• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. KONDISI UMUM WILAYAH"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

4..1. Letak Geografis dan Batas Administrasi

Kawasan Agropolitan Cendawasari merupakan suatu kawasan perdesaan berbasis pertanian yang dirilis menjadi suatu Kawasan Agropolitan sejak tahun 2002. Lokasi Kawasan Agropolitan Cendawasari secara administratif terletak di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Secara geografis Desa Karacak terletak pada 106039’00” – 106036’00” BT dan 06039’00” – 06034’30” LS serta memiliki luas wilayah sebesar 761,84 ha. Desa Karacak berbatasan langsung dengan Desa Barengkok di sebelah utara, Desa Pabangbon di sebelah barat, Desa Karyasari di sebelah selatan, dan Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang di sebelah timur. Secara Administratif Desa Karacak terdiri dari 5 Dusun, 10 RW (Rukun Warga), dan 17 kampung. Pada Tabel 4 disajikan mengenai rincian pembagian administratif Desa Karacak beserta luas masing-masing kampung.

Tabel 4. Luas Wilayah Desa Karacak

Dusun RW Kampung Luas (Ha)

1 1 Lebak Kaum 31.42 2 Karyabakti 89.70 2 3 Lebak Sirna 50.64 4 Ciletuh Hilir 57.89 3 5 Cengal Sirna 40.28 Nariti 4.40 Sinargalih 35.90 6 Cengal 21.49 Darmabakti 62.22 Babakan 24.49 4 7 Wanakarya 73.40 Pakusarakan 32.96 8 Rawajero 34.87 Sumberjaya 65.81 5 9 Sukamaju 84.11 10 Hegarmanah 29.43 Sukaresmi 22.83 Jumlah 761.84

(2)

DESA BARENGKOK DESA KARYASARI DESA PABANGBON DESA SITU UDIK KECAMATAN CIBUNGBULANG Sukamaju Lebak Kaum Wanakarya Sumberjaya Darmabakti Ciletuh Hilir Lebak Sirna Rawajero Sinargalih Cengal Cengal Sirna Karyabakti Babakan Pakusarakan Hegarmanah Sukaresmi Nariti 677000 677000 678000 678000 679000 679000 680000 680000 681000 681000 682000 682000 9 2 66 00 0 9266 00 0 9 2 67 00 0 9267 00 0 9 2680 00 9 26 800 0 9 269 000 9 269 00 0 9 270 00 0 9270 00 0

PETA ADMINISTRASI BATAS RW KAWASAN AGROPOLITAN CENDAWASARI 

DESA KARACAK KECAMATAN LEUWILIANG ­ KABUPATEN BOGOR 250 0 250 500 Meters S N E W SKALA 1 : 25.000 Sungai Keterangan : Jalan Aspal Jalan Batu Jalan Setapak Batas RW :  RW 01 RW 02 RW 03 RW 04 RW 05 RW 06 RW 07 RW 08 RW 09 RW 10 LEGENDA Sumber :

1.  Peta Administrasi Batas Kampung Desa Karacak 2. Hasil Cek Lapang Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB

Inset :

Kecamatan Leuwiliang

Gambar 3. Peta Administrasi Batas RW Desa Karacak

4.2. Kondisi Fisik Wilayah 4.2.1. Topografi

Kondisi topografi Desa Karacak bervariasi dari datar hingga bergunung sangat curam dengan kemiringan lereng 3% sampai dengan > 60%. Akan tetapi, topografi Desa Karacak cenderung didominasi oleh topografi datar dengan kemiringan lereng 0-3 % yaitu seluas 191,76 Ha atau sekitar 25,17 % dari luas total wilayah Desa Karacak. Daerah dengan topografi datar terdistribusi pada setiap kampung di Desa Karacak dengan proporsi tertinggi terletak di kampung Lebak Kaum yaitu seluas 30,28 Ha sedangkan daerah dengan topografi bergunung sebagian besar terletak di kampung Sukamaju yaitu seluas 21,15 Ha. Adapun rincian mengenai sebaran topografi wilayah Desa Karacak disajikan pada Tabel berikut:

(3)

Tabel 5. Sebaran Kelas Lereng Desa Karacak No Kampung 0-3 % (D at ar) 3-8 % (Berom b ak) 8-15 % (Bergelombang) 15 -3 0 % (Berbuki t) 30 -4 0 %

(Bergunung) 40-60 % (Bergunung Cur

am) >60 % (Bergunung San gat Cur am) Grand Total (Ha) 1 Babakan 2.38 - 6.67 5.88 5.43 4.13 - 24.49 2 Cengal 2.44 - 0 9.98 6.9 2.17 - 21.49 3 Cengal Sirna 7.41 - 3.42 15.39 1.58 12.42 0.06 40.28 4 Ciletuh Hilir 13.03 3.92 25.64 3.45 2.61 9.24 - 57.89 5 Darmabakti 11.14 - 8.1 30.48 4.04 8.41 0.05 62.22 6 Hegarmanah 9.64 0.53 8.72 7.33 - 0.01 3.2 29.43 7 Karyabakti 18.03 - 4.38 4.16 3.7 1.15 - 31.42 8 Lebak Kaum 30.28 3.65 27.1 16.11 1.38 3.13 8.05 89.7 9 Lebak Sirna 5.47 11.95 26.49 - - - 6.73 50.64 10 Nariti 1.36 - - 0.01 1.35 1.22 0.46 4.4 11 Pakusarakan 18.27 - - 3.22 0.61 10.86 - 32.96 12 Rawajero 11.74 - - 8.94 5.31 8.88 - 34.87 13 Sinargalih 8.81 - - 9.39 1.99 10.99 4.72 35.9 14 Sukamaju 15.97 6.34 - 21.18 21.15 19.47 0 84.11 15 Sukaresmi 5.73 6.34 5.36 0.52 - 0.51 4.37 22.83 16 Sumberjaya 16.77 - 1.8 34.14 10.72 2.38 - 65.81 17 Wanakarya 13.29 - 1.18 1.02 13.3 42.43 2.18 73.4

Grand Total (Ha) 192 32.73 118.9 171 80.1 137.4 29.82 761.84

Persentase (%) 25.2 4.3 15.6 22.5 10.5 18.04 3.91 100

Sumber: Data Atribut Peta Topografi

4.2.2. Jenis Tanah

Berdasarkan sebaran jenis tanah Desa Karacak (Tabel 6) dapat diketahi bahwa jenis tanah yang dominan di Desa Karacak adalah jenis tanah Latosol Coklat yang tersebar pada hampir 62,07 % dari luas total wilayah Desa Karacak atau seluas 472,9 Ha. Jenis tanah Latosol Coklat terluas dijumpai di kampung Wanakarya yaitu seluas 73,40 Ha. Selain itu, jenis tanah lain yang dijumpai di Desa Karacak adalah Regosol-Latosol Coklat, Koluvial Aluvial, Regosol-Latosol Coklat dan Kemerahan, dan Regosol. Pada tabel berikut disajikan rincian mengenai sebaran jenis tanah yang dapat dijumpai di sekitar Desa Karacak.

(4)

Tabel 6. Sebaran Jenis Tanah di Desa Karacak

No Kampung Latosol Coklat Regosol-Latosol

Coklat Koluvial Aluvial Latosol Coklat dan Kemerahan

Regosol Total (Ha) Grand

1 Babakan 24.49 - - - - 24.49 2 Cengal 21.49 - - - - 21.49 3 Cengal Sirna 40.28 - - - - 40.28 4 Ciletuh Hilir 38.54 - 19.35 - - 57.89 5 Darmabakti 62.22 - - - 62.22 6 Hegarmanah - - 27.94 1.49 - 29.43 7 Karyabakti 14.68 - 16.74 - 31.42 8 Lebak Kaum 15.59 - 69.52 4.59 - 89.7 9 Lebak Sirna - - 45.47 5.17 - 50.64 10 Nariti 4.4 - - - - 4.4 11 Pakusarakan 29.78 3.18 - - - 32.96 12 Rawajero 23.16 11.71 - - - 34.87 13 Sinargalih 35.9 - - - - 35.9 14 Sukamaju 27.78 - 16.47 - 39.86 84.11 15 Sukaresmi - - 17.84 4.99 - 22.83 16 Sumberjaya 61.19 - - - 4.62 65.81 17 Wanakarya 73.4 - - - - 73.4

Grand Total (Ha) 472.9 14.89 213.33 16.24 44.48 761.84

Persentase (%) 62.07 1.95 28 2.13 5.84 100

Sumber: Data Atribut Peta Tanah

4.2.3. Penggunaan Lahan

Pola penggunaan lahan di Desa Karacak masih didominasi oleh penggunaan lahan pertanian. Penggunaan lahan utama di Desa Karacak adalah penggunaan lahan untuk kebun campuran, yaitu seluas 279,46 Ha atau sebesar 36,68 % dari total luas penggunaan lahan. Selain itu juga terdapat penggunaan lahan untuk kebun manggis sebesar 14,85 % dari total luas penggunaan lahan atau seluas 113,17 Ha. Sedangkan kawasan ruang terbangun hanya sebesar 5,44% atau seluas 41,47 Ha yang digunakan untuk permukiman atau perkampungan. Rincian mengenai sebaran penggunaan lahan di Desa Karacak disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 7. Jenis Penggunaan Lahan Desa Karacak

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Kebun Campuran 279.46 36.68 2 Kebun Manggis 113.17 14.85 3 Lahan Terbuka 12.09 1.59 4 Permukiman 41.47 5.44 5 Sawah 154.13 20.23 6 Semak 14.52 1.91 7 Tegalan 125.82 16.52 8 Tubuh air 21.18 2.78 Jumlah 761.84 100.00

(5)

wanakarya sukamaju cengalsirna lebak kaum sumberjaya sinargalih cengal lebak sirna rawajero karyabakti darmabakti ciletuh hilir pakusarakan babakan hegarmanah nariti 678000 678000 679000 679000 680000 680000 681000 681000 682000 682000 9 267 00 0 9267 000 92 6 80 00 92680 00 9 269 00 0 9269 00 0 250 0 250 500 Meters S N E W SKALA 1 : 25.000

Jenis Penggunaan Lahan : 

Kebun Campuran Kebun Manggis Lahan Terbuka Permukiman Sawah Semak Tegalan Tubuh Air Keterangan :  Jalan Aspal Jalan Batu Jalan Setapak LEGENDA Sumber : 

1. Hasil Interpretasi Citra Satelit Geo­Eye 1

    Imagery Date 11 July 2007 (Google Earth)

    Oleh : Arief Adi Pradana, 2009 2. Hasil Cek Lapang 3. Layout Oleh : Sony Nugroho, 2010 Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB

PETA PENGGUNAAN LAHAN DESA KARACAK

KECAMATAN LEUWILIANG ­ KABUPATEN BOGOR

Inset : Kecamatan Leuwiliang

Gambar 4. Peta Penggunaan Lahan Kawasan Agropolitan Cendawasari Desa Karacak

4.3. Kependudukan

Selama kurun waktu 2003-2008, laju pertumbuhan penduduk Desa Karacak tergolong sangat tinggi yaitu sebesar 23,6% dan pada tahun 2008 penduduk Desa Karacak mencapai 10.963 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 14 jiwa/Ha (BPS, 2008). Sebagian besar atau hampir 56% penduduk Desa Karacak bekerja sebagai petani sedangkan sebagian penduduk lainnya bekerja sebagai karyawan/PNS, buruh produksi, wirausaha, buruh tani, dan lain-lain. Sementara itu, dari segi pendidikan penduduk Desa Karacak relatif telah memperoleh pendidikan baik pada tingkat SD, SLTP, SLTA, maupun Perguruan Tinggi.

(6)

4.4.1. Kesesuaian Lahan Manggis

Manggis merupakan komoditas unggulan yang sejak dulu telah dikembangkan di Desa Karacak. Berdasarkan hasil penelitian Pradana (2010), diketahui bahwa secara umum hampir dari dua per tiga wilayah (66,46 %) Desa Karacak relatif sesuai untuk ditanami komoditas tanaman manggis dengan kondisi topografi (kelas lereng) sebagai faktor pembatasnya. Tingkat kesesuaian lahan manggis di Desa Karacak terdiri atas tingkat kesesuaian S1 seluas 118,18 Ha, S2 seluas 180,22 Ha, dan S3 seluas 207,94 Ha. Sedangkan tingkat kesesuaian N sebesar 255,50 Ha atau sebesar 33,54 % dari luas wilayah Desa Karacak. Adapun rincian mengenai sebaran kesesuaian lahan untuk tanaman manggis di Desa Karacak disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Sebaran Kesesuaian Lahan Manggis di Desa Karacak

No Kampung N S1 S2 S3 Grand Total (Ha) 1 Babakan 9.56 2.38 6.67 5.88 24.49 2 Cengal 9.07 2.44 0 9.98 21.49 3 Cengal Sirna 14.06 7.41 3.42 15.39 40.28 4 Ciletuh Hilir 11.85 12.36 29.42 4.26 57.89 5 Darmabakti 12.5 11.14 8.1 30.48 62.22 6 Hegarmanah 3.69 - 17.88 7.86 29.43 7 Karyabakti 4.85 3.92 18.49 4.16 31.42 8 Lebak Kaum 14.87 3.2 51.87 19.76 89.7 9 Lebak Sirna 9.96 - 28.75 11.93 50.64 10 Nariti 3.03 1.36 - 0.01 4.4 11 Pakusarakan 11.47 17.28 - 4.21 32.96 12 Rawajero 14.19 10.35 - 10.33 34.87 13 Sinargalih 17.7 8.81 - 9.39 35.9 14 Sukamaju 40.62 8.44 3.25 31.8 84.11 15 Sukaresmi 7.07 - 9.39 6.37 22.83 16 Sumberjaya 13.1 15.8 1.8 35.11 65.81 17 Wanakarya 57.91 13.29 1.18 1.02 73.4

Grand Total (Ha) 255.5 118.18 180.22 207.94 761.84 Persentase (%) 33.54 15.51 23.66 27.29 100

(7)

wanakarya sukamaju lebak kaum lebak sirna sumberjaya darmabakti sinargalih ciletuh hilir karyabakti cengal pakusarakanrawajero cengalsirna babakan hegarmanah nariti sukaresmi 678000 678750 679500 680250 681000 681750 926625 0 9266250 926700 0 9267000 926775 0 9267750 926850 0 9268500 926925 0 9269250

Kesesuaian Lahan Manggis :

N S1 S2 S3 Jalan Aspal Jalan Batu Jalan Setapak Sungai Legenda : 500 0 500 1000 M SKALA 1 : 25.000

Gambar 5. Peta Kesesuaian Lahan Manggis di Desa Karacak

4.4.2. Produksi dan Produktivitas Manggis

Hingga saat ini belum ada data yang akurat mengenai jumlah pohon manggis di Kawasan Agropolitan Cendawasari. Hal ini disebabkan oleh pertanaman manggis yang dilakukan bersamaan dengan tanaman lain. Penelitian yang dilakukan oleh Febrianggoro (2010) memprediksi bahwa tanaman manggis di Kawasan Agropolitan Cendawasari berjumlah 22.795 pohon, akan tetapi dalam penelitian tersebut tidak dapat diketahui berapa jumlah tanaman yang telah menghasilkan dan berapa jumlah tanaman yang belum menghasilkan. Sementara itu, data KBU Al Ihsan menyebutkan bahwa dari 60 petani anggota koperasi terdapat sebanyak 5.510 pohon tanaman manggis yang telah menghasilkan dan 2.725 pohon tanaman manggis yang belum menghasilkan. Hal tersebut berarti jumlah tanaman manggis yang telah menghasilkan adalah sekitar dua pertiga (66,9%) dari total tanaman manggis.

Belum adanya data yang akurat tentang jumlah pohon manggis mengakibatkan kesulitan dalam memperoleh data produktivitas manggis di Kawasan Agropolitan Cendawasari. Kendala lainnya adalah tidak adanya koordinasi yang baik antara petani manggis dengan pengelola Kawasan

(8)

Akan tetapi, secara kasar dapat ditentukan bahwa produktivitas manggis di kawasan tersebut pada musim panen sekitar 20-30 kg/pohon. Sedangkan apabila dilihat secara keseluruhan, dapat diketahui bahwa produktivitas manggis di Kawasan Agropolitan Cendawasari mencapai sekitar 1,5 ton/hektar (Febrianggoro, 2010).

4.4.3. Kondisi Eksisting Usaha Tani Manggis

Berdasarkan hasil pengamatan di lapang dan wawancara pada sejumlah tokoh pelaku usaha tani manggis di Kawasan Agropolitan Cendawasari Desa Karacak dapat diketahui bahwa mayoritas petani manggis telah sesekali menerapkan budidaya dan pemeliharaan tanaman manggis walaupun belum sesuai dengan pedoman Good Agriculture Practice (GAP). Keterbatasan biaya dan

akses sumberdaya menjadi faktor penghambat dalam penerapan teknologi budidaya yang baik. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiangan, pemangkasan, pemupukan, dan penyemprotan.

Kegiatan penyiangan dilakukan untuk menghindari adanya kompetisi dalam penyerapan unsur hara dan air terutama di daerah sekitar perakaran tanaman. Sedangkan pemangkasan dilakukan dengan tujuan agar tanaman tetap pendek, peremajaan tanaman, memperbesar produksi, mempercepat pembuahan dan mengurangi pemborosan unsur hara.

Pemupukan dilakukan dengan memberikan pupuk kandang dan pupuk kimia seperti urea, KCl, NPK, dan TSP. Kegiatan pemupukan dengan menggunakan pupuk kimia dilakukan pada awal penanaman saat tanaman berumur dua minggu sampai dengan enam bulan setelah penanaman. Sedangkan pupuk kandang diberikan pada awal musim hujan (awal penanaman) dan setiap satu bulan setelah panen berakhir. Mayoritas petani hanya menggunakan pupuk kandang dalam pemupukan tanaman manggis yang diusahakan karena pupuk kandang lebih mudah diperoleh dan harganya masih dapat dijangkau.

Kegiatan penyemprotan hanya dilakukan oleh sebagian kecil petani manggis. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya modal yang dimiliki oleh petani responden untuk membeli obat semprot (pestisida) dan membiayai tenaga kerja penyemprotan. Mayoritas petani manggis cenderung mengatasi hama dan

(9)

sakit.

Dalam hal kegiatan pegelolaan pasca panen, umumnya sebagian besar petani manggis hanya melakukan kegiatan penjualan langsung terhadap buah manggis yang dihasilkan tanpa melakukan penyortiran, pengelompokan, dan pengemasan. Hal ini karena petani belum mengetahui tentang penanganan pasca panen yang baik. Sistem penjualan yang dilakukan oleh mayoritas petani adalah penjualan pada saat panen. Akan tetapi sebagian besar petani yang menjual saat panen, awalnya telah meminjam uang terlebih dahulu kepada para pengumpul yang ada di desa sehingga ketika panen tiba para petani kurang dapat menikmati hasil penjualannya. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan petani tentang sistem pemasaran yang efektif.

4.4.4. Fasilitas Penunjang Agribisnis Manggis dan Permasalahannya

Permasalahan utama yang dihadapi oleh para petani manggis di Kawasan Agropolitan Cendawasari Desa Karacak saat ini adalah masih rendahnya kegiatan pengelolaan pasca panen dan sistem pemasaran hasil panen yang tidak efektif. Para petani cenderung langsung menjual langsung buah manggis yang dihasilkan tanpa melakukan penyortiran, pengelompokan, dan pengemasan sehingga penghasilan yang diperoleh petani menjadi tidak optimal karena semua buah manggis dihargai pada tingkat harga yang sama. Selain itu, petani manggis cenderung menjual hasil panen kepada pedagang pengumpul tingkat kampung (tengkulak) dengan tingat harga yang di bawah rata-rata yaitu Rp. 75 - Rp. 150 per butir (rata-rata 1 kilogram berisi 10 butir manggis) padahal harga rata-rata yang berlaku pada masing-masing tingkat pelaku usaha adalah Rp. 2.500/kg (sebelum grading) di tingkat petani, Rp. 3.500/kg (sebelum grading) di tingkat pengumpul antar desa, Rp. 6.000/kg (kelas super) dan Rp. 2.000/kg (kelas BS) di tingkat pengumpul antar kota, Rp. 8.500/kg (kelas super) dan Rp. 3000/kg (kelas BS) di tingkat supplier, Rp. 27.500/kg (dalam keadaan packing) di tingkat

eksportir, Rp. 10.000 – 12.000/kg (kelas BS) di tingkat konsumen lokal, dan US$ 6-10/kg (sekitar Rp. 60.000-100.000) di tingkat konsumen luar negeri.

Berdasarkan karakteristik usahatani manggis dan permasalahan yang dihadapi oleh para petani manggis maka pengembangan komoditas manggis di

(10)

yang dicirikan dengan kegiatan pengolahan hasil komoditas unggulan dalam rangka meningkatkan nilai tambah pada hampir sebagian besar kawasan agropolitan belum berkembang. Salah satu permasalahan yang dihadapi adalah masih belum tersedianya fasilitas penanganan pasca-panen yang memadai. Sehingga dapat diduga bahwa keberadaan fasilitas sub terminal agribisnis (STA) sangat dibutuhkan untuk menunjang agribisnis manggis di Kawasan Agropolitan Cendawasari Desa Karacak. Selain sebagai tempat transaksi jual beli, sub terminal agribisnis (STA) juga berperan sebagai wadah yang dapat mengkoordinasi berbagai kepentingan pelaku agribisnis seperti sarana prasarana pengemasan, sortasi, penyimpanan, ruang pamer, transportasi, pelatihan, serta merupakan tempat komunikasi dan informasi bagi para pelaku agribisnis. Sehingga dengan adanya fasilitas (infrastruktur) sub terminal agribisnis (STA) di Kawasan Agropolitan Cendawasari Desa Karacak diharapkan dapat meningkatkan peran petani dalam sistem agribisnis manggis dan diharapkan juga dapat meningkatkan kesejahteraan petani manggis.

Sebenarnya sejak tahun 2007 telah dibentuk suatu kelembagaan pertanian yang dapat dikatakan sebagai rintisan sub terminal agribisnis (STA) di Kawasan Agropolitan Cendawasari yaitu Koperasi Bina Usaha (KBU) Al Ihsan. Sesuai dengan namanya, kelembagaan ini menjalankan fungsi sub terminal agribisnis melalui sistem manajemen koperasi. KBU Al Ihsan memiliki peranan penting dalam memasarkan hasil panen manggis dari petani dengan harga yang menguntungkan serta memberikan kemudahan bagi petani anggota koperasi melalui pemberian kredit usaha dan kegiatan pembinaan usaha. KBU Al Ihsan juga telah mampu menjalin kerjasama dengan PT. Agung Mustika Selaras selaku eksportir untuk memasarkan manggis ke luar negeri. Harga rata-rata pembelian manggis yang ditentukan koperasi kepada petani adalah sekitar Rp. 5.000 per kilogram.

Petani manggis yang telah menjadi anggota dari KBU Al Ihsan berjumlah 60 orang. Fasilitas yang dimiliki oleh KBU Al Ihsan antara lain adalah gudang penampungan manggis, ruangan kantor sekretariat, dan sarana pengangkutan. Gudang yang berada di dekat KBU Al Ihsan dimanfaatkan sebagai tempat

(11)

manggis. Beberapa kendala yang dihadapi oleh KBU Al Ihsan terkait dengan ketersediaan infrastruktur adalah kondisi infrastruktur jalan yang menghubungkan antara beberapa kebun manggis dengan lokasi KBU Al Ihsan dapat dikatakan tidak memadai. Kondisi jalan yang rusak dan relatif berliku di wilayah tersebut akan menyebabkan hambatan bagi proses pengangkutan manggis.

Kendala lainnya adalah jauhnya jarak yang harus ditempuh oleh pihak KBU Al Ihsan untuk memasarkan manggis langsung ke eksportir. Lokasi KBU Al Ihsan yang berada di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor relatif berjauhan dengan lokasi gudang ekspor PT. AMS yang berada di daerah Cengkareng, Jakarta Barat. Jarak yang begitu jauh menyebabkan biaya transportasi yang ditanggung KBU Al Ihsan menjadi tinggi dan menjadi sumber inefisiensi. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu gudang penyangga sebagai

collecting point yang letaknya di dekat wilayah sentra produksi manggis yang

sekaligus dapat dijadikan sebagai tempat pelaksanaan sortasi secara terpadu. Dalam hal ini perlu adanya kerjasama yang baik antar beberapa pihak antara lain pihak KBU Al Ihsan selaku wakil dari petani, PT. AMS selaku pihak eksportir, dan pemerintah daerah Kabupaten Bogor selaku stakeholders.

Gambar

Tabel  4. Luas Wilayah Desa Karacak
Gambar 3. Peta Administrasi Batas RW Desa Karacak  4.2. Kondisi Fisik Wilayah
Tabel 5. Sebaran Kelas Lereng Desa Karacak  No Kampung  0-3 % (Datar) 3-8 %  (Berombak)  8-15 % (Bergelombang)  15-30 %  (Berbukit)  30-40 %
Tabel  6.  Sebaran Jenis Tanah di Desa Karacak
+4

Referensi

Dokumen terkait

steyaertanum yang diisolasi dari badan buah tanaman akasia yang terinfeksi penyakit busuk akar.. Pengujian patogenesitas telah dikonfirmasi dengan

pada 15 sampel tembolok ayam buras diperoleh hasil bahwa 15 dari 15 sampel yang diperiksa positif dapat diisolasi adanya.. Candida

Pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat (BPTU) dan Balai Taman Nasional Kayan Mentarang secara umum sudah baik, namun dalam pelaksanaan di masyarakat memerlukan

Hal ini menunjukkan kualitas sistem informasi akuntansi berbasis komputer menggunakan SAP berpengaruh positif terhadap kinerja individu (dalam hal ini karyawan

Hasil diskusi dengan aparat Kecamatan Patuk maka diarahkan untuk lokasi pengambilan data dan sampel KBK di Desa Bunder karena desa ini memiliki areal tanaman kakao rakyat yang

Pada nilai arus yang sama, temperatur permukaan dari sebuah penghantar yang ditekuk dengan sudut tekuk yang lebih kecil lebih tinggi daripada penghantar yang ditekuk

Makalah ini membahas tentang rancangan kondensor kompak yang diawali dengan perhitungan untuk menentukan ketebalan minimum pada dinding pipa yang akan

Metode deteksi saat ini adalah metode atau teknik yang saat ini digunakan untuk mencegah atau mendeteksi mode kegagalan yang mungkin terjadi dan pengaruhnya pada