• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bunga merupakan harga yang harus dibayar/diterima untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bunga merupakan harga yang harus dibayar/diterima untuk"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil

Bunga merupakan harga yang harus dibayar/diterima untuk meminjam/menyimpan uang selama periode tertentu dan biasanya dinyatakan dalam persentase uang yang dipinjam/disimpan. Sementara bagi hasil adalah hasil (untung/rugi) yang diperoleh atas suatu proyek yang dibiayai oleh Bank maupun peminjam dibagi sesuai dengan ketentuan akad yang telah disepakati bersama.

2.2. Permintaan

2.2.1. Pengertian Permintaan

Permintaan akan sesuatu jenis barang ialah jumlah barang dimana pembeli bersedia membelinya pada tingkat harga yang berlaku pada suatu pasar tertentu dan dalam waktu yang tertentu pula.

Pengertian permintaan menurut (Sudarsono, 1995 : 8) diartikan secara absolut yaitu jumlah barang yang dibutuhkan. Atas dasar kebutuhan ini individu tersebut mempunyai permintaan akan suatu barang. Namun permintaan haruslah didukung oleh tenaga beli peminta barang. Karena barang yang ada di pasar mempunyai harga. Tenaga beli seseorang, tergantung atas dua unsur pokok, yaitu pendapatan yang dapat dibelanjakan dan harga barang yang dikehendaki.

Berdasarkan daya beli masyarakat pada permintaan dapat dibagi atas dua yaitu permintaan potensial dan efektif. Permintaan potensial adalah permintaan

(2)

didasarkan atas kebutuhan usaha sedangkan permintaan efektif adalah permintaan yang diikuti dengan kemampuan membeli.

Dalam sistem ekonomi Islam, terdapat dua motif seorang muslim memegang uang baik dari segi permintaan maupun penawaran yaitu:

a. Motif transaksi b. Motif berjaga-jaga

Permintaan uang dalam ekonomi Islam berhubungan dengan tingkat pendapatan. Keperluan uang tunai yang dipegang dalam jangka waktu penerimaan pendapatan dan pembayarannya. Besarnya persediaan uang tunai akan berhubungan dengan tingkat pendapatan dan frekuensi pengeluaran. Karena seorang muslim yang beriman kuat maka tendensi memegang uang tunai untuk motivasi berjaga-jaga amat terbatas.

Motivasi berjaga-jaga muncul karena individu dan perusahaan menganggap perlu memegang uang tunai di luar apa yang diperlukan untuk transaksi, guna memenuhi kewajiban dan berbagai kesempatan yang tidak disangka untuk pembelian di muka.

Permintaan uang dengan motif spekulasi tidak dijumpai dalam sistem ekonomi Islam. Oleh karena itu permintaan uang untuk tujuan spekulasi sebagai fungsi dan tingkat bunga menjadi nol (tidak ada) dalam moneter Islam.

Dilarangnya praktek spekulasi dalam sistem ekonomi Islam disebabkan karena spekulasi akan memudharatkan pihak lain. Praktek spekulasi menyebabkan keadaan ekonomi suatu negara tidak normal dan sukar untuk diprediksi. Praktek ini memang dari satu segi dapat menghasilkan keuntungan yang besar, tetapi

(3)

dalam segi lain menimbulkan kesenjangan ekonomi yang luar biasa. Dalam Islam sangat dilarang keras adanya suatu pihak memudharatkan atau menganiaya pihak lain dalam bentuk kegiatan apapun. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah SAW (As-Suyuthi, t.t : 93): Artinya: Tidak boleh memudaratkan (seseorang) dan tidak boleh dimudaratkan (orang lain).

2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Permintaan seseorang atau suatu masyarakat kepada sesuatu barang ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Harga barang itu sendiri

Jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan konsumen terhadap barang itu akan bertambah. Begitu juga sebaliknya, jika harga suatu barang semakin mahal, maka permintaan konsumen terhadap barang itu akan menurun. (Manurung, 2004 : 55).

2. Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut

a. Barang pengganti (barang substitusi), sekiranya harga barang pengganti bertambah murah maka barang yang digantikannya akan mengalami pengurangan atau penurunan dan sebaliknya.

b. Barang pelengkap (barang komplementer), kenaikan atau penurunan permintaan terhadap barang pelengkap selalu sejalan dengan perubahan permintaan barang yang dilengkapinya.

c. Barang netral, perubahan terhadap permintaan salah satu barang tidak akan mempengaruhi permintaan barang lainnya.

(4)

3. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat

Pendapatan para pembeli merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan corak permintaan terhadap berbagai barang. Perubahan pendapatan selalu menimbulkan perubahan permintaan berbagai jenis barang.

4. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat

Sejumlah pendapatan masyarakat yang tertentu besarnya akan menimbulkan corak permintaan masyarakat yang berbeda apabila pendapatan tersebut diubah corak distribusinya.

5. Cita rasa masyarakat

Cita rasa mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap keinginan masyarakat untuk membeli barang-barang.

6. Jumlah penduduk

Pertambahan penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan. Tetapi biasanya pertambahan penduduk diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan.

7. Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang

Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan pada masa yang akan datang dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan para konsumen bahwa harga-harga akan menjadi bertambah tinggi pada masa depan akan mendorong mereka untuk membeli lebih banyak pada masa kini untuk menghemat

(5)

pengeluaran pada masa yang akan datang. Sebaliknya, ramalan bahwa lowongan kerja akan berpengaruh sukar diperoleh dan kegiatan ekonomi akan mengalami resesi, akan mendorong orang lebih berhemat dalam pengeluarannya dan mengurangi permintaan. (Sukirno, 2005 : 80)

2.3. Pembiayaan dan Jenis-Jenis Pembiayaan 2.3.1. Pengertian Pembiayaan Perbankan

Bank pada hakekatnya adalah lembaga intermediasi antara para penabung dan investor. Tabungan hanya akan berguna apabila diinvestasikan, sedangkan para penabung tidak dapat diharapkan untuk mampu melakukannya sendiri. Nasabah akan menyimpan dananya di bank karena ia percaya bahwa bank dapat memilih alternatif investasi yang menarik dan menguntungkan. Selanjutnya bank akan menyalurkan kembali dana tabungan dan nasabah tersebut dalam bentuk investasi kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Pengalokasian dana dapat diwujudkan dalam bentuk pinjaman atau yang lebih dikenal dengan kredit. Pengalokasian dana dapat pula dilakukan dengan membelikan berbagai asset yang dianggap dapat menguntungkan bank.

Akan tetapi, kegiatan pengalokasian dana yang paling penting dalam perbankan adalah pemberian pinjaman pada nasabah atau yang dikenal dengan istilah kredit pada bank konvensional dan pembiayaan bagi bank yang melaksanakan operasionalnya berdasarkan prinsip syariah. Pengertian pembiayaan dalam hal ini dibatasi pada pengertian pembiayaan yang dilakukan oleh bank yang

(6)

beroperasi berdasarkan prinsip syariah saja, bukan pembiayaan yang dilakukan lazimnya oleh lembaga pembiayaan non bank.

Dalam Standar Akuntansi Keuangan, dikatakan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

2.3.2. Jenis-jenis Pembiayaan

Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. (Antonio, 2001 : 160). Menurut sifat penggunaannya pada perbankan syariah, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua bagian sebagai berikut: 1. Pembiayaan Produktif

Merupakan pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi. Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal berikut: Pembiayaan Modal Kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan:

- Peningkatan produksi baik secara kuantitatif maupun kualitatif

- Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang

(7)

Pembiayaan Investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal serta fasilitas-fasilitas yang berkaitan dengan itu.

a. Pembiayaan Modal Kerja

Bank Syariah melaksanakan pembiayaan modal kerja untuk memenuhi kebutuhan modal kerja nasabah bukan dengan meminjamkan uang, melainkan dengan menjalin hubungan partnership dengan nasabah, dimana bank bertindak sebagai penyandang dana (shahibul maal), sedangkan pengusaha sebagai pengelola dana (mudharib). Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa Islam mendorong umatnya menjadi investor bukan semata-mata kreditor.

Skema pembiayaan ini disebut dengan mudharahah (trust financing). Fasilitas ini dapat diberikan untuk jangka waktu tertentu, sedangkan bagi hasil secara periodik dengan nisbah wajar yang disepakati. Setelah jatuh tempo, nasabah mengembalikan sejumlah dana tersebut beserta porsi bagi hasil (yang belum dibagikan) dan merupakan bagian bank.

b. Pembiayaan Investasi

Pembiayaan investasi diberikan kepada nasabah untuk keperluan investasi, yaitu keperluan penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi perluasan usaha, Pada umumnya pembiayaan investasi diberikan dalam jumlah besar dan pengendapannya cukup lama. Dengan demikian perlu disusun proyeksi arus kas (projected cash flow) yang mencakup semua komponen biaya dan pendapatan sehingga akan dapat diketahui berapa dana yang tersedia setelah semua kewajiban terpenuhi. Setelah itu barulah disusun jadwal amortisasi yang merupakan angsuran pembiayaan.

(8)

2. Pembiayaan Konsumtif

Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bank syariah dapat menyediakan pembiayaan komersil untuk pemenuhan kebutuhan barang konsumsi sebagai berikut:

a. Bai’ bi tsaman ajil (salah satu bentuk murabahah) yaitu suatu perjanjian pembiayaan yang disepakati antara bank dengan nasabah, dimana bank menyediakan dananya untuk pembelian barang modal dan usaha anggotanya yang kemudian proses pembayarannya dilakukan secara mencicil atau angsuran.

b. Muntahia bit-tamlik atau sewa beli.

c. Musyarakah mutanaqishah (decreasing paticipation), dimana secara bertahap bank menurunkan jumlah partisipasinya,

d. Rahn yaitu menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.

2.4. Prinsip Dasar Pembiayaan Syariah

Secara umum prinsip pembiayaan pada perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu musyarakah, mudharabah, muzara’ah dan musaqah. Sungguhpun demikian, di dalam prakteknya, pihak perbankan syariah saat ini masih belum menerapkan semua jenis akad pembiayaan tersebut.

Prinsip yang paling banyak dipakai adalah musyarakah dan mudharabah, sedangkan muzara’ah dan musaqah biasanya dipergunakan secara lebih khusus

(9)

lagi yaitu untuk plantation financing atau pembiayaan pertanian oleh beberapa bank Islam. Khusus dalam penelitian ini hanya akan dibahas mengenai prinsip-prinsip murabahah.

2.4.1. Pembiayaan Murabahah

Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam murabahah, penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.

Landasan Syariah a. Al-Quran

“ ... Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...” (Al-Baqarah : 275)

b. Al-Hadits

Dari Shuhaib ar-Rumi r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR. lbnu Majah)

2.4.2. Jenis-Jenis Murabahah Jenis-jenis murabahah adalah : 1. Murabahah tanpa pesanan

(10)

Murabahah yang dijalankan dimana penyediaan barang pada murabahah tidak terpengaruh atau terkait langsung dengan ada tidaknya pesanan dari pembeli. 2. Murabahah berdasarkan pesanan

Murabahah yang dijalankan dimana pengadaan barang sangat tergantung atau terkait langsung dengan pesanan atau pembelian barang tersebut. Murabahah berdasarkan pesanan dapat dibedakan menjadi :

i. Murabahah berdasarkan pesanan dan bersifat mengikat

Maksudnya, apabila telah dilakukan pemesanan, pemesan atau nasabah harus membeli barang tersebut.

ii. Murabahah berdasarkan pesanan dan bersifat tidak mengikat

Maksudnya, walaupun nasabah telah memesan barang, tetapi nasabah tidak terikat dimana nasabah dapat menerima dan membatalkan barang yang telah dipesan tersebut.

2.4.3. Tujuan Pembiayaan Murabahah

Tujuan pembiayaan murabahah pada bank islam

1. Bank islam mendapatkan keuntungan yang pantas dari pembiayaan murabahah.

2. Beberapa bank islam memiliki pengalaman untuk membeli produk tertentu.

3. Untuk klien, bank islam mendanai pembelian produk kemudian pembeli akan membayar dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan.

(11)

4. Pembiayaan murabahah memberikan alternatif jual beli bebas riba sebagai pertandingan dalam sistem perbankan konvensional.

2.4.4. Syarat-Syarat Pembiayaan Murabahah

1. Bank islam (Lembaga Keuangan Mikro Syariah) memberitahu biaya modal kepada nasabah.

2. Kontrak pertama harus sah 3. Kontrak harus sah dari unsur riba

4. Bank islam harus memiliki dan menguasai barang komoditi tersebut sebelum menjualnya ke klien (nasabah)

5. Komoditi yang diperjualbelikan harus halal

6. Bank islam (Lembaga Keuangan Mikro Syariah) seharusnya mengungkapkan setiap catat yang terjadi setelah pembelian atas produk dan membuka semua hal yang berhubungan dengan catat.

7. Bank islam harus membuka semua ukuran yang berlaku bagi harga pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.

8. Jika syarat dalam 1, 6, atau 7 tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan : a. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya

b. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan c. Membatalkan kontrak

(12)

2.4.5. Penentuan Margin

Dalam perdagangan yang dilakukan Rasulullah sangat jelas sekali mengedepankan aspek kejujuran, transparansi, dan amanah (bertanggung jawab). Dan Rasulullah selalu mempermudah di saat membeli, menjual dan membayar dalam perdagangan tersebut. Hal ini merupakan adab Rasulullah di saat melakukan perdagangan.

Penetapan margin murabahah dengan mencontoh perdagangan yang dilakukan Rasulullah dapat ditentukan dengan :

1. Unsur harga beli dari supplier/pemasok/dealer/agent

2. Unsur biaya yang harus diperoleh kembali (cost of recovery), yang diperhitungkan dari (a) biaya perolehan, dibagi (b) jumlah barang yang dijual

3. Unsur keuntungan yang dapat diterima pasar (negotiable) Formula :

Harga jual = Harga Beli + Biaya Perolehan + Keuntungan Jumlah Barang

Dari formula tersebut bisa dijelaskan bahwa :

Harga jual merupakan fungsi dari harga beli di tambah dengan biaya perolehan di bagi dengan jumlah barang dan ditambah dengan keuntungan yang wajar yang dapat diterima pasar.

Harga beli barang akan relatif lebih murah apabila didapatkan langsung dari produsen atau sole agen.

(13)

Hasil bagi dari biaya perolehan dan jumlah barang akan relatif rendah apabila biaya perolehan dilakukan dengan efisien dan dalam jumlah banyak. Keuntungan akan relatif rendah apabila hasil bagi dari butir 3 tinggi, dan relatif tinggi apabila hasil bagi dari butir 3 rendah.

Dan yang paling penting dan merupakan esensi dalam keuntungan murabahah adalah adanya kata sepakat antara penjual dan pembeli dan tidak merugikan satu sama lain, tidak menimbulkan kemudaratan, penganiayaan satu dengan yang lain.

2.5. Penelitian Terdahulu

Daulay (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Manajemen Pembiayaan Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pembantu Kisaran”. Hasil penelitian yang diperoleh adalah penentuan margin untuk pembiayaan murabahah bersifat tetap (flat). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan margin adalah kebutuhan bank syariah untuk memperoleh keuntungan riil, inflasi, suku bunga berjalan, kebijakan moneter, bahkan suku bunga luar negeri, serta marketabilitas barang-barang murabahah, dan tidak terlepas dari itu adalah tingkat laba yang diharapkan dari barang-barang tersebut. Sedangkan penentuan bagi hasil untuk pembiayaan mudharabah dan musyarakah ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain jenis pembiayaan, porsi modal, tingkat keuntungan, dan tingkat resiko.

Ramadayanti (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pembiayaan Syariah Terhadap Peningkatan Nasabah Non Muslim Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan”. Hasil penelitian yang diperoleh adalah terdapat

(14)

pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas yaitu variabel bagi hasil, keterbukaan informasi, bantuan manajemen, layak operasional dan jaminan terhadap variabel terikat yaitu Shahibul Mall pada nasabah non muslim PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan.

2.6. Kerangka Konseptual

Umumnya murabahah diadopsi untuk memberikan pembiayaan jangka pendek kepada para nasabah guna pembelian barang. Murabahah, sebagaimana yang digunakan dalam perbankan syariah, prinsipnya didasarkan pada dua elemen pokok : harga beli serta biaya yang terkait, dan kesepakatan atas mark-up (laba) (Rivai, 2008 : 148).

Sejumlah alasan diajukan untuk menjelaskan popularitas murabahah dalam operasi investasi perbankan islam : (i) murabahah adalah suatu mekanisme investasi jangka pendek dan, dibandingkan dengan sistem profit and loss sharing (PLS), cukup memudahkan; (ii) mark-up dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga memastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan yang sebanding dengan keuntungan bank-bank berbasis bunga yang menjadi saingan Islamic Banking; (iii) murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan dari bisnis-bisnis dengan sistem PLS (Ahmad, 1998); dan (iv) murabahah tidak memungkinkan Islamic Banking untuk mencampuri manajemen bisnis, karena bank bukanlahlah mitra nasabah, sebab hubungan mereka dalam murabahah adalah hubungan antara kreditor dan debitur.

(15)

Berdasarkan uraian tersebut, maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut:

Sumber : Khairi (2009) diolah Penulis Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

2.7. Hipotesis

1. Biaya akad berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan pembiayaan murabahah.

2. Kecepatan pencairan pembiayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan pembiayaan murabahah.

3. Keuntungan margin berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan pembiayaan murabahah.

Permintaan Pembiayaan Murabahah (Y) Biaya Akad (X1)

Kecepatan Pencairan Pembiayaan (X2)

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu urgensi mengenai hal tersebut adalah bahwa penerapan DNA Barcoding pada organisme yang hidup di laut lebih sulit dilaksanakan ditinjau dari diversitas

Faktor yang mempengaruhi tahapan perkembangan moral menurut Brabeck (dalam Santrock, 2007) antara lain: (1) modelling , pemikiran moral seorang remaja dapat beralih

Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peranserta Masyarakat dalam Penyelenggaraan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor

Riyadi dan Purwanto (2009), menyatakan bahwa analisa dari kegiatan terapi okupasi, meliputi: jenis kegiatan yang dilakukan seperti latihan gerak badan atau

Indonesia ( BNRI ) tetap berlaku, hanya yang pada saat UU No. 1 tahun 1995 berlaku pengumuman tersebut merupakan kewajiban Direksi PT yang bersangkutan tetapi

Besi (pipa) akan aman terlindungi selama logam pelindungnya masih ada/belum habis. Untuk perlindungan katoda pada sistem jaringan pipa bawah tanah lazim

Manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek perusahaan dimasa mendatang dibandingkan dengan pemilik perusahaan, manajemen berkewajiban

Memberikan layanan informasi dengan bentuk bimbingan pribadi, bimbingan kelompok, layanan klasikal, layanan pendekatan khusus/kolaboratif dan jarak jauh untuk