• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI EFISIENSI BANK SYARIAH DI INDONESIA PERIODE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI EFISIENSI BANK SYARIAH DI INDONESIA PERIODE"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI EFISIENSI BANK SYARIAH DI INDONESIA

PERIODE 2005-2015

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh :

ADAM PRATAMA ISLAMI 1112084000024

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRACT

This study aims to measure efficiency and analyze Sharia Bank efficiency level in Indonesia during 2005-2015 period. Using Secondary Data that collected from financial report by Bank Indonesia and Financial Service Authority (OJK).

There are 11 Sharia Banks that is used as sample in this study which is choosen by using purposive sampling method. Data Envelopment Analysis (DEA) method is used to measure the efficiency level in this study. The input variables used in this study are employee expenses, general administration expenses, and other expenses. The output variabels used in this study are other operational income and interbank fund placement.

The result shows there are 5 sharia banks that always reach 100% maximum efficieny during 2005-2015, in the other hand 6 sharia banks remain inefficient for reaching 100% maximum efficiency. The inefficiency of 6 sharia banks is in both input and output variables. The input variabels inefficiency happen on almost of all sharia banks, and for output variabels inefficiency happen on just a few sharia banks. It means input using and output achieving is not maximal and has not reached the target yet.

Keyword : Efficiency, Sharia Bank, Data Envelopment Analysis (DEA), Employee Expenses, General Administration Expenses, Other Expenses, Other Operational Income, Interbank Fund Placement.

(7)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efisiensi dan menganalisa tingkat efisiensi Bank Syariah di Indonesia selama periode 2005-2015. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari laporan keuangan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.

Terdapat 11 Bank Syariah yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini yang dipilih secara purposive sampling. Pengukuran efisiensi dalam penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel input yang digunakan dalam penelitian ini adalah beban pegawai, beban administrasi umum, dan beban lain-lain, sedangkan variabel outputnya adalah pendapatan operasional lainnya dan penempatan dana pada bank lain.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 5 bank syariah yang selalu mencapai efisiensi maksimum 100 persen pada periode pengamatan 2005-2015. sedangkan 6 bank syariah lainnya belum mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen. Ketidakefisiensian 6 bank syariah tersebut terjadi pada semua variabel input dan output. Ketidakefisiensian input hampir dialami oleh setiap bank syariah, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan input yang berlebihan dan tidak sesuai dengan target. Pada sisi output, ketidakefisiensian output hanya dialami oleh beberapa bank syariah saja, hal tersebut menandakan bahwa output yang dihasilkan masih belum maksimal dan masih belum mencapai target yang sudah ditentukan.

Kata Kunci : Efisiensi, Bank Syariah, Data Envelopment Analysis (DEA), Beban Pegawai, Beban Administrasi Umum, Beban Lain-lain, Pendapatan Operasional Lainnya, Penempatan Dana Pada Bank lain.

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdullilahi rabbil alamin, segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tercurah kepada bagind Rasul kita Nabi Besar Muhammad SAW serta para sahabat yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran.

Penulisan skripsi ini dilakukan utuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi dan Studi pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Alhamdulillah, dengan pertolongan dan rahmat dari Allah SWT, skripsi ini dapat diselesaikan, walaupun penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Namun penulis berharap skripsi ini sedikit banyak dapat bermanfaat bagi banyak orang. Oleh karena itu penulis mengucapkan rasa syukur dan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW, yang dengan Ridho dan Karunia-Nya penulis diberikan kemudahan selama dalam penyusunan skripsi ini. Puji syukur atas segala nikmat Islam, iman, rizky dan kesehatan yang telah Allah SWT berikan selama ini kepada penulis. 2. Kedua orang tua dan keluargaku tercinta. Ayahanda Maksum, Ibunda

Asiah, Nenek, dan Adikku Sam Rizky Irawan terima kasih atas kasih sayang, cinta, dukungan, doa, nasihat, materil dan kesabaran yang luar biasa selama menjalani masa-masa kuliah hingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak sekali lagi semoga Adam bisa membuat kalian bangga dan memenuhi apa yang kalian harapkan, amiin ya

(9)

robbilalamin. Dan semoga keluargaku semua selalu diberikan kesehatan, keselamatan, rizky serta kemudahan dalam hal apapun. 3. Bapak Rizqon Halal Syah Aji, M.Si selaku dosen pembimbing, yang

telah membantu dan sabar dalam memberikan bimbingan, saran, dorongan dan pengarahan juga motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan bapak selama ini dan semoga diberikan limpahan rizky dan nikmat kesehatan.

4. Bapak Dr. Arief Mufraini selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memimpin Fakultas ini dengan baik dan memberikan ilmu yang sangat berharga selama perkuliahan. Semoga Allah membalas semua kebaikan bapak.

5. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas bimbingan, arahan dan pengalamannya yang telah diberikan kepada penulis. Semoga Allah membalas semua kebaikan bapak.

6. Seluruh tenaga pengajar (dosen) di Jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan banyak ilmu dan pengetahuan kepada penulis. Semoga ilmu yang bermanfaat ini dapat berguna dikemudian hari dan menjadi amal yang tak pernah putus bagi seluruh dosen yang telah memberikan ilmunya.

7. Seluruh jajaran staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah membantu dan memberikan kemudahan kepada penulis dalam mengurus administrasi selama penulis menjalankan strudi.

8. Yudha Dharma Satria dan Dede Asharis Rosandy. Terima kasih banyak buat kebodohan kalian selama ini yang sangat membantu dalam menyegarkan pikiran penulis. Panjang umur dan sehat selalu buat kalian 9. Siti Rizka Amalia yang menjadi penyemangat penulis di semester akhir ini, terima kasih juga atas segala support, doa, motivasi, kesabaran serta waktunya yang selalu menemani dan membuat fresh pikiran kembali,

(10)

penulis merasa nyaman. Penulis berharap semoga eneng selalu diberi umur panjang, kesehatan, rizky juga dimudahkan dalam hidupnya oleh Allah SWT dan semoga apa yang kita cita-citakan tercapai.

10. Grup Boneka Babi terima kasih banyak untuk grup lucu imut ini yang telah menjalani masa-masa kuliah bareng dan melewati berbagai pengalaman luar biasa yang tak terlupakan. Masuk kelas lebih menyenangkan jika ada kalian semua. Semoga tetep kompak dan solid agar bisa seperti dulu lagi. Sukses buat semuanya, walaupun sudah terpisah semoga kita masih bisa tetap kumpul dan ngelakuin hal-hal seru lagi. Terima Kasih buat semuanya.

11. Keluarga besar IESP (2012) banyak cerita, ilmu dan canda bersama kalian, makasih buat semuanya. Hanya bisa berdoa semoga semuanya bisa sehat terus, sukses dan tetap bisa silaturahim.

12. Keluarga besar KKN Celebration terima kasih untuk kalian semua yang telah mengajarkan bahwa menilai kepribadian seseorang tidak cukup hanya dengan waktu 1 bulan, semoga kita menjadi lebih dewasa dalam bertindak. Sukses dan sehat selalu buat kalian.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jaug dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk masukan, baik kritik maupun saran yang membangun dari berbagai pihak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 9 Mei 2016 Adam Pratama Islami

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... i

ABSTRACT ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Landasan Teori ... 11

1. Pengertian Perbankan ... 11

2. Pengertian Perbankan Syariah ... 11

3. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah... 15

4. Kinerja Keuangan Perbankan ... 17

5. Efisiensi ... 19

6. Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi Bank .... 28

B. Penelitian Terdahulu ... 29

C. Kerangka Berpikir ... 38

D. Hipotesis ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40

A. Ruang Lingkup Penelitian... 40

B. Metode Penentuan Sample ... 40

C. Metode Pengumpulan Data ... 41

D. Metode Analisis ... 42

1. Data Envelopment Analysis (DEA) ... 44

2. Model Pengukuran Efisiensi Teknik Bank ... 52

(12)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Gambaran Umum Objek Penelitian... 55

1. Sejarah Singkat Lahirnya Bank Syariah ... 55

2. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia... 56

3. Variabel Input dan Output pada Bank Syariah ... 57

B. Hasil dan Pembahasan ... 63

1. Hasil Perhitungan dan Analisis Efisiensi Bank Syariah dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) ... 63

2. Analisis dan Interpretasi... 112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 117

A. Kesimpulan ... 117

B. Saran ... 118

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Kinerja Bank Syariah 2005-2015 ... 5

Tabel 1.2 Perkembangan Jumlah Bank Syariah Periode 2005-2015...6

Tabel 2.1 Perbandingan Bank Syariah dan Bank Konvensional...13

Tabel 2.2 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil...26

Tabel 4.1 Perkembangan Variabel Input Beban Pegawai Tahun 2005-2015...57

Tabel 4.2 Perkembangan Variabel Input Beban Administrasi Umum Tahun 2005- 2015...58

Tabel 4.3 Perkembangan Variabel Input Beban lain-lain Tahun 2005-2015...60

Tabel 4.4 Perkembangan Variabel Output Pendapatan Operasional lainnya Tahun 2005-2015...61

Tabel 4.5 Perkembangan Variabel Output Penempatan Dana pada Bank Lain Tahun 2005-2015...62

Tabel 4.6 Hasil Efisiensi 11 Bank Syariah di Indonesia dengan Metode DEA Periode 2005-2015...64

Tabel 4.7 Nilai Actual, Target, To gain, dan Achieved Input-Output Bank Syariah yang Inefisien Tahun 2005...66

Tabel 4.8 Nilai Actual, Target, To gain, dan Achieved Input-Output Bank Syariah yang Inefisien Tahun 2006...72

Tabel 4.9 Nilai Actual, Target, To gain, dan Achieved Input-Output Bank Syariah yang Inefisien Tahun 2007...77

Tabel 4.10 Nilai Actual, Target, To gain, dan Achieved Input-Output Bank Syariah yang Inefisien Tahun 2008...83

Tabel 4.11 Nilai Actual, Target, To gain, dan Achieved Input-Output Bank Syariah yang Inefisien Tahun 2009...88

Tabel 4.12 Nilai Actual, Target, To gain, dan Achieved Input-Output Bank Syariah yang Inefisien Tahun 2010...92

Tabel 4.13 Nilai Actual, Target, To gain, dan Achieved Input-Output Bank Syariah yang Inefisien Tahun 2011...97

(14)

Tabel 4.15 Nilai Actual, Target, To gain, dan Achieved Input-Output Bank Syariah yang Inefisien Tahun 2013...103 Tabel 4.16 Nilai Actual, Target, To gain, dan Achieved Input-Output Bank Syariah yang Inefisien Tahun 2014...106 Tabel 4.17 Nilai Actual, Target, To gain, dan Achieved Input-Output Bank Syariah yang Inefisien Tahun 2015...109

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Constant Return Scale (CRS) ... 24 Gambar 2.2 Variable Return Scale (VRS) ... 25 Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 38

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomer Keterangan Halaman

1. Input-Output Bank Syariah ... 123 2. Hasil Efisiensi 11 Bank Syariah di Indonesia dengan Metode DEA Periode 2005-2015 ... 126 3. Output Bank Syariah yang Inefisien ... 127

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Segala aktivitas ekonomi yang dijalankan oleh masyarakat akan berhubungan dengan uang. Keuangan tentunya akan melibatkan dunia perbankan, karena itulah dalam kehidupan masyarakat sehari-hari perbankan memegang peranan penting. Fungsi utama bank di dalam perekonomian antara lain untuk memobilisasi dana dari masyarakat, dengan cara tepat dan cepat menyalurkan dana tersebut kepada penggunaan atau investasi yang efektif dan efisien. Fungsi seperti ini dapat memiliki dapat disebut sebagai “aliran darah” bagi perkembangan perekonomian di dalam meningkatan standar taraf hidup (Heri Pratikto, 2011:9).

Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 bank merupakan suatu bentuk badan usaha yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan lalu menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau dalam bentuk yang lainnya dengan maksud untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, adapula yang dimaksud Bank Umum adalah bank yang melakukan kegiatan usaha dengan cara konvensional atau didasari prinsip syariah yang dalam kegiatannya untuk memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

(18)

Sistem perbankan yang dikenal masyarakat selama ini adalah jasa keuangan yang didasari sistem bunga. selain sistem bunga, terdapat juga satu alternatif sistem jasa layanan keuangan yang sekarang dapat dipilih oleh masyarakat, yaitu perbankan dengan menggunakan sistem yang berdasarkan

hukum Islam, atau yang dikenal di Indonesia dengan sebutan bank syariah. Pada Bank Syariah inilah dimana riba atau bunga dihilangkan, karena Allah SWT mengharamkan hal tersebut seperti dalam firmannya,

Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (Qs. Ali Imron [3]: 130)

Semua bentuk riba Allah haramkan tanpa terkecuali, tidak ada beda antara riba dalam jumlah banyak ataupun dalam jumlah yang sedikit. Perhatikan sabda Rasulullah yang menegaskan hal ini, “Satu dirham uang riba yang dimakan oleh seseorang dalam keadaan mengetahui bahwa itu adalah uang riba dosanya lebih besar dari pada berzina sebanyak 36 kali.” (HR. Ahmad dari Abdulloh bin Hanzholah dan dinilai shahih oleh Al Albani dalam Shahih al Jami’, no. 3375)” [Nida-atur Rahman li Ahli Iman hal 41]. Hadits di atas

(19)

meski sangat sedikit, yang Nabi ilustrasikan dengan satu dirham. Bahkan meski sedikit, Nabi berkata bahwa lebih besar dosanya jika dibandingkan dengan berzina bahkan meski berulang kali. Jadi hadits di atas menunjukkan bahwa bunga atau uang riba itu tidak ada bedanya maupun baik sedikit apalagi banyak (Rakhmat Purwanto, 2011:12).

Kedudukan perbankan dalam suatu perekonomian memang sangat penting dan tentunya tidak dapat terlepas dari permasalahan dan guncangan yang terjadi akibat gejolak pasar keuangan global baik bank konvensional ataupun bank syariah. Permasalahan yang dihadapi perbankan salah satunya adalah krisis global yang terjadi pada tahun 2008. Krisis ini ternyata telah mempengaruhi wajah keuangan global. Negara-negara yang berada di wilayah Eropa seperti Jerman, Belanda, Rusia, Inggris, Islandia, Perancis, demikian juga dengan negara di wilayah Asia-Pasifik seperti Cina, Taiwan, Philipina, Jepang, Singapura, dan Indonesia juga ikut terkena dampak krisis ini. Dampak krisis yang dihadapi oleh negara-negara tersebut pada umumnya adalah turunnya pertumbuhan ekonomi, turunnya nilai tukar, meningkatnya inflasi, runtuhnya indeks bursa dan sejumlah bank/institusi keuangan/korporasi mengalami defisit keuangan atau bangkrut (Sandi Kusuma Wardana, 2013:23).

Indonesia sebagai sebuah negara yang perekonomiannya terbuka juga tak luput dari imbas dinamika pasar keuangan global. Termasuk juga imbas dari krisis global yang telah dirasakan sejak semester kedua 2008. Krisis global yang terjadi telah membuat pasokan likuditas sektor keuangan semakin merosot

(20)

investasi yang nantinya akan berpengaruh pada aliran kas perusahaan-perusahaan di Indonesia. Keadaan ini selanjutnya dapat menyebabkan naiknya tingkat suku bunga dan turunnya pendanaan ke pasar modal dan perbankan global (Sandi Kusuma Wardana, 2013:24).

Di indonesia penerapan dual banking system tentunya memberikan sedikit banyak perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah pada saat krisis terjadi, contohnya pada sektor kinerja perbankan. Krisis global 2008 tentunya sangat banyak memberikan pengaruh besar terhadap kinerja yang dicapai oleh perbankan konvensional karena bank konvensional sangat bergantung pada pendanaan pada sektor finansial dan tingkat suku bunga yang menyebabkan banyak bank konvensional periode tersebut collapse, namun berbeda dengan apa yang dialami oleh perbankan syariah dimana sistem yang digunakan oleh bank syariah tidaklah bergantung pada tingkat suku bunga, selain itu bank syariah juga banyak bermain pada sektor riil yang menjadikan bank syariah lebih tangguh dalam menghadapi krisis dibanding bank konvensional, meskipun demikian bank syariah juga tidak dapat terlepas dari imbas krisis yang terjadi dan tentunya mengganggu perkembangan kinerja bank syariah pada periode tersebut (Finta Elvira dan Prasetiono, 2012:14).

Perkembangan jumlah perbankan syariah di Indonesia dari tahun 2005 sampai 2015 terus mengalami kenaikan. Pasca penetapan Arsitektur Perbankan Indonesia (API), peluang perkembangan perbankan syariah semakin besar. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia dapat dilihat dari pencapaian

(21)

kinerja keuangan bank syariah yang semakin meningkat dari tahun 2005 hingga 2015 yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1

Perkembangan Kinerja Bank Syariah 2005-2015

Sumber : Statistik Perbankan Syariah 2012 (data diolah)

Dari tabel di atas dapat diketahui semakin meningkatnya indikator kinerja keuangan bank syariah berupa simpanan, pembiayaan, dan total aktiva, akan tetapi hal ini diikuti oleh berfluktuasinya rasio NPF dan BOPO selama periode 2015. Dengan berfluktuasinya rasio BOPO pada periode 2005-2015 menunjukan bahwa Bank syariah telah mengalami inkonsistensi dalam hal efisiensi kegiatan operasionalnya. Kinerja perbankan dapat dikatakan efisien apabila rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan Non Performing Financing (NPF) mengalami penurunan (Finta Elvira dan Prasetiono, 2012:42).

Di Indonesia, perkembangan perbankan syariah tentunya diiringi oleh tumbuhnya bank-bank syariah baru yang mulai bermunculan, diantaranya

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah Simpanan (milyar) 15.564 20.672 28.012 36.852 52.271 76.036 115.415 147.512 183.534 217.858 245.748 Biaya Operasional (milyar) 973 1.324 1.774 2.603 3.135 4.472 6.660 8.750 14.021 16.644 21.736 Pembiayaan (milyar) 15.256 20.445 27.944 38.199 46.886 68.181 102.655 165.689 196.679 219.897 234.754 Total Aktiva (milyar) 20.963 26.722 36.538 49.555 66.090 97.519 145.467 147.505 184.122 199.330 208.809 NPF (%) 2.82 4.75 4.05 1.42 4.01 3.02 2.52 2.22 2.62 4.33 4.12 BOPO (%) 78.91 76.77 76.54 81.75 84.39 80.54 78.41 74.97 78.21 79.28 78.08

(22)

yang berbasis syariah, tentunya ini akan meramaikan bisnis pada sektor perbankan syariah. Berikut ini merupakan data mengenai perkembangan jumlah bank syariah periode 2005-2015:

Tabel 1.2

Perkembangan Jumlah Bank Syariah Periode 2005-2015

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Bank Umum Syariah (BUS) 3 3 3 5 6 11 11 11 11 12 12 Unit Usaha Syariah (UUS) 19 20 26 27 25 23 24 24 23 22 22

Sumber : Bank Indonesia, Laporan Perkembangan Perbankan Syariah (LPPS)

Dari tabel diatas dapat diketahui jumlah Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia dari tahun 2005 hingga 2015 secara umum terus mengalami kenaikan termasuk pada periode krisis global 2008 yang melanda walaupun hanya beberapa bank saja. Sedangkan pada Unit Usaha Syariah (UUS) di tahun 2008-2015 memang mengalami fluktatif dalam jumlah bank, hal ini diantaranya disebabkan karena adanya beberapa UUS yang melakukan spin-off menjadi BUS (Rakhmat Purwanto, 2011:16).

Jumlah bank syariah di Indonesia yang semakin banyak beroperasi khususnya dalam bentuk Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) dengan berbagai bentuk produk dan pelayanan yang diberikan tentunya dapat menimbulkan permasalahan di masyarakat. Permasalahan yang paling utama adalah bagaimana kualitas kinerja dan efisiensi dari Bank Syariah yang

(23)

ada saat ini. Dengan kondisi seperti ini, maka penilaian terhadap efisiensi bank syariah menjadi sangat penting, karena efisiensi akan dijadikan dasar dalam pengukuran kesehatan perbankan yang nantinya dapat dilihat gambaran dari kinerja bank tersebut sekaligus juga menjadi faktor yang harus diperhatikan bank untuk bertindak rasional dalam meminimalisir tingkat risiko yang dihadapi dalam kegiatan operasinya (Nor Ermawati Hussain dkk, 2012:31).

Pengukuran efisiensi perbankan tidak hanya dapat dilakukan dengan melihat perbandingan dari indikator kinerja perbankan dan rasio keuangannya saja, cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan berbagai metode yaitu pendekatan parametrik dan non parametrik (Hadad et al. , 2003:2). Pendekatan parametrik meliputi: Distribution Free Approach (DFA), Stochastic Frontier Approach (SFA), dan Thick Frontier Approach (TFA), sedangkan metode non parametrik yaitu dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) (Rami Zeitun, 2013).

Pengukuran efisiensi bank syariah di Indonesia dalam penelitian ini akan menggunakan metode non parametrik Data Envelopment Analysis (DEA). Kelebihan dari metode ini yaitu dapat berhadapan dengan kasus input yang beragam, contohnya seperti faktor yang berada diluar kendali manajemen dan juga memudahkan perbandingan efisiensi dengan menggunakan kriteria yang seragam, melalui penggunaan bentuk rasio yang sederhana untuk mengetahui efisiensi setiap organisasi, termasuk lembaga perbankan (Putri dan Lukviarman, 2008:40).

(24)

Analisis mengenai efisiensi menjadi sangat penting karena penghimpunan dana dan penyaluran pembiayaan yang ekspansif tanpa memperhatikan faktor efisiensi nantinya akan berpengaruh terhadap profitabilitas bank yang bersangkutan terutama setelah krisis global yang terjadi pada tahun 2008, karena krisis global yang terjadi telah membuat pasokan likuditas sektor keuangan semakin merosot karena bangkrutnya beberapa institusi keuangan global khususnya bank-bank investasi yang nantinya akan berpengaruh pada aliran kas perusahaan-perusahaan di Indonesia. Keadaan ini selanjutnya dapat menyebabkan naiknya tingkat suku bunga dan turunnya pendanaan ke pasar modal dan perbankan global. Adanya penurunan kinerja bank-bank termasuk bank syariah harus segera diperbaiki karena jika penurunan kinerja tersebut terus berlanjut tentunya akan membuat kredibilitas perbankan di mata masyarakat akan semakin menurun dan bagi bank-bank yang mengalami penurunan kinerja secara tajam tentu tinggal menunggu waktu untuk dilikuidasi jika tidak ada upaya untuk memperbaiki kinerjanya. (Muharam dan Pusvitasari, 2007:12). Kondisi kebangkrutan dan kerugian tersebut, tentunya memberikan dampak yang cukup mengkawatirkan dalam industri perbankan di seluruh dunia, tidak terkecuali industri perbankan syariah di Indonesia. Kondisi demikian menarik untuk dikaji, melalui penelitian ini diharapkan dapat mengungkap ketahanan industri perbankan syariah, khususnya pada aspek kinerja efisiensi dalam menghadapi krisis ekonomi global, dan juga untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi bank syariah dalam persaingan dunia

(25)

perbankan yang semakin ketat, maka peneliti mengambil penelitian yang berjudul “Studi Efisiensi Bank Syariah di Indonesia Periode 2005-2015”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, untuk menganalisis tingkat efisiensi Bank Syariah di Indonesia, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bank syariah mana saja yang mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen selama periode 2005-2015?

2. Bank syariah mana saja yang belum mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen selama periode 2005-2015?

3. Variabel apa yang menyebabkan bank syariah tidak efisien?

C.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bank syariah mana saja yang mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen selama periode 2005-2015.

2. Untuk mengetahui bank syariah mana saja yang belum mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen selama periode 2005-2015.

3. Untuk mengetahui variabel apa yang menyebabkan bank syariah tidak efisien.

(26)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi pembaca, dapat memperluas pemahaman dan pengetahuan mengenai efisiensi perbankan syariah.

2. Bagi kalangan akademisi, dapat menjadi bahan referensi untuk keperluan studi dan penelitian selanjutnya mengenai efisiensi perbankan syariah. 3. Bagi manajemen perbankan syariah, dapat menjadi tolak ukur dan masukan

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Perbankan

Bank memiliki arti sebagai lembaga keuangan yang kegiatan

utamanya adalah mengumpulkan dana dari masyarakat lalu

menyalurkannya kembali kepada masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya (Kasmir, 2000). Sedangkan menurut Zainal Abidin (2007:1) Bank adalah suatu lembaga keuangan terpenting di dalam suatu negara yang sangat mempengaruhi kondisi ekonomi baik secara mikro maupun makro.

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, menjabarkan bank sebagai suatu badan usaha yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat berupa simpanan lalu menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Perbankan mempunyai pangsa pasar sebesar 80 persen dari total keseluruhan sistem keuangan yang ada di Indonesia (Sandi Kusuma Wardana, 2013:36).

2. Pengertian Perbankan Syariah

Menurut Pasal 1 ayat UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Perbankan Syariah merupakan segala sesuatu yang berkaitan

(28)

kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Bank Syariah merupakan suatu sistem perbankan yang ada di dalam Ekonomi Islam berdasarkan pada konsep pembagian baik keuntungan maupun kerugian. Artinya adalah barang siapa yang ingin mendapatkan hasil dari tabungannya, juga harus bersedia mengambil risiko. Bank-bank syariah berkembang berdasarkan prinsip yang tidak mengizinkan pemisahan antara keagamaan dengan hal yang temporal (keduniaan). Prinsip ini mewajibkan kepatuhan kepada syariah yang menjadi dasar dari semua aspek kehidupan. Kepatuhan ini juga tidak hanya dalam hal ibadah ritual saja melainkan transaksi bisnis juga harus sesuai dengan ajaran syariah (Setiawan, 2009:15).

Saat ini perbankan di Indonesia menganut dual system banking yaitu bank syariah dan konvensional, dimana keduanya memiliki perbedaan. Perbedaan menonjol antara bank syariah dengan bank konvensional secara umum terletak pada dua konsep yaitu konsep sistem dan konsep imbalannya. Perbedaan konsep sistem antara bank syariah dan bank konvensional dapat dilihat dalam tabel perbandingan sebagai berikut:

(29)

Tabel 2.1

Perbandingan Bank Syariah dan Bank Konvensional

Bank Syariah Bank Konvensional

Keuntungan dibagi berdasarkan bagi hasil

Keuntungan dibagi berdasarkan

Perangkat Bunga (interest rate) Tidak hanya mencari keuntungan

semata

Sangat amat mencari keuntungan

Hubungan dengan nasabah merupakan hubungan kemitraan

Hubungan dengan nasabah hanya dalam bentuk debitur-kreditur

Hanya melakukan investasi yang halal saja

Investasi dilakukan pada sektor yang halal dan haram

Kegiatan operasional yang dijalankan harus sesuai dengan syariah Islam yang diawasi oleh Dewan Syariah Nasional (DSN)

Kegiatan opersionalnya bebas dan

tidak terdapat Dewan Syariah

Nasional (DSN) atau sejenisnya

Sumber : M. Syafi’i Antonio (2001)

Masyarakat lebih memilih menggunakan sistem bunga karena bertujuan untuk mengoptimalkan pemenuhan kepentingan pribadinya saja, sehingga kurang memperhatikan dampak sosial yang ditimbulkan. Perbedaannya dengan sistem bagi hasil yaitu sitem ini berorientasi pada pemenuhan kemaslahatan hidup umat manusia (Sudarsono, 2008:43). Perbedaan bunga dan bagi hasil dapat dijelaskan lebih jauh dalam tabel berikut:

(30)

Tabel 2.2

Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil

Bunga Bagi Hasil

Persentase bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung.

Penentuan bagi hasil dibuat pada waktu

akad dengan pedoman pada

kemungkinan untung rugi. Besarnya persentase didasarkan pada

modal atau jumlah uang yang dipinjamkan.

Besarnya rasio bagi hasil didasarkan

pada jumlah keuntungan yang

didapatkan. Pembayaran bunga tetap seperti yang

dijanjikan tanpa mempertimbangkan apakah proyek yang dijalankan pihak nasabah untung atau rugi.

Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha nasabah merugi maka kerugian akan ditanggung bersama oleh bank.

Jumlah pembayaran bunga tidak

meningkat, walaupun jumlah

keuntungan naik berlipat ganda,

Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan persentase peningkatan pendapatan yang dihasilkan.

Eksistensi bunga diragukan oleh semua agama.

Tidak ada yang dapat meragukan keabsahan bagi hasil.

Sumber : M. Syafi’i Antonio (2001)

Menurut Pasal 1 ayat (12) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Prinsip Syariah merupakan prinsip yang berlandaskan hukum Islam dimana kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Lembaga yang berwenang di Indonesia adalah Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bersifat independen. DPS ditempatkan pada bank-bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dengan tugas yang diatur oleh DSN-MUI.

(31)

3. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Bank Umum Syariah (BUS) merupakan Bank Syariah yang di dalam kegiatan usahanya memberikan jasa pada lalu lintas pembayaran, sedangkan Unit Usaha Syariah,yang disebut UUS, merupakan unit kerja yang dimiliki oleh Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja dari kantor cabang suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah atau unit syariah (Bank Indonesia). Sedangkan menurut Rivai (2007) pengertian BUS dan UUS yaitu:

a. Bank Umum Syariah (BUS)

Bank Umum Syariah (BUS) merupakan jenis bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatan usahanya memberikan jasa pada lalu lintas pembayaran. BUS adalah badan usaha yang setara kedudukannya dengan bank umum konvensional dengan bentuk hukum perseroan terbatas, perusahaan daerah, ataupun koperasi. Sama seperti bank umum konvensional, BUS dapat berupa bank devisa atau bank non devisa. Pendirian bank umum syariah baru wajib memenuhi persyaratan permodalan sebagai berikut:

1) Jumlah minimal modal yang disetor sebesar Rp. 1 trilyun. Sedangkan bagi bank asing yang membuka kantor cabang syariah dana disetor

(32)

2) Sumber dana modal yang disetor tersebut tidak boleh berasal dari dana pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari bank atau pihak lain di Indonesia.

3) Sumber dana dari modal yang disetor tersebut tidak boleh berasal dari sumber yang diharamkan menurut ketentuan syariah termasuk dari dan tujuan pencucian uang (money laundering).

b. Unit Usaha Syariah (UUS)

Unit Usaha Syariah (UUS) merupakan unit kerja bank umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah atau unit syariah. Secara struktur organisasi, UUS berada dibawah satu tingkat direksi bank umum konvensional yang bersangkutan. UUS dapat berupa bank devisa atau non devisa. Sebagai unit kerja khusus, UUS memiliki tugas untuk mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan di kantor cabang syariah, melakukan fungsi treasury dalam rangka pengelolaan dan penempatan dana yang bersumber dari kantor cabang syariah, menyusun laporan keuangan konsolidasi dari seluruh kantor cabang syariah, dan juga melakukan tugas membuat laporan keuangan kantor cabang syariah. Bank umum konvensional yang berada di Indonesia yang melakukan kegiaan usaha berdasarkan prinsip syariah wajib membuka UUS. Pembukaan UUS hanya dapat dilakukan sesuai izin dari Bank Indonesia. Modal kerja UUS berupa modal yang disisihkan dalam suatu rekening tersendiri yang dapat digunakan untuk membiayai kegiatan operasional dan non operasional

(33)

kantor cabang syariah. Minimal besarnya modal kerja adalah Rp 100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah). Tujuan penyisihan modal kerja UUS dari kantor induknya adalah agar pengelolaan dananya tidak tercampur dengan dana dari kantor induknya yang beroperasional secara konvensional.

4. Kinerja Keuangan Perbankan

Syofyan (2003) dalam Sukarno dan Syaichu (2006:48) menjelaskan bahwa kinerja memiliki diarti sebagai penilaian sejauh mana hasil ekonomi dari kegiatan industri memberikan kontribusi terbaik guna mencapai tujuan. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan seberapa baik hasil yang dicapai oleh perusahaan ataupun perbankan dalam mencapai tujuannya. Sedangkan kinerja keuangan merupakan gambaran tentang bagaimana hasil yang mampu diraih oleh perusahaan perbankan pada saat periode tertentu melalui aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan keuntungan secara efektif dan efesien, yang dapat diukur melalui perkembangannya dengan mengadakan analisis terhadap data keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan. Pengukuran keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya melihat pada laporan keuangan disamping data non keuangan lain yang bersifat sabagai penunjang. Informasi kinerja yang didapat bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam manghasilkan arus kas dari sumber dana yang ada.

(34)

a. Laporan Keuangan Perbankan Syariah

Sistem pembukuan akuntansi memang sangat diperlukan oleh semua lembaga keuangan, untuk mencatat transaksi-transaksi ekonomi yang dilakukan oleh lembaga keuangan yang bersangkutan biasanya setahun sekali pada akhir tahun periode (Adyani, 2011:21). Indikator utama yang dijadikan dasar penelitian ini salah satumya yaitu laporan keuangan bank syariah di Indonesia. Maka dari itu, kegiatan operasional bank menurut ketentuan pemerintah harus dinyatakan pada laporan keuangan yang nantinya diterbitkan dan dilaporkan kepada masyarakat maupun otoritas moneter sebagai pengawas perbankan nasional. Laporan keuangan bank juga menunjukkan kondisi bank secara keseluruhan. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh bank diharapkan dapat memberi informasi tentang sejauh mana kinerja keuangan dan pertanggungjawaban manajemen bank kepada seluruh stake holder bank (Dewi, 2010:18).

b. Rasio Keuangan

Rasio Keuangan atau Financial Ratio adalah alat analisis keuangan yang digunakan perusahaan untuk menilai seberapa jauh kinerjanya berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada pos laporan keuangan. Rasio menunjukkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain (wikipedia).

(35)

5. Efisiensi

a. Konsep Efisiensi

Efisiensi memiliki arti perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input), atau jumlah yang dapat dihasilkan dari satu input yang digunakan. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisiensi apabila menggunakan jumlah unit yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah unit input yang digunakan oleh perusahaan lain untuk menghasilkan output yang sama, atau menggunakan unit input yang sama guna menghasilkan jumlah output yang lebih besar (Priyonggo Suseno, 2008 : 28).

Efisiensi juga memilliki arti sebagai rasio antara output dengan input. Ada beberapa faktor yang menyebabkan efisiensi diantaranya apabila menggunakan input yang sama dapat menghasilkan output yang lebih besar, input yang lebih kecil dapat menghasilkan output yang sama, dan dengan input yang lebih besar dapat menghasilkan output yang lebih besar lagi. (Ghofur Atmawardhana, 2006; 40).

Apabila ditinjau dari teori ekonomi, terdapat dua pengertian efisiensi, yaitu efisiensi ekonomi dan efisiensi teknik. Efisiensi ekonomi mempunyai sudut pandang makro dengan jangkauan yang lebih luas dibanding efisiensi teknik. Pengukuran efisiensi teknik cenderung terbatas hanya pada hubungan teknis dan operasional dalam proses konversi input menjadi output. Akibatnya, usaha yang digunakan untuk

(36)

bersifat internal, yaitu melalui pengendalian dan alokasi sumber daya yang optimal (Ghofur;Atmawardhana, 2006:41 dalam Priyonggo Suseno, 2008:34).

b. Efisiensi Perbankan

Dalam dunia perbankan efisiensi merupakan salah satu pengukuran kinerja yang cukup terkenal atau populer, karena banyak dipergunakan untuk menjawab atas kesulitan-kesulitan dalam menghitung ukuran kinerja sebagaimana yang disebutkan diatas. Dengan diidentifikasikannya alokasi input dan output, dapat dianalisa lebih jauh untuk melihat penyebab inefisiensi. Menurut Muharam dan Pusvitasari (2007), untuk melihat efisiensi perbankan tidak jauh beda dengan perusahaan, efisiensi dalam perbankan juga dapat diartikan sebagai tolak ukur dalam mengukur kinerja dimana efisiensi merupakan jawaban atas kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran pada kinerja seperti tingkat efisiensi alokasi, teknis maupun total efisiensi.

Secara garis besar efisiensi perbankan dapat didekomposisikan dalam efisiensi skala (scale efficiency), efisiensi teknik (technical efficiency), efisiensi cakupan (scope efficiency), dan efisiensi alokasi (allocative efficiency). Bank dapat dikatakan efisien dalam skala ketika bank yang bersangkutan mampu beroperasi dalam skala hasil yang konstan (constant return to scale), sedangkan efisiensi cakupan tercapai apabila bank dapat beroperasi pada diversifikasi lokasi. Efisiensi alokasi tercapai ketika bank yang bersangkutan mampu menentukan berbagai

(37)

output yang memaksimumkan keuntungan, sedangkan efisiensi teknik pada hakekatnya menyatakan hubungan antara input dengan output dalam suatu proses produksi. Suatu proses produksi dikatakan efisien apabila pada penggunaan input sejumlah tertentu dapat menghasilkan output yang maksimum atau untuk menghasilkan output dengan jumlah yang besart dengan input yang paling minimal (Muharam dan Pusvitasari 2007:86).

Secara umum ada 3 pendekatan konsep dasar model efisiensi dari sektor finansial termasuk industri perbankan yaitu:

1) Cost Efficiency pada dasarnya pengukuran tingkat biaya suatu bank dibandingkan dengan bank yang memiliki biaya operasi terbaik (best practice bank`s cost) dalam menghasilkan output yang sama dengan teknologi yang sama.

2) Standard Profit Efficiency pada dasarnya pengukuran tingkat efisiensi suatu bank didasarkan pada kemampuan bank tersebut menghasilkan profit yang maksimal pada tingkat harga output tertentu dibandingkan dengan tingkat keuntungan bank yang beroperasi terbaik (best practice bank) dalam sampel. Model ini sering dikaitkan dengan suatu kondisi pasar persaingan sempurna dimana harga output dan input ditentukan oleh pasar. Dengan kata lain tidak ada bank yang dapat menentukan harga input maupun harga output sehingga bank berfungsi sebagai price taking agent.

(38)

3) Alternative Profit Efficiency biasa dikaitkan dengan suatu kondisi pasar persaingan tidak sempurna (imperfect market competition), dimana bank diasumsikan memiliki kekuatan pasar dalam menentukan harga output tetapi tidak pada harga input. Karena perbedaan jenis pasar tersebut, maka perbedaan yang paling dominan antara kedua model ini (standard profit efficiency dan alternative profit efficiency) terletak pada penentuan variabel eksogen di dalam pencapaian keuntungan maksimum yaitu tingkat output (Ivan Gumilar dan Siti Komariah, 2011:101).

Dari perspektif mikro, efisiensi perbankan menjadi sangat penting dalam suasana persaingan yang semakin ketat. Sebuah bank dituntut agar dapat bertahan dan berkembang dalam kegiatan operasionalnya. Bank-bank yang tidak efisien, kemungkinan besar akan keluar dari pasar karena kalah bersaing dengan kompetitornya, baik dari kualitas produk, pelayanan, maupun segi harga (pricing). Bank yang tidak efisien juga akan kesulitan dalam mempertahankan nasabahnya dan juga tidak diminati oleh calon nasabah, hal ini akanmengurangi customer-basenya (Weill, 2003 dalam Zaenal Abidin dan Endri, 2009:22).

Sementara dalam perspektif makro, peran yang sangat strategis dari industri perbankan yakni sebagai intermediator dan produser jasa-jasa keuangan tentunya menuntut industri perbankan untuk efisien agar dapat mempengaruhi biaya intermediasi keuangan dan secara

(39)

keseluruhan stabbilitas sistem keuangan. Semakin tingginya tingkat efisiensi bank maka akan semakin baik dalam hal kinerja perbankan yang tentunya semakin lebih baik pula bank dalam mengalokasikan sumber daya keuangan, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kegiatan investasi dan menumbuhkan perekonomian (Weill, 2003 dalam Zaenal Abidin dan Endri, 2009:22).

c. Pengukuran Efisiensi

Pengukuran efisiensi di dalam perbankan menjadi sangat penting karena menjadi pedoman untuk penilaian kesehatan bank. Menurut Muharam dan Pusvitasari (2007:86), terdapat 2 jenis pendekatan pengukuran efisiensi khususnya perbankan, yaitu:

1) Pendekatan Rasio

Cara mengukur efisiensi dalam pendekatan rasio dilakukan dengan menghitung perbandingan output dan input yang digunakan. Pendekatan rasio akan mendapat nilai efisiensi yang tinggi apabila menghasilkan output yang semaksimal mungkin dengan input yang seminimal mungkin.

Efisiensi: Output

Input

Pendekatan rasio memiliki kelemahan apabila terdapat banyak input dan output yang dihitung, jika diperhitungkannya dilakukan serempak maka akan menghasilkan banyak hasil

(40)

perhitungan sehingga menghasilkan asumsi yang tidak tegas. Terdapat 2 konsep dalam pendekatan rasio yaitu:

a) Constant Return Scale (CRS)

Gambar 2.1

Model constant return to scale dikembangkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes (Model CCR) tahun 1978. Model ini mengasumsikan bahwa rasio antara penambahan input dan output adalah sama (constant). Artinya, jika terdapat tambahan input sebesar x kali, maka output juga akan meningkat sebesar x kali.

Asumsi lain yang dipakai dalam model ini menunjukkan bahwa setiap perusahaan atau unit pembuat keputusan (UPK) beroperasi pada skala yang optimal. Rumus dari constant return to scale dapat dituliskan sebagai berikut:

(41)

Dimana maksimalisasi di atas merupakan efisiensi teknis (CCR), xij menunjukkan banyaknya input tipe i dari UPK ke-j dan ykke-j menunke-jukkan ke-jumlah output tipe ke-k dari UPK ke-ke-j. Nilai efisinesi selalu kurang atau sama dengan 1. UPK yang bernilai efisiensi kurang dari 1 mengalami inefisiensi sedangkan UPK yang nilai efisiensinya sama dengan 1 menunjukkan UPK tersebut efisien (Hamim S. Ahmad Mokhtar, dkk, 2008:42).

b) Variabel Return Scale (VRS)

Gambar 2.2

Model ini dikembangkan oleh Banker, Charnes, dan Cooper (model BCC) tahun 1984 dan merupakan perkembangan dari model CCR sebelumnya. Model ini berpendapat bahwa perusahaan tidak atau belum beroperasi pada skala yang optimal. Asumsi dari model ini adalah rasio antara penambahan input dan output tidaklah sama (variable return to scale). Artinya, penambahan input sebesar x kali tidak selalu menyebabkan output meningkat sebesar x kali, bisa juga lebih kecil atau lebih

(42)

besar dari x kali. Rumus variable return to scale (VRS) dapat dituliskan dengan program matematika seperti berikut ini:

Maksimalisasi di atas merupakan nilai efisiensi teknis (BCC), xij menunjukkan banyaknya input tipe I dari UPK ke-j, dan yrj merupakan jumlah output tipe ke-r dari UPK ke-j. Nilai dari efisiensi tersebut selalu kurang atau sama dengan 1. UPK yang nilai efisiensinya kurang dari 1 menunjukkan inefisiensi sedangkan UPK yang nilainya sama dengan 1 berarti UPK tersebut sudah efisien. Menurut Hamim S. Ahmad Mokhtar, dkk, (2008)VRS terdapat dua model, yaitu :

(1) Increasing Return to Scale

Increasing Return to Scale terjadi apabila terjadi perubahan jumlah output yang dihasilkan lebih besar daripada perubahan input. Contohnya adalah bank mengubah penggunaan inputnya sebesar dua kali dari input semula, dapat menghasilkan output lebih dari dua kali dari output semula.

(43)

(2) Decreasing Return to Scale

Decreasing Return to Scale terjadi jika perubahan jumlah output lebih kecil dari output semula dibandingkan dengan perubahan input. Contohnya bank yang menggunakan semua inputnya sebesar dua kali dari semula maka akan menghasilkan output yang kurang dari dua kali dari output semula.

2) Pendekatan Regresi

Pendekatan regresi ini menggunakan sebuah model dari tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input tertentu untuk mengukur efisiensi. Fungsi regresi adalah sebagai berikut:

Y=f (X1, X2, X3, X4,...Xn) Dimana:

Y = Output X = Input

Pendekatan regresi akan menghasilkan perkiraan hubungan yang dapat digunakan dalam memproduksi tingkat output yang dihasilkan sebuah Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) pada tingkat input tertentu. UKE dapat dikatakan efisien apabila menghasilkan output yang lebih banyak daripada perkiraan outputnya. Kelemahan yang

(44)

menampung banyak output, karena dalam sebuah persamaan regresi hanya dapat menampung satu indikator output saja. Apabila dilakukan penggabungan banyak output dalam satu indikator maka akan menghasilkan informasi yang tidak rinci lagi.

6. Hubungan Input dan Output dalam pengukuran Efisiensi Bank

Menurut Muliaman D. Hadad, Wimboh S., Dhaniel I. dan Eugenia M. (2003), ada 3 pendekatan yang biasa digunakan dalam metode parametrik maupun non-parametrik untuk mendefinisikan hubungan input dan output dalam kegiatan financial lembaga keuangan, yaitu:

a. Pendekatan Aset (Asset Approach)

Produksi aset menggambarkan fungsi primer dari lembaga keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman (loans). Pada pendekatan ini, output benar-benar didefinisikan dalam bentuk aset.

b. Pendekatan Produksi (Production Approach)

Pendekatan produksi beranggapan bahwa lembaga keuangan sebagai produsen dari akun deposito (deposit account) dan kredit pinjaman (credit accout), kemudian outputnya didefinisikan sebagai jumlah tenaga, pengeluaran modal pada aset-aset tetap dan material lainnya.

c. Pendekatan Intermediasi (Intermediation Approach)

Pendekatan intermediasi beranggapan sebuah lembaga keuangan sebagai intermediator, yaitu merubah dan mentransfer aset-aset keuangan dari unit berlebih kepada unit yang kekurangan. Input-input

(45)

lembaga keuangan tersebut berupa biaya tenaga kerja, modal dan pembayaran bunga ada deposito, adapun output yang diukur dalam bentuk kredit pinjaman (loans) dan investasi keuangan (financial investment). Pendekatan ini melihat fungsi primer dari institusi keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman (loans).

B. Penelitian Terdahulu

Studi yang meneliti tentang efisiensi perbankan telah banyak dilakukan pada bank syariah maupun bank konvensional baik di dalam negeri maupun luar negeri telah dilakukan oleh beberapa kalangan akademisi. Pelaksanaan penelitian terdahulu ini dimaksudkan untuk menggali informasi tentang penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Penelitian terdahulu yang dipilih oleh penulis diantaranya seperti yang akan dijabarkan pada pembahasan di bawah ini :

1. Muhammad Hartana Iswandi Putra (2003)

Penelitian dengan judul “Analisis efisiensi industri perbankan di Indonesia menggunakan data envelopment analysis (DEA) : Studi kasus pada bank-bank devisa, tahun 2001-2002” bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi teknis pada 45 bank devisa yang ada di Indonesia, pada tahun pengamatan 2001 dan 2002. Data yang dipergunakan adalah data input-output ke 45 bank devisa yang menjadi obyek penelitian, adapun data input-nya adalah beban bunga, beban operasional lainnya dan beban non operasional; sedang

(46)

dan pendapatan non operasional. Hasil penelitian ini adalah pada tahun 2001 ada 12 bank devisa yang sudah efisien dan 33 bank devisa yang belum efisien, sementara pada tahun 2002 ada 14 bank devisa yang sudah efisien dan 31 bank devisa lainnya belum efisien. Sebuah bank devisa dikatakan efisien jika sudah mampu untuk tidak melakukan pemborosan dalam penggunaan input-input-nya dan atau sudah sudah mampu memanfaatkan semua potensial kemampuan yang dimiliki untuk memproduksi output-output-nya, dan sebaliknya bagi bank devisa yang masih melakukan pemborosan dalam penggunaan input-nya dan atau belum mampu memanfaatkan petensial kemampuan yang dimiliki untuk memproduksi output-nya adalah bank devisa yang belum efisien. Pada tahun 2001 nilai efisiensi bank devisa terendah adalah 37,5 % dan tertinggi yaitu 100 %; sedang pada tahun 2002 nilai efisiensi terendah adalah 28,29 % dan tertinggi sebesar 100 %. Rata-rata efisiensi perbankan devisa dari hasil penelitian ini adalah 71,2596 % pada tahun 2001, sedang pada tahun 2002 rata-rata efisiensinya adalah 74,3742 %. Kenaikan rata-rata efisiensi sebesar 3,1146 % dari tahun 2001 ke tahun 2002, menunjukkan bahwa ternyata ada peningkatan efisiensi kinerja perbankan di Indonesia dari tahun 2001 ke tahun 2002.

2. Harjum Muharam dan Pusvitasari (2007)

Penelitian ini membahas analisis perbandingan efisiensi bank syariah di Indonesia dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Adapun variabel input yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(47)

simpanan dan biaya operasional lain, sedangkan variabel output yang digunakan adalah pembiayaan, aktiva lancar, dan pendapatan operasional lainnya. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini mencakup bank-bank syariah di Indonesia periode periode 2005. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada perbedaan nilai efisiensi antara BUS dan UUS, tidak ada perbedaan efisiensi antara bank syariah BUMN maupun bank syariah Non BUMN dan juga tidak ada perbedaan nilai efisiensi antara bank syariah swasta non devisa dan bank syariah devisa. Hanya Bank BTN syariah, Niaga Syariah, dan Permata Syariah yang selalu mencapai nilai efisien 100% selama periode amatan.

3. Hamim S. Ahmad Mokhtar, dkk (2008)

Penelitian ini bertujuan mengukur tingkat efisiensi bank Islam di Malaysia dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu total simpanan, biaya overhead sebagai variabel input dan juga aktiva produktif sebagai variabel output. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam periode pengamatan rata-rata efisiensi bank syariah di Malaysia secara menyeluruh mengalami peningkatan. Dalam penelitian ini juga mengungkapakan bahwa bank umum syariah lebih efisien dari pada bank konvensional yang membuka layanan unit usaha syariah.

(48)

4. Haseeb Shahid, Ramiz ur Rehman, Ghulam Shabbir Khan Niazi, dan Awais Raoof (2010)

Penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan efisiensi antara bank syariah dengan bank konvensional di Pakistan selama periode 2005- 2009 menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel input yang digunakan adalah capital dan deposits, sedangkan variable outputnya adalah loan & advances dan investment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan efisiensi yang signifikan antara bank konvensional dengan bank syariah di Pakistan pada periode amatan, kecuali pada tahun 2008.

5. Heri Pratikto (2011)

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi perbankan syariah sebelum dan setelah krisis ekonomi global. Terdapat 9 bank syariah yang dipilih melalui purposive sampel. Data yang dikumpulkan lalu dianalisis menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kondisi variabel input maupun output cenderung mengalami peingkatan pertumbuhan, (2) efisiensi kinerja seluruh bank syariah dalam kondisi baik, (3) tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja efisiensi baik sebelum maupun sesudah krisis global, CRS model maupun VRS, (4) ada perbedaan efisiensi kinerja bank syariah sebelum dan setelah krisis global menurut model skala. Berdasarkan hasil penelitian disarankan bahwa dana pihak ketiga deposito di perbankan syariah harus dapat digunakan dengan tepat untuk pembiayaan yang

(49)

mendukung realisasi efisiensi kinerja secara maksimal, dan digunakan untuk pembiayaan kegiatan di sektor riil yang dapat membantu pertumbuhan ekonomi nasional.

6. Rakhmat Purwanto (2011)

Penelitian ini bertujuan menganalisis efisiensi pada 21 bank di Indonesia yang terdiri dari 11 Bank Umum Syariah (BUS) dan 10 Bank Umum Konvensional (BUK) selama periode 2006-2010 dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel input yang digunakan yaitu jumlah aset, jumlah simpanan, dan biaya tenaga kerja. Sedangakan variabel output yang digunakan yaitu pembiayaan dan laba operasional. Hasil penelitian menggunakan metode DEA menunjukan bahwa selama periode 2006-2010 baik BUK maupun BUS cenderung mengalami peningkatan efisiensi walaupun berfluktuatif, dengan rata-rata efisiensi 83,29 persen untuk BUK dan 89,3 persen untuk BUS. Hasil ini menunjukan bahwa BUS sedikit lebih baik daripada BUK di Indonesia dalam hal efisiensinya. Pada pengujian hipotesis uji beda dengan independent sample t-test menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai efisiensi antara BUK dan BUS selama periode pengamatan.

7. Nor Ermawati Hussain, Hussin Abdullah dan Mohd. Shahidan Shaari (2012)

Penelitian ini berjudul “Efficiency and Profitability of Islamic Bankng in Malaysia”. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan efisiensi dan

(50)

menerapkan Sistem Perbankan Syariah di setiap cabang . Di antara 9 bank dalam penelitian ini adalah Alliance Islamic Bank Berhad, EONCAP Islamic Bank Berhad, Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB), Bank Muamalat Malaysia Berhad, HSBC Amanah Malaysia Berhad, OCBC Bank Al – Amin, Malayan Perbankan Syariah (Maybank), Bank Umum dan Berhad RHB Islamic Bank Berhad. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan metode ekonometrik menggunakan data yang diambil dari laporan tahunan bank. Metode Data Envelopment Analysis (DEA) juga digunakan dalam penelitian ini yang lebih terfokus pada efisiensi dan profitabilitas di Bank Islam. Variabel yang digunakan pada penelitian ini meliputi variabel input biaya dan jumlah deposito, kemudian variabel outputnya adalah likuiditas aset. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat banyak perbedaan dalam efisiensi dan profitabilitas perbankan syariah dan sistem bank yang diterapkan baik dalam cara operasional perbankan, produk dan jasa, prestasi dan lain-lain. 8. Muhammad Azeem Qureshi (2012)

Penelitian ini berjudul “Efficiency of Islamic and Conventional Banks in Pakistan : A Non-parametric Approach”.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbandingan efisiensi sistem perbankan di Pakistan yang terdiri dari Islamic banks (IB), bank konvensional dengan Islamic banking division (IBD) dan bank konvensional (CB). Penelitian ini menggunakan dua metode. Pertama, analisis rasio digunakan untuk menganalisis efisiensi biaya, pendapatan dan laba. Kedua, data

(51)

envelopment analysis (DEA) untuk menganalisis komparatif dari efisiensi teknis, efisiensi teknis dan skala murni. Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu variabel input jumlah simpanan dan jumlah beban (bunga dan non-bunga), varibel outputnya adalah pendapatan (bunga dan non-bunga) dan aktifa produktif. Hasil penelitian menemukan bahwa biaya bank syariah lebih efisien dibandingkan dengan pendapatannya. Mengingat laju pertumbuhan skala efisiensi (SE), dapat disimpulkan bahwa bank-bank Islam harus didorong untuk mencapai tapal batas efisien dalam industri perbankan dengan mengurangi pengeluran mereka. Kemudian untuk hibrida perbankan mungkin belum tergolong sebagai bank yang efisien untuk industri perbankan di Pakistan. Pandangan hubungan terbalik pada ukuran efisiensi skala yang disarankan pada hasil penelitian ini. Harus adanya peninjauan kembali atas kebijakan regulator untuk meningkatkan modal dasar bank sehingga memaksa mereka untuk meningkatkan tingkat efisiensinya.

9. Finta Elvira dan Prasetiono (2012)

Penelitian ini bertujuan mengukur efisiensi teknis dan efisiensi profitabilitas perbankan sebelum dan setelah krisis ekonomi 2008 dengan Menggunakan Metode Non Parametrik Data Envelopment Analysis (DEA). Studi ini mengukur efisiensi teknis dan profitabilitas bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2006-2010. Penelitian ini menggunakan metode DEA (Data Envelopment Analysis) dan uji ANOVA.

(52)

hasil uji beda Anova menunjukkan terdapat perbedaan. Kesimpulan ini diambil berdasarkan Sig yang lebih kecil dari 0.05 sehingga H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa krisis global 2008 mengakibatkan perubahan yang cukup berarti pada kinerja efisiensi perbankan dalam periode 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah krisis 2008. Hal ini dapat terjadi karena pada saat krisis terjadi kontraksi pada perekonomian sehingga bank menurunkan jumlah inputnya secara ukuran teknis karena mengantisipasi resiko dan menghadapi beragam dampak krisis ekonomi. Pengujian efisiensi profitabilitas sebelum dan setelah krisis ekonomi dari hasil uji beda Anova menunjukkan tidak ada perbedaan. Kesimpulan ini berdasarkan Sig yang lebih besar dari 0.05 sehingga H2 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa krisis global tidak mengakibatkan perubahan yang cukup berarti pada kinerja efisiensi perbankan dalam periode 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah krisis 2008.

10. Rami Zeitun (2013)

Penelitian yang berjudul “The Efficiency of Banks and the Financial Crisis in a Developing Economy: The Case of Jordan” dengan menggunakan metode analisis Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel data yang digunakan adalah variable return scale (VRS). Adapun variabel input pada penelitian ini yaitu deposito, ekuitas, aset lain, sedangkan variabel outputnya adalah laba bersih. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode non parametrik DEA pada skala efisiensi teknis hanya beberapa Bank Yordania yang efisien dalam

(53)

mengelola sumber daya keuangan mereka dan menghasilkan keuntungan. Selain itu, hanya ada beberapa bank yang ditemukan efisien pada skala efisiensi teknis murni. Krisis keuangan memiliki dampak yang signifikan terhadap efisiensi bank.

11. Sandi Kusuma Wardana (2013)

Penelitian ini berjudul “Analisis Tingkat Efisiensi Perbankan Dengan Pendekatan Non Parametrik Data Envelopment Analysis (DEA)“. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja efisiensi dari 13 bank komersial yang ada di Indonesia dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode penelitian 2005-2011. Analisis data yang digunakan adalah Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi variabel input dan variabel output. Variabel input yang digunakan adalah interest expense (biaya bunga), non interest expense (biaya diluar bunga), salary expense (biaya personalia), fixed asset (aktiva tetap),,dan purchase fund (pembelian surat berharga). Sedangkan variabel output yang digunakan terdiri dari interest income (pendapatan bunga), earning asset (aktiva produktif), dan non interest income (pendapatan non bunga). Hasil yang didapat menunjukkan tingkat efisiensi tidak berubah banyak antara tahun 2005 sampai 2011. Skor efisiensi mencapai tingkat maksimal pada tahun 2011 untuk semua bank. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan dalam efisiensi antara bank milik negara dan bank umum swasta nasional di Indonesia.

(54)

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan pengamatan peneliti dan dengan melihat hasil penelitian sebelumnya maka kerangka penelitian yang terbentuk adalah sebagai berikut:

Gambar 2.3

Kerangka Pemikiran Teoritis

Variabel Input : 1. Beban Pegawai

2. Beban Administrasi Umum 3. Beban Lain-lain

Variabel Output :

1. Pendapatan Operasional Lainnya 2. Penempatan Dana Pada Bank Lain

Laporan Keuangan Bank Syariah

Pengukuran efisiensi dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA)

Analisis dan Pembahasan

Kesimpulan dan

Tingkat Efisiensi Bank Syariah Periode 2005-2015

(55)

D. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, tujuan penelitian dan fenomena research serta masih adanya gap research dari penelitian terdahulu, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : Terdapat Bank Syariah yang mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen pada periode 2005-2015.

H2 : Terdapat Bank Syariah yang belum mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen pada periode 2005-2015.

(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah 11 Bank Syariah yang ada di Indonesia, meliputi Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah Indonesia, Bank Niaga Syariah, Bank Permata Syariah, BTN Syariah, BRI Syariah, BNI Syariah, Bank Danamon Syariah, BII Syariah dan Bank DKI Syariah, dengan kurun waktu pada tahun 2005-2015. Penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel yang digunakan adalah variabel input (beban pegawai, beban administrasi umum dan beban lain-lain), dan variabel output (pendapatan operasional lain dan penempatan dana pada bank lain).

B. Metode Penentuan Sample

Populasi dalam penelitian ini merupakan Bank Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia pada periode 2005-2015. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling artinya metode penentuan sampel dipilih berdasarkan pertimbangan (judgement sampling), yang berarti pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya atas pertimbangan tertentu (Heri Pratikto, 2011:56). Sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan ketentuan sebagai berikut :

1. Bank Syariah yang beroprasi di Indonesia selama periode pengamatan 2005-2015.

(57)

2. Menyajikan laporan keuangan pada periode pengamatan 2005-2015 dan telah dipublikasikan baik pada Bank Indonesia, OJK maupun website bank yang bersangkutan.

Dengan kriteria pengambilan sampel diatas maka terpilih 11 sampel penelitian yang dapat mewakili perbankan syariah nasional yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Mega Syariah Indonesia (BMSI), Bank Niaga Syariah (BNS), Bank Permata Syariah (BPS), Bank Tabungan Negara Syariah (BTNS), Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS), Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS), Bank Danamon Syariah (BDS), Bank Internasional Indonesia Syariah (BIIS) dan Bank DKI Syariah (DKIS).

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, data tersebut diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id), Otoritas Jasa Keuangan, dan dan juga dari publikasi laporan keuangan masing-masing bank syariah yang bersangkutan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Library Research

Data yang didapat dari berbagai sumber seperti jurnal, koran, buku, majalah, dan lain-lain yang berhubungan dengan aspek penelitian sebagai upaya untuk memperoleh data yang valid.

(58)

2. Field Research

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang bersifat sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

3. Internet Research

Selain buku referensi atau literatur yang kita miliki atau meminjam di perpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau sudah kadarluarsa, karena ilmu yang semakin berkembang, penulis melakukan penelitian dengan teknologi internet sehingga data yang diperoleh up to date.

D. Metode Analisis Data

Pengukuran kinerja merupakan pemberi arah pada keputusan yang strategis menyangkut perkembangan suatu organisasi di masa datang. Dalam mengukur efisiensi suatu kinerja perusahaan, ataupun kinerja keuangan perbankan khususnya, dapat menggunakan pendekatan parametrik dan non parametrik. Perbedaan antara keduanya adalah terdapat pada gangguan, pada pendekatan parametrik menggunakan ekonometrik stokastik dan berupaya untuk menghilangkan gangguan tersebut, sedangkan pada non parametrik dengan pendekatan program linier yang tidak stokastik serta cenderung mengkombinasikan gangguan (Aam Rusydiana, 2013).

Penggunaan metode parametrik biasanya menggunakan metode Distribution-Free Analysis (DFA), Thick Frontier Abalysis (TFA), dan Stochastic Frontier Analysis (SFA). Sedangkan penggunaan metode

Gambar

Tabel 4.15   Nilai Actual, Target, To gain, dan Achieved Input-Output Bank Syariah  yang Inefisien Tahun 2013.................................................................103  Tabel 4.16   Nilai Actual, Target, To gain, dan Achieved Input-Output Bank Sy
Gambar 2.1     Constant Return Scale (CRS)  ....................................................
Tabel  4.1  menunjukkan  bahwa  beban  pegawai  11  bank  syariah  dalam penelitian ini terus mengalami kenaikan dari tahun 2005-2015
Gambar  4.2  menunjukkan  bahwa  beban  administrasi  11  bank  syariah  dalam  penelitian  ini  secara  umum  terus mengalami  kenaikan  dari  tahun 2005-2015 kecuali pada tahun 2009 dan 2012

Referensi

Dokumen terkait

Dalam tugas akhir ini objek yang akan dikenali adalah objek dengan warna merah silindris dan kotak berwarna coklat menyerupai C-4 .Berdasarkan pengamatan dan pengujian yang

m. Konsultan memberikan laporan ke PPK tentang penyaluran dana untuk karyasiswa... Tunjangan Tesis/Disertasi Karyasiswa Diklat Gelar S2/S3 Dalam Negeri 1. Biaya tesis/disertasi

Pelaksanaan kegiatan KKN-BBM Ke 54 Universitas Airlangga di Desa Sambikerep, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk telah terlaksana dengan baik karena adanya dukungan dari

Dengan terjawabnya hipotesis, maka penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran Word Square dapat meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran IPS siswa

Semua siswa langsung mengeluarkan alat tulisnya untuk mengerjakan soal pretest, setelah selesai semuanya dikumpulkan, guru mengkondisikan siswa untuk menyimak

Selain itu, penemuan reseptor HER2 yang diekspresikan oleh sel tumor UM bisa digunakan sebagai target antigen spesifik untuk terapi CAR T-cells dalam UM sehingga

Sedangkan penyaluran dana kepada masyarakat dengan memberikan jasa kredit atau pembiayaan kepada Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM). Dalam kegiatan operasionalnya

Let’s start with the following Person class, the properties FirstName and LastName using auto- implemented properties, and an override of the ToString() method from the