• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENYAJIAN DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PENYAJIAN DATA"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

62

Pada bab ini akan dideskripsikan mengenai data setiap variabel yang diukur dalam penelitian ini didasarkan hasil jawaban kuesioner yang telah diberikan kepada responden, yaitu para remaja di Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali. Terdapat variabel yang diukur terdiri dari variabel independen (X) yaitu komunikasi terpersonal, variabel dependen (Y) pergeseran bahasa Jawa Masing-masing variabel tersebut diberi penilaian tertentu sesuai dengan tanggapan dan jawaban yang ada pada kuesioner.

A. Karakteristik

1. Gambaran Umum Responden

Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah para remaja di Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali dengan jumlah sampel sebanyak 98 responden. Pemilihan responden dibedakan atas usia, pendidikan, asal domisili dan jenis kelamin. Penggunaan metode ini bertujuan agar semua ciri-ciri populasi yang heterogen dapat terwakili dalam setiap lapisan. Untuk dapat menggambarkan secara tepat sifat populasi yang heterogen, populasi yang telah didapat peneliti di bagi ke dalam beberapa kategori dengan menggunakan teknik pengambilan sampel Cluster Sampling.

(2)

2. Distribusi responden a. Usia

Distribusi responden usia memegang peran sangat penting karena usia sebagai batas usia remaja yang digunakan sebagai sampel dalam objek penelitian dari adanya komunikasi interpersonal yang digunakan dalam proses berinteraksi mempengaruhi pergeseran bahasa Jawa di Kecamatan Simo.

Tabel 3.1

Distribusi Responden Menurut Usia Usia Frekuensi Prosentase

16 8 8,2% 17 6 6,1% 18 12 12,2% 19 18 18,4% 20 26 26,5% 21 28 28,6% Jumlah 98 100%

Sumber: Data primer yang diolah 2016

Pada penelitian ini terdapat 6 kategori usia responden. Hasil penghitungan dari Tabel 3.1 menunjukkan bahwa usia 16 tahun dengan prosentase 8,2%, usia 17 tahun prosentase terendah yakni 6,1%, usia 18 tahun jumlah prosentasenya 12,2%, usia 19 tahun dengan prosentase 18,4%, usia 20 tahun sebanyak 26,5% dan usia remaja 21 tahun memegang responden tertinggi dengan jumlah prosentasenya sebanyak 28,6%.

(3)

b. Pendidikan

Distribusi responden pedidikan digunakan untuk mengetahui remaja yang menjadi sampel sedang menuntut ilmu di SMA atau sedang duduk di bangku kuliah. Dimana dari segi pendidikan dapat dilihat domisili responden saat ini.

Melihat rata-rata remaja di Kecamatan Simo banyak yang meninggalkan daerah asalnya secara sementara untuk menuntut ilmu di Kota atau Negara lain merupakan salah satu faktor terjadinya pergeseran bahasa Jawa. Hal ini terjadi karena para remaja harus berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan barunya dan tidak dapat di hindari harus menyesuaikan diri dengan cara proses komunikasi interpersonal dengan orang lain.

Tabel 3.2

Distribusi Responden Menurut Pendidikan Pendidikan Frekuensi Prosentase

SMA 18 18,4%

Mahasiswa 80 81,6%

Jumlah 98 100%

Sumber: Data primer yang diolah 2016

Pada karakteristik pendidikan data dari responden menunjukkan remaja dengan pendidikan SMA berjumlah 18,4% dan remaja yang sedang menempuh pendidikan sebagai mahasiswa sebanyak 81,6%. Dari data tersebut dapat dianalisis bahwa dari 80 responden merupakan remaja yang duduk di bangku perguruan tinggi.

(4)

c. Asal Domisili

Asal domisili merupakan karakteristik responden yang bertempat tinggal asal pada suatu wilayah tertentu. Pada penelitian ini mengambil lokasi di Kecamatan Simo kabupaten Boyolali.

Tabel 3.3

Distribusi Responden Kelurahan Kelurahan Frekuensi Prosentase

Bendungan 5 5,1% Blagung 13 13,3% Gunung 7 7,1% Kedunglengkong 7 7,1% Pelem 15 15,3% Pentur 8 8,2% Simo 6 6,1% Sumber 9 9,2% Talakbroto 3 3,1% Temon 4 4,1% Teter 8 8,2% Walen 7 7,1% Wates 6 6,1% Jumlah 98 100%

Sumber: Data primer yang diolah 2016

Berdasarkan data yang terkumpul dari 98 responden, terdapat 13 Kelurahan yang terhimpun dalam satu Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali. Dari data tersebut responden dengan asal domisili paling sedikit yakni Kelurahan Talakbroto dengan prosentase 3,1% dan responden tertinggi berasal dari Kelurahan Pelem yakni dengan prosentase 15,3%.

(5)

d. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu karakteristik responden. Karakteristik menurut jenis kelamin ini untuk mengetahui identitas responden yang diambil di dominasi oleh laki-laki atau perempuan.

Tabel 3.4

Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase

Laki-laki 40 40,8%

Perempuan 58 59,2%

Jumlah 98 100%

Sumber: Data primer yang diolah 2016

Berdasarkan dari Tabel 3.4 jumlah responden perempuan lebih banyak dibanding dengan responden laki-laki, hal ini dapat dilihat dari data primer yang telah diolah menunjukkan sebanyak 59,2% responden berjenis kelamin perempuan dan 40,8% jenis kelamin laki-laki.

Banyak atau sedikitnya responden menurut jenis kelamin ini tidak memiliki pengaruh yang cukup berarti dalam penelitian komunikasi interpersonal yang dilakukan remaja mempengaruhi pergeseran bahasa Jawa. Hal ini terjadi karena karakteristik tersebut bertujuan untuk melihat seberapa besar responden menurut jenis kelamin pada penelitian yang dilakukan.

(6)

B. Variabel Komunikasi Interpersonal (X)

Komunikasi Interpersonal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adanya komunikasi interpersonal yang dilakukan para remaja yang berdomisili di Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali yang sedang menuntut ilmu di daerah lain. Sehingga mau tidak mau harus melakukan adaptasi guna bersosialisasi dengan lingkungan barunya, dimana hal tersebut membuat para remaja mengenal, memahami dan menggunakan bahasa lain yang berbeda dengan daerah asalnya bahkan juga menggunakan bahasa kekinian yang saat ini sering di gunakan banyak remaja.

Guna melihat seberapa besar komunikasi interpersonal yang dilakukan para remaja di Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali, peneliti menggunakan 5 dimensi orientasi komunikasi interpersonal sebagai berikut:

1. Keterbukaan (openess)

2.

Empati (emphaty)

3.

Dukungan (supportness)

4.

Rasa positif (positiveness)

5.

Kesamaan (equality)

Dari 5 indikator tersebut, peneliti memecahnya menjadi 13 pernyataan berskala Likert bernilai 1 hingga 5. Skor 1 untuk pernyataan “Sangat Tidak Pernah”, skor 2 untuk “Tidak Pernah”, skor 3 untuk jawaban “Kadang-kadang”, skor 4 untuk pernyataan “Sering” dan skor 5 untuk jawaban “Selalu”. Berikut operasionalisasi dari indikator-indikator variabel komunikasi interpersonal tersebut:

(7)

1. Keterbukaan

a) Interaksi dengan seseorang yang berbeda bahasa.

b) Penggunaan media sebagai alat komunikasi yang efektif. c) Berusaha memahami bahasa kekinian.

d) Pengunaan bahasa kekinian.

e) Menambah kosa kata bahasa kekinian. 2. Empati

a) Dapat berbagi pengalaman di lingkungan baru.

b) Dapat merasakan apa yang sedang dirasakan seseorang. 3. Dukungan

a) Senang melihat penamaan dengan menggunakan bahasa kekinian. b) Menerima dan memberikan dukungan pada hal baru.

4. Rasa positif (positiveness)

a) Berpikiran positif pada pengunaan bahasa Kekinian. b) Mampu membantu mengambil keputusan secara tepat. 5. Kesamaan (equality)

a) Mampu berbagi cerita pengalaman pribadi. b) Penggunaan bahasa kekinian.

(8)

1. Keterbukaan

Mengukur tingkat indikator keterbukaan, melalui pertanyaan kuesioner nomor A1, A2, A3, A4 dan A5.

Pertanyaan kuesioner A1 “Apakah anda melakukan interaksi dengan seseorang yang berbeda bahasa dengan anda?” Data selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.5

Interaksi Dengan Seseorang yang Berbeda Bahasa.

Sumber: Kuesioner Nomor A1

Pada Tabel 3.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan “sering” dalam melakukan interaksi dengan seseorang yang berbeda bahasa yaitu sebanyak 59 responden (60,2%). Hal ini dapat di simpulkan bahwa interaksi yang dilakukan remaja di Kecamatan Simo yang sedang menuntut ilmu di daerah lain yakni sering melakukan interaksi dengan seseorang yang berbeda bahasa.

Interaksi disini menggunakan proses komunikasi yang didalamnya terdapat komunikasi interpersonal dimana antara komunikan dan komunikator saling berkomunikasi dengan menggunakan bahasa sebagai alat untuk penyampain pesan dan mendapatkan umpan balik pada saat itu

Kategori Frekuensi Prosentase

Selalu 5 5,1%

Sering 59 60,2%

Kadang-kadang 22 22,4%

Tidak Penah 6 6,1%

Sangat Tidak Penah 6 6,1%

(9)

juga. Namun adanya perkembangan teknologi saat ini, Proses penyampaian pesan dapat melalui telephone, media cetak dan media elektronik sebagai alat komunikasi.

Pertanyaan kuesioner A2 “Apakah anda menggunakan teknologi seperti telephone, media cetak dan media elektronik sebagai alat komunikasi yang efektif?” Data selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.6

Penggunaan Media Sebagai Alat Komunikasi Yang Efektif Kategori Frekuensi Prosentase

Selalu 0 0%

Sering 5 5,1%

Kadang-kadang 14 14,3%

Tidak Penah 67 68,4%

Sangat Tidak Penah 12 12,2%

Jumlah 98 100%

Sumber: Kuesioner Nomor A2

Dari hasil penghitungan dalam Tabel 3.6 menunjukkan bahwa sebanyak 67 responden (68,4%) menyatakan “tidak pernah” terhadap pertanyaan nomor A2. Prosentase “tidak pernah” yang besar dalam penggunaan media sebagai alat komunikasi menunjukkan bahwa teknologi seperti handphone, media cetak dan media elektronik bukan merupakan alat komunikasi yang efektif yang digunakan untuk berkomunikasi di kalangan remaja pada Kecamatan Simo.

Berdasarkan data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadinya pergeseran bahasa Jawa dikalangan remaja pada Kecamatan Simo tidak dipengaruhi oleh kehadiran teknologi dan informasi seperti telephone,

(10)

media cetak dan media elektronik. Hal tersebut terjadi karena sejatinya komunikasi yang efektif digunakan dalam berkomunikasi adalah komunikasi interpersonal.

Pertanyaan kuesioner A3 “Ketika teman anda sedang memperbincangkan sesuatu dengan menggunakan bahasa kekinian sehingga membuat anda sulit untuk memahami, apakah anda akan berusaha memahami bahasa kekinian tersebut?” Data selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.7

Berusaha Memahami Bahasa Kekinian Kategori Frekuensi Prosentase

Selalu 2 2%

Sering 80 81,6%

Kadang-kadang 10 10,2%

Tidak Penah 6 6,1%

Sangat Tidak Penah 0 0%

Jumlah 98 100%

Sumber: Kuesioner Nomor A3

Berdasarkan Tabel 3.7, ditunjukkan bahwa sebanyak 80 responden (81,6%) menyatakan “sering” dalam berusaha memahami perbincangan pada penggunaan bahasa kekinian dan “sangat tidak pernah” 0 responden (0%). Hal ini mengindikasikan bahwasannya setiap remaja yang sedang melakukan komunikasi dan tidak mengetahui arti dari makna bahasa kekinian tersebut berusaha untuk memahami pengunaan bahasa kekinian yang saat ini sedang marak digunakan di kalangan remaja.

Dari cara seseorang remaja yang berusaha memahami bahasa kekinian akan memberikan dampak kepada remaja untuk menggunakan

(11)

bahasa kekinian yang telah di pahaminya, hal ini dapat dilihat pada kuesioner selanjutnya.

Pertanyaan kuesioner A4 “Ketika anda memiliki teman yang berkomunikasi menggunakan bahasa kekinian, apakah anda akan ikut menggunakan bahasa yang digunakannya?” Data selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.8

Penggunaan Bahasa Kekinian

Kategori Frekuensi Prosentase

Selalu 36 36,7%

Sering 39 39,8%

Kadang-kadang 19 19,4%

Tidak Penah 4 4,1%

Sangat Tidak Penah 0 0%

Jumlah 98 100%

Sumber: Kuesioner Nomor A4

Dari hasil penghitungan dalam Tabel 3.8 menunjukkan bahwa sebanyak 39 responden (39,8%) menyatakan “sering”, 36 responden (36,7%), 19 responden (19,4%) terhadap pertanyaan nomor A2. Prosentase “sering” dan “selalu” yang besar dalam penggunaan bahasa kekinian sebagai alat komunikasi menunjukkan bahwa remaja di Kecamatan Simo banyak yang menggunakan bahasa kekinian. Hal ini di pengaruhi oleh lawan bicara yang menggunakan bahasa kekinian sehingga para remaja secara sadar atau tidak, turut serta dalam menggunakan bahasa kekinian.

Dalam penggunaan bahasa kekinian itu sendiri tak jarang menimbulkan multitsfsir dimana kata-kata yang digunakan merupakan bahasa yang saat ini sedang populer. Oleh karena itu untuk mengetahui

(12)

seberapa besar para remaja mencari tau dan menggunakan tidaknya bahasa kekinian dapat dilihat pada pertanyaan berikutnya.

Pertanyaan kuesioner A5 “Apabila anda merasa bingung dan kurang mengerti dengan apa yang dibicarakan seorang teman yang menggunakan istilah bahasa kekinian, apakah anda mencoba untuk mendapatkan penjelasan pada saat itu juga?” Data selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.9

Menambah Kosa Kata Bahasa Kekinian Kategori Frekuensi Prosentase

Selalu 36 36,7%

Sering 45 45,9%

Kadang-kadang 13 13,3%

Tidak Penah 3 3,1%

Sangat Tidak Penah 1 1%

Jumlah 98 100%

Sumber: Kuesioner Nomor A5

Dari hasil penghitungan dalam Tabel 3.9 menunjukkan bahwa sebanyak 45 responden (45,9%) menyatakan “sering” dan 36 responden menyatakan “selalu” terhadap pertanyaan nomor A5. Artinya dari hasil prosentase tersebut menunjukkan bahwa setiap remaja memiliki keaktifan dalam menambah kosa kata bahasa kekinian yang dilakukan dalam kehidupan bersosialisasi dengan lingkungan barunya.

Kesimpulan dari hasil data di atas yakni remaja mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi pada bahasa kekinian yang digunakan oleh lawan bicaranya.

(13)

2. Empati

Mengukur tingkat indikator Empati, melalui pertanyaan kuesioner nomor A6 dan A7.

Pertanyaan kuesioner A6 “Di lingkungan pendidikan anda memiliki teman yang berbeda-beda bahasa, apakah anda merupakan seseorang yang dapat berbagi pengalaman tentang bahasa anda kepada teman anda?” Data selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.10

Dapat Berbagi Pengalaman di Lingkungan Baru Kategori Frekuensi Prosentase

Selalu 23 23,5%

Sering 46 46,9%

Kadang-kadang 20 20,4%

Tidak Penah 7 7,1%

Sangat Tidak Penah 2 2%

Jumlah 98 100%

Sumber: Kuesioner Nomor A6

Dari hasil penghitungan dalam Tabel 3.10 menunjukkan bahwa sebanyak 46 responden (46,9%) menyatakan “sering” dan 23 responden (23,5%) menyatakan “selalu” terhadap pertanyaan nomor A6. Dapat di interpretasikan bahwa remaja yang asal domisilinya dari Kecamatan Simo mampu berbagi pengalaman khususnya dalam hal penggunaan bahasa Jawa. Melihat cara seorang remaja yang dapat berbagi pengalaman mengenai bahasa daerahnya menandakan bahwa ia memiliki empati terhadap bahasa Jawa dan remaja memiliki tingkat kepedulian terhadap bahasa Jawa.

(14)

Pertanyaan kuesioner A7 “Apabila ada teman yang berbagi cerita mengenai kesedihannya dengan menggunakan bahasa kekinian, apakah anda akan larut dalam suasana tersebut?” Data selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.11

Dapat Merasakan Apa yang Sedang Dirasakan Seseorang Kategori Frekuensi Prosentase

Selalu 19 19,4%

Sering 43 43,9%

Kadang-kadang 26 26,5%

Tidak Penah 9 9,2%

Sangat Tidak Penah 1 1%

Jumlah 98 100%

Sumber: Kuesioner Nomor A7

Dari hasil penghitungan dalam Tabel 3.11 menunjukkan bahwa sebanyak 43 responden (43,9%) menyatakan “sering” dan 26 responden menyatakan “kadang-kadang” dan 19 (19,4%) responden menyatakan “selalu” terhadap pertanyaan nomor A7. Dapat di interpretasikan bahwa remaja yang asal domisilinya dari Kecamatan Simo dapat memposisikan diri dalam keadaan sedih dan larut dalam suasana saat seseorang sedang berbagi kesedihan dengan menggunakan bahasa kekinian serta dapat mengesampingkan ego pribadi.

Keadaan memposisikan diri masuk dalam kesedihan yang di rasakan seorang teman tersebut berdasarkan empati yang muncul dalam diri responden yang ingin menghibur atau mengurangi rasa kesedihan yang dirasakan oleh temannya.

(15)

3. Dukungan

Mengukur tingkat indikator dukungan, melalui pertanyaan kuesioner nomor A8 dan A9.

Pertanyaan kuesioner A8 “Apakah anda merasa senang apabila melihat bahasa kekinian digunakan dalam penamaan toko, gedung, jalan dan lain-lain.” Data selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.12

Senang Melihat Penamaan dengan Menggunakan Bahasa Kekinian Kategori Frekuensi Prosentase

Selalu 15 15,3%

Sering 42 42,9%

Kadang-kadang 28 28,6%

Tidak Penah 13 13,3%

Sangat Tidak Penah 0 0%

Jumlah 98 100%

Sumber: Kuesioner Nomor A8

Berdasarkan hasil penghitungan dalam Tabel 3.12 menunjukkan bahwa sebanyak 42 responden (42,9%) menyatakan “sering” dan 28 responden (28,6%) menyatakan “kadang-kadang” dan 15 (15,3%) responden menyatakan “selalu” terhadap pertanyaan nomor A8. Dapat disimpulkan bahwa remaja di Kecamatan Simo senang memberikan penamaan pada sebuah tempat, toko ataupun galeri dengan menggunakan bahasa kekinian. Hal ini di pengaruhi adanya bahasa kekinian yang mengusung tema kebarat-baratan sehingga remaja senang apabila melihat bahasa kekinian yang digunakan dalam penamaan toko, gedung, dan jalan karena dengan merasa senang maka akan mendapatkan pengakuan atau anggapan bahwa bahwa mengikuti trend yang saat ini sedang in.

(16)

Pertanyaan kuesioner A9 “Ketika anda bersosialisasi dengan lawan bicara yang berbeda bahasa dengan anda, apakah anda akan ikut menggunakan bahasa yang digunakan lawan bicara?.” Data selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.13

Menerima dan Memberikan Dukungan pada Hal Baru Kategori Frekuensi Prosentase

Selalu 19 19,4%

Sering 34 34,7%

Kadang-kadang 25 25,5%

Tidak Penah 20 20,4%

Sangat Tidak Penah 0 0%

Jumlah 98 100%

Sumber: Kuesioner Nomor A9

Berdasarkan hasil penghitungan dalam Tabel 3.13 menunjukkan bahwa sebanyak 34 responden (34,7%) menyatakan “sering” dan 25 responden (25,5%) menyatakan “kadang-kadang” 20 responden (20,4%) menyatakan “tidak pernah, 19 (19,4%) responden menyatakan “selalu” dan 0 responden (0%) menyatakan “sangat tidak pernah” terhadap pertanyaan nomor A9. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa pada saat remaja bersosialisasi di lingkungan barunya menggunakan bahasa dari lawan bicaranya, yang bernotabene berbeda bahasa. Dalam hal ini sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian bahwa seseorang remaja melakukan proses akomodasi komunikasi. Namun ada beberapa remaja yang tidak menggunakan bahasa yang digunakan lawan bicaranya. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan kategori “kadang-kadang” dan “tidak pernah” jika di jumlah hasilnya 45 responden dengan prosentase (45,9%)

(17)

4. Rasa Positif

Mengukur tingkat indikator Rasa Positif melalui pertanyaan kuesioner nomor A10 dan A11.

Pertanyaan kuesioner A10 “Apakah anda merupakan seseorang yang selalu berpikiran positif pada bahasa kekinian yang saat ini sedang marak digunakan banyak remaja?” Data selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.14

Berpikiran positif pada Pengunaan Bahasa Kekinian. Kategori Frekuensi Prosentase

Selalu 41 41,8%

Sering 40 40,8%

Kadang-kadang 14 14,3%

Tidak Penah 2 2%

Sangat Tidak Penah 1 1%

Jumlah 98 100%

Sumber: Kuesioner Nomor A10

Berdasarkan hasil penghitungan dalam Tabel 3.14 menunjukkan bahwa sebanyak 41 responden (41,8%) menyatakan “selalu” 40 responden (40,8%) menyatakan “sering”. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa banyak sekali remaja yang memiliki rasa positif pada bahasa kekinian yang saat ini sedang marak digunakan dikalangan remaja.

Berawal dari memiliki rasa positif terhadap bahasa kekinian merupakan langkah awal seorang remaja berasumsi bahwa bahasa kekinian sah-sah saja ketika digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Padahal adanya bahasa kekinian seringkali menimbulkan multitafsir saat digunakan dalam berkomunikasi.

(18)

Pertanyaan kuesioner A11 “Apabila ada seorang teman yang sedang dalam keadaan emosi dan membuatnya berbicara kasar, apakah anda akan menenangkannya?” Data selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.15

Mampu Membantu Mengambil Keputusan Secara Tepat Kategori Frekuensi Prosentase

Selalu 4 4,1%

Sering 43 43,9%

Kadang-kadang 23 23,5%

Tidak Penah 26 26,5%

Sangat Tidak Penah 2 2%

Jumlah 98 100%

Sumber: Data Primer Kuesioner Nomor A11

Berdasarkan hasil penghitungan dalam Tabel 3.15 menunjukkan bahwa sebanyak 4 responden (4,1%) menyatakan “selalu” 43 responden (43,9%) menyatakan “sering” dan 23 responden (23,5%) menyatakan “kadang-kadang”, 26 responden (26,5%) menyatakan “tidak pernah” dan 2 responden (2%) menyatakan “sangat tidak pernah”. Interpretasi dari tabel di atas menunjukkan bahwa ketika seorang remaja di hadapkan dengan adanya komunikasi interpersonal seseorang yang sedang bersih tegang maka akan tetap bersikap positif dan membantu mengambil keputusan secara tepat dengan cara menenangkan dan berpikiran positif tanpa ikut terpancing emosi. Namun disisi lain tak jarang pada saat remaja sedang dalam keadaan yang biasa saja maupun kurang baik sekalipun sering kali melempar kata-kata yang tidak seharusnya dikatakan (mengumpat) dinilai hal biasa saja dan wajar.

(19)

5. Kesamaan

Mengukur tingkat indikator kesamaan, melalui pertanyaan kuesioner nomor A12 dan A13.

Pertanyaan kuesioner A12 “Dalam berkomunikasi dengan seseorang yang berbeda lingkungan kata-kata dalam bahasa memiliki arti yang berbeda-beda sehingga dapat memunculkan perbedaan pemaknaan kata, apakah anda memiliki kegemaran untuk bercerita mengenai pengalaman pribadi anda kepada teman anda?” Data selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.16

Mampu berbagi cerita mengenai Pengalaman Pribadi Kategori Frekuensi Prosentase

Selalu 23 23,5%

Sering 46 46,9%

Kadang-kadang 20 20,4%

Tidak Penah 7 7,1%

Sangat Tidak Penah 2 2%

Jumlah 98 100%

Sumber: Kuesioner Nomor A12

Dari hasil penghitungan dalam Tabel 3.16 menunjukkan bahwa sebanyak 46 responden (46,9%) menyatakan “sering”, 23 responden (23.5%) menyatakan “selalu”, 20 responden (20,4%), 7 responden (7,1%) dan 2 responden (2%) terhadap pertanyaan nomor A12. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa meskipun terdapat perbedaan makna dalam kata, namun tak mengurungkan kegemaran para remaja dalam berbagi pengalaman pribadi kepada seseorang di lingkungan barunya.

(20)

Pertanyaan kuesioner A13 “Saat ini banyak istilah kata-kata kekinian, apakah anda dan teman-teman anda menggunakan bahasa kekinian dalam berkomunikasi?” Data selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.17

Penggunaan bahasa kekinian

Kategori Frekuensi Prosentase

Selalu 12 12,2%

Sering 35 35,7%

Kadang-kadang 26 26,5%

Tidak Penah 24 24,5%

Sangat Tidak Penah 1 1%

Jumlah 98 100%

Sumber: Kuesioner Nomor A13

Berdasarkan hasil penghitungan dalam Tabel 3.17 menunjukkan bahwa sebanyak 12 responden (12,2%) menyatakan “selalu” 35 responden (35,7%) menyatakan “sering” dan 26 responden (26,5%) menyatakan “kadang-kadang”, 24 responden (24,5%) menyatakan “tidak pernah” dan 1 responden (1%) menyatakan “sangat tidak pernah”. Interpretasi dari tabel di atas menunjukkan bahwa adanya penggunaan bahasa kekinian pada remaja di Kecamatan Simo berada dalam kategori tinggi, terbukti dengan prosentase “sering” mendapatkan nilai tertinggi dan “nilai tidak pernah” serta “sangat tidak pernah” cukup banyak dan selanjutnya diikuti kategori “kadang-kadang”. Hal ini menunjukkan bahwa eksistensi bahasa kekinian di kalangan remaja mendapatkan perhatian lebih dalam pengunaannya sebagai alat komunikasi.

(21)

Berikutnya untuk mengetahui total nilai variabel komunikasi interpersonal, jawaban-jawaban pertanyaan indikator dari kuesioner diklasifikasikan terlebih dahulu. Adapun skoring untuk klasifikasi jawaban adalah sebagai berikut:

- Skor 5 untuk alternatif jawaban teratas (Sangat Tinggi) - Skor 4 untuk alternatif jawaban kedua (Tinggi)

- Skor 3 untuk alternatif jawaban ketiga (Sedang) - Skor 2 untuk alternatif jawaban keempat (Rendah)

- Skor 1 untuk alternatif jawaban terbawah (Sangat Rendah)

Dari 13 pertanyaan yang diberikan, skor tertinggi adalah 5 dikali 13 item pertanyaan yaitu 65. Sedangkan skor terendah adalah 1 dikali 13 item pertanyaan yaitu 13. Sementara jumlah kelas yang ditentukan adalah 5. Sehingga perhitungannya adalah sebagai berikut:

Interval kelas = Nilai tertinggi – Nilai terendah Jumlah kelas

= 65 - 13 5 = 10,4

Dari perhitungan di atas, diketahui rentang nilai variabel komunikasi interpersonal adalah 10,4. Maka kategorisasi variabel X adalah sebagai berikut:

(22)

Tabel 3.18

Distribusi Frekuensi Variabel Komunikasi Interpersonal (X) No Rentan

Nilai Kategori Frekuensi Prosentase

1 54,6-65 Sangat Tinggi 8 8,2% 2 44,2-54,5 Tinggi 60 61,2% 3 33,8-44,1 Sedang 26 26,5% 4 23,4-33,7 Rendah 4 4,1% 5 13-23,3 Sangat Rendah 0 0% Jumlah 98 100%

Sumber : Kuesioner Nomor A1-A13

Berdasarkan tabel 3.18 di atas dapat disimpulkan bahwa variabel komunikasi interpersonal termasuk dalam kategori tinggi yaitu mencapai 61,2% atau 60 remaja dari jumlah keseluruahan 98 responden.

Adanya proses komunikasi interpersonal yang selalu dilakukan remaja dalam kehidupan sehari-hari saat tinggal di tempat perantauan membuat komunikasi yang dilakukan para remaja dapat berkomunikasi dengan baik di lingkungan barunya. Melihat tingginya proses komunikasi interpersonal pada variabel ini maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal sejatinya merupakan jenis komunikasi yang paling efektif yang digunakan dalam berkomunikasi..

C. Variabel Pergeseran Bahasa Jawa (Y)

Variabel Y ini terbagi atas tiga indikator, menggunakan struktur perilaku dalam komunikasi interpersonal yang mempengaruhi pergeseran bahasa Jawa yang terdiri dari tiga dimensi, yaitu:

(23)

2. Perilaku menurut kebiasaan (script behaviour) 3. Perilaku sadar (contrived behaviour)

Ketiga variabel tersebut diukur dengan penskalaan Likert dengan skala (SS : Sangat Setuju) akan diberi nilai 5; (S: Setuju) akan diberi nilai 4; (BS: Biasa Saja) akan diberi nilai 3; (TS : Tidak Setuju) akan diberi nilai 2; (STS: Sangat tidak Setuju) akan diberi nilai 1. Berikut operasionalisasi dari indikator-indikator variabel pergeseran bahasa Jawa tersebut:

1. Perilaku spontan (spontaneous behaviour) a) Kemampuan menguasai tata bahasa Jawa.

b) Penggunaan Bahasa Jawa dengan Bahasa Kekinian. c) Penggunaan bahasa Jawa sebagai bahasa daerah. 2. Perilaku menurut kebiasaan (script behaviour)

a) Penerapan ungah-ungguh bahasa Jawa dalam berkomunikasi. b) Penggunaan bahasa Jawa pada remaja sebagai sopan santun. c) Bahasa Jawa sebagai identitas Orang Jawa.

3. Perilaku sadar (contrived behaviour)

a) Penggunaan bahasa Jawa dalam bergaul. b) Pengunaan bahasa Jawa dengan teman sebaya.

(24)

1. Perilaku spontan (spontaneous behaviour)

Mengukur tingkat indikator perilaku spontan (spontaneous

behaviour), melalui pertanyaan kuesioner nomor B1, B2 dan B3.

Pertanyaan kuesioner B1 “Apakah anda menguasai tata bahasa Jawa dengan baik dan benar?” Data selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.19

Kemampuan Menguasai Tata Bahasa Jawa. Kategori Frekuensi Prosentase

Sangat Setuju 3 3,1%

Setuju 21 21,4%

Ragu-ragu 54 55,1%

Tidak Setuju 16 16,3%

Sangat Tidak Setuju 4 4,1%

Jumlah 98 100%

Sumber: Kuesioner Nomor B1

Berdasarkan hasil penghitungan dalam Tabel 3.19 menunjukkan bahwa sebanyak 3 responden (3,1%) menyatakan “sangat setuju” 21 responden (21,4%) menyatakan “setuju” dan 54 responden (55,1%) menyatakan “ragu-ragu”, 16 responden (16,3%) menyatakan “tidak setuju” dan 4 responden (4,1%) menyatakan “sangat tidak setuju”. Interpretasi dari tabel di atas menunjukkan bahwa bahasa Jawa sebagai bahasa daerah dimana Kecamatan Simo juga merupakan salah satu daerah yang menggunakan bahasa daerah tersebut. Namun pada hasil analisis dapat dilihat terdapat keraguan dalam pribadi masing-masing remaja dalam menguasai bahasa Jawa yang digunakan untuk berkomunikasi.

(25)

Pertanyaan kuesioner B2 “Menurut anda, apakah bahasa Jawa lebih mudah dipelajari daripada bahasa Kekinian.” Data selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.20

Penggunaan Bahasa Jawa dengan Bahasa Kekinian Kategori Frekuensi Prosentase

Sangat Setuju 3 3,1%

Setuju 13 13,3%

Ragu-ragu 54 55,1%

Tidak Setuju 23 23,5%

Sangat Tidak Setuju 5 5,1%

Jumlah 98 100%

Sumber: Kuesioner Nomor B2

Pada Tabel 3.20 menunjukkan bahwa sebanyak 3 responden (31,1%) menyatakan “sangat setuju” 13 responden (13,3%) menyatakan “setuju” dan 54 responden (55,1%) menyatakan “ragu-ragu”, 23 responden (23,5%) menyatakan “tidak setuju” dan 5 responden (5,1%) menyatakan “sangat tidak setuju”. Hasil tabel di atas memiliki arti bahwa para remaja di Kecamatan Simo ragu-ragu dengan adanya pertanyaan apakah bahasa Jawa lebih mudah dari pada bahasa kekinian, ini menandakan bahwa bahasa Jawa dan bahasa kekinian memiliki fungsi bahasa yang membuat para remaja di Kecamatan Simo bimbang dalam memilih. Namun pernyataan di atas dapat dibandingkan dari sangat setuju dan setuju apabila di jumlah hasilnya 16 responden (16,4%) sedangkan tidak setuju dan sangat setuju memegang nilai yang tinggi apabila di jumlah yakni 28 responden (28,6%) sehingga hasilnya bahasa Jawa memiliki tingkat kesulitan lebih di bandingkan bahasa kekinian.

(26)

Pertanyaan kuesioner B3 “Apakah bahasa Jawa termasuk bahasa yang kurang berbobot karena hanya merupakan bahasa daerah?.” Data selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.21

Bahasa Jawa sebagai Bahasa Daerah Kategori Frekuensi Prosentase

Sangat Setuju 3 3,1%

Setuju 18 18,4%

Ragu-ragu 57 58,2%

Tidak Setuju 15 15,3%

Sangat Tidak Setuju 5 5,1%

Jumlah 98 100%

Sumber: Kuesioner Nomor B3

Pada Tabel 3.21 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 3 responden (31,1%) menyatakan “sangat setuju” 18 responden (18,4%) menyatakan “setuju” dan 57 responden (58,2%) menyatakan “ragu-ragu”, 15 responden (15,3%) menyatakan “tidak setuju” dan 5 responden (5,1%) menyatakan “sangat tidak setuju”. Dari hasil pengolahan data di atas dapat di interpretasikan bahwa berbobot tidaknya bahasa Jawa sebagai bahasa daerah menjadi ke keraguan pada kalangan remaja. Hal ini terjadi karena para remaja telah mengenal bahasa lain di tempat barunya sehingga mengetahui ragam bahasa yang di gunakan teman-teman sebayanya yang memiliki latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda sehingga remaja di kecamatan Simo yang saat ini merantau demi melanjutkan pendidikan mengalami pergeseran bahasa Jawa. Hal ini tidak dapat di hindari karena remaja mau tidak mau harus berinteraksi dengan teman-teman di lingkungan barunya.

(27)

2. Perilaku menurut kebiasaan (script behaviour)

Mengukur tingkat indikator perilaku menurut kebiasaan (script

behaviour), melalui pertanyaan kuesioner nomor B4, B5 dan B6.

Pertanyaan kuesioner B4 “penggunaan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari penting untuk menunjukkan identitas sebagai orang Jawa?” Data selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.22

Penerapan ungah-ungguh bahasa Jawa dalam berkomunikasi. Kategori Frekuensi Prosentase

Sangat Setuju 3 3,1%

Setuju 18 18,4%

Ragu-ragu 57 58,2%

Tidak Setuju 15 15,3%

Sangat Tidak Setuju 5 5,1%

Jumlah 98 100%

Sumber: Kuesioner Nomor B4

Pada Tabel 3.22 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 3 responden (3,1%) menyatakan “sangat setuju” 18 responden (18,4%) menyatakan “setuju” dan 57 responden (58,2%) menyatakan “ragu-ragu”, 15 responden (15,3%) menyatakan “tidak setuju” dan 5 responden (5,1%) menyatakan “sangat tidak setuju”. Hasil pengolahan data remaja di Kecamatan Simo dapat di interpretasikan bahwa remaja berada pada tingkat keraguan dalam menganggap bahwa adanya penerapan ungah-ungguh bahasa Jawa mengganggu kebebasan dalam berkomunikasi. Namun tidak dapat dipungkiri pula tempat domisili mereka saat ini yang membuat para remaja jarang menggunakan unggah-ungguh bahasa Jawa.

(28)

Pertanyaan kuesioner B5 “Apakah setiap remaja yang tidak bisa berbahasa Jawa akan dianggap tidak tahu sopan santun?” Data selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.23

Penggunaan Bahasa Jawa pada Remaja sebagai Sopan Santun Kategori Frekuensi Prosentase

Sangat Setuju 0 0%

Setuju 4 4,1%

Ragu-ragu 24 24,5%

Tidak Setuju 33 33,7%

Sangat Tidak Setuju 37 37,8%

Jumlah 98 100%

Sumber: Kuesioner Nomor B5

Pada Tabel 3.23 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 0 responden (0%) menyatakan “sangat setuju” 4 responden (4,1%) menyatakan “setuju” dan 24 responden (24,5%) menyatakan “ragu-ragu”, 33 responden (33,7%) menyatakan “tidak setuju” dan 37 responden (37,8%) menyatakan “sangat tidak setuju”. Berdasarkan tabel di atas dapat di interpretasikan bahwa remaja di Kecamatan Simo tidak setuju dengan adanya anggapan bahwa remaja yang tidak bisa berbahasa Jawa akan dianggap tidak tahu sopan santun karena responden saat ini lebih sering menggunakan bahasa Indonesia, bahasa kekinian, dan bahasa lain. Responden beranggapan bahwa penilaian sopan santun tidak hanya diukur dari seseorang dapat berbahasa Jawa atau tidak. Namun juga dilihat dari norma serta perilaku seseorang dalam bersikap dan memperlakukan seseorang.

(29)

Pertanyaan kuesioner B6 “Penggunaan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari penting untuk menunjukkan identitas sebagai orang Jawa?” Data selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.24

Bahasa Jawa sebagai Identitas Orang Jawa Kategori Frekuensi Prosentase

Sangat Setuju 23 23,5%

Setuju 52 53,1%

Ragu-ragu 16 16,3%

Tidak Setuju 6 6,1%

Sangat Tidak Setuju 1 1%

Jumlah 98 100%

Sumber: Kuesioner Nomor B6

Pada Tabel 3.24 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 23 responden (23,5%) menyatakan “sangat setuju” 52 responden (53,1%) menyatakan “setuju” dan 16 responden (16,3%) menyatakan “ragu-ragu”, 6 responden (6,1%) menyatakan “tidak setuju” dan 1 responden (1%) menyatakan “sangat tidak setuju”. Berdasarkan tabel di atas dapat di interpretasikan bahwa remaja setuju dengan adanya anggapan penggunaan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari penting untuk menunjukkan identitas sebagai orang Jawa. Hal ini bertujuan agar bahasa Jawa mendapatkan eksistensi sendiri dari para penggunannya. Langkah kecil yang dapat dilakukan seseorang dalam melestarikan bahasa daerahnya yaitu dengan menggunakan, melestarikan dan bangga dengan bahasa daerahnya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa meskipun para remaja saat ini sering menggunakan bahasa lain namun mereka tetap menjunjung tinggi bahasa daerahnya sebagai identitas budayanya.

(30)

3. Perilaku sadar (contrived behaviour)

Mengukur tingkat indikator perilaku sadar (contrived behaviour), melalui pertanyaan kuesioner nomor B7, B8 dan B9.

Pertanyaan kuesioner B7 “Apakah anda malu ketika menggunakan bahasa Jawa dalam bergaul?” Data selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.25

Penggunaan Bahasa Jawa dalam Bergaul Kategori Frekuensi Prosentase

Sangat Setuju 2 2%

Setuju 11 11,2%

Ragu-ragu 30 30,6%

Tidak Setuju 33 33,7%

Sangat Tidak Setuju 22 22,4%

Jumlah 98 100%

Sumber: Kuesioner Nomor B7

Pada Tabel 3.25 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 2 responden (2,0%) menyatakan “sangat setuju” 11 responden (11,2%) menyatakan “setuju” dan 30 responden (30,6%) menyatakan “ragu-ragu”, 33 responden (33,7%) menyatakan “tidak setuju” dan 22 responden (22,4%) menyatakan “tidak setuju”. Dari hasil pengolahan data di atas dapat di interpretasikan bahwa remaja tidak setuju dengan adanya anggapan bahwa remaja malu ketika menggunakan bahasa Jawa dalam bergaul. Hal itu terjadi karena sebagian dari remaja jika bertemu atau berinteraksi dengan sesama orang Jawa tetap menggunakan bahasa Jawa sebagai alat untuk berkomunikasi.

(31)

Pertanyaan kuesioner B8 “Dalam berkomunikasi dengan teman sebaya, apakah anda hanya menggunakan bahasa Jawa dengan seseorang yang memiliki latar belakang fasih dalam berbahasa Jawa?” Data selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.26

Pengunaan Bahasa Jawa dengan Teman Sebaya. Kategori Frekuensi Prosentase

Sangat Setuju 3 3,1%

Setuju 26 26,5%

Ragu-ragu 49 50,0%

Tidak Setuju 16 16,3%

Sangat Tidak Setuju 4 4,1%

Jumlah 98 100%

Sumber: Kuesioner Nomor B8

Pada Tabel 3.26 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 3 responden (3,1%) menyatakan “sangat setuju” 26 responden (26,5%) menyatakan “setuju” dan 49 responden (50%) menyatakan “ragu-ragu”, 16 responden (16,3%) menyatakan “tidak setuju” dan 4 responden (4,1%) menyatakan “sangat tidak setuju”. Dari hasil pengolahan data di atas menyatakan bahwa remaja di Kecamatan Simo setuju apabila dikatakan hanya menggunakan bahasa Jawa dengan seseorang yang memiliki latar belakang fasih dalam berbahasa Jawa. Hal ini terjadi karena dalam kehidupan sehari hari remaja yang notabene sedang merantau bertemu dengan berbagai karakter orang dengan bahasa yang berbeda-beda sehingga para responden mencari langkah aman untuk menggunakan bahasa nasional sebagai alat untuk berkomunikasi.

(32)

Pertanyaan kuesioner B9 “Seorang yang lebih muda harus menggunakan bahasa Jawa Krama ketika berkomunikasi dengan orang yang lebih tua?” Data selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.27

Penggunaan Bahasa Jawa dengan Orang Yang Lebih Tua. Kategori Frekuensi Prosentase

Sangat Setuju 3 3,1%

Setuju 33 33,7%

Ragu-ragu 34 34,7%

Tidak Setuju 23 23,5%

Sangat Tidak Setuju 5 5,1%

Jumlah 98 100%

Sumber: Kuesioner Nomor B9

Pada Tabel 3.27 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 3 responden (3,1%) menyatakan “sangat setuju” 33 responden (33,7%) menyatakan “setuju” dan 34 responden (34,7%) menyatakan “ragu-ragu”, 23 responden (23,5%) menyatakan “tidak setuju” dan 5 responden (5,1%) menyatakan “tidak setuju”. Pengolahan data pada tabel di atas dapat di interpretasikan bahwa remaja sependapat dengan adanya anggapan bahwa seorang yang lebih muda harus menggunakan bahasa Jawa Krama ketika berkomunikasi dengan orang yang lebih tua. Hal ini karena remaja di besarkan dengan budaya dan bahasa ibu sejak kecil sehingga para remaja yang merantau tersebut masih memengang teguh bahwa ketika berkomunikasi dengan orang yang lebih tua menggunakan bahasa Krama. Namun penggunaan bahasa Krama disini hanya digunakan ketika mereka bertemu atau berkomunikasi dengan seseorang yang lebih tua dan memiliki latar belakang dapat menggunakan bahasa Jawa.

(33)

Berikutnya untuk mengetahui total nilai variabel pergeseran bahasa Jawa, maka jawaban-jawaban pertanyaan indikator dari kuesioner diklasifikasikan terlebih dahulu. Adapun skoring untuk klasifikasi jawaban adalah sebagai berikut:

- Skor 5 untuk alternatif jawaban teratas (Sangat Tinggi) - Skor 4 untuk alternatif jawaban kedua (Tinggi)

- Skor 3 untuk alternatif jawaban ketiga (Sedang) - Skor 2 untuk alternatif jawaban keempat (Rendah)

- Skor 1 untuk alternatif jawaban terbawah (Sangat Rendah)

Dari 9 pertanyaan yang diberikan, skor tertinggi adalah 5 dikali 9 item pertanyaan yaitu 45. Sedangkan skor terendah adalah 1 dikali 9 item pertanyaan yaitu 9. Sementara jumlah kelas yang ditentukan adalah 5. Sehingga perhitungannya adalah sebagai berikut:

Interval kelas = Nilai tertinggi – Nilai terendah Jumlah kelas

= 45- 9 5 = 7,2

Dari perhitungan di atas, diketahui rentang nilai variabel komunikasi interpersonal adalah 7,2. Maka kategorisasi variabel Y adalah sebagai berikut:

(34)

Tabel 3.28

Distribusi Frekuensi Variabel Pergeseran Bahasa Jawa(Y)

No

Rentan

Nilai Kategori Frekuensi Prosentase

1 37,8-45 Sangat Tinggi 3 3,1% 2 30,6-37,7 Tinggi 13 13,3% 3 23,4-30,5 Sedang 40 40,8% 4 16,2-23,3 Rendah 34 34,7% 5 9-16,1 Sangat Rendah 8 8,2% Jumlah 98 100%

Sumber : Kuesioner Nomor B1-B9

Berdasarkan tabel 3.28 di atas dapat disimpulkan bahwa variabel pergeseran bahasa Jawa termasuk dalam kategori sedang yaitu mencapai 40,8% atau 40 remaja dari jumlah keseluruahan 98 responden.

Interpretasi dari hasil pengolahan data di atas yakni tidak dapat di pungkiri pergeseran bahasa Jawa pada remaja yang sedang merantau untuk menuntut ilmu di daerah lain terjadi. Namun tidak semua remaja mengalami pergeseran bahasa Jawa tersebut, dapat dilihat pada kategori “rendah” dan “sangat rendah” apabila di jumlah memiliki nilai prosentase 42,9% sedangkan kategori sangat tinggi” dan “tinggi” apabila di jumlah memiliki nilai 16,4%. Hal ini terjadi karena perilaku remaja yang bijaksana dalam menggunakan ragam bahasa yang digunakan di lingkungan barunya sehingga pada variabel ini para remaja yang cerdas dalam menyikapi dan menggunakan ragam bahasa lain tidak mengalami pergeseran bahasa Jawa.

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi form cetak gaji yaitu pihak SMA 1 Simanjaya akan lebih mudah untuk melakukan pembayaran gaji kepada guru nantinya, dikarenakan cetak gaji disini bisa dicari berdasarkan No

Rerata skor Mobiluncus dan jumlah skor kriteria Nugent sesudah pemberian terapi lebih rendah pada kelompok metronidazol, namun tidak terdapat perbedaan skor

Menyusun kubus menyerupai stupa, digunakan untuk , mengenalkan warna mengenalkan jumlah motorik halus konsentrasi Harga Rp.45.000,- Menara Balok Digunakan untuk :

Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total, didihkan dengan 25 mL asam sulfat encer P selama 5 menit, kumpulkan

Dari hasil estimasi penulis tidak dapat membuktikan adanya pengaruh jarak perumahan ke pemakaman terhadap rata-rata harga rumah dan pemakaman (TPU) yang berada di

sumber data adalah perannya dalam pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan sastra Jawa modern. Adapun alasan pemilihan cerkak DPBLL sebagai objek penelitian adalah

Herzberg, Molecular Spectra and Molecular Structure III, Electronic Spectra and Electronic Structure of Polyatomic Molecules (Van Nostrand Reinhold, New York, 1966), Table 57