• Tidak ada hasil yang ditemukan

Scanned by CamScanner

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Scanned by CamScanner"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Harapan masyarakat terhadap perguruan tinngi amat besar, karena perguruan tinggi adalah institusi yang didedikasikan untuk: (1) menguasai, memanfaatkan, mendesiminasikan, mentransformasikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (2) mempelajari dan melestarikan budaya serta (3) meningkatkan mutu kehidupan masyarakat (Depdiknas, 2007: 7). Perguruan tinggi juga sebagai lembaga yang melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Untuk menopang dedikasi dan fungsi tersebut perguruan tinggi harus mampu mengatur diri sendiri dalam upaya meningkatkan dan menjamin mutu secara terus menerus, baik masukan, proses maupun keluaran berbagai program dan layanan yang diberikan kepada masyarakat.

Proses akademik yang terjadi di perguruan tinggi akan menghasilkan produk dan layanan akademik yang dirasakan langsung oleh mahasiswa dan masyarakat (stakeholder). Agar perguruan tinggi terutama LPTK menjadi pilihan dan harapan masyarakat maka harus mendukung program pemerintah khususnya implementasi kurikulum 2013.

Implementasi Kurikulum Baru 2013, membutuhkan kesiapan semua pihak yaitu LPTK sebagai lembaga yang menghasilkan calon guru, guru, sarana prasarana serta bahan ajar yang memadai agar tujuan yang diharapkan bisa dicapai. Kompetensi yang diharapkan dalam kurikulum 2013 adalah kompetensi masa depan yaitu kemampuan berkomunikasi, berfikir jernih dan kritis, mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, menjadi warga negara yang bertangggung jawab, memiliki kesiapan bekerja, kemampuan mengerti dan toleran, kemampuan hidup dalam masyarakat yang, mengglobal, memiliki minat luas dalam kehidupan, memiliki kecerdasan sesuai dengan minat dan bakatnya, serta memiliki kecintaan terhadap lingkungan.

(9)

Pendidikan seni budaya ikut berperan untuk mencapai kompetensi tersebut, sebab mata pelajaran seni budaya meliputi segala aspek kehidupan. Pelajaran s e n i budaya membantu memperkokoh jati diri bangsa. Pendidikan Seni Budaya memiliki sifat multilingual, multidimensional, dan multikultural. Multilingual bermakna pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika.

Dalam Standar lulusan pendidikan di sekolah dasar disebutkan yaitu memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di sekitar rumah dan sekolah serta tempat tinggal anak. Demikian juga dalam standar proses. Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skill meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.Standar proses mengharuskan pembelajaran di SD dilaksanakan pendekatan saintifik secara tematik/terpadu.

Berbagai kendala di hadapi guru SD yaitu: lingkup kompetensi yang harus dicapai cukup banyak meliputi: seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni drama, dan kerajinan sangat terbatas yaitu 2 jam per minggu. Selama ini pendidikan Seni Budaya masih belum banyak diperhatikan, baik dalam aspek proses belajar mengajar, media dan bahan ajar maupun bentuk penilaiannya. Kondisi ini berdampak guru-guru tidak memiliki rujukan dalam pembelajaran Seni Budaya. Terbatasnya kemampuan guru untuk mampu memberdayakan potensi lingkungan budaya dan potensi sekolah untuk mendukung pembelajaran Seni Budaya. Padahal setiap daerah memiliki potensi budaya dan kesenian yang sangat kaya ragam sebagai media pembelajaran, termasuk permainan tradisional (Handayaningrum, 2008).

Pendidikan karakter menjadi pilihan pemerintah untuk dapat mengembalikan jati diri bangsa, yang dinilai sedang carut marut mentalnya. Pendidikan karakter memiliki arahan akan dapat membentuk anak dalam 4 ”olah” yakni olah pikir, olah hati, olah rasa atau emosi dan olah raga. Dalam budaya masyarakat yang berupa kearifan lokal sarat dengan pendidikan karakter.

(10)

Salah satu kearifan lokal yang bisa dijadikan bahan ajar dalam kurikulum 2013 adalah seni tari daerah dan seni musik (lagu-lagu daerah), seni seni rupa dan teater.

Dalam seni tari dan seni musik serta seni rupa dan teater bukan hanya melibatkan keterampilan fisik saja, namun tersirat simbol-simbol dan nilai-nilai moral yang dapat digunakan sebagai panutan masyarakat khususnya anak-anak. Misalnya kebersamaan, saling menghormati, melatih kerjasama tim, gigih dalam berusaha, kreativitas, dan lain-lain. Kompetensi ini yang diharapkan dalam kurikulum 2013. Anak-anak sudah jarang mengenal kesenian tradisional. Dalam kesenian tradisional bisa memberikan aktivitas motorik, kognitif, afektif ana

Berkenaan dengan fenomena ini, pada tahun pertama telah dihasilkan prototipe buku siswa dan buku guru seni budaya tematik berbasis keMIPAan untuk SD. Buku siswa dengan tema kegemaranku, dengan sub tema satu (1) kegemaranku bermusik, sub tema dua (2) kegemaranku menggambar, sub tema tiga (3) kegemaranku menari, (4) sub tema empat kegemaranku bermain drama. Masing- masing sub tema tetrdiri dari pembelajaran-pembelajaran yang memadukan seni dengan matematika, IPA, Bahasa Indonesia dan Bahasa daerah. Buku guru berisi pedoman menyelenggaran pembelajaran seni budaya tematik berbasis kemipaan di SD. Prototipe ini masih perlu mendapatkan masukan dari beberapa pihak yaitu para ahli materi, ahli pembelajaran dan para pengguna yaitu guru SD.

1.2. Tujuan Khusus Penelitian

Tujuan Penelitian tahun ke dua ini adalah menguji kevalidan dan keefektifan prototipe Buku pendidikan Seni Budaya tematik berbasis KeMIPAan untuk SD.

Secara khusus tujuan penelitian ini (1) Mendeskripsikan kevalidan buku yang berisi materi Pembelajaran Seni Budaya Kurikulum 2013 (seni musik, seni tari, rupa dan teater) yang berbasis KeMIPAan (Matematika dan Ilmu Pengatuhan Alam ) untuk anak SD, (2). Mendeskripsikan kevalidan Buku panduan pembelajaran seni budaya tematik kurikulum 2013 untuk guru SD atau mahasiswa PGSD , (3) Membuat rekaman pembelajaran Seni Budaya Tematik di SD.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk bahan ajar mahasiswa PGSD dan membantu guru-guru SD dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 khususnya pembelajaran Seni Budaya tematik berbasis Ke IPAAN, yang memenuhi kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.

(11)

4

1.3 Urgensi atau Keutamaan Penelitian

Uji kevalidan dan uji efektifitas dalam penelitian pengembangan sangat penting. Demikian juga pada hasil penelitian tahun pertama yang berupa Prototipe Buku Pembelajaran Seni Budaya Berbasis KeMIPAan untuk SD dan Buku pedoman penggunaan untuk guru SD masih memerlukan uji kevalidan dan keefektifan untuk mendapatkan masukan-masukan dari berbagai pihak, baik isi atau materi, dari penyajian buku dan penampilannya serta keefektifan oleh guru SD agar sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

(12)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian Hibah Bersaing tahun 2007 yang telah dilakukan dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Seni Tari untuk Meningkatkan Kreativitas Anak TK” didapatkan hasil bahwa model pembelajaran yang dilengkapi dengan Audio Visual telah berhasil membantu guru TK mengajar seni tari dengan tidak mengalami kesulitan utamanya dalam mengembangkan kreativitas anak TK ( Handayaningrum, 2007). Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Wahyuning (2003) yang berjudul Kumpulan Permainan Anak sebagai Media Pembelajaran seni tari di TK. Hasil Penelitian DIK, berhasil membantu guru TK untuk mengajar seni tari dengan mudah dan menyenangkan.

2.2 . P e n g e r t i a n B a h a n A j a r

Bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran (Dikmenjur) Dengan bahan

ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau KD secararuntut

dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Pendapat lain mengatakan bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. (National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training).Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar (Krisnadi dan Benny, 2010: 3 ).

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa;

2.2.1 Bahan cetak: hand out, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, Bahan ajar Audio Visual seperti: video/film,VCD.

(13)

6 2.2.2 Bahan ajar Audio seperti: radio, kaset, CDaudio, PH. Bahan ajar Visual: foto,

gambar, model/maket.

2.2.3. Bahan ajar Multi Media: CD interaktif, computer Based, Internet 2.3 Bahan A j a r Cetak

Bahan Ajar cetak dapat berbentuk buku teks, pedoman siswa atau buku kerja. Untuk menghasilkan bahan ajar cetak yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan program, karakteristik mata kuliah, dan kondisi peserta didik terdapat langkah-langkah yang perlu dilakukan yaitu: men yusun peta kompetensi, membuat silabus mata pelajaran , menulis bahan ajar, Evaluasi bahan ajar

2.4 Model Pengembangan Bahan Ajar C etak

Pengembangan bahan ajar cetak bisa dilakukan dengan car a:

2.4.1 Melakukan kompilasi bahan -bahan yang telah tersedia, yang dilengkapi dengan modul pendamping.

2.4.2. Menggunakan buku teks yang sudah tersedia di pasaran disertai dengan modul pendamping.

2.4.3 Men yadur buku teks yang tersedia sesuai dengan kebutuhan menulis baru bahan ajar cetak yang dirancang sesuai dengan karakteristik (Krisnadi dan Benny, 2010: 5)

2.5. Bahan Ajar Audio Visual

Bahan ajar visual mempunyai keunggulan dalam penyampaian informasi dan pengetahuan. Program video dapat menghadirkan pengalaman realistik. Pengembang video perlu mempun yai kemampuan untuk memilih materi yang tepat yang dapat disampaikan melalui program video. Pemilihan isi atau materi program yang disesuaikan dengan potensi yang dimiliki medium video. Pemilihan materi yang tepat akan membantu siswa untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Informasi dan pengetahuan yang disampaikan melalui bahan ajar video dapat dikemas dalam format demonstrasi, drama atau features.

2.6. Fungsi Bahan ajar

Penggunaan bahan ajar berfungsi ebagai motivasi dalam proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dengan meteri pembelajaran yang menyenangkan agar siswa dapat melaksakan tugas belajar secara optimal (Anonim: 2009)

(14)

7 Sedangkan menurut (Furqon: 2009) fungsi buku ajar adalah:

2.6.1. Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yangseharusnya diajarkan kepada siswa.

2.6.2. Pedoman bagi Siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalamproses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yangseharusnya dipelajari/dikuasainya

2.6.3. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran. 2.6.4. Alat evaluasi pencapaian atau penguasaan.

2.6.5. Membantu siswa dalam prose belajar.

2.6.6. Sebagai perlengkapan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2.6.7. Untuk menciptakan lingkungan/suasana belajar yang kondusif.

Bahan ajar yang akan dihasilkan dalam penelitian adalah bahan ajar cetak yang berisi materi untuk siswa, serta lembar kerja. Buku pedoman untuk guru. Selain itu juga rekaman audio visual untuk memberi gambar yang jelas tentang langkah- langkah pembelajaran dan aktivitas siswa belajar.

2.7 Pembelajaran Tematik/Terpadu

Sebelum memasuki bangku sekolah, anak terbiasa memandang dan mempelajari segala peristiwa yang terjadi di sekitarnya atau yang dialaminya sebagai suatu kesatuan yang utuh (holistik), mereka tidak melihat semua itu secara parsial (terpisah- pisah). Sayangnya ketika memasuki situasi belajar formal di bangku sekolah dasar, mereka disuguhi oleh berbagai ilmu atau mata pelajaran yang terpisah satu sama lain, sehingga mereka mengalami kesulitan untuk memahami fenomena yang terjadi di lingkungan masyarakat dan alam sekitarnya. Penyelenggaraan pendidikan dengan menekankan pada pembelajaran yang memisahkan penyajian antar satu mata pelajaran dengan pelajaran lainnya akan mengakibatkan permasalahan yang cukup serius terutama siswa usia sekolah dasar. Pembelajaran yang memisahkan secara tegas penyajian mata pelajaran-mata pelajaran tersebut membuahkan kesulitan bagi setiap anak karena hanya akan memberikan pengalaman belajar yang bersifat artifisial atau pengalaman belajar yang dibuat-buat. Untuk itu proses pembelajaran pada satuan pendidikan sekolah dasar, harus memperhatikan karakteristik anak yang akan

menghayati pengalaman belajar tersebut sebagai suatu kesatuan yang utuh. Pengemasan pembelajaran harus dirancang secara tepat karena akan berpengaruh

(15)

8 terhadap kebermaknaan pengalaman belajar anak. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual baik di dalam maupun antar mata pelajaran akan memberi peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan lebih bermakna (meaningful learning) ( Trianto,2010:5).

Pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran secara terintegrasi untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa.Sebagai suatu pendekatan pembelajaran, dalam penerapannya di sekolah dasar memerlukan persiapan yang lebih kompleks dibandingkan dengan pembelajaran dalam satu mata pelajaran tertentu. Oleh karena itu guru atau tim guru memerlukan perancangan pembelajaran terpadu yang didasarkan atas pertimbangan yang matang agar siswa memiliki pengalaman belajar yang bermakna.

Dalam pendidikan seni yang terpenting adalah pengalaman anak mengalami seni baik melalui apresiasi (melihat pertunjukkan atau lukisan, mendengar 9embe, meraba patung dan lain-lain) hal ini untuk mengembangkan sikap apresiatif, sikap demokratis, sikap toleran dan sikap menghargai seni. Ataupun pengalaman ekspresi yaitu suatu kegiatan yang memberikan kesempatan pada anak untuk mengaktualisasikan diri sebagai ekspresi yang unik, kejujuran, originalitas, 9ember peluang pada anak untuk mengembangkan kreativitas. Hal yang demikian menjadikan pembelajaran bermakna karena dengan pembelajaran terpadu, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami. Fokus pembelajaran terpadu terletak pada proses yang ditempuh saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkan (Hernawan dkk, 2007: 1.5).

2.8.1. Aliran yang Mendasari Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran Terpadu secara filosofi, kemunculannya sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat berikut: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, (3) humanisme (Hernawan dkk, 2007: 1.15).

Aliran progresivisme beranggapan bahwa pembelajaran pada hakekatnya perlu ditekankan pada: (1) pembentukan kreativitas, (2) pemberian sejumlah kegiatan, (3)

(16)

9 suasana yang alamiah atau natural, (4) memperhatikan pengalaman siswa (Ellis dalam Hernawan dkk, 2007).

Aliran konstruktivisme, melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Aliran ini menekankan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkustruksi pengetahuan melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran menerapkan kooperatif secara intensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya.

Aliran konstruktivisme, melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Aliran ini menekankan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkustruksi pengetahuan melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran menerapkan kooperatif secara intensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah- masalah itu dengan temannya.

Aliran Humanisme, melihat kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis tingkat tinggi. Kreativitas dapat berkembang selama hidup dan tidak terbatas pada lima tahun pertama. Menurut Rogers (dalam Munandar, 1995) tiga kondisi internal dari pribadi yang kreatif ialah: (1) keterbukaan terhadap pengalaman, (2) kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang, (3) kemampuan untuk bereksperimen . Setiap orang yang mempunyai ketiga ciri di atas akan menghasilkan karya-karya kreatif. Ketiga ciri tersebut merupakan dorongan dari dalam untuk berkreasi. Selain itu kreativitas biisa dilihat dari segi siswa yang memiliki: (1) keunikan/kekhasannya, (2) potensinya, dan (3) motivasi yang dimilikinya. Siswa selain memiliki kesamaan juga memiliki kekhasan.

2.9. Langkah – Langkah Pembelajaran Terpadu

Dalam merancang pembelajaran terpadu di sekolah dasar terdapat tujuh langkah yang harus dilakukan menurut Hernawan dkk (2007: 4.8). Tujuh langkah tersebut bisa digambarkan dalam bagan berikut:

(17)

10

Bagan 2.1 Tujuh Langkah-langkah Pembelajaran Tematik

2.10 Seni dalam Pembelajaran Matemtika dan Ilmu Pengetahuan Alam di SD

Seni dan sains sangat berdekatan, karena masing-masing berkaitan dengan proses penemuan sebagai hasil dari kegiatan eksperimen. Menurut Kimberely Tolley dalam Winataputra (2010: 8.21) perbedaan keduanya adalah bila ilmuwan mempertanyakan atau mempermasalahkan tentang bekerjanya alam semesta, sedangkan seniman mempertanyakan cara-cara bagaimana alam dapat diinterpretasikan dan di”re – created”. Demikian pula hubungan seniman dengan ahli matematika muncul dalam

konstruksi berpikir. Dalam karya seni musik dikembangkan iktisar-iktisar, improvisasi.

Tidak cukup dengan timbre (warna bunyi) namun untuk menciptakan melodi yang indah komposer menambahkan irama, harmoni agar karya tersebut “hidup dan indah”.Pada Aritmatika ditemukan formula, sifat-sifat, dan pembuktian-pembuktian yang ketiganya itu menjadi konsep yang hidup ketika dihubungkan dan saling keterkaitan.

Dengan seni rupa, lukisan menyediakan sumber materi yang kaya bagi matematika. Seni dapat digunakan mempresentasikan konsep geometri termasuk gagasan yang tidak terbatas. Dengan tarian, seorang penari bisa bergerak membuat garis-garis sejajar, lingkaran, simetri pola-pola sekuens baik dalam kelompok maupun individual. Dari bentuk tubuh penari dapat dimanfaatkan dalam pelajaran anatomi dan fisika. Misalnya dengan meminta anak untuk bergerak, manakah otot yang bekerja, manakah yang mengeluarkan energi besar. Dengan bergerak diperkenalkan pada anak

(18)

11

tentang substansi dari tari yaitu adanya ruang, waktu dan tenaga . Dengan musik seorang guru bisa mengeksplor pecahan, bunyi not pecahan atau rasio bunyi.

Pembelajaran berbasis budaya merupakan strategi penciptaan lingkungan belajar dengan perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya dalam proses pembelajaran. Budaya sebagai bagian yang fundamental bagi pendidikan, ekspresi, komunikasi suatu gagasan dan perkembangan pengetahuan (Winataputra, 2011: 4.12).

Belajar dengan budaya terjadi pada saat budaya diperkenalkan kepada siswa sebagai metode untuk memprelajari pelajaran tertentu. Misalnya untuk memperkenalkan bilangan positif – negatif dalam satu garis bilangan, digunakanlah Cepot (tokoh jenaka dalam wayang Sunda) Cepot akan memandu siswa berinteraksi dengangan garis bilangan dan operasi bilangan dalam matematika.

Contoh lain untuk memperkenalkan berbagai bentuk maka guru dapat menggunakan bentuk dan ukuran instrumen gong, saron, seruling. Untuk memperkenalkan konsep bunyi, gelombang bunyi dan gema dalam fisika maka anak-anak bisa diajak memukul alat-alat musik gong besar, gong sedang, gong kecil. Untuk memperkenalkan nilai pecahan anak bisa diajak bermain dengan harga not 1/8, ¼, ½ , ¾ dan lain lain

Tujuan pembelajaran seni budaya adalah untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni.Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran Seni Budaya, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Karena itu, mata pelajaran Seni Budaya pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya.

(19)

12

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Langkah-langkah proses penelitian dan pengembangan menunjukkan suatu siklus yang diawali adanya kebutuhan, permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan menggunakan suatu produk tertentu (Sukmadinata, 2010: 164). Menurut Borg dan Gall (1989) dan Puslitjaknov (2008) ada lima langkah untuk menghasilkan produk, sebagai berikut:

3.1.1. Melakukan analisis produk yang akan dikembangkan dengan mengadakan penelitian dan pengumpulan data awal.

3.1.2. Mengembangkan produk awal 3.1.3. Validasi ahli dan revisi.

3.1.4. Uji coba lapangan skala kecil dan revisi produk. 3.1.5. Uji coba skala besar dan produk akhir.

Penelitian awal dilakukan untuk mengidentifikasi pembelajaran Seni Budaya di SD di wilayah Sidoarjo, Gresik dan Surabaya. Penelitian awal bertujuan mengkaji realitas yang terjadi pada proses pembelajaran seni budaya khususnya pada jenjang Sekolah Dasar. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan tersebut kemudian dilakukan pengembangan bahan ajar Seni Budaya tematik berbasis ke MIPAAN untuk SD. Adapun hasil pengembangan pada tahun pertama adalah prototipe buku siswa dan buku guru seni budaya tematik berbasis kemipaan untuk SD. Buku siswa dengan tema kegemaranku, dengan sub tema satu (1) kegemaranku bermusik, sub tema dua (2) kegemaranku menggambar, sub tema tiga (3) kegemaranku menari, (4) sub tema empat kegemaranku bermain drama. Masing sub tema tetrdiri dari pembelajaran-pembelajaran yang memadukan seni dengan matematika, IPA, Bahasa Indonesia dan Bahasa daerah. Buku guru berisi pedoman menyelenggaran pembelajaran seni budaya tematik berbasis kemipaan di SD.

3.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini direncanakan untuk dilaksanakan 3 tahun. Pada tahun pertama hasil penelitian ini adalah prototipe buku siswa dan buku guru seni budaya tematik meliputi

(20)

13

berbasis kemipaan untuk SD. Buku siswa dengan tema kegemaranku, dengan sub tema satu (1) kegemaranku bermusik, sub tema dua (2) kegemaranku menggambar, sub tema tiga (3) kegemaranku menari, (4) sub tema empat kegemaranku bermain drama. Masing sub tema tetrdiri dari pembelajaran-pembelajaran yang memadukan seni dengan matematika, IPA, Bahasa Indonesia dan Bahasa daerah. Buku guru berisi pedoman menyelenggaran pembelajaran seni budaya tematik berbasis kemipaan di SD.

Tahun ke II Protipe dan hasil pengembangan bahan ajar seni budaya tematik diujikan pada ahli bahan ajar, ahli materi, pengguna yaitu guru dan siswa SD. Setelah itu diadakan revisi dan perekaman contoh pembelajaran seni budaya terpadu berbasis ke MIPAAN.

Tahun ketiga (III) direncanakan mengujicobakan prototipe bahan ajar yang telah dibuat kepada guru SD dan guru SD menindaklanjutinya dengan mengimplementasikan bahan pembelajaran seni budaya tematik pada anak-anak SD

. Dilanjutkan uji luas untuk mengetahui efektifitas bahan ajar yang dibuat. Adapun rancangan kegiatannya sebagai berikut.

Rancangan Kegiatan Penelitian

Tahun Anggara Uraian Kegiatan Hasil

Tahun I 1. Observasi terhadap pembelajaran Seni Budaya di SD yang sudah mengimplementasikan kurikulum 2013. Deskripsi kondisi

pembelajaran seni budaya tematik ke MIPAAN di SD

2. Analisis Kebutuhan bahan terhadap pengembangan pembelajaran Seni Budaya tematik ke MIPAan

Deskripsi tentang kebutuhan dan Temuan pengembangan

(21)

14

3. Membuat bahan ajar untuk kelas 1 dan 2 berupa buku yang berisi peta kompetensi, perangkat

pembelajaran dan bahan ajar seni budaya tematik

Protipe bahan ajar

4.

5.

Dibuat pedoman pembelajaran seni budaya tematik lengkap dengan contoh perangkatnya.

Prototipe pedoman

Tahun II 1. Protipe dan hasil

pengembangan bahan ajar seni budaya tematik diujikan pada ahli bahan ajar, ahli materi (seni)

Masukan ahli

2. Dilanjutkan revisi

3. Perekaman contoh pembelajaran seni budaya tematik berbasis ke IPAAN

VCd contoh pembelajaran

Tahun III 1. Direncanakan mengimplementasi pada skala terbatas yaitu pada beberapa SD perrwakilan di tiga wilayah

Buku bahan ajar permainan tradisional 2. Desiminasi. V C D / D C D u n t u k

(22)

15

Seni Musik, Tari dan Rupa Ilmu

pengetahuan Alam,Matematika

Pengembangan bahan ajar cetak: penulisan bahan ajar, penelaahan 3.3 Prosedur Pengembangan Bahan Ajar

Pengembangan bahan ajar dilakukan melalui beberapa tahapan yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Pengembangan bahan ajar dilakukan melalui beberapa tahapan yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 3.1. Lamnglah-langkah pengembangan bahan Ajar (Dikti, 2010)

KURIKULUM PETA KOMPETENSI Prototipe Persetujuan Ahli Pemrosesan : Ilustrasi, Perwajahan Penyuntingan

Dalam merancang pembelajaran seni budaya tematik di sekolah dasar terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan menurut Hernawan dkk (2007: 4.8). Bisa digambarkan sebagai berikut:

(23)

16

Bagan 3.2. Langkah Merangkang Pembelajaran

TETAPKAN PELAJARAN YANG AKAN DIPADUKAN SERTA

KOMPETENSI INTI NYA

PILIH DAN TETAPKAN TEMA PEMERSATU

PELAJARI KD PADA KELAS DAN SEMETSTER YANG SAMA

DALAM SETIAP MATA PELAJARAN

BUAT PEMETAAN KETERHUBUNGAN KD SETIAP

MAPEL DENGAN TEMA

KEMBANGKAN INDIKATOR DALAM SETIAP PELAJARAN

SUSUN RPP DENGAN MENGAITKAN TOPIK DAN

(24)

17 Selain itu juga menggunakan model siklus pengembangan instruksional yang dikembangkan oleh Dick & Carey (2001)

Adapun secara rinci diuraikan sebagai berikut:

3.3.1. Mengidentifikasi Tujuan Pembelajaran

Berdasrkan analisis kebutuhan, pembelajaran seni budaya termatik dengan mata pelajaran matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah. Pertimbangan dalam memilih pembelajaran seni budaya tematik didasarkan: (1) sesuai dengan tujuan pendidikan seni yaitu untuk memahami dunia seni dalam konteks ilmu pengetahuan, teknologi. Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni merupakan tritunggal peradaban dan kebudayaan baik lokal,regional, nasional, maupun global, (2) seni budaya tematik di SD wajib dilakukan, banyak guru merasa kesulitan, (3) belum ada panduan yang sesuai, masih sangat terbatas sumber tersedia. dilakukan, banyak guru merasa kesulitan, (3) belum ada panduan yang sesuai, masih sangat terbatas sumber tersedia.

3.3.2. Mengidentifikasi Perilaku Awal dan Karakteristik Pebelajar

Pebelajar dimaksud adalah siswa SD kelas 1-2 yaitu anak berusia 7-tahun. Hal yang perlu diperhatikan adalah kemampuan intelektual anak, kemampuan emosional anak, kondisi sosial anak, dan kondisi fisik anak.Pada anak usia 7-8 tahun kondisi belum stabil. Siswa masih berpikir secara holistik dalam memperoleh pengetahuan tentang matematika, bahasa maupun IPA. Pelajaran matematika lebih banyak mengajarkan berpikir rasional melalui kajian bastrak. Demikian pula pelajaran bahasa memberikan rasionalitas dan realitas, karena berhubungan langsung dengan pemanfaatan bahasa yang dimiliki anak.

Kondisi sosial anak SD sudah mulai menyadari bahwa mereka merupakan bagian yang tak terpisahkan dari lingkungannya.Cara yang bisa dilakukan adalah dengan mengajak bermain secara kelompok kecil maupun besar. Kondisi perseptual anak, anak SD sudah mampu mencerna informasi yang berasal dari luar dirinya.Karakteristik fisik anak seyogyanya diarahkan pada memaksimalkan perkembangan sistem syaraf, otot-otot, keterampilanmotorik dan struktur fisik. Berdasarkan perilaku awal siswa, kemudian menentukan KI, KD selanjutnya dilakukan pengembangan indikator, yang difokuskan pada tujuan tingkah laku diturunkan menjadi beberapa tujuan spesifik disertai domain masing-masing.

3.3.3. Mengembangkan Butir-butir Tes Acuan Patakon

Berdasarkan tujuan pembelajaran yang ditulis, dikembangkan produk evaluasi untuk mengukur siswa melakukan tujuan pembelajaran. Penekanan utama berada pada

(25)

18 hubungan perilaku yang tergambar dalam tujuan pembelajaran dengan untuk apa mereka melakukan penilaian.

3.3.4. Mengembangkan strategi pembelajaran

Strategi meliputi kegiatan pra pembelajaran, penyajian informasi, praktik umpan balik, pengetesen dan mengikuti kegiatan selanjutnya. Strategi pembelajaran berdasarkan teori dan hasil pengamatan, karakteristik media pembelajaran yang digunakan, bahan pembelajaran. Prinsip-prinsip yang digunakan untuk memilih strategi pembelajaran yang interaktif.

3.3.5. Mengembangkan dan memilih materi

Memilih dan menetapkan ruang lingkup materi, tingkatan kompleksitas materi, pendekatan aspek kreativitas yang dikembangkan dalam model pembelajaran seni budaya di SD. Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran, produk pengembangan ini meliputi petunjuk belajar, materi pembelajaran dan soal-soal latihan. Pengembangan materi pembelajaran bergantung pada tipe pembelajaran, materi relevan dan sumber belajar yang ada di sekitar perancang.Komponen dalam bahan ajar: 1) judul bab,2) kerangka isi, 3) tujuan pembelajaran, 4) deskripsi, 5) konsep kunci, 6) uraian utama, 7) rangkuman, 8) latihan, 9) umpan balik, 10) rujukan. Sebaiknya desain menarik dan pengorganisasian bahan ajar yang sesuai dengan prinsip desain pesan, teori belajar dan teori pemroses informasi.Sebagai kelengkapan materi untuk guru dilampirkan Silabus, RPP dan LKS.

(26)
(27)

20

adanya sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan revisi dan penyempurnaan bahan ajar. Sedang data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan penyekoran. Teknik pengukuran menggunakan skala Likert, untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok (Sugiyono, 2010).

3.5.1. Uji Ahli

Teknik analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data validasi ahli berupa saran, komentar, kritik dan saran. Sedang terhadap tingkat kemanfaatan, kemudahan, keterbacaan, kedalaman materi, kejelasan materi, ketepatan desain, ketepatan dengan pengguna, kemutakhiran, kemenarikan, teknik analisis yang digunakan adalah penyekoran.

3.5.2. Uji Coba Skala Kecil

Teknik analisis terhadap tingkat kemanfaatan, kemudahan, keterbacaan, kejelasan materi, keterbacaan juga menggunakan penyekoran. Sedang saran dan masukan dianalisis secara deskriptif.

3.5.3. Uji Coba Skala Besar

3.5.3.1. Teknik analisis terhadap tingkat kemanfaatan, kemudahan, keterbacaan, kejelasan materi, menggunakan penyekoran

3.5.3.2. Uji efektivitas bahan Ajar

Uji efektivitas bahan ajar diukur menggunakan desain “Before-After” yaitu desain eksperimen dengan cara membandingkan keadaan sebelum-sesudah perlakuan (Sugiono, 2010), dengan gambar sebagai berikut: 3.3 Desain Eksperimen (Before-After) Untuk uji skala besar

O1 Nilai sebelum perlakuan O2 Nilai sesudah perlakuan

O1

(28)

21

DAFTAR PUSTAKA

Borg, R.W. 1983. Educational Research an Introduction, London: Longman.

Dick & Carey. 2001. The Systematic Design of Instruction. United States: Addison- Wesley Educational Publisher Inc.

Handayaningrum, Warih, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Ekspresi Estetika di SD. Hasil Penelitian Kebijakan

Handayaningrum, Warih, dkk. 2007.”Pengembangan Model Pembelajaran Seni TAri untuk Mengingkatkan Kreativitas Anak TK. Hasil Penelitian Hibah Bersaing. Handayani, Eni Wahyuning. 2003 “ Kumpulan Permainan Anak sebagai Media

Pembelajaran seni tari di TK. Hasil Penelitian DIK

Hajar, Pamadhi dkk. 2011. Pendidikan Seni di SD. Jakarta: Universitas terbuka Hernawan, A. H dan Novi Resmanai, Andayani, 2007 .Pembelajaran Terpadu di SD.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Kresnadi, Elang dan Benny. 2010. Modul pendampingan Bahan Ajar Non Cetak. Bermutu. Jakarta Direktorat Ketenagaan Dikti

Munandar, U. 1995. Dasar-dasar Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Dep Pend dan Kebudayaan DIKTI. Proyek Pendidikan Tenaga Guru.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2013 Pramudi, Jati Juli, 2015. Seni (Rupa) Kontemporer Problem teoritis dan Praktis

dalam Pendidikan Seni, Makalah dalam seminar Kebangkitan Pendidikan Seni di Indonesia Berbasis Budaya Lokal menjelang Era MEA. ISBN.978- 602-72614-0-2,

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, N.S 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sutjipto,Katjik & Suseno Kartomihardjo (Penyadur), 1973, Seni Rupa Sebagai Alat Pendidikan, Sub Proyek Penulisan Buku Pelajaran, IKIP Malang

Tim Penyusun. 2006. Panduan Lengkap KTSP. Yogyakarta: Pustaka Yustisia. Trianto, 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara

Winataputra, Udin.S. 2010. Pembaharuan dalam pembelajaran di SD, Jakarta: Universitas terbuka

(29)

22

Yeti, Elindra. 2011. Pembelajaran tari Pendidikan sebagai Upaya pembentukan karakter Anak Usia Dini melalui pembelajaran Terpadu. Yogyakarta: UNY (Proseding Seminar Nasional)

Yumiati dan Uen Rahayu, 2006. Pembelajaran Dengan dan melalui Budaya dalam mata pelajaran Matematika dan IPA di sekolah

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Kecakapan Hidup (Life Skills) Budidaya Jamur Tiram Terhadap Peningkatan Status Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Kertawangi.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Specifcity of association (spesifsitas hubungan) Merupakan kriteria yang mengacu pada konsep penyebab tunggal (hubungan satu sebab-satu akibat), yaitu jika sebuah faktor

Bagian ini untuk mengukur kinerja Bapak/ Ibu Dalam menjawab pertanyaan bagian ini, Bapak/ Ibu diminta untuk menyesuaikan jawabannya dengan luas kewenangan dan

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendekatan problem solving dan model pembelajaran student team achievement division (PPS – MP

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran Make a Match pada siswa kelas 5 SD

Hubungan Pengetahuan Komunikasi Teraupetik Dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSUD Toto Kabila Kabupaten Bonebolango. Diakses pada tanggal 10

// Wikan / salah satu murid smp negeri 1 sewon bantul ini / dalam dunianya bermain / anak pasangan maryanto dan maryani / bisa dibilang berbakat // sejak duduk di sekolah dasar /

// Kegiatan memancing lebih pada kegiatan melepas penat dari kesibukan sehari-hari dibandingkan mancing sebagai kegiatan berolah raga.// Bahkan, yang terjadi di lapangan,/ tak