• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KOTA BOGOR. Laporan. Survey Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT (EHRA) Kota Bogor.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KOTA BOGOR. Laporan. Survey Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT (EHRA) Kota Bogor."

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KOTA BOGOR

Laporan

Survey Penilaian Risiko Kesehatan

Lingkungan

ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT

(EHRA)

Kota Bogor

Desember 2014

(2)

______________________________________________________________

Laporan Studi EHRA – Kota Bogor Tahun 2014

1

KATA PENGANTAR

Sanitasi sebagai salah satu wujud pelayanan dasar bidang kesehatan seringkali terlupakan dan tidak menjadi prioritas. Terdapat 26 kab/kota di Jawa Barat diantara 330 kab/kota di Indonesia bermasalah dalam bidang sanitasi. Melalui Konferensi Sanitasi Nasional (2007), International Year of Sanitation (2008), Konvensi Strategi Sanitasi Perkotaan (2009), maka lahirlah Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) melalui penyusunan Strategi Sanitasi Perkotaan (SSK).

Ada enam tahapan kegiatan program PPSP, yaitu :

a. Tahap 1: Kampanye, edukasi, advokasi dan pendampingan b. Tahap 2: Pengembangan kelembagaan dan peraturan c. Tahap 3: Penyusunan strategi sanitasi kab/kota d. Tahap 4: Penyiapan memorandum program e. Tahap 5: Pelaksanaan/implementasi, dan

f. Tahap 6: Pemantauan, pembimbingan, evaluasi dan pembinaan

Pada tahun 2010 Kota Bogor telah melaksanakan penyusunan strategi sanitasi kota (SSK). Dalam penyusunan SSK ini dilaksanakan cukup banyak studi sebagai bahan masukan dalam penyusunan Buku Putih. Salah satu studi tersebut adalah studi EHRA. Pada tahun 2014 ini dilakukan kembali studi EHRA sebagai evaluasi terhadap kondisi sanitasi setelah dilaksanakan berbagai program pembangunan sanitasi selama 4 tahun berjalan, sekaligus juga sebagai bahan penyusunan Buku Putih. Hasil studi EHRA selengkapnya dapat kita simak bersama dalam laporan ini. Laporan ini kami susun dengan menyajikan data sanitasi berupa diagram dan tabel. Dengan penyajian berupa diagram dan tabel, kami berharap dapat lebih mudah untuk dipahami.

Kami sebagai penangung jawab, koordinator survei, dan tim EHRA dalam Kelompok Kerja Sanitasi Kota Bogor pada kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam survei ini. Kami ucapkan terima kasih kepada para anggota Karang Taruna Kota Bogor dari 68 kelurahan, para sanitarian/ pelaksana sanitasi Puskesmas se-Kota Bogor, teman-teman di Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan, dan seluruh anggota Pokja Sanitasi Kota Bogor.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembangunan sanitasi dan seluruh masyarakat di Kota Bogor

Bogor, 12 Desember 2014 Penyusun

(3)

D

AFTAR ISI

Halaman Kata Pengantar 1 Daftar Isi 2 Daftar Singkatan 3 Daftar Diagram 4 Daftar Tabel 5

1.

PENDAHULUAN 6

2.

CATATAN METODOLOGI 7

3.

KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA/ RESPONDEN 9

4.

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 19

5.

PEMBUANGAN AIR KOTOR/LIMBAH TINJA MANUSIA,

DAN LUMPUR TINJA 31

6.

DRAINASE LINGKUNGAN/SELOKAN SEKITAR

RUMAH DAN BANJIR 44

7.

PENGELOLAAN AIR MINUM, MASAK, MENCUCI DAN

GOSOK GIGI YANG AMAN DAN HYGIENE 57

8.

PRILAKU HYGIENE / SEHAT 68

9.

KEJADIAN PENYAKIT DIARE 71

10.

HASIL-HASIL PENGAMATAN ENUMERATOR 74 Lampiran-lampiran 79

(4)

______________________________________________________________

Laporan Studi EHRA – Kota Bogor Tahun 2014

3

DAFTAR SINGKATAN

AMPL : Air Minum dan Penyehatan Lingkungan BABS : Buang Air Besar Sembarangan

BAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah CF : City Fasilitator

DED : Detailed Engineering Design FS : Feasibility Study

IPAL : Instalasi Pengolahan Air Limbah IPLT : Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja KMW : Konsultan Managemen Wilayah KPS : Kemitraan Pemerintah dan Swasta KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat MCK : Mandi Cuci dan Kakus

MONEV : Monitoring dan Evaluasi

MPSS : Memorandum Program Sektor Sanitasi Musrenbang : Musyawarah Perencanaan Pembangunan PAMSIMAS : Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Masyarakat PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum

PHBS : Prilaku Hidup Bersih dan Sehat PIU : Project Implementing Unit

PKK : Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga PMU : Project Management Unit

POKJA : Kelompok Kerja

PPLP : Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman PPSP : Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman RT : Rukun Tetangga

RW : Rukun Warga

SPAL : Saluran Penyaluran Air Limbah SPAM : Sistem Penyediaan Air Minum SPM : Standar Pelayanan Minimum SSK : Strategi Sanitasi Kota TPA : Tempat Pengolahan Akhir TPS : Tempat Penampungan Sementara TPST : Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu

(5)

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 1: Jumlah Responden tiap kecamatan 12

Diagram 2 : Usia Responden 13

Diagram 3. Tingkat Pendidikan Terakhir Responden 15 Diagram 4: Status Kepemilikan Rumah yang Ditempati Responden Saat Ini 18

Diagram 5. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 23

Diagram 6. Pemilahan Sampah Rumah Tangga 25

Diagram 7. Frekuensi Pengangkutan Sampah Rumah Tangga 28 Diagram 8. Biaya Layanan Pengangkutan Sampah 30 Diagram 9. Lokasi Tempat Buang Air Besar bagi Anggota Keluaga

yang Sudah Dewasa 33

Diagram 10. Tempat Penyaluran Akhir Tinja 36

Diagram 11. Lama Tangki Septik Dibangun 38

Diagram 12. Waktu Terakhir Tangki Septik Dikosongkan 41 Diagram 13. Pihak Yang Mengosongkan Tangki Septik 43 Diagram 14. Kepemilikan Sarana Pembuangan Limbah Selain Tinja / IPAL 46 Diagram 15. Saluran Pembuangan Limbah Selain Tinja 48 Diagram 16. Kejadian Banjir di Rumah dan Sekitarnya 51

Diagram 17. Frekuensi Kejadian Banjir 53

Diagram 18. Air Masuk ke dalam Rumah Ketika Banjir 54

Diagram 19. Lama Air Banjir Akan Mengering 56

Diagram 20. Sumber Air Utama Untuk Minum, Masak, Cuci Piring

dan Gosok Gigi 60

Diagram 21. Kondisi Kesulitan Mendapatkan Air Bersih 62 Diagram 22. Jarak Sumber Air Tanah dengan Tempat Pembuangan Tinja 65

Diagram 23. Cara Mengolah Air Untuk Diminum 67

Diagram 24. Pemakaian Sabun Hari Ini atau Kemarin 70 Diagram 25. Waktu Paling Terdekat Anggota Keluarga Terkena Diare 73 Diagram 26. Hasil Pengamatan Keberadaan Saluran Air 74

Diagram 27. Hasil Pengamatan Saluran Air 75

Diagram 28. Hasil Pengamatan Keberadaan Sabun di Dalam atau Dekat Jamban 76 Diagram 29. Hasil Pengamatan Kondisi Lantai dan Dinding Jamban/WC 76 Diagram 30. Hasil Pengamatan Kondisi Jamban Bebas dari Kecoa dan Lalat 77 Diagram 31. Hasil Pengamatan Keberadaan Gayung dan Air di Jamban 77 Diagram 32. Hasil Pengamatan Jarak Sumur Resapan atau Cubluk

(6)

______________________________________________________________

Laporan Studi EHRA – Kota Bogor Tahun 2014

5

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Jumlah Responden tiap Kelurahan 10

Tabel 2. Usia Responden 12

Tabel 3. Tingkat Pendidikan Terakhir Responden 13 Tabel 4. Status Rumah yang Ditempati Responden Saat Ini 16

Tabel 5. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 21

Tabel 6. Pemilahan Sampah Rumah Tangga 23

Tabel 7. Frekuensi Pengangkutan Sampah Rumah Tangga 26

Tabel 8. Biaya Layanan Pengangkutan Sampah 28

Tabel 9. Lokasi Tempat Buang Air Besar bagi Anggota Keluaga

yang Sudah Dewasa 32

Tabel 10. Tempat Penyaluran Akhir Tinja 34

Tabel 11. Lama Tangki Septik Dibangun 36

Tabel 12. Waktu Terakhir Tangki Septik Dikosongkan 39 Tabel 13. Pihak Yang Mengosongkan Tangki Septik 41 Tabel 14. Kepemilikan Sarana Pembuangan Limbah Selain Tinja / IPAL 46 Tabel 15. Saluran Pembuangan Limbah Selain Tinja 46 Tabel 16. Kejadian Banjir di Rumah dan Sekitarnya 49

Tabel 17. Frekuensi Kejadian Banjir 51

Tabel 18. Air Masuk ke dalam Rumah Ketika Banjir 53

Tabel 19. Lama Air Banjir Akan Mengering 55

Tabel 20. Sumber Air Utama Untuk Minum, Masak, Cuci Piring

dan Gosok Gigi 58

Tabel 21. Kondisi Kesulitan Mendapatkan Air Bersih 60 Tabel 22. Jarak Sumber Air Tanah dengan Tempat Pembuangan Tinja 63

Tabel 23. Cara Mengolah Air Untuk Diminum 65

Tabel 24. Pemakaian Sabun Hari Ini atau Kemarin 68 Tabel 25. Waktu Paling Dekat Anggota Keluarga Terkena Diare 71

(7)

1 P

ENDAHULUAN

Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah studi yang mendalami kondisi sanitasi dan prilaku yang berhubungan dengan sanitasi. Yang ingin diketahui mencakup akses dan kondisi sarana sanitasi yang telah ada, termasuk air bersih, jamban, air buangan dan saluran pembuangan air, dan jasa pengumpulan limbah padat. Studi EHRA juga mengamati bagaimana perilaku rumah tangga dalam menggunakan fasilitas yang ada, dan mempelajari perilaku anggota rumah tangga dalam hubungannya dengan risiko kesehatan lingkungan. Perilaku hidup sehat yang dipelajari mencakup cuci tangan dengan sabun, penanganan kotoran anak, dan pengelolaan limbah padat di rumah.

Data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kota Bogor yang kemudian akan dimanfaatkan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi kota. Selain itu, data pun dapat dimanfaatkan sebagai benchmark pencapaian pembangunan sanitasi ke depan, baik di tingkat kota sampai di tingkat kelurahan (indikatif).

Pelaksanaan studi EHRA banyak melibatkan kelompok pemuda baik laki-laki dan perempuan. Untuk pengumpulan data, EHRA berkolaborasi dengan karang taruna di tingkat kelurahan. Kolaborasi dengan karang taruna dilakukan dengan sejumlah pertimbangan, yakni 1) karang taruna memiliki akses yang lebih leluasa untuk datang ke rumah-rumah dan diterima oleh RT/ RW dan warga penghuni rumah. Pertimbangan ini terkait erat dengan karakteristik responden, yakni Ibu berusia antara 18-55 tahun dan juga pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner yang banyak mengandung hal-hal yang dalam norma masyarakat dinilai sangat privat dan sensitif, seperti tempat dan perilaku buang air besar (BAB), 2) karang taruna umumnya memahami wilayah kelurahan sehingga mempermudah mencari rumah yang terpilih secara acak. Perempuan atau ibu dipilih sebagai responden karena mereka adalah kelompok warga yang paling memahami kondisi lingkungan di rumahnya.

Dokumen ini adalah Laporan EHRA di Kota Bogor yang kegiatan survey pengumpulan datanya dilakukan pada tanggal 20 September – 22 November tahun 2014. Penyusunan laporan didampingi oleh Fasilitator Kota Bogor (CF) yang disediakan oleh Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) dengan melibatkan berbagai pihak, khususnya Kelompok Kerja Sanitasi (Pokja Sanitasi) Kota Bogor sebagai pemilik utama kegiatan, yang menangani koordinasi dan supervisi lapangan, proses data entry dan analisis data, para enumerator yang menggunakan karang taruna tingkat kelurahan sebanyak 34 orang dari 68 kelurahan di Kota Bogor, lima orang sebagai operator dan melibatkan Sanitarian Puskesmas sebanyak 24 orang yang bertindak sebagai supervisor lapangan.

(8)

______________________________________________________________

Laporan Studi EHRA – Kota Bogor Tahun 2014

7

2 C

ATATAN METODOLOGI

EHRA adalah studi yang relatif pendek (sekitar 2 bulan) yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah karang taruna yang dipilih secara kolaboratif oleh Pokja Sanitasi Kota Bogor. Sebelum turun ke lapangan, para karang taruna diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 1 (satu) hari yaitu hari Minggu tanggal 15 Juni 2014. Tempat pelatihan di Sekretarian Karang Taruna Kota Bogor. Materi pelatihan mencakup; Pengenalan EHRA, Pengorganisasian EHRA, Dasar-dasar Wawancara dan Pengamatan; Pemahaman tentang Instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator; Simulasi dan Praktek; Teknik Pengumpulan dan Pelaporan Data, Penjelasan Alur EHRA dan diskusi perbaikan instrumen.

Dengan ukuran populasi penduduk Kota Bogor sebesar 1.032.375 jiwa tahun 2014 (sumber BPS Kota Bogor) jumlah kecamatan sebanyak 6 kecamatan, kelurahan 68, jumlah RW 871, jumlah RT 4.856, dan jumlah kepala keluarga 435.294 KK.

Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus Slovin sbb.:

Dimana:

n adalah jumlah sampel

N adalah jumlah populasi

d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang masih dapat ditolerir 5% (d = 0,05)• Asumsi tingkat kepercayaan 95%, karena menggunakan α=0,05, sehingga diperoleh nilai Z=1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi Z=2.Asumsi keragaman populasi yang dimasukan dalam perhitungan adalah P(1-P), dimana P = 0,5

Dengan menggunakan rumus Slovin dengan CL (Confidence Level) sebesar 98% CI (Confidence Interval) atau tingkat presisi sebesar 2 % didapat ukuran sampel sebesar 2.486 rumah tangga. Sedangkan dalam studi EHRA Kota Bogor kali ini ditetapkan sampel sebesar 2.720 rumah tangga, dengan demikian presisinya kurang dari 2 %. Sampel sebesar 2.720 rumah tangga tersebut diambil secara merata di 6 kecamatan dan di 68 kelurahan.

Yang menjadi primary sampling unit adalah RT. Di setiap kelurahan diambil secara 8 RT secara random. Penentuan RT sasaran disetiap kelurahan dilakuan secara acak. Setiap RT diambil 5 rumah tangga sebagai responden, jadi setiap kelurahan diambil sampel sebanyak 40 rumah tangga.

Rumah tangga ditarik secara acak (random) dengan menggabungkan antara teknik random multistage (bertingkat) dan random sistematis. Untuk menentukan rumah tangga digunakan pilihan teknik random sistematis (urutan rumah) dengan menggunakan interval. Contoh; jumlah rumah tangga di RT 02 RW 12 Kelurahan Batutulis adalah 50. Jumlah sampel yang akan dijadikan sasaran survey adalah 5 rumah tangga. Maka intervalnya adalah 50:5=10, maka enumerator bersama supervisor membuat daftar rumah tangga calon sasaran dari 1 – 50 dan slot angka 1 – 50. Sasaran rumah tangga pertama

(9)

yang akan dikunjungi ditentukan secara acak. Setelah itu rumah tangga kedua dan seterusnya ditentukan dengan interval 10.

Yang menjadi unit analisis dalam EHRA adalah rumah tangga. Sementara, yang menjadi unit respon adalah ibu rumah tangga. Ibu dipilih dengan asumsi bahwa mereka relatif lebih memahami kondisi lingkungan berkaitan dengan isu sanitasi serta mereka relatif lebih mudah ditemui dibandingkan bapak-bapak. Ibu dalam EHRA didefinisikan sebagai perempuan berusia 18-65 tahun yang telah atau pernah menikah. Untuk memilih Ibu di setiap rumah, enumerator menggunakan matriks prioritas yang mengurutkan prioritas Ibu di dalam rumah. Prioritas ditentukan oleh status Ibu yang dikaitkan dengan kepala rumah tangga. Bila dalam prioritas tertinggi ada dua atau lebih Ibu, maka usia menjadi penentunya.

Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk diselesaikan dalam waktu sekitar 30-45 menit. Panduan sudah diujicoba di sebuah lokasi riset di Jakarta Pusat tahun 2006 lalu dan diuji kembali dalam hari ke-2 pelatihan enumerator. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh kader sehingga responden memahami betul hak-haknya dan memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar.

Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Tim EHRA dengan mengerahkan tim koordinator entri data karang taruna yang telah terlatih. Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Fasilitator Kota Bogor dan Pokja Sanitasi. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji konsistensi.

Untuk quality control, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvai. Tim spot check ini dilakukan oleh supervisor yang secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri di-re-check kembali oleh tim Pokja Sanitasi. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali.

Untuk mengorganisir Studi EHRA, dibentuk panitia ad-hoc yang intinya terdiri dari Dinas Kesehatan sebagai Penanggungjawab Studi EHRA, Koordinator EHRA, Koordinator Entri Data, dan anggota Pokja Sanitasi yang lain. Sebagai ujung tombak, direkrut enumerator yang berasal dari karang taruna dari semua kelurahan di Kota Bogor dan supervisor berasal dari Sanitarian Puskesmas di seluruh Kota Bogor.

(10)

______________________________________________________________

Laporan Studi EHRA – Kota Bogor Tahun 2014

9

3 K

ARAKTERISTIK RUMAH TANGGA/

RESPONDEN

Bagian ini memaparkan sejumlah variabel sosio-demografis dan hal-hal yang terkait dengan status rumah di Kota Bogor. Variabel-variabel yang dimaksud mencakup hubungan responden dengan kepala keluarga, usia responden, status rumah responden, pendidikan terakhir, kepemilikan anak, dan jumlah anak laki-laki dan perempuan dalam kelompok umur; kurang dari 2 tahun, umur 2-5 tahun, 6-12 tahun dan lebih dari 12 tahun. Variabel-variabel sosio-demografis perlu dipelajari karena keterkaitan yang cukup erat dengan masalah sanitasi. Jumlah anggota rumah tangga berhubungan dengan kebutuhan kapasitas fasilitas sanitasi. Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga, maka semakin besar pula kapasitas yang dibutuhkan. Usia anak termuda menggambarkan besaran populasi yang memiliki risiko paling tinggi atau yang kerap dikenal dengan istilah population at risk. Secara umum diketahui bahwa balita merupakan segmen populasi yang paling rentan terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air (water borne diseases), kebersihan diri dan lingkungan. Dengan demikian, rumah tangga yang memiliki balita akan memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap masalah sanitasi dibandingkan rumah tangga yang tidak memiliki balita.

Variabel yang terkait dengan status rumah, seperti kepemilikan diperlukan untuk memperkirakan potensi partisipasi warga dalam pengembangan program sanitasi. Mereka yang menempati rumah atau lahan yang tidak dimilikinya diduga kuat memiliki rasa memiliki (sense of ownership) yang rendah. Mereka cenderung tidak peduli dengan lingkungan sekitar termasuk pemeliharaan fasilitas sanitasi ataupun kebersihan lingkungan. Sebaliknya, mereka yang menempati rumah atau lahan yang dimilikinya sendiri akan cenderung memiliki rasa memiliki yang lebih tinggi. Secara mendasar, perbedaan-perbedaan karakteristik ini akan menuntut pendekatan program yang berbeda. Variabel yang terkait dengan pendidikan terakhir responden juga sangat penting. Hal ini berkaitan dengan pola pikir dan kecepatan transpormasi informasi-informasi sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat. Mereka yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung mempunyai pola pikir yang terbuka dan mudah menerima hal-hal baru serta memiliki kecepatan yang baik dalam menerima informasi-informasi terkait dengan sanitasi dan prilaku hidup bersih sehat.

Seperti dipaparkan dalam bagian metodologi, responden dalam studi EHRA adalah ibu atau perempuan yang telah menikah atau cerai atau janda yang berusia 18 – 55 tahun atau bapak. Batas usia, khususnya batas-atas diperlakukan secara fleksibel. Penilaian kader sebagai enumerator banyak menentukan. Bila usia calon responden sedikit melebihi batas-atas (55 tahun), namun responden terlihat dan terdengar masih cakap untuk merespon pertanyaan-pertanyaan dari pewawancara, maka calon responden itu dipertimbangkan masuk dalam daftar prioritas responden. Sebaliknya, meskipun usia responden belum mencapai 55 tahun, namun bila performa komunikasinya kurang memadai, maka ibu itu dapat dikeluarkan dari daftar calon responden.

(11)

Tabel 1 Jumlah Responden tiap Kelurahan NO KELURAHAN JLH DATA RESPONDEN DITERIMA % 1 BABAKAN 40 100 2 BABAKAN PASAR 40 100 3 BALUMBANG JAYA 40 100 4 BANTAR JATI 40 100 5 BARANANGSIANG 40 100 6 BATU TULIS 38 95 7 BOJONGKERTA 40 100 8 BONDONGAN 40 100 9 BUBULAK 40 100 10 CIBADAK 39 97,5 11 CIBOGOR 40 100 12 CIBULUH 40 100 13 CIKARET 40 100 14 CILENDEK BARAT 40 100 15 CILENDEK TIMUR 40 100 16 CILUAR 38 95 17 CIMAHPAR 40 100 18 CIPAKU 40 100 19 CIPARIGI 41 102,5 20 CIWARINGIN 40 100 21 CURUG INDUK 38 95 22 CURUG MEKAR 41 102,5 23 EMPANG 40 100 24 GENTENG 40 100 25 GUDANG 40 100 26 GUNUNG BATU 40 100 27 HARJASARI 40 100 28 KATULAMPA 40 100 29 KAYU MANIS 40 100 30 KEBON KELAPA 40 100 31 KEBON PEDES 40 100 32 KEDUNG BADAK 40 100 33 KEDUNG HALANG 40 100 34 KEDUNG JAYA 40 100 35 KEDUNG WARINGIN 40 100 36 KENCANA 40 100 37 KERTAMAYA 40 100 38 LAWANGGINTUN 40 100

(12)

______________________________________________________________

Laporan Studi EHRA – Kota Bogor Tahun 2014

11 G 39 LOJI 40 100 40 MARGA JAYA 40 100 41 MEKARWANGI 40 100 42 MENTENG 40 100 43 MUARASARI 40 100 44 MULYAHARJA 38 95 45 PABATON 40 100 46 PAKUAN 40 100 47 PALEDANG 40 100 48 PAMOYANAN 40 100 49 PANARAGAN 40 100 50 PASIR JAYA 40 100 51 PASIR KUDA 40 100 52 PASIR MULYA 40 100 53 RANCAMAYA 40 100 54 RANGGA MEKAR 40 100 55 SEMPLAK 40 100 56 SEMPUR 40 100 57 SINDANG BARANG 40 100 58 SINDANGRASA 40 100 59 SINDANGSARI 40 100 60 SITU GEDE 40 100 61 SUKADAMAI 40 100 62 SUKARESMI 40 100 63 SUKASARI 40 100 64 TAJUR 40 100 65 TANAH BARU 40 100 66 TANAH SAREAL 40 100 67 TEGAL GUNDIL 40 100 68 TEGAL LEGA 40 100 TOTAL 2713 99,74

(13)

Diagram 1: Jumlah Responden tiap kecamatan

Diagram di atas menggambarkan jumlah responden yang merata di 6 kecamatan yang ada di Kota Bogor. Rentang jumlah responden terkecil 240 responden dan terbesar 639 responden. Responden sejumlah 240 terdapat di Kecamatan Bogor Timur dan jumlah responden 639 terdapat di Kecamatan Bogor Barat. Besar kecilnya jumlah responden ini terkait dengan jumlah kelurahan pada kecamatan yang bersangkutan.

Tabel 2. Usia Responden

NO USIA RESPONDEN JUMLAH %

1 <20 th 18 0.67 2 21-30 th 277 10.27 3 31-40 th 799 29.64 4 41-50 th 745 27.63 5 51-60 th 672 24.93 6 >61 th 185 6.86 TOTAL 2696 100

(14)

______________________________________________________________

Laporan Studi EHRA – Kota Bogor Tahun 2014

13

Diagram 2 : Usia Responden

Diagram 2 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden berumur 31-40 tahun sejumlah 799 responden. Dan responden terkecil berumur <20 tahun sejumlah 18 responden

Tabel 3. Tingkat Pendidikan Terakhir Responden

B. 3 Apakah pendidikan tertinggi Ibu? N O KELURAHAN Tidak sekolah formal SD SMP SMA SMK / Kejuruan Universitas/ Akademi Total 1 BABAKAN 0 8 8 13 1 10 40 2 BABAKAN PASAR 0 16 13 8 3 0 40 3 BALUMBANG JAYA 5 15 11 4 4 1 40 4 BANTAR JATI 0 11 12 8 5 4 40 5 BARANANGSIANG 1 16 6 9 3 5 40 6 BATU TULIS 6 12 6 4 0 0 28 7 BOJONGKERTA 0 7 2 1 0 0 10 8 BONDONGAN 3 27 4 4 1 1 40 9 BUBULAK 0 25 5 9 0 1 40 10 CIBADAK 3 12 7 8 2 8 40 11 CIBOGOR 1 22 3 6 4 3 39 12 CIBULUH 1 8 8 18 1 4 40 13 CIKARET 2 5 9 16 3 5 40 14 CILENDEK BARAT 1 19 5 12 0 3 40 15 CILENDEK TIMUR 1 20 6 11 1 1 40 16 CILUAR 2 15 9 4 8 2 40 17 CIMAHPAR 2 5 13 14 2 2 38 18 CIPAKU 4 10 7 9 8 2 40

(15)

19 CIPARIGI 0 19 5 13 3 0 40 20 CIWARINGIN 4 6 7 17 1 6 41 21 CURUG INDUK 0 1 17 8 2 11 39 22 CURUG MEKAR 1 17 4 5 5 6 38 23 EMPANG 0 11 9 14 1 6 41 24 GENTENG 3 16 8 9 1 2 39 25 GUDANG 6 18 7 9 0 0 40 26 GUNUNG BATU 0 15 12 10 1 2 40 27 HARJASARI 0 2 15 16 6 1 40 28 KATULAMPA 1 20 10 7 0 2 40 29 KAYU MANIS 5 5 3 4 2 21 40 30 KEBON KELAPA 1 14 8 6 3 8 40 31 KEBON PEDES 1 6 13 13 1 6 40 32 KEDUNG BADAK 3 14 10 5 4 4 40 33 KEDUNG HALANG 5 14 8 7 5 1 40 34 KEDUNG JAYA 0 5 7 8 10 10 40 35 KEDUNG WARINGIN 8 12 4 12 3 1 40 36 KENCANA 0 19 7 9 0 5 40 37 KERTAMAYA 0 8 9 12 6 5 40 38 LAWANGGINTUN G 0 26 7 4 1 1 39 39 LOJI 0 10 7 18 1 4 40 40 MARGA JAYA 3 14 6 11 3 3 40 41 MEKARWANGI 0 10 3 17 3 7 40 42 MENTENG 1 24 9 2 2 2 40 43 MUARASARI 1 9 8 12 5 5 40 44 MULYAHARJA 0 18 15 4 0 3 40 45 PABATON 1 10 11 16 0 0 38 46 PAKUAN 0 4 5 26 0 5 40 47 PALEDANG 0 11 8 11 0 9 39 48 PAMOYANAN 0 3 10 26 0 1 40 49 PANARAGAN 1 19 8 7 1 4 40 50 PASIR JAYA 0 11 7 17 2 3 40 51 PASIR KUDA 0 17 8 9 5 1 40 52 PASIR MULYA 1 19 3 9 1 7 40 53 RANCAMAYA 0 3 2 19 2 14 40 54 RANGGA MEKAR 5 28 4 1 0 2 40 55 SEMPLAK 1 17 11 7 4 0 40 56 SEMPUR 2 13 10 10 5 0 40 57 SINDANG BARANG 0 17 5 11 1 6 40 58 SINDANGRASA 2 17 8 8 1 4 40 59 SINDANGSARI 2 15 7 9 5 2 40 60 SITU GEDE 3 15 14 4 2 2 40

(16)

______________________________________________________________

Laporan Studi EHRA – Kota Bogor Tahun 2014

15 61 SUKADAMAI 2 23 4 6 1 4 40 62 SUKARESMI 3 28 4 3 0 2 40 63 SUKASARI 0 26 6 6 2 0 40 64 TAJUR 0 17 7 12 0 4 40 65 TANAH BARU 7 9 6 15 3 0 40 66 TANAH SAREAL 2 21 5 4 1 7 40 67 TEGAL GUNDIL 6 15 9 5 3 2 40 68 TEGAL LEGA 1 11 3 11 3 11 40 TOTAL 1 9 14 16 0 0 40 % 4.25 35.5 9 19.6 0 25.0 3 5.80 9.75 100.0 0

Diagram 3. Tingkat Pendidikan Terakhir Responden

Diagram 3 memperlihatkan bahwa pendidikan terakhir responden terbesar adalah SD sebesar 35,59% disusul kemudian berpendidikan SMA sebesar 25,03%, baru kemudian SMP sebesar 19,60%. Yang menarik bahwa responden yang berpendidikan universitas/akademi cukup besar yaitu 9,75%. Bila digabung, responden yang berpendidikan terakhir SMA sampai universitas / akademi sebesar 40,58% atau hampir setengahnya. Ini menunjukkan bahwa responden berpendidikan cukup tinggi.

(17)

Tabel 4. Status Kepemilikan Rumah yang Ditempati Responden Saat Ini

B. 2 Apa status rumah Ibu saat ini? N O KELURAHAN Milik sendi ri Ruma h Dinas Berbag i dengan keluarg a lain Sewa Kontr ak Milik orang tua/anak /saudara Lainny a Total 1 BABAKAN 31 0 2 0 0 6 1 40 2 BABAKAN PASAR 34 0 2 0 0 4 0 40 3 BALUMBANG JAYA 30 0 0 0 1 9 0 40 4 BANTAR JATI 25 0 1 0 3 11 0 40 5 BARANANGSIA NG 32 0 0 0 1 7 0 40 6 BATU TULIS 20 0 4 0 2 3 9 38 7 BOJONGKERTA 37 0 0 0 2 1 0 40 8 BONDONGAN 25 0 1 0 2 12 0 40 9 BUBULAK 40 0 0 0 0 0 0 40 10 CIBADAK 30 0 0 0 0 9 0 39 11 CIBOGOR 30 0 0 0 3 7 0 40 12 CIBULUH 14 19 0 0 3 1 2 39 13 CIKARET 34 0 1 0 1 4 0 40 14 CILENDEK BARAT 31 0 0 0 2 7 0 40 15 CILENDEK TIMUR 17 0 2 0 2 19 0 40 16 CILUAR 24 0 0 0 1 13 0 38 17 CIMAHPAR 31 0 1 0 0 8 0 40 18 CIPAKU 40 0 0 0 0 0 0 40 19 CIPARIGI 26 2 2 0 7 4 0 41 20 CIWARINGIN 28 0 0 0 3 9 0 40 21 CURUG INDUK 33 0 0 0 2 3 0 38 22 CURUG MEKAR 36 0 0 0 0 5 0 41 23 EMPANG 28 3 1 0 1 6 0 39 24 GENTENG 29 0 0 5 0 6 0 40 25 GUDANG 34 0 2 0 0 4 0 40 26 GUNUNG BATU 39 0 0 0 0 1 0 40 27 HARJASARI 40 0 0 0 0 0 0 40 28 KATULAMPA 40 0 0 0 0 0 0 40 29 KAYU MANIS 29 0 1 0 2 8 0 40 30 KEBON KELAPA 26 5 2 0 6 0 0 39 31 KEBON PEDES 21 0 0 0 4 15 0 40 32 KEDUNG BADAK 28 0 1 0 1 10 0 40 33 KEDUNG HALANG 31 0 4 0 2 3 0 40

(18)

______________________________________________________________

Laporan Studi EHRA – Kota Bogor Tahun 2014

17 34 KEDUNG JAYA 31 0 1 0 1 6 1 40 35 KEDUNG WARINGIN 36 0 0 0 2 2 0 40 36 KENCANA 34 0 2 0 3 1 0 40 37 KERTAMAYA 35 0 0 0 1 4 0 40 38 LAWANGGINTU NG 19 12 3 0 1 4 0 39 39 LOJI 27 0 0 0 2 11 0 40 40 MARGA JAYA 32 0 1 0 2 5 0 40 41 MEKARWANGI 30 0 0 0 0 10 0 40 42 MENTENG 20 5 2 1 3 9 0 40 43 MUARASARI 37 0 0 1 0 2 0 40 44 MULYAHARJA 26 0 0 0 1 11 0 38 45 PABATON 35 0 0 0 1 4 0 40 46 PAKUAN 26 0 3 0 1 10 0 40 47 PALEDANG 37 0 2 0 0 1 0 40 48 PAMOYANAN 27 1 0 0 7 5 0 40 49 PANARAGAN 26 5 0 0 1 8 0 40 50 PASIR JAYA 30 0 0 0 2 8 0 40 51 PASIR KUDA 29 3 0 0 2 6 0 40 52 PASIR MULYA 34 0 0 0 0 6 0 40 53 RANCAMAYA 36 1 0 0 1 2 0 40 54 RANGGA MEKAR 22 0 0 0 6 12 0 40 55 SEMPLAK 31 0 0 0 3 5 1 40 56 SEMPUR 35 0 0 0 1 4 0 40 57 SINDANG BARANG 28 0 0 0 2 10 0 40 58 SINDANGRASA 34 0 1 0 0 5 0 40 59 SINDANGSARI 34 0 0 0 0 6 0 40 60 SITU GEDE 36 1 0 0 0 3 0 40 61 SUKADAMAI 39 0 0 0 0 1 0 40 62 SUKARESMI 36 0 0 0 0 4 0 40 63 SUKASARI 27 1 0 0 2 10 0 40 64 TAJUR 32 0 0 3 1 3 1 40 65 TANAH BARU 37 0 1 0 0 2 0 40 66 TANAH SAREAL 26 0 0 1 3 10 0 40 67 TEGAL GUNDIL 38 0 0 0 1 1 0 40 68 TEGAL LEGA 34 0 0 0 0 6 0 40 TOTAL 2089 58 43 11 101 392 15 2709 % 77.11 2.14 1.59 0.41 3.73 14.47 0.55 100.00

(19)

Diagram 4: Status Kepemilikan Rumah yang Ditempati Responden Saat Ini

Diagram 4 memperlihatkan bahwa sebagian besar atau 77,11% responden menempati rumah dengan status kepemilikan rumah milik sendiri. Disusul kemudian 14,47% responden yang menempati rumah dengan status rumah milik orang tua. Sementara itu responden yang menempati rumah kontrakan menempati urutan ke tiga atau 3,73%.

(20)

Laporan Studi EHRA Kota Bogor Tahun 2014 19

4

P

ENGELOLAAN SAMPAH

RUMAH TANGGA

Perubahan paradigma pengelolaan sampah dimulai dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah pada tanggal 7 Mei 2008. Pola pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang dilakukan dengan metode kumpul, angkut dan buang tidak diperkenankan lagi untuk dilakukan dengan dikeluarkannya undang-undang ini. Mekanisme pengelolaan sampah selanjutnya harus dilakukan dalam dua kegiatan yaitu pengurangan sampah dan penanganan sampah. Kegiatan penanganan sampah dilakukan dengan metode pilah, kumpul, angkut, olah dan pemrosesan akhir di TPA.

Penanganan sampah mutlak dilakukan dengan ramah lingkungan sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 ini. Langkah pertama yang dilakukan dalam penanganan sampah adalah pemilahan sampah sesuai dengan kategorinyanya. Hal ini diupayakan melalui penempatan bak sampah terpilah yaitu organik, anorganik dan B-3 rumah tangga. Langkah kedua adalah pengumpulan sampah dari setiap rumah tangga yang sudah terpilah-pilah tersebut untuk selanjutnya diangkut yang merupakan langkah ketiga. Pengangkutan secara terpilah pun mutlak diperlukan berdasarkan undang-undang ini. Langkah keempat adalah pengolahan sampah baik pada sumber maupun di TPA. Pengolahan secara sederhana dapat dilakukan dengan pengkomposan sampah organik sejak dari sumber/rumah tangga. Pengkomposan secara besar dilakukan di TPA dengan penyediaan mesin-mesin pengolah yang memadai. Pengolahan sampah anorganik sampai saat ini masih dilakukan secara mandiri oleh masyarakat melalui pemulung dan pelapak. Langkah terakhir adalah pemrosesan akhir sampah di TPA, hal ini haruslah dilakukan secara ramah lingkungan.

(21)

Paradigma penanganan sampah yang baru ini mutlak memerlukan peran serta secara aktif dari masyarakat, hal ini dikarenakan adanya proses pemilahan sampah sejak dari sumbernya. Tanpa didukung oleh kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk memilah sampah mustahil dapat dilakukan pengelolaan sampah yang benar. Selain masyarakat umum yang harus berperan aktif, seharusnya pihak penghasil sampah dari produsen harus ikut bertanggung jawab. Perusahaan-perusahaan makanan hamper semua membungkus produksi makanannya dengan plastik. Pada akhirnya plastik akan menjadi sampah. Bila komsumen saja yang bertanggung jawab maka tidak memenuhi rasa keadilan. Karena produsen menikmati keuntungan ekonomi, tetapi masyarakat konsumen dan pemerintah selalu sibuk mengurusi sampah yang tidak pernah ada habisnya. Solusinya harus ada peraturan yang mewajibkan para produsen bertanggung jawab terhadap wadah produksinya atau mengganti wadah dengan bahan selain plastik.

Aspek-aspek pengelolaan sampah yang dikaji dalam studi EHRA kali ini meliputi : 1. Kondisi sampah di lingkungan rumah

2. Pengelolaan sampah rumah tangga 3. Perlakuan barang bekas layak pakai

4. Pemilahan / pemisahan sampah di rumah sebelum dibuang 5. Jenis sampah yang dipilah sebelum dibuang

6. Daur ulang sampah

7. Frekuensi petugas mengangkut sampah dari rumah 8. Ketepatan waktu pengangkutan sampah

9. Pembiayaan layanan pengangkutan sampah oleh tukang sampah. 10. Pihak penerima pembayaran layanan sampah, dan

11. Jumlah biaya iuran layanan sampah per bulan

Koesioner mengenai kondisi sampah di lingkungan rumah terdapat 9 opsi jawaban yaitu; 1) sampah berserakan atau bertumpukdi sekitar lingkungan, 2) lalat berkembang biak di sekitar tumpukan sampah, 3) banyak tikus 4) banyak nyamuk, 5) banykany a kucing mendatangi tumpukan sampah, 6) bau busuk yang mengganggu, 7) menyumbat saluran drainase, 8) adanya anak-anak yang bermain disekitarnya, dan 9) lainnya. Jabawan 1-8 adalah indikator sampah di lingkungan rumah yang berpotensi menimbulkan risiko kesehatan yang cukup besar. Koesioner mengenai pengelolaan rumah tangga terdapat 10 opsi jawaban, yaitu; 1) dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang, 2) dikumpulkan dan dibuang ke TPS, 3) dibakar, 4) dibuang ke dalam lubang dan ditutup tanah, 5) dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah, 6) dibuang ke sungai/kali/laut/danau, 7) dibiarkan saja sampai membusuk, 8) dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusk, 9) lain-lain.. Opsi jawaban berkaitan dengan aspek lainnya, yaitu; frekuensi petugas mengangkut sampah, ketepatan waktu pengangkutan sampah, pembiayaan layanan pengangkutan sampah oleh tukang sampah, pihak penerima pembayaran layanan sampah dan jumlah biaya yang dikeluarkan. Frekuensi dan ketepatan waktu pengangkutan sampah berkaitan dengan risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh sampah dan juga menyangkut ukuran kinerja lembaga pengelola layanan sampah. Pihak penerima pembayaran layanan sampah perlu dikaji untuk mengetahui pengelolaan sampah telah dikelola oleh pihak yang berwenang atau tidak. Sebab bila pihak penerima pembiayaan pengangkutan sampah ini diterima oleh perseorangan belum tentu dikelola dengan benar. Bisa jadi hanya dipindahkan ke tempat lain yang tidak mengurangi masalah sampah tetapi tetap menimbulkan masalah di tempat pembuangannya.

(22)

______________________________________________________________

Laporan Studi EHRA – Kota Bogor Tahun 2014

21 Perlakuan barang bekas layak pakai juga menjadi sasaran kajian dalam studi EHRA kali ini. Koesioner yang berkaitan dengan perlakuan barang bekas layak pakai memiliki 5 opsi jawaban, yaitu; 1) diberikan kepada orang lain, 2) dijual, 3) dibuang, 4) lainnya, sebutkan, 5) tidak tahu. Jawaban 1 dan 2 adalah indikator pengelolaan sampah yang baik. Tetapi pilihan jawaban 3 sampai 5 adalah indikasi potensi masalah persampahan yang memiliki risiko kesahatan yang tinggi.

Kemudian yang tak kalah penting untuk dikaji adalah tentang pemilahan / pemisahan sampah di rumah sebelum dibuang. Dalam koesionernya ada 2 opsi jawaban, yaitu; 1) Ya, 2) Tidak. Jawaban 1 adalah indikasi yang baik, artinya kesadaran untuk mengelola sampah rumah tangga dengan baik sudah tumbuh. Aspek pemilihan / pemisahan sampah ini berkaitan dengan aspek lainnya yaitu; jenis sampah yang dipilah sebelum dibuang, dan daur ulang sampah.

Enumerator dalam kegiatan studi EHRA diwajibkan untuk mengamati wadah penyimpanan sampah di rumah tangga secara mendetail data yang diperoleh dari cara utama membuang sampah rumah tangga. Hasil kajian EHRA mengenai pengelolaan sampah di Kota Bogor tampak dalam diagram atau tabel berikut;

Tabel 5. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

C 2 Bagaimana sampah rumah tangga dikelola ?

NO KELURAHAN Di k u mp u lk an o le h kol ekt or i nf or m al Di k u mp u lk an d an di bua ng ke T P S Di b ak ar Di b u an g k e d al am lu b an g d an d itu tu p Di b u an g k e d al am lu b an g te ta p i tid ak di tut up Di b u an g k e su n g ai / ka li /l aut / da na u Di b u an g k e la h an kos ong/ ke bun/ hut an La in -la in Total 1 BABAKAN 0 40 0 0 0 0 0 0 40 2 BABAKAN PASAR 2 18 0 0 0 20 0 0 40 3 BALUMBANG JAYA 2 2 17 1 0 12 6 0 40 4 BANTAR JATI 0 36 4 0 0 0 0 0 40 5 BARANANGSIANG 5 21 0 0 1 7 0 6 40 6 BATU TULIS 6 25 2 0 0 4 0 0 38 7 BOJONGKERTA 0 0 31 0 0 4 5 0 40 8 BONDONGAN 0 30 0 0 0 10 0 0 40 9 BUBULAK 0 21 10 0 0 5 0 4 40 10 CIBADAK 0 16 9 0 0 0 14 0 39 11 CIBOGOR 1 34 1 0 0 1 3 0 40 12 CIBULUH 1 25 4 0 0 5 3 2 40 13 CIKARET 0 25 15 0 0 0 0 0 40 14 CILENDEK BARAT 13 12 6 0 0 8 1 0 40 15 CILENDEK TIMUR 0 19 16 0 1 2 2 0 40 16 CILUAR 0 21 11 1 1 3 0 1 38 17 CIMAHPAR 0 14 2 3 0 4 17 0 40 18 CIPAKU 0 20 10 0 0 10 0 0 40 19 CIPARIGI 0 35 5 0 0 0 0 0 41

(23)

20 CIWARINGIN 0 35 1 0 0 4 0 0 40 21 CURUG INDUK 0 11 10 0 7 5 4 1 38 22 CURUG MEKAR 1 34 3 0 1 1 1 0 41 23 EMPANG 1 35 2 0 0 2 0 0 40 24 GENTENG 1 1 29 1 1 4 2 0 39 25 GUDANG 0 13 1 0 0 23 0 1 38 26 GUNUNG BATU 0 39 0 1 0 0 0 0 40 27 HARJASARI 0 10 30 0 0 0 0 0 40 28 KATULAMPA 0 26 10 0 0 0 0 4 40 29 KAYU MANIS 0 21 16 0 0 0 3 0 40 30 KEBON KELAPA 0 17 0 0 0 22 0 0 39 31 KEBON PEDES 0 31 4 0 0 5 0 0 40 32 KEDUNG BADAK 0 22 8 0 0 6 4 0 40 33 KEDUNG HALANG 5 23 11 0 0 1 0 0 40 34 KEDUNG JAYA 7 19 12 0 0 0 2 0 40 35 KEDUNG WARINGIN 0 29 3 0 0 4 0 4 40 36 KENCANA 22 0 13 0 0 2 3 0 40 37 KERTAMAYA 1 14 25 0 0 0 0 0 40 38 LAWANGGINTUNG 4 34 1 0 0 0 0 0 39 39 LOJI 0 26 2 0 2 9 1 0 40 40 MARGA JAYA 2 16 8 0 0 14 0 0 40 41 MEKARWANGI 1 0 33 0 0 1 5 0 40 42 MENTENG 1 33 1 0 0 3 1 1 40 43 MUARASARI 0 28 9 0 0 1 2 0 40 44 MULYAHARJA 0 27 11 0 0 0 0 0 38 45 PABATON 1 38 0 0 0 0 0 1 40 46 PAKUAN 0 14 1 0 0 24 0 0 39 47 PALEDANG 0 19 1 0 0 20 0 0 40 48 PAMOYANAN 0 23 12 0 0 5 0 0 40 49 PANARAGAN 1 15 0 0 0 22 0 1 39 50 PASIR JAYA 15 6 5 0 0 11 3 0 40 51 PASIR KUDA 22 5 7 0 0 6 0 0 40 52 PASIR MULYA 1 27 1 1 0 10 0 0 40 53 RANCAMAYA 0 1 27 0 1 0 11 0 40 54 RANGGA MEKAR 1 22 13 0 0 4 0 0 40 55 SEMPLAK 9 3 10 0 0 15 3 0 40 56 SEMPUR 0 34 0 0 0 6 0 0 40 57 SINDANG BARANG 0 29 5 0 0 1 5 0 40 58 SINDANGRASA 3 12 10 0 0 10 1 4 40 59 SINDANGSARI 0 17 3 0 3 12 4 1 40 60 SITU GEDE 0 8 13 0 0 4 15 0 40 61 SUKADAMAI 0 9 16 0 0 10 5 0 40 62 SUKARESMI 0 15 17 0 0 7 1 0 40 63 SUKASARI 0 34 1 0 0 5 0 0 40 64 TAJUR 0 26 3 0 0 5 3 3 40

(24)

______________________________________________________________

Laporan Studi EHRA – Kota Bogor Tahun 2014

23 65 TANAH BARU 2 16 13 0 0 3 2 4 40 66 TANAH SAREAL 0 32 1 1 0 6 0 0 40 67 TEGAL GUNDIL 0 35 3 2 0 0 0 0 40 68 TEGAL LEGA 0 40 0 0 0 0 0 0 40 TOTAL 131 1438 548 11 18 388 132 38 2705 % 4.84 53.16 20.26 0.41 0.67 14.34 4.88 1.40 100.00

Diagram 5. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Diagram 5 di atas memperlihatkan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga di Kota Bogor sudah cukup baik. Cara pengelolaan yang terbesar adalah dengan cara dikumpulkan dan di buang ke TPS yaitu 538,16%. Dan pengelolaan yang sangat buruk juga ada yaitu dengan cara dibuang ke sungai sebesar 14,34%, dibuang ke lahan kosong sebesar 4,88%. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa sampah masih merupakan potensi yang menimbulkan risiko kesehatan yang tinggi di Kota Bogor.

Cara pengelolaan sampah dengan pemilahan pada setiap kelurahan diperlihatkan dalam tabel berikut.

Tabel 6. Pemilahan Sampah Rumah Tangga

C 3 Apakah ibu melakukan pemilahan?

NO KELURAHAN YA TIDAK Total

1 BABAKAN 1 39 40 2 BABAKAN PASAR 1 19 20 3 BALUMBANG JAYA 0 4 4 4 BANTAR JATI 23 14 37 5 BARANANGSIANG 4 23 27 6 BATU TULIS 2 29 31

(25)

7 BOJONGKERTA 5 9 14 8 BONDONGAN 0 30 30 9 BUBULAK 3 18 21 10 CIBADAK 3 13 16 11 CIBOGOR 2 33 35 12 CIBULUH 1 27 28 13 CIKARET 0 25 25 14 CILENDEK BARAT 3 22 25 15 CILENDEK TIMUR 0 19 19 16 CILUAR 1 21 22 17 CIMAHPAR 0 16 16 18 CIPAKU 0 20 20 19 CIPARIGI 1 34 35 20 CIWARINGIN 2 33 35 21 CURUG INDUK 1 10 11 22 CURUG MEKAR 4 31 35 23 EMPANG 1 33 34 24 GENTENG 1 1 2 25 GUDANG 0 13 13 26 GUNUNG BATU 1 38 39 27 HARJASARI 2 8 10 28 KATULAMPA 5 23 28 29 KAYU MANIS 3 18 21 30 KEBON KELAPA 0 19 19 31 KEBON PEDES 2 29 31 32 KEDUNG BADAK 2 20 22 33 KEDUNG HALANG 1 27 28 34 KEDUNG JAYA 5 21 26 35 KEDUNG WARINGIN 4 28 32 36 KENCANA 0 22 22 37 KERTAMAYA 15 0 15 38 LAWANGGINTUNG 11 28 39 39 LOJI 2 24 26 40 MARGA JAYA 5 13 18 41 MEKARWANGI 0 1 1 42 MENTENG 4 31 35 43 MUARASARI 3 25 28 44 MULYAHARJA 0 27 27 45 PABATON 3 36 39 46 PAKUAN 0 18 18 47 PALEDANG 0 19 19 48 PAMOYANAN 12 12 24 49 PANARAGAN 0 18 18 50 PASIR JAYA 0 20 20

(26)

______________________________________________________________

Laporan Studi EHRA – Kota Bogor Tahun 2014

25 51 PASIR KUDA 3 24 27 52 PASIR MULYA 0 28 28 53 RANCAMAYA 0 1 1 54 RANGGA MEKAR 12 11 23 55 SEMPLAK 6 6 12 56 SEMPUR 0 34 34 57 SINDANG BARANG 1 28 29 58 SINDANGRASA 0 16 16 59 SINDANGSARI 2 11 13 60 SITU GEDE 0 8 8 61 SUKADAMAI 1 9 10 62 SUKARESMI 2 13 15 63 SUKASARI 4 30 34 64 TAJUR 3 24 27 65 TANAH BARU 3 20 23 66 TANAH SAREAL 4 28 32 67 TEGAL GUNDIL 3 32 35 68 TEGAL LEGA 0 40 40 TOTAL 183 1424 1607 % 11,39 88,61 100

Diagram 6. Pemilahan Sampah Rumah Tangga

Berdasarkan diagram 6 di atas, warga di Kota Bogor sebagian besar (88,61%) tidak melakukan pemilahan sampah, hanya sebagian kecil saja (11,39%) yang melakukan pemilahan sampah.

(27)

Tabel 7 Frekuensi Pengangkutan Sampah Rumah Tangga

C 5 Seberapa sering mengangkut sampah ?

NO KELURAHAN Tiap

hari Beberapa kali dalam seminggu Sekali dalam seminggu Beberapa kali dlm sebulan Tidak pernah Lainnya Tidak tahu Total 1 BABAKAN 27 1 12 0 0 0 0 40 2 BABAKAN PASAR 4 6 0 0 0 9 0 19 3 BALUMBANG JAYA 2 0 0 0 0 1 0 4 4 BANTAR JATI 25 4 5 0 0 1 1 36 5 BARANANGSIANG 21 5 0 0 0 0 0 27 6 BATU TULIS 4 4 0 0 0 0 23 31 7 BOJONGKERTA 0 0 0 0 0 5 1 8 8 BONDONGAN 13 13 0 0 0 4 0 30 9 BUBULAK 9 10 1 0 0 1 0 21 10 CIBADAK 11 5 0 0 0 0 0 16 11 CIBOGOR 35 0 0 0 0 0 0 35 12 CIBULUH 11 13 0 0 0 0 1 28 13 CIKARET 0 25 0 0 0 0 0 25 14 CILENDEK BARAT 21 2 0 0 0 0 0 25 15 CILENDEK TIMUR 12 5 1 0 0 1 0 19 16 CILUAR 0 1 19 0 0 1 0 22 17 CIMAHPAR 0 12 0 0 0 0 2 14 18 CIPAKU 15 5 0 0 0 0 0 20 19 CIPARIGI 1 7 17 0 0 7 0 35 20 CIWARINGIN 35 0 0 0 0 0 0 35 21 CURUG INDUK 5 0 5 0 0 1 0 11 22 CURUG MEKAR 25 1 9 0 0 0 0 35 23 EMPANG 2 2 0 0 0 32 0 36 24 GENTENG 1 0 0 0 0 1 0 2 25 GUDANG 2 0 0 0 0 9 0 11 26 GUNUNG BATU 0 39 0 0 0 0 0 39 27 HARJASARI 10 0 0 0 0 0 0 10 28 KATULAMPA 1 26 1 0 0 0 0 28 29 KAYU MANIS 3 10 5 0 0 3 0 21 30 KEBON KELAPA 11 0 0 0 0 8 0 19 31 KEBON PEDES 12 0 5 0 0 1 13 31 32 KEDUNG BADAK 3 7 5 0 0 6 0 21 33 KEDUNG HALANG 26 0 1 0 0 0 0 28 34 KEDUNG JAYA 9 8 4 0 0 5 0 26 35 KEDUNG WARINGIN 4 21 4 0 0 0 0 29 36 KENCANA 0 17 5 0 0 0 0 22

(28)

______________________________________________________________

Laporan Studi EHRA – Kota Bogor Tahun 2014

27 37 KERTAMAYA 1 13 0 0 0 0 0 14 38 LAWANGGINTUNG 19 7 0 0 0 0 6 32 39 LOJI 4 11 5 0 0 0 4 26 40 MARGA JAYA 9 9 0 0 0 0 0 18 41 MEKARWANGI 1 0 0 0 0 0 0 1 42 MENTENG 27 7 0 0 0 0 0 34 43 MUARASARI 28 0 0 0 0 0 0 28 44 MULYAHARJA 0 27 0 0 0 0 0 27 45 PABATON 34 0 0 0 0 0 5 39 46 PAKUAN 0 3 0 0 0 0 0 17 47 PALEDANG 4 6 0 0 0 9 0 19 48 PAMOYANAN 7 3 1 0 0 13 0 24 49 PANARAGAN 6 2 4 0 0 0 4 16 50 PASIR JAYA 1 14 4 0 0 1 0 20 51 PASIR KUDA 12 11 0 0 0 4 0 27 52 PASIR MULYA 0 25 0 0 0 0 0 28 53 RANCAMAYA 0 0 0 0 0 1 0 1 54 RANGGA MEKAR 5 6 0 1 0 11 0 23 55 SEMPLAK 2 8 1 0 0 0 1 12 56 SEMPUR 33 0 0 0 0 0 0 34 57 SINDANG BARANG 9 19 1 0 0 0 0 29 58 SINDANGRASA 1 4 10 0 0 0 1 16 59 SINDANGSARI 0 2 0 0 0 11 0 13 60 SITU GEDE 6 0 0 0 0 2 0 8 61 SUKADAMAI 6 2 1 0 0 0 0 9 62 SUKARESMI 11 1 3 0 0 0 0 15 63 SUKASARI 12 8 1 0 0 7 6 35 64 TAJUR 12 13 1 0 0 1 0 27 65 TANAH BARU 7 13 0 0 1 1 0 23 66 TANAH SAREAL 9 1 0 0 0 0 22 32 67 TEGAL GUNDIL 10 21 0 1 0 0 3 35 68 TEGAL LEGA 19 1 0 0 0 20 0 40 TOTAL 655 486 131 2 1 177 93 1581 % 41.43 30.74 8.29 0.13 0.06 11.20 5.88 100.00

(29)

Diagram 7. Frekuensi Pengangkutan Sampah Rumah Tangga

Terkait dengan penerima layanan pengangkutan sampah, tabel dan diagram 7 menunjukkan prosentase frekuensi pengangkutan sampah dari rumah. Yang menyatakan sampah diangkut tiap hari sebesar 41,43%, diangkut beberapa kali dalam seminggu 30,74%, sekali dalam seminggu 8,29%. Standar minimum dalam indikator global tentang layanan angkutan sampah rumah tangga adalah seminggu sekali. Rumah tangga yang telah menerima layanan pengangkutan sampah sebetulnya telah cukup mendapatkan pelayanan yang memadai, karena frekuensi pengangkutan paling besar proporsinya adalah menerima pengangkutan tiap hari. Sementara itu responden yang menyatakan tidak tahu mengindikasikan belum mendapatkan layanan pengangkutan sampah.

Tabel 8. Biaya Layanan Pengangkutan Sampah

C 7 Apakah layanan pengangkutan sampah dibayar?

NO KELURAHAN YA TIDAK Total

1 BABAKAN 35 5 40 2 BABAKAN PASAR 10 0 10 3 BALUMBANG JAYA 0 2 2 4 BANTAR JATI 35 0 35 5 BARANANGSIANG 24 1 25 6 BATU TULIS 5 0 5 7 BOJONGKERTA 2 1 3 8 BONDONGAN 0 3 3 9 BUBULAK 7 19 26 10 CIBADAK 20 0 20 11 CIBOGOR 16 0 16 12 CIBULUH 35 0 35 13 CIKARET 22 2 24

(30)

______________________________________________________________

Laporan Studi EHRA – Kota Bogor Tahun 2014

29 14 CILENDEK BARAT 23 2 25 15 CILENDEK TIMUR 23 0 23 16 CILUAR 14 4 18 17 CIMAHPAR 20 0 20 18 CIPAKU 14 0 14 19 CIPARIGI 20 0 20 20 CIWARINGIN 19 6 25 21 CURUG INDUK 35 0 35 22 CURUG MEKAR 10 0 10 23 EMPANG 35 0 35 24 GENTENG 2 2 4 25 GUDANG 0 1 1 26 GUNUNG BATU 2 0 2 27 HARJASARI 38 0 38 28 KATULAMPA 10 0 10 29 KAYU MANIS 28 0 28 30 KEBON KELAPA 17 1 18 31 KEBON PEDES 10 0 10 32 KEDUNG BADAK 17 13 30 33 KEDUNG HALANG 15 2 17 34 KEDUNG JAYA 27 0 27 35 KEDUNG WARINGIN 21 0 21 36 KENCANA 29 0 29 37 KERTAMAYA 22 0 22 38 LAWANGGINTUNG 14 0 14 39 LOJI 36 1 37 40 MARGA JAYA 24 0 24 41 MEKARWANGI 15 2 17 42 MENTENG 1 0 1 43 MUARASARI 29 4 33 44 MULYAHARJA 28 0 28 45 PABATON 27 0 27 46 PAKUAN 34 5 39 47 PALEDANG 5 0 5 48 PAMOYANAN 9 0 9 49 PANARAGAN 11 0 11 50 PASIR JAYA 12 5 17 51 PASIR KUDA 17 2 19 52 PASIR MULYA 23 0 23 53 RANCAMAYA 25 0 25 54 RANGGA MEKAR 12 0 12 55 SEMPLAK 10 1 11 56 SEMPUR 27 6 33 57 SINDANG BARANG 29 0 29

(31)

58 SINDANGRASA 15 0 15 59 SINDANGSARI 2 0 2 60 SITU GEDE 6 0 6 61 SUKADAMAI 9 0 9 62 SUKARESMI 15 0 15 63 SUKASARI 19 6 25 64 TAJUR 24 2 26 65 TANAH BARU 21 0 21 66 TANAH SAREAL 11 21 32 67 TEGAL GUNDIL 35 0 35 68 TEGAL LEGA 20 0 20 TOTAL 1227 119 1346 % 91.16 8.84 100.00

Diagram 8. Biaya Layanan Pengangkutan Sampah

Tabel dan diagram 8 di atas menyatakan bahwa 91,16% layanan pengangkutan sampah oleh tukang sampah dibayar. Sementara 8,84% menyatakan layanan pengangkutan sampah tidak dibayar. Data ini menunjukkan cakupan layanan pengelolaan sampah yang sudah cukup baik.

(32)

Laporan Studi EHRA Kota Bogor Tahun 2014 31

5.

P

EMBUANGAN AIR KOTOR/LIMBAH

TINJA MANUSIA, DAN LUMPUR

TINJA

Praktik BAB (buang air besar) di tempat yang tidak aman adalah salah satu faktor risiko bagi turunnya status kesehatan masyarakat. Selain mencemari tanah (field), praktik semacam itu dapat mencemari sumber air minum warga. Yang dimaksud dengan tempat yang tidak aman bukan hanya tempat BAB di ruang terbuka, seperti di sungai/ kali/ got/ kebun, tetapi juga penggunaan sarana jamban di rumah yang mungkin dianggap nyaman, namun sarana penampungan dan pengolahan tinjanya tidak memadai, misalnya yang tidak kedap air dan berjarak terlalu dekat dengan sumber air minum.

Bagian ini memaparkan fasilitas sanitasi rumah tangga beserta beberapa perilaku yang terkait dengannya. Fasilitas sanitasi difokuskan pada fasilitas buang air besar (BAB) yang mencakup jenis jamban yang tersedia, penggunaan, pemeliharaan, dan kondisinya.

Untuk tempat pembuangan air kotor/ limbah tinja manusia, EHRA menyediakan pilihan jawaban sebanyak 9, yaitu; jamban pribadi, MCK / WC umum, WC helikopter di empang / kolam, sungai/pantai/laut, kebun/pekarangan rumah, lubang galian, lainnya dan tidak tahu. Sedangkan jenis jamban, EHRA membaginya ke dalam 4 (empat) kategori besar, yakni kolset duduk leher angsa, kloset jongkok leher angsa, plensengan dan cemplung. Pilihan-pilihan pada dua kategori pertama kemudian dispesifikasikan lebih lanjut dengan melihat tempat penyaluran tinja yang mencakup tangki septik, pipa sewer, cubluk/lubang tanah, langsung ke saluran drainase, sungai/danau/pantai, kebun/sawah dan lainnya. Karena informasi jenis jamban rumah tangga didapatkan melalui wawancara, maka terbuka kemungkinan munculnya salah persepsi tentang jenis yang dimiliki, khususnya bila dikaitkan dengan sarana penyimpanan/ pengolahan. Warga seringkali mengklaim bahwa yang dimiliki adalah tangki septik. Padahal, yang dimaksud adalah tangki yang tidak kedap air atau cubluk, yang isinya dapat merembes ke tanah. Karenanya, EHRA juga mengajukan sejumlah pertanyaan konfirmasi yang dapat dapat mengindikasikan status keamanan tangki septik yang dimiliki rumah tangga. Pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud antara lain, Apakah tangki septik itu pernah dikosongkan?; Kapan tangki septik dikosongkan?; dan Sudah berapa lama tangki septik itu dibangun?

Lebih jauh tentang kondisi jamban, Studi EHRA melakukan sejumlah pengamatan pada bangunan jamban/ WC/ latrin yang ada di rumah tangga. Ada sejumlah aspek/ fasilitas yang diamati oleh enumerator, misalnya ketersediaan air, sabun, alat pengguyur atau gayung, dan handuk. Enumerator EHRA juga mengamati aspek-aspek yang terkait dengan kebersihan jamban dengan melihat apakah ada tinja menempel atau tidak? Selain itu, enumerator juga mengamati apakah ada lalat beterbangan di jamban atau sekitarnya. Terakhir, bab ini pun memaparkan informasi tentang kebiasaan membuang tinja/pampers, air bekas cebokan, tisu bekas cebokan anak untuk anak usia 0-5 tahun. Hal ini penting karena semua hal tersebut juga menyangkut limbah.

(33)

Hasil studi EHRA tentang pembuangan air kotor / limbah tinja manusia, dan lumpur tinja adalah sebagai berikut.

Tabel 9. Lokasi Tempat Buang Air Besar bagi Anggota Keluaga yang Sudah Dewasa

N O KELURAHAN Jam b an pr iba di MC K / WC Umu m Ke W C he li kopt er Ke s u n g ai / pa nt ai / la ut Ke k eb u n / pe ka ra nga n Ke s el o k an / pa ri t/ got Total 1 BABAKAN 40 0 0 0 0 0 40 2 BABAKAN PASAR 39 0 0 1 0 0 40 3 BALUMBANG JAYA 34 3 0 3 0 0 40 4 BANTAR JATI 35 8 0 4 0 2 40 5 BARANANGSIANG 37 1 0 1 0 0 40 6 BATU TULIS 31 4 0 5 0 0 37 7 BOJONGKERTA 33 6 5 5 5 5 37 8 BONDONGAN 29 6 0 6 0 0 40 9 BUBULAK 40 0 0 0 0 0 40 10 CIBADAK 38 0 0 0 0 0 39 11 CIBOGOR 40 0 0 0 0 0 40 12 CIBULUH 39 0 0 3 0 1 40 13 CIKARET 37 2 0 0 0 0 40 14 CILENDEK BARAT 39 1 0 0 0 0 40 15 CILENDEK TIMUR 37 3 0 0 0 0 40 16 CILUAR 34 0 0 4 0 0 38 17 CIMAHPAR 40 0 0 26 0 0 40 18 CIPAKU 38 0 1 1 0 0 38 19 CIPARIGI 41 0 0 0 0 0 41 20 CIWARINGIN 35 6 0 1 0 0 40 21 CURUG INDUK 35 0 0 3 0 0 38 22 CURUG MEKAR 40 0 0 1 0 0 41 23 EMPANG 39 1 0 0 0 0 40 24 GENTENG 35 4 1 2 0 0 35 25 GUDANG 35 2 0 3 0 0 40 26 GUNUNG BATU 40 0 0 0 0 0 40 27 HARJASARI 40 0 0 0 0 0 40 28 KATULAMPA 37 3 0 0 0 0 40 29 KAYU MANIS 34 0 2 2 0 0 40 30 KEBON KELAPA 40 0 0 0 0 0 40 31 KEBON PEDES 38 2 0 0 0 0 40 32 KEDUNG BADAK 39 0 0 0 0 0 40 33 KEDUNG HALANG 40 0 0 0 0 0 40 34 KEDUNG JAYA 40 0 0 0 0 0 40 35 KEDUNG WARINGIN 37 14 0 1 0 0 40 36 KENCANA 40 0 0 0 1 1 40 37 KERTAMAYA 38 1 1 3 0 0 39 38 LAWANGGINTUNG 40 2 0 0 0 0 40 39 LOJI 40 0 0 0 0 0 40

(34)

______________________________________________________________

Laporan Studi EHRA – Kota Bogor Tahun 2014

33 40 MARGA JAYA 38 3 0 0 0 0 40 41 MEKARWANGI 36 1 1 2 0 0 40 42 MENTENG 37 2 0 0 0 0 40 43 MUARASARI 40 0 0 0 0 0 40 44 MULYAHARJA 38 0 0 0 0 0 38 45 PABATON 40 0 0 0 0 0 40 46 PAKUAN 40 1 0 0 0 0 40 47 PALEDANG 37 3 0 0 0 0 40 48 PAMOYANAN 39 0 0 3 0 0 39 49 PANARAGAN 38 0 0 1 0 0 40 50 PASIR JAYA 35 2 0 4 0 0 40 51 PASIR KUDA 35 3 0 4 0 0 40 52 PASIR MULYA 40 0 0 0 0 0 40 53 RANCAMAYA 33 5 0 1 0 0 40 54 RANGGA MEKAR 40 0 0 1 0 0 40 55 SEMPLAK 37 1 0 2 0 0 40 56 SEMPUR 32 8 0 4 0 0 40 57 SINDANG BARANG 37 1 0 1 0 0 39 58 SINDANGRASA 39 2 0 2 0 0 40 59 SINDANGSARI 38 1 0 0 0 0 40 60 SITU GEDE 38 1 0 1 0 0 40 61 SUKADAMAI 34 2 3 1 0 2 40 62 SUKARESMI 32 0 3 3 0 1 40 63 SUKASARI 36 4 1 1 0 0 40 64 TAJUR 37 0 0 2 0 0 40 65 TANAH BARU 38 2 0 0 0 0 40 66 TANAH SAREAL 36 4 0 0 0 0 40 67 TEGAL GUNDIL 39 1 0 0 0 0 40 68 TEGAL LEGA 40 0 0 0 0 0 40 TOTAL 2542 116 18 108 6 12 2699 % 94.18 4.30 0.67 4.00 0.22 0.44 100

Diagram 9. Lokasi Tempat Buang Air Besar bagi Anggota Keluaga yang Sudah Dewasa

(35)

Berdasarkan tabel dan diagram 9 di atas, kita dapat mengetahui bahwa kepemilikan jamban pribadi di Kota Bogor sudah cukup baik, 94,18% telah membuang limbah tinja manusia di jamban pribadi. Namun demikian masih juga terdapat warga Kota Bogor yang membuangnya pada WC helikopter di atas empang / kolam, ke sungai, ke kebun, ke selokan/parit/got, juga ke lubang galian, meskipun prosentasenya cukup kecil. Ini artinya bahwa Kota Bogor belum terbebas dari kebiasaan buang air besar sembarangan (BABS).

Tabel 10. Tempat Penyaluran Akhir Tinja

D 5. Kemana penyaluran buangan akhir tinja? NO KELURAHAN Ta n g k i se p ti k Pi p a s e w e r (s a m b u n g a n ru m a h a ir lim b a h ) Cu b lu k / lu b a n g ta n a h La n g su n g k e sa lu ra n d ra in a se Su n g a i /d a n a u Ko la m / s a w a h Ti d a k Ta h u Total 1 BABAKAN 37 0 1 2 0 0 0 40 2 BABAKAN PASAR 2 0 0 2 34 0 0 38 3 BALUMBANG JAYA 19 0 2 1 13 1 0 36 4 BANTAR JATI 26 0 0 0 12 0 0 38 5 BARANANGSIANG 25 0 0 0 12 0 0 37 6 BATU TULIS 8 0 0 3 10 0 2 23 7 BOJONGKERTA 10 0 22 0 0 0 2 34 8 BONDONGAN 13 0 0 4 13 0 0 30 9 BUBULAK 32 1 0 0 7 0 0 40 10 CIBADAK 24 0 1 0 10 0 0 35 11 CIBOGOR 32 1 0 1 6 0 0 40 12 CIBULUH 27 0 1 0 8 0 2 38 13 CIKARET 23 1 0 6 8 0 0 38 14 CILENDEK BARAT 19 0 4 0 16 0 0 39 15 CILENDEK TIMUR 20 0 0 1 14 0 2 37 16 CILUAR 22 1 1 0 10 0 0 34 17 CIMAHPAR 1 0 35 0 3 0 0 39 18 CIPAKU 34 0 0 0 5 0 0 39 19 CIPARIGI 39 2 0 0 0 0 0 41 20 CIWARINGIN 33 0 0 0 2 0 0 35 21 CURUG INDUK 29 0 0 0 6 0 0 35 22 CURUG MEKAR 35 0 0 0 5 0 0 40 23 EMPANG 34 0 4 0 1 0 0 39 24 GENTENG 11 2 12 0 11 0 0 36 25 GUDANG 0 0 4 2 26 0 0 32 26 GUNUNG BATU 39 1 0 0 0 0 0 40 27 HARJASARI 19 0 20 0 1 0 0 40 28 KATULAMPA 27 0 5 0 5 0 0 37 29 KAYU MANIS 29 0 0 0 2 3 0 34

(36)

______________________________________________________________

Laporan Studi EHRA – Kota Bogor Tahun 2014

35 30 KEBON KELAPA 14 0 0 0 25 0 0 39 31 KEBON PEDES 29 0 0 0 9 0 0 38 32 KEDUNG BADAK 15 0 1 10 12 0 1 39 33 KEDUNG HALANG 38 0 0 0 1 0 1 40 34 KEDUNG JAYA 25 2 2 6 4 1 0 40 35 KEDUNG WARINGIN 21 0 3 0 13 0 0 37 36 KENCANA 27 0 2 0 11 0 0 40 37 KERTAMAYA 35 0 0 0 3 0 0 38 38 LAWANGGINTUNG 31 1 1 1 3 0 3 40 39 LOJI 26 1 0 0 11 0 2 40 40 MARGA JAYA 25 0 0 0 13 0 0 38 41 MEKARWANGI 31 0 5 0 0 0 0 36 42 MENTENG 30 0 0 3 4 0 0 37 43 MUARASARI 33 1 0 0 6 0 0 40 44 MULYAHARJA 26 0 0 0 12 0 0 38 45 PABATON 35 0 0 0 4 0 1 40 46 PAKUAN 15 0 2 3 19 1 0 40 47 PALEDANG 7 0 0 0 30 0 0 37 48 PAMOYANAN 34 0 0 0 4 0 0 38 49 PANARAGAN 7 0 3 1 24 0 0 35 50 PASIR JAYA 11 0 10 4 10 0 0 35 51 PASIR KUDA 20 1 2 0 11 0 1 35 52 PASIR MULYA 19 1 14 0 6 0 0 40 53 RANCAMAYA 30 0 0 0 1 0 2 33 54 RANGGA MEKAR 33 0 0 1 6 0 0 40 55 SEMPLAK 22 0 0 1 13 1 0 37 56 SEMPUR 18 0 0 11 3 0 0 32 57 SINDANG BARANG 29 0 0 2 7 0 0 38 58 SINDANGRASA 14 0 8 0 15 0 0 37 59 SINDANGSARI 9 0 6 0 21 0 0 36 60 SITU GEDE 28 0 2 0 8 0 0 38 61 SUKADAMAI 25 0 0 0 9 0 0 34 62 SUKARESMI 23 0 0 1 9 0 0 33 63 SUKASARI 25 0 0 6 6 0 0 37 64 TAJUR 15 0 7 1 13 0 1 37 65 TANAH BARU 27 0 0 2 8 0 1 38 66 TANAH SAREAL 26 1 2 0 8 0 0 37 67 TEGAL GUNDIL 29 1 3 6 1 0 0 40 68 TEGAL LEGA 36 0 0 0 4 0 0 40 TOTAL 1621 18 185 81 607 7 21 2531 % 64.05 0.71 7.31 3.20 23.98 0.28 0.83 100.00

(37)

Diagram 10. Tempat Penyaluran Akhir Tinja

Berdasarkan tabel dan diagram 10 di atas, tempat penyaluran akhir tinja warga Kota Bogor baru 64,05% yang disalurkan ke tangki septic, dan yang ke cubluk/lubang tanah 7,31%, langsung ke drainase sebesar 3,20% dan ke sungai/danau sebesar 23,98%. Hal ini menunjukkan bahwa risiko pencemaran air tanah dan air badan air oleh tinja masih cukup tinggi.

Mengenai tangki septik tempat pembuangan akhir tinja yang aman studi EHRA juga memperdalam dengan mengkajinya dari sisi lama pembuatannya. Hal ini terkait dengan kajian berikutnya tentang pengosongan tangki septik. Sebab makin lama tangki septik dibangun bila tidak ada pengosongan itu penanda bahwa yang sebenarnya tangki tersebut tidak septik. Berarti juga berpotensi mencemari air tanah. Hasil kajian EHRA terkait lama tangki septik dibangun disajikan dalam diagram berikut.

Tabel 11. Lama Tangki Septik Dibangun

D 6. Sudah berapa lama tangki septik dibangun?

NO KELURAHAN 0 - 12 bulan yang lalu 1 - 5 tahun yang lalu Lebih dari 5 - 10 tahun yang lalu Lebih dari 10 tahun yang lalu Tidak tahu Total 1 BABAKAN 0 4 0 32 1 37 2 BABAKAN PASAR 0 0 1 1 0 2 3 BALUMBANG JAYA 0 3 3 12 0 18 4 BANTAR JATI 1 7 6 12 0 26 5 BARANANGSIANG 0 2 6 16 1 25 6 BATU TULIS 1 2 4 1 0 8 7 BOJONGKERTA 1 2 1 6 0 10 8 BONDONGAN 1 3 4 4 1 13

(38)

______________________________________________________________

Laporan Studi EHRA – Kota Bogor Tahun 2014

37 9 BUBULAK 0 5 10 17 0 32 10 CIBADAK 1 3 4 16 0 24 11 CIBOGOR 0 0 2 28 3 33 12 CIBULUH 1 7 0 4 15 27 13 CIKARET 0 2 10 0 11 23 14 CILENDEK BARAT 1 3 2 9 5 20 15 CILENDEK TIMUR 2 0 10 7 1 20 16 CILUAR 0 2 15 3 2 22 17 CIMAHPAR 0 1 0 1 0 2 18 CIPAKU 2 0 3 22 7 34 19 CIPARIGI 0 0 4 11 24 39 20 CIWARINGIN 0 5 6 22 0 33 21 CURUG INDUK 2 3 9 14 1 29 22 CURUG MEKAR 14 2 3 16 0 35 23 EMPANG 1 4 4 19 6 34 24 GENTENG 2 4 1 2 2 11 25 GUDANG 0 1 9 28 1 39 26 GUNUNG BATU 0 0 0 0 0 0 27 HARJASARI 0 6 9 2 3 20 28 KATULAMPA 1 11 5 10 1 28 29 KAYU MANIS 3 9 7 9 1 29 30 KEBON KELAPA 0 0 2 12 0 14 31 KEBON PEDES 1 7 6 11 4 29 32 KEDUNG BADAK 0 1 4 11 0 16 33 KEDUNG HALANG 0 0 4 6 28 38 34 KEDUNG JAYA 0 6 5 14 0 25 35 KEDUNG WARINGIN 0 1 4 16 0 21 36 KENCANA 1 0 8 18 0 27 37 KERTAMAYA 3 7 4 21 0 35 38 LAWANGGINTUNG 0 4 3 8 16 31 39 LOJI 0 7 6 13 0 26 40 MARGA JAYA 0 6 9 9 1 25 41 MEKARWANGI 0 8 6 17 0 31 42 MENTENG 0 0 5 21 4 30 43 MUARASARI 0 3 12 13 5 33 44 MULYAHARJA 0 0 14 6 6 26 45 PABATON 0 2 10 23 0 35 46 PAKUAN 0 4 10 1 0 15 47 PALEDANG 0 1 4 1 0 6 48 PAMOYANAN 4 7 8 12 3 34 49 PANARAGAN 0 2 0 3 3 8 50 PASIR JAYA 0 4 2 5 0 11 51 PASIR KUDA 0 3 16 1 0 20 52 PASIR MULYA 0 0 2 13 4 19

(39)

53 RANCAMAYA 0 4 7 6 13 30 54 RANGGA MEKAR 1 9 4 15 4 33 55 SEMPLAK 0 4 2 16 1 23 56 SEMPUR 1 0 4 11 2 18 57 SINDANG BARANG 3 4 8 14 0 29 58 SINDANGRASA 0 1 1 14 0 16 59 SINDANGSARI 1 3 0 7 0 11 60 SITU GEDE 1 11 8 8 0 28 61 SUKADAMAI 0 10 13 1 0 24 62 SUKARESMI 0 9 12 2 0 23 63 SUKASARI 1 4 0 20 0 25 64 TAJUR 1 1 5 9 0 16 65 TANAH BARU 0 5 1 17 4 27 66 TANAH SAREAL 0 2 0 17 7 26 67 TEGAL GUNDIL 3 0 12 13 1 29 68 TEGAL LEGA 0 0 7 28 1 36 TOTAL 56 234 370 778 193 1631 % 3.43 14.35 22.69 47.70 11.83 100.00

Diagram 11. Lama Tangki Septik Dibangun

Tabel dan diagram 11 menunjukkan bahwa prosentase terbesar tangki septik warga Kota Bogor sudah dibangun lebih dari 10 tahun yang lalu saat studi EHRA dilaksanakan mencapai 47,70%. Kemudian 22,69% menyatakan dibangun lebih dari 5-10 tahun yang lalu. Sekarang mari kita lihat prosentase warga Kota Bogor yang menyedot tangki septiknya dalam tabel dan diagram berikut.

(40)

______________________________________________________________

Laporan Studi EHRA – Kota Bogor Tahun 2014

39

Tabel 12. Waktu Terakhir Tangki Septik Dikosongkan

D 7. Kapan tangki septik terakhir dikosongkan?

NO KELURAHAN 0 - 12 bulan yang lalu 1 - 5 tahun yang lalu Lebih dari 5 - 10 tahun yang lalu Lebih dari 10 tahun yang lalu Tidak pernah Tidak tahu Total 1 BABAKAN 0 4 4 2 23 4 37 2 BABAKAN PASAR 0 0 0 0 2 0 2 3 BALUMBANG JAYA 0 0 0 0 18 0 18 4 BANTAR JATI 9 9 1 1 6 0 26 5 BARANANGSIANG 0 1 2 1 19 2 25 6 BATU TULIS 0 1 0 0 7 0 8 7 BOJONGKERTA 0 0 0 0 9 0 9 8 BONDONGAN 0 0 2 2 1 1 6 9 BUBULAK 0 2 0 0 11 0 13 10 CIBADAK 1 3 1 1 26 0 32 11 CIBOGOR 1 1 0 0 21 1 24 12 CIBULUH 0 0 1 0 32 0 33 13 CIKARET 2 1 1 0 2 21 27 14 CILENDEK BARAT 0 0 0 3 15 5 23 15 CILENDEK TIMUR 0 2 1 0 12 5 20 16 CILUAR 1 1 1 0 15 2 20 17 CIMAHPAR 1 9 3 1 5 3 22 18 CIPAKU 0 1 0 0 1 0 2 19 CIPARIGI 13 12 2 0 0 7 34 20 CIWARINGIN 0 0 0 0 8 31 39 21 CURUG INDUK 0 9 11 0 10 3 33 22 CURUG MEKAR 1 1 1 2 20 4 29 23 EMPANG 2 8 0 2 22 1 35 24 GENTENG 4 6 1 2 20 1 34 25 GUDANG 2 1 0 0 5 3 11 26 GUNUNG BATU 0 1 0 0 38 0 39 27 HARJASARI 2 1 0 0 8 9 20 28 KATULAMPA 1 2 3 0 21 1 28 29 KAYU MANIS 0 2 0 0 26 1 29 30 KEBON KELAPA 0 1 0 5 7 1 14 31 KEBON PEDES 2 7 1 0 17 2 29 32 KEDUNG BADAK 1 1 1 0 13 0 16 33 KEDUNG HALANG 0 1 4 0 5 28 38 34 KEDUNG JAYA 0 3 2 0 20 0 25 35 KEDUNG WARINGIN 0 4 2 1 14 0 21

(41)

36 KENCANA 3 1 0 0 22 0 26 37 KERTAMAYA 1 0 0 0 30 0 31 38 LAWANGGINTUNG 0 1 1 1 2 26 31 39 LOJI 2 3 0 0 21 0 26 40 MARGA JAYA 0 12 2 0 9 2 25 41 MEKARWANGI 0 3 1 0 24 2 30 42 MENTENG 1 6 1 2 13 7 30 43 MUARASARI 0 4 5 1 7 16 33 44 MULYAHARJA 0 0 0 0 25 1 26 45 PABATON 0 2 0 0 32 1 35 46 PAKUAN 0 15 0 0 0 0 15 47 PALEDANG 0 0 0 0 5 0 5 48 PAMOYANAN 0 1 0 0 27 6 34 49 PANARAGAN 0 2 0 2 2 2 8 50 PASIR JAYA 0 4 0 0 7 0 11 51 PASIR KUDA 0 2 1 0 17 0 20 52 PASIR MULYA 1 2 0 0 10 6 19 53 RANCAMAYA 1 0 0 0 25 4 30 54 RANGGA MEKAR 2 0 0 0 25 6 33 55 SEMPLAK 3 2 0 2 16 0 23 56 SEMPUR 1 2 1 0 13 1 18 57 SINDANG BARANG 1 3 1 0 24 0 29 58 SINDANGRASA 0 2 3 3 8 0 16 59 SINDANGSARI 1 1 0 0 8 0 10 60 SITU GEDE 0 0 0 1 27 0 28 61 SUKADAMAI 0 1 0 0 23 0 24 62 SUKARESMI 1 2 0 0 19 1 23 63 SUKASARI 1 1 1 1 20 0 24 64 TAJUR 1 3 2 0 10 0 16 65 TANAH BARU 1 7 1 0 14 4 27 66 TANAH SAREAL 0 0 0 2 21 3 26 67 TEGAL GUNDIL 2 0 0 0 5 22 29 68 TEGAL LEGA 0 0 0 1 33 2 36 TOTAL 66 177 65 39 1023 248 1618 % 4.08 10.94 4.02 2.41 63.23 15.33 100.00

(42)

______________________________________________________________

Laporan Studi EHRA – Kota Bogor Tahun 2014

41

Diagram 12. Waktu Terakhir Tangki Septik Dikosongkan

Data pada tabel dan diagram 12 menjelaskan kepada kita bahwa tangki septik di Kota Bogor belum aman masih berpotensi mencemari air tanah, karena prosentase terbesar yaitu 63,23% menyatakan tidak pernah mengosongkan tangki septiknya. Bila hal ini ditambah dengan prosentase yang menyatakan tidak tahu, tentu lebih besar lagi. Sedangkan yang mengosongkan tangki septiknya dari 0 tahun – lebih 10 tahun yang lalu prosentasenya hanya mencapai 19,04%.

Tabel 13. Pihak Yang Mengosongkan Tangki Septik

D 8. Siapa yang mengosongkan tangki septic?

NO KELURAHAN La y a n a n s e d o t tin ja a ta u tr u k sed o t ti n ja Me m b a y a r tu k an g Di k o so n g k an sen d ir i Ti d a k t a h u Total 1 BABAKAN 9 0 0 1 10 2 BANTAR JATI 16 0 4 0 20 3 BARANANGSIANG 4 0 0 1 5 4 BATU TULIS 0 1 0 0 1 5 BOJONGKERTA 4 0 0 1 5 6 BONDONGAN 1 0 1 0 2 7 BUBULAK 5 0 0 0 5 8 CIBADAK 2 0 0 1 3 9 CIBOGOR 1 0 0 0 1 10 CIBULUH 4 0 0 21 25 11 CIKARET 3 0 0 5 8 12 CILENDEK BARAT 1 1 0 6 8 13 CILENDEK TIMUR 3 0 0 1 4

(43)

14 CILUAR 12 0 0 5 17 15 CIMAHPAR 1 0 0 0 1 16 CIPAKU 34 0 0 0 34 17 CIPARIGI 0 0 0 31 31 18 CIWARINGIN 20 0 0 1 21 19 CURUG INDUK 1 0 3 3 7 20 CURUG MEKAR 9 0 3 1 13 21 EMPANG 12 0 0 2 14 22 GENTENG 3 1 0 3 7 23 GUNUNG BATU 1 0 0 0 1 24 HARJASARI 1 2 0 9 12 25 KATULAMPA 4 0 0 3 7 26 KAYU MANIS 2 0 0 0 2 27 KEBON KELAPA 6 0 0 1 7 28 KEBON PEDES 9 0 0 2 11 29 KEDUNG BADAK 3 0 0 0 3 30 KEDUNG HALANG 5 0 0 28 33 31 KEDUNG JAYA 5 0 0 0 5 32 KEDUNG WARINGIN 7 0 0 0 7 33 KENCANA 4 0 0 0 4 34 KERTAMAYA 1 0 0 1 2 35 LAWANGGINTUNG 3 0 0 26 29 36 LOJI 5 0 0 0 5 37 MARGA JAYA 13 1 0 0 14 38 MEKARWANGI 1 0 0 3 4 39 MENTENG 10 0 0 7 17 40 MUARASARI 4 2 0 20 26 41 MULYAHARJA 0 0 0 1 1 42 PABATON 2 0 0 1 3 43 PAKUAN 15 0 0 0 15 44 PAMOYANAN 1 0 0 6 7 45 PANARAGAN 6 0 0 0 6 46 PASIR JAYA 4 0 0 0 4 47 PASIR KUDA 3 0 0 0 3 48 PASIR MULYA 6 0 0 3 9 49 RANCAMAYA 0 0 1 3 4 50 RANGGA MEKAR 2 0 0 6 8 51 SEMPLAK 6 1 0 0 7 52 SEMPUR 3 0 1 1 5 53 SINDANG BARANG 5 0 0 0 5 54 SINDANGRASA 7 1 0 0 8 55 SINDANGSARI 2 0 0 0 2 56 SITU GEDE 1 0 0 0 1 57 SUKADAMAI 0 0 0 1 1

(44)

______________________________________________________________

Laporan Studi EHRA – Kota Bogor Tahun 2014

43 58 SUKARESMI 2 0 1 1 4 59 SUKASARI 3 0 1 0 4 60 TAJUR 5 1 0 0 6 61 TANAH BARU 9 1 0 3 13 62 TANAH SAREAL 2 0 0 0 2 63 TEGAL GUNDIL 15 4 0 5 24 64 TEGAL LEGA 0 0 0 1 1 TOTAL 328 16 15 215 574 % 57.14 2.79 2.61 37.46 100.00

Diagram 13. Pihak Yang Mengosongkan Tangki Septik

Berdasarkan tabel dan diagram 13 di atas, 57,14% pengosongan tangki septik dilayani oleh layanan sedot tinja. Sedangkan 37,46% tidak tahu, 2,79% dengan cara membayar tukang. Pengosongan isi tangki septik dengan membayar tukang masih berpotensi mencemari lingkungan, karena kita belum tahu dibuang ke mana lumpur tinjanya.

Referensi

Dokumen terkait

7 bahaya kesehatan lingkungan yang teridentifikasi adalah perilaku rumah tangga yaitu perilaku tidak sehat, yang mencakup perilaku tidak cuci tangan pakai sabun (CTPS), perilaku