• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) PADA PEMBELAJARAN IPA DI SD KRONGGEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) PADA PEMBELAJARAN IPA DI SD KRONGGEN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

184

PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) PADA PEMBELAJARAN IPA DI SD KRONGGEN

Marisol Kasfadop, Anatri Desstya Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP UMS

Marisol.kasfadop.7642@smkn1-purwodadi.net

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Keterampilan Proses Sains siswa di salah satu

Sekolah Dasar. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode penelitian yang saya gunakan adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif, yaitu penelitian ini mengumpulkan informasi berdasarkan fakta nyata dan kemudian dideskripsikan melalui penulisan naratif. Sampel yang digunakan peneliti adalah siswa kelas IV SD Kronggen. Peneliti menggunakan instrumen yaitu observasi selama pembelajaran dan soal KPS. Wawancara dengan guru juga dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan teknik validasi yaitu teknik triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan mengamati memiliki prosetase yang lebih tinggi dibandingkan dengan keterampilan mengamati lainnya sebesar 45%. Keterampilan klasifikasi ini mendapatkan 35% prosetase. Keterampilan mengukur siswa memiliki persentase 25%. Dalam keterampilan memprediksi persentase yang dihasilkan hanya 20%. Keterampilan komunikasi memiliki persentase yang rendah dibandingkan dengan keterampilan memprediksi, yaitu 10%. Aspek KPS sudah diterapkan tetapi keterampilan belum dikembangkan secara maksimal, hal ini disebabkan beberapa faktor, salah satunya adalah pengetahuan guru tentang metode pembelajaran dan media pembelajaran yang terbatas.

Kata Kunci: Keterampilan Proses Sains, Kurikulum 2013, Sekolah Dasar

A. PENDAHULUAN

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau dalam bahasa inggris adalah natural

science yang artinya ilmu berkaitan dengan alam. IPA merupakan ilmu yang

mengkaji benda hidup maupun tidak hidup, mempelajari gejala-gejala alam semesta yang ada di muka bumi berdasarkan pengamatan (Eka, 2014). Sujana (2018) menyebutkan Ilmu Pengetahuan Alam (sains) merupakan proses kegiatan mengumpulkan informasi melalui dunia sekitar dengan cara sistematik ataupun proses kegiatan melaui cara tertentu, pada akhirnya sains dikarakteristikan oleh nilai-nilai dan sikap para ilmuwan menggunakan proses ilmiah dalam memperoleh pengetahuan.

Proses pembelajaran IPA khususnya di SD terlihat bermutu apabila pengetahuan yang telah diajarkan melalui pembelajaran dapat dimiliki oleh siswa secara bermakna, dan peserta didik juga dapat memahami banyak peristiwa serta menyelesaikan suatu permasalahan yang menimpa peserta didik dalam kehidupan sehari-hari (Widodo dan Firman, 2007). Kurikulum Indonesia saat ini yaitu Kurikulum 2013 dengan pembelajaran yang digunakan adalah tematik.

(2)

185 Penerapan Kurikulum 2013 agar dapat mencapai tujuan diperlukan sebuah pendekatan dalam proses pembelajaran, pendekatan yang selaras dengan tujuan penerapan Kurikulum 2013 adalah pendekatan Saintifik. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran ilmiah yang mementingkan adanya kolaborasi serta kerja sama peserta didik. (Konvergensi:2019). Tahapan dalam pendekatan saintifik merupakan metode ilmiah dalam pembelajaran IPA.

Pembelajaran sains bukan hanya pembelajaran yang hanya menerima pengetahuan ataupun menghasilkan produk, pembelajaran sains ini menuntut siswa agar menguasai keterampilan proses serta sikap ilmiah. Keterampilan ini disebut dengan Keterampilan Proses Sains. Keterampilan Proses Sains adalah keterampilan bersifat ilmiah yang berhubungan dengan cara mendapatkan informasi dan cara berpikir seorang untuk merumuskan konsep, fakta, prisip atau hukum terkait dengan objek dan peristiwa alam (Putri Suci Utami, 2019). Keterampilan proses sains dapat memberikan dampak kepada peserta didik yaitu berpikir secara objektif, analisis serta krisis dalam suatu hal.

Namun fakta di lapangan ternyata keterampilan proses sains peserta didik tergolong masih rendah. Lemahnya keterampilan proses sains peserta didik diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Anam (Anam, 2014). Anam melakukan penelitian dengan 30 (tiga puluh) siswa yang menjadi objek penelitian ini. Penelitian ini menghasilkan data yang menunjukkan 4 (empat) jenis keterampilan proses sains, rata-rata yang diperoleh yakni peserta didik mengamati, merencanakan, mengklasifikasikan, membuat tabel yang berada diposisi tabel kurang mahir serta keterampilan menyimpulkan diposisi tidak mahir.

Berdasarkan pemaparan diatas, urgensi keterampilan proses sains bagi peserta didik, serta peneliti juga ingin mengetahui sejauh mana keterampilan proses sains peserta didik di SD Kronggen. Keterampilan proses menurut Rezba dalam (Widayanti, 2015) KPS dasar yaitu observasi, pengukuran, klasifikasi, prediksi dan komunikasi. Kemampuan proses sains yang telah disebutkan dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pengamatan, atau observasi merupakan kegiatan menggunakan panca indera untuk mengumpulkan informasi tentang objek ataupun peristiwa alam.

(3)

186 Keterampilan mengamati merupakan hal yang penting untuk memngembangkan keterampilan proses sains.

2. Mengukur, melakukan pengamatan lebih detail dengan menggunakan alat ukur standar atau tidak terstandarisasi dengan benda atau peristiwa.

3. Klasifikasi, kegiata berhubungan dengan kegiatan mengelompokkan objek atau peristiwa berdasarkan ciri-ciri ataupun sifat tertentu.

4. Memprediksi, kegiatan memperkirakan asumsi yang dihasilkan dalam proses pengamatan

5. Hubungan, kegiatan menghubungkan data hasil pengamatan dengan asumsi yang dihasilkan

6. Mengkomunikasikan, kegiatan mengkomunikasikan merupakan kegiatan tindak lanjut dari proses pengamatan. Kegiatan ini mencakup banyak keterampilan yang diperoleh peserta didik

B. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang saya gunakan adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif yaitu penelitian ini mengumpulkan informasi berdasarkan fakta-fakta yang nyata kemudian dideskripsikan melalui tulisan yang bersifat naratif (Anggito Albi dan Setiawan Johan, 2018). Sampel yang digunakan oleh peneliti adalah peserta didik kelas IV di SD Kronggen. Peneliti menggunakan instrumen yaitu observasi pada saat pembelajaran dan soal tentang KPS. Wawancara dengan guru juga dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan teknik validasi yaitu teknik triangulasi sumber.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil dari penelitian ini mendeskripsikan Keterampilan Proses Sains peserta didik di SD Kronggen. Keterampilan Proses Sains yang diukur adalah observasi, pengukuran, klasifikasi, prediksi dan komunikasi. Aspek KPS yang diteliti memiliki presentase paling rendah yaitu 15% dibanding dengan aspek yang lain, dan persentase aspek paling tigi adalah 45%.

Keterampilan mengamati mempunyai prosetase lebih tinggi dibanding yang lain yaitu 45%. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan persentase terjadi

(4)

187 dikarenakan keterampilan ini sering dilakukan oleh peserta didik dalam kegiatan sehari-hari. Sehingga keterampilan peserta didik tergolong baik.

Keterampilan selanjutnya adalah keterampilan yang persentasenya dibawah keterampilan mengamati yaitu keterampilan klasifikasi. Keterampilan klasifikasi ini diperoleh prosetase 35%. Berdasarkan wawancara kepada guru keterampilan klasifikasi peserta didik cukup baik, hal ini dikarenakan kemampuan peserta didik juga dikembangkan dalam mata pelajaran yang lain sehingga keterampilan pengamatan peserta didik dapat dikembangkan.

Keterampilan mengukur peserta didik memiliki persentase 25%. Peserta didik dalam keterampilan mengukur belum berkembang, sehingga dalam pembelajaran guru harus berperan aktif. Hal inilah yang menyebabkan pembelajaran berpusat pada guru. Namun 2 keteranpilan yang mendapat persentase tinggi dalam penelitian kali ini masih tergolong rendah. Berdasarkan observasi pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru sehingga keterampilan belum sepenuhnya berkembang. Media yang digunakan dalam pembelajaran sangat sederhana sehingga tidak dapat menarik siswa untuk mengembangkan kemampuannya.

Persentase rendah dalam keterampilan memprediksi dan keterampilan mengkomunikasikan. Pada keterampilan memprediksi persentase yang dihasilkan hanya 20%. Hal ini disebabkan karena pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum menerapkan pembelajaran dengan percobaan atau praktikum sehingga peserta didik masih kesulitan dalam hal memprediksi karena belum terbiasa melakukan tahapan ilmiah yang ada dalam pembelajaran dengan percobaan.

Keterampilan mengkomunikasikan memiliki persentase yang rendah dibanding dengan keterampilan memprediksi yaitu 10%. Siswa masih kesulitan dalam mengembangkan keterampilan mengkomunikasi. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang optimal, guru kurang memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan komunikasi. Pembelajaran belum membiasakan peserta didik untuk melakukan tanya jawab.

Pembahasan

Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa Keterampilan Proses Sains (KPS) peserta didik di SD Kronggen masih rendah. Sikap ilmiah peserta didik

(5)

188 masih belum berkembang secara maksimal. Keterampilan mengamati mempunyai prosetase lebih tinggi dibanding yang lain yaitu 45%. Keterampilan klasifikasi ini mendapatkan prosetase 35%.Keterampilan mengukur peserta didik memiliki persentase 25%. Pada keterampilan memprediksi persentase yang dihasilkan hanya 20%. Keterampilan mengkomunikasikan memiliki persentase yang rendah dibanding dengan keterampilan memprediksi yaitu 10%.

Dari data tersebut dapat dinyatakan perlunya menggunakan metode yang sesuai untuk mengembangkan keterampilan peserta didik, terutama peserta didik yang memiliki keterampilan yang belum berkembang. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh guru. Serta penggunaan media yang harus digunakan untuk menunjang proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru sangat berpengaruh untuk keberhasilan tujuan yang diharapkan.

Berdasarkan wawancara dengan guru, guru juga memiliki pengetahuan yang minim tentang metode pembelajaran. Hal ini bisa menjadi alasan mengapa pembelajaran yang dilakukan guru belum maksimal dalam mengambangkan keterampilan proses sains. Guru perlu memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan proses sains sehingga keterampilan siswa dapat berkembang secara maksimal, hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Rustaman, 2015 dalam (Hamadi, 2018) bahwa peran guru sangat penting terhadap proses pembelajaran. Proses pembelajaran meliputi mengajar, menyampaikan informasi, pengelola kelas, fasilitator, motivator dan evaluator.

D. SIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Keterampilan mengamati mempunyai prosetase lebih tinggi dibanding yang lain yaitu 45%. Keterampilan klasifikasi ini mendapatkan prosetase 35%.Keterampilan mengukur peserta didik memiliki persentase 25%. Pada keterampilan memprediksi persentase yang dihasilkan hanya 20%. Keterampilan mengkomunikasikan memiliki persentase yang rendah dibanding dengan keterampilan memprediksi yaitu 10%. Aspek KPS telah diterapkan namun keterampilan belum berkembang dengan maksimal, dikarenakan beberapa faktor salah satunya adalah pengetahuan guru akan metode pembelajaran dan media pembelajaran yang terbatas.

(6)

189

DAFTAR PUSTAKA

Anggito Albi dan Setiawan Johan. (2018). metodologi penelitian kualitatif. Sukabumi: CV Jejak.

Eka, K. I. (2014). Miskonsepsi Dalam Pelajaran IPA Di Sekolah Dasar.

Hamadi, A. A. L. dkk. (2018). Pemahaman Guru Terhadap Keterampilan Proses Sains (KPS) Dan Penerapannya Dalam Pembelajaran IPA SMP Di Salatiga.

Jurnal Pendidikan Sains Dan Metematika, 6(2).

Putri Suci Utami. (2019). Pembelajara Sains Untuk Anak Usia Dini. (T. C. Bayuni, Ed.) (2nd ed.). UPI Sumedang Press.

Sujana, A. dan A. K. J. (2018). Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Sumedang: UPI Sumedang Press.

Widayanti, E. Y. (2015). Penguasaan Keterampilan Proses Sains Dasar Siswa Madrasah Ibtidaiyah (Studi Pada Madrasah Mitra STAIN Ponorogo).

Referensi

Dokumen terkait

Seperti yang dijelaskan dalam UU No.78 ayat 2 yang menuliskan dengan jelas adanya “Hari Kedewasaan”, seseorang perlu berjanji, apabila menjadi dewasa pada usia

Sesuai dengan visi dan misi Program Latihan Profesi (PLP) II Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, program kerja yang digarap oleh mahasiswa harus meliputi program PPL

Universitas Sumatera

(1)Kepala Unit Pelaksana Tehnis Dinas mempunyai tugas membantu Kepala Dinas di dalam memimpin dan menyelenggarakan kegiatan operasionil khusus sesuai dengan

Untuk mengetahui bentuk kurva regresinya maka dilakukan scatter plot terhadap variabel-variabel yang diasumsikan mempengaruhi kepuasan pelayanan kesehatan, dari

Besamya total kontribusi variabel Manajemen Berbasis Sekolah dan metode pembelajaran terhadap motivasi mengajar guru SMP Negeri 1 Tigabinanga mencapai 40,3%, sedangkan

Jarak ini akan dirasakan para pengguna angkutan umum sebagai jarak berjalan kaki yang cukup melelahkan dan berkeringat, mengingat kondisi cuaca dan iklim Kota Medan yang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN KEARSIPAN.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |