• Tidak ada hasil yang ditemukan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga PENDAHULUAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Pengembangan budidaya yang optimal untuk meningkatkan hasil perikanan budidaya terutama ikan sidat (Anguilla sp.) sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam kegiatan budidaya yaitu breeding (pembenihan), feeding (pakan), dan management (tata kelola) (Sunarso dan Christiyanto, 2000). Mahi (2000) menyebutkan salah satu upaya untuk meningkatkan produksi ikan sidat (Anguilla sp.) yang dibudidayakan adalah dengan mempercepat pertumbuhannya melalui pemberian pakan buatan yang bergizi mengandung protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin. Secara umum kebutuhan ikan akan protein sebesar 35-50% (Helper, 1988 dalam Kamil, 2000). Pertumbuhan ikan sidat (Anguilla sp.) sangat berkaitan erat dengan pakan yang berkualitas. Pakan yang memenuhi kebutuhan gizi dapat berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan (Arif., dkk, 2011).

Ikan sidat (Anguilla sp.) bersifat karnivora, menyukai pakan yang banyak mengandung protein hewani (Usui, 1974 dalam Sholeh, 2004). Makanan ikan sidat (Anguilla sp.) terdiri dari berbagai macam hewan seperti: annelida, moluska, arthropoda, dan jenis ikan kecil. Di sungai, ikan sidat (Anguilla sp.) memakan insekta, crustacea, dan ikan yang lebih kecil dari ukuran tubuhnya. Saat berada di laut, makanan ikan sidat (Anguilla sp.) adalah annelida dan kepiting (Tesch, 1977 dalam Sasono, 2001).

Menurut Frey (1961) dalam Sholeh (2004), ikan sidat (Anguilla sp.) adalah penghuni dasar perairan yang senang bersembunyi sambil menunggu makanan. Pada umur 1-4 hari ikan sidat (Anguilla sp.) tidak memakan apapun dan bersembunyi di bawah naungan seperti batu-batuan. Pada umur 4-10 hari sidat sudah mulai memakan cacing yang ada di dasar perairan. Pada umur 10-21 hari ikan sidat (Anguilla sp.) mulai berenang aktif dan sedikit menggunakan indra penciumannya untuk mencari makan sambil bersembunyi. Pada umur 21-30 hari ikan sidat (Anguilla sp.) sudah bisa mendeteksi makanan dengan organ penciumannya.

Tujuan Praktek Kerja Lapang ini adalah sebagai berikut: (1) mendapatkan pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman tentang manajemen pakan pada pembesaran ikan sidat (Anguilla sp.), (2) mengetahui dan memahami

(2)

permasalahan dalam manajemen pakan pada pembesaran ikan sidat (Anguilla sp.) di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, (3) mendapatkan informasi tentang sistem manajemen pakan pada pembesaran ikan sidat (Anguilla sp.) di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang.

Manfaat Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah mahasiswa mendapat gambaran secara langsung tentang lingkungan kerja yang sebenarnya dan mempraktekkan segala aspek sarana dan prasarana dalam manajemen pakan pada pembesaran ikan sidat (Anguilla sp.) di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat.

PELAKSANAAN

Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang yang terletak di Desa Pusakajaya Utara RT 04/ RW 01 Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat dengan luas lahan ± 450 Ha. Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan selama 25 hari pada tanggal 20 Januari - 15 Februari 2014. Metode kerja yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pengambilan data meliputi data primer dan data sekunder. Data yang diambil meliputi luas kolam pembesaran, jenis pakan, kandungan nutrisi pakan, banyaknya pakan yang diberikan, frekuensi pemberian pakan, umur ikan, berat dan panjang rata-rata ikan sidat awal, berat dan panjang rata-rata ikan di akhir pemberian pakan, biomasa ikan, populasi ikan, dan pemeriksaan kualitas air yang terdiri dari suhu, DO, pH, salinitas, amonia.

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya berdasarkan Keputusan Menteri No. PER.07/MEN/2009 tanggal 13 Maret 2009. Tugas pokok Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang yaitu melaksanakan layanan usaha produksi perikanan budidaya.

Sarana dan Prasarana

Kolam pembesaran ikan sidat adalah kolam tanah berbentuk persegi panjang. Kolam pembesaran memiliki kedalaman dua meter dengan luas 60 m2. Jumlah kolam pembesaran yang dimiliki sebanyak empat kolam. Sumber air yang digunakan pada kegiatan pembesaran ikan sidat berasal sumur bor. Sumur bor yang berada di daerah sekitar kolam merupakan sumber air tawar yang berasal dari air tanah. Kedalaman sumur bor mencapai 100 m.

Salah satu bangunan yang sangat vital adalah gudang penyimpanan pakan. Kondisi gudang pakan terhindar dari kondisi yang basah akibat air hujan atau bebas banjir maupun terkena paparan sinar matahari secara langsung. Selain itu gudang pakan memiliki ventilasi yang cukup sehingga kondisi di dalam ruangan tidak pengap. Pada bagian dasar wadah pakan terdapat bantalan kayu (palet) agar tidak terjadi kontak langsung antara pakan dengan lantai, sehingga terjadi aliran udara dan tidak mengakibatkan pakan tersebut berjamur dan rusak.

Komposisi Pakan

Jenis pakan yang digunakan pada pembesaran ikan sidat (Anguilla sp.) adalah pakan buatan. Pakan yang diberikan berupa pasta karena disesuaikan dengan kebiasaan makan ikan sidat yang berada di dasar perairan. Pakan yang masih berupa pelet dihaluskan terlebih dahulu menggunakan mesin penggiling pakan. Setelah dihaluskan, pakan diolah menjadi pasta dengan dicampur larutan tepung kanji. Perbandingan tepung kanji dengan pelet adalah 3:1 dimana 3 kg adalah pelet yang telah dihaluskan dibanding dengan 1 kg tepung kanji. Fungsi larutan tepung kanji adalah sebagai bahan perekat (binder).

(4)

Pada kemasan produk pakan tertulis kandungan protein sebesar 46%, lemak minimal 10%, abu maksimal 13%, serat kasar maksimal 2%, dan kadar air mencapai maksimal 10%. Nilai protein tersebut cocok digunakan sebagai pakan ikan sidat karena telah memenuhi kebutuhan protein ikan sidat. Menurut Satoh (2002) dalam Methling (2013) bahwa kebutuhan protein ikan karnivora seperti ikan sidat berkisar antara 45-48%. Hal senada juga dinyatakan oleh Handajani dan Widodo (2010) bahwa japanese eels membutuhkan protein 44,5%.

Pemberian Pakan

Jumlah pakan yang diberikan ikan sidat adalah sebesar 2-3% dari biomas ikan. Pemberian pakan di lokasi pembesaran ikan sidat adalah menggunakan anco. Menurut Keputusan Menteri Kelautan Perikanan (2010), definisi anco adalah kelompok alat tangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring berbentuk segi empat dilengkapi bingkai bambu atau bahan lainnya sebagai rangka. Cara pengoperasiannya adalah dibenamkan pada kolom perairan saat setting dan diangkat ke permukaan saat hauling yang dilengkapi dengan atau tanpa lampu pengumpul ikan, untuk menangkap ikan pelagis.

Fungsi anco disini tidak digunakan sebagai alat tangkap, melainkan untuk kegiatan pemberian pakan dan sampling. Pasta yang padat dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dengan cara diremas menggunakan tangan dengan berat kira-kira 10 - 20 gram. Setelah membentuk gumpalan kecil, kemudian gumpalan tersebut diletakkan ke anco.

Frekuensi pemberian pakan yang dilakukan di lokasi PKL hanya satu kali dalam sehari. Waktu pemberian pakan adalah sore hari, karena ikan sidat termasuk hewan yang aktif di malam hari. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Affandi et.al. (1995) dalam Sasono (2001) bahwa aktivitas makan terbesar ikan sidat yang berukuran besar hanya pada malam hari.

Evaluasi Pakan

Feed Convertion Ratio (FCR) digunakan untuk mengetahui tingkat efektifitas pakan yang dikonsumsi oleh ikan sidat yang dapat diketahui dari

(5)

FR = F t = 263,5 128 = 2058 gram/hari = 2,058 kg/hari

tingkat pertumbuhan berat badan ikan sidat. Menurut Kusriani dkk. (2012) rumus FCR adalah jumlah seluruh pakan yang diberikan dibagi oleh berat biomas akhir ditambah kematian yang dikurangi dengan berat awal. Untuk menunjang data nilai konversi pakan, dapat dihitung pula rata-rata laju konsumsi pakan perhari atau Feeding Rate (FR) dengan menggunakan rumus FR dari Handajani dan Widodo, (2010). Perhitungan nilai konversi pakan dan laju pakan adalah sebagai berikut: FCR = F (Wt+D) – W0 FCR = 263,5 (201,3+0) – 104,5 = 2,73 Keterangan : FCR : Konversi Pakan

FR : Laju Makanan (gram/hari)

F : Jumlah Total Pakan selama Pemeliharaan (gram) Wt : Berat Akhir

D : Berat Ikan yang Mati W0 : Berat Awal

t : Waktu Pemeliharaan (hari)

Perhitungan FCR dan FR di atas dilakukan pada salah satu kolam pembesaran selama 128 hari. Nilai konversi pakan yang diperoleh adalah 2,73. Nilai tersebut memiliki pengertian yaitu untuk menghasilkan berat ikan sidat sebesar 1 kg dibutuhkan pakan pelet sebanyak 2,73 kg. Nilai konversi yang dihasilkan tersebut cukup besar. Menurut Haetami dkk. (2005) pertambahan berat badan yang semakin besar pada tingkat konsumsi pakan yang sama akan menghasilkan nilai konversi yang semakin kecil, sehingga semakin baik daya guna pakan. Sebaliknya, semakin tinggi nilai konversi pakan berarti daya guna pakan semakin rendah.

Pada pelaksanaan Praktek Kerja Lapang dilakukan pengukuran berat ikan sidat untuk mengetahui hasil pertumbuhan ikan sidat yang telah dipelihara di kolam pembesaran selama 128 hari. Tujuan dari pengukuran laju pertumbuhan

(6)

adalah untuk mengetahui pertumbuhan rata-rata pertumbuhan berat ikan sidat selama masa pemeliharaan. Laju pertumbuhan dapat dihitung dengan menggunakan rumus Bhujel (2008) berikut ini :

GR = (W1 – W0) = 225,9 – 103,8 (gr) t 128 (hr) = 0,953 gr/hr SGR = (ln W1 – ln W0) t = (ln 225,9 – ln 103,8) (gr) 128 (hr) = 5,420 – 4,642 128 = 0,608 % (gr/hr) Keterangan :

GR = Growth Rate (laju pertumbuhan)

SGR = Specific Growth Rate (laju pertumbuhan spesifik) W1 = Berat selama pemeliharaan tertentu

W0 = Berat pada awal penebaran

t = Waktu pemeliharaan (hari)

Dari perhitungan laju pertumbuhan di atas didapatkan bahwa secara keseluruhan rata-rata satu ekor ikan sidat yang dipelihara selama 128 hari dalam satu kolam pembesaran mengalami pertumbuhan sebesar 0,953 gr/hari. Nilai SGR

yang telah dihitung adalah sebesar 0,608% gr/hari. Menurut Dewi dkk. (2013), SGR

adalah persentase laju pertumbuhan spesifik harian.

Haetami dkk. (2005) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah berat tubuh, jenis kelamin, umur, kesuburan, kesehatan, pergerakan, aklimasi, aktivitas biomasa, dan konsumsi oksigen. Faktor eksternal terdiri dari faktor abiotik dan faktor biotik. Faktor nutrisi termasuk faktor biotik yang meliputi ketersediaan pakan, komposisi pakan, kecernaan pakan, dan kompetisi pengambilan pakan. Diantara faktor-faktor tersebut, nutrisi merupakan faktor pengontrol, dan berat ikan mempengaruhi potensi tumbuh suatu individu. Suhu air dapat mempengaruhi seluruh kegiatan dan proses kehidupan ikan.

x 100%

x 100%

(7)

Survival Rate (SR)

Survival rate (SR) atau tingkat kelulushidupan merupakan persentase organisme yang hidup pada akhir pemeliharaan dari jumlah organisme yang ditebar pada saat pemeliharaan dalam suatu wadah (Setiawati dkk, 2013). Ikan sidat yang ditebar berjumlah 1006 ekor dengan berat 103,8 gram/ekor, sehingga padat tebarnya adalah 17 ekor/m2. Kepadatan tersebut dinilai terlalu padat karena menurut Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (PPKP) (2011), bahwa padat tebar ikan sidat ukuran 50 gr/ekor sebanyak 10-15 ekor/m2.

Penghitungan dilakukan saat akhir masa pemeliharaan atau panen total. Jumlah ikan sidat yang dipanen berjumlah 891 ekor. Untuk menentukan persentase kelangsungan hidup ikan sidat digunakan rumus Effendi (1997) sebagai berikut : SR = Nt SR = 891 N0 1006 = 88,5% Keterangan : SR = Survival Rate

Nt = Jumlah sidat pada periode tertentu selama pemeliharaan N0 = Jumlah ikan sidat pada awal tebar

Menurut Arief dkk. (2011) tingkat kelulushidupan ikan dipengaruhi oleh manajemen budidaya yang baik antara lain padat tebar, kulitas pakan, kualitas air, parasit atau penyakit. Pakan yang mempunyai nutrisi yang baik sangat berperan dalam mempertahankan kelangsungan dan mempercepat pertumbuhan ikan.

Menurut Bisgaard dan Pedersen (1991), faktor yang mempengaruhi mortalitas ikan diantaranya kanibalisme dan kepadatan ikan dalam suatu kolam budidaya.

Kualitas Air

Hasil pengukuran oksigen di lokasi pembesaran ikan sidat menunjukkan kadar rata-rata 5,23 ppm. Pengukuran derajat keasaman di lokasi Praktek Kerja

(8)

Lapang dilakukan seminggu sekali. Nilai pH rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 7,6. Nilai amonia yang diperoleh sebesar 0,162 mg/l. Suhu di lokasi pembesaran ikan sidat rata-rata 28°C.

Hambatan dan Upaya Penanggulangan

Hambatan yang menganggu kegiatan pembesaran di lokasi PKL adalah pertumbuhan ikan sidat yang tidak seragam. Upaya penanggulangan yang memungkinkan adalah dengan melakukan sortir secara berkala. Hambatan lain yaitu pemenuhan benih ikan sidat di lokasi Praktek Kerja Lapang masih bergantung dari tangkapan di alam. Benih ikan sidat tersebut ditangkap oleh nelayan Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Ketergantungan benih ikan sidat dari alam dapat mengakibatkan benih yang tersedia tidak stabil, karena hanya bergantung dari kemampuan nelayan.

Menurut Herianti (2005) budidaya pembesaran secara intensif telah dilakukan di beberapa negara maju seperti Jepang dan Eropa dengan benih yang diambil dari alam dengan cara menghalangi ruaya benih sidat/elver dari perairan asin ke perairan tawar. Di Indonesia usaha pembesaran secara intensif dan terkontrol pernah dilakukan pada tahun 1995 – 1997 di Sukabumi, tetapi kesulitan mencari benih merupakan kendala utama sehingga usaha itu tidak berlangsung lama.

Analisa Usaha

Budidaya ikan sidat yang dilakukan di BLUPPB Karawang dapat dikatakan layak dalam prospek analisa usahanya. Benih ikan sidat didapatkan dari Pelabuhan Ratu sebesar delapan kilogram dengan jumlah 6000 ekor/kg. Harga pembelian benih ikan sidat dari Pelabuhan Ratu yaitu Rp. 3.500.000,- per kilogram sehingga total harga untuk pembelian benih sebanyak delapan kilogram yaitu Rp. 28.000.000,-. Harga penjualan ikan sidat dewasa pada akhir produksi yaitu Rp. 150.000,- per kilogram dengan berat sekitar 200-250 gram/ekor.

Produksi ikan sidat di BLUPPB Karawang tahun 2014 mencapai 805,2 kg pada panen yang dilakukan pada bulan Februari 2014 dengan asumsi bahwa

(9)

terdapat empat kolam pembesaran dengan masing-masing kolam dapat memanen ikan sidat ukuran konsumsi sebesar 201,3 kg. Hasil penjualan ikan sidat tersebut mendapatkan penerimaan sebesar Rp. 120.780.000,-. Total biaya produksi yang dikeluarkan selama proses produksi adalah Rp. 82.620.500,-. Laba atau keuntungan yang didapat mencapai Rp. 38.159.500,-. Hal ini menyebabkan usaha budidaya ikan sidat di BLUPPB Karawang layak untuk dilakukan dengan melihat adanya keuntungan yang diperoleh.

Kelayakan usaha budidaya ikan sidat lebih lanjut pada BLUPPB Karawang dapat dilihat dari nilai Payback Period (PP), Return Cost Ratio (R/C), dan Break Even Point (BEP) pada hasil perhitungan analisis biaya. Nilai PP sebesar 0,346 yang menunjukkan bahwa akan terjadi pengembalian modal setelah usaha budidaya ikan sidat mencapai 0,346 tahun atau 125 hari. Soepranianondo dkk. (2013) menyatakan, bahwa PP menunjukkan jangka waktu untuk memperoleh kembali investasi yang dikeluarkan. Afero (2009) menambahkan, bahwa nilai periode pengembalian sebesar 0,57 tahun menunjukkan bahwa peningkatan skala produksi menghasilkan kinerja yang baik, jangka waktu pengembalian modal kurang dari satu tahun.

Nilai R/C sebesar 1,462 dapat diartikan bahwa usaha budidaya ikan sidat di lokasi Praktek Kerja Lapang layak untuk dilanjutkan. Nilai R/C sebesar 1,462 tersebut memiliki arti bahwa pengeluaran satu rupiah akan mendapatkan penerimaan sejumlah Rp. 1,462,-. Menurut Soepranianondo dkk. (2013), suatu usaha dapat dikatakan mendapatkan keuntungan apabila nilai R/C lebih dari satu.

Nilai BEP adalah titik impas pada budidaya ikan sidat di lokasi PKL akan terjadi pada produksi unit sejumlah 537 ekor pada saat harga penjualan ikan sidat sebesar Rp. 100.124,- per kilogram. Jika terjadi produksi lebih dari 537 ekor, maka usaha dapat dikatakan untung karena telah melebihi titik impas, namun sebaliknya jika produksi tidak mencapai 537 ekor, maka titik impas tidak tercapai sehingga tidak mendapatkan keuntungan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan informasi diatas, indikasikan tingkat resiko kecurangan yang Bapak / Ibu / Saudara miliki atas klien dengan memberikan tanda (√) pada salah satu alternatif jawaban

Data primer ini diperoleh langsung dari auditor (responden) dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah terstruktur, dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi

Based on the research result, it showed that herringbone technique was effective for teaching reading recount text at the eight grade students in one of Junior

This research was designed to investigate the students’ perceptions toward teacher’s written feedback on their writing at the Eighth Grade of SMP Muhammadiyah Ajibarang

This research intended to know the effectiveness of Four Corner game for teaching vocabulary at the first grade students of SMP N 1 Bawang at the Second Semester in the Academic

The use of clue words game in English language learning especially in teaching writing skill has special contribution in making the students active and the class more

Artinya para Pengusaha bengkel sepeda motor di Semarang memiliki jiwa inovasi yang cukup dalam mengembangkan usaha bengkel sepeda motornya, cukup berani mengambil

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. 4.5 Menyajikan