• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE DISTRIBUTION OF BIRDS AT MENO LAKE WEST LOMBOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "THE DISTRIBUTION OF BIRDS AT MENO LAKE WEST LOMBOK"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

DISTRIBUSI BURUNG DI DANAU MENO - LOMBOK BARAT

Gito Hadiprayitno

Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP Universitas Mataram

Abstrak : Telah dilakukan penelitian yang berkaitan dengan distribusi burung di Danau Meno – Lombok Barat pada bulan Juni – Nopember 2007. Estimasi kelimpahan populasi burung dilakukan dengan metode jelajah dan pola penggunaan habitatnya dilakukan dengan menggunakan analisis kelompok. Selama penelitian telah ditemukan 24 jenis burung yang termasuk ke dalam 13 famili. Berdasarkan pola penggunaan habitatnya secara meruang, burung-burung yang ditemukan di Gili Meno pola distribusinya dapat dikelompokkan ke dalam 3 model, yaitu burung danau dan mangrove, burung mangrove dan luar, burung luar mangrove.

Kata Kunci : Distribusi, Burung, Danau Meno

THE DISTRIBUTION OF BIRDS AT MENO LAKE – WEST LOMBOK

Abstract : A study of the distibution of Birds At Meno Lake – West Lombok was conducted from June to November 2007. Estimation of bird population abundance was done by using cruising method and pattern of habitat using cluster analysis. During the study has been identified 24 bird species which involve in 13 families. Base on the using of space habitat, distribution of birds identified at Meno lake can be clustered in 3 models that is birds lake and mangrove, birds mangrove and out of mangrove, and birds out of mangrove.

Key Words : Distribution, Bird, Meno Lake

I. PENDAHULUAN

Burung merupakan salah satu kelompok vertebrata terbesar dan menempati berbagai tipe habitat di alam. Burung berinteraksi dengan fauna lain, flora dan lingkungan fisiknya serta turut memelihara keseimbangan ekosistem yang ditempatinya [4]. Sebagai salah satu komponen ekosistem, burung memerlukan tempat atau ruang untuk mencari makan, minum, berlindung, bermain dan tempat untuk berbiak. Pada habitat yang ditempatinya jumlah jenis burung dapat bervariasi tergantung dari kualitas dan kuantitas sumberdaya yang dikandung oleh habitat tersebut [1]. Perubahan yang terjadi pada habitat dapat mengakibatkan terjadinya perubahan komposisi dan struktur komunitas burung [12], [14], [15] .

Sebagai bagian dari habitat burung yang ada di Lombok Barat, Danau Meno merupakan salah satu habitat burung yang sangat potensial. Hasil penelitian yang dilakukan oleh [5], [6], [7], [8] menunjukkan adanya beberapa jenis burung karakteristik yang hanya ditemukan di Danau Meno. Namun demikian hasil penelitian burung pada tahun-tahun terakhir ini menunjukkan adanya variasi jenis burung yang ditemukan di Danau Meno pada setiap periode pengamatan [9]. Variasi ini ditengarai disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu di antaranya adalah adanya aktivitas penebangan mangrove yang dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga menyebabkan terjadinya penurunan kualitas dan

kuantitas habitat burung yang ditemukan di Danau Meno. Untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan habitat yang berdampak negatif terhadap kehidupan burung di Danau Meno diperlukan adanya informasi-informasi penting terutama yang berkaitan dengan distribusi burung yang ada di Danau Meno. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang memadai tentang distribusi burung yang ditemukan di Danau Meno, khususnya yang berhubungan dengan penggunaan habitat burung secara meruang (horizontal).

II. METODE PENELITIAN 2.1 Inventarisasi Jenis Burung

Kegiatan inventarisasi jenis burung ditujukan untuk mendapatkan data kekayaan jenis burung yang ditemukan di Danau Meno. Inventarisasi dilakukan dengan menggunakan metode penjelajahan (cruising method) mengacu pada metode yang dikembangkan oleh [2]. Penjelajahan dilakukan dengan berjalan kaki mengelilingi danau. Semua jenis burung yang terlihat, baik yang ada di dalam danau maupun yang ada di luar danau, dilakukan pencatatan nama jenis dan jumlah individu (kelimpahan) tiap jenisnya. Pencacahan dilakukan dilakukan mulai dari ISSN 1907-1744

(2)

jam 06.00 – 10.00 WITA (pagi hari) dan 16.00 – 18.00 WITA (sore hari) dengan menggunakan teropong binokuler. Jenis burung yang selama pengamatan tidak pernah terlihat menggunakan habitat secara langsung (hanya melakukan aktivitas terbang melintasi habitat tanpa pernah hinggap pada vegetasi, tanah dan sebagainya) tidak diperhitungkan dalam analisis data secara kuantitatif.

Pengamatan distribusi burung dilakukan bersamaan dengan pengamatan kekayaan jenis dan kelimpahan relatif jenis burung di lokasi pencacahan. Pengamatan ini ditujukan untuk melihat distribusi tiap jenis burung secara meruang dalam menggunkan habitat di sekitar danau.

2.2. Analisis Data

a. Jenis-jenis burung yang ditemukan diidentifikasi dan dikelompokkan berdasarkan suku (famili), nama jenis (species) dan diberi nama lokal atau nama Indonesia dengan mengacu pada [3].

b. Kelimpahan jenis burung ditentukan dengan membandingkan jumlah individu tiap jenis burung dengan jumlah total jenis burung yang ditemukan di lokasi pengamatan.

%

100

x

N

ni

Kr 

Kr : kelimpahan relatif

ni : jumlah individu burung jenis ke-i N : total jenis burung yang ditemukan

c. Penentuan distribusi burung dilakukan dengan melihat kehadiran tiap jenis burung pada masing-masing habitat yang dilihat secara meruang. Peluang ditemukannya jenis burung yang berada di Danau Meno dapat dikelompokkan ke dalam 3 kemungkinan. Pertama, burung ditemukan di dalam danau dan menggunakan mangrove sebagai tempat bertengger, berkicau dan lainlain selanjutnya disebut sebagai burung danau -mangrove. Kedua, burung ditemukan pada vegetasi mangrove dan vegetasi yang berada di luar mangrove tetapi tidak pernah ditemukan di dalam danau selanjutnya disebut sebagai burung mangrove - luar. Ketiga, burung hanya ditemukan di luar vegetasi mangrove tidak pernah ditemukan di dalam danau dan menggunakan mangrove sabagai tempat untuk mencari makan, bertengger dan lain-lain selanjutnya disebut sebagai burung luar danau – mangrove atau burung luar.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Kekayaan Jenis Burung

Selama penelitian (Juni – Nopember 2007) telah ditemukan 24 jenis burung yang termasuk ke dalam 13 famili (tabel 1).

Jumlah jenis burung yang ditemukan dalam penelitian ini dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya menunjukkan hasil yang berbeda. [5]

menemukan 34 jenis burung yang termasuk ke dalam 16 famili. Pada tahun berikutnya, [6] dan [7] mencatat sebanyak 28 jenis yang termasuk ke dalam 15 famili. Jenis-jenis burung yang tidak ditemukan dalam penelitian ini akan tetapi ditemukan pada penelitian sebelumnya adalah Anas

gibberifrons (Itik benjut), Coturnix chinensis (Puyuh batu), Centropus bengalensis (Bubut alang-alang), Ducula bicolor (Pergam laut), Ducula lacernulata (Pergam

punggung hitam), Egretta sacra (Kuntul karang),

Oceanodroma matsudairae (Petrel badai), Streptopelia bitorquata (Puter geni), Tringa glareola (Trinil semak), Tringa nebularia (Trinil kaki hijau), dan Phalacrocorax sulcirostris (Pecuk padi hitam). Di antara kesebelas jenis

burung yang tidak ditemukan dalam penelitian ini, sebagian besar (70 %) merupakan jenis burung yang umumnya ditemukan di lahan basah (burung danau).

Perbedaan jenis burung yang ditemukan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dapat disebabkan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah berkurangnya air danau yang terjadi pada saat penelitian dilakukan (musim kemarau). Pada musim kemarau air danau menjadi berkurang sehingga mengakibatkan berkurangnya sumberdaya yang ada di dalamnya (ikan). Sehubungan dengan hal tersebut jenis burung air (danau) yang biasanya ditemukan pada tempat tersebut menjadi tidak ditemukan. Ada kemungkinan burung-burung yang tidak ditemukan pindah ke tempat lain yang memiliki sumberdaya makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Faktor lain sebagai penyebab tidak ditemukannya beberapa jenis burung di Danau Meno adalah berkurangnya (rusaknya) ekosistem mangrove akibat penebangan hutan mangrove untuk pembuatan jalan kendaraan (mobil) yang mengelilingi danau. Penebangan hutan mangrove ini menyebabkan terjadinya degradasi habitat terutama habitat untuk berbagai jenis burung yang pada umumnya ditemukan di danau. Penebangan hutan mangrove tidak hanya digunakan untuk pembukaan jalan saja, akan tetapi juga digunakan sebagai kayu baker, bahan pelengkap untuk membuat tambatan perahu dan digunakan untuk memperluas pembuatan garam terutama pada musim kemarau. Namun demikian, tidak ditemukannya beberapa jenis burung dalam penelitian ini masih diperlukan studi lebih lanjut untuk memastikan faktor-faktor penyebabnya. Pada penelitian ini tercatat sebanyak 2 jenis burung endemik dan 2 jenis burung yang dilindungi oleh peraturan perundangan pemerintah Republik Indonesia. Lalage

sueurii merupakan jenis burung endemik untuk kawasan

Nusa Tenggara, sedangkan Lichmera lombokia merupakan jenis burung endemik untuk Nusa Tenggara Barat. Lichmera

lombokia di samping dikategorikan sebagai burung

endemik, jenis burung ini berdasarkan peraturan perundangan no. 5 tahun 1990 dikategorikan juga sebagai burung yang dilindungi. Jenis burung lain yang dilindungi adalah Nectarinia jugularis.

Dijumpainya jenis-jenis burung endemik dan dilindungi menunjukkan bahwa Danau Meno merupakan suatu kawasan yang memiliki arti penting sebagai habitat yang mendukung kehidupan jenis-jenis burung yang bernilai

(3)

penting dalam konservasi. Adanya fakta ini menunjukkan bahwa Danau Meno layak untuk dijadikan sebagai salah satu IBA (important bird area) di Propinsi NTB.

3.2. Kelimpahan dan Keanekaragaman Jenis Burung Pendugaan kelimpahan jenis burung memiliki perbedaan dengan kelimpahan satwa lain karena burung mempunyai mobilitas yang tinggi, sehingga kelimpahan burung selalu berfluktuasi sesuai dengan kondisi habitat serta perubahan waktu. Hasil pensesusan kelimpahan (jumlah individu) jenis burung yang berada di sekitar Danau Meno menunjukkan variasi meruang secara horizontal dengan jelas. Jenis-jenis burung yang menggunakan habitat danau yang memiliki kelimpahan relatif tergolong tinggi (> 5 %) adalah Ardea

cinerea (9.3 %) dan Ardea sumatrana (6.4 %), sedangkan

sisanya memiliki kelimpahan yang relatif kecil (< 5 %). Dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh [6], ada beberapa jenis burung yang memiliki nilai kelimpahan relatif turun/naik. Egretta sacra, Butorides striatus dan

Ardea sumatrana kelimpahannya menurun, sedangkan Ardea cinerea kelimpahan relatifnya meningkat. Jenis

burung yang lain kelimpahannya relatif tetap.

Sementara itu jenis burung yang ditemukan di luar danau yang memiliki kelimpahan relatif tinggi didominasi oleh

Treron vernans (30,7 %) dan Lonchura molucca (24,4 %),

sedangkan jenis burung yang lainnya memiliki kelimpahan yang relatif kecil (< 5 %). Secara ekologi jenis burung yang memiliki kelimpahan relatif < 5 % merupakan jenis burung yang memiliki peran tidak dominan (penting) dalam ekosistem yang ditempatinya. Kedua jenis burung tersebut pada penelitian sebelumnya baik yang dilakukan oleh [5], [6] dan [7] memiliki kelimpahan yang relatif stabil, selalu mendominasi.

Tidak mudah mencari penyebab dari tinggi rendahnya kelimpahan populasi suatu jenis burung di suatu tempat tertentu, pada waktu tertentu. Hal ini disebabkan oleh banyaknya factor-faktor yang mempengaruhi dalam menentukan tinggi/rendahnya kelimpahan suatu jenis dalam suatu populasi [10]. Banyaknya faktor ekologi yang berperan dan adanya berbagai model interaksi spesies yang terjadi dapat mengakibatkan terjadinya perubahan komposisi jenis dan kemungkinan-kemungkinan ini sulit diprediksi [13]. Tinggi rendahnya kelimpahan suatu jenis dalam waktu tertentu merupakan sebagian dari dinamika fluktuasi jumlah individu spesies. Tingginya kelimpahan jenis-jenis tertentu di suatu tempat menunjukkan bahwa jenis-jenis yang bersangkutan ada kecenderungan lebih mendominasi dibandingkan dengan jenis-jenis lain, serta mengindikasikan adanya kesesuaian jenis-jenis tersebut dengan potensi habitat di dalam menyediakan sumber makanan, perlindungan dan tempat melakukan aktivitas yang lain [11].

(4)

Adanya perbedaan kelimpahan jenis burung yang ditemukan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya memberikan dampak juga terhadap nilai dari indeks keanekaragaman. Hasil perhitungan indeks keanekaragaman (H’) Shannon Wienner dari penelitian [6] adalah 3,006, sedangkan dalam penelitian ini H’ = 2,102. Perbedaan yang cukup significan ini disebabkan oleh adanya perbedaan jumlah jenis burung yang ditemukan dan perbedaan nilai kelimpahan relatifnya. Perbedaan dari kedua komponen tersebut berpengaruh terhadap nilai indeks kemerataan yang selanjutnya akan mempengaruhi nilai H’ [4]. Nilai H’ yang rendah dapat mengindikasikan adanya beberapa jenis burung memiliki kelimpahan yang berbeda jauh dengan jenis burung yang lain (tidak seragam). 3.3. Distribusi Jenis Burung

Berdasarkan pengamatan pada tabel 2, pola penggunaan habitat burung di Danau Meno secara horizontal, distibusinya dapat dikelompokkan ke dalam 3 model, Ke-3 model tersebut adalah burung danau dan mangrove, burung mangrove dan luar mangrove, dan burung luar mangrove.

Jenis burung yang menggunakan habitat danau dan mangrove ada 8 jenis yaitu Ardea purpurea, Ardea cinerea,

Ardea sumatrana, Butorides striatus, Egretta garzetta, Egretta sacra, Phalacrocorax melanoleucos, dan Actitis

hypoleucos. Burung-burung yang menggunakan danau dan

mangrove memiliki pola adaptasi yang erat kaitannya dengan kondisi habitatnya. Sebagai contoh, burung-burung yang ditemukan di danau memiliki struktur kaki dan paruh yang berbeda dengan burung-burung yang ditemukan di luar mangrove. Ardea cinerea dan Egretta sacra memiliki struktur kaki yang panjang dan kuat, memnggambarkan bentuk adaptasi suatu jenis terhadap tipe lingkungan yang memiliki struktur yang tidak stabil sebagai tempat mencari makan. Sedangkan jenis Phalacrocorax memiliki struktur kaki yang berselaput yang berfungsi untuk membantu mendayung pada saat berenang mencari makan.

Bentuk paruh juga menggambarkan kemampuan adaptasi burung-burung yang ditemukan di Danau Meno. Jenis

Phalacrocorax memiliki paruh yang panjang, tajam dan

ujungnya menyerupai kait yang digunakan untuk menangkap ikan di dalam air. Bagi jenis suku ardeidae seperti

Ardea Sumatran, Ardea purpurea, dan Butorides striatus

memiliki tekstur paruh yang kuat yank keras dan berbentuk tombak yang befungsi untuk menangkap sumber makanan yang bergerak seperti ikan dan hewan-hewan kecil yang berada di dalam air. Sehubungan dengan kemampuan adaptasi burung yang ditemukan di danau dan mangrove, jenis burung tersebut dapat dikategorikan sebagai burung spesifik (burung karakteristik) untuk habitat danau (burung

(5)

air). Jenis-jenis burung ini jarang sekali bahkan tidak dapat ditemukan di tempat lain yang habitatnya berupa daratan murni [9].

Jenis-jenis burung yang menggunakan habitat mangrove dan luar mangrove ada 5 jenis yaitu Halcyon

chloris, Halcyon santa, Nectarinia jugularis, Zosterops palpebrosus, dan Zosterops montanus. Di antara jenis-jenis

tersebut yang cukup tinggi persentase penggunaan habitatnya di mangrove (> 50 %) adalah Halcyon chloris,

Halcyon sancta, dan Nectarinia jugularis. Sedangkan 2

jenis burung sisanya lebih banyak ditemukan di habitat luar mangrove. Pada penelitian ini terlihat juga jenis-jenis burung yang lebih banyak ditemukan din luar mangrove.

Jenis burung tersebut adalah Artamus leucorhynchus,

Lalage sueurii, Streptopelia chinensis, Treron vernans, Haliastur Indus, Lonchura molucca, Lonchura leucogastroides, Pycnonotus aurygaster, dan Pycnonotus goiavier. Jenis burung yang ditemukan di luar mangrove

jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan burung yang menggunakan danau dan mangrove. Pada umumnya burung-burung yang ditemukan di luar mangrove, dilihat dari jenis makanannya, sebagian besar merupakan granivora [3]. Hal ini didukung oleh kondisi habitat luar mangrove yang berbeda dengan habitat danau dan mangrove. Dilihat dari jenis vegetasinya, habitat luar mangrove memiliki keanekaragaman vegetasi yang lebih bervariasi, sehingga memungkinkan terbentuknya kondisi mikro yang sangat cocok untuk ditempati oleh berbagai jenis burung [9]. Kondisi habitat yang memiliki vegetasi yang bervariasi merupakan tempat perlindungan ekologi yang baik bagi berbagai jenis burung untuk dijadikan sebagai tempat mencari makan khususnya bagi burung-burung yang tergolong granivora. Fenomena ini menunjukkan bahwa kehadiran suatu jenis pada suatu tempat pada waktu tertentu sangat berkaitan dengan potensi daya dukung lingkungan yang bersangkutan atas penyediaan tempat perlindungan ekologi dan sumber makanan bagi satwa yang menempatinya [10].

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pada bulan Juni – Nopember 2007 jenis burung yang ditemukan di Danau Meno terdiri dari 24 jenis yang dapat dikelompokkan ke dalam 13 famili. Ke-24 jenis burung yang ditemukan di Danau meno, distribusi meruang secara horizontalnya dapat dikelompokkan ke dalam 3 model distribusi, yaitu burung danau – mangrove (D – M), burung mangrove – luar mangrove (M – L), dan burung luar mangrove (LM).

DAFTAR PUSTAKA

[1] Alikodra, H.S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar. PAU Ilmu Hayati IPB. Bogor.

[2] Bibby, C.J., N.D. Burgess & D.A. Hill. 1992. Bird Census

Techniques. Academic press. London.

[3] Coates, B.J. dan Bishop, K.D. 2000. Burung-burung di

Kawasan Wallacea. BirdLife International Indonesia

Programme. Bogor.

[4] Hadiprayitno, G. 1999. Penggunaan Habitat Berbagai

Jenis Burung di Gunung Tangkubanparahu – Jawa Barat (Thesis). Biologi FMIPA ITB. Bandung.

[5] Hadiprayitno, G., dan Mahrus. 2001. Distribusi Burung

secara Horizontal di Danau Air Asin Gili Meno – Lombok Barat (Laporan Penelitian). Universitas

Mataram.

[6] Hadiprayitno, G., dan Saleh. 2002. Keanekaragaman dan

Distribusi Burung yang Berada di sekitar Danau Air Asin Gili Meno – Lombok Barat (Laporan

Penelitian). Universitas Mataram.

[7] Hadiprayitno, G., dan Abdurahman. 2002. Stratifikasi

Penggunaan Habitat Berbagai Jenis Burung di Sekitar Danau Gili Meno – Lombok Barat (Laporan

Penelitian). Universitas Mataram.

[8] Hadiprayitno, G., dan Liwa. 2006. Dinamika Populasi

Burung di Danau Air Asin Gili Meno – Lombok Barat (Laporan Penelitian). Universitas Mataram.

[9] Hadiprayitno, G., dan Liwa. 2007. Dinamika Populasi

dan Pola Penggunaan Habitat Burung di Danau Air Asin Gili Meno – Lombok Barat (Laporan

Penelitian). Universitas Mataram.

[10] Loiselle, B.A., and Blake, J.G. 1992. Population Variation in a Tropical Bird Community. Bioscience 42 (11). [11] Nurwatha, P.F. 1995. Penggunaan Habitat secara

Vertikal Burung di Taman Kota Bandung (Skripsi)

FMIPA Universitas Padjajaran.

[12] Partridge, L. 1978. Habitat Selection. Blackwell Scientific Publication. Oxford.

[13] Poespita, I. 1996. Prospek Pelestarian Beberapa Jenis

Burung Famili Ardeidae di Pantai Utara Jawa Barat (Thesis). Institut Pertanian Bogor.

[14] Schoener, T.W. 1974. Resource Partitioning in Ecological Communities. Science 185 : 27 – 39.

[15] Welty, J.C. 1979. The Life of Bird. Saunders College Publishing. Philadelphia.

[16] Wiens, J.A. dan J.T. Rotenberry, 1981. Habitat association and community structure of birds in shrubstreppe environments. Ecological monograph 51 (1) : 21 – 41.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil nilai rata-rata untuk unsur keindahan sumber daya alam merupakan unsure yang memiliki nilai tertinggi dari nilai unsur lainnya dengan nilai sebesar 24,82

Selain itu, khusus terkait dengan ciri khas Kota Salatiga yang plural dan toleran yang ternyata juga kerap terjadi konversi agama, peran penyuluh Agama Islam juga sangat

Pada pengamatan hari ke-2, terong yang disimpan pada suhu ruang tetap memiliki tekstur keras namun warna terong tersebut berubah menjadi hijau pucat, dan kenampakannya

3.2.4 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Kota Makassar, 2015/Population... xii

Baik kita perempuan sebagai istri, sebagai ibu, sebagai Pengurus PKP maupun sebagai anggota PKP, mari kita melayani dengan penuh kerendahan hati, melayani dengan

Dari kinerja siswa terhadap soal ini disimpulkan mereka belum dapat merumuskan format kesebandingan secara formal dan belum dapat mengaitkan atau memeriksa kembali

[r]