• Tidak ada hasil yang ditemukan

Environmental Health Risk Assessment (EHRA) \ Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Environmental Health Risk Assessment (EHRA) \ Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Environmental Health Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey

partisipatif di tingkat kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higienitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten/kota sampai ke kelurahan/desa.

Kabupaten Penajam Paser Utara dipandang perlu melakukan Study EHRA karena:

1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat.

2. Isu sanitasi dan higiene masih dipandang kurang penting sebagaimana terlihat dalam prioritas usulan melalui Musrenbang

3. Terbatasnya kesempatan untuk dialog antara masyarakat dan pihak pengambil keputusan

4. EHRA secara tidak langsung memberi “amunisi” bagi stakeholders dan masyarakat di tingkat desa/kelurahan untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horisontal ke sesama masyarakat atau stakeholders kelurahan/desa

5. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat

kabupaten/kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat

kelurahan/desa.

(2)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 2

1.2 Tujuan dan Manfaat Studi EHRA

Adapun tujuan dan manfaat dari studi EHRA adalah :

1. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan di wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara.

2. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi.

3. Memberikan pemahaman yang sama dalam menyiapkan anggota tim survei yang handal.

4. Menyediakan salah satu bahan utama penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten Penajam Paser Utara.

Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin

dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Penajam Paser

Utara. Selanjutnya, data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk pengembangan Buku

Putih Sanitasi Kabupaten Penajam Paser Utara dan juga menjadi bahan masukan untuk

mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi Kabupaten Penajam

Paser Utara.

(3)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 3

BAB II METODOLOGI & LANGKAH STUDI EHRA

EHRA adalah studi yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni : 1) wawancara (Interview); 2) pengamatan (observation). Wawancara dan pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator yang dipilih secara kolaboratif oleh Pokja AMPL dan Dinas Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara. Sebelum para enumerator melaksanakan pendataan diwajibkan mengikuti pelatihan selama 2 hari dengan materi 1) Pelatihan dasar-dasar wawancara dan pengamatan 2) Pemahaman tentang instrument EHRA 3) Latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator 4) Uji coba lapangan 5) Diskusi perbaikan instrument.

Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Unit sampling ini dipilih secara proposional dan random berdasarkan total RT di semua RW (Rukun Warga) dalam setiap desa/kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey.

Jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per Desa/Kelurahan adalah minimal 40 responden. Yang menjadi responden adalah ibu atau anak yang sudah menikah, dan berumur antara 18 s/d 60 tahun.

Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 30-45 menit. Panduan diuji kembali dalam hari kedua pelatihan enumerator dengan try out ke lapangan. Untuk mengikuti standart etika, informed consent wajib dibacakan oleh sanitarian sehingga responden memahami betul

hak-haknya dan memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar.

Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara. Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatiham singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Tim Fasilitator yang telah terlatih dari PIU Advokasi dan Pemberdayaan. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada struktur kuesioner dan perangkat lunak yang digunakan serta langkah- langkah untuk uji konsistensi yakni program EPI Info dan SPSS.

Untuk Quality Control, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvei.

Tim spot check secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang

(4)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 4 telah disediakan dan menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan ditahap data entri. Hasil entri data dire-check kembali oleh tim EHRA Pokja AMPL. Sejumlah 5% kuesioner diperiksa kembali.

Kegiatan studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilakukan oleh Pokja Kabupaten semata. Agar efektif, Pokja Sanitasi Kabupaten diharapkan bisa mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh. Adapun susunan tim EHRA sebagai berikut:

Penanggung Jawab : Pokja Sanitasi Kabupaten Penajam Paser Utara Koordinator Survey : H. Ammas Alie, SKM. M.Kes

Anggota : 1. Gatot Harmanto, S.Sos

2. Syamsir Djafar, SKM 3. Marlina

4. Budi Setiawan, ST 5. Jamal Janna

Koordinator Kecamatan : 1. Pimpinan UPT Puskesmas Babulu 2. Pimpinan UPT PKM semoi II 3. Pimpinan UPT PKM Penajam 4. Pimpinan Puskesmas Maridan 5. Pimpinan UPT Puskesmas Waru 6. Pimpinan Puskesmas Sotek 7. Puskesmas Sebakung Jaya

Supervisor : 1. Sanitarian UPT PKM Babulu 2. Sanitarian UPT PKM Semoi II 3. Sanitarian UPT PKM Penajam 4. Sanitarian PKM Maridan 5. Sanitarian UPT PKM Waru 6. Sanitarian PKM Sotek

7. Sanitarian PKM Sebakung Jaya

Tim Entry data : Junita Toding, SE , Margareta Toding, S.Kom

Tim Analisis data : Amrullah, Amd.KL , Nor Helviah, SKM

Enumerator : Masing-masing Desa/Kelurahan 2 Orang dari

Desa Labangka Barat, Desa Wonosari, Desa Rintik,

Kelurahan Nipah-Nipah, Desa Telemow, Desa

Sebakung Jaya, Kelurahan Sotek,Kelurahan

Maridan, Kelurahan Waru, Kelurahan Nenang.

(5)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 5

2.1 Penentuan Target Area Survey

Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah “Probability Sampling” dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Metoda sampling yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”. Teknik ini sangat cocok digunakan di Kabupaten Penajam Paser Utara mengingat area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan.

Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai berikut:

a. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah.

b. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan atau kelurahan /desa.

c. Daerah/wilayah yang dialiri pantai, sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat.

d. Daerah terkena banjir dan dinilai mengganggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut.

Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah kabupaten Penajam Paser Utara

menghasilkan kategori klaster sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 2.1.1. Wilayah

(kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memilki

karateristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan

demikian, kecamatan atau desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster

akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey

pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa

memberikan peta area berisiko Kabupaten Penajam Paser Utara.

(6)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 6 Tabel 2.1.1. Kategori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko.

Kategori Klaster Kriteria

Klater 0

Wilayah desa/kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan bersiko

Klater 1

Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klater 2

Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klater 3

Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klater 4

Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klastering wilayah di Kabupaten Penajam Paser Utara menghasilkan kategori klaster sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 2.1.2. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karateristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama.

Tabel 2.1.2. Hasil klastering desa/kelurahan di Kabupaten Penajam Paser Utara

No Klaster Jumlah Nama desa/kelurahan

1.

4 1 Kelurahan

dan 1 Desa

Nenang dan Babulu Laut.

2.

3 5 Kelurahan

dan 2 Desa

Babulu Darat, Waru, Penajam, Sungai Parit Lawe- lawe, Sepaku dan Sukuraja.

3.

2 8 Desa dan

9 Kelurahan

Sebakung Jaya, Sumber Sari, Sri Raharja Labangka, Sesulu,Bangun Mulyo, Petung, Sesumpu, Sotek, Riko, Pantai Lango, Gersik dan Jenebora, Maridan Pemaluan, Tengin Baru dan Bukit Raya

4.

1 11 Desa dan

8 Kelurahan

Gunung Makmur, Gunung Intan, Rawa Mulia Rintik, Api-api, Tanjung Tengah, Saloloang, Pejala, Kampung Baru, Nipah-nipah, Gunung Seteleng dan Buluminung, Giri Mukti dan Siderejo, Mentawir, Telemow, Bumi Harapan,Semoi Dua dan Karang Jinawi.

5.

0 8 Desa dan

1 Kelurahan

Desa Gunung Mulia, Labangka Barat, Sepan,

Bukit Subur Giri Purwa Wonosari, Binuang, Argo

Mulyo dan Suko Mulyo

(7)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 7 Hasil Klastering wilayah desa/kelurahan di Kabupaten Penajam Paser Utara yang terdiri atas 54 desa/kelurahan menghasilkan distribusi sebagai berikut:

a. Klaster 0 sebanyak 17%

b. Klaster 1 sebanyak 35%

c. Klaster 2 sebanyak 31%

d. Klaster 3 sebanyak 13%

e. Klaster 4 sebanyak 4%

Untuk lebih jelasnya distribusi desa/kelurahan ke dalam klaster tersebut dapat dilihat pada Grafik 2.1.1. Distribusi desa/kelurahan per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRA.

Grafik 2.1.1. Distribusi desa/kelurahan per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRA Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

2.2 Penentuan Jumlah/Besar Responden

Untuk mendapatkan gambaran kondisi sanitasi di tingkat kabupaten, dengan presisi tertentu, tidak dibutuhkan besaran sampel yang sampai ribuan rumah tangga.

Sampel sebesar 40 responden untuk tiap kelurahan/desa, dengan teknik statistik tertentu dan dianggap sebagai jumlah minimal yang bisa dianalisis.

Akan tetapi, dalam praktiknya, bila ditargetkan 30 responden, seringkali tidak memenuhi target, dikarenakan sejumlah error (kesalahan pewawancara, entry data, keusioner,dll) sehingga seringkali sampel yang ditargetkan 30 hanya terealisasi sekitar 20- 25 saja.

Berdasarkan pengalaman tersebut, maka jumlah sampel untuk tiap

kelurahan/desa diambil sebesar 40 responden.

(8)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 8 Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan jumlah sampel minimum dalam skala kabupaten dapat dengan cara sederhana untuk yaitu dengan menggunakan “Tabel Krejcie-Morgan” yang mempunyai tingkat kepercayaan 95%.

Berdasarkan Tabel Krejcie-Morgan Kabupaten Penajam Paser Utara yang memiliki 45.667 rumah tangga maka didapat jumlah responden minimal sebanyak 397 sampel, dalam hal ini Pokja mengambil sampel sebanyak 400 responden.

2.3 Penentuan Desa/Kelurahan Area Survey

Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin maka selanjutnya ditentukan lokasi studi EHRA dengan cara memilih sebanyak 10 desa/kelurahan secara random. Hasil pemilihan ke-10 desa/kelurahan tersebut disajikan pada Tabel 2.3.1. sebagai berikut:

Tabel 2.2.1.Kecamatan dan Desa/Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

2.4 Penentuan RT dan Responden di Lokasi Survei

Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah Rukun Tetangga (RT). Karena itu, data RT per Rukun Warga (RW) per kelurahan/desa dikumpulkan sebelum memilih RT. Jumlah RT per kelurahan/desa adalah 8 (delapan) RT.

Untuk menentukan RT terpilih sebagai berikut:

a. Diurutkan RT per RW perkelurahan/desa.

b. Ditentukan Angka Interval (Al). Untuk mementukan Al, perlu diketahui jumlah total RT dan jumlah yang akan diambil.

No. Klaster Kecamatan Desa/Kel Terpilih Jumlah RT

Jumlah Responden

1.

4 Penajam Nenang 8 40

2.

3 Waru Waru 8 40

3.

2

a. Sepaku b. Penajam c. Babulu

Maridan Sotek Sebakung jaya

8 8 8

40 40 40

4.

1

a. Babulu b. Penajam c. Sepaku

Rintik Nipah-nipah

Telemow

8 8 8

40 40 40

5.

0

a. Babulu b. Sepaku

Labangka Barat Wonosari

8 8

40 40

Jumlah

400

(9)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 9 1) Jumlah total RT kelurahan : X.

2) Jumlah RT yang akan diambil : Y.

3) Maka angka interval (Al) = jumlah total RT kelurahan/jumlah RT yang diambil. Al = X/Y (dibulatkan), misal pembulatan ke atas menghasilkan angka Z, maka Al=Z.

c. Untuk menentukan RT pertama, dikocok atau diambil secara acak angka 1-Z (angka random). Misal yang diambil angka pertama adalah 3(tiga).

d. Untuk memilih RT berikutnya adalah 3 + Z = dst.

Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan

yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari prefensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri, dengan tahapan sebagai berikut:

e. Pergi ke RT terpilih. Minta daftar rumah tangga atau bila tidak bersedia, buat daftar rumah tangga berdasarkan pengamatan keliling dan wawancara dengan penduduk langsung.

f. Bagi rumah tangga (misal 25) dengan jumlah sampel minimal yang akan diambil, misal 5 (lima), diperoleh Angka Interval (AI) = 25/5 = 5.

g. Ambil/kocok angka secara random antara 1 – AI untuk menentukan Angka

Mulai (AM), contoh misal angka mulai 2, untuk menentukan rumah

selanjutnya adalah 2 + AI, 2 + 5 = 7 dst.

(10)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 10 1.2 7.5 13.8

13.8 16.2

18.8 28.8

<= 20 tahun 21 - 25 tahun 26 - 30 tahun 31 - 35 tahun 36 - 40 tahun 41 - 45 tahun

> 45 tahun

BAB III HASIL STUDI EHRA

3.1. Informasi Responden

Secara umum masyarakat di Kabupaten Penajam Paser Utara baik pendatang maupun telah lama tinggal, telah memiliki rumah pribadi yang telah dihuni oleh masyarakat, namun beberapa masalah sanitasi muncul ketika masyarakat awam yang tidak mengerti tentang pengelolaan sanitasi rumah tangga yang pada akhirnya menimbulkan masalah lingkungan di sekitar pemukiman, dilihat dari segi umur seperti terlihat pada gambar diagram 3.1.1. yang sebagian masyarakat telah berumur di atas 45 tahun. Dapat di asumsikan bahwa masyarakat telah lama bertempat tinggal di daerah Kabupaten Penajam Paser Utara.

Diagram 3.1.1 Persentase Kelompok Umur Responden Studi EHRA Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

Dari pemetaan kelompok umur pada gambar diagram diatas, terbanyak umur responden diatas 45 tahun sebesar 28,8 %, selanjutnya umur 41-45 tahun sebesar 18,8

%, dan pada umur 36-40 sebesar 16,2 %, sedangkan jumlah umur yang paling sedikit

pada umur dibawah 20 tahun sebesar 1,2 %. Jika disesuaikan dengan tingkat pendidikan

responden yang kebanyakan berpendidikan dasar, maka pengetahuan responden tentang

sanitasi rumah tangga kurang mengetahui tentang pengelolaan sanitasi rumah tangga

seperti yang digambarkan pada grafik 3.1.2.

(11)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 11 0

20 40 60 80 100

0 1 2 3 4 Total

Kluster Desa/Kelurahan 10 11.7 4.2 15

2.5 8.5 67.5

38.3 51.7 55

50 51 11.2

23.3 23.3 5

15 18.2 2.5 20 15.8 22.5

17.5 15.2

Universitas /Akademi SMK

SMA

SMP

SD

Tidak sekolah formal

Grafik 3.1.2 Tingkat Pendidikan Responden Studi EHRA Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

Dari hasil grafik diatas tingkat pendidikan responden yang terbanyak adalat tingkat pendidikan dasar sebesar 51 %, selanjutnya tingkat pendidikan menengah pertama sebesar 18,2 %, dan tingkat pendidikan menengah atas sebesar 15,2%, dan setara menengah kejuruan sebesar 8,5 %, sedikit yang memiliki tingkat pendidikan sarjana yaitu sebesar 5,5 %, akan tetapi ada beberapa responden yang tidak pernah sekolah secara formal.

3.2. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Hasil Studi dengan responden ditemukan bahwa dalam pengelolaan sampah di daerah Kabupaten Penajam Paser Utara yang telah di kelaskan sesuai dengan kriteria wilayah lingkungan, banyak sekali di temukan berbagai masalah pengelolaan sanitasi lingkungan, seperti pengolahan sampah rumah tangga yang dilakukan responden secara umum sampah/ barang tidak dimanfaatkan, tetapi langsung dibakar, (hasil dapat dilihat pada grafik 3.2.1).

Hal tersebut akan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan yaitu pada udara (polusi udara) karena sisa gas buang bahan bakar yang menggangu sterilisasi udara.

Pada dasarnya permasalahan ini tidak diketahui oleh responden dikarenakan telah

menjadi kebiasaan serta kebingungan responden untuk mengolah seperti apa sampah

tersebut agar dapat dikelola dengan baik selain dibakar.

(12)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 12 Hal ini dikarenakan sarana dan prasarana pembuangan/ penampungan sampah yang kurang ataupun tidak ada sama sekali sehingga cara dibakar tersebut merupakan cara alternatif warga dalam mengendalikan sampah.

Akan tetapi beberapa responden memilki cara tersendiri dalam mengatasi sampah, ada responden yang langsung membuang ke sungai, hal ini bisa saja karena masyarakat tersebut memiliki sarana efektif dan praktis untuk menghilangkan sampah yaitu dengan cara dialirkan ke sungai, sehingga sampah mudah hilang dan tidak berbekas, tetapi ada juga yang membuang ke lahan kosong seperti hutan, dan juga ada yang membuatkan lubang terbuka tanpa ditutup, sehingga hal tersebut akan menyebabkan pencemaran lingkungan.

Parahnya lagi ada juga tipe masyarakat yang tidak menghiraukan keberadaan sampah disekitar lingkungannya dengan membiarkannya sampai membusuk dan tidak tahu terhadap penyakit/dampak apa yang akan dideritanya jika sampah tersebut dibiarkan.

Grafik 3.2.1 Pengelolaan Sampah Berdasarkan Cluster di Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

Dari hasil studi yang telah dilakukan terhadap seluruh responden dalam pengelolaan sampah secara total, responden pada seluruh klaster dalam mengelola sampah rumah tangga tersebut dengan cara dibakar dengan jumlah persentase sebesar 62 %, selanjutnya masyarakat yang membuang sampah ke lahan kosong/ kebun/ hutan dengan persentase sebesar 9,2 %, dan dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditimbun dengan tanah sebesar 4,5 %, dan persentase yang terkecil yaitu pada pengelolaan sampah yang dibuang kesungai/ kali/ laut/ danau sebesar 3,2%.

Melihat kondisi demikian, maka pada akhirnya akan kembali berkaitan pada praktek pemilahan sampah masyarakat seperti terlihat pada grafik 3.2.2. Hal ini terjadi

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0 1 2 3 4 Total

Kluster Desa/Kelurahan 76.2

51.7

70 65 37.5

62 6.2

1.7

7.5 5

0 4.5 1.2

1.7 4.2

0

12.5 3.2 8.8

13.3

2.5 22.5

5 9.2

Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk Dibiarkan saja sampai membusuk

Dibuang ke

sungai/kali/laut/danau

Dibuang ke dalam lubang

tetapi tidak ditutup

dengan tanah

Dibakar

(13)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 13 karena sarana dan prasarana dalam pengelolaan sampah secara komunal tidak diterapkan di beberapa wilayah di Kabupaten Penajam Paser Utara, seperti pemilahan sampah, penampungan sampah (TPS), pengangkutan sampah oleh armada sampah, dan akhirnya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah.

Walaupun masyarakat yang telah diberikan pengetahuan sesering mungkin tentang pembuangan sampah yang baik dan benar, akan tetapi jika pengelolaan secara komunal yang dilakukan swasta/ pemerintah tidak berjalan akan menjadi faktor penghambat yang sangat besar. Sehingga peran pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pengendalian sampah sangat dibutuhkan dalam melakukan perubahan secara menyeluruh dan efektif dalam mengelola sampah dengan teratur.

Jika saja pengelolaan sampah dari hilir sampai hulu telah berjalan dengan baik maka daerah Kabupaten Penajam Paser Utara tidak akan terlihat lagi keberadaan sampah di lingkungan publik maupun masyarakat.

Grafik 3.2.2 Praktik Pemilahan Sampah Oleh Rumah Tangga di Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

Berdasarkan grafik diatas perlakuan pemilahan sampah oleh masyarakat secara kesadaran sangat sedikit dengan persentase responden sebesar 77 %, sedangkan yang memilah sampah hanya sedikit yaitu sebesar 23 %.Jika diperhatikan pada klaster 3 seluruh responden tidak melakukan pemilahan sampah, serta pada klaster 1 dan klaster 2 diratakan responden yang tidak melakukan pemilahan sampah memiliki persentase sebesar 82,85 %.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

1 2 3 4 Total

Kluster Desa/Kelurahan

17.6 16.7

0

42.1

23

82.4 83.3

100

57.9

77

Tidak dipilah/dipisahkan Dipilah/dipisahkan

(14)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 14 Selanjutnya pada klaster 4 sebagian responden tidak melakukan pemilahan sampah memiliki persentase sebesar 57,9 % sebaliknya, sebesar 42,1 % melakukan pemilahan sampah. Tergambar jelas pada hasil tabel area berisiko persampahan, kurangnya kesadaran masyarakat dalam memilah sampah selain pengetahuan masyarakat yang kurang adalah sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang tidak memadai.

Tabel 3.2.3 Area Berisiko Persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

VARIABEL KATEGORI

Klaster Desa/Kelurahan Total

0 1 2 3 4 N %

n % n % n % n % n %

Pengelolaan sampah

Tidak

memadai 80 100 88 73,3 106 88,3 37 92,5 22 55 333 83,2 Ya,

memadai 0 0 32 26,7 14 11,7 3 7,5 18 45 67 16,8

JUMLAH 80 100 120 100 120 100 40 100 40 100 400 100 Frekuensi

pengangkutan sampah

Tidak

memadai 0 0 1 100 0 0 0 0 1 100 2 100

JUMLAH 0 0 1 100 0 0 0 0 1 100 2 100

Ketepatan waktu pengangkutan

sampah

Tidak tepat

waktu 0 0 1 100 0 0 0 0 0 0 1 50

Ya, tepat

waktu 0 0 0 0 0 0 0 0 1 100 1 50

JUMLAH 0 0 1 100 0 0 0 0 1 100 2 100

Pengolahan sampah setempat

Tidak diolah 75 93,8 105 87,5 119 99,2 40 100 36 90 375 93,8

Ya, diolah 5 6,2 15 12,5 1 0,8 0 0 4 10 25 6,2

JUMLAH 80 100 120 100 120 100 40 100 40 100 400 100

3.3 Pembuangan Air Kotor/ Limbah Tinja Manusia dan Lumpur Tinja

Pembuangan air limbah domestik (rumah tangga) yaitu umumnya dilakukan dari pengunaan septicktank di masing-masing toilet yang ada di rumah masyarakat.

Pembuangan sisa makanan di dapur, sampai pada pencucian umumnya dengan

menggunakan detergen, hal ini jika tidak dikelola dengan baik akan mencemari fisik

lingkungan. Sehingga pengelolaan limbah yang baik perlu diterapkan secara tepat.

(15)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 15 21.2

1.2

56.2 1.2 5

3.8

11.2

Tangki septik Pipa sewer

Cubluk/lobang tanah Langsung ke drainase Sungai/danau/pantai Kolam/sawah Tidak tahu Diagram 3.3.1 Persentase Tempat Buang Air Besar

di Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden dan hasil pengamatan yang didapat pada saat ke lapangan secara umum responden menggunakan jamban pribadi dengan persentase sebesar 93, 8 %, namun ada beberapa responden yang masih tidak memiliki jamban pribadi dan memilki jamban tetapi pengelolahan limbahnya yang tidak memenuhi syarat, persentase sebesar 5 % persen dimiliki responden yang membuang limbah domestik tersebut langsung kesungai/ pantai/ laut, dan ke lubang galian.

Sedangkan, penggunaan WC Helikopter, ke kebun/pekarangan, dan keselokan pari/ got masing-masing memiliki persentase sebesar 1,2 %.

Akan tetapi dari banyaknya penggunaan jamban pribadi hanya sedikit yang menggunakan septik tank, sebagian dengan lobang gali/ cubluk. Hal ini menjadi sebuah masalah jika saja di areal lobang gali tersebut disekitarnya terdapat sumber air, sehingga pencemaran bisa terjadi dikarenakan sumber bakteri yang berkembang biak masuk ke sumber air.

Diagram 3.3.2 Tempat Penyaluran Akhir Tinja di Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

86%

0%

1%

5%

1% 1% 5%

1% Kluster Desa/Kelurahan 0 0%

A. Jamban pribadi B. MCK/WC Umum C. Ke WC helikopter D. Ke sungai/pantai/laut E. Ke kebun/pekarangan F. Ke selokan/parit/got G. Ke lubang galian H. Lainnya,

I. Tidak tahu

(16)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 16 Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan serta wawancara dengan responden masyarakat yang menggunakan tempat penyaluran tinja langsung dilubang gali/ cubluk memiliki persentase sebesar 56,2 % lebih banyak dibandingkan yang menggunakan septik tank dengan persentase sebesar 21,2%. Namun ada juga yang menyatakan tidak menegtahui kemana penyaluran akhir tinja, hal ini dikarenakan responden yang tinggal di areal perumahan yang padat perumahan dan responden tersebut baru saja menempatinya (menyewa/baru beli) sehingga asal usul penyaluran tinjanya tidak diketahui.

Persentase sebesar 1,2 % masing-masing dimilki oleh responden yang tempat penyalurannya melalui pipa sewer dan saluran drainase, sedangkan responden yang menyalurkan tinjanya langsung ke sungai/ laut/ danau sebesar 5 %, dan 3,8 % disalurkan ke kolam/ sawah.

Dari responden yang menggunakan septik tank maka yang sangat perlu diperhatikan jangka pengurasan septik tank tersebut.Tergambar jelas pada grafik 3.3.3.

ialah responden yang tidak pernah melakukan pengurasan septik tank secara berkala, yang pada akhirnya muncul masalah baru.

Grafik 3.3.3 Waktu Terakhir Pengurasan Tanki Septik di Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden menunjukan bahwa persentase terbanyak sebesar 80,2 % responden mengatakan tidak pernah melakukan pengurasan terhadap septik tank yang digunakan, sekitar 15,6 % yang mengatakan tidak tahu.

Sebaliknya 0,8 % responden yang melakukan pengurasan bekisar 0-12 bulan yang lalu, 0

20 40 60 80 100

0 1 2 3 4 Total

Kluster Desa/Kelurahan

6.2 0 1.2 0 0 0.8

50

72.3

82.7 100

93.5 80.2 43.8

24.1

9.9 0

6.5 15.6

Tidak tahu Tidak pernah

Lebih dari 10 tahun Lebih dari 5-10 tahun yang lalu

1-5 tahun yang lalu

0-12 bulan yang lalu

(17)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 17 selanjutnya 2,1 % yang melakukan pengurasan 1-5 tahun yang lalu, 0,8 % responden yang melakukan pengurasan 5-10 tahun, dan responden yang telah melakukan pengurasan septik tank selama di atas 10 tahun sebesar 0,4 %.

Hal ini disebabkan banyaknya responden yang tidak mengetahui tentang pengurasan septik tank tersebut, serta kurangnya layanan sedot tinja sehingga masyarakat tidak mengetahui harus melakukan apa untuk pengurasan septik tank.

Grafik 3.3.4 Praktik Pengurasan Tanki Septik Berdasarkan Cluster di Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden tentang perlakuan pengurasan septik tank sebesar 87,2 % responden yang tidak tahu praktik pengurasan tinja tersebut, selanjutnya 6,4 % responden yang memanfaatkan layanan sedot tinja, dan masing-masing sebesar 2,1 % responden yang membayar tukang untuk melakukan pembersihan septik tank, membersihkan sendiri, dan bersih dengan sendirinya oleh banjir.

Terkait dengan hal tersebut dari hasil studi juga didapatkan pemetaan tanki septik milik responden yang digolongkan aman sebesar 61,8 %, sebaliknya tanki septik responden yang tidak aman dengan persentase sebesar 38,2 %.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0 1 2 3 4 Total

Kluster Desa/Kelurahan 0 4.3 14.3

0 0 6.4

0

4.3 0

0 0

2.1 87.5 91.3

78.6

0

100

87.2

Tidak tahu

Bersih karena banjir

Dikosongkan sendiri

Membayar tukang

Layanan sedot tinja

(18)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 18 Grafik 3.3.5 Tanki Septik Suspek Aman & Tidak Aman

di Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

Dari hasil tersebut klaster yang tangki septik suspek aman terbanyak di klaster 0 dengan persentase sebesar 90 %, dan sisanya 10 % suspek tida aman. Pada klaster 1 suspek aman sebesar 58,3 % dan suspek yang tidak aman sebesar 41,7 %. Selanjutnya, sebesar 50,8 % tangki septik aman, dan suspek tangki septik yang tidak aman sebesar 49,2 %.

Demikian juga pada klaster 3 suspek septik tank yang aman dengan persentase sebesar 65 %, dan yang tidak aman 35 %. Serta klaster 4 suspek septik tank yang aman sebesar 45 % dan yang tidak aman sebesar 55 %. Dari hasil area berisiko air limbah domestik berdasarkan hasil studi EHRA, secara rinci (dapat dilihat pada tabel 3.3.6).

Tabel 3.3.6 Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

VARIABEL KATEGORI

Klaster Desa/Kelurahan Total

0 1 2 3 4

N %

n % n % n % n % n %

Tangki septik suspek aman

Tidak aman 8 10 50 41,7 59 49,2 14 35 22 55 153 38,2

Suspek

aman 72 90 70 58,3 61 50,8 26 65 18 45 247 61,8

JUMLAH 80 100 120 100 120 100 40 100 40 100 400 100

Pencemaran karena pembuangan

isi tangki septik

Tidak, aman 8 100 22 95,7 12 85,7 0 0 2 100 44 93,6

Ya, aman 0 0 1 4,3 2 14,3 0 0 0 0 3 6,4

JUMLAH 8 100 23 100 14 100 0 0 2 100 47 100

Pencemaran

karena SPAL Tidak aman 58 72,5 55 45,8 73 60,8 6 15 36 90 228 57

Ya, aman 22 27,5 65 54,2 47 39,2 34 85 4 10 172 43

JUMLAH 80 100 120 100 120 100 40 100 40 100 400 100

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0 1 2 3 4 Total

Kluster Desa/Kelurahan 10

41.7 49.2 35

55

38.2 90

58.3 50.8 65

45

61.8

Suspek aman

Tidak aman

(19)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 19

3.4 Drainase Lingkungan/Selokan Sekitar Rumah dan Banjir

Pemanfaatan lahan lingkungan pemukiman untuk drainase/ selokan agar terhindar dari banjir sangat penting di terapkan. Karena drainase yang baik adalah faktor yang sangat penting dalam setiap pembangunan rumah individu maupun pemukiman yang mencakup banyak individu, jika tidak memilki saluran drainase akan mengakibatkan banyaknya permasalahan lingkungan yang sangat merugikan.

Sehingga adanya drainase sangatlah dibutuhkan fungsinya, akan tetapi jika saluran drainase yang telah dibuat namun tidak dirawat sama dengan percuma, karena jika saluran tersebut tidak berfungsi/ tersumbat genangan air di sekitar bangunan rumah bahkan banjir pun menjadi ancaman jika saluran drainase tidak terpelihara dengan baik.

Grafik 3.4.1 Persentase Rumah Tangga Yang Pernah Mengalami Banjir Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

Secara umum dari hasil wawancara desa/ kelurahan yang memasuki cluster 0 sampai dengan 3 kebanyakan tidak pernah mengalami banjir, walaupun dibeberapa titik tertentu mengalami banjir, sedangkan desa/kelurahan pada klaster 4 mengalami banjir dalam beberapa tahun terakhir dengan persentase sebesar 42,5%, walaupun masih ada yang kondisinya tidak pernah mengalami banjir dengan persentase sebesar 35%.

Jika di total secara keseluruhan yang tidak pernah mengalami banjir sebanyak 76,2 %, selanjutnya sebesar 11,2 % mengalami banjir beberapa kali dalam setahun, sebesar 5,5 % mengalami banjir sekali dalam setahun, dan sisanya tidak tahu.

0 20 40 60 80 100 120

0 1 2 3 4 Total

Kluster Desa/Kelurahan 68.8 79.2 89.2 85

35

76.2 8.8 0.8

4.2 2.5

20

5.5 18.8

42.5 11.2

Tidak tahu

Sekali atau beberapa dalam sebulan Beberapa kali dalam

Sekali dalam setahun

Tidak pernah

(20)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 20 Grafik 3.4.2 Persentase Rumah Tangga Yang Mengalami Banjir Rutin

di Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

Sehingga rumah tangga yang kondisinya selalu rutin terkena banjir sebesar 24,2

%, sebaliknya lebih banyak kondisi rumah tangga responden yang tidak pernah mengalami banjir, hal ini tidak terjadi di desa/ kelurahan pada klaster 0, 1, 3, dan 4, akan tetapi pada daerah klaster 2 sebesar 61,5 % yang mengalami banjir. Secara keseluruhan responden yang mengalami banjir sebesar 24,2 % rumah tangga.

Pada saat terjadinya banjir frekuensi lamanya tergenang air (lihat grafik 3.4.3) secara umum yang terbanyak antara 1-3 jam dengan persentase sebesar 1-3 jam, selanjutnya sebesar 26,7 % lebih dari 1 hari lamanya banjir terjadi, 20 % selama 1 hari banjir , dan masing-masing 6,7 % yang menyatakan kurang dari 1 jam, setengah hari, serta tidak tahu untuk lamanya terjadi banjir tersebut.

Grafik 3.4.3 Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir di Kabupaten Penajam Paser UtaraTahun 2013

0 1 2 3 4 Total

Kluster Desa/Kelurahan 32

12

61.5

16.7 11.5 24.2

68

88

38.5

83.3 88.5 75.8

Ya Tidak

0 20 40 60 80 100 120

0 1 2 3 4 Total

Kluster Desa/Kelurahan

0 0 0 0 12.5 6.7

66.7

0

100

0

25 33.3 0

0

0

0

12.5 6.7 33.3

0

0

0

25 20

0

0

0

100

12.5 26.7 0

0

0 0

12.5 6.7

Tidak tahu

Lebih dari 1 hari

Satu hari

Setengah hari

Antara 1 - 3 jam

Kurang dari 1 jam

(21)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 21 Lama air menggenang pada saat banjir pada klaster 2 antara 1-3 jam sebesar 100 %, lebih parah terjadi di klaster 3 pernah mengalami banjir selama lebih dari 1 hari dengan persentase sebesar 100 %. Berbeda yang terjadi dengan klaster 0 yang terjadi lama banjir antara 1-3 jam sebesar 66,7 %, serta lama banjir dalam 1 hari 33,3 %, dan pada klaster 4 masing-masing sebesar 25 % terjadi selama 1 hari dan antara 1-3 jam, dan yang menyatakan tidak tahu, lebih dari 1 hari menggenang, setengah hari dan kurang dari 1 jam masing-masing sebesar 12,5 %.

Secara keseluruhan terjadinya genangan selama air tersebut menggenang sebesar 58,5 % di halaman rumah, sebesar 24,7 % tergenang di dekat dapur, demikian juga sebesar 18,6 % tergenang di dekat kamar mandi, selanjutnya sebesar 8,2 % tergenang air di dekat bak penampungan air, dan sisanya sebesar 10,3 % terjadi tegenang air di titik tertentu sekitar rumah.

Grafik 3.4.4 Persentase Lokasi Genangan Sekitar Rumah di Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

Secara umum di setiap klaster yang mendominasi sebagian tergenang air adalah dihalaman rumah yang terbesar ialah klaster 4 dengan peresentase sebesar 85,7 %, dan masing-masing 21,4 % terjadinya genangan air di dekat rumah dan didekat kamar mandi.

Serta pada klaster 0 sebesar 63 % tergenang air dihalaman rumah, sebesar 44,4 % tergenang air di dapur, demikian yang tergenang di dekat kamar manid sebesar 37 %, dan yang tergenang di dekat bak penampungan sebesar 25,9 %.

Dari klaster 3, klaster 2, dan klaster 1 hampir rata sebagian berkisar 51,3 % tergenang air dihalaman rumah. Dari permasalahan banyaknya rumah tangga yang terkena genangan air dilingkungan rumah sangat berkaitan hasil studi kepemilikan SPAL

0% 20% 40% 60% 80% 100%

0 1 2 3 4 Total

Kluster Desa/Kelurahan

63 48.1

50 55.6 85.7 58.8

44.4 22.2

10 11.1 21.4 24.7

37 14.8

11.1 21.4 18.6

25.9 3.7

0 8.2

3.7 22.2

15 0 10.3

Dihalaman rumah Di dekat dapur

Di dekat kamar mandi Di dekat bak

penampungan

Lainnya

(22)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 22 (Saluran Pembuangan Air Limbah) ternyata masih ada masyarakat yang tidak memiliki SPAL tersebut.

Diagram 3.4.5 Persentase Kepemilikan Saluran Pembuangan Air Limbah di Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

Hasil studi yang telah dilakukan serta pengamatan langsung kepada responden sebesar 65,1 % memiliki SPAL, akan tetapi masih ada masyarakat yang tidak memiliki SPAL persentase tersebut sebesar 34,9 %.

Hal ini jika tidak diberikan pemahaman tentang penerapan SPAL di lingkungan pemukiman, yang pada akhirnya jika nanti suatu pemukiman tersebut terjadi peningkatan rumah hunian (Padat penduduk), SPAL yang ada tidak akan bisa menampung lebih banyak yang akhirnya genangan akan terjadi secara berkelanjutan.

Terkait dengan hal tersebut (lihat grafik 3.4.6) tidak adanya saluran memiliki persentase sebesar 33,5 %, tidak dapat dipakai sebesar 0,8 %, dan yang tidak berfungsi sebesar 8,8 %, hanya sebagian yang berfungsi sebesar 57 %.

Grafik 3.4.6 Persentase SPAL yang Berfungsi Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013 65.1

34.9

Ya Tidak ada

0 20 40 60 80 100 120

0 1 2 3 4 Total

Kluster Desa/Kelurahan 75

55.8

44.2 50

70 57 12.5

10.8

5.8 5

7.5 1.7 8.8

0.8

0.8 12.5

31.7

49.2 45

22.5

33.5 Tidak ada saluran

Tidak dapat dipakai,

saluran kering

Tidak Berfungsi

Berfungsi

(23)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 23 Dari hasil pengamatan pada klaster 0 SPAL yang berfungsi sebanyak 75 %, dan masing-masing sebesar 12,5 % tidak ada saluran dan SPAL tidak berfungsi. Begitu pula pada klaster 4 SPAL yang berfungsi sebesar 70 %, sebaliknya sebesar 22,5 % tidak ada saluran dan sebesar 7,5 % SPAL tidak berfungsi. Dan pada klaster 1, klaster 2, dan klaster 3 rata-rata sebagian SPAL berfungsi dengan persentase sebesar 50 %, sisanya SPAL tersebut bermasalah.

Terkait dengan masalah hal tersebut dari hasil pengamatan (lihat grafik 3.4.7) didapatkan beberapa masalah mengapa SPAL ada yang tidak berfungsi lebih banyak SPAL tersebut tidak bersih dari sampah, tapi masih dapat mengalir dengan persentase sebesar 36,2 %, dan 31, 5 % tidak ada saluran. Sebaliknya SPAL yang selalu bersih hanya memilki persentase sebesar 23,2 %.

Grafik 3.4.7 Persentase Pencemaran Saluran Pembuangan Air Limbah di Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

Pada saat pengamatan dilakukan klaster 2 hampir sebagian yang tidak memiliki SPAL dengan persentase sebesar 51,7 %, dan sebesar 25 % tidak bersih dari sampah, sebaliknya yang bersih hanya 22,5 %.

Demikian juga terjadi pada klaster 0 sebesar 55 % tidak bersih dari sampah tapi masih dapat mengalir sebaliknya saluran yang bersih hanya sebesar 23,8 %. Begitu pula pada klaster 3 dan klaster 4 saluran yang tidak bersih tapi masih dapat mengalir masing- masing sama memiliki persentase sebesar 40 %, untuk kepemilkan SPAL yang terbanyak

0 10 20 30 40 50 60

0 1 2 3 4 Total

Kluster Desa/Kelurahan

23.8 26.7 22.5 5

32.5 23.2

55 32.5

25

40 40 36.2

10 9.2 0

5 5

5.8

0 3.3 0.8

15 5

3.2

11.2

28.3

51.7 35

17.5

31.5

Tidak ada saluran

Tidak bersih dari sampah, tapi saluran kering

Tidak bersih dari sampah, saluran tersumbat

Tidak bersih dari sampah, tapi masih dapat mengalir

Ya, bersih atau hampir selalu

bersih

(24)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 24 tidak memiliki SPAL terdapat pada klaster 3 sebesar 35 %. Untuk lebih jelas kondisi area berisiko terjainya genangan air berdasarkan hasil studi EHRA (lihat tabel 3.4.8).

Tabel 3.4.8 Area Berisiko Genangan Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA di Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

KATEGORI

Klaster Desa/Kelurahan Total

0 1 2 3 4 n %

n % n % n % n % n %

Ada genangan

air (banjir) 39 48,8 45 37,5 27 22,5 14 35 27 67,5 152 38 Tidak ada

genangan air 41 51,2 75 62,5 93 77,5 26 65 13 32,5 248 62 JUMLAH 80 100 120 100 120 100 40 100 40 100 400 100

3.5 Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga

Air minum merupakan bahan dasar kebutuhan manusia, namun kondisi sumber air dari segi kualitasnya semakin kedepan semakin menurun, hal ini terjadi karena disebabkan banyak sekali sumber-sumber pencemaran lingkungan yang akhirnya berdampak pada kualitas air, dari fisik, kimia, dan biologi.

Sehingga sangatlah perlu dilakukannya pengendalian untuk mengatasi sumber pencemaran air tersebut, akan tetapi lingkungan pemukiman yang tata kelola sanitasinya kurang mulai dari pengelolaan sampah, limbah rumah tangga dan perilaku masyarakat yang kurang menjaga lingkungan akan menjadi penyebab yang nyata. Maka dari itu pengelolaan air bersih rumah tangga harus diterapkan agar masalah air bersih dapat teratasi dengan efektif.

3.6 Perilaku Higiene dan Sanitasi

Penerapan perilaku higiene dan sanitasi kepada masyarakat sangat perlu dijalankan karena hal ini menjadi kebutuhan yang sangat penting untuk selalu menjaga kesahatan pribadi maupun lingkungan sekitar, karena jika suatu individu mengetahui kegiatan higiene sanitasi tetapi tidak melakukan suatu aksi tersebut, akan menjadi percuma karena penerapan perilaku tersebut harus sampai perlakuan yang sesuai dengan pengetahuan tentang higiene sanitasi.

Misalkan saja praktek cuci tangan pakai sabun (CTPS), jika saja suatu individu

mengetahui tata caranya tetapi tidak dilakukan akan percuma. Bisa juga terjadi, suatu

individu sudah ingin melakukan aksi tersebut tetapi tidak adanya ketersediaan sarana

CTPS di jamban sehingga menjadi sia-sia.

(25)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 25 Diagram 3.6.1 Cuci Tangan Pakai Sabun di Lima Waktu Penting

Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

Dengan hasil wawancara dengan responden, cuci tangan pakai sabun sangat di tidak diperdulikan karena telah menjadi kebiasaan warga, mayoritas responden yang melakukan cuci tangan pakai sabun sebesar 98,5 %, namun sebaliknya yang menggunakan sabun di setiap cuci tangan setelah beraktifitas memiliki persentase sebesar 1,5 %.

Sehingga sangat perlu dilakukan himbauan perilaku hidup bersih dan sehat terhadap warga terutama cuci tangan pakai sabun agar terhindar dari macam penyakit.Beberapa masalah terjadi dari hasil wawancara untuk permasalahan CTPS tersebut, ialah hanya sedikit responden melakukan banyak aktivitas tetapi tidak melakukan CPTS misalkan : setelah memegang hewan, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyiapi anak, setelah menyeboki anak, dan banyak lainnya.

Grafik 3.6.2 Waktu Melakukan Cuci Tangan Pakai Sabun di Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

98.5 1.5

Tidak Ya

0 10 20 30 40 50 60 70 80 Sebelum ke toilet

Setelah menceboki bayi/anak Setelah dari buang air besar Sebelum makan Setelah makan Sebelum memberi menyuapi anak Sebelum menyiapkan masakan Setelah memegang hewan Sebelum sholat Lainnya

0.5 11.5

31.8

77 63.5 5.8

8.2 10.8 5

8.2

(26)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 26 Hasil wawancara tersebut akhirnya memiliki banyak pendapat dan perbedaan antar responden, yaitu persepsi muncul pada responden yang menganggap penting CTPS, dilakukan pada saat tertentu seperti pada saat sebelum makan dengan persentase sebesar 77 %, dan setelah makan dengan persentase sebesar 63,5 %.

Akan tetapi aktivitas lain yaitu pada saat setelah memegang hewan yang melakukan CTPS hanya sebesar 10,8 %, sebelum menyiapkan masakan sebesar 8,2 %, sebelum memberi/ menyuapi anak hanya sebesar 5,8 %, dan sebesar 31,8 % melakukan CTPS setelah buang air besar.

Selanjutnya hasil mengenai praktik Buang Air Besar Sembarangan (BABS) beberapa responden mengakui melakukan praktek tersebut sebesar 37,8 %, hal ini akan menimbulkan permasalahan baru yang berdampak pada lingkungan sekitar dan perilaku hidup bersih sehat pada individu tersebut.

Grafik 3.6.3 Persentase Praktik BABS di Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

Jika diperhatikan dari cluster secara umum sebagian tidak melakukan praktek buang air besar sembarangan akan tetapi beberapa yang melakukan BABS dan yang tertinggi terdapat di cluster 0 dengan persentase sebesar 48,8 %, kemudian cluster 1(satu) sebesar 41,7 %, sebesar 34,2 % responden yang melakukan BABS di cluster 2(dua). Selanjutnya persentase sebesar 27,5 % terdapat di cluster 4(empat), dan yang terkecil di cluster 3(tiga) dengan persentase sebesar 25 % yang melakukan buang air besar sembarangan. Demikian area berisiko perilaku higiene dan sanitasi berdasarkan hasil studi EHRA di Kabupaten Penajam Paser Utara tahun 2013 (lihat tabel 3.6.4)

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0 1 2 3 4 Total

Kluster Desa/Kelurahan 48.8 41.7 34.2

25 27.5 37.8 51.2 58.3 65.8

75 72.5 62.2

Tidak

Ya, BABS

(27)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 27 Tabel 3.6.4 Area Berisiko Perilaku Higiene dan Sanitasi Berdasarkan

Hasil Studi EHRA di Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

VARIABEL KATEGORI

Klaster Desa/Kelurahan Total

0 1 2 3 4 n %

n % n % n % n % n %

CTPS di lima waktu penting

Tidak 79 98,8 115 95,8 120 100 40 100 40 100 394 98,5

Ya 1 1,2 5 4,2 0 0 0 0 0 0 6 1,5

JUMLAH 80 100 120 100 120 100 40 100 40 100 400 100 Apakah lantai dan

dinding jamban bebas dari tinja

Tidak 29 36,2 50 41,7 44 36,7 2 5 9 22,5 134 33,5

Ya 51 63,8 70 58,3 76 63,3 38 95 31 77,5 266 66,5

JUMLAH 80 100 120 100 120 100 40 100 40 100 400 100 Apakah jamban

bebas dari kecoa dan lalat?

Tidak 35 43,8 30 25 74 61,7 9 22,5 13 32,5 161 40,2

Ya 45 56,2 90 75 46 38,3 31 77,5 27 67,5 239 59,8

JUMLAH 80 100 120 100 120 100 40 100 40 100 400 100

Keberfungsian penggelontor.

Tidak 40 50 37 30,8 57 47,5 9 22,5 10 25 153 38,2

Ya, berfungsi 40 50 83 69,2 63 52,5 31 77,5 30 75 247 61,8

JUMLAH 80 100 120 100 120 100 40 100 40 100 400 100 Apakah terlihat ada

sabun di dalam atau di dekat jamban?

Tidak 45 56,2 52 43,3 59 49,2 15 37,5 13 32,5 184 46

Ya 35 43,8 68 56,7 61 50,8 25 62,5 27 67,5 216 54

JUMLAH 80 100 120 100 120 100 40 100 40 100 400 100 Pencemaran pada

wadah penyimpanan dan penanganan air

Ya, tercemar 16 20 14 11,7 34 28,3 8 20 6 15 78 19,5

Tidak tercemar 64 80 106 88,3 86 71,7 32 80 34 85 322 80,5

JUMLAH 80 100 120 100 120 100 40 100 40 100 400 100 Perilaku BABS Ya, BABS 39 48,8 50 41,7 41 34,2 10 25 11 27,5 151 37,8

Tidak 41 51,2 70 58,3 79 65,8 30 75 29 72,5 249 62,2

JUMLAH 80 100 120 100 120 100 40 100 40 100 400 100

3.7 Kejadian Penyakit Diare

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan, hal ini terjadi karena faktor lingkungan yang telah tercemar. Seperti sumber air minum yang tercemar oleh ulah manusia itu sendiri, misalkan saja saluran pembuangan air limbah yang tidak dikelola dengan baik, seperti tidak memiliki SPAL, Septik tank (limbah domestik), melakukan praktik BABS dan lain sebagainya.

Sehingga bakteri, bahan kimia, dan sumber pencemar yang lain, kemudian mencemari sumber air tersebut hingga akhirnya dikonsumsi oleh manusia sehingga dapat menimbulkan penyakit terutama diare.

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Hari ini Kemarin 1 minggu terakhir

1 bulan terakhir

3 bulan terakhir

6 bulan yang

lalu

Lebih dari 6 bulan yang

lalu

Tidak pernah 0.2 0.5 1.2 6.8

3 2.8

9.8

75.8

(28)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 28 Grafik 3.7.1 Waktu Terjadi Kasus Diare Pada Keluarga Responden

Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

Dari hasil wawancara dengan responden mengenai kasus diare pernah terjadi yang dialami keluarga responden, mayoritas tidak pernah dengan persentase sebesar 75,8 %. Akan tetapi lebih dari enam bulan keluarga responden terkena kasus diare terdapat pada beberapa responden dengan persentase 9,8 % dan enam bulan terakhir sebesar 2,8 %, selanjutnya sebesar 6,8 % 1 bulan terakhir terdapat kasus, 3 bulan terakhir terjadi kasus sebesar 3 %, kasus 1 minggu terakhir sebesar 1,2 %, dan sisanya sebesar 0,7 % baru saja terjadi kasus diare. Berdasarkan hasil studi EHRA (lihat tabel 3.7.2) dapat menjadi penilaian.

Tabel 3.7.2 Kasus Diare Pada PendudukBerdasarkan Hasil Studi EHRA Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

VARIABEL KATEGORI

Klaster Desa/Kelurahan Total

0 1 2 3 4 n %

n % n % n % n % n %

Kapan waktu paling dekat anggota keluarga ibu terkena Diare

Hari ini 0 0 0 0 1 0,8 0 0 0 0 1 0,2

Kemarin 0 0 1 0,8 1 0,8 0 0 0 0 2 0,5

1 minggu terakhir 1 1,2 2 1,7 2 1,7 0 0 0 0 5 1,2

1 bulan terakhir 10 12,5 13 10,8 3 2,5 0 0 1 2,5 27 6,8

3 bulan terakhir 2 2,5 3 2,5 3 2,5 4 10 0 0 12 3

6 bulan yang lalu 2 2,5 2 1,7 6 5 1 2,5 0 0 11 2,8

Lebih dari 6 bulan

yang lalu 20 25 10 8,3 7 5,8 0 0 2 5 39 9,8

Tidak pernah 45 56,2 89 74,2 97 80,8 35 87,5 37 92,5 303 75,8 JUMLAH 80 99,9 120 100 120 99,9 40 100 40 100 400 100

3.8 Indeks Risiko Sanitasi (IRS)

Resiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan, dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat.

Maksud dari penetapan area berisiko adalah mengklasifikasikan dan memetakan area (desa/kelurahan) yang berada dalam Kabupaten Paser berdasarkan tingkat/derajat resiko sanitasi. Klasifikasi area berdasarkan tingkat resiko kesehatan lingkungan ini akan menjadi salah satu pertimbangan atau kriteria dalam menentukan prioritas pelaksanaan program/kegiatan pembangunan dan pengembangan sistem sanitasi.

Data yang digunakan untuk proses penetapan area berisiko pada kajian ini

merupakan data primer yang diperoleh melalui survei studi EHRA yang telah dilakukan di

beberapa desa/kelurahan di Kabupaten Penajam Paser Utara sebagai perwakilan wilayah

klaster terkait dengan kualitas, kuantitas, kontinuitas penggunaan dari sarana dan

prasarana sanitasi, serta perilaku hidup bersih dan sehat. Observasi atau kunjungan ke

(29)

Kabupaten Penajam Paser Utara | Tahun 2013 29 desa/kelurahan sangat dianjurkan untuk memastikan hasil proses penetapan area berisiko.

Untuk membantu proses penilaian dan pemetaan cepat sanitasi Kabupaten Penajam Paser Utara telah disiapkan kerangka entri dan analisa menggunakan tabel/sheet yang dijalankan dengan menggunakan perangkat lunak MS Excel. Perangkat ini digunakan karena murah dan mudah dijalankan oleh anggota Pokja Sanitasi Kabupaten Paser.

Dimana parameter yang akan dimasukkan kedalam perangkat lunak tersebut merupakan data-data hasil pengolahan studi EHRA yang telah dilakukan sebelumnya mengenai beberapa aspek yang menjadi faktor penentu penilaian resiko kesehatan lingkungan yakni pengelolaan sampah rumah tangga, pembuangan air limbah domestik, drainase lingkungan sekitar rumah dan banjir, pengelolaan air bersih rumah tangga, hingga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS/Higiene) yang kemudian diinput kedalam matriks/table EHRA.

Matriks/tabel EHRA adalah instrumen (tabel excel) yang memperlihatkan resiko kesehatan lingkungan desa/kelurahan sebuah kota/kabupaten dan dibuat untuk membantu Pokja Sanitasi dalam menilai dan memetakan kondisi sanitasi menggunakan data hasil studi EHRA. Matriks ini terdiri dari kolom-kolom yang menunjukkan desa-desa atau kelurahan di Kabupaten Penajam Paser Utara Paser, dan baris yang memperlihatkan komponen risiko kesehatan dan lingkungan beserta parameter dan alasan pemilihan parameter, dengan langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. Langkah 1 :

Entri nama-nama desa/kelurahan ke dalam matriks/tabel yang disediakan.

2. Langkah 2

Menyepakati dan meng-entri parameter dan alasan penetapan risiko bersama-sama anggota pokja.

Parameter adalah nilai batas atas yang menentukan risiko yang tak dapat ditolerir atau bukan risiko. Sebagai contoh, jika kita melihat kelangkaan air (risiko nomer dua) terlihat parameternya adalah “>25%, risiko” berarti jika 25% atau lebih populasi desa/kelurahan mengalami kelangkaan air maka ini dianggap risiko.

Parameter ditetapkan untuk memperkecil subyektivitas hasil EHRA. Parameter adalah

tingkat risiko minimum dan maksimum yang disepakati dan berlaku bagi semua

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis mengambil kesimpulan dari hasil perhitungan uji F bahwa secara simultan, variabel sistem penghargaan (X) memberi

Untuk Indikator Indeks Kepuasan Masyarakat realisasi pada tahun 2013 sebesar 78,68% dari target sebesar 78,00%, telah mencapai target, Indeks Kepuasan Masyarakat

1) Kuadran I: merupakan posisi yang sangat menguntungkan dengan memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus dilakukan

a) Melayani kebutuhan perdagangan internasional dari daerah dimanapun pelabuhan tersebut berada. b) Membantu agar berjalannya roda perdagangan dan pengembangan

Tahapan dalam penyusunan program ekowisata kerajinan adalah mengidentifikasi sumber daya ekowisata kerajinan tangan yang berpotensi untuk kegiatan wisata,

Jember, 28 Agustus 2015 Direktur Pascasarjana IAIN

- Bahwa hasil dari pemungutan suara tersebut adalah tidak ada pemegang saham atau kuasa pemegang saham yang menyatakan suara tidak setuju dan/atau abstain atas usulan