• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keluaran Kreatinin Domba Ekor Tipis Jantan Muda yang Diberi Pakan dengan Level Protein dan Sumber Protein Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keluaran Kreatinin Domba Ekor Tipis Jantan Muda yang Diberi Pakan dengan Level Protein dan Sumber Protein Berbeda"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis UNS Ke 43 Tahun 2019

“Sumber Daya Pertanian Berkelanjutan dalam Mendukung Ketahanan dan Keamanan Pangan Indonesia pada Era Revolusi Industri 4.0”

Keluaran Kreatinin Domba Ekor Tipis Jantan Muda yang Diberi Pakan dengan Level

Protein dan Sumber Protein Berbeda

A. A. Sari, E. Rianto, R. Adiwinarti, V. Restitrisnani dan A. Purnomoadi Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang Jalan drh. Soejono Koesoemo wardjojo, Tembalang, Semarang - 50275

Corresponding Email : erianto_05@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh perbedaan sumber protein dan level protein terhadap keluaran kreatinin domba ekor tipis jantan muda. Materi yang digunakan adalah Domba Ekor Tipis sebanyak 20 ekor dengan rata-rata bobot badan 13,03 ± 2,30 kg. Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial pola 2×2 dengan 4 (empat) perlakuan ransum komplit yaitu T1 (Pakan komplit dengan kandungan PK 13,36% dengan bungkil kedelai), T2 (Pakan komplit dengan kandungan PK 13,36% dengan tepung ikan), T3 (Pakan komplit dengan kandungan PK 15,20% dengan bungkil kedelai) dan T4 (Pakan komplit dengan kandungan PK 15,20% dengan tepung ikan). Perlakuan perbedaan level dan sumber protein yang berbeda tidak mempengaruhi konsumsi BK, PK dan keluaran kreatinin, namum mempengaruhi pertambahan bobot badan harian (PBBH). Rata-rata konsumsi BK dan PK yang diperoleh dari penelitian ini sebesar 772,81 g dan 109,64 g sedangkan keluaran kreatininnya sebesar 13,26 mg/kgBB/hari. Pertambahan bobot badan harian (PBBH) domba yang diberi pakan dengan PK 13,36% (84,11 g/hari) lebih rendah dibandingkan dengan PK 15,20% (132,28 g/hari). Simpulan dari penelitian ini adalah perlakuan pakan sumber dan level protein yang berbeda tidak berpengaruh terhadap konsumsi BK, PK dan keluaran kreatinin.

Kata kunci: Domba Ekor Tipis, Kreatinin, Level Protein, Sumber Protein.

Pendahuluan

Domba Ekor Tipis (DET) merupakan ternak yang layak dikembangkan di Indonesia sebagai salah satu sumber protein hewani. Keunggulan yang dimiliki domba ekor tipis diantaranya lebih tahan terhadap pemberian pakan yang kurang berkualitas (Munir dan Kardianto, 2019), merupakan ternak prolifik (Sumantri et al., 2007) dan memiliki persentase karkas hingga 45-55% (Sumoprastowo, 1993).

Pakan sangat mempengaruhi produktivitas ternak. Kandungan nutrisi yang berperan penting bagi produktivitas ternak adalah protein, terutama pada ternak muda yang sedang dalam masa pertumbuhan. Kandungan protein yang lebih tinggi akan meningkatkan konsumsi protein yang berguna bagi tubuh ternak. Tillman et al. (1991) menyatakan bahwa protein berperan penting dalam

(2)

pertumbuhan dan produksi ternak. Penggunaan sumber protein dalam pakan juga perlu diperhatikan untuk mendukung efisiensi pemanfaatan protein dalam tubuh ternak. Hal tersebut berkaitan dengan komposisi asam amino dan degradabilitas protein dalam rumen, misalnya bungkil kedelai sebagai sumber protein nabati atau tepung ikan sebagai sumber protein hewani, memiliki degradabilitas dan komposisi asam amino yang berbeda. Untuk mengetahui pakan terbaik bagi domba ekor tipis muda jantan ditinjau dari level protein dan sumber proteinnya, maka perlu dilakukan penelitian. Pemberian pakan dengan level protein dan sumber protein berbeda dapat mempengaruhi metabolisme di dalam tubuh ternak. Kecepatan metabolisme protein di dalam tubuh dapat dilihat dari keluaran kreatinin (Rahmawati et al., 2009). Kreatinin merupakan sisa perombakan kreatin fosfat menjadi ATP sebagai sumber energi yang digunakan dalam metabolisme dan dikeluarkan melalui urin. Keluaran kreatinin pada domba rata-rata adalah 10,9 kreatinin/kgBB/hari dengan rentang 5 -13,6 kreatinin/kgBB/hari (Lindberg dan Jacobsson, 1990; Balcells et al., 1992; Faichney

et al., 1995). Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan pakan ternak (Faichney et al., 1995).

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian pakan dengan sumber protein dan level protein berbeda terhadap keluaran kreatinin Domba Ekor Tipis jantan muda. Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi mengenai sumber protein dan level protein yang tepat untuk Domba Ekor Tipis jantan muda.

Metodologi

Materi yang digunakan adalah 20 ekor Domba Ekor Tipis jantan muda dengan rata-rata bobot badan awal 13,03 ± 2,30 kg. Pakan yang digunakan berupa pakan komplit berbentuk pellet dengan diameter 5 mm yang terdiri dari molasses, kulit singkong, gaplek, mineral, pucuk tebu dan bungkil kedelai atau tepung ikan. Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial pola 2×2 dengan 4 (empat) perlakuan ransum : T1 (Pakan komplit dengan kandungan PK 13,36% dengan bungkil kedelai), T2 (Pakan komplit dengan kandungan PK 13,36% dengan tepung ikan), T3 (Pakan komplit dengan kandungan PK 15,20% dengan bungkil kedelai) dan T4 (Pakan komplit dengan kandungan PK 15,20% dengan tepung ikan). Bahan pakan dan kandungan nutrisi pakan penelitian ditampilkan pada Tabel 1.

Pakan berbentuk pellet dan air minum diberikan secara ad libitum terhitung. Sisa pakan ditimbang di pagi hari sebelum pemberian pakan. Domba ditimbang seminggu sekali untuk mengetahui pertambahan bobot badan.

Penampungan sampel urin dilakukan pada minggu ke-0, 4 dan 8. Koleksi urin pada minggu ke 0 dilakukan selama 1 × 24 jam, pada minggu ke 4 dilakukan selama 7 × 24 jam dan pada minggu ke 8 dilakukan selama 1 × 24 jam. Urin ditampung dalam jerigen yang telah diisi H2SO4 10%

(3)

Tabel 1. Komposisi dan Kandungan Nutrien Bahan Pakan

Uraian T1 T2 T3 T4

... (%)...

Komposisi Bahan Pakan

Gaplek 32,00 34,00 30,00 32,8 Pucuk tebu 37,50 33,00 33,20 29,8 Kulit singkong 1,50 1,80 3,00 1,3 Molases 8,00 8,00 7,40 7,3 Mineral 2,00 2,00 2,00 2,00 Bungkil kedelai 19,00 ˗ 24,4 -Tepung ikan ˗ 21,20 - 26,8 Total 100 100 100 100 Kandungan Nutrien BK 89,94 88,96 91,30 89,58 Dalam 100% BK : Abu 14,16 11,45 14,34 18,62 PK 13,13 13,58 15,20 15,20 LK 1,15 2,76 1,99 6,41 SK 14,45 12,85 11,80 12,65 BETN 57,11 59,36 56,67 47,12 TDN* 63,86 60,23 64,88 60,55

Keterangan : BK = Bahan Kering; SK = Serat Kasar; LK = Lemak Kasar; PK = Protein Kasar; BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen; TDN = Total Digestible Nutrien.

*) TDN duhitung berdasarkan persamaan regresi Harris (1972) yang disitasi oleh Hartadi dkk (2005).

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah konsumsi bahan kering, konsumsi protein kasar, pertambahan bobot badan harian dan kadar kreatinin yang dikeluarkan lewat urin. Konsumsi bahan kering pakan dihitung dari selisih bahan kering pakan yang diberikan dengan bahan kering pakan sisa. Konsumsi protein dihitung dari konsumsi bahan kering pakan dikalikan kadar protein pakan. Pertambahan bobot badan harian (PBBH) dihitung dari selisih bobot akhir dan bobot awal. Sampel urin disimpan di dalam freezer sebelum dilakukan analisis kandungan kreatininnya. Prosedur analisis kreatinin menggunakan Jaffe method (Rahmawati et al., 2009). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis varians pada taraf 5% dan 1%. Apabila terdapat perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji Wilayah Ganda Duncan.

Hasil dan Pembahasan

Hasil perhitungan statistik tidak menunjukkan interaksi (P>0,05) antara perlakuan terhadap semua parameter yang diukur. Oleh sebab itu, pembahasan dilakukan dengan menganalisis pengaruh perlakuan secara sendiri-sendiri terhadap parameter yang diukur.

Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering

Konsumsi bahan kering (BK) ditampilkan pada Tabel 2. Konsumsi BK tidak berbeda nyata (P>0,05). Sumber protein yang berbeda tidak mempengaruhi konsumsi BK karena dari kedua sumber protein yaitu bungkil kedelai dan tepung ikan memiliki bentuk fisik yang sama yaitu pellet.

(4)

Purbowati et al. (2009) melaporkan bahwa konsumsi BK tidak berbeda nyata karena ternak mendapat pakan dengan bentuk fisik yang sama. Konsumsi BK pada domba yang diberi pakan dengan level protein kasar 12%, 14%, 16% (Listianto, 2016) dan 16%, 18%, 20% (Fitriyani, 2018) tidak berpengaruh nyata.

Tabel 2. Konsumsi Bahan Kering

Sumber Protein PK(%) Rata-rata

13,36 15,20

………(g/hari)………

Bungkil Kedelai 791,28 805,83 798,56

Tepung Ikan 686,01 808,11 747,06

Rata-rata 738,64 806,97

Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Protein Kasar

Konsumsi protein kasar (PK) ditampilkan pada Tabel 3. Konsumsi PK tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal ini karena konsumsi protein kasar sangat dipengaruhi oleh konsumsi bahan kering seperti yang dinyatakan oleh Nuraini et al. (2014). Konsumsi PK pada penelitian ini sudah memenuhi kebutuhan menurut Purbowati et al. (2009) yang menyatakan bahwa domba yang digemukkan membutuhkan PK sebesar 79,4 g/ekor/hari dengan bobot antara 10-20 kg.

Tabel 3. Konsumsi Protein Kasar

Sumber Protein PK(%) Rata-rata

13,36 15,20

………(g/hari)………

Bungkil Kedelai 104,34 120,14 112,24

Tepung Ikan 93,61 120,47 107,04

Rata-rata 98,98 120,31

Pengaruh Perlakuan terhadap Keluaran Kreatinin

Keluaran kreatinin melalui urin ditampilkan pada Tabel 4. Keluaran kreatinin tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal ini disebabkan karena asupan protein yang masuk ke dalam tubuh ternak tidak berbeda nyata. Keluaran kreatinin melalui urin berkorelasi positif dengan protein yang masuk ke dalam tubuh. Lawrence dan Fowler (2002) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi tingginya kadar kreatinin dalam urin adalah kadar protein pakan, semakin tinggi protein dalam pakan menyebabkan laju metabolisme semakin cepat dan membutuhkan energi, sehingga keluaran kreatinin meningkat. Rata-rata keluaran kreatinin domba pada penelitian ini normal yaitu 13,26 mg/kgBB/hari seperti yang dinyatakan oleh Lindberg dan Jacobsson, 1990; Balcells et al., 1992; Faichney et al., 1995 bahwa keluaran kreatinin pada domba memiliki rentang 5 – 13,60 kreatinin/kgBB/hari.

(5)

Tabel 4. Keluaran Kreatinin Sumber Protein

PK (%)

Rata-rata

13,36 15,20

mg/kgBB/hari mg/kgBB/hari mg/kgBB/hari

Bungkil Kedelai 11,85 16,54 14,20

Tepung Ikan 12,61 12,05 12,33

Rata-rata 12,23 14,30

Pengaruh Perlakuan terhadap Pertambahan Bobot Badan Harian

Pertambahan bobot badan harian (PBBH) domba akibat perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa PBBH ternak dengan perlakuan sumber protein berbeda tidak berbeda nyata (P>0,05). Ternak yang diberi pakan dengan level protein 15,20% memiliki PBBH yang nyata (P<0,05) lebih tinggi daripada pakan dengan level protein 13,36%. Perbedaan tersebut diduga karena pemanfaatan protein yang berbeda. Sanoto et al. (2015) menyatakan bahwa pemanfaatan protein dalam tubuh ternak digunakan untuk meningkatkan bobot badan. Hasil penelitian ini agak berbeda dengan hasil penelitian Prima et al. (2017) yang menunjukkan pada pakan dengan kandungan protein 14%, 16% dan 18% tidak memiliki perbedaan pertambahan bobot badan harian terhadap domba.

Tabel 5. Pertambahan Bobot Badan Harian

Sumber Protein PK(%) Rata-rata

13,36 15,20

………(g/hari)………

Bungkil Kedelai 80,86 133,65 107,25

Tepung Ikan 87,37 130,91 109,14

Rata-rata 84,11b 132,28a

Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang nyata (P<0,05).

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan sumber dan level protein pakan tidak mempengaruhi konsumsi bahan kering, konsumsi protein kasar dan keluaran kreatinin. Ternak yang diberi pakan dengan level protein lebih tinggi memiliki pertambahan bobot badan harian yang lebih tinggi. Pakan yang digunakan sebaiknya memiliki kandungan protein 15,20% karena dapat menghasilkan PBBH yang lebih tinggi.

Daftar Pustaka

Balcells, J., J. A. Guada, J. M. Peiro dan D. S. Parker. 1992. Short communication: simultaneous determination of allantoin and oxypurines in biological fluids by high-performance liquid chromatography. J. Chromatogr. 575: 153-157.

(6)

Faichney, G. J., R. J. Welch dan G. H. Brown. 1995. Prediction of excretion of allantoin and total purine derivatives by sheep from the “creatinine coefficient”.J. Agric.Sci. (Camb) (109): 7-12.

Fauzan. K. F. 2015. Keluaran Kreatinin Lewat Urin pada Domba LokalJantan yang Diberi Pakan

Jerami Padi Perlakuan Menggunakan Urin dan Urea. Fakultas Peternakan dan Pertanian.

Universitas Diponegoro, Semarang. (Skripsi Sarjana Peternakan).

Fitriyani, T. 2018. Keluaran Kreatinin pada Kambing Kacang Muda yang Diberi Pakan Komplit

dengan Kandungan Protein dan Energi yang Berbeda. Fakultas Peternakan dan Pertanian.

Universitas Diponegoro, Semarang. (Skripsi Sarjana Peternakan).

Lawrence, T. L. J. and V. R. Fowler. 2002. Growth of Farm Animals. 2ndEdition. CABI Publishing,

New York USA.

Lindberg, J. E. dan K. G. Jacobson. 1990. Nitrogen and purine metabolism at variying energy and protein supplies in sheep sustained on intragastric infusion. Br.J. Nutr. (64) : 359-370.

Listianto, C. B. 2016. Produksi Metana pada Feses Domba Ekor Tipis Jantan Muda yang Diberi

Pakan dengan Level Protein Berbeda. Fakultas Peternakan dan Pertanian. Universitas

Diponegoro, Semarang. (Skripsi Sarjana Peternakan).

Mathius, I. W., L. B. Gaga dan I. K. Sutama. 2002. Kebutuhan kambing PE jantan muda akan energi dan protein kasar: konsumsi, kecernaan, ketersediaan dan pemanfaatan nutrient. Jurnak

Ilmu Ternak dan Veteriner. 7 (2): 99–109.

Munir, I.M. dan E. Kardiyanto. 2015. Peningkatan bobot badan domba lokal di provinsi Banten melalui penambahan dedak dan rumput. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan

dan Veteriner.

Nuraini, I. G. S. Budisastria dan A. Agus. 2014. Pengaruh tingkat penggunaan pakan penguat terhadap performa induk kambing Bligon di peternak rakyat. Buletin Peternakan. 38 (1): 34

41.

Prima, A., N. Luthfi, E. Rianto, E. Purbowati dan A. Purnomoadi. 2017. The effect of dietary protein intake on body protein growth in Thin Tailed Lambs. Prosiding Seminar

Internasional The Second International Conference on Animal Nutrition and Environment,

Thailand. Hal: 341-344.

Purbowati, E., C. I. Sutrisno, E. Baliarti, S. P. S. Budhi, W. Lestariana, E. Rianto dan Kholidin. 2009. Penampilan produksi domba lokal jantan dengan pakan komplit dari berbagai limbah pertanian dan agroindustri. Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan. Semarang, 20 Mei 2009. 130–138.

Rahmawati, K. S., E. Rianto, S. Mawati dan A. Purnomoadi.2009. Keluaran kreatinin lewat urin dan hubungannya dengan protein tubuh pada domba pada berbagai imbangan protein-energi.

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009. “Teknologi Peternakan dan

Veteriner Mendukung Industrialisasi Sistem Pertanian untuk Meningkatkan Ketahanan

Pangan dan Kesejahteraan Peternak”.Bogor, 13-14 Agustus 2009. 406-410.

Sanoto, A., R. Adiwinarti, E. Purbowati dan A. Purnomoadi. 2015. Hubungan antara keluaran kreatinin dengan bobot hidup dan pertambahan bobot badan kambing Kacang. Prosiding

Seminar Nasional Peternakan Berkelanjutan 7. Sumedang, 7 – 11 November 2015. Sumedang. 345–349.

Sumantri, C., A. Farajallah., U. Fauzi dan J. F. Salamena. 2008. Keragaman genetik DNA Mikrosatelit dan hubungannya dengan performa bobot badan pada domba lokal. Media

Peternakan 31 (1): 1-13.

Sumoprastowo, R. M. 1993. Beternak Domba Pedaging dan Wool. Cetakan ke-2., Penerbit Bhratara, Jakarta.

Tillman, A. D., H. Hari, R. Soedomo, P. Soeharto dan Soekanto. 1991. Ilmu Makanan Ternak

Gambar

Tabel 1. Komposisi dan Kandungan Nutrien Bahan Pakan
Tabel 3. Konsumsi Protein Kasar
Tabel 5. Pertambahan Bobot Badan Harian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada “Perbandingan Tarif Jasa Rawat denagn Unit Cost dan Activity Based Costing System dalam

Zobj = Jarak antara titik tengah kedua kamera dengan objek β 1,2 : Sudut pandang kamera ke objek terhadap garis normal. Agar menghasilkan korelasi yang baik, maka perlu

Gambar 5 adalah grafik Sum Square Error (SSE) proses learning Jaringan saraf tiruan (JST) yang digunakan pada sistem ini menggunakan jenis multi layer perceptron.. Lapisan

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, khususnya di Kantor Kepolisian Resort Kota Besar Makassar, dengan menggunakan metode kepustakaan

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya Yusephine Herdiana Rahayu Ningtyas, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : Analisis Pengaruh Agresivitas Pajak terhadap

Baiknya Peranan Bidang Humas pada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Provinsi Bengkulu dapat ditunjukkan oleh terlaksananya sebagian besar dari rangkaian

puas dengan penyajian materi buku panduan dengan persentase capaian 28% dan mereka merasa puas dengan capaian 72%. Kemudian hasil persentase penyajian materi pelatihan

Sama halnya seperti yang terjadi kepada keseluruhan informan, walaupun mereka menyaksikan sinetron dengan adegan yang sama, yaitu aksi-aksi yang terkesan negatif