• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. desa pada umumnya mereka sudah kenal dekat dengan perilaku merokok. Bahkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. desa pada umumnya mereka sudah kenal dekat dengan perilaku merokok. Bahkan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perilaku merokok merupakan kegiatan fenomenal, artinya walaupun telah banyak orang yang mengetahui dampak buruk akibat merokok, tetapi jumlah perokok tidak menurun bahkan terus meningkat. Setiap orang yang hidup di kota maupun di desa pada umumnya mereka sudah kenal dekat dengan perilaku merokok. Bahkan untuk sebagian orang, perilaku merokok sudah menjadi kebutuhan pokok yang tidak dapat ditinggalkan begitu saja dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini kelompok umur perokok pun sangat bervariatif baik kelompok umur dewasa, lansia, remaja bahkan anak-anak.

Jumlah perokok remaja di berbagai negara di dunia ternyata mengalami peningkatan, berdasarkan data WHO tahun 2011 menunjukkan dari tahun 2000-2009 sebanyak 65,8% pria berusia 13-15 tahun telah merokok dan sebanyak 54,1% wanita telah merokok pada usia 13-15 tahun. Masyarakat di Asia dengan usia 13-15 tahun memiliki perilaku merokok dengan rincian 22,6% perokok berjenis kelamin laki-laki dan 7,7% perokok berjenis kelamin wanita (WHO, 2011).

Kondisi perokok di Indonesia juga semakin memprihatinkan karena konsumsi rokok pada setiap tahunnya terus meningkat pesat melebihi laju pertambahan penduduk. Pada tahun 2010 diketahui bahwa prevalensi perokok di Indonesia sebesar 34,2% dan semakin meningkat pada tahun 2013 menjadi 36,3%. Untuk konsumsi

(2)

rokok pada setiap harinya per orang di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 12,3 batang per hari (setara satu bungkus) ( Kemenkes, 2013).

Perilaku merokok bagi sebagian masyarakat Indonesia sudah menjadi suatu kebiasaan. Perilaku merokok di kalangan remaja hingga kini masih menjadi masalah yang cukup serius, dengan jumlah yang meningkat dari tahun ke tahun, dimulai dari usia yang sangat relatif muda yakni SLTP bahkan saat ini sudah beranjak ke sekolah dasar. Padahal anak-anak merupakan generasi muda penerus bangsa, untuk itu seharusnya suatu negara perlu mempersiapkan generasi muda agar memiliki perilaku yang berorientasi pada kesehatan, salah satu persiapan dan perencanaan untuk membentuk generasi muda yang sehat, diantaranya dengan membebaskan generasi muda dari perilaku merokok ( Nugroho, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian Survey Global Youth Tobacco 2006 menemukan bahwa di antara siswa usia 13-15 tahun sebanyak 17 orang merokok saat usia 12 tahun (Reimondus, dkk, 2010). Sementara hasil penelitian Komasari (2000) menunjukkan bahwa perilaku merokok remaja pertama sekali terjadi pada waktu sekolah dasar sebanyak 21,33% dan SLTP sebanyak 62,67%.

Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 memperlihatkan bahwa proporsi kelompok umur 10-14 tahun memiliki perilaku merokok sebanyak 1,4%, kelompok umur 10-14 tahun yang kebiasaan merokok setiap hari sebesar 0,5% dan kelompok umur 10-14 tahun yang merokok kadang-kadang sebesar 0,9% sedangkan kelompok umur 15-19 tahun memiliki kebiasaan merokok setiap hari sebesar 11,2% dan

(3)

merokok kadang-kadang sebesar 7,1 % ( Kemenkes, 2013). Menurut Surjanto bahwa usia pertama kali merokok di bawah 10 tahun sebesar 36,9%, pelajar paling banyak menghabiskan rokok <1 batang per hari 45,8% dan jumlah rokok yang dihisap ≥6 batang per hari sebesar 3,13% oleh pelajar SMP Surakarta

Perokok di usia muda memiliki kondisi yang sangat mengkhawatirkan karena semakin muda usia seorang merokok maka akan menjadikan perilaku merokok menjadi suatu kebiasaan yang akan menetap sehingga akan berdampak pada meningkatnya resiko terhadap kesehatan di masa yang akan datang. Menurut Jaya (2009), perilaku merokok pada anak-anak dapat menyebabkan berbagai macam gangguan kesehatan yaitu pertumbuhan paru yang lambat, lebih mudah terkena gangguan infeksi saluran pernapasan, infeksi telinga dan asma.

Penelitian Khasanah (2013) memperlihatkan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi merokok dengan status gizi anak sekolah dasar, dimana semakin sering frekuensi seorang anak merokok akan berdampak kepada status gizi yang kurang baik. Hal sejalan ditemukan pada hasil penelitian Agianta (2011) bahwa semakin tinggi konsumsi rokok maka semakin rendah nilai status gizi seseorang yang berarti kejadian status gizi kurang (underweight) pada anak/remaja semakin tinggi .

Sarifuddin (2010) menyatakan bahwa anak yang memiliki perilaku merokok aktif ataupun perilau merokok pasif akan mengalami gangguan gigi dan gusi.. Hasil penelitian Alamsyah (2009) menunjukkan bahwa ada hubungan antara status

(4)

penyakit periodontal yang terdiri dari indeks oral higene dan indeks periodontal dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan.

Perilaku merokok juga ternyata memiliki keterkaitan dengan penurunan fungsi kognitif sehingga akan menurunkan prestasi belajar. Nikotin yang terdapat pada rokok akan mempengaruhi otak dan system saraf pusat dengan mengubah kadar neurotransmitter dan bahan kimiawi yang mengatur temperamen, belajar dan kemampuan berkonsentrasi sehingga jika seseorang merokok akan dapat menurunkan konsentrasi belajar dan akan membuat penurunan prestasi (Dariyo, 2007). Menurut Kumboyono (2012) yang menyatakan bahwa apabila rokok dikonsumsi sejak usia dini akan berpengaruh terhadap fungsi otaknya. Jika remaja perokok terus-menerus menghisap rokok, maka akan terjadi penumpukan nikotin di otak sehingga akan menurunkan motivasi untuk belajar yang selanjutnya akan berdampak kepada penurunan prestasi belajar.

Penelitian Mananta (2008) menunjukkan bahwa terdapat hubungan perilaku merokok terhadap penurunan prestasi belajar siswa sebesar 5,505 kali. Penelitian Surga (2010) juga menunjukkan bahwa terdapat perilaku merokok berhubungan secara signifikan dengan indeks prestasi secara keseluruhan, anak yang memiliki kebiasaan perilaku merokok mempunyai resiko 3,69 kali mendapatkan indeks prestasi yang kurang baik.

Provinsi Sumatera Utara menjadi salah satu daerah dengan penduduk berumur > 10 tahun yang memiliki kebiasaan perilaku merokok tertinggi di Indonesia.

(5)

Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 menunjukkan bahwa sebanyak 24,2% penduduk berumur>10 tahun memiliki kebiasaan merokok setiap hari dan sebanyak 4,2% penduduk berumur>10 tahun memiliki kebiasaan merokok kadang-kadang. Rerata jumlah rokok yang dihisap penduduk di Provinsi Sumatera Utara pada setiap harinya sebanyak 14,9 batang per hari ( Kemenkes, 2013). Tingginya jumlah perokok di Provinsi Sumatera Utara tidak terlepas dari banyak daerah yang masyarakatnya memiliki kebiasaan dan budaya yang mendukung terjadinya perilaku merokok termasuk juga perilaku merokok pada usia remaja dan anak sekolah dasar.

Ng, Weinehall, dan Öhman (2007) menemukan bahwa perilaku merokok yang banyak terjadi pada anak di usia muda disebabkan mereka tidak mengerti tentang peringatan yang tertera pada kemasan rokok, mereka juga menyatakan bahwa merokok satu hingga dua bungkus per hari tidak akan membahayakan (Reimondus, dkk, 2010). Arintika (2011) menyebutkan bahwa perilaku merokok pada anak sekolah dasar di Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus disebabkan oleh pengetahuan yang kurang tentang bahaya merokok dan sikap yang mendukung terhadap prilaku merokok.

Hasil penelitian Shaluhiyah (2005) menunjukkan terdapat hubungan kebiasaan orang tua merokok, hubungan antara orang tua dan anak, uang saku, kegiatan ekstrakurikuler, pengetahuan tentang bahaya merokok, sikap terhadap

bahaya merokok, perilaku teman sebaya dengan perilaku merokok. Penelitian

(6)

mempunyai kaitan yang erat dengan aspek psikologis terutama efek yang positif (nikmat, puas, tenang dan santai) yaitu sejumlah 92,555% sedangkan efek negatif hanya sebesar 7,45% (pusing, ngantuk, dan pahit). Sementara itu dari penelitian Widowaty (2006) menunjukkan bahwa konformitas dan stereotype memberian sumbangan 39,8% terhadap perilaku merokok siswa SMP.

Perilaku merokok yang dilakukan anak-anak sekolah dasa tidak terlepas dari adanya proses belajar yang diterima oleh anak-anak tentang perilaku merokok yang ada disekitarnya seperti perilaku merokok orang tua ( ayah dan ibu), saudara kandung, kakek dan nenek serta teman yang ada disekitarnya, iklan rokok yang menarik juga menjadi salah satu stimulus yang tidak dapat dilepaskan begitu saja terhadap respons (pengetahuan, sikap dan tindakan) anak terhadap perilaku merokok.

Proses perubahan perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses: StimulusOrganismeRespons, sehingga teori skiner ini disebut teori ”S-O-R” (stimulus-organisme-respons) ( Mubarak, 2007). Respons ini dapat dibedakan menjadi respons tertutup yaitu persepsi, pengetahuan, sikap serta respons terbuka dapat berupa tindakan nyata ( Maulana, 2009).

Stimulus akan memberikan input kepada alat-alat indra dan akibatnya akan memberikan data yang dipergunakan untuk penjelasan tentang perilaku manusia. Stimulus dapat dipandang sebagai objek yang ada didala lingkungan seseorang ( dan sudah tentu diterimanya), sebagai objek maka stimulus merupakan pengaruh

(7)

lingkungan dan dapat berbentu seseorang, pesan, gangguan, warna dan objek yang mempengaruhinya. Stimulus yang diberikan akan membuat organisme memiliki pandangan sehingga akan menimbulkan respons berupa perilaku yang akan dilakukan oleh organisme tersebut. Respons yang dilakukan oleh seseorang sebenarnya tidak langsung ditenggarai oleh stimulus akan tetapi diantarai oleh oleh keadaan internal dalam organisme yaitu manusia ( Rahmat J, 1990).

Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan salah satu kabupaten yang mengalami pemekaran, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2008 pada tanggal 24 Juni 2008. Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Labusel) belum memiliki fasilitas pendidikan dan kesehatan yang lengkap hal ini dapat terihat masih banyaknya sarana dan prasarana yang belum ada termasuk juga dibidang pendidikan dan kesehatan. Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Labusel) juga memiliki kekurangan jumlah tenaga kesehatan dan pendidikan yang belum mencukupi sehingga tidak menutup kemungkinan membuat banyak masyarakat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Labusel) yang kurang mendapatkan informasi pendidikan dan kesehatan termasuk tentang bahaya merokok baik ketika di sekolah maupun dalam berbagai upaya pelayanan kesehatan.

Masyarakat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Labusel) sudah sangat terbiasa dengan rokok baik itu rokok daun, kretek maupun cigaret, hal ini tidak terlepas dari rokok yang memiliki unsur penting dalam berbagai proses kegiatan adat sebagai hidangan yang wajib disediakan bersama makanan dan minuman dalam

(8)

setiap rangkaian kegiatan adat. Jika setiap acara adat sudah selesai dilakukan maka rokok yang tidak habis dikonsumsi akan diambil kembali oleh si pemilik acara yang selanjutnya akan mulai dikonsumsi oleh para remaja, serta tidak lupa juga anak-anak mulai menyembunyikan rokok walaupun hanya 1-2 batang saja yang selanjutnya akan mereka konsumsi secara bersama-sama dengan teman atau secara sendiri secara sembunyi-sembunyi.

Desa Simatahari merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Desa Simatahari memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.518 orang penduduk dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 874 KK. Desa Simatahari memiliki luas wilayah 4.790 Ha dengan jumlah dusun sebanyak 7 dusun. Masyarakat di Desa Simatahari memiliki mata pencaharian petani kebun sawit dan petani kebun karet dan mayoritas suku batak mandailing. Masyarakat Desa Simatahari memiliki karakteristik keluarga yang berbeda-beda akan tetapi pada umumnya setiap kepala keluarga memiliki pendidikan hanya tamat SD dan SMP saja meskipun begitu mereka pada umumnya telah memiliki anak yang memiliki pendidikan SMA, Diploma bahkan sarjana yang pada umumnya mengambil latar belakang pendidikan kesehatan seperti perawat dan bidan untuk anak perempuan sedangan anak laki-laki pada umumnya hanya tamat SMP dan SD, hal ini dapat terjadi karena minimnya keinginan anak laki-laki untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

(9)

Pemberian informasi kesehatan masih jarang dilakukan oleh petugas kesehatan di Desa Simatahari, hal ini tidak terlepas dari rumah yang menyebar dan jarak antara satu dusun ke dusun yang lainnya cukup jauh bahkan terdapat beberapa dusun yang terpisah jarak 1-2 km dengan dusun lainnya yang dipisahkan hutan, perkebunan sawit dan perkebunan karet. Masyarakat di Desa Simatahari jarang melakukan pengobatan ke puskesmas karena jarak antara puskesmas ke Desa Simatahari menempuh jarak yang cukup jauh sekitar 18 Km dengan jarak tempuh 30 menit dengan kendaraaan sepeda motor sehingga masyarakat jika mengalami keluhan kesakitan yang tidak mengganggu aktifitas maka masyarakat di Desa Simatahari tidak akan melakukan pengobatan terkecuali kesakitan tersebut telah menganggu aktifitas seperti tidak dapat bekerja dan tidak dapat berdiri lagi dan hanya terdapat beberapa praktik bidan swasta di Desa Simatahari yang menjadi tempat pengobatan masyarakat di Desa Simatahari.

Masyarakat di Desa Simatahari hampir semuanya memiliki kebiasaan merokok baik laki-laki maupun perempuan yang pada umumnya dilakukan sejak anak-anak hingga sudah menjadi kakek-kakek dan nenek-nenek. Perilaku merokok dilakukan hampir semua anggota keluarga yaitu ayah, ibu maupun kakek nenek yang dilakukan didalam rumah akan tetapi masih ada aturan bahwa anak-anak tidak boleh merokok sebelum mereka dapat menghasilkan uang sendiri. Kebiasaan merokok ini sudah dilakukan secara turun temurun mulai dari rokok yang hanya menggunakan dedaunan hingga merokok kretek seperti saat ini.

(10)

Ketika penulis melakukan pengamatan di Desa Simatahari dan melakukan wawancara kepada 5 orang anak sekolah dasar yang 3 diantaranya masih sembunyi-sembunyi dan takut dilihat oleh orang lain ketika merokok sementara terdapat 2 orang lainnya sudah merokok dengan tidak ada rasa takut kepada orang disekitarnya di lapangan sepakbola, mereka menyatakan masih banyak terdapat anak sekolah dasar yang sudah merokok juga namun masih dalam frekuensi yang sangat jarang, hal ini disebabkan karena takut terlihat oleh orang tuanya sehingga kegiatan merokok ini kerap dilakukan pada sore dan malam hari bersama dengan teman-temannya maupun sendirian.

Anak-anak sekolah dasar di Desa Simatahari menyatakan bahwa perilaku merokok ini sudah mereka lakukan sejak 1-2 tahun yang lalu dan awalnya mereka hanya ikut-ikutan teman yang banyak sudah merokok yaitu sebanyak 2 orang sementara 2 orang anak lainnya menyatakan awalnya hanya mencoba-coba namun sekarang mereka sudah merasa enak dengan kebiasaan merokok tersebut sedangkan 1 orang lainnya menyatakan dia hanya mengikuti tindakan keluarganya yang merokok seperti kakek, nenek, ayah dan ibu nya yang juga merokok.

Berdarkan observasi penulis ketika melakukan wawancara kepada anak sekolah dasar terdapat pula seorang nenek dan seorang ayah yang memberikan rokok kepada anak balita mereka. seorang nenek yang memberikan rokok nya kepada cucu nya yang masih berusia 4 tahun, hal ini dilakukannya karena anak balita akan merengek meminta rokok jika tidak diberikan padahal anak tersebut kelihatan

(11)

menelan asap rokok yang dihisapnya. Terdapat pula seorang ayah yang mencoba memberikan rokok yang telah dihisapnya kepada anaknya yang masih berusia 1 tahun dengan tujuan memamerkan anaknya dapat merokok kepada ayah yang lain sebagai tanda anaknya benar-benar lelaki dan akan dapat melakukan tindakan yang dilakukan oleh laki-laki yang salah satunya merokok.

Masih banyaknya ditemukan anak sekolah dasar yang memiliki perilaku merokok dan belum diketahui faktor penyebab terjadinya perilaku merokok pada anak sekolah dasar membuat penulis memiliki ketertarikan untuk melakukan kajian penelitian tentang determinan perilaku merokok pada anak sekolah dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2015.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan fakta yang ditemukan banyaknya anak sekolah dasar yang memiliki perilaku merokok dan belum diketahui faktor yang mempengaruhi perilaku merokok anak sekolah dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu apa yang menjadi determinan perilaku merokok anak sekolah dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2015.

(12)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis determinan perilaku merokok anak sekolah dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2015.

1.4. Hipotesis

Terdapat pengaruh determinan (riwayat merokok ayah dan ibu, saudara, teman, pengetahuan dan sikap) terhadap perilaku merokok anak sekolah dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2015.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Untuk Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan Kabupaten Labuhanbatu Selatan mendapatkan informasi tentang determinan perilaku merokok dikalangan anak sekolah dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan untuk mencegah terjadinya peningkatan perilaku merokok. 2. Untuk masyarakat di Desa Simatahari dapat melihat faktor dominan terjadinya

perilaku merokok anak sehingga orang tua dapat memberikan upaya penanggulangan dan lebih memperhatikan perilaku anak khususnya terkait kebiasaan merokok.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu upaya pencegahan tindak pidana.. korupsi adalah melalui pendidikan sekolah. Dari data awal yang diperoleh bahwa sekolah melakukan beberapa langkah atau strategi

Pemilihan data barang yang ingin dimasukkan sebagai data transaksi penjualan dilakukan dengan mengklik id barang yang terdapat pada form , dimana button id barang

Setelah terjadi longsoran ketiga Aan membantu mengerahkan semua warga yang dekat yang tempat longsor untuk menjauh dari tempat longsor sampai jarak 500 meter

Dengan demikian penilaian yang dilakukan mengakibatkan penyajian nilai persedian akhir tidak konsisten sehingga kesalahan dalam penyajian persediaan akhir akan berpengaruh terhadap

Setiap kenaikan suhu pada forming unit akan menghambat terjadinya pemindahan panas, dan apabila kenaikan suhunya mencapai suhu dari material yang dimasukkan, maka proses

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi pengaruh dari Carbopol ® 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan pada level yang

unik dan kreatif dengan bahan dasar botol bekas. Pada saat praktik, tim pelaksana PKM memberikan pendampingan kepada peserta. Hal ini dilakukan untuk membantu peserta apabila di

This research is focusing on translation quality of the positive politeness used by the characters in the story entitled Summer Term