• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUJIAN EFEKTIVITAS PUPUK HAYATI PH-E TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGUJIAN EFEKTIVITAS PUPUK HAYATI PH-E TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUJIAN EFEKTIVITAS PUPUK HAYATI PH-E TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI

Effectiveness of PH-E Biofertilizer on Growth

and Yield of Chili Crop

Endang Windiyati dan Ea Kosman Anwar Balai Penelitian Tanah

Jl. Tentara Pelajar No. 12 Cimanggu Bogor E-mail: endangwindiyati@yahoo.co.id

ABSTRACT

The availability of functional microbes in the soil is sometimes not sufficient to support plant growth. Therefore, efforts to increase the number of functional microbes in the soil needs to be done with the microbial inoculant into the ground. The microbial inoculants can be formulated into biofertilizers. One of the biofertilizer formula is PH-E. PH-E biofertilizer is one of the liquid biofertilizer products that contain some types of microbial. The content of microbes in PH-E biofertilizers consists of Actinomycetes, Rhizobium sp., Azotobacter sp., Pseudomonas sp., Phosphate solubilizing bacteria, Lactobacillus sp., Penicillium sp., and Mycorrhizae. Research to determine the effectiveness of PH-E biofertilizers was conducted at the greenhouse of Bogor Soil Research Institute in September 2012 to January 2013. Test effectiveness of PH-E is conducted on pepper plants were grown in plastic pots with soil types Inceptisol. Experiments using a completely randomized design with 7 treatments and 6 replications. Treatment is combined with the use of chemical fertilizers (NPK with various doses of recommendation) as a comparison to determine the effectiveness of the biofertilizer. Based on the results revealed that the biofertilizer PH-E is able to enhance the growth and yield of pepper plants when combined with a minimum of 50 persen dose recommendations of chemical fertilizer. The highest production was obtained from the treatment of biofertilizer PH-E that combined with a 50 persen dose recommendations of chemical fertilizer amounting to 1214 gr/plant .

Keywords: biofertilizer, microbial, effectiveness, chili ABSTRAK

Ketersediaan mikroba fungsional di dalam tanah terkadang tidak mencukupi untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu upaya penambahan jumlah mikroba fungsional di dalam tanah perlu dilakukan dengan pemberian inokulan mikroba ke dalam tanah. Inokulan mikroba tersebut dapat diformulasikan menjadi pupuk hayati. Salah satu formula pupuk hayati yang telah ada yaitu pupuk hayati PH-E. Pupuk hayati PH-E merupakan salah satu produk pupuk hayati cair yang mengandung beberapa jenis mikroba penyubur tanah. Kandungan mikroba dalam pupuk hayati PH-E terdiri dari Actinomycetes, Rhizobium sp., Azotobacter sp., Pseudomonas sp., Bakteri pelarut fosfat, Lactobacillus sp., Penicillium sp., dan Mikoriza. Untuk mengetahui efektivitas pupuk hayati PH-E dilakukanlah penelitian di rumah kaca Balai Penelitian Tanah Bogor pada bulan September 2012 sampai dengan Januari 2013. Uji efektivitas PH-E tersebut dilakukan terhadap tanaman cabai yang ditanam pada pot-pot plastik dengan tanah jenis inceptisol. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 7 perlakuan dan 6 ulangan. Perlakuan dikombinasikan

(2)

dengan penggunaan pupuk kimia (NPK dengan berbagai dosis rekomendasi) sebagai pembanding untuk mengetahui keefektifan pupuk hayati tersebut. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pupuk hayati PH-E mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman cabai jika dikombinasikan dengan pupuk kimia minimal 50 persen dosis rekomendasi. Produksi cabai tertinggi diperoleh pada perlakuan pupuk hayati PH-E yang dikombinasikan dengan pupuk kimia 50 persen dosis rekomendasi, yaitu sebesar 1214 gr/pohon.

Kata kunci: pupuk hayati, mikroba, efektivitas, cabai

PENDAHULUAN

Penggunaan pupuk hayati sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi pemupukan merupakan peluang yang baik untuk dapat memperoleh keuntungan yang layak dan berkesinambungan. Berbagai mikroba tanah dapat berperan dalam penyediaan hara, penghasil hormon tumbuh, dan penghasil zat anti penyakit sehingga bisa dimanfaatkan untuk membantu tanaman dalam penyediaan dan pengambilan hara, serta meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Anas (2010) mengelompokan jenis pupuk hayati meliputi: (1) Mikroba penambat N2-udara baik secara simbiotik maupun non simbiotik, (2) Mikroba pelarut fosfat (bakteri maupun fungi), (3) Mikroba penghasil senyawa pengatur tumbuh, (4) Mikroba yang dapat memperluas permukaan akar, (5) Mikroba perombak bahan organik (dekomposer), dan (6) Mikroba pelindung tanaman terhadap hama-penyakit. PH-E merupakan salah satu produk pupuk hayati yang mengandung beberapa jenis mikroba penyubur tanah, tetapi kemampuannya dalam memperbaiki pertumbuhan dan peningkatan hasil tanaman masih memerlukan pengujian.

Berdasarkan hasil uji di Laboratorium Biologi dan Kesehatan Tanah, Balai Penelitian Tanah Bogor diperoleh data bahwa pupuk hayati PH-E mengandung

Actinomycetes (1,4 x 107 CFU/ml), Rhizobium sp. (1,3 x 107 CFU/ml), Azotobacter sp. (8,9 x 108 CFU/ml), Pseudomonas sp. (2,2 x 108 CFU/ml), Bakteri pelarut fosfat (3,6 x 108 CFU/ml), Lactobacillus sp. (1,9 x 108 CFU/ml), Penicillium sp. (2,0 x 106 propagul/ml), serta Mikoriza 2 spora/20 ml. Actinomycetes dapat mendekomposisi bahan organik serta menghasilkan zat-zat anti mikroba, sehingga dapat berfungsi sebagai anti patogen di dalam tanah. Rhizobium sp. merupakan bakteri penambat nitrogen yang bersimbiosis pada akar kacang-kacangan sedangkan Azotobacter sp. merupakan penambat nitrogen non-simbiotik. Pseudomonas sp. dapat berfungsi sebagai pelarut fosfat, penghasil vitamin dan fitohormon serta mengatasi penyakit tular tanah. Bakteri pelarut fosfat berfungsi melarutkan fosfat yang terikat dalam tanah menjadi tersedia bagi tanaman. Lactobacillus sp. merupakan bakteri penghasil asam laktat dan dapat merombak bahan organik. Penicillium sp. merupakan fungi pelarut fosfat.

Uji efektivitas pupuk hayati PH-E dilakukan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Cabai (Capsicum sp) di rumah kaca Balai Penelitian Tanah Bogor. Hasil uji efektivitas di rumah kaca diharapkan dapat menggambarkan pertumbuhan dan hasil tanaman cabai di lapang. Selain itu dari hasil penelitian ini diharapkan dapat 571

(3)

diperoleh informasi efektivitas dan dosis rekomendasi penggunaan pupuk hayati PH-E untuk tanaman Cabai. Penggunaan PH-E disertai dengan pupuk Urea, SP-36 dan KCl dengan dosis tertentu diharapkan dapat memberikan pertumbuhan tanaman dan hasil Cabai terbaik.

METODOLOGI PENELITIAN

Pengujian efektivitas pupuk hayati PH-E untuk tanaman cabai telah dilaksanakan di Rumah Kaca Balai Penelitian Tanah Bogor mulai bulan September 2012 sampai Januari 2013. Tanah yang digunakan adalah tanah Inceptisol Bogor. Tanah ini bertekstur liat dengan pH agak masam (5,70), kandungan bahan organik rendah (C-organik 1,14%), N dan P-tersedia sangat rendah (berturut-turut 0,13% dan 2,0 ppm). Populasi mikroba tanah fungsional terdiri atas Rhizobium sp. (2,0x103 cfu/g tanah), Azospirillum sp. (3,3x105 cfu/g tanah), Azotobacter sp. (4,2x105 cfu/g tanah), bakteri pelarut fosfat (5,0x103 cfu/g tanah), bakteri penambat nitrogen (2,4x105 cfu/g tanah), fungi (2,5x104 propagul/g). Tanah diambil dari lapisan olah (kedalaman 0-20 cm) kemudian dikering-anginkan dan diayak dengan saringan 2 mm. Tanah yang telah lolos saringan 2 mm dimasukkan ke dalam pot yang sudah disiapkan masing-masing sebanyak 10 kg/pot. Selanjutnya tanah disiram dengan air hingga kondisi kapasitas lapang. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri atas 7 perlakuan dengan 6 (enam) ulangan. Dosis pupuk untuk setiap perlakuan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Dosis Pupuk PH-E dan NPK Rekomendasi Setiap Perlakuan

Kode Perlakuan PH-E Urea SP-36 KCl ml/tanaman g/tanaman

P1 Kontrol 0 0 0 0

P2 NPK (100% dosis rekomendasi) 0 10,0 5,0 5,0

P3 PH-E 1,8 0 0 0

P4 NPK 25% dosis rekomendasi+ PH-E 1,8 2,50 1,25 5,0 P5 NPK 50% dosis rekomendasi + PH-E 1,8 2,50 2,50 5,0 P6 NPK 75% dosis rekomendasi + PH-E 1,8 7,50 3,75 5,0 P7 NPK 100% dosis rekomendasi +PH-E 1,8 10,0 5,0 5,0

Keterangan: * Rekomendasi pupuk NPK berdasarkan hasil uji tanah dengan dosis 300 kg/ha Urea (10 g/pot), 150 kg/ha SP36 (5,0 g/pot) dan 150 kg/ha KCl (5 g/pot), dan pupuk kandang 15 g/pot diberikan sebagai pupuk dasar.

Pemberian pupuk dasar (pupuk kandang) dan pupuk kimia (Urea, SP-36 dan KCl) dilakukan sebelum tanam, sedangkan Pupuk Hayati PH-E diberikan saat tanaman berumur 1 minggu. Pemberian pupuk hayati PH-E dilakukan dengan cara penyemprotan ke seluruh permukaan tanaman hingga ke pangkal tanaman dan tanah sampai merata. Sebelum disemprotkan ke tanaman, PH-E diencerkan dengan air bersih (10 ml PH-E/Lt air bersih). Penyemprotan dilakukan pada sore hari antara jam 16.00 – 17.00 wib dengan frekuensi penyemprotan 2 kali/minggu 572

(4)

sampai tanaman mulai berbunga. Total pupuk hayati PH-E yang disemprotkan untuk 20 kali penyemprotan (@ 9 ml/tanaman) adalah 180 ml larutan PH-E per tanaman atau setara pupuk hayati PH-E pekat 1,8 ml/tanaman. Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman dan pengendalian hama-penyakit. Pengendalian hama dilakukan dengan cara hand picking jika persentase serangan <10 persen dan jika persentase serangan >10 persen dilakukan penyemprotan dengan insektisida. Pengamatan yang dilakukan meliputi pertumbuhan tinggi tanaman yang diamati setiap minggu sampai stadium berbunga, serta jumlah produksi cabai. Tingkat efektivitas penggunaan pupuk hayati PH-E dihitung dengan menggunakan metoda RAE (Relatif Agronomic Effectiveness) (Machay et al;) 1984). Nilai RAE dihitung dengan rumus sebagai berikut :

RAE = (Hasil pupuk hayati yang diuji – Kontrol) X 100% (Hasil pupuk rekomendasi) – Kontrol)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan Tinggi Tanaman

Pertumbuhan tinggi tanaman cabai disajikan pada Gambar 1. Pada minggu pertama, perlakuan Kontrol dan perlakuan NPK 100 persen dosis rekomendasi yang dibarengi dengan pupuk hayati PH-E menunjukkan tinggi tanaman lebih tinggi dibanding perlakuan lain, yaitu berturut-turut dengan tinggi tanaman 6,80 cm dan 7,30 cm. Namun pada fase pertumbuhan akhir (minggu ke 14), perlakuan NPK 75 persen dosis rekomendasi yang ditambah pupuk hayati PH-E menunjukan tinggi tanaman paling tinggi dibandingkan pada perlakuan lain yaitu 111,20 cm.

Gambar 1. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Cabai

(5)

Perlakuan kontrol menunjukkan tinggi tanaman 67,50 cm pada fase akhir, lebih tinggi dibandingkan perlakuan dengan pupuk hayati PH-E saja yang hanya memiliki tinggi tanaman 52,80 cm. Hal ini menunjukkan pemberian pupuk hayati PH-E tanpa dikombinasikan dengan pemberian pupuk anorganik N, P, K belum mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman. Pertumbuhan tinggi tanaman setelah berumur 8 minggu relatif lebih lambat karena tanaman mulai memasuki masa generatif (berbunga).

Hasil Panen Cabai

Panen buah cabai dilakukan sebanyak 4 kali, yaitu sampai tanaman cabai berumur 14 minggu. Hasil panen buah Cabai pertama sampai kedua untuk semua perlakuan tidak berbeda nyata (Tabel 2). Hal ini diperkirakan masih tersedia hara di dalam tanah untuk pembentukan buah, dan selanjutnya ketersediaan hara untuk pembentukan buah semakin berkurang, terlihat perlakuan Kontrol dan PH-E tanpa kombinasi dengan pupuk anorganik memberikan hasil panen cabai yang lebih rendah pada panen ke-3 dan ke-4. Hal ini menunjukkan pemberian pupuk anorganik diperlukan untuk proses produksi buah cabai.

Tabel 2. Pengaruh Pupuk Hayati PH-E terhadap Hasil Tanaman Cabai

Kode Perlakuan

Produksi Tanaman Cabai Panen Ke-

(gram/pohon) RAE Nilai (%)

1 2 3 4 Total

P1 Kontrol 100 150 32 15 298 a 0,0

P2 NPK 100% dosis rekomendasi 150 201 211 87 649 b 100,0

P3 PH-E 125 200 15 43 384 a 24,6

P4 NPK 25% dosis rekomendasi + PH-E 169 100 193 61 523 ab 64,3 P5 NPK 50% dosis rekomendasi + PH-E 200 300 530 183 1214 c 261,0 P6 NPK 75% dosis rekomendasi + PH-E 85 200 426 75 787 b 139,4 P7 NPK 100% dosis rekomendasi + PH-E 149 300 367 96 912 bc 175

Total hasil tanaman cabai tertinggi diperoleh pada perlakuan NPK 50 persen dosis rekomendasi yang dikombinasikan dengan pupuk hayati PH-E yaitu sebanyak 1214 g/pohon. Tanaman cabai pada perlakuan PH-E tanpa NPK (P3) memberikan hasil terendah dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (P1). Perlakuan NPK 100 persen dosis rekomendasi tanpa pupuk hayati PH-E (P2) memberikan hasil tanaman cabai lebih tinggi dan berbeda nyata dibanding kontrol (P1) dan perlakuan PH-E (P3). Penggunaan pupuk hayati PH-E tanpa NPK ataupun dengan NPK dosis kurang dari 50 persen atau lebih dari 50 persen memberikan hasil tanaman cabai yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan pupuk hayati PH-E yang dikombinasikan dengan pupuk NPK 50 persen dosis rekomendasi. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi terbaik penggunaan pupuk hayati PH-E untuk tanaman cabai adalah jika ditambah dengan NPK 50 574

(6)

persen dosis rekomendasi. Kekurangan hara menyebabkan produksi buah cabai kurang optimal. Sementara adanya pasokan hara yang berlebihan akan merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman, seperti untuk pembentukan cabang yang lebih banyak, sementara untuk pertumbuhan generatif (produksi buah cabai) menjadi menurun.

Efektivitas penggunaan pupuk hayati PH-E ditunjukkan dari nilai RAE. Nilai RAE tertinggi diperoleh pada perlakuan NPK 50 persen dosis rekomendasi yang dikombinasikan dengan pupuk hayati PH-E dengan nilai sebesar 261 persen (Tabel 2). Nilai ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati PH-E dapat menggantikan ½ dosis pupuk NPK rekomendasi (Urea 150 kg/ha, SP-36 75 kg/ha, dan KCl 75 kg/ha), dan dapat meningkatkan hasil 165 persen lebih tinggi dibanding pemberian pupuk NPK rekomendasi saja.

KESIMPULAN

Pemberian pupuk hayati PH-E yang dikombinasikan dengan pupuk NPK 50 persen dosis rekomendasi memberikan hasil produksi cabai tertinggi yaitu 1214 g/pohon. Penggunaan pupuk hayati PH-E untuk tanaman cabai dapat menghemat penggunaan pupuk NPK rekomendasi sebesar 50 persen (Urea 150 kg/ha, SP-36 75 kg/ha, dan KCl 75 kg/ha).

Penggunaan pupuk hayati PH-E dengan pupuk anorganik dengan dosis kurang atau lebih dari 50 persen dosis rekomendasi memberikan produksi cabai yang lebih rendah dibanding penggunaan PH-E dengan NPK 50 persen dosis rekomendasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anas, I. 2010. Peranan Pupuk Organik dan Pupuk Hayati dalam Peningkatan Produktivitas Beras Berkelanjutan. Semnas Peranan Pupuk NPK dan Organik dalam Meningkatkan Produktivitas dan Swasembada Beras Berkelanjutan, BB Litbang SDLP, 24 Februari 2010, 20 p.

Balai Penelitian Tanah. 2005. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk. Edisi Pertama. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Balai Penelitian Tanah. 2007. Baku Mutu dan Metode Pengujian Pupuk Hayati. Balittanah,

BB Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Deptan.

Departemen Pertanian 2009. Peraturan Menteri Pertanian No.28/Permentan /SR.130/5/2009, tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah. Jakarta.

Gomez, K.A. and A.A. Gomez. 1976. Statistical Procedures for Agricultural Research. The International Rice Reseach Institute. Los Banos, Laguna, Philippines.

(7)

Machay. A.D., J.K. Syers, and P.E.H. Gregg. 1984. Ability of Chemical Extraction Procedures to Assess the Agronomic Effectiveness of Phosphate Rock Material. New Zealand Journal of Agricultural Research 27:219-230.

Rao, N.S.S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. UI. Press. 353 p. Sarief, E.S. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. 182 p.

Gambar

Gambar 1. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Cabai

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa proteksi tanin ampas teh pada bungkil kelapa terbukti dapat menurunkan konsentrasi amonia, meningkatkan

Dari tabel diatas untuk mencapai persepsi teacherprenuership dengan indikator: (a) Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang

12 Elemen penting dari pemasaran produk adalah pencarian saluran distribusi yang tepat, apabila saluran distribusi yang dipilih sesuai dengan konsep bisnis yang ditetapkan hal

Matrikulasi dilaksanakan dalam bentuk kuliah yang diberikan oleh Departemen di Fakultas Farmasi yang terkait dengan minat bidang ilmu disertasi yang diambil Peserta

Dari hasil uji skala Lickert, sebesar 81.3% masuk kategori sangat setuju, maka dapat disimpulkan bahwa aplikasi sistem pakar yang dibangun sudah sesuai dengan tujuannya

Dapat dilihat pada diagram, aspek dapur yang mengalami perubahan 100% yang berarti seluruh sampel melakukan perubahan pada aspek tersebut adalah aspek tata letak dapur terhadap

Pertemuan pertama siklus II, hasil belajar peserta didik tentang peningkatan aktivitas pembelajaran matematika melalui pemanfaatan media lingkungan menunjukan adanya

Jual beli akun game online mobile legends dalam perspektif Hukum Positif lebih banyak memberikan dampak negatif daripada dampak positifnya dan menimbulkan unsur kejahatan