• Tidak ada hasil yang ditemukan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Determinan, Demam Berdarah Dengue, Puskesmas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Determinan, Demam Berdarah Dengue, Puskesmas"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN DETERMINAN PERILAKU KESEHATAN TERHADAP UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOMBOS KOTA MANADO

Gledys Firanty Kamuh*, Chreisye K. F. Mandagi*, Sulaemana Engkeng* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK

Determinan perilaku kesehatan merupakan keadaan seseorang memiliki salah satu faktor penentu untuk menentukan perilakunya sendiri yang terbagi atas faktor predisposisi, pendukung, dan pendorong. Faktor-faktor tersebut terwujud di Puskesmas Kombos dalam tindakan, lingkungan fisik, maupun tokoh masyarakat dimana beberapa hal tersebut dapat mempengaruhi upaya pengendalian penyakit demam berdarah dengue, baik yang dilakukan oleh puskesmas maupun masyarakat di wilayah tersebut.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran determinan perilaku kesehatan terhadap upaya pengendalian penyakit demam berdarah dengue di Puskesmas Kombos Kota Manado.

Metode penelitian ini menggunakan jenis peneltian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara. Data hasil wawancara diolah secara analisis isi dan disajikan dengan teks naratif. Pengecekkan keabsahan data dilakukan dengan menggunakan metode triangulasi.

Hasil penelitian tentang tindakan terkait upaya pengendalian penyakit demam berdarah dengue yaitu dengan pernyataan bahwa masyarakat kurang memperhatikan kesehatan lingkungan dan berperilaku hidup bersih, dan pengendalian demam berdarah dengue dilakukan hanya ketika salah satu penderita terjadi di wilayah kerja Puskesmas Kombos. Sedangkan tokoh masyarakat cukup berpartisipasi dalam pemberdayaan kesehatan masyarakat namun tidak secara rutin. Kesimpulan penelitian ini ialah perilaku seseorang dapat berpengaruh dalam setiap upaya pengendalian penyakit demam berdarah dengue, untuk mengendalikan perilaku diperlukan adanya keinginan dan kesadaran bagi individu maupun kelompok untuk memperbaiki derajat kesehatan yang lebih optimal.

Kata Kunci: Determinan, Demam Berdarah Dengue, Puskesmas ABSTRACT

Behavioral Health Determinants is the situation of someone who has one of the determining factors to determine their own behavior, which is divided into 3 factors; predisposing, proponent, and booster. Those factors has been materialized in Puskesmas Kombos, Manado city in action, physical environment nor public figures where those factors can influence the effort in Dengue fever control, whether have been done by public health center nor the people in that area.

The aim of this research generally is to get the illustration of behavioral health determinants for dengue fever control measures in Puskesmas Kombos, Manado city.

The method of this research was using qualitative research type. The data collection was done by deep interview with interview guidelines which contained question in accordance with the purpose of the research and also assisted by recording tape which aimed to remind the researcher to write down the summer of the interview. The data from interview was processed and analyzed and then presented in narrative text. The data validity checking was using the triangulation method. The research result of the action of dengue fever control measures with the result of the deep interview that the people pay less attention to environmental health and healthy life style. Furthermore, control of the dengue fever would only be done when one of the people in Kombos district got dengue fever while the community leaders or public figures only participated in the empowerment of the community health but not routinely.

The conclusion of this research is that the behavioral of a person can influence in every effort in controlling dengue fever. To control their behavior, it needs the desire and awareness for individuals and groups to improve the healthy life style to be better.

(2)

PENDAHULUAN

Determinan merupakan salah satu faktor yang menentukan atau membentuk perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2005). Melalui aspek fisik, psikis maupun sosial, secara garis besar perilaku manusia dapat ditentukan. Namun yang terjadi adalah dari ketiga aspek tersebut sulit untuk ditentukan mana yang paling berpengaruh terhadap perilaku manusia. Apabila penelusurannya lebih lanjut, gejala kejiwaan ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya, diantaranya sesuai dengan salah satu teori lain yang mengungkap determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi, antara lain teori Lawrence Green (1980) (Notoatmodjo, 2012).

Green menganalisis perilaku seseorang sesuai dengan tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dapat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku, dan faktor di luar perilaku. Selanjutnya perilaku tersebut terbentuk dari tiga faktor yaitu faktor-faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor-faktor pendorong. Masing-masing faktor-faktor tersebut terwujud dalam tindakan, lingkungan fisik maupun tokoh masyarakat (Notoatmodjo, 2012). Menurut Benyamin Bloom (1980) praktik atau tindakan merupakan salah

satu pembagian domain perilaku dan untuk kepentingan pendidikan praktis juga merupakan salah satu dari 3 tingkat ranah perilaku yaitu sikap, pengetahuan dan tindakan. Sikap belum bisa dipastikan terwujud dalam suatu tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010). Selanjutnya untuk lingkungan fisik itu sendiri merupakan segala sesuatu yang berada disekitar seseorang baik berupa benda hidup maupun benda mati, benda nyata atau abstrak, termasuk manusia lainnya serta suasana yang terbentuk karena terjadinya elemen-elemen yang ada di alam (Triwibowo dan Pushpandani, 2015). Sedangkan pemahaman mengenai tokoh masyarakat itu sendiri yaitu seseorang yang dapat mempengaruhi dan ditokohkan oleh lingkungan atau masyarakatnya. Segala tindakan maupun ucapannya diikuti oleh masyarakat sekitarnya (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2008).

Indonesia terletak didaerah tropis yang memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau, dimana Indonesia mempunyai risiko untuk terjangkit penyakit demam berdarah dengue. Musim hujan merupakan keadaan dimana timbulnya genangan air kecil dan menjadi salah satu tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini tidak hanya menimbulkan kejadian luar biasa namun

(3)

dapat menimbulkan dampak buruk sosial maupun ekonomi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat jumlah penderita demam berdarah dengue di Indonesia pada bulan Januari-Februari 2016 sebanyak 8.487 penderita dengan jumlah kematian sebanyak 108 orang. Golongan terbanyak yang mengalami demam berdarah dengue di Indonesia pada usia 5-14 tahun mencapai 43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai 33,25% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Khusus di Puskesmas Kombos Kota Manado pada tahun 2014 terdapat 22 orang yang menderita penyakit demam berdarah dengue, sedangkan pada tahun 2015 terdapat 16 orang yang menderita penyakit demam berdarah dengue. Sering dilihat bahwa tindakan individu maupun kelompok dapat mempengaruhi seseorang terkena penyakit demam berdarah dengue, dalam hal ini kurangnya kesadaran untuk membiasakan hidup bersih dan memperhatikan lingkungan sekitarnya selain itu mempertahankan adanya koordinasi yang baik antar kelompok seperti adanya tokoh masyarakat yang dapat membantu terlaksananya pengendalian penyakit demam berdarah dengue, sebab tokoh masyarakat berpengaruh sebagai posisi yang ucapannya dapat diikuti oleh masyarakatnya.

Upaya pengendalian penyakit demam berdarah dengue sudah dilaksanakan oleh Puskesmas Kombos Kota Manado, namun yang terjadi yaitu setiap tahunnya masyarakat wilayah kerja Puskesmas Kombos Kota Manado masih saja mengalami penyakit demam berdarah dengue.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif untuk mendapatkan gambaran determinan perilaku kesehatan terhadap upaya pengendalian penyakit demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Kombos Kota Manado. Informan dalam penelitian ini terdiri dari kepala puskesmas, penanggung jawab Surveilans P2M, masyarakat yang pernah mengalami penyakit demam berdarah dengue, dan salah satu tokoh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kombos Kota Manado. Data tersebut dikumpulkan melalui wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan pedoman wawancara dan alat perekam suara serta observasi. Data yang dikumpulkan diolah dan dilakukan analisis dan disajikan dalam bentuk naskah. Pemeriksaan dan pengecekkan keabsahan data dilakukan dengan teknik metode triangulasi yang terdiri dari triangulasi sumber dan triangulasi metode.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Wawancara mendalam yang dilakukan, diperoleh hasil dan pembahasan sebagai berikut:

1. Tindakan

Pada bagian ini banyak menggali tindakan masyarakat terhadap upaya pengendalian penyakit demam berdarah dengue.

Umumnya jawaban yang disampaikan sangat berbeda-beda dan mempunyai makna yang berbeda pula, berdasarkan kutipan berikut:

“Setiap tiga bulan sekali. Akan tetapi pelaksanaannya sudah tidak rutin, tinggal kesadaran dari masyarakat untuk mencuci tempat penampungan air dan diberikan bubuk abate” (D2)

“Hanya pada saat penyakit DBD diketahui oleh pihak puskesmas dan dilakukan pengasapan” (D3)

Pernyataan diatas dibenarkan oleh informan kunci seperti kutipan berikut:

“Setiap tiga bulan sekali. Akan tetapi pelaksanaannya sudah tidak rutin, tinggal kesadaran dari masyarakat untuk mencuci tempat penampungan air dan diberikan bubuk abate” (D2)

Dari pernyataan diatas dapat dianalisis bahwa pelaksanaan pengendalian penyakit DBD tidak

dilakukan secara rutin oleh pihak Puskesmas dan mengandalkan perilaku masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kombos Kota Manado. Dan hal tersebut dibenarkan oleh salah satu informan yang mengatakan bahwa pelaksanaannya tergantung pada kegiatan-kegiatan turun lapangan seperti pelaksanaan kegiatan posyandu.

Tidak adanya kegiatan rutin untuk pengendalian penyakit DBD, diharapkan pihak puskesmas maupun masyarakat mampu memperbaiki proses pengendalian tersebut.

2. Lingkungan Fisik

Tujuan pelaksanaan kerja bakti di wilayah kerja Puskesmas Kombos Kota Manado.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam diuraikan sebagai berikut:

“Kerja bakti baik untuk lingkungan, untuk itu kami sering memberikan informasi untuk pengendalian DBD tersebut, menghindar dari pengendalian dengan cara fogging. Selanjutnya menguras bak mandi dan diberikan bubuk abate.“(D2) “Untuk membersihkan saluran air.” (D3)

Dari hasil wawancara mendalam diatas analisis maknanya yaitu:

(5)

wilayah kerja Puskesmas Kombos memiliki salah satu program yang dibuat oleh pemerintah setempat dengan melaksanakan kerja bakti pada setiap hari Jumat. Pemahaman pihak puskesmas terhadap pelaksanaan kerja bakti tersebut merupakan cara yang baik untuk pengendalian penyakit demam berdarah dengue sebab disamping menghindari cara pengendalian dari sisi kimiawi seperti pengasapan/ fogging dan memberikan bubuk abate. Sedangkan pernyataan informan lainnya kurang memahami tujuan kerja bakti, hal tersebut dapat mempengaruhi perilaku hidup bersih bagi masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kombos Kota Manado disebabkan masyarakat memiliki pemikiran bahwa pelaksanaan kerja bakti hanya sebagai program pemerintah saja yang pada dasarnya kegiatan tersebut untuk kesehatan lingkungan yang ada di wilayah Puskesmas Kombos Kota Manado.

Salah satu pengaruh yang cukup penting bagi masyarakat dan dipilih oleh masyarakat yang mampu mengkoordinir masyarakat disebut sebagai tokoh masyarakat, dimana tokoh masyarakat dapat mempengaruhi pula derajat

kesehatan yang ada di sekitar wilayah koordinasinya.

3. Tokoh Masyarakat

Berdasarkan hasil wawancara mendalam mengenai respon tokoh masyarakat dalam upaya pengendalian penyakit demam berdarah dengue yaitu sebagai berikut:

“Tokoh masyarakat merespon dengan memberikan pengasapan didaerah kami.” (D3)

“Kami sebagai tokoh agama, cepat untuk bertindak ketika kesehatan lingkungan ditempat kami mengalami gangguan. Akan tetapi didaerah kami sejauh ini belum pernah terjadi penyakt DBD.” (D4) Dari hasil wawancara mendalam diatas analisis maknanya: tokoh masyarakat memiliki koordinasi yang baik kepada puskesmas ketika salah satu masyarakatnya menderita penyakit demam berdarah dengue yaitu dengan cirri pengendalian secara kimiawi agar masyarakat lainnya terhindar dari penyakit demam berdarah dengue.

KESIMPULAN

1. Terjadi kurangnya tindakan pengawasan dalam upaya pengendalian yang dilakukan oleh Puskesmas Kombos. Pengawasan yang terjadi hanya berharap kepada petugas kesehatan sebagai pihak

(6)

yang lebih berwenang sedangkan secara individu kurang memiliki kesadaran dalam tindakan upaya pengendalian penyakit demam berdarah dengue.

2. Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kombos mengetahui lingkungan juga memiliki dampak yang tidak baik bagi kesehatan, dimana dengan adanya vektor nyamuk Aedes aegypti yang dapat mengakibatkan terjadi penyakit demam berdarah dengue jika perilaku hidup bersih kurang diterapkan.

3. Koordinasi yang baik dari tokoh masyarakat terhadap pihak puskesmas dengan tujuan menjadi salah satu penyalur aspirasi masyarakat yang menginginkan keadaan sehat dan memperbaiki kesehatan lingkungan.

SARAN

1. Meningkatkan kesadaran dalam proses pengendalian penyakit Demam Berdarah Dengue, dengan melaksanakan pengendalian secara rutin dan memiliki sikap tidak bergantung kepada petugas kesehatan serta memperhatikan kesehatan lingkungan disekitar. 2. Meningkatkan upaya pengendalian

penyakit DBD sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan

tanpa menunggu terjadinya kasus di wilayah tertentu.

3. Meningkatkan adanya koordinasi yang lebih optimal untuk kepentingan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kombos Kota Manado.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2008. Peran Tokoh Masyarakat dalam Kesehatan Reproduksi yang Responsif Gender. Pusat Pelatihan Gender dan Peningkatan Kualitas Perempuan. Jakarta

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Buku Saku: Pengendalian DBD untuk Pengelola Program DBD Puskesmas. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta

Notoatmodjo S, 2005. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo S. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo S, 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Triwibowo. C, dan Pusphandani M.E,

2013. Pengantar Dasar Ilmu

Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha Medika

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan observasi awal, ditemukan sebagian besar sumur gali yang digunakan oleh masyarakat setempat belum memenuhi syarat kualitas fisik air bersih dan telah

=aluasi yang diharapkan pada pasien dengan post operasi fraktur adalah ' =aluasi yang diharapkan pada pasien dengan post operasi fraktur adalah ' &. yeri dapat berkurang

Lebih lanjut, Jawaher menjelaskan bahwa apabila semua bentuk kerjasama itu dan dilakukan secara intens maka diharapkan anak-anak tunagrahita mampu secara perlahan

Menyajikan dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan distribusi data, nilai rata-rata, median, modus dan sebaran data untuk mengambil kesimpulan membuat keputusan dan membuat

Kalau kamu tidak mau disebut bodoh, maka mulai hari ini saya akan menyebut kamu staf yang terpandai.”.. Maka dalam rapat berikutnya, Utuh pun menyebut Ayu dengan tambahan frasa ’yang

Cara membuat blackberry masenger di hp atau tablet android caranya artikel tentang panduan untuk pengguna android cara daftar facebook lewat hp tentang aplikasi foto maka klik

Pelaksana riset dapat menggunakan data yang saat ini digunakan dalam perhitungan CMP/EWS, atau data lainnya sesuai dengan variabel yang akan digunakan pada riset ini, selama

a. BRI Syariah menyalurkan pinjaman dana talangan pelaksanaan ibadah haji kepada nasabah sebesar paket dana talangan ibadah haji. Dana talangan ini dipinjamkan dengan pengembalian