umat Islam yang mengajak menuju jalan kebenaran serta menyelamatkan umat Islam dari kesesatan, Nabi yang telah menerangi jalan kehidupan dari kegelapan menuju jalan penuh terang benderang, yaitu Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan tabi’in yang selalu mengikuti perintah dan ajarannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan mendapatkan bimbingan, bantuan, dan dorongan semangat dari semua pihak yang telah membantu dalam hal apapun. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

(7)

iv

2. Bapak Rachmat Baihaky, M.A, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, dan Ibu Dra. Umi Musyarofah, M.A selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Umi Musyarrofah, M.A, Selaku sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dra, Rini Laili Prihatini, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah membantu mengarahkan seluruh mahasiswa untuk mengikuti proses kegiatan akademik.

5. Bapak Prof. Dr. H. M. Yunan Yusuf selaku dosen pembimbing yang senantiasa dengan sabar meluangkan waktunya untuk membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang bermanfaat bagi penulis. 7. Segenap karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

(8)

v

9. Adik tercinta Agus Fitria dan Agung Gunawan yang selalu mendoakan dan memberikan semangat dalam mencapai kesuksesan.

10.Bapak H. Ubu Misbahudin, M.MPd selaku Ketua Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah yang memberikan kemudahan bagi penulis untuk mendapatkan berbagai sumber data guna untuk menyelesaikan skripsi ini.

11.Seluruh jajaran pengurus Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah yang bersedia menerima penulis untuk meneliti yayasan tersebut serta meluangkan waktunya untuk membantu saat wawancara dan observasi lapangan. Serta para santri Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah yang bersedia untuk diminta waktunya ketika diwawancara.

12.Teman-teman seperjuangan KPI C 2009, yang saling membantu satu sama lain dan tetap menjaga kekompakan.

13.Teman-teman Kuliah Kerja Nyata ( KKN ) AKTINIDA 2012, yang telah memberikan dukungan serta motivasi baik di saat suka dan duka. 14.Teman seperjuangan, Ahmad Zaky, Angga, Darwis Fitra Makmur,

(9)

vi

harapan dan keberkahan doa yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang berlimpah dan ridha dari Allah SWT. Amin’yarabbalalamin.

Jakarta, 10 April 2014

(10)

vii

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Tinjauan Pustaka ... 6

E. Kerangka Pemikiran ... 8

F. Metodologi Penelitian ... 9

G. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pola Komunikasi ... 16

B. Bentuk - Bentuk Pola Komunikasi ... 20

C. Macam – Macam Pola Komunikasi ... 22

D. Pengertian Disiplin Shalat ... 25

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN PONDOK PESANTREN MODERN ALFA SANAH A. Profil Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah ... 28

B. Visi dan Misi ... 29

C. Tujuan di Dirikan ... 30

D. Fasilitas ... 30

E. Kegiatan ... 31

(11)

viii

I. Penyadiaan Ruangan ... 33 J. Penyediaan Lahan ... 34

BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANTARA PENGASUH

DAN SANTRI DALAM MENJALANKAN KEDISIPLINAN

SHALAT DHUHA DI YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM

PONDOK PESANTREN MODERN ALFA SANAH

A. Pola Komunikasi Antar Pengasuh dan Santri ... 35 B. Faktor Penghambat dan Pendukung ... 48

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 50 B. Saran - Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pondok pesantren dapat kita artikan sebagai sebuah tempat untuk belajar dan mengajarkan ilmu Agama Islam.1

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pondok pesantren dapat juga diartikan sebagai asrama, tempat santri, atau tempat murid-murid belajar mengaji. Sedangkan secara istilah pengertian pesantren adalah lembaga pendidikan Islam, dimana para santri biasanya tinggal di pondok ( asrama )2 dengan materi pengajaran kitab-kitab, yang tujuannya adalah untuk menguasai ilmu Agama Islam secara mendalam, serta mengamalkannya sebagai pedoman hidup dalam kehidupan bermasyarakat.

“Komunikasi adalah proses dimana seseorang ( komunikator ) menyampaikan perangsang-perangsang ( lambang-lambang dalam bentuk kata kata ) untuk merubah tingkah laku orang lain ( Komunikan ).”3

Dalam hal ini, komunikasi yang baik merupakan salah satu proses yang diperlukan dalam hal menjalankan kedisiplinan shalat di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Moden Alfa Sanah.

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h.885

2

Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, ( Jakarta: Erlangga, 1992). h. 31.

3

(13)

Shalat adalah rukun Islam kedua setelah ikrar dua kalimat

syahadat. Telah ada kesepakatan (ijma’) di kalangan kaum muslimin

terutama para ulamanya tentang kewajiban shalat lima waktu. Orang yang mengingkari kewajiban shalat, atau meninggalkan dengan sengaja secara terus menerus dihukumkan kafir. Selain itu, shalat juga merupakan satu-satunya ibadah yang paling banyak disebut dalam Al-Qur'an. Kedisiplinan atau ketaatan shalat juga telah di jelaskan di dalam Al Qur’an Surat An

-“Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya

shalat itu di wajibkan pada waktunya orang-orang yang beriman”4

Pada zaman era globalisasi sekarang ini, peranan pengasuh di dalam suatu pondok pesantren sangat diperlukan, melihat kondisi perkembangan zaman yang sangat pesat, yang akan mengakibatkan berbagai macam perubahan-perubahan yang akan dialami masyarakat. Contohnya dalam melaksanakan kedisiplinan shalat yang sering dianggap sepele oleh berbagai kalangan, yang semua ini menuntut peran aktif dari seluruh lembaga-lembaga pendidikan khususnya pondok pesantren, yang akan diharapkan mampu mengatasi permasalahan-permasalahan ini.

Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah merupakan satu diantara pondok pesantren yang berada di Cisauk - Kota Tangerang. Yayasan ini terdapat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan

4Qur’an Surat An

(14)

Sekolah Menengah Atas (SMA). Secara Keseluruhan Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah ini merupakan bagian dari masyarakat di Kampung Anamui yang konsisten menjaga kedisiplinanan shalat.

Pola Komunikasi antara pengasuh Yayasan dan santri yang membedakan Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah ini dengan yang lembaga lainnya. Pola komunikasi berjalan begitu efektif dan berkesinambungan antara pengasuh dengan para santri, maka dari itu hal inilah yang membuat peneliti begitu tertarik meneliti pola komunikasi itu sehingga terjadi begitu efektif.

“Dengan adanya pola komunikasi yang baik maka sebuah lembaga atau instansi akan memiliki kekuatan baik secara keanggotan maupun jaringan diluar lembaga atau instansi. Kurangnya atau tidak adanya komunikasi dalam sebuah organisasi maka proses pengolahan keorganisasian akan macet dan berantakan”.5

Berdasarkan uraian di atas, maka untuk mengetahui lebih jelas bagaimana pola komunikasi di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah yang terjadi antara pengasuh dengan para santri agar terjadinya keselarasan dan keefektifan untuk meningkatkan kedisiplinan Shalat Dhuha di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah. Peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian ilmiah yang akan dibahas dalam skripsi yang berjudul: “Pola Komunikasi

Antara Pengasuh dan Santri Dalam Menjalankan Kedisiplinan Shalat

5

(15)

Dhuha di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa

Sanah Cisauk –Tangerang”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah kita bahas. Maka penulis membatasi pembahasannya hanya pada bentuk dan macam macam pola komunikasi yang terjadi antara pengasuh dan santri Alfa Sanah dalam menjalankan kedisiplinan shalat dhuha di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah yakni meliputi bulan Maret 2013 – Mei 2013 yang dilakukan rutin di jam istirahat.

2. Perumusan Masalah

Dari uraian di atas yang telah dikemukakan, maka dengan ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1) Bagaimana pola komunikasi antara pengasuh dan santri Alfa Sanah dalam menjalankan kedisiplinan shalat di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah?

(16)

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu:

1. Tujuan Penelitian

1) Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi pengasuh terhadap santri di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah dalam menjalankan kedisiplinan shalat dhuha.

2) Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi pengasuh terhadap santri Alfa Sanah dalam menjalankan kedisiplinan shalat dhuha di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Alfa Sanah.

(17)

2. Manfaat Penelitan

1) Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian ilmu pengetahuan komunikasi dalam bidang teori yang membahas pola komunikasi.

2) Bagi Jurusan/Fakultas Ilmu Komunikasi diharapkan dapat membantu pengayaan kurikulum tentang pola komunikasi yang dikembangkan dalam organisasi ataupun instansi.

3) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal bagi penelitian serupa dimasa mendatang. Selain itu juga dapat memberi masukan bagi akademis tentang bagaimana pola komunikasi dalam sebuah instansi.

D. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian ini penulis melakukan pengecekan di Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, peneliti menemukan ada beberapa skripsi yang membahas tentang pola komunikasi.

(18)

masalah yang akan diteliti. Skripsi sebelumnya yang membahas tentang pola komunikasi antara lain sebagai berikut:

1. “Pola Komunikasi Guru Agama dan Murid di SMP An-Nurmaniyah Ciledug Tangerang” tahun 2009 karya Laila Syahidah. Ia

menggunakan pedekatan metode kuantitatif, skripsi ini membahas tentang bagaimana pola komunikasi guru dalam belajar mengajar di SMP An-Nurmaniyah sebatas pada guru Agama pada murid di kelas III.6

2. “Pola Komunikasi Antara Pengasuh dan Anak Asuh dalam Pembinaan Akhlak di Panti Asuhan Al Ikhlas Vila Tomang Tangerang” tahun 2010

karya Zaeni Roki. Ia menggunakan pedekatan metode kualitatif, skripsi ini membahas tentang bagaimana pola komunikasi antarpribadi pengasuh dan santri di pondok pesantren Al Idrus Kalanganyar.7

3. “Pola Komunikasi Antara Pembina dan Muallaf Pada Program Pembinaan Muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta” tahun

2011 karya Heldawati. Ia menggunakan pendekataan kualitatif, skripsi ini membahas tentang bagaimana pola komunikasi antara pembina dan muallaf pada program pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa.8

6

Laila Syahidah, Pola komunikasi Guru Agama dan Murid di SMP An-Nurmaniyah Ciledug Tangerang, Jakarta : Perpustakaan Uin Syarif Hidayatullah 2009.

7

Zaeni Roki, Pola Komunikasi Antara Pengasuh dan Anak Asuh dalam Pembinaan Akhlak di Panti Asuhan Al Ikhlas Vila Tomang Tangerang , Jakarta : Perpustakaan Uin Syarif Hidayatullah 2010.

8

(19)

Yang membedakan judul-judul di atas dengan penulis adalah penulis meneliti mengenai pola komunikasi antara pengasuh dan santri SMP Alfa Sanah dalam menjalankan kedisiplinan Shalat Dhuha di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah Cisauk. dalam penulisan skripsi ini lebih ditekankan kepada pola komunikasi pengasuh terhadap santri SMP Alfa Sanah kelas 7 A dalam menjalankan kedisiplinan shalat dhuha. Karena menurut penulis santri kelas 7 A masih kurang disiplin dalam menjalankan shalat dhuha di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah.

E. Kerangka Pemikiran

(20)

Pola Komunikasi Bintang/ Semua Saluran.

Pola komunikasi bintang hampir menyerupai dengan pola lingkaran. hanya saja pola komunikasi ini memiliki arus infromasi yang kuat untuk saling memengaruhi antar sesama anggota lainnya. Pola ini memungkinkan

adanya partisipasi anggota secara optimum.”9

F. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisa, dan diambil keputusan.10 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan

9

Joseph A. Davito, Komunikasi Antar Manusia. Penerjemah Agus Maulana (Jakarta: Proffesional Books, 1997), h. 345.

10

(21)

untuk memperoleh pemahaman yang otentik mengenai pengalaman orang-orang, sebagaimana dirasakan orang bersangkutan.11

Pada penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif yang sumber datanya diperoleh dari hasil wawancara dengan narasumber dan dijelaskan dalam bentuk kata-kata.12 Serta membuat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara mendalam terhadap subjek penelitian untuk mendapat informasi aktual, mengidentifikasi masalah, membuat perbandingan, dan menentukan langkah untuk menetapkan rencana yang kemudian diteliti dari hasil data pengamatan objek dan perilakunya pada waktu yang akan datang.13

2. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah yang beralamat di Kampung Anamui, Desa Suradita, Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Telp. 0813 1440 2910 / 0852 1586 5581 / 0813 8436 2000.

b. Waktu Penelitian

Waktu Penelitian ini dlaksanakan pada bulan Maret 2013 – Mei 2013 di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren

11

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya ,2008 ), h.156.

12

Lexy J. Moleong, MA. Metodelogi Penelitian Kualitatif, edisi revisi, (Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2007), cet. Ke-18, h. 3.

13

(22)

Modern Alfa Sanah yang beralamat di Kampung Anamui, Desa Suradita, Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

3. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah pengasuh yang juga merangkap sebagai ketua Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Alfa Sanah H. Ubu Misbahudin, M.MPd dan 5 orang santri SMP Alfa Sanah kelas 7 A.

b. Objek Penelitian

Selain mempelajari subjek, penelitian ini juga akan mempelajari dengan seksama tentang objek penelitian, meliputi pola komunikasi yang dilakukan oleh pengasuh kepada santri SMP Alfa Sanah di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah dalam menjalankan kedisiplinan shalat dhuha.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah:

a. Observasi

(23)

pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data penelitian ini dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui pengamatan panca indra.14

Dalam observasi ini penulis melakukan pengamatan serta mengikuti berlangsungnya proses pola komunikasi antara pengasuh dan santri dalam menjalankan kedisiplinan shalat secara langsung selama 3 bulan terhitung mulai dari bulan Maret sampai bulan Mei 2013 terhadap objek penelitian mengenai keadaan yang sebenarnya terjadi di lokasi penelitian yang berkaitan dengan kedisiplinan beribadah yaitu komunikasi pengasuh terhadap santri sebelum dan sesudah shalat dhuha berjama’ah yang dilaksanakan setiap jam istirahat pukul 09.30 - Selesai.

b. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antar dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.15 Wawancara yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode wawancara tak berstruktur atau biasa disebut dengan wawancara mendalam.

Wawancara mendalam adalah salah satu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap

14

Burhan Bugin, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta; Prenada Media Group,2005) h. 134.

15

(24)

muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam.16 Semakin banyak informasi, maka diharapkan akan menghasilkan data yang sudah tersaring dengan ketat dan lebih akurat.17 Pada penelitian ini peneliti mewawancarai ketua yayasan pendidikan Islam pondok pesantren modern Alfa Sanah sekaligus pengasuh H. Ubu Misbahudin, M.MPd dan 5 orang santri SMP Alfa Sanah kelas 7 A yang berada di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Alfa Sanah.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian skripsi ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan sumber data baik berupa foto maupun catatan, buku, dan arsip-arsip tertulis lainnya yang kemudian akan menjadi rujukan untuk kemudian diteliti lebih lanjut. Dokumen-dokumen ini dapat mengupkapkan bagaimana subjek mendefinisikan dirinya sendiri, lingkungan, dan situasi yang dihadapinya suatu saat, dan bagaimana kaitan antara definisi diri tersebut dalam hubungan dengan orang-orang di sekelilingnya dengan tindakan-tindakannya.18

5. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biken yang dikutip dari buku Metodelogi Penelitian Kualitatif karangan Meleong adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

16

Rachmat Kriyantoro, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2009), h.100 17

Miles dan Huberman, 1992: h.18. 18

(25)

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.19

Adapun penyusunan skripsi ini penulis berpedoman pada buku CeQDA yang di terbitkan oleh Universitas Islam Negeri ( UIN ) Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah ( Skripsi, Tesis dan Disertasi )”20

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini dibagi menjadi lima bab, setiap bab dirinci ke dalam sub bab sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: KAJIAN TEORITIS

Dalam bab ini menguraikan tentang kajian teoritis yang terdiri dari pengertian pola komunikasi, Bentuk bentuk komunikasi, macam - macam komunikasi, pengertian disiplin shalat.

BAB III: GAMBARAN UMUM YAYASAN PONDOK PESANTREN

MODERN ALFA SANAH

19

Prof. DR. Lexy J. Moleong, M.A, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009 h. 186.

20

Hamid Nasuhi dkk, “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah ( Skripsi, Tesis dan Disertasi

(26)

Dalam bab ini menjelaskan tentang gambaran umum Yayasan Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah yang terdiri dari Profil Yayasan Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah, Visi dan Misi , Tujuam Didirikan, Fasilitas, Kegiatan, Pendidik, Data Santri, Penyedian Ruangan dan Penyediaan Lahan

BAB IV: ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANTARA PENGASUH

DAN SANTRI DALAM MENJALANKAN

KEDISIPLINAN SHALAT DHUHA DI YAYASAN

PONDOK PESANTREN MODERN ALFA SANAH

CISAUK - TANGERANG.

Dalam bab ini mengenai penjelasan hasil data dan informasi yang telah dipilih, dianalisis secara matematis serta pembahasannya.

BAB V: PENUTUP

(27)

16

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Pola Komunikasi

1. Pengertian Pola

Kata “Pola” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan

bahwa pola memiliki arti yakni :

“Bentuk atau sistem, cara atau struktur yang tetap dimana pola itu sendiri bisa dikatakan sebagai contoh atau cetakan.”1

Sedangkan kata pola yang terdapat dalam Kamus Ilmiah Populer memiliki arti yaitu:

“Model, contoh atau pedoman.”2

“Pola dikatakan juga dengan model, yaitu cara untuk menunjukan sebuah objek yang mengandung kompleksitas proses di dalamnya dan hubungan antara unsur-unsur pendukungnya.”3

Berdasarkan pengertian pola di atas maka penulis dapat menarik kesimpulan, bahwa pengertian pola adalah gambaran, bentuk dan rancangan dari sebuah komunikasi yang dapat dilihat dari jumlah komunikasinya.

(28)

2. Pengertian Komunikasi

Komunikasi secara etimologi komunikasi berasal dari bahasa latin “communication”.

“Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang berati sama. Sama disini maksudnya sama makna dan sama arti. jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator yang diterima oleh komunikan.”4

Secara terminologis pengertian komunikasi bahwa:

“Komunikasi berati proses penyampaian suatu pernyataan oleh

sesorang kepada orang lain. Sedangkan, secara paradigmatis arti komunikasi berati pola yang mengikuti sejumlah komponen yang berkolerasi satu sama lain secara fungsional untuk mencapai suatu tujuan tertentu.5

Contoh nya antara lain adalah ceramah, pidato, penyiar radio, dan sebagainya. Hakikat komunikasi adalah pikiran atau perasaaan sesorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.

Para ahli komunikasi juga mempunyai pendapat yang berbeda mengenai pengertian komunikasi itu sendiri.6

1. Menurut Steward L. Tubbs dan Silvia Mess, sebagimana dikutip oleh Jalaludin Rahmat dalam bukunya “Psikologi

(29)

Komunikasi” Ia menguraikan ciri-ciri komunikasi yang baik

dan efektif paling tidak dapat menimbulkan lima hal:

a. Pengertian : Komunikator dapat memahami, mengenai pesan-pesan yang disammpaikan kepada komunikan.

b. Kesenangan: Menjadikan hubungan yang hangat dan akrab serta menyenangkan.

c. Mempengaruhi Sikap: Dapat mengubah sikap orang lain sehingga bertindak sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa.

d. Hubungan sosial yang baik: Menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi.

e. Tindakan: Membuat komunikan melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan pesan yang diinginkan.7

2. Wilbur shcramm mengatakan bahwa:

“Komunikasi didasarkan atas hubungan (intune) antara satu dengan yang lain yang fokus pada informasi yang sama, sangkut paut tersebut berada dalam komunikasi tatap muka (face to face communication)”8

7

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000). Cet. Ke-15, h. 13-16.

8

(30)

3. Everett M Rogers mengatakan bahwa:

“Komunikasi adalah suatu proses dimana ide dialihkan dari

sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”9

4. Menurut Carl I Hofland, sebagai mana dikutip oleh onong uchjana Efendi,

“Ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk

merumuskan secara tegar, asaz-asaz penyampaian informasi

serta pembentukan pendapat dan sikap.”10

5. Menurut Arni Muhammad mengatakan bahwa:

“Komunikasi adalah suatu proses dimana individu dalam hubungannya dengan individu lainnya, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat guna memberikan suatu informasi.”11

Dari pengertian di atas, maka penulis menarik kesimpulan arti pola komunikasi ialah bentuk, gambaran atau rancangan bagaimana proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan dapat berjalan dengan efektif ketika pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan itu dapat sampai dan bisa mengubah sikap, pendapat dan perilaku komunikan secara face to face communication dan dapat juga melalui sebuah medium telepon/menggunakan media komunikasi (Komunikasi Massa) baik secara lisan ataupun tulisan dan baik yang terjadi secara individu, antar individu maupun kelompok.

9

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007). h.20.

10

Onong Uchajana Effendy, Ilmu Komunikasi dan Praktek, (Bandung: PT Rosdakarya, 1992). h.9-10.

11

(31)

B. Bentuk - Bentuk Pola Komunikasi

Bentuk pola komunikasi lebih menekankan pada jaringan arah aliran informasi, yang terjadi dalam menyampaikan informasi keseluruh bagian organisasi dan menerima kembali informasi tersebut. “Analisis eksperimental pola-pola komunikasi menyatakan bahwa pengaturan

tertentu mengenai “siapa berbicara kepada siapa” mempunyai konsekuensi

besar dalam berfungsinya organisasi.12

Menurut Joseph A. Davito yang dikutip oleh Abdullah Masmuh dalam buku “Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktek” menyebutkan bahwa terdapat 5 bentuk aliran pola komunikasi yang terdapat di dalam sebuah arah jaringan informasi di dalam sebuah organisasi yaitu:

1. Pola Lingkaran

Dalam pola ini semua anggota organisasi dapat berkomunikasi dengan anggota yang lainnya, mereka mempunyai kekuatan untuk

12

R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja

(32)

memengaruhi kelompoknya, namun tidak memiliki pimpinan yang jelas.

2. Pola Roda

Pola roda berbeda dengan pola lingkaran. Pola roda disini memiliki pimpinan yang jelas, sehingga kekuatan pimpinan berada pada posisi sentral dan berpengaruh dalam proses penyampaian pesannya yang mana semua informasi yang berjalan harus terlebih dahulu disampaikan kepada pimpinan.

3. Pola Y

Pola Y juga memiliki pimpinan yang jelas dalam proses aliran informasi. Semua anggota yang terlibat di dalamnya dapat mengirimkan dan menerima pesan dengan yang lainnya.13

13

Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi Dalam Perspektif Teori dan Praktek

(33)

4. Pola Rantai

Pola rantai memiliki lima tingkatan yang disebut dengan komunikasi ke atas (upward) dan komunikasi ke bawah (downward) yang aliran informasinya terjadi dari atas dan ke bawah begitu juga sebaliknya.

5. Pola Semua Saluran/ Bintang

Pola semua saluran/bintang merupakan gabungan dan pengembangan dari pola lingkaran yang mana terjadi interkasi timbal balik antara anggota komunikasi tanpa mengenal siapa yang menjadi pimpinan sentralnya.

C. Macam - Macam Pola Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendi dalam bukunya yang berjudul: “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek”. Terdapat 5 macam pola

komunikasi, antara lain:

(34)

1. Komunikasi Diri Sendiri

Menurut Sasa Djuarsa adalah proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. Yang menjadi pusat perhatian adalah bagaimana jalannya proses pengolahan informasi yang dialami seseorang melalui system syaraf dan inderanya.14

2. Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi Antar Pribadi adalah komunikasi antara komunikator dengan komunikan yang berlangsung secara private. Atau dapat pula diartikan komunikasi yang berlangsung antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan, bisa juga melalui medium/telepon.15 Komunikasi ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to face) Bahasa lainnya ialah pengiriman pesan-pesan dari seseorang komunikator kepada komunikan dengan harapan umpan balik yang langsung.16

3. Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang.17

Menurut Hommans kelompok ialah sejumlah orang yang berkomunikasi satu sama lainnya, seringkali melewati suatu jangka

14

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001). h. 7

15

Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2005). Cet. Ke-9, h. 125.

16

Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1991). h. 72.

17

(35)

waktu dan dengan jumlah rang yang cukup kecil sehingga setiap orang dapat berkomunikasi dengan semua orang lainnya tanpa melalui orang ketiga melainkan secar tatap muka.18

Komunikasi kelompok juga adalah komunikasi antara seseorang (komunikator) dengan sejumlah orang (komunikan) yang berkumpul bersama-sama dalam bentuk kelompok.19

Jadi menurut pengertian diatas peneliti menyimpulkan pengertian komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seseorang dengan dua orang atau lebih ( sekelompok ) orang.

4. Komunikasi Massa

Komunikasi massa ialah komunikasi yang ditujukan kepada massa, khalayak yang luar biasa banyakanya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluaruh penduduk atau semua orang yang membaca atau juga semua orang yang menoonton tv, karena sejatinya khalayak amat sulit untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa ialah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar audio visual.20

Jadi menurut pengertian diatas dapat disimpulkan komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada masayakat luas dengan menggunakan pemancar audio visual.

18

Onong Uchajana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung : 1986) . Cet. Ke-2,

h. 3.

19

Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005). Cet. Ke-2, h. 33-34.

20

(36)

5. Komunikasi Medio

Medio (bahasa latin) + pertengahan komunikasi antara komunikasi antar pribadi dan komunikasi massa. Komunikasi medio adalah komunikasi yang menggunakan telepon. Faksimili, e-mail, radio , chhating dsb. Pola-pola komunikasi interaksi terjadi sebagai akibat penemuan dan pertumbuhan internet. Komunikasi medio lebih mengandalkan penggunaan media khususnya, internet dan telepon seluler.

Dapat disimpulkan menurut pengertian diatas komunikasi medio dalah proses komunikasi dari komunikator dengan lainnya namun menggunakan perangkat internet atau telephon seluler.

D. Pengertian Disiplin Shalat

a. Pengetian Disiplin

Menurut M. Hafi Anshori, disiplin adalah Suatu sikap mental yang dengan kesadaran dan keinsyafannya mematuhi peraturan-peraturan atau larangan yang ada terhadap suatu hal, karena mengerti betul-betul tentang pentingnya perintah dan larangan.21 Berarti dapat juga dikatakan bahwa disiplin dapat dilakukan dengan baik apabila seseorang mengerti betul tentang pentingnya larangan atau perintah itu, karena apabila tidak dimengerti dengan baik maka kemungkinan besar disiplin tidak dapat diterapkan.

21

(37)

Tentang disiplin The Liang Gie mengemukakan bahwa:

“Disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati.”22

Pengertian di atas ialah pengertian disiplin apabila di lihat dari sudut pandang keorganisasian atau lembaga. Sejalan dengan itu Drs. Peter Salim dan Yeny Salim dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer mengartikan bahwa:

“Disiplin Sebagai kepatuhan kepada peraturan peraturan yang telah ditetapkan.”23

Demikian juga pendapat yang dilontarkan oleh A. Tabrani Rusyan yang searah dengan pendapat di atas menyatakan bahwa,

“Disiplin adalah suatu perbuatan mematuhi dan tertib akan aturan, norma dan kaidah yang berlaku di tempat kerja.”24

Dari berbagai macam pendapat tentang definisi disiplin di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa disiplin merupakan suatu sikap mental yang terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban berdasarkan acuan nilai moral.

b. Pengertian Shalat

Shalat berasal dari bahasa Arab As-Sholah, sholat menurut Bahasa (Etimologi) berarti Do'a dan secara terminology / istilah, para ahli fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki.

22

The Liang Gie, Kamus Administration, (Jakarta: Gunung Agung, 1972) 23

Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 1991) h. 345

24

(38)

“Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat – syarat yang telah ditentukan.”

Adapun secara hakikinya shalat ialah,

“Berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan didalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya”.

Dari beberapa pengertian shalat di atas dapat disimpulkan bahwa shalat adalah merupakan ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun shalat.

“Santri yang memiliki disiplin shalat akan menunjukkan ketaatan, dan keteraturan terhadap perannya sebagai seorang santri atau pelajar yaitu belajar secara tertib, terarah dan teratur. Dengan demikian santri yang berdisiplin akan lebih mampu mengarahkan dan mengendalikan perilakunya.”25

Jadi dari pengertian diatas peneliti menyimpulkan pengertian kedisiplinan shalat adalah suatu sikap moral seseorang yang berpegang teguh pada apa yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya, baik berupa perintah atau larangan serta melalui suatu proses dari berbagai rangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraraturan dan ketertiban.

25

(39)

28

BAB III

GAMBARAN UMUM YAYASAN

PENDIDIKAN ISLAM PONDOK PESANTREN MODERN

ALFA SANAH

A. Profil Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa

Sanah

Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah didirikan pada tahun 1998 oleh K.H Abbas Basri di sekitar tempat tinggalnya yaitu kampung Anamui, desa Suradita Kec. Cisauk. kampung Anamui berada tepat dilingkungan tambang pasir. Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern ini didirikan dikarenakan banyaknya anak anak putus sekolah dan lebih memilih untuk membantu orang tua mereka untuk mengais rezeki sekitar tambang pasir daripada mementingkan pendidikan mereka.

Para orang tua pun tak bisa berbuat apa apa melihat fenomena ini dikarenkan mereka tak sanggup untuk membiayai sekolah yang teramat mahal. Melihat fenomena di atas K.H Abbas Basri selaku pemilik salah satu tambang pasir terebut bertekad mendirikan sebuah pondok pesantren serta membebaskan segala biaya untuk melanjutkan sekolah.1

1

(40)

Adapun struktur pengurus yayasan pondok pesantren Alfa Sanah yaitu sebagai berikut:

Ketua Yayasan : H. Ubu Misbahudin Wakil Ketua Yayasan : H. Badrutaman, SE Sekretaris : Hj. Fitriah, S.Ag, M.Mpd

Bendahara : Hj. Neneng Qiftiah, S Pdi, M Mpd

B. Visi dan Misi

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan alternatif yang tidak lain sebagai penyokong suksesnya pendidikan di Indonesia bukanlah hal yang main-main semata. Diperlukan sebuah keseriusan untuk menjalaninya, sebagai dasar dari kegiatan tersebut, sebuah lembaga manapun dituntut untuk memiliki kejelasan tentang visi dan misinya. Adapun secara umum visi dan misi dari Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah yakni:

a. Visi

Menjadikan santri yang religious, akademik, serta berkepribadian dan berwawasan global dan juga Islami

b. Misi

1. Membentuk santri yang berakhlatul kharimah dan

berwawasan tinggi demi menuju I’zzul ( kemulyaan )

(41)

2. Membentuk karakter yang sadar dalam menegakkan syariat Islam.

3. Meningkatkan kreatifitas santri yang mandiri, serta tanggap terhadap perubahan.2

C. Tujuan di Dirikan

1. Membantu biaya pendidikan tingkat SMP-SMA dan kebutuhan hidup lainnya kepada anak seluruh santri secara gratis

2. mempererat tali persaudaraan antar lingkungan sekitar kampung Anamui hingga lingkungan luar.

D. Fasilitas

Sarana dan fasilitas pedukung dalam pelaksanaan proses belajar dan mengajar di pondok pesantren modern Alfa Sanah yang tersedia antara lain :

1) Gedung milik sediri

2) Masjid berkapasitas sekitar 500 jama’ah 3) Laboratorium Komputer

4) Sarana Olahraga ( Sepak Bola, Bola Volly, Tenis Meja, dan Bulutangkis )

5) Peralatan Marawis, Rebanauntuk mengembangkan bakan seni. 6) Kendaraan antar jemput

2

(42)

7) Perpustakaan dan lain lain.

E. Kegiatan

Dalam menunjang tercapainnya visi dan misi yayasan pendidikan islam pondok pesantren modern Alfa Sanah dilaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1) Kegiatan proses belajar dan mengajar, pukul 07.15 – 13.00 WIB 2) Shalat Dhuha dan Yasinan

3) Shalat Dzuhur berjama’ah dan Dzikir 4) Marching Band

5) Marawis 6) Paskibraka

7) Pemahaman kitab kuning 8) Pencak silat dan lain-lain.

F. Pendidik

Para pengajar yang ada di pondok pesantren modern Alfa Sanah adalah orang-orang yang berpengalaman dibidangnya antara lain :

Anwarudin, A.Md Ubay Dilah, S.Ag

Achmad Khudoro Dian Novita, M.Mpd

M. Haidir S.Th.I Sudadi, ST

Dadi Purgiandi, S.Sos Tatang Komarudin, ST

(43)

Markum Risfambudi, S.Pd Nurhasanah, S.Pd Zaenal Hamiludin, S.Pd Lika Nur Rela, SS Trisna Eka Rista, S.Pd.I As’ary, S.Th.I

Drs. Thamrin Drs. Soidil Hudri

Anwar Gandi G, ST Rosikah, SS

Linda Fitriah, S.Ag Sari Dewi, SE3

G. Kegiatan Menjalankan Kedisiplinan di Yayasan Pendididkan Islam

Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah

a. Tadarus Al-Qur’an

Tadarus Al-Qur’an ini dilakukan oleh seluruh pengasuh atau guru dan santri setiap hari sebelum melakukan shalat dhuha berjamaah yang dipimpin oleh ketua yayasan Hj. Ubu Misbahudin yang mengkaji ayat ayat Al-Qur’an beserta pengertian dan tadwidnya.

b. Shalat Dhuha Berjama’ah

Shalat Dhuha dipimpin oleh ketua yayasan Hj. Ubu Misbahudin, dzikir

dan do’anya pengasuh, dan secara bergilir sesuai jadwal yang telah

ditentukan.

c. Shalat Dzuhur Berjama’ah

Shalat Dzuhur dipimpin oleh ketua yayasan Hj. Ubu Misbahudin,

dzikir dan do’anya oleh pengasuh, yang secara bergiliran, sesuai

jadwal yang telah ditentukan.

3

(44)

Adapun tujuan dari didakannya kegiatan kedisiplinan ini adalah agar seluruh santri terlatih dan terbiasa mengamalkan dan melaksanakan ibadah wajib ataupun sunnah dalam kehidupan sehari- hari untuk saat sekarang dan masa yang akan datang serta membentuk karakter pribadi muslim yang taat beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.4

H. Data Santri Sumber : Buku Laporan Tahunan 2013 Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah.

4 Ruang Laboratorium IPA 1 Ruang

5 Ruang Laboratorium Komputer 1 Ruang

6 Ruang Belajar 14 Ruang

7 Ruang Perpustakaan 1 Ruang

8 Ruang BP 1 Ruang

Sumber :Buku Laporan Tahunan 2013 Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah.

4

(45)

J. Penyediaan Lahan

a Status tanah Milik Sendiri

b Luas tanah seluruhnya 2.5 Hektar

c Luas bangunan 500 Meter Persegi

d Luas pekarangan 500 Meter Persegi

e Luas lapangan olahraga 1 Hektar

f Sisa tanah yang tersedia 500 Meter persegi

(46)

35

BAB IV

ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANTARA PENGASUH DAN SANTRI

DALAM MENJALANKAN KEDISIPLINAN SHALAT DHUHA

DI YAYASAN PENDIDIIKAN ISLAM

PONDOK PESANTREN MODERN

ALFA SANAH

A. Pola Komunikasi antara pengasuh dan santri

(47)

Pola Komunikasi antara pengasuh dan Santri di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah tidak ada yang dominan di antara komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok, kedua nya saling berkesinambungan, Namun untuk pelaksanaan kedisiplinan shalat dhuha agar dapat berjalan dengan lebih efektif, intensif dan tercipta silaturahmi antara pengasuh dan santri serta menimbulkan kesenangan dan ketaatan dalam beribadah bagi para santri pihak Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah menggunakan komunikasi antarpribadi dan kelompok.

Komunikasi antarpribadi dilaksanakan dalam bentuk satu persatu pribadi setelah berwudhu kepada setiap santri untuk diperiksa kelengkapan shalat dan bimbingan serta pengontrolan melalui absensi. absensi ini akan di tanda tangan oleh pengasuh dan di tulis apabila santri tidak melengkapi perlengapan shalat akan terkena sanksi serta sebagai tolak ukur kedisiplinan santri.

Selain itu komunikasi antarpribadi juga terjalin di luar pengajaran pondok pesantren gunanya untuk mengetahui setiap permasalahan yang dihadapi oleh santri serta mempererat tali silaturahmi antara pengasuh dan santri di Yayayan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah.

(48)

Selain itu komunikasi kelompok juga dilakukan pada saat memeriksa absensi kedisplinan yang dimana akan di periksa setelah shalat untuk memberikan masukan dan motivasi bagi santri yang kurang disiplin.

1. Komunikasi Antarpribadi

a. Dalam hal memberikan arahan menjalankan kedisiplinan

beribadah shalat dhuha.

Berdasarkan hasil observasi penulis dilapangan bahwa dalam memberikan arahan menjalankan kedisiplinan beribadah shalat, Pola komunikasi yang digunakan yaitu komunikasi antarpribadi yakni dalam bentuk satu persatu setiap santri dipanggil dan di periksa kelengkapan shalat setelah wudhu oleh pengasuh yayasan sebelum

menjalankan shalat dhuha berjama’ah dilaksanakan.

Menurut perkataan ketua Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah H Ubu Misbahudin M, Mpd ini ada peraturan yang harus di taati yakni :

“Setiap santri wajib datang tepat waktu di masjid serta melengkapi perlengkapan shalat bagi santri laki laki berupa, kopiah ( peci ) sarung, sajadah dan Al Qur’an, dan bagi perempuan yakni , sajadah, mukena dan Al Qur’an serta akan di cek kelengkapan nya sebelum shalat.” 1

Seperti yang telah dikatakan diatas wajib datang tepat waktu di masjid apabila sudah waktunya shalat dhuha berjamaah ini berfungsi untuk menanmkan disiplin terhadap waktu serta tanggung jawab yang

1

(49)

di berikan serta ditanamkan Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah ini kepada seluruh santri, salain itu juga santri wajib membawa perlengkapan – perlengkapan bagi santri laki laki dan perempuan dan akan di cek setiap hari sebelum melaksanakan

shalat berjama’ah. Yang dimana fungsinya untuk menanamkan sifat

disiplin kepada seluruh santri terhadap tanggung jawab yang harus di taati ketika hendak melaksanakan shalat dhuha berjamaah di pondok pesantren ini. Menanggapi hal ini saudara Zulkifli berpendapat bahwa, “ Peraturan yayasan disini itu dibuat untuk ditaati, awalnya memang belum terbiasa dan kadang lupa membawa salah satu peralatan shalat namun karena sudah terbiasa santri disini dapat mengerti dan paham pentingnya peraturan tersebut.”2

Dan untuk tetap menjaga kedisiplinan ketua Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah H. Ubu Misbahudin M, Mpd mengatakan :

Bagi setiap santri yang tidak membawa perlengkapan perlengkapan tersebut akan di kenai sanksi yakni berupa teguran, nasihat dan bimbingan untuk mencoba memberikan masukan kedepannya.” 3

Dan untuk tetap menjaga kedisiplinan santri di buatlah sanksi yang tujuannya memberikan rasa jera bagi setiap santri yang tidak menaati peraturan dan memberikan rasa tanggung jawab dalam diri setiap santri. menanggapi hal ini saudara Euis berpendapat bahwa,

2

Wawancara Pribadi dengan Zulkifli selaku santri Yayasan Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah, Cisauk - Tangerang 24 Mei 2013

3

(50)

“ Sanksi di yayasan ini sangat baik, selain memberikan efek jera sanksi ini juga menjadikan kita pribadi yang baik dan menghargai akan pentingnya tanggung jawab.” 4

Di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah ini terdapat 3 peringatan bagi mereka santri yang lalai menjalankan peraturan di pondok pesantren ini, yakni :

Peringatan pertama berupa teguran, teguran ini berfungsi mengingatkan kesadaran santri yang bersangkutan untuk tidak melakukan perbuatan nya lagi dan berharap di lain waktu bisa memperbaiki perbuatannya.

Peringatan kedua santri di hadapkan dengan ketua yayasan untuk mendapat bimbingan yang dimana di tekankan peringatan ini akan membuat nya jera dan mencoba tidak mengulangi perbuatannya.

Peringatan ketiga santri di berikan surat pemanggilan santri dan orang tua yang bersangkutan dan dihadapkan dengan ketua yayasan bediskusi dan memperingatkan untuk terakhir kali dan apabila dalam beberapa minggu masih melakukan perbuatan nya maka dengan sangat terpaksa santri dipulangkan kerumahnya.

Menanggapi hal ini seorang santri bernama Ikbal berpendapat bahwa :

“Sanksi ini sangat baik untuk santri yang baru masuk seperti saya, selain membiasakan diri dengan lingkungan ini, sanksi ini juga membuat pribadi santri menjadi lebih baik lagi”5

4

Wawancara Pribadi dengan saudari Euis selaku santri di Yayasan Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah, Cisauk - Tangerang 24 Mei 2013

5

(51)

Komunikasi ini dikatakan sangat efektif. Karena menurut keterangan pengasuh hasilnya baik seperti diantaranya membuat santri jera, santri menjadi lebih disiplin dalam beribadah ibadah, mengetahui letak kesalahannya dan menimbulkan kesenangan juga keakraban antara santri dan pengasuh.

Hal ini seperti yang penulis temui ketika santri secara satu persatu sebelum melaksanakan shalat dhuha diperiksa perlengkapan

shalatnya, seperti sajadah, kopiah ( peci ), mukena dan Al Qur’an jika

belum lengkap, jika ada yang belum lengkap guru agama langsung memberikan peringatan dan menasihati siswa serta mencatat nya dalam absensi kedisplinan beribadah. Hal ini ditunjang dengan hasil wawancara dengan Ahmad salah satu santri yayasan bahwa :

“Komunikasi antarpribadi yang intens dilaksanakan setiap hari dilaksanakan dapat meningkatkan kedisiplinan beribadah karena santri merasa pengasuh memberikan perhatian lebih terhadap santri sertai menjadikan santri lebih bersemangat untuk menjalankan kedisiplina.” 6

Kedisiplinan Shalat Dhuha yang dilaksanakan di pondok pesantren ini berjalan dengan efektif dan intensif. Hal ini disebabkan oleh pelaksanaan kedisiplinan Shalat Dhuha yang setiap hari dilakukan intens dan komunikasi antarpribadi yang diterapkan membuat santri memahami pesan yang disampaikan oleh pengasuh (komunikator) kepada santri (komunikan) dan langsung direspon oleh santri yakni berupa tindakan baik secara verbal ataupun nonverbal misalnya dengan

6

(52)

menganggukan kepala ataupun jawaban “iya untuk tidak mengulangi

kesalahan”, menimbulkan kesenangan dan keakraban karena intens

secara pribadi santri dikontrol secara satu persatu menjadikan perhatian tersendiri bagi para santri di pondok pesantren.

Maka dapat terbukti pula dengan adanya kesamaan makna antara komunikator (pengasuh) dan komunikan (santri) dalam penyampaian informasi atupun pesan dapat menghasilkan tindakan yang merupakan sebuah pembiasaan dan kesenangan dalam menjalankan kedisiplinan beribadah.

Kemudian dari ciri-ciri komunikasi yang efektif, maka dapat dipahami bahwa komunikasi menjadi penting untuk pertumbuhan hidup manusia melalui komunikasi akan ditemukan jati diri, konsep diri dan menetapkan hubungan dengan lingkungan sekitarnya. Hal lainnya seperti yang penulis temui, pengasuh memberikan nasihat kepada santri yang bercanda dengan teman nya pada saat wudhu, lalu santri merespone nya dengan meminta maaf dan berjanji tak akan mengulangi nya kembali.

(53)

prosesnya yang dialogis.7 Maka komunikasi antarpribadi dapat berjalan dengan efektif bilamana terdapat perubahan sikap pada siswa, pendapat ataupun sikap/prilaku.

b. Komunikasi yang terjalin diluar pengajaran pondok pesantren

Komunikasi yang terjalin di luar pengajaran pondok pesantren ini berjalan lebih santai ( informal ) namun tetap efektif dan interaktif, karena ada feedback dari komunikan (santri) terhadap pesan yang disampaikan komunikator (pengasuh). komunikasi ini dilakukan biasanya terkait dengan permasalahan kehidupan santri di pesantren meliputi konsultasi masalah pribadi santri. Komunikasi yang berjalan diluar jam pengajaran pondok pesantren juga menjadi media bagi santri untuk berkonsultasi dengan pengasuh. komunikasi yang terjalin diluar pengajaran pondok pesantren ini terjadi karena ada gangguan atau kesulitan yang dialami santri terhadap kemampuan atau daya tangkap santri dalam mempelajari dan memahami beberapa bidang ilmu tertentu misalnya, santri belum begitu paham dalam materi yang telah disampaikan dan lain-lain.

Momen tersebut dijadikan sebagai media konsultasi oleh para santri untuk bertanya dan meminta penjelasan lebih dalam mengenai hal/materi yang telah disampaikan namun mereka belum memahami sepenuhnya.

7

Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997). Cet.

(54)

Adapun bentuk komunikasi antarpribadi pengasuh terhadap santri adalah sebagai berikut:

1) Dalam hal konsultasi masalah pribadi

Setiap para santri yang sedang memiliki masalah pribadi baik itu masalah ekonomi hingga masalah pergaulan sesama santri atau permasalahan lain akan berkonsultasi dengan pengasuh yang mereka percayai. misalnya, santri bernama Ahmad yang mempunyai masalah yang cukup besar dan dianggap akan berdampak pada keberadaannya di pesantren, seperti masalah ekonomi, ketidakmampuan orangtua santri yang membuat santri tidak terpenuhi kebutuhan sehari-harinya dan memutuskan untuk pulang, maka pengasuh akan melakukan pendekatan komunikasi secara pribadi terhadap santri dengan memanggil santri yang bersangkutan guna memberikan jalan keluar yang baik agar santri dapat tetap tinggal di Yayasan Pondok Pesantren.

Menanggapi hal ini, Ahmad salah satu santri yayasan berpendapat bahwa :

“Biasanya pengasuh mengetahui setiap permasalahan santri, maka dari itu pengasuh melakukan pendekatan kepada santri untuk memberikan solusi dan jalan keluar kepada setiap santri yang mempunyai masalah.”8

Cara yang dilakukan pengasuh ini dinilai efektif selain dapat menyelesaikan masalah yang ada pada diri santri,

8

(55)

komunikasi ini juga dapat mempererat silaturahmi antara santri dan pengasuh. Dengan cara ini pula seorang pengasuh dapat mengetahui apa masalah yang dialami santri nya. Komunikasi ini bersifat informal, karena dilakukan di lingkungan pesantren dan diluar kegiatan formil seperti pembelajaran dana pengajian.

2) Dalam hal kegiatan ektrakulikuler.

Kegiatan etrakulikuler ini berkaitan dengan program pesantren untuk memberikan pembelajaran tambahan bagi santri sebagai bekal nanti ketika lulus/keluar dari pondok pesantren untuk diterapkan di masyarakat, diantaranya adalah seni baca al-qur’an dan marawis. Bagi santri yang ingin memperdalam kemampuan dibidang-bidang tertentu bisa menggunakan waktu luang diluar jadwal pengajian. Kegiatan ektrakulikuler ini sudah terjadwal dan dibatasi oleh waktu dan pembahasan yang sudah ditentukan. Untuk berdiskusi tentang teknik untuk lebih mendalami bidang yang di minati, maka santri dipersilahkan untuk melakukan konsultasi diluar kegiatan tersebut,

(56)

tentang cara atau tehnik yang benar untuk mendalami seni baca

al-qur’an tersebut.

Menanggapi hal ini, Ahmad salah satu santri yayasan berpendapat bahwa :

“Kegiatan ekstrakulikuler biasanya kami di berikan masukan masukan berupa tata cara yang baik dan benar dalam mendalami seni baca Al Qur’an. namun untuk menghilangkan ketegangan karena ini adalah kegiatan ektrakulikuler biasa nya pengasuh memberikan candaan di tengah tengah kegiatan.”9

Penjelasan secara pribadi ini lebih meluas, sesuai kebutuhan yang diminati santri. Suasana yang dibangun jauh lebih lebih santai karena kadang dibumbui dengan canda ringan oleh pengasuh terhadap santri.

2. Komunikasi kelompok

a. Dalam hal penggunaan waktu sebelum shalat dhuha

berjamaah

Pelaksanaan kedisiplinan beribadah yang diterapkan oleh Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah juga menggunakan pola komunikasi kelompok. Yang dimana pelaksanaanya yakni dalam bentuk pengasuh yayasan yang mengumpulkan semua santri diruangan masjid sebelum shalat berjamaah dhuha untuk diberikan arahan dan bimbingan serta

9

(57)

motivasi melalui metode ceramah/demonstrasi terhadap para santri tentang kedisplinan shalat dan lainnya.

Hal ini berdasarkan hasil observasi penulis dilapangan bentuknya berupa penjelasan terhadap para santri oleh pengasuh dan bilamana materi yang disampaikan oleh pengasuh tidak dapat dipahami oleh santri, boleh ditanyakan langsung.

“Para santri senang mendengarkan isi ceramah/demonstrasi, cerita, dan diskusi ketika pengasuh menyampaikannya, baik itu pengarahan ataupun pengumuman yang bersifat pelaksaan ibadah maupun kedisiplinan shalat.”10

Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis dapat menafsirkan bahwa komunikasi kelompok dengan menggunakan metode demonstrasi/ceramah sangatlah tepat, intensif dan lebih efisien digunakan dalam satu kumpulan, karena dapat mempersingkat waktu. dan para santri mendapatkan feedback langsung dengan adanya tanya jawab ketika ada yang belum dipahami. Sehingga untuk menjalankan kedisplinan beribadah dengan komunikasi kelompok dapat dikatakan efisien dan intensif dalam penerapannya.

Adapun pengarahan dan bimbingan dalam komunikasi kelompok ini terkait dengan bimbingan langsung secara bersama-sama seperti menghafal bacaan-bacaan shalat, shalawat, bacaan Al-Qur’an dan ayat-ayat pilihan sebelum melaksanakan shalat dhuha berjama’ah. Contohnya, seperti yang penulis temui di lapangan seluruh santri dibimbing dan di instruksikan untuk membaca Al-Qur’an secara

10

(58)

berjama’ah, maka secara serempak dan terpadu seluruh santri

melakukan apa yang diperintahkan oleh pengasuh. Hal ini berdasarkan wawancara dengan pengasuh, bahwa :

“Komunikasi kelompok pengasuh menggunakan metode ceramah, demontrasi untuk lebih mengena terhadap santri dalam hal penyampaian materi kedisiplinan shalat”. 11

Maka berdasarkan pemaparan diatas dapat diketahui kedisiplinan shalat dhuha secara kelompok dapat menghemat waktu dengan siswa mendengarkan secara keseluruhan atas yang disampaikan oleh pengasuh..

b. Dalam hal memeriksa buku absensi kedisiplinan beribadah

Komunikasi kelompok dalam hal memeriksa absensi kedisiplinan beribadah, yakni dengan mengumpulkan absensi seluruh santri. kemudian diperiksa secara bersamaan absensi apabila terdapat santri yang mendapat tanda tidak membawa sajadah, kopiah (peci)

mukena dan Alqur’an serta datang tidak tepat waktu akan mendapat

teguran, nasihat bahkan di beri peringatan lalu kemudian dipecahkan permasalahan yang dihadapi santri secara bersama sama. Komunikasi kelompok yang digunakan dalam hal memeriksa buku absensi kedisiplinan beribadah kerap kali menggunakan metode demonstrasi untuk memecahkan suatu permasalahan yang ada pada santri.

11

(59)

B. Faktor Penghambat dan pendukung

Dalam proses menjalankan kedisiplinan shalat dhuha di Yayasan Pendidikan Isalam Pondok Pesantren Alfa Sanah tentu pengasuh mengalami berbagai hambatan atau kesulitan dan tantangan. Disamping itu ada pula beberapa hal yang mempermudah pengurus untuk memberikan pelajaran bagi para santrinya di Yayasan Pondok Pesantren Alfa Sanah ini. Setelah penulis melakukan pengamatan dilapangan.

Ada Beberapa hal yang menjadi hambatan pengasuh dalam menjalankan kedisiplinan shalat dhuha di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya kepercayaan diri santri untuk mengutarakan masalahnya kepada pengasuh yang ada di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah yang mengakibatkan pengasuh tidak mengetahui masalah yang dialami oleh santri. 2. Kurangnya minat santri untuk berdialog dengan pengasuh Yayasan

Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah.

3. Masih ada rasa malu malu ( canggung ) pada santri khususnya santri yang baru masuk apabila berhadapan langsung dengan pihak pengasuh Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah.

(60)

Selain factor penghambat, ada pula beberapa factor yang pendukung terciptanya kedisiplinan beribadah antara pengasuh dengan santri , yaitu :

1. Kredibilitas para pengasuh Yayasan Pondok Pesantren Alfa Sanah masih terjaga dengan baik.

2. Adanya usaha dari pihak pengasuh yayasan untuk membuka diri terhadap keluhan yang dialami para santri

3. Instruksi pengasuh terhadap santri agar berkonsultasi dengan pihak pengasuh, apabila menghadapi kesulitan dalam hal apapun.

4. Adanya rasa empati pengasuh terhadap santri.

5. Lingkungan pesantren yang dibangun dengan asas persaudaraan dan kekeluargaan

(61)

50

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari seluruh uraian yang telah dipaparkan dalam skripsi ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

(62)
(63)

B. Saran-saran

Dalam hal penelitian ini penulis merasa perlu memberikan saran agar ke depan Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah dalam menjalankan kedisiplinan beribadah dapat lebih baik lagi. 1. Kepada yayasan yang terkait agar lebih intens berkomunikasi dengan

santri agar santri secara keseluruhan merasa dibimbing dan diarahkan secara pribadi dan diupayakan untuk dapat menjaga kedisiplinan shalat santri agar tidak melakukan pelanggaran dan di keluarkan nya surat peringatan.

2. Agar pola komunikasi antara pengasuh dan santi dapat berjalan lebih efektif dan intensif, pada pelaksanaanya kedisiplinan ibadah memerlukan banyak tenaga untuk menangani santri khusus nya dalam hal pengecekan absensi kedisiplinan, maka diperlukan bantuan dari seluruh pengurus Yayasan untuk ikut andil dalam hal mengarahkan, membimbing, mengontrol santri .

(64)

53

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku :

Abdul Baqy, Muhammad Fuad, Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfadil Qur’anil Karim (Beirut : Dar al Fikr, 1981).

Anshori, M. Hafi, Pengantar Ilmu Pendidikan, (PT. Usaha Nasional, Surabaya 1983)

Bactiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, ( Jakarta: Logos, 1999 ) Cet ke-2

Bungin, Burhan, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta; Prenada Media Group,2005)

---, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003).Cet. Ke-4.

Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007).

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996)

Davito, Joseph A., Komunikasi Antar Manusia. Penerjemah Agus Maulana (Jakarta:Proffesional Books, 1997)

Djuarsa Sendjaja Sasa, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2005). Cet.Ke-9.

Don F. Faules, R. Wayne Pace, Komunikasi Organisasi strategi meningkatkan kinerja perusahaan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006)

Effendy, Onong Uchjana, (Dimensi-Dimensi Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya 1986) Cet. Ke-2.

---, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 1992)

Gambar

GAMBARAN UMUM YAYASAN PONDOK PESANTREN
GAMBARAN UMUM YAYASAN

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis data penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa kontribusi pengasuh dalam meningkatkan hafalan al- Qur‟an santri di Pondok Pesantren Al-Ihsan

Fajar Suryo Saputro, PEMANFAATAN INTERNET SEBAGAI SARANA DAKWAH SANTRI (Studi di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta), Skripsi, Jurusan Sosiologi,

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian pada tesis ini, peneliti dapat mengambil kesimpulan yakni Analisis Proxemics di Kalangan Santri Pondok Pesantren Modern

Pada tahun 2016, Yayasan Pondok Pesantren Ismul Haq mendirikan Pondok khusus yang digunakan untuk mengobati santri yang menggunakan narkoba. Santri yang direhabilitasi atau

Pengurus pondok pesantren adalah sekelompok orang yang ditunjuk dan diberi wewenang oleh pengasuh untuk mengerahkan, menghandle, serta menyusun dan menjalankan

Hasil penelitian Yuniar dkk (2005) menunjukkan bahwa setiap tahunnya 5-10% dari santri baru di Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalam Surakarta mengalami

Upaya pengasuh dalam meningkatkan pengendalian diri (self control) santri pondok pesantren al-Arifiyah Sapuro Kebulen Kota Pekalongan tidak terlepas dari

Strategi pembinaan kemandirian dan kedisiplinan santri oleh pengassuh di pondok pesantren darussalam kota bengkulu adalah dengan cara melakukan pendekatan pada santri baik untuk