• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN DENGAN MODEL ADDIE PADA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SDN 1 SELAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN DENGAN MODEL ADDIE PADA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SDN 1 SELAT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN DENGAN

MODEL ADDIE PADA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS

DI SDN 1 SELAT

I Gusti Lanang Agung Kartika Putra1, I Dewa Kd Tastra, IGN I Wy Suwatra3 1,2,3

Jurusan Teknologi Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: {agung_kartika@ymail.com1, tastradw@yahoo.com 2, suwatra_pgsd@yahoo.co.id 3

}@undiksha.ac.id

Abstrak

Permasalahan yang ditemukan di SD N 1 Selat berdasarkan observasi yang dilakukan antara lain adanya keluhan beberapa pengelola pembelajaran (guru) terhadap rendahnya daya serap pembelajaran. Hal itu disebabkan karena kurangnya bahan ajar atau media pembelajaran untuk meningkatkan minat belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu produk yaitu sebuah media video pembelajaran yang layak pakai pada mata pelajaran Bahasa Inggris Kelas V di SD Negeri 1 Selat, sesuai dengan kebutuhan dan mengikuti aturan yang ada serta mampu memberikan daya tarik agar siswa mampu menyerap isi dari materi pembelajaran lebih maksimal. sehingga dilakukan penelitian produk media video pembelajaran tentang pengenalan nama-nama buah dan sayuran pada mata pelajaran bahasa inggris Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (research and devlopment). Setelah melalui tahap produksi dihasilkan produk awal kemudian dilakukan validasi oleh seorang ahli isi mata pelajaran, ahli desain pembelajaran, dan ahli media pembelajaran. Selanjutnya produk diujicobakan kepada siswa melalui tiga tahap, yaitu uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan. Subyek uji coba penelitian ini terdiri dari enam orang siswa untuk uji coba perorangan, dua belas orang siswa untuk uji coba kelompok kecil, dan dua puluh orang siswa untuk uji coba lapangan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data dari uji ahli isi mata pelajaran, uji ahli desain, uji ahli media pembelajaran, dan dari uji coba siswa. Instrumen pengumpulan data berupa lembar evaluasi (angket) baik untuk uji ahli dan uji coba siswa. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penilaian terhadap produk media dilaksanakan berdasarkan enam aspek, yaitu: (1) ditinjau dari aspek isi bidang studi/mata pelajaran, media ini termasuk dalam kualifikasi/predikat sangat baik, dengan persentase tingkat pencapaian 92.00%; (2) ditinjau dari aspek desain pembelajaran, media ini termasuk dalam kualifikasi/predikat baik, dengan persentase tingkat pencapaian 85.00%; (3) ditinjau dari aspek media pembelajaran, media ini termasuk dalam kualifikasi/predikat baik, dengan persentase tingkat pencapaian 88.00%; (4) ditinjau dari aspek uji coba perorangan, media ini termasuk dalam kualifikasi/predikat sangat baik, dengan persentase tingkat pencapaian 92.31%; (5) ditinjau dari aspek uji coba kelompok kecil, media ini termasuk dalam kualifikasi/predikat sangat baik, dengan persentase tingkat pencapaian 92.24%; dan (6) ditinjau dari aspek uji coba lapangan, media ini termasuk dalam kualifikasi/predikat sangat baik, dengan persentase tingkat pencapaian 92.46%. Dengan demikian produk media video pembelajaran ini memiliki tingkat validitas yang baik dan layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Kat-kata kunci: pengembangan, media video pembelajaran, Bahasa Inggris

(2)

Abstract

The problem that was find based on observation in SD N 1 Selat is low of learning capacity because lacking instructional media for increase student’s intention so that there is a research abaut instructional video media product about introducing the fruit and vegetable name in English Lesson. This research direct to product such as a instructional video media that proper to use in English lesson for five grade in SDN 1 selat, according to the requirements and follow the rules and be able to provide an incentive for the students are able to absorb the contents for maximum. This research is about development research. After pass production stage the early product was produce and then validated by a subject matter content expert, subject design expert, and instructional media expert. After that the product tested to the students through three stages such as personal test, small group test and field test. Test subject of this study consisted of six students for personal test, twelve students for small group test, and twenty students for field test. Data that collected in this research are data from subject matter content expert, subject design expert, instructional media expert and from students test. Data collection instrument such as evaluation sheets for expert test and students test. Data analysis using descriptive analysis of qualitative and quantitative descriptive. Valuation result of media products carried by six aspects such as : (1) observed from subject matter content aspect, this media qualify as very good, with percentage level of achievement 92.00%; (2) observed from study design aspect, this media qualify as good, with percentage level of achievement 85.00%; (3) observed from instructinal media aspect, this media qualify as good, with percentage level of achievement 88.00%; (4) observed from personal test aspect, this media qualify as very good, with percentage level of achievement 92.31%; (5) observed from small group test aspect, this media qualify as very good, with percentage level of achievement 92.24%; (6) observed from field test aspect, this media qualify as very good, with percentage level of achievement 92.46%. So that, this instructional video media product has good validity level and proper to use in English lesson.

Keyword : development, instructional video media, English Lesson

Pendahuluan

Proses pembelajaran saat ini sebagian besar hanya menggunakan buku sebagai media untuk belajar. Guru menjelaskan kembali secara mendetail materi yang sudah ada dalam buku. Belajar menggunakan buku saja masih memiliki beberapa kekurangan, diantaranya belajar dengan buku meniadakan interaksi pebelajar dengan pendidik. Selain itu, buku juga tidak bisa menampilkan animasi. Melalui proses belajar mengajar seperti di atas, dirasa kurang optimal memberikan hasil belajar.

Era globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas sudah menjadi seolah-olah sempit. Interaksi antar manusia dalam wujud tertentu sudah tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Interaksi tersebut salah satunya dalam bentuk komunikasi. Komunikasi melalui media saat ini sudah menjadi suatu budaya. Media yang biasa digunakan adalah media audio, visual dan audio visual. Perkembangan interaksi antar manusia melalui media semakin maju

seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju. Media audio, visual dan audio visual menjadi suatu yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia saat ini. Semua media tersebut berbasis pada teknologi informasi. Informasi yang disampaikan melalui media memberi warna baru pada peradaban umat manusia.

Salah satu mata pelajaran yang pembahasannya dapat menggunakan Media video Pembelajaran adalah mata pelajaran Bahasa Inggris, karena materinya banyak bersifat menghafal, misalnnya materi tentang pengenalan nama-nama buah dan sayur. Materi pengenalan nama-nama buah dan sayur merupakan materi yang bersifat mengingat dan menghafal. Materi ini mungkin masih sulit dipahami oleh anak-anak setingkat SD, jika pembahasannya masih menggunakan model konvensional. Sementara itu, tingkat pencapaian tujuan pembelajaran di tingkat sekolah khususnya di SD Negeri 1 Selat masih tergolong relatif rendah. Indikator dari

(3)

fenomena ini antara lain adanya keluhan beberapa pengelola pembelajaran (guru) terhadap rendahnya daya serap pembelajaran. Misalnya dalam mengikuti pembelajaran tampak nilai akhir siswa dalam beberapa mata pelajaran khususnya pelajaran Bahasa Inggris belum memuaskan secara merata.

Berdasarkan hasil wawancara di SD Negeri 1 Selat, ditemukan nilai rata-rata pada mata pelajaran Bahasa Inggris untuk siswa kelas V masih belum memuaskan yaitu 64,35 (pada semester I tahun pelajaran 2011/2012), Nilai tersebut kurang dari standar nilai ketuntasan untuk mata pelajaran Bahasa Inggris di SD Negeri 1 Selat yaitu 70. Rendahnya nilai rata-rata siswa ditenggarai karena proses pembelajaran yang dilaksanakan kurang berkualitas. Beberapa permasalahan yang menyebabkan rendahnya kualitas proses pembelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris khususnya kelas V adalah antara lain minimnya sumber bacaan yang relevan. Permasalahan lain yang paling menonjol dirasakan adalah keterbatasan media pembelajaran yang menarik dan relevan pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Penggunaan media yang terdapat di sekolah tersebut cenderung membuat proses belajar mengajar tidak berjalan dengan efektif. Penggunaan media yang masih sangat konvensional seperti papan tulis dirasakan sudah tidak menarik lagi. Hal ini diduga sangat berpengaruh terhadap minat dan motivasi siswa untuk belajar. Untuk itu, guru perlu merancang suatu bentuk media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa, sehingga siswa dapat lebih mudah menyerap materi dalam pembelajaran khususnya pelajaran Bahasa Inggris, media itu dapat digunakan di luar jam pelajaran mengingat keterbatasan jam pelajaran di sekolah.

Seiring dengan kemajuan dan berkembangnya teknologi di bidang komputer, maka kegiatan belajar mengajar dapat dikemas dalam suatu media pembelajaran yang menarik, sehingga siswa tidak monoton menerima materi yang disampaikan secara abstrak dari konsep yang disajikan. Dengan tersedianya media pembelajaran ini

diharapkan dapat mengarahkan siswa mendapatkan informasi yang utuh dan pembelajaran berlangsung secara efektif serta efisien.

Dengan pertimbangan, media video pembelajaran mampu memberikan rangsangan yang bervariasi kepada otak kita dan (1) Penelitian Fitria. 2005.“Pengembangan Media Audio Visual Dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris Pada Siswa Kelas IV Madrasyah Ibtidaiyyah Negeri (MIN) Bawu Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara” Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Setelah dilakukan pengembangan dengan media VCD diketahui bahwa siswa kelas IV MIN Bawu Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara lebih mudah untuk memahami materi atau informasi yang disampaikan oleh guru. (2) Penelitian Tegeh. 2006. “Pengembangan Paket Pembelajaran Dengan Model Dick & Carey Pada Mata Kuliah Sinetron Pendidikan Jurusan Teknologi Pendidikan Ikip Negeri Singaraja” menarik kesimpulan bahwa hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan paket pembelajaran tidak sama. Dengan ungkapan lain dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar mahasiswa sebelum dan sesudah menggunakan paket pembelajaran dalam kuliah. Melihat nilai atau rerata atau mean postes yang lebih besar dari nilai rerata atau mean pretes, dapat diketahui bahwa paket pembelajaran dapat mengingktkan hasil belajar mahasiswa.

Berdasarkan paparan tersebut, maka dalam penelitian ini dicoba untuk mengembangkan Media video Pembelajaran dengan Model Addie Mata Pelajaran Bahasa Inggris Untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Selat.

Rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana menciptakan media video pembelajaran yang layak pakai pada mata pelajaran bahasa inggris kelas V semester I di SD Negeri 1 Selat

Berdasarkan rumusan masalah tersebut adapun tujuan yang ingin dicapai

(4)

adalah untuk mengetahui kelayakan media video pembelajaran. Media ini diharapkan dapat menambah sumber belajar dalam pelajaran bahasa inggris kelas V, media yang dihasilkan berupa Compac disk (CD).

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk mengembangkan media video pembelajaran untuk pengenalan nama-nama buah dan sayur dengan bahasa inggris. Dalam pengembangan media ini menggunakan model ADDIE (dalam Tegeh & Kirna, 2010). Pemilihan model ini didasari atas pertimbangan bahwa model ini mudah untuk dipahami, selain itu juga model ini dikembangkan secara sistematis dan berpijak pada landasan teoretis desain pembelajaran yang dikembangkan. Model ini disusun secara terprogram dengan kegiatan yang sistematis dalam upaya pemecahan masalah belajar yang berkaitan dengan media belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak. Tegeh & Kirna (2010) menyatakan tahapan penelitian pengembangan pada model ADDIE yaitu: (1) Analis (Analysis), (2) Desain/perancangan (Design) (3) Pengembangan (Development), (4) Implementasi/eksekusi (Implementation), dan (5) Evaluasi/umpan balik (Evaluation).

Sesuai dengan model yang dipilih, analisis yang dilakukan meliputi: pebelajar, mengenal nama-nama buah dan sayur pada mata pelajaran bahasa inggris, dan lingkungan. Desain meliputi: anak, tujuan, metode, dan evaluasi. Pengembangan dilakukan dengan memproduksi produk berupa media video pembelajaran. Implementasi dilakukan validasi para ahli dan Uji Coba media pembelajaran audiovisual di Sekolah Dasar Negeri 1 Selat. Evaluasi dilakukan secara formatif pada tahapan pengembangan produk sesuai dengan model yang digunakan.

Kelima tahap prosedur pengembangan tersebut dapat dilihat pada bagan tahap-tahap pengembangan sebagai berikut.

1) Tahap analisis (analyze) meliputi kegiatan sebangai berikut: (1) melakukan analisis kompetensi yang dituntut kepada peserta didik; (2) melakukn analisis karakteristik peserta didik tentang kapasitas belajar, pengetahuan, keterampilan, sikap yang telah dimiliki peserta didik serta aspek lain yang terkait; (3) melakukan analisis materi sesuai dengan tuntutan kompetensi.

2) Tahap II Perancangan (Design) dilakukan dengan kerangka acuan sebagai berikut: (1) untuk siapa pembelajaran dirancang? (pesert didik); (2) kemampuan yang diinginkan untuk dipelajri? (kompetensi); (3) bagaimana materi pelajaran atau keterampilan dapat dipelajari dengan baik? (strategi pembelajaran); (4) bagaimana anda menentukan tingkat penguasaan pelajaran yang sudah dicapai (asesmen dan evaluasi).

3) Tahap ketiga adalah kegiatan pengembangan (development) yang meliputi kegiatan pengumpulan bahan/materi media pembelajaran berbasis multimedia interaktif, pembuatan gambar-gambar ilustrasi, pengetikan, dan lain-lain. Kemidian dilanjutkan dengan kegiatan penyusunan media pembelajaran berbasis multimedia interaktif dengan bantuan software-software yang dibutuhkan.

4) Kegiatan tahap keempat adalah implementasi (implementation). Hasil pengembangan diterapkan dalam pembelajaran untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas pembelajaran yang meliputi keefektifan, kemenarikan, dan efesiensi pembelajaran.

5)Tahap terakhir adalah melakukan evaluasi (evaluation)yang meliputi evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk mengumpulkan data pada setiap tahapan

Analyze

Implement

Evaluation

Design

(5)

yang digunakan untuk menyempurnakan dan evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik dan kualitas pembelajaran secara luas. Dalam penelitian ini hanya dilakukan evaluasi formatif, karena jenis evaluasi ini berhubungan dengan tahapan penelitian pengembangan untuk memperbaiki produk pengembangan yang dihasilkan.

analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, serta dokumentasi dengan cara mengorganisasikannya ke dalam katagori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting yang akan dipelajari sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiono, 2009). Agung (2011:67) mengemukakan tujuan analisis atau pengolahan data adalah “untuk mengadakan generalisasi terhadap sifat-sifat, kondisi-kondisi, atau hubungan-hubungan yang bersifat khusus, sehingga diperoleh kondisi-kondisi, sifat-sifat, atau hubungan-hubungan yang bersifat umum”. Pada penelituan pengembangan ini digunakan dua macam teknik analisis data, yaitu analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriftip kwantitatif.

1) Analisis Deskriptif Kualitatif, Data dalam penelitian kualitatip bersifat deskriptif bukan angka. Data dapat berupa gejala-gejala, kejadian dan peristiwa yang kemudian dianalisis dalam bentuk kategori-kategori. Menurut Kurnia (2010) menyatakan bahwa “analisis kualitatif adalah aktivitas intensive yang memerlukan pengertian yang mendalam, kecerdikan, kreativitas, kepekaan konseptual, dan pekerjaan berat”. Analisa kualitatif tidak berproses dalam suatu pertunjukan linier dan lebih sulit dan kompleks dibanding analisis kuantitatif sebab tidak diformulasi dan distandardisasi. Menurut Best (dalam Hartoto, 2009) Penelitian deskriptif merupakan “metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya”. Penelitian ini juga sering disebut noneksperimen, karena pada penelitian ini

penelitian tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian. Dengan metode deskriptif, penelitian memungkinkan untuk melakukan hubungan antar variabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan mengembangkan teori yang memiliki validitas universal. Di samping itu, penelitian deskriptif juga merupakan penelitian, dimana pengumpulan data untuk mengetes pertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadan dan kejadian sekarang. Mereka melaporkan keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya.

Dapat disimpulkan bahwa analisis deskriptif kualitatif merupakan teknik analisis data yang digunakan untuk menampilkan data dalam bentuk kata tertulis dari subjek penelitian. Teknik analisis deskriptif kualitatif ini digunakan untuk mengolah data hasil review ahli isi bidang studi atau mata pelajaran, ahli desai produk pembelajaran, ahli media pembelajaran dan uji coba siswa. Teknik analisis data ini dilakukan dengan mengelompokan informasi dari data kualitatif yang berupa masukan, tanggapan, kritik, dan saran perbaikan yang terdapat pada angket. Hasil analisis ini kemudian digunakan untuk merevisi produk yang dikembangkan.

2) Analisis deskriptif kuantitatif ialah “suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2011:67). Dalam penelitian ini, analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengolah data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skor. Rumus yang digunakan untuk menghitung presentase menurut Tegeh dan Kirna (2010:101) dari masing-masing subjek sebagai berikut.

100 ) ( x tertinggi bobot x n pilihan tiap Bobot x Jawaban Persentase Keterangan: ∑ = jumlah

(6)

n = jumlah seluruh item angket

Selanjutnya, untuk menghitung prosentase keseluruhan subjek digunakan rumus: Prosentase = (F : N) x 100%

Keterangan:

F = jumlah prosentase keseluruhan subjek N = banyak subjek

Untuk dapat memberikan makna dan

pengambilan keputusan digunakan ketetapan konversi tingkat pencapaian dengan skala 5 yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.1 PAP Tingkat Pencapaian dengan Skala 5

Sumber: Agung (2011:73) Keterangan: 1) Sangat baik = sangat layak, 1)Baik = layak, 3) Cukup = cukup layak, 4) Kurang = kurang layak, 5) Sangat kurang = sangat kurang layak

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian pengembangan ini dipaparkan tiga hal pokok, yaitu (1) penyajian data dan analisis data, (2) revisi produk, dan (3) pembahasan produk pengembangan.

1) Penyajian dan Analisis Data.

Dalam Sub Bab Penyajian dan analisis data ini akan dipaparkan enam hal, yaitu uji ahli isi mata pelajaran, uji ahli desain pembelajaran, uji ahli media pembelajaran, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan. Keenam hal tersebut akan disajikan secara berturut-turut sesuai

dengan hasil yang diperoleh dari masing-masing tahapan uji coba.

(1) Uji Ahli Isi Mata Pelajaran, Produk ini di nilai oleh seorang ahli isi mata pelajaran sekaligus sebagai guru mata pelajaran bahasa inggris atas nama Ni Wayan Putu Sudiani, S.Pd.SD. instrumen yang digunakan untuk uji coba ahli isi mata pelajaran ini adalah angket/kuisioner. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode kuisioner. Setelah dikonversikan dengan tabel konversi PAP tingkat pencapaian skala 5, persentase tingkat pencapaiannya adalah 92,00% dengan kualifikasi/predikat

sangat baik/sangat layak dikarenakan

penyajian materi sesuai dengan tuntutan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dimiliki sekolah. Selain itu juga didukung kesesuaian gambar, teks, suara dan animasi pada media video pembelajaran yang disampaikan sehingga membuat materi yang disampaikan menjadi lebih menarik, memotivasi dan menyenangkan. sehingga dari segi isi/substansi materi yang disajikan dalam media ini tidak

perlu direvisi.

(2) Uji Ahli Desain Pembelajaran, Setelah mendapatkan penilaian dari ahli isi mata pelajaran, media yang dikembangkan diujicobakan kepada ahli desain pembelajaran untuk mendapatkan penilaian, komentar, dan saran terhadap produk dari segi desain pembelajaran. Media pembelajaran diujicobakan kepada seorang ahli desain pembelajaran atas nama I Gde Wawan Sudatha, S.Pd., S.T., M.Pd. Setelah dikonversikan dengan tabel konversi pap tingkat pencapaian skala 5, persentase tingkat pencapaiannya adalah 85.00% dengan kualifikasi/predikat baik/layak dikarenaka kesesuain indikator dengan kompetensi dasar, konsistensi penyajian materi antara gambar, teks, audio dan animasi pada media video menjadi menarik, dan memotivasi siswa untuk belajar.sehingga dari segi desain pembelajaran, media ini

tidak perlu direvisi.

(3) Uji Ahli Media Pembelajaran. Setelah melewati uji coba ahli isi mata pelajaran dan ahli desain pembelajaran media yang dikembangkan dilanjutkan

Tingkat Pencapai an % Nilai Angka Nilai

Huruf Predikat Keterangan

(1) (2) (3) (4) (5) 90 – 100 4 A Sangat baik/SL Tidak perlu direvisi 80 – 89 3 B Baik/L Tidak perlu direvisi 65 – 79 2 C Cukup/CL Direvisi 55 – 64 1 D Kurang/KL Direvisi 0 – 54 0 E Sangat kurang/SKL Direvisi

(7)

dengan tahap uji coba ahli media pembelajaran. Produk media video pembelajaran diujicobakan kepada seorang ahli media pembelajaran atas nama Dr. Made Tegeh M.Pd. Setelah dikonversikan dengan tabel konversi PAP tingkat pencapaian skala 5, persentase tingkat pencapaiannya adalah 88.00% dengan kualifikasi/predikat baik/layak

dikarenakan kualitas tampilan animasi, nilai estetika penyajian animasi, kemudahan pengoprasian secara keseluruhan pada video pembelajaran sehingga memudahkan siswa untuk belajar. sehingga dari segi media pembelajaran, media ini tidak perlu

direvisi.

(4) Uji Coba Perorangan, Sebagai produk pengembangan yang telah direvisi berdasarkan penilaian dari ahli isi mata pelajaran, ahli desain, dan ahli media pembelajaran, selanjutnya dilakukan uji coba perorangan. Sebagai subyek dari uji coba perorangan ini adalah siswa SD Negeri 1 Selat sejumlah tiga orang. Setelah dikonversikan dengan tabel konversi PAP tingkat pencapaian skala 5, persentase tingkat pencapaiannya adalah 92.31% dengan kualifikasi/predikat sangat

baik/sangat layak kesesuaian tata letak

gambar dengan teks, kualitas sound effect/fx, tingkat kemudahan penggunaan media, kejelasan petunjuk penggunaan media pada media video pembelajaran sehingga membuat materi yang disampaikan menjadi lebih menarik, menyenangkan dan memotivasi siswa dalam pembelajaran., sehingga media ini

tidak perlu direvisi.

(5) Uji Coba Kelompok Kecil. Setelah melalui tahap uji coba perorangan, selanjutnya dilakukan uji coba kelompok kecil yang melibatkan dua belas orang siswa sebagai responden. Penilaian yang dilakukan oleh dua belas orang siswa ini tetap difokuskan pada aspek materi dan media secara keseluruhan, baik fisik maupun non-fisik, termasuk juga dari segi teknis pengoperasian. Setelah dikonversikan dengan tabel konversi pap tingkat pencapaian skala 5, persentase tingkat pencapaiannya adalah 92.24% dengan kualifikasi/predikat sangat baik/sangat layak kesesuaian tata letak

gambar dengan teks, kualitas sound effect/fx, tingkat kemudahan penggunaan media, kejelasan petunjuk penggunaan media pada media video pembelajaran sehingga membuat materi yang disampaikan menjadi lebih menarik, menyenangkan dan memotivasi siswa dalam pembelajaran. sehingga media ini

tidak perlu direvisi.

(6) Uji Coba Lapangan. Setelah melalui tahap uji coba perorangan dan uji coba kelompok kecil, selanjutnya dilakukan uji coba lapangan yang melibatkan dua puluh orang siswa sebagai responden. Penilaian yang dilakukan tetap difokuskan pada aspek materi dan media secara keseluruhan, baik fisik maupun non-fisik, termasuk juga dari segi teknis pengoperasian. Setelah dikonversikan dengan tabel konversi PAP tingkat pencapaian skala 5, persentase tingkat pencapaiannya adalah 92.46% dengan kualifikasi/predikat sangat baik/sangat

layak kesesuaian tata letak gambar

dengan teks, kualitas sound effect/fx, tingkat kemudahan penggunaan media, kejelasan petunjuk penggunaan media pada media video pembelajaran sehingga membuat materi yang disampaikan menjadi lebih menarik, menyenangkan dan memotivasi siswa dalam pembelajaran., sehingga media ini tidak

perlu direvisi.

2) Revisi Pengembangan Produk.

Pada sub bab ini dipaparkan mengenai revisi produk media video pembelajaran berdasarkan komentar dan saran dari para ahli dan siswa sebagai responden. Revisi produk dipaparkan secara berurutan mulai dari ahli isi mata pelajaran, ahli desain pembelajaran, ahli media pembelajaran, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, hingga uji coba lapangan. Berikut ini adalah pemaparan revisi produk media video pembelajaran. Berdasarkan penilaian dari ahli isi mata pelajaran, media video pembelajaran mencapai tingkat pencapaian sangat baik, sehingga tidak perlu direvisi. Berdasarkan penilaian dari ahli desain pembelajaran saat tahap uji coba ahli desain pembelajaran, produk yang dihasilkan telah mencapai tingkat pencapaian baik,

(8)

sehingga tidak perlu direvisi. Tetapi berdasarkan saran yang diberikan, dipandang perlu untuk melakukan perbaikan terhadap produk yang dikembangkan. Hasil penilaian pada uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan menunjukkan tidak adanya saran untuk melakukan revisi terhadap produk media video pembelajaran. Tiga orang siswa yang ditunjuk sebagai responden tidak memberikan komertar. Maka dari itu, pada uji coba perorangan tidak dilakukan revisi terhadap produk media video pembelajaran.

3) Pembahasan Produk

Pengembangan.

Penelitian pengembangan ini menghasilkan sebuah media video pembelajaran. Media ini terlebih dahulu dinilai oleh beberapa ahli, seperti ahli isi, ahli desain pembelajaran, dan ahli media pembelajaran. Setelah mendapatkan riview/penilaian dari para ahli, media pembelajaran direvisi sesuai dengan masukan yang diberikan, selanjutnya media ini di uji cobakan di SD Negeri 1 Selat. Berdasarkan hasil validasi oleh para ahli dan uji coba lapangan, dapat diketahui kualitas media video pembelajaran yang dikembangkan termasuk baik/layak. Memperhatikan aspek-aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa media video pembelajaran yang dikembangkan termasuk dalam kriteria baik. Media yang berada pada tingkat pencapaian baik tidak perlu direvisi. Akan tetapi berdasarkan tanggapan para ahli dan siswa pada saat uji coba produk, perlu dilakukan beberapa perbaikan komponen media sesuai dengan masukan yang diberikan demi kesempurnaan media yang dihasilkan.

SIMPULAN DAN SARAN 1) Simpulan

Penilaian

terhadap produk media dilaksanakan berdasarkan enam aspek, yaitu aspek isi mata pelajaran, aspek desain pembelajaran, aspek media pembelajaran, aspek uji coba perorangan, aspek uji coba kelompok kecil, dan aspek

uji coba lapangan. Hasil penilaian tersebut antara lain: (1) ahli isi mata pelajaran berada pada kategori sangat baik/sangat layak, dengan persentase 92% dikarenakan penyajian materi, dengan tuntutan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dimiliki sekolah; (2) ahli desain pembelajaran berada pada katagori baik/layak, dengan persentase 85.00% dikarenakan konsistensi penyajian materi antara gambar, teks, audio dan animasi pada media video menjadi menarik, dan memotivasi siswa untuk belajar; (3) ahli media pembelajaran berada pada katagori baik/layak, dengan persentase 88.00% dikarenakan kemudahan pengoprasian secara keseluruhan pada video pembelajaran sehingga memudahkan siswa untuk belajar; (4) uji coba perorangan berada pada katagori sangat baik/sangat layak, dengan persentase 92.31%; (5) uji coba kelompok kecil uji coba perorangan berada pada katagori sangat baik/sangat layak, dengan persentase 92.24%; dan (6) uji coba lapangan uji coba perorangan berada pada katagori sangat baik/sangat layak, dengan persentase 92.46% dikarenakan materi yang disampaikan menjadi lebih menarik, menyenangkan dan memotivasi siswa dalam pembelajaran. Dengan demikian produk media video pembelajaran tentang pengenalan nama buah-buahan dan sayur-sayuran dalam Bahasa Inggris memiliki tingkat validitas yang baik sehingga layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran serta dapat menambah sumber belajar pada mata Bahasa Inggris

2) Saran

Adapun saran yang ingin disampaikan terkait pengembangan media ini, yaitu (1) kepada siswa, (2) kepada guru, (3) kepada kepala sekolah, (4) kepada teknolog pembelajaran, dan (5) Saran pengembangan produk lebih lanjut. Adapun pemaparannya sebagai berikut. (1) Siswa. Media pembelajaran ini dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan siswa dalam mempelajari pengenalan nama buah-buahan dan sayur-sayuran dengan bahasa inggris. Seluruh materi yang disajikan hanya

(9)

terbatas pada satu kompetensi dasar dan dua indikator kompetensi. Mengingat materi pelajaran pengenalan nama buah-buahan dan sayur-sayuran dengan Bahasa Inggris cukup luas, diharapkan dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya mengandalkan media ini sebagai satu-satunya sumber belajar yang digunakan. Siswa disarankan untuk mencari atau menemukan sumber belajar lainnya yang relevan, baik berupa buku, maupun sumber-sumber dari internet, termasuk juga mencari media pembelajaran yang lain, baik itu berupa tutorial maupun yang lainnya, sehingga dapat memperdalam pemahaman serta kemampuan dalam belajar. (2) Guru. Dalam pemanfaatan media ini hendaknya didukung oleh sumber belajar lain yang relevan, sehingga tidak dijadikan satu-satunya media alternatif dalam proses pembelajaran. Pemanfaatan media ini juga perlu didukung oleh sarana pendukung seperti komputer. Peran guru juga sangat diperlukan untuk memberikan informasi tambahan yang tidak ada pada media ini. (3) kepala sekolah. Dengan adanya pengembangan media ini secara tidak langsung sudah menambah koleksi sumber belajar yang ada di sekolah. Namun hal itu juga perlu didukung dengan upaya rehabilitasi terhadap fasilitas yang ada. Mengingat media ini secara teknis penggunaannya sangat tergantung pada komputer, maka pihak sekolah disarankan untuk menambah atau memperbaiki beberapa unit perangkat komputer beserta komponen lainnya. Sehingga proses pembelajaran dapat terlaksana dengan optimal. (4) Teknolog Pembelajaran. Pengembangan media pembelajaran ini baru hanya terbatas sampai pada uji validitas produk. Bagi teknolog pembelajaran disarankan untuk kedepannya, dalam proses pengembangan media terutama media pembelajaran berbasis multimedia interkatif dapat dilakukan sampai uji efektifitas produk. Sehingga media yang dikembangkan tidak hanya sebatas memiliki kelayakan untuk digunakan, tetapi juga efektif dalam mendukung proses pembelajaran.

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam proses pembuatan skripsi ini, sangat banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini diucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan setulus-tulusnya kepada

1) Drs. Ketut Pudjawan, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang mengesahkan skripsi ini.

2) Drs. I Dewa Kade Tastra, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Teknologi Pendidikan dan selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan arahan, petunjuk, dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

3) Drs. IGN I Wayan Suwatra, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan serta motivasi yang sangat bermanfaat selama dalam penyusunan skripsi ini. 4) I Gde Wawan Sudatha, S.Pd., S.T.,

M.Pd., dan Dr. I Made Tegeh, M.Pd, M.Si., selaku ahli desain pembelajaran dan selaku ahli media pembelajaran yang telah membantu dalam validasi produk pengembangan. Para Dosen di Jurusan Teknologi Pendidikan FIP Undiksha yang telah banyak memberikan motivasi dan saran yang sangat berharga dalam penyusunan skripsi ini.

5) I Ketut Merta Yasa, S.Pd, M.Psi., selaku Kepala SD N 1 Selat yang telah memberikan izin untuk melakukan pengumpulan data dalam rangka penyusunan skripsi ini. Ni Wayan Putu Sudiani, S.Pd.SD., selaku ahli isi yang telah membantu dalam validasi produk pengembangan. Dan siswa-siswi kelas SD N 1 Selat yang telah berpartisipasi dalam proses pengumpulan data skripsi ini.

6) Rekan-rekan mahasiswa dan semua

pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu atas peran serta dan dukungannya dalam penyusunan skripsi ini.

(10)

Agung, A.A. Gede. 2011. Metode Penelitian Pendidikan: Suatu Pengantar. Singaraja. Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha.

Fitria, Dewi. 2005. Pengembangan Media Audio Visual Dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris Pada Siswa IV Madrasyah Ibtidaiyyah Negeri (MIN) Bawu Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara. Skripsi (Diterbitkan). Tersedia pada http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect /skripsi/archives/HASH01d0/a1119f b7.dir/doc.pdf. (dikases tanggal 28 November 2011).

Hartono. 2009. “Pengertian Deskriptif”. Tersedia pada httop://www. penalaran-unm.org/index.php /artikel-nalar/penelitian/163-penelitian-deskriptif.html.

Diakses pada tanggal 15 Desember 2011

Santyasa, I Wayan. 2009. Metode Penelitian Pengembangan dan Teori Pengembangan Modul. Tersedia pada http://www. freewebs.com/santyasa/pdf2/ Sudarma, I Komang. 2006.

Pengembangan Paket

Pembelajaran dengan Model Dick & Carey Mata kuliah Pengembangan Media Pendidikan II Program S1 Teknologi Pendidikan IKIP Negeri Singaraja. Tesis (tidak diterbitkan). Program Studi Teknologi Pembelajaran Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.

Sudarma, I Komang & I M. Tegeh. 2007. Penelitian Pengembangan (Pengembangan Produk-Produk di Bidang Teknologi Pendidikan). Makalah Disajikan dalam Pelatihan Penyusunan Proposal Penelitian Pengembangan di Jurusan Teknologi Pendidikan Undiksha. Singaraja

Tegeh, I. M. 2006. Pengembangan Paket Pembelajaran Mata Kuliah Sinetron Pendidikan di Jurusan Teknologi Pendidikan FIP IKIP Singaraja. Tesis (tidak diterbitkan) Malang: Universitas Negeri Malang.

Tegeh, I. M. & Kirna, I Made. 2010. Metode Penelitian Pengembangan Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Gambar

Tabel 3.1 PAP Tingkat Pencapaian  dengan Skala 5

Referensi

Dokumen terkait

Teori sinyal merupakan tanggapan para investor terhadap sinyal positif dan negatif yang sangat mempengaruhi kondisi pasar, mereka akan bereaksi dengan berbagai dengan

JURNAL AKUNTANSI – SUNARDI – NIM B2091141030 - 2017 Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan alat analisis Skala Likert, Analisis Kuadran Glickman dan Analisis

Selain itu Grup yang merupakan pengiring prosesi upacara nyangku ini dipilih karena grup ini sebagian besar pemainnya berasal dari garis keturunan Prabu Hariang Kuning

Fungsi pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf c, dilaksanakan secara terkoordinasi dan terintegrasi dengan satuan kerja perangkat daerah lainnya,

Pada akhir tahun 2017, telah dalam peningkatan layanan, perekrutan, dan pemberian beasiswa bagi mahasiswa dalam peningkatan layanan, perekrutan, dan pemberian beasiswa

Penerapan pembelajaran berbasis kontekstual yang diterapkan adalah Relating yaitu: siswa dibimbing untuk menghubungkan pemahamannya akan aturan-aturan yang sudah

Sumber : data yang diolah tahun 2016 Pada tabel 4 terlihat bahwa dari uji reliabilitas dihasilkan nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel penelitian yaitu phisycal

Perbedaannya, pada penelitiannya dari segi faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang yaitu modal awal, lama usaha, dan jam kerja, sedangkan pada penelitian ini