• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Psychological Well Being (Kesejahteraan Psikologi) dengan Kepuasan Kerja pada PNS Dinas Sosial Provinsi Lampung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Antara Psychological Well Being (Kesejahteraan Psikologi) dengan Kepuasan Kerja pada PNS Dinas Sosial Provinsi Lampung"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurn al P si kolo gi U bha ra

1

Hubungan Antara Psychological Well Being (Kesejahteraan

Psikologi) dengan Kepuasan Kerja pada PNS Dinas Sosial

Provinsi Lampung

Aden Rahmat Afrianto, Binsar Siregar, Insan Firdaus Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Abstrak

Penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara

psychological well being dengan kepuasan kerja pada PNS Dinas Sosial Provinsi Lampung.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan pengumpulan data melalui kuesioner, alat ukurnya adalah skala Psychological well being mengacu pada teori Ryff dan skala kepuasan kerja mengacu pada teori Fred Luthans. Subjek penelitian berjumlah 130 orang. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan positif yang signifikan (rxy = 0,558 ; p

= 0,000 < 0,05), berarti semakin tinggi tingkat psychological well being maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan kerja PNS. Saran untuk penelitian selanjutnya bisa memakai variabel yang lainnya dengan kepuasan kerja.

Kata Kunci : Psychological Well being, Kepuasan Kerja, PNS Latar Belakang

Pegawai negeri sipil merupakan salah satu organ penting bagi eksistensi suatu negara, keberadaan pegawai negeri sipil selain sebagai dari eksekutif juga terdapat pada organ-organ kenegaraan lainnya seperti lembaga yudikatif maupun lembaga legislatif. Walaupun banyak predikat negatif disandangkan kepada PNS namun banyak PNS dengan jiwa pengabdiannya dan komitmen yang tinggi tetap melakukan tugasnya dengan sangat baik dan terpuji.

Berbagai aktivitas yang terjadi di tempat kerja seperti rutinitas, hubungan dengan atasan, hubungan dengan rekan kerja dan kompleksitas tugas mempengaruhi perasaan seseorang pada pekerjaannya. Perasaan terhadap pekerjaan inilah yang merupakan deskripsi dari kepuasan kerja seseorang (Jex & Britt, 2008).

Dalam penilitian Cropanzona & Wright (2000) mengemukakan bahwa

psychological well being karyawan juga berkorelasi dengan performa kerja. Psychological well being merupakan suatu gambaran kualitas kehidupan dan kesehatan mental yang

dimiliki seseorang. Snyder & Lopez (2002) mengatakan bahwa psychological well being bukan hanya merupakan ketiadaan penderitaan, namun psychological well being meliputi aktif dalam hidup. Mengingat pentingnya Psychological well being dan kepuasan kerja pada organisasi, maka banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari hubungan antara

(2)

Jurn al P si kolo gi U bha ra

2

psychological well being dengan kepuasan kerja. Penelitian menunjukan keterkaitan antara

kepuasaan kerja dengan psychological well being karyawan. Wright dan Bonnet (2007) mengemukakan adanya hubungan saling mempengaruhi antara kepuasan kerja dengan

psychological well being pada karyawan.

Psychological well being dan kepuasan kerja memiliki hubungan yang signifikan

dalam penelitian Wright dan Bonnet (2007) karena ketika seseorang menilai lingkungan kerja sebagai lingkungan yang menarik, menyenangkan, dan penuh dengan tantangan, maka ia akan merasa bahagia dan menunjukan kinerja yang optimal. Judge dan Locke (dalam Wright & Cropanzano, 2000) menjelaskan hubungan saling mempengaruhi ini terjadi karna well

being yang dirasakan oleh individu mempengaruhi mereka dalam mengumpulkan dan

mengingat kembali informasi tentang pekerjaan mereka.

Kertertarikan peneliti untuk membahas masalah tersebut mengarah pada responden Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja di Dinas Sosial Lampung Fenomena-fenomena

yang terjadi mengenai PNS, seperti adanya PNS yang terkena razia karena bolos dan berkeliaran ditempat umum pada saat jam kerja yang dilansir oleh Pikiran Rakyat Online Senin 25/07/2011 dibawah ini, “tujuh pegawai negeri sipil (PNS) Kabupaten Bandung Barat kedapatan berada di luar kantor saat jam kerja, Senin (25/7). Mereka tengah berada di pasar dan beberapa pusat pembelanjaan di sekitar Padalarang ketika pegawai lainnya sedang bekerja di Kompleks Pemkab Bandung Barat”. Peneliti juga

mencoba mencari bukti lain dengan mewawancarai seorang PNS yang menjalankan tugas di salah satu kantor pemerintahan daerah di Lampung. Menurut pengakuan responden, setiap hari saat bekerja, responden sering mendapati beberapa PNS yang tidak bekerja ketika jam kerja masih berlangsung seperti sedang bermain game di komputer, chatting di internet, dan menonton video. Selain itu, terjadi fenomena ketidakhadiran untuk bekerja tanpa alasan yang jelas pada PNS. Fenomena ketidakhadiran yang terjadi adalah seorang pegawai pada pagi hari pergi ke kantor hanya untuk absen pagi dan sore, namun setelah itu ia tidak berada di kantor untuk bekerja. Dalam fenomena tersebut dikarenakan lingkungan Dinas Sosial Lampung Sering kali tidak memiliki tugas untuk dikerjakan maka pegawai jarang

mendapatkan kepuasan kerja di dalam pekerjaannya. Hal ini terbukti dari hasil penelitian Tenggara dkk (2008) menunjukan bahwa adanya hubungan positif antara kepuasan kerja dan kesejahteraan psikologis, yang berarti semakin baik kepuasan kerja yang dimiliki karyawan, maka semakin baik pula kesejahteraan psikologisnya. Dari latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk mengetahui dan membuktikan apakah benar

(3)

Jurn al P si kolo gi U bha ra

3

terdapat hubungan antara psychological well being dengan kepuasan kerja pada PNS Dinas Sosial Lampung.

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara psychological well being dengan kepuasan kerja pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dinas Sosial Lampung? Tujuan dari penelitian ini adalah peneliti mampu menggambarkan hubungan antara psychological well being dengan kepuasan kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dinas Sosial Lampung, dan manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan memperkaya teori mengenai psychogical

well-being serta dapat memajukan bidang ilmu psikologi industri dan organisasi.

Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja adalah kenyamanan atau kondisi emosi positif yang dirasakan akibat dari pengalaman pekerjaannya (Locke dalam Eid & Larsen, 2008). Menurut pendapat Robbins (2005) istilah kepuasan kerja merujuk kepada sikap umum seorang individu terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukan sikap kerja yang positif terhadap kerja itu sendiri dan sebaliknya. Terdapat berbagai macam teori mengenai kepuasan kerja dan penelitian mengenai kepuasan kerja yang telah banyak dilakukan. Cetin (2011) mengungkapkan 3 alasan utama mengapa perlu

memperhatikan kepuasan kerja. Pertama adalah kepuasan kerja bisa menjadi suatu refleksi dari perlakuan yang didapatkan oleh pekerja di tempat kerjanya. Selain itu, kepuasan kerja juga menjadi suatu indikator dari emotional well being dan kesehatan psikologis pekerja. Kedua adalah kepuasan kerja dapat mengarahkan perilaku pekerja yang bisa berpengaruh pada fungsi organisasi dimana implikasi dari perasaanpara pekerja ini bisa mengarahkan ke perilaku yang positif maupun perilaku yang negatif. Ketiga adalah kepuasan kerja bisa menjadi refleksi dari apakah suatu organisasi berfungsi dengan baik atau tidak.

Menurut Luthans (2006) ada lima dimensi kepuasan kerja antara lain pekerjaan itu sendiri, atasan, teman sekerja, promosi, dan gaji/upah. Peneliti menggunakan dimensi-dimensi kepuasan kerja yang dikemukakan oleh Luthans (2006) ini sebagai alat ukur untuk mengembangkan instrument skala kepuasan kerja.

Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being)

Psychological Well-being (Ryff dalam Snyder & Lopez, 2002) merupakan sebuah

kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan sendiri dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat menciptakan

(4)

Jurn al P si kolo gi U bha ra

4

dan mengatur lingkungan yang kompatibel dengan kebutuhannya, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengekspresikan dan

mengembangkan dirinya. Dimensi kesejahteraan psikologis (psychological well being), Ryff (dalam Snyder & Lopez, 2002) mendefinisikan konsep kesejahteraan psikologis dalam enam dimensi, yakni dimensi penerimaan diri (self-acceptance), hubungan yang positif dengan orang lain (positive relationship with others), otonomi (Autonomy), penguasaan lingkungan

(environmental mastery), tujuan hidup (purpose in life), dan pertumbuhan pribadi (personal growth). Dimensi ini yang dijadikan alat ukur penelitian.

Metode Penelitian

Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh pegawai / PNS di Dinas Sosial Provinsi Lampung. Jumlah populasi secara keseluruhan adalah 192 orang yang terdiri dari 4 bidang, yaitu bidang pemberdayaan & bantuan sosial, bidang pelayanan & rehabilitasi sosial, bidang pelatihan, perluasan penempatan tenaga kerja & transmigrasi, bidang hubungan industrial, jaminan sosial tenaga kerja. Pengumpulan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

probability sampling dengan jenis simple random sampling dan penentuan sampel dalam

ukuran sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Sugiono, 2006). Sehingga sampelnya berjumlah 130 orang.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan kuesioner self-report. Kuesioner yang digunakan ada 2 yaitu, untuk mengukur psychological well being dan untuk mengukur kepuasan kerja. Tipe skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert, terdiri atas 5 pilihan, yaitu Sangat Setuju, Setuju, Ragu – Ragu, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju.

Hasil Analisis Instrumen

Hasil Uji Validitas Skala kepuasan kerja diperoleh sebanyak 22 item valid dan 18 item dinyatakan gugur, dengan Corrected Item Total Correlation berkisar antara 0,321 – 0,646. Hasil Uji Validitas Skala Psychological Well Being diperoleh sebanyak 22 item valid dan 20 item dinyatakan gugur, dengan Corrected Item Total Correlation berkisar antara 0,313 – 0,570.

Hasil uji reliabilitas skala kepuasan kerja menggunakan rumus Cronbach Alpha, menunjukkan bahwa reliabilitas skala kepuasan kerja sebesar 0,792, maka skala ini dapat dikatakan reliable karena nilai koefisien reliabilitas > 0,70. Hasil uji reliabilitas skala

(5)

Jurn al P si kolo gi U bha ra

5

reliabillitas skala psychological well being sebesar 0,794, maka skala ini dapat dikatakan reliable karena nilai koefisien reliabilitas > 0,70.

Analisis korelasi antar faktor menggunakan Product Moment Pearson dengan SPSS versi 20.0 for windows. Analisis ini dengan cara mengkorelasikan factor dengan total factor dari item-item yang valid berdasarkan uji coba intrumen. Skala Kepuasan Kerja Berdasarkan item-item yang valid sebanyak 22 item, maka diperoleh hasil korelasi antar faktor yang terbesar adalah antara F2 dan F3 yaitu sebesar 0,530. Korelasi total yang terbesar ada pada F4 yaitu sebesar 0,847 dan korelasi total terkecil ada pada F1 yaitu sebesar 0,599. Dari masing-masing factor berkorelasi secara signifikan dengan total faktornya.

Skala Psychological Well Being Berdasarkan item-item yang valid sebanyak 22 item, maka diperoleh hasil korelasi antar faktor yang terbesar adalah antara F4 dan F6 yaitu sebesar 0,658. Korelasi total yang terbesar ada pada F2 yaitu sebesar 0,824 dan korelasi total terkecil ada pada F3 yaitu sebesar 0,700. Dari masing-masing factor berkorelasi secara signifikan dengan total faktornya.

Hasil

Uji Normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik statistik one sample

kolmogorov smirnov dengan bantuan SPSS versi 20.0 for windows. Kaidah yang digunakan

yaitu jika sig. > 0,05 maka sebaran data berdistribusi normal, sedangkan jika sig. < 0,05 maka sebaran data berdistribusi tidak normal. Analisis menunjukan bahwa nilai kolmogorov

smirnov Z variabel Psychological well being 0,857 dengan sig. = 0,454, sedangkan untuk

variabel kepuasan kerja nilai kolmogorov smirnov Z = 1,124 dengan sig. = 0,160.

Berdasarkan hasil analisis ini bahwa sebaran data kedua variabel tersebut adalah berdistribusi normal, hal ini dapat dikatakan bahwa persebaran nilai tersebar secara merata dan subjek tidak hanya berkumpul di satu tempat.

Berdasarkan hasil uji homogenitas, dapat diketahui bahwa nilai signifikasinya (Sig.) menunjukkan hasil 0.083. Jika nilai Sig. > 0.05 maka dapat dipastikan bahwa data tersebut homogen. Karena 0.083 > 0.05 maka data diatas bersifat homogen, hal ini dapat dikatakan bahwa sampel yang dipilih mewakili karakter populasi dan cenderung memiliki respon yang tipenya serupa.

Berdasarkan hasil uji linearitas, dapat diketahui bahwa nilai pada kolom sig. baris

deviation from linearity adalah 0,134 > 0,05 dan nilai pada kolom sig. baris linearity 0,000,

maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel psychological well being dengan variabel kepuasan kerja terdapat hubungan yang linear, artinya menunjukkan peningkatan skor satu

(6)

Jurn al P si kolo gi U bha ra

6

variabel (psychological well being) diikuti dengan peningkatan variabel lainnya (kepuasan kerja), atau sebaliknya.

Berdasarkan hasil uji korelasi bivariate correlation antara psychological well being dengan kepuasan kerja, diketahui bahwa nilai koefisien korelasi psychological well being dengan kepuasan kerja sebesar rxy= 0,558 dan p = 0,000 < 0,05. Dengan adanya nilai korelasi

yang signifikan ini membuat hipotesis nol (H0) di tolak dan hipotesis alternatif (Ha) di terima. Maka dapat disimpulkan bahwa “ada hubungan yang signifikan positif antara

psychological well being dengan kepuasan kerja pada PNS”. Dengan demikian hipotesis

alternatif (Ha) diterima. Oleh karena itu, semakin tinggi psychological well being seseorang maka semakin tinggi pula kepuasan kerja, dan semakin rendah psychological well being seseorang maka semakin rendah pula kepuasan kerja.

Berdasarkan Uji Deskriptif Statistik dijelaskan bahwa data sampel subjek berjumlah 130 orang. Untuk skala psychological well being skor terendahnya sebesar 54 dan skor tertingginya sebesar 104, dengan mean sebesar 82,68 serta standar deviasi sebesar 10,885. Sedangkan untuk skala kepuasan kerja skor terendahnya sebesar 53, skor tertingginya sebesar 109, dengan mean sebesar 88,79 dan standar deviasi sebesar 10,077.

Penghitungan kategorisasi pada penelitian ini dengan menggunakan kategorisasi berdasarkan standar deviasi (sd). Kategorisasi kepuasan kerja : subjek yang memiliki kepuasan kerja tinggi yaitu sebanyak 128 orang (98%), dan subjek yang memiliki kepuasan kerja rendah yaitu sebanyak 2 orang (2%). Dari hasil kategorisasi, terlihat bahwa subjek pada penelitian ini kebanyakan yang memiliki kepuasan kerja tinggi.

Kategorisasi psychological well being : subjek yang memiliki psychological well

being yaitu sebanyak 7 orang (5%), dan subjek yang memiliki psychological well beingtinggi

yaitu sebanyak 123 orang (95%). Dari hasil kategorisasi, terlihat bahwa subjek pada penelitian ini kebanyakan yang memiliki psychological well being tinggi.

Diskusi

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan oleh peneliti, dapat menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara psychological well being dan kepuasan kerja pada PNS Dinas Sosial Provinsi Lampung. Artinya, semakin tinggi psychological well being seorang PNS, maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan kerjanya. Secara umum, tingkat

psychological well being yang dimiliki subjek penelitian ini cendrung tinggi, demikian pula

kepuasan kerja. Pada penelitian ini terdapat 95% subjek memiliki psychological well being (tinggi) dan 98% subjek memiliki kepuasan kerja (tinggi), sedangkan subjek yang memiliki

(7)

Jurn al P si kolo gi U bha ra

7

psychological well being (rendah) sebanyak 5% dan subjek yang memiliki kepuasan kerja

(rendah) sebanyak 2%, artinya penelitian ini terbukti dapat menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan pada bab 1 dan hipotesis alternatif (Ha) pada penelitian ini diterima sedangkan hipotesis nol (H0) ditolak.

Berdasarkan penemuan penemuan dalam penelitian ini, peneliti mengusulkan beberapa saran praktis. Adapun saran praktis yang dapat diajukan peneliti antara lain bagi para PNS yang masih memiliki psychological well being rendah bkhususnya di penerimaan diri yaitu mulailah belajar untuk lebih mengenali dirinya sendiri dan menerima berbagai aspek yang positif, agar dapat memperbaiki kelemahan yang ada dan menggunakan kelebihan yang dimiliki dengan lebih efektif, sehingga dapat menghargai diri sendiri, dengan itu

terbentuknya psychological well being tinggi. Sedangkan kepuasan kerja khususnya dimensi pekerjaan itu sendiri para PNS harus lebih mempertanggung jawabkan pekerjaannya dan memperoleh kesempatan belajar dibidangnya masing-masing sehingga dapat meningkatkan kepuasan kerja. Bagi para PNS yang memiliki psychological well being tinggi khusus perkembangan pribadi harus dipertahankan sedangkan subjek yang memiliki kepuasan kerja tinggi khususnya rekan kerja harus dipertahankan juga. Untuk pihak kantor, dapat

meningkatkan pengawasan kedisplinan kerja PNS misalnya dengan melakukan system reward dan punishment secara tegas.

DAFTAR PUSTAKA

Cetin, F. (2011). The effects of the organizational psychological capital on the attitudes of commitment and satisfaction : a public sample in Turkey. European Journal of Social

Sciences, Vol. 21, No. 3, 373-380. Diunduh dari http://www.academia.edu.

Cropanzano, R., & Wright, T. A. (2000). A 5 year study of change in the relationship between well being and performance. Consulting psychology journal : practice and

research, Vol. 51, 252-265.

Eid, M., & Larsen, R.J. (2008). The Science of Subjective Well-Being. New York : Guilford Press.

Jex, S. M., & Britt, T. W. (2008). Organizational psychology. A scientist practitioner

approach (2nd ed.). New Jersey : John Wiley & Sons, Inc.

Luthans, Fred. (2006). Perlaku organisasi. (Edisi 10). Yogyakarta : ANDI. Munandar, A. S. (2001). Psikologi industri dan organisasi. Jakarta : UI-Press.

Papalia, Diane. E., Olds, Sally. Wendkos., & Feldman, Ruth. Duskin. (2009). Human

development. Jakarta : Salemba Humanika.

(8)

Jurn al P si kolo gi U bha ra

8

Robbins, S.P. (2005). Perilaku organisasi. (edisi Indonesia). Jakarta : Indeks Kelompok Gramedia.

Santrock, J. W. (2002). Life Span Development. Perkembangan Masa Hidup. Jilid II, Wisnu Chandra, (terj). Jakarta: Erlangga.

Snyder, C.R., & Lopez, S. J. (2002). Handbook of Positive Psychology. New York: Oxford University Press.

Sugiyono. (2006). Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta.

Tenggara, Henry., Zamralita., & Suyasa, P. Tommy, Y. S. (2008). Kepuasan kerja dan kesejahteraan psikologis karyawan. Phronesis Jurnal Ilmiah Psikologi Industri dan

Organisasi, Vol. 10, No. 1, 96-115.

Wright, T. A., & Bonnet, D.G. (2007). Job satisfaction and psychological well being as nonaddictive predictors of workplace turnover. Journal of management, Vol. 33, 141-161. Diunduh dari http://www.uk.sagepub.com.

Referensi

Dokumen terkait

data menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan peneliti yang berbunyi “Ada hubungan negatif antara Psychological Well-Being dengan agresivitas anak jalanan di rumah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara gratitude dan psychological well-being dengan hasil r= 0.322 dengan nilai

Dari penjabaran di atas peneliti merumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara khusnudzon dengan psychological well-being pada

Berdasarkan dari hasil penelitian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara ketidakpuasan bentuk tubuh dengan psychological well-being pada

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara psychological well-being dengan kepuasan kerja wiraniaga Nasmoco Grup di Semarang dan untuk

Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara forgiveness dengan psychological well-being pada dewasa awal yang mengalami broken home,

Diketahui bahwa sudah terdapat beberapa penelitian mengenai hubungan antara resiliensi dengan psychological well-being namun peneliti belum menemukan penelitian yang mengamati hubungan

Pembahasan Berdasarkan dari hasil penelitian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara ketidakpuasan bentuk tubuh dengan psychological well-being pada