• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JAWA MENGENAI TOKOH WAYANG PANDAWA LIMA UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JAWA MENGENAI TOKOH WAYANG PANDAWA LIMA UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

347

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JAWA

MENGENAI TOKOH WAYANG PANDAWA LIMA UNTUK SISWA

SEKOLAH DASAR

Nur Iswanti Hasani1 Sunardi2

Muhammad Akhyar3

1 Mahasiswa Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UNS 2 Dosen Pembimbing I Prodi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UNS 3 Dosen Pembimbing II Prodi Teknoogi Pendidikan Pascasarjana UNS

nafisah8azhief@gmail.com

ABSTRAK

Media merupakan unsur yang penting dalam proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk menyediakan media yang menarik dan layak digunakan sebagai penyampai pesan pembelajaran. Penggunaan media tersebut juga dibutuhkan pada mata pelajaran Bahasa Jawa yang dianggap cukup sulit oleh sebagian besar siswa. Media yang dikembangkan harus berdasar pada kebutuhan siswa pada era yang makin canggih ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebutuhan siswa akan pembelajaran Bahasa Jawa, mengembangkan program multimedia pembelajaran Bahasa Jawa dan mengetahui efektivitas produk yang dikembangkan bagi siswa Sekolah Dasar. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang bertujuan untuk mengembangkan produk yang dapat digunakan secara efektif dalam proses pembelajaran. Prosedur pengembangan terdiri dari lima tahapan, yaitu: studi pendahuluan, pengembangan produk, validasi, revisi dan uji coba. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket, wawancara dan tes. Data dari hasil angket dan tes dianalisis secara deskriptif kuantitatif, sedangkan data yang diperoleh dari wawancara dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Siswa membutuhkan media pembelajaran untuk mempermudah dalam memahami materi pelajaran Bahasa Jawa. Dari proses pengembangan yang dilakukan, dihasilkan sebuah multimedia pembelajaran yang efektif untuk digunakan dalam proses pembelajaran Bahasa Jawa untuk Sekolah Dasar. Efektivitas tersebut dapat diketahui dari penilaian ahli materi yang menunjukkan bahwa kualitas multimedia pembelajaran sangat baik dengan skor rerata 4,34, dan ahli media menilai kualitas multimedia pembelajaran sangat baik dengan rerata skor sebesar 4,23. Hasil uji coba menunjukkan bahwa tanggapan siswa mengenai kualitas multimedia pembelajaran yang dikembangkan secara keseluruhan adalah sangat baik dengan rerata skor sebesar 4,62. Hasil analisis perbandingan nilai skor pre-test dan post-test menunjukkan terdapat kenaikan nilai yang diperoleh siswa yaitu sebesar 46,7%.

(2)

348 PENDAHULUAN

Pendidikan adalah proses sepanjang hayat (long life education) dan merupakan persoalan yang penting dalam kehidupan manusia. Di dalam ketentuan tentang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dengan jelas dikatakan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Undang-undang tersebut juga mengamanatkan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada tiap jenis dan jenjang kehidupan.

Dalam kehidupan yang serba modern saat ini, segala hal yang menyangkut kebutuhan manusia dicukupi dan diselesaikan dengan teknologi. Media elektronik seperti internet dan televisi memungkinkan penonton menentukan sendiri apa yang akan dipilih. Peralatan komunikasi yang makin canggih tersebut memberikan kesempatan untuk belajar bagi siswa dimanapun dan kapanpun. Perkembangan pengetahuan dan teknologi tersebut harus diimbangi dengan perencanaan di bidang pendidikan (kurikulum, strategi, materi) yang sesuai dengan kondisi terkini.

Penggunaan komputer dalam proses pembelajaran bukan merupakan hal yang asing lagi. Setiap sekolah pada tiap jenjang telah memiliki komputer sebagai sarana penunjang pembelajaran. Contohnya adalah penggunaan CD pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Namun, belum semua sekolah memanfaatkan fasilitas berupa komputer tersebut dalam proses pembelajaran secara maksimal. Banyak sekolah yang masih terbatas pada pemanfaatan untuk pengenalan program atau kemampuan mengoperasikan komputer tersebut. Keterbatasan pemanfaatan tersebut dilatarbelakangi pula oleh minimnya koleksi atau ketersediaan CD pembelajaran yang sesuai untuk digunakan dalam proses belajar mengajar.

Bradin dalam Towndrow dan Vallance (2004:200) mengungkapkan bahwa penggunaan komputer dalam sebuah ruang kelas memberikan beberapa keuntungan diantaranya: adanya feedback secara langsung, pengontrollan input melalui software yang didesain dengan baik, meningkatkan motivasi, dan

memberikan kesempatan

pembelajaran secara individual. Selain itu, the National Education Technology Standards for

(3)

349 Teachers (NETS.T) Project dalam Sharma (2004: 6) menyebutkan bahwa:

“The word is different. Kids are different....learning is different and teaching must be different too. Today’s classroom teachers must be prepared to produce technology supported learning opportunities for their students”

The NETS.T Project memberi penekanan bahwa pembelajaran pada era saat ini berbeda dengan berapa tahun yang lalu. Maka dari itu, guru dituntut untuk bisa menguasai berbagai metode dan kecakapan dalam pembelajaran terutama pembelajaran yang berbasis teknologi komputer.

Guru maupun siswa memerlukan inovasi dalam media pembelajaran. Inovasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Jawa yang dilaksanakan di Sekolah Dasar. Salah satu teknologi yang bisa dimanfaatkan adalah komputer

dengan menggunakan CD

pembelajaran. Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan untuk memperbaiki kondisi di atas, yaitu mengembangkan desain media pembelajaran multimedia interaktif untuk pembelajaran Bahasa Jawa pada khususnya materi tentang wayang. Hal ini dimaksudkan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan terutama pada mata pelajaran Bahasa Jawa. Untuk itu peneliti mewujudkannya melalui penelitian pengembangan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan dari penelitian ini diantaranya: 1) untuk memperoleh deskripsi tentang kebutuhan siswa pada mata pelajaran Bahasa Jawa terutama materi tentang wayang, 2) untuk menghasilkan produk berupa multimedia tentang wayang dalam mata pelajaran Bahasa Jawa, 3) untuk mengetahui efektivitas penggunaan multimedia tentang wayang dalam mata pelajaran Bahasa Jawa terhadap hasil belajar siswa.

Kajian teori yang terkait adalah mengenai multimedia. Vaughan (2008:1) mendefinisikan bahwa multimedia merupakan penggabungan dari teks, warna, suara, animasi dan video yang kemudian disajikan dan ditampilkan melalui komputer ataupun bentuk digital yang lain. Penyusunan komponen tersebut membutuhkan keahlian yang beragam dari berbagai bidang ilmu. Mayer dan Kent (Winarno, 2009: 16) mengemukakan bahwa interaktif multimedia

memberikan lingkungan

(4)

350 desain, layout, visual, audio, grafik dan fotografi dalam satu kesatuan teknologi komputer. Istilah multimedia pembelajaran dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang mengintegrasikan penyajian materi dengan penggunaan komputer. Penyajian tersebut dapat berupa teks, gambar, audio, dan video atau animasi.

Pembelajaran dengan multimedia tersebut sangat bermanfaat dalam proses belajar mengajar. Vaughan (2008: 6) menyebutkan bahwa multimedia akan memacu perubahan radikal dalam proses belajar mengajar. Manfaat yang didapatkan dari penggunaan media diantaranya: (a) siswa yang pandai akan lebih terasah kemampuannya dibandingkan jika menggunakan metode konvensional, (b) perubahan dari model passive-learner menjadi pembelajaran pengalaman yang membuat siswa menjadi active learner, (c) peran guru lebih pada pemandu, mentor atau fasilitator dalam kegiatan pembelajaran, (d) siswa menjadi pusat utama dalam kegiatan pembelajaran (student-centered). Dengan penggunaan multimedia, proses belajar lebih terpusat pada kegiatan siswa sehingga secara

otomatis akan memotivasi siswa untuk belajar.

Ada berbagai macam model multimedia pembelajaran diantaranya adalah model tutorial, model drill and practice, model simulasi dan model permainan (Arsyad, 2011: 97). Dari keempat model tersebut, penelitian ini akan menggunakan gabungan dari model tutorial dan model permainan. Model tutorial digunakan karena materi yang akan diberikan secara bertahap disesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa. Model penyajian dilengkapi dengan orientasi belajar dan pemberian latihan yang disesuaikan dengan materi. Sementara itu, model permainan digunakan dengan tujuan untuk menarik antusiasme siswa. Kedua model tersebut mempunyai kelebihan yaitu dalam hal pemberian petunjuk, pemberian umpan balik dan program remedial.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R and D). Menurut Borg dan Gall (2007: 589), model penelitian pengembangan pendidikan berawal dari hasil penelitian yang kemudian digunakan untuk mendesain produk baru yang secara sistematis dilakukan

(5)

351 tes, evaluasi dan perbaikan sampai pada tahap efektif untuk diterapkan. Tujuan utama dari penelitian pengembangan bukanlah untuk memformulasikan atau melakukan tes terhadap sebuah teori tetapi untuk mengembangkan produk yang efektif yang nantinya bisa digunakan dalam proses pembelajaran. Produk yang dihasilkan dapat berupa materi pelatihan bagi guru, materi

pembelajaran, media, sistem manajemen dan sebagainya.

Dalam penelitian ini, model pengembangan yang menjadi acuan adalah model pengembangan Dick, Carey and Carey (2001: 6-8) dan Model Pengembangan Instruksional Atwi Suparman (2001:60). Dari modifikasi pengembangan kedua model tersebut, maka diperoleh prosedur pengembangan yang terangkum dalam gambar berikut.

Analisis Kebutuhan

Pengembangan Validasi Ahli Uji Coba

Gambar 1. Prosedur Pengembangan Multimedia Gambar di atas menjelaskan

prosedur yang dilaksanakan dalam mengembangakan multimedia pembelajaran. Pada gambar tersebut terbagi menjadi empat tahapan proses pengembangan.

Analisis kebutuhan dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data dan informasi terkait dengan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran Bahasa Jawa serta kondisi siswa ketika mengikuti pembelajaran

Studi

Pustaka

Studi

lapangan

1. Menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 2. Mendesain Materi 3. Membuat Story Board Materi 4. Memproduksi Materi Revisi Draft Validasi Ahli Media Validasi Ahli Materi One to one Small group Field group Desain Final

(6)

352 Bahasa Jawa. Data dan informasi tersebut akan dijadikan dasar dalam pengembangan media. Analisis kebutuhan yang dilakukan dalam penelitian ini dengan dua cara. Cara yang pertama adalah dengan studi pustaka, yaitu dengan mencari literatur berupa buku sumber, jurnal ilmiah ataupun hasil penelitian yang terkait dengan pembelajaran Bahasa Jawa dan media. Kemudian cara yang kedua adalah dengan analisis lapangan yaitu dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan dan wawancara terhadap guru mata pelajaran

Dalam mengembangkan materi, tahap yang dilewati meliputi: (a) menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, (b) mendesain materi, (c), membuat story board, (d) menyusun dan memproduksi materi dan (e) menyusun tes acuan patokan. Setelah draft media selesai, maka dilanjutkan validasi yang dilakukan oleh ahli materi yang diambil dari Guru Bahasa Jawa dan juga ahli media yang diambil dari dosen media.

Setelah seluruh tahapan pengembangan pada materi selesai dilakukan sampai pada tahap revisi, maka dilaksanakan proses pengujian. Prosedur pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi materi jika diterapkan bagi para siswa. Terdapat tiga tahapan uji coba produk untuk evaluasi materi yang

dikembangkan, yaitu evaluasi satu lawan satu (one to one), evaluasi kelompok kecil (small group evaluation), dan evaluasi lapangan (field evaluation).

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari ahli materi dan ahli media. Ahli materi diambil dari Guru Bahasa Jawa. Sedangkan untuk ahli media diambil dari dosen yang mengajar multimedia desain grafis dan visual artis. Selain itu, sumber data untuk uji coba produk adalah siswa kelas 3 SD Islam Al Azhar 31 Yogyakarta.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, panduan wawancara dan soal tes. Angket digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan kualitas kelayakan materi dan kualitas kelayakan media. Angket diberikan kepada ahli materi dan ahli media. Selain itu, angket juga diberikan kepada siswa yang akan memberikan penilaian terhadap materi yang sudah dikembangkan. Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai kebutuhan siswa akan pembelajaran Bahasa Jawa terutama materi tentang wayang. Wawancara ini dilakukan kepada guru Bahasa Jawa. Soal pre test dan post test diberikan kepada siswa sebelum dan sesudah belajar dengan menggunakan produk multimedia yang dikembangkan. Tujuan melakukan ini adalah untuk memperoleh data skor siswa. Data skor tersebut diolah untuk mengetahui

(7)

353 ketuntasan belajar siswa setelah menggunakan produk multimedia yang dikembangkan.

Data yang diperoleh melalui instrumen digunakan untuk menilai kualitas produk yang dikembangkan. Data kuantitatif yang diperoleh melalui angket penilaian dan wawancara yang diperoleh dari review ahli materi, ahli media dan tanggapan siswa dianalisis dengan statistik deskriptif kemudian diubah menjadi data kualitatif dengan skala likert untuk mengetahui kualitas produk yang dikembangkan. Sedangkan instrumen berupa tes disusun untuk mengetahui apakah dengan menggunakan program multimedia pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk itu peneliti memberikan soal pre-test dan post-test.

Instrumen angket pada penelitian ini dianalisis menggunakan skala Likert yaitu skala 5. Sementara soal pre-test dan post-test dianalisis dengan statistik uji T sampel berpasangan.

HASIL PENELITIAN

Deskripsi hasil pengembangan

Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah multimedia pembelajaran berbasis komputer untuk mata pelajaran Bahasa Jawa Sekolah Dasar materi tentang wayang. Penerapan multimedia dalam pembelajaran Bahasa Jawa terutama

materi tentang wayang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara mandiri maupun berkelompok. Model pengembangan yang digunakan adalah tutorial dan permainan sehingga siswa dapat memilih dan mengulang materi yang diinginkan dengan bantuan software pembelajaran. Multimedia tersebut dilengkapi dengan teks, gambar, animasi dan suara yang membuat anak lebih termotivasi untuk belajar.

Kegiatan perencanaan produk multimedia ini antara lain: (1) membuat story board, bertujuan untuk frame agar lebih menarik, (2) mengumpulkan bahan-bahan pendukung, misalnya: image, sound, animasi, dan lain-lain, (3) merakit dengan menggunakan software macromedia Flash, (4) finishing produk jadi.

Pengembangan produk multimedia pembelajaran dalam bentuk software ini dikemas dalam CD pembelajaran interaktif menggunakan program macromedia flash. CD pembelajaran dapat dioperasionalkan menggunakan semua jenis komputer dengan spesifikasi minimal processor setara Pentium III, memory 32 MB, setting monitor 800 x 600 pixel dan hardisk 120 MB dianjurkan ada CD-ROM.

Secara garis besar, CD pembelajaran interaktif tentang wayang Pandawa Lima meliputi: (1) Standar

(8)

354 Kompetensi, (2) Kompetensi Dasar, (3) uraian materi yang berisi pilihan deskripsi silsilah dan tokoh Pandawa Lima, (4) latihan yang berisi permainan dan soal yang bersifat interaktif dan dapat diulang-ulang sesuai dengan kebutuhan siswa.

Penilaian kelayakan oleh ahli materi Materi yang dikembangkan dalam penelitian ini divalidasi oleh 3 ahli materi. Ahli materi yang menjadi validator adalah dua orang guru Bahasa Jawa dan satu orang dalang yang sekaligus mengajar mata pelajaran Bahasa Jawa. Data diperoleh dengan cara memberikan angket setelah

menggunakan produk multimedia yang meliputi aspek isi dan pembelajaran. Dalam beberapa hal, ahli materi juga menanyakan secara langsung berkaitan dengan materi. Produk multimedia tersebut disampaikan pada ketiga ahli materi. Hasil penilaian dari ahli materi adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Penilaian Kelayakan oleh Ahli Materi Aspek yang dinilai Indikator Skor rata-rata Rata-rata Kriteria Isi Ketepatan materi dengan kurikulum 4,67 4,4 Sangat

baik Kesesuaian materi dengan

kompetensi dasar

4,67 Kecukupan materi yang disajikan 4 Kejelasan materi yang disajikan 4,33 Keruntutan penyajian materi 4,33

Pembelajaran Kejelasan penggunaan bahasa 4,67 4,28 Sangat baik Kejelasan petunjuk belajar dan

pengerjaan latihan

4,67 Kemudahan memahami materi 4,33 Kesesuaian contoh dengan materi 4,33

Kecukupan latihan 3.67

Pemberian umpan balik 4

Hasil evaluasi yang dilakukan oleh ahli materi menunjukkan bahwa aspek isi menunjukkan kategori sangat baik dengan jumlah skor total penilaian adalah 4,4. Sedangkan untuk aspek pembelajaran ahli materi juga menilai

dengan skor 4,28 yang menunjukkan kriteria sangat baik.

Penilaian kelayakan oleh ahli media Ahli media yang memvalidasi media ini adalah 3 orang. Ahli media yang

(9)

355 menjadi validator dalam produk penelitian ini adalah 1 orang dosen Pascasarjana dari Universitas Negeri Sebelas Maret. Beliau adalah dosen pada program studi Teknologi Pendidikan terutama di bidang media. Selain itu, media pembelajaran ini juga divalidasi oleh 2 orang dosen dari STMIK AMIKOM Yogyakarta, yang keduanya adalah dosen pada mata kuliah multimedia, desain grafis dan visual artis.

Ahli media akan menilai kelayakan yang terkait dengan aspek tampilan dan pemograman. Secara umum aspek tersebut meliputi: (1) teks, (2) grafik, (3) warna, (4) animasi, (5) audio dan (6) video clip (Chee dan Wong, 2003: 137-139).

Adapun hasil penilaian dari ketiga ahli media tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Penilaian Kelayakan oleh Ahli Media Aspek yang dinilai Indikator Skor rata-rata Rata-rata Kriteria

Tampilan Keterbacaan teks 4,67 4,37 Sangat

baik Ketepatan pemilihan jenis dan

ukuran huruf

4,33 Ketepatan pemilihan warna 4,33

Kualitas gambar 4

Kejelasan suara 4,33

Daya dukung musik 4,67

Tampilan slide 4,33

Relevansi visual dengan materi 4,33

Pemograman Interaksi 4,33 4,09 Baik

Keaktifan 4,33

Konsistensi button 3,67

Petunjuk penggunaan 4,33

Keleluasaan dan kemudahan penggunaan

4

Pemberian umpan balik 4

Pengulangan untuk jawaban salah 4

Hasil evaluasi ahli media menunjukkan bahwa aspek tampilan

mendapat skor 4,37 yang berarti bahwa media yang dikembangkan sangat baik.

(10)

356 Sementara itu, aspek pemograman menunjukkan kriteria baik dengan skor sejumlah 4,09.

Penilaian kelayakan oleh peserta didik Penilaian kelayakan oleh peserta didik meliputi tiga tahap, yaitu uji coba

perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba kelompok besar. Berikut disajikan data hasil uji coba oleh peserta didik.

Tabel 3. Penilaian Kelayakan oleh Peserta Didik Aspek yang dinilai Indikator Skor rata-rata Rata-rata Kriteria

Tampilan Keterbacaan teks 4,46 4,64 Sangat baik Pemilihan jenis dan ukuran huruf 4,5

Ketepatan pemilihan warna 4,73 Kualitas gambar yang disajikan 4,76 Suara yang digunakan 4,63 Musik yang digunakan 4,6

Tampilan slide 4,8

Materi Kejelasan materi yang diberikan 4,73 4,61 Sangat baik Kejelasan petunjuk belajar 4,53

Kemudahan memahami materi pelajaran

4,43 Ketepatan urutan penyajian 4,7 Keleluasaan dan kemudahan

penggunaan

4,73 Pemberian umpan balik 4,4 Pengulangan untuk jawaban

salah

(11)

357 Data tersebut menunjukkan kualitas media pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan hasil uji coba lapangan. Kualitas media pembelajaran dilihat dari aspek tampilan termasuk dalam kategori sangat baik, dengan nilai rata-rata 4,64; dari aspek materi termasuk kategori sangat baik, dengan nilai rata-rata 4,61. Secara keseluruhan, kualitas media pembelajaran termasuk kategori sangat baik. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil akhir rata-rata yaitu sebesar 4,62. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa produk yang dikembangkan layak untuk digunakan dalam pembelajaran.

Data Hasil Pembelajaran

Tujuan dari pengembangan media pembelajaran adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan prestasi belajar siswa. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa, maka dilakukan uji coba pembelajaran dengan media tersebut. Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut: (1) siswa mengerjakan soal pre test yang bertujuan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari; (2) siswa belajar menggunakan media pembelajaran yang dikembangkan; (3) siswa mengerjakan soal post test yang bertujuan untuk mengukur pemahaman siswa setelah belajar menggunakan media yang dikembangkan.

Data perolehan nilai pre test dan post test dengan materi Pandawa Lima” adalah hasil tes yang dilakukan dalam uji coba lapangan yang diikuti oleh 30 siswa SD Islam Al Azhar 31 Yogyakarta. Hasil uji-t antara pre-test dan post-test diperoleh nilai t hitung sebesar sebesar 13,665 dan nilai t tabel sebesar 2,04 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Oleh karena nilai t hitung > t tabel (13,665 < 2,04) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada kemampuan pre test dan post test.

Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pre-test sebelum diberi perlakuan dengan penggunaan pembelajaran multimedia yang dikembangkan adalah sebesar 48,1667, sedangkan nilai rata-rata setelah menggunakan multimedia adalah sebesar 90,5000. Hasil ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan multimedia mempunyai keefektifan.

Pembahasan

Produk program multimedia pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Jawa materi Wayang Pandawa Lima telah selesai dikembangkan dengan melalui beberapa tahapan pengembangan. Tahap-tahap itu antara lain: tahap analisis kebutuhan, tahap pengembangan produk, tahap validasi ahli dan revisi produk serta uji coba lapangan.

(12)

358 Multimedia pembelajaran untuk mata pelajaran Bahasa Jawa untuk Sekolah Proses pembuatannya adalah dengan mengumpulkan materi dan sumber pendukung yang relevan untuk pengembangan multimedia.

Validasi produk meliputi validasi materi dan validasi media. Validator yang dipilih untuk memberikan penilaian terhadap produk merupakan ahli yang berkompeten secara akademik maupun profesional di bidangnya, sehingga diperoleh masukan secara komprehensif untuk kelayakan media jika diuji cobakan. Setelah mendapat rekomendasi para ahli, maka multimedia diujikan ke lapangan melalui tiga tahapan yaitu: 1) uji coba perorangan, 2) uji coba kelompok kecil dan 3) uji coba kelompok besar atau operasional.

Berdasarkan hasil uji coba lapangan diketahui bahwa multimedia yang dikembangkan oleh peneliti dapat digunakan sebagai sumber belajar mandiri yang efektif dan efisien. Hal ini dapat dilihat dari penilaian indikator-indikator yang berhubungan dengan kualitas materi dan tampilan yang masing-masing mendapat rerata skor sebesar 4,7. Nilai tersebut jika dikonversikan dalam bentuk kualitatif maka dapat disimpulkan bahwa multimedia yang dikembangkan sangat baik. Selain itu, efektivitas multimedia yang dikembangkan juga dapat dilihat dari perbandingan skor pre-test dan

post-test. Dari hasil perhitungan rerata antar pre-test dan post-test diperoleh kenaikan sebesar 46,7%.

Produk multimedia pembelajaran yang dikembangkan memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut: (1) mengakomodasi gaya belajar baik visual maupun auditori, (2) memuat materi yang memungkinkan siswa untuk memilih sendiri materi yang akan dipelajari, (3) pembelajaran dapat diulang-ulang sesuai dengan kehendak siswa, (4) dilengkapi soal latihan, skor dan umpan balik, (5) dapat digunakan untuk belajar mandiri.

Meskipun program ini memiliki beberapa kelebihan, namun program ini juga memiliki keterbatasan diantaranya: (1) penyajian materi yang belum bisa mengulas secara lengkap tentang materi wayang, (2) penggunaan gambar wayang tidak mengambil gambar langsung dari wayang aslinya tetapi menggunakan gambar yang terdapat dari internet.

Berbagai kelebihan dan kekurangan di atas, untuk selanjutnya sangat memungkinkan dan membuka peluang yang besar untuk mengembangkan program pembelajaran ini menjadi lebih baik lagi. Di samping itu, pengembangan program serupa juga sangat memungkinkan untuk jenjang sekolah selanjutnya seperti Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas atau yang sederajat untuk mata pelajaran lainnya.

(13)

359 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan produk multimedia pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Jawa pada materi Wayang Pandawa Lima untuk sekolah dasar dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) pengembangan multimedia pembelajaran ini telah dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu: tahap pendahuluan, tahap pengembangan produk, tahap validasi dan revisi serta tahap uji coba lapangan. Berdasarkan langkah-langkah pengembangan ini, dihasilkan sebuah produk berupa multimedia pembelajaran yang layak dan menarik untuk digunakan dalam proses pembelajaran, (2) multimedia yang dihasilkan telah memenuhi kelayakan dari aspek pembelajaran dan media setelah melalui proses validasi dari ahli materi dan ahli media. Penilaian ahli materi mengenai kualitas produk multimedia yang dikembangkan adalah sangat baik dengan rerata skor 4,34 dan ahli media menilai sangat baik dengan rerata skor sebesar 4,23, (3) multimedia pembelajaran ini memperoleh tanggapan yang baik oleh responden yang berasal dari siswa Sekolah Dasar. Hasil evaluasi responden siswa dari uji coba kelompok besar/operasional menunjukkan bahwa produk pengembangan ini termasuk dalam kriteria sangat baik dengan rerata skor 4,62, (4) hasil analisis perbandingan nilai skor pre test dan post test

menunjukkan terdapat kenaikan nilai yang diperoleh siswa. Dari hasil rerata menunjukkan bahwa seluruh siswa mendapat skor di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh siswa telah tuntas dalam belajar materi Wayang Pandawa Lima.

SARAN

Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas, maka saran-saran yang bisa dikemukakan antara lain: (1) dalam pengembangan multimedia pembelajaran hendaknya dilakukan dengan memperhatikan beberapa tahapan, yaitu: tahap pendahuluan, tahap pengembangan produk, tahap validasi dan revisi serta tahap uji coba lapangan. Setelah selesai melewati tahap-tahap tersebut, sebuah produk multimedia pembelajaran boleh disebarluaskan dan dimanfaatkan secara luas, (2) multimedia pembelajaran ini hanya memuat satu pokok bahasan dari Wayang, yaitu Pandawa Lima. Namun demikian apabila akan dimanfaatkan secara luas, program pembelajaran ini masih perlu ditambah dan dilengkapi dengan sejumlah materi tambahan agar menjadi lebih lengkap, (3) pengembangan multimedia pembelajaran terutama Bahasa Jawa perlu dikembangkan secara berkesinambungan mulai dari jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sumber belajar

(14)

360 baik secara individu maupun klasikal. Selain itu agar materi yang dibahas terdapat keterpaduan dan keruntutan antar masing-masing jenjang pendidikan

REFERENSI

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Borg, W.R., Gall, M.D. 2007. Educational Research An Introduction (7thed). Boston: Allyn and Bacon.

Chee, T.S. & Wong. A.F.L. 2003. Teaching and Learning with Technology. Singapore: Pearson Prentice Hall. Dick, Walter., Carey, Lou., & Carey, James.

2001. The Systematic Design of Instruction (5thed). New York: Longman.

Mayer, Richard E. 2009. Multimedia Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mishra, Sanjaya dan Sharma, Ramesh C. 2004. Interactive Multimedia in Education and Training. New Delhi: India Idea Group Publishing.

Sharma, B.M. 2004. Media and Education. New Delhi:

Suparman, Atwi. 2001. Desain Instruksional. Jakarta: Universitas Terbuka.

Towndrow, Phillips A & Vallance Michael. 2004. Using IT in the Language Classroom. New York: Longman. Vaughan, Tay. 2008. Multimedia : Making

It Work. New York: Mc Graw Hill.

Winarno, et al. 2009. Teknik Evaluasi Multimedia Pembelajaran. Yogyakarta: Genius Prima Media

Gambar

Gambar 1. Prosedur Pengembangan Multimedia  Gambar  di  atas  menjelaskan
Tabel 1. Penilaian Kelayakan oleh Ahli Materi  Aspek yang  dinilai  Indikator  Skor  rata-rata  Rata-rata  Kriteria  Isi  Ketepatan materi dengan kurikulum  4,67  4,4  Sangat
Tabel 2. Penilaian Kelayakan oleh Ahli Media  Aspek yang  dinilai  Indikator  Skor  rata-rata  Rata-rata  Kriteria
Tabel 3. Penilaian Kelayakan oleh Peserta Didik  Aspek yang  dinilai  Indikator  Skor  rata-rata  Rata-rata  Kriteria

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil koefisien korelasi tersebut dapat diketahui bahwa korelasinya bersifat positif, artinya ada pengaruhnya antara terpaan iklan A Mild Go Ahead dengan Motif

Dalam mengatasi masalah antrian dan proses perhitungan terhadap antrian yang terjadi dibutuhkan model penyelesaian antrian yang tepat seperti pada model M/M/1/I/I pada saluran

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Depkes, 2008). Dalam penurunan angka kejadian ISPA dengan

Kepala sekolah sebagai pengambil keputusan cukup baik, dalam mengambil keputusan kaitannya dengan program sekolah adiwiyata yaitu dengan musyawarah bersama, program

Pasien-pasien dengan kondisi tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukan koleksi sel punca, sehingga sumber sel punca diharapkan dapat diperoleh dari orang lain, yang dikenal

 Menemukan momen yang melatar belakangi pidato  Mencatat pokok-pokok yang akan disampaikan  Menjelaskan bagian-bagian dari naskah pidato  Menuliskan naskah pidato dengan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan media boneka tangan terhadap kemampuan menyimak dongeng siswa kelas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan 2 bibit per rumpun dan sistem tanam jajar legowo dengan populasi 60 rumpun per petak berpengaruh secara nyata dalam