• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN MOTOR ABILITY SISWA SEKOLAH DASAR YANG BERASAL DARI TAMAN KANAK KANAK DENGAN YANG BUKAN BERASAL DARITAMAN KANAK KANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANDINGAN MOTOR ABILITY SISWA SEKOLAH DASAR YANG BERASAL DARI TAMAN KANAK KANAK DENGAN YANG BUKAN BERASAL DARITAMAN KANAK KANAK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Perbandingan Motor Ability Siswa 40

PERBANDINGAN MOTOR ABILITY SISWA SEKOLAH DASAR

YANG BERASAL DARI TAMAN KANAK KANAK DENGAN YANG

BUKAN BERASAL DARITAMAN KANAK KANAK

Enjang Ahmad Mustaqim

Universitas Islam “45” Bekasi, Jl. Cut Meutia No.83 Bekasi 17113, E-mail: enjangamsqi1@gmail.com

Abstrak: Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Motor ability Siswa Sekolah Dasar yang berasal dari Taman Kanak-kanak, Motor ability Siswa Sekolah Dasar yang bukan berasal dari Taman Kanak-kanak dan untuk mengetahui perbedaan motor ability antara siswa Sekolah Dasar yang berasal dari taman kanak-kanak dengan motor ability siswa Sekolah Dasar yang bukan berasal dari taman kanak-kanak-kanak-kanak di Desa Sirnajaya Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Bogor. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas satu Sekolah Dasar Negeri Se-Desa Sirnajaya Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Bogor. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan atau peneliti.Variabel penelitian ini adalah motor ability siswa kelas satu Sekolah Dasar Negeri. Metode pengumpulan data menggunakan tes pengukuran dan dokumentasi. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan

motor ability siswa sekolah dasar yang berasal dari taman kanak-kanak berdampak positif (kategori sedang)

yaitu dalam kriteria penilaian normatif tingkat motor ability siswa sekolah dasar rentang skornya adalah 201, rata-rata kemampuan motor ability siswa sekolah dasar yang bukan berasal dari taman kanak-kanak berdampak positif (kategori sedang) yaitu dalam kriteria penilaian normatif tingkat motor ability siswa sekolah dasar rentang skornya adalah 194, sedangkan hasil penghitungan dan uji signifikansi perbedaan hasil

motor ability kedua kelompok yaitu ditunjukan dengan t hitung (0,85) lebih kecil dari pada t tabel (1,70)

Tidak terdapat perbedaan (dampak) yang signifikan antara motor ability siswa sekolah dasar yang berasal dari Taman Kanak-kanak dengan siswa Sekolah Dasar yang bukan berasal dari Taman Kanak-kanak. Kata kunci: perbandingan, motor ability, siswa sekolah dasar yang berasal dari taman kanak-kanak, siswa

sekolah dasar yang bukan berasal dari taman kanak-kanak.

PENDAHULUAN

Belajar atau Pembelajaran merupakan proses yang lebih spesifik dari pendidikan yang dilakukan dengan sengaja, bertujuan dan menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu dalam pelaksanaannya. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Agus Mahendra (2007:161) yang di kutip dari Sumadi Suryabrata (1974) menyatakan “Belajar merupakan upaya yang sengaja untuk memperoleh perubahan tingkah laku, baik yang berupa pengetahuan maupun keterampilan”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar atau pembelajaran adalah salah satu bentuk pendidikan yang

diberikan oleh pendidik terhadap peserta didik berupa pengetahuan dan keterampilan agar terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.

Pada usia dini hendaknya anak diberikan kebebasan dan kesempatan untuk mengembangkan serta meningkatkan kebugaran jasmaninya. Sekolah Dasar merupakan salah satu sarana yang dapat memfasilitasi dalam melatih serta mengolah gerak anak sehingga anak dapat memiliki kemampuan gerak yang baik dan selanjutnya dapat memiliki tingkat kebugaran jasmani yang baik pula. Pendidikan jasmani dan

▸ Baca selengkapnya: masoppo bola berasal dari daerah

(2)

Perbandingan Motor Ability Siswa 41 olahraga di sekolah merupakan mata pelajaran

yang paling banyak diminati oleh anak-anak sekolah khususnya untuk anak Sekolah Dasar, karena pada usia ini anak sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan serta banyak melakukan aktivitas yang bersifat fisik. Dalam proses belajar pendidikan jasmani, siswa diberi pengalaman-pengalaman gerak lewat aktivitas olahraga. Dengan aktivitas olahraga ini diharapkan akan berkembangnya kemampuan gerak dasar siswa.Penguasaan setiap keterampilan teknik tersebut berhubungan erat dengan banyak faktor pendukung, salah satunya adalah tingkat motor ability siswa.

Kemampuan gerak (motor ability) Menurut Nurhasan dan Hasanudin (2007:127) adalah “Kapasitas seseorang untuk dapat melakukan bermacam-macam gerakan yang memerlukan keberanian dalam olahraga”. Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa, motor ability adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir atau berasal dari keturunan, sifatnya relatif lama dan bersifat stabil. Motor ability mendasari atau mendukung setiap variasi gerakan atau keterampilan. Hal ini dapat dinyatakan bahwa seseorang yang memiliki tingkat motor ability yang baik (diketahui melalui skor hasil tes motor ability) dapat melakukan suatu gerakan atau keterampilan dengan baik pula.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka motor ability dapat dijadikan acuan untuk mengukur kemampuan seseorang dalam mempelajari keterampilan gerak, sehingga kedudukannya dalam suatu kerangka pembelajaran keterampilan cabang

olahragamenjadi penting, terutama dalam mengidentifikasi dan mengklasifikasikan kemampuan gerak seorang individu.

Taman Kanak-Kanak sebagai lembaga pendidikan formal bagi anak usia dini mempunyai kedudukan yang cukup penting dalam proses pengenalan dan pembentukan kemampuan serta pengetahuan dasar siswa sebelum masuk ke sekolah dasar. Dalam hal ini, pengetahuan dan keterampilan yang diberikan bersifat mendasar berupa pengenalan terhadap diri sendiri, keluarga, lingkungan tempat tinggal dan lingkungan sekolah serta lingkungan masyarakat. Hal ini didasarkan kepada beberapa faktor yang dapat mendorong anak untuk aktif secara jasmaniah, antara lain: 1) Adanya minat anak, 2) Adanya dukungan orang tua, 3) Adanya wadah atau tempat untuk menyalurkan keinginan gerak/bermain dan rekreasi, dan 4) Adanya kesempatan mengikuti beberapa aktivitas olahraga dan rekreasi.

Aktivitas gerak yang diberikan pada jenjang Taman Kanak-Kanak terarah dan mempunyai sasaran yang jelas. Dalam hal ini anak-anak usia dini sudah diajarkan cara berdiri, duduk, dan berjalan yang baik. Selain itu diajarkan pula berbagai macam aktivitas motorik seperti aktivitas gerak lokomotor, non-lokomotor dan manipulatif. Hal ini berarti bahwa sejak usia dini anak sudah dikenalkan pada berbagai macam aktivitas gerak sebagai bekal saat mereka berada di jenjang sekolah dasar.

Berdasarkan pengamatan sementara menunjukkan bahwa siswa sekolah dasar yang berasal dari taman kanak-kanak cenderung

▸ Baca selengkapnya: sanggul yang berasal dari jakarta bernama

(3)

Perbandingan Motor Ability Siswa 42 lebih mudah untuk mengikuti berbagai tugas

gerak yang diinstruksikan oleh guru dibandingkan dengan siswa yang bukan berasal dari taman kanak-kanak.

Keberanian dan kemampuan gerak yang ditunjukkan oleh siswa yang berasal dari taman kanak-kanak cenderung lebih besar karena mempunyai pengalaman saat berada di taman kanak-kanak.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa setiap siswa mempunyai potensi dan kemampuan gerak yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut merupakan permasalahan yang harus dicarikan jalan keluarnya dalam proses dan kegiatan pembelajaran gerak pendidikan jasmani dan olahraga, sehingga siswa dapat menguasai seluruh keterampilan gerak yang diajarkan dengan baik. Salah satu caranya dengan melakukan pengelompokan kemampuan siswa melalui tes motor ability.

Motor ability sebagai kemampuan yang dimiliki oleh seseorang sejak lahir akan mempengaruhi kemampuan gerak dan hasil belajar keterampilan gerak Motor abilitytiap anak relatif sama. Perbedaannya terletak pada frekuensi aktivitas geraknya sehari-hari.

Taman kanak-kanak merupakan salah satu lembaga pendidikanformal merupakan salah satu dari beberapa komponen yang

mempengaruhi perkembangan dan

kemampuan gerak anak. Di taman kanak-kanak, siswa diberikan pembelajaran mengenai berbagai hal, baik bersifat pengetahuan dasar, sikap dan keterampilan gerak dasar. Oleh karena merupakan lembaga pendidikan, maka program pembelajaran yang

diberikan kepada siswa akan mempunyai tujuan yang jelas, diberikan secara sistematis dan berulang-ulang. sehingga memungkinkan perubahan perilaku yang permanen terhadap diri siswa dan dapat dijadikan bekal bagi siswa untuk aktivitas belajarnya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti sekolah dasar.

Faktor intelektual sering diartikan sebagai faktor kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri, khususnya berkenaan dengan konsep dan berbagai lambang atau simbol seperti huruf, angka, kata dan gambar. Intelektualisme bisa diartikan sebagai akal atau pikiran.

Pikiran mempunyai kedudukan yang menentukan, karena itulahpara pendidik berkewajiban mengembangkan aspek intelektual siswa.

Purwanto (1986:59) menjelaskan, “Bahwa daya pikir anak-anak yang telah mendapat didikan dari sekolah, menunjukkan sifat-sifat yang lebih baik daripada anak yang tidak bersekolah”. Berdasarkan penjelasan tersebut dan pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa kondisi intelektual siswa sekolah dasar pada umumnya masih berada pada tingkat yang paling rendah berdasarkan jenjang pendidikan. Namun potensi yang dimiliki siswa dapat terindikasi sejak berada di sekolah dasar. Hal ini berarti bahwa kemahiran intelektual siswa sekolah dasarperlu terus diberdayakan dan ditingkatkan agar dapat bersosialisasi dengan lingkungannya secara baik.

(4)

Perbandingan Motor Ability Siswa 43 Siswa sekolah dasar kelas satu

cenderung masih mempunyai ketergantungan kepada orang lain dalam hal ini adalah guru. Namun siswa tersebut masih belum mempunyai inisiatif dan membutuhkan bimbingan secara langsung dari gurunya, begitu pula dalam melakukan berbagai aktivitas gerak. Siswa sekolah dasar yang berasal dari taman kanak-kanak pada umumnya dapat mengikuti berbagai kegiatan pembelajaran dengan baik, karena mereka mempunyai pengalaman saat berada di taman kanak-kanak. Namun apakah bekal pengalaman dan pendidikan yang diberikan kepada siswa sekolah dasar yang berasal dari taman kanak-kanak akan berbeda dengan siswa yang bukan berasal dari taman kanak-kanak khususnya dalam kemampuan geraknya?

Oleh karena itu,penulis tertarik untuk meneliti tentang perbandingan motor ability siswa sekolah dasar yang berasal dari taman kanak-kanak dengan motor ability siswa yang bukan berasal dari taman kanak-kanak.

METODE

Metode penelitian Menurut Arikunto (2010:203) dijelaskan bahwa “metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. dengan segala tujuannya, penelitian memerlukan keberadaan semacam

metode untuk menjadi pedoman

pelaksanaannya metode penelitian memandu peneliti tentang urutan - urutannya bagaimana penelitian dilakukan. Pada suatu penelitian pengunaan metode yang dipakai harus tepat

dan mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah sesuai dengan aturan yang berlaku, agar penelitian tersebut diperoleh hasil sesuai tujuan yang diharapkan. ada bermacam - macam metode yang dapat digunakan pada penelitian namun harus dapat memilih metode yang tepat dan sesuai, keberhasilan suatu penelitian bukan semata - mata terletak pada baik dan buruknya suatu metode yang digunakan, tetapi penggunaan metode penelitian harus sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan serta tujuan penelitian.

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif. Tentang metode deskriptif dijelaskan oleh Surakhmad (1982:139) bahwa,“Penelitian deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dan pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan menyusun data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data itu serta dapat terjadi sebuah penyelidikan deskriptif membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu lalu mengambil bentuk studi komperatif atau mengukur suatu dimensi seperti dalam berbagai bentuk studi kuantitatif, angket, tes, interviu atau mengadakan klasifikasi ataupun mengadakan penilaian, menetapkan standar (normatif), menetapkan hubungan dan kedudukan (status) satu unsur dengan unsur yang lain”.

Metode deskriptif sangat tepat untuk memecahkan masalah yang penulis selidiki, serta dapat menjabarkan keadaan yang sebenarnya terjadi pada saat sekarang, dengan

(5)

Perbandingan Motor Ability Siswa 44 maksud untuk mendapatkan gambaran umum

yang lebih jelas, sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta - fakta, sifat - sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti.

Penulis beranggapan metode deskriptif merupakan metode yang sesuai untuk membahas masalah yang penulis teliti, untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang maslah penelitian ini, penulis mempergunakan teknik survei.

Menurut Winarno Surakhmad (1982:141) mengatakan bahwa “tekhnik survei pada umumnya merupakan cara pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam waktu (atau jangka waktu) yang bersamaan”.

Survey memberikan informasi tentang variabel - variabel dan bukan untuk mengubah suatu variabel dengan variabel lainnya. Dengan teknik survei diharapkan adanya informasi yang jelas tentang variabel yang diteliti melalui data yang diperoleh dengan mempergunakan tes motor ability sebagai alat pengumpul data.

Desain penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Desain Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di SDN Sirnajaya IV Desa Sirnajaya Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Bogor terletak di Provinsi Jawa Barat. Alasan kenapa dipilihnya SDN IV Sirnajaya sebagai lokasi penelitian karena lokasinya strategis, mudah di akses oleh siswa maupun peneliti.

Gambar 2. Peta Kecamatan Sukamakmur Populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian. Dalam menyusun sampai

Populasi

Sampel

Instrumen

Tes Motor Ability

Kesimpulan Hasil Tes

(6)

Perbandingan Motor Ability Siswa 45 dengan menganalisis data sehingga

mendapatkan gambaran sesuai dengan yang diharapkan diperlukan sumber data. Pada umumnya sumber data dalam penelitian disebut populasi dan sampel penelitian. Berkenaan dengan definisi dari populasi, Sudjana (2005:6) menjelaskan, “Populasi adalah totalitas semua nilai mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran kuantitatif atau kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas”. Selanjutnya Sudjana dan Ibrahim (2001:84) menjelaskan, “Populasi maknanya berkaitan dengan elemen, yakni unit tempat diperolehnya informasi. Elemen tersebut dapat berupa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, sekolah, kelas, organisasi dan lain-lainnya”.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat digambarkan bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian tempat diperolehnya informasi yang dapat berupa individu maupun kelompok. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putera kelas 1 SD Negeri se-Desa Sirnajaya, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor. dengan Jumlah Populasinya adalah 120 orang siswa putra dari empat sekolah dasar negeri yang berada di Desa Sirnajaya Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Bogor.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel adalah wakil dari populasi. Oleh karena populasi penelitian terbatas, maka seluruh anggota populasi dijadikan sampel penelitian, sehingga penelitian ini adalah penelitian populasi.

Sedangkan sampel penelitian ini adalah siswa kelas 1 dari empat Sekolah Dasar di Desa

Sirnajaya Kecamatan Sukamakmur

Kabupaten Bogor. Mengenai sampel penelitian Arikunto (2010:174) menjelaskan, “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.” Pengambilan sampel dilakukan Dalam penelitian ini sampel melalui purposive sampling, diambil sebanyak 30 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok dimana kelompok A terdiri 15 orang yang berasal dari Taman Kanak-kanak dan kelompok B terdiri 15 orang yang bukan berasal dari Taman Kanak-kanak. Mengenai sampel purposive sampling dijelaskan oleh Arikunto (2010:183) sebagai berikut: “Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.”

Sudjana (2005:168) menjelaskan pula sebagai berikut: ” Purposive sampling dikenal juga sebagai sampling pertimbangan, terjadi apabila pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan atau peneliti.” Penggunaan teknik purposive sampling ini didasarkan pada pertimbangan peneliti dengan mengambil sampel disesuaikan dengan karakteristik anggota populasi yang relatif sama, seperti usia, jenis kelamin, dan kemampuan gerak dasarnya.

Untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian diperlukan alat yang disebut instrument. Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan dalam penelitian terutama berkaitan dengan proses pengumpulan data. Arikunto (2010:203)

(7)

Perbandingan Motor Ability Siswa 46 menjelaskan bahwa: “Instrumen adalah alat

pada waktu peneliti menggunakan metode.” Selanjutnya Nurhasan dan Hasanudin (2007:1) menjelaskan mengenai tes dan pengukuran yaitu: “Suatu alat yang digunakan dalam memperoleh data dari suatu objek yang akan diukur, sedangkan pengukuran merupakan suatu proses untuk memperoleh data”.

Berkaitan dengan penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan tes motor ability yang mempunyai validitas sebesar 0.93 dan reliabilitas sebesar 0.87 Nurhasan (2007:135). Untuk mengukur kemampuan gerak dasar (motor ability) digunakan tes Motor Ability yang dikutip dari Nurhasan dan Hasanudin (2007:135) yang meliputi tes kelincahan, koordinasi gerak, keseimbangan dan kecepatan.

Adapun tata cara pelaksanaan tes motor ability adalah sebagai berikut:

1. Tes Shuttle Run 4 x 10 m

Gambar 3. Lari Bolak-balik

a. Tujuan: Mengukur kelincahan dalam bergerak mengubah arah.

b. Alat / Perlengkapan: Stopwatch, coone, lintasan yang lurus dan datar dengan jarak 10 meter antara garis start dan finish.

c. Pelaksanaan: Star dilakukan dengan berdiri, pada aba-aba “bersedia” siswa berdiri dengan salah satu ujung kaki sedekat mungkin dengan garis start danpada aba-aba “ Ya” siswa segera mengambil dan memindahkan balik satu demi satu batu yang berada digaris start hingga selesai.

d. Penyekoran: Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh siswa untuk menempuh jarak 4x10 m.

2. Tes Lempar Tangkap Bola

Gambar 4. Tes lempar tangkap bola

a. Tujuan: mengukur kemampuan koordinasi mata dan tangan

b. Alat / Perlengkapan: Bola tenis, pluit, stopwatch, dan tembok yang rata.

c. Pelaksanaan: Siswa berdiri di belakang garis batas sambil memegang bola tenis dengan kedua tangan di depan dada. Aba-aba “bunyi tiupan pluit” siswa dengan segera melakukan lempar tangkap ke dinding selama 30 detik. d. Penyekoran: Dihitung jumlah tangkapan

bola yang dapat dilakukan selama 30 detik.

(8)

Perbandingan Motor Ability Siswa 47 Gambar 5. Tes keseimbangan

a. Tujuan: mengukur keseimbangan tubuh. b. Alat / Perlengkapan: pluit, stopwatch. c. Pelaksanaan: Siswa berdiri dengan

tumpuan kaki kiri, kedua tangan bertolak pinggang, kedua mata dipejamkan, lalu letakkan kaki kanan pada lutut kaki kiri sebelah dalam. Pertahankan sikap tersebut selama mungkin.

d. Penyekoran: Dihitung waktu yang dicapai dalam mempertahankan sikap di atas sampai dengan tanpa memindahkan kaki kiri dari tempat semula.

4. Tes Lari Cepat 30 meter

Gambar 6. Lari sprint (cepat) a. Tujuan: Mengukur kecepatan lari. b. Alat / Perlengkapan: Pluit, stopwatch,

bendera, lintasan lurus dan rata sejauh 30 meter.

c. Pelaksanaan: Start dilakukan dengan berdiri. Pada aba-aba “tiupan peluit” siswa berdiri dengan salah satu ujung kakinya sedekat mungkin dengan garis finish dengan jarak 30 meter, sampai melewati garis finish.

d. Penyekoran: Dihitung waktu yang ditempuh dalam melakukan lari sejauh 30meter.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk mengetahui kemampuan siswa yang berasal dari taman kanka-kanak dan siswa yang bukan berasal dari taman kanak-kanak dalam melakukan tes keterampilan motor baility terbagi dalam 4 tes yaitu meliputi (1) tes kelincahan, (2)tes koordinasi gerak, (3) tes keseimbangan dan (4) tes kecepatan.

Adapun tingkat keabsahan sebagai penunjang dalam pengolahan data ini ditentukan berdasarkan nilai yang tertinggi dari setiap variabel penelitian. Untuk memudahkan dalam memberikan penafsiran data tentang acuan standar penilaian suatu tes adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kriteria Penilaian Normatif Tingkat

Motor Ability Siswa Sekolah Dasar

Rentang Skor Kriteria

239 - keatas Sangat baik

214 - 238 Baik

181 - 213 Sedang

170 - 180 Kurang

0 - 169 Sangat kurang Berdasarkan statistik deskriptif

kriteria penilaian normatif tingkat motor ability siswa sekolah dasar, rata-rata keterampilan motor ability siswa sekolah

dasar yang berasal dari taman kanak-kanak termasuk kategori sedang yaitu dengan skor 201 dan siswa yang bukan berasal dari taman

(9)

Perbandingan Motor Ability Siswa 48 kanak-kanak termasuk dalam kategori sedang

yaitu dengan skor 194.

Tabel 2. Hasil Penghitungan Dan Uji Signifikansi Perbedaan Hasil Motor Ability Kedua Kelompok Kelompok t-hitung t-tabel (0.95:28) signifikasi Berasal dari TK 0.85 1.70 Tidak signifikan Bukan berasal dari TK Hipotesis statistik:

Ho: o = 2, Tidak terdapat perbedaan antara motor ability siswa Sekolah Dasar yang berasal dari Taman Kanak-kanak dengan siswa Sekolah Dasar yang bukan berasal dari Taman Kanak-kanak

Ha: o ≠ 2, Terdapat perbedaan antara motor ability siswa Sekolah Dasar yang berasal dari Taman Kanak-kanak dengan siswa Sekolah Dasar yang bukan berasal dari Taman Kanak-kanak

Dari hasil pengujian tersebut diperoleh bahwa t hitung = 0,85yang lebih kecil dari t-tabel pada tingkat kepercayaan atau taraf signifikansi α = 0,05 dengan dk (n1+ n2 - 2) = 28, harga t (0.95) dari daftar distribusi t diperoleh = 1,70. Kriteria pengujian adalah, tolak Ho jika t > t1 – α. Maka t hitung berada pada daerah penerimaan Ho, jadi Ho diterima. Kesimpulannya adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara motor ability siswa Sekolah Dasar yang berasal dari Taman Kanak-kanak dengan siswa Sekolah Dasar yang bukan berasal dari Taman Kanak-kanak.

SIMPULAN

Dari pengolahan data dan analisis skor yang telah penulis lakukan terhadap perbandingan motor ability antara siswa Sekolah Dasar yang berasal dari Taman Kanak-kanak dengan siswa Sekolah Dasar yang bukan berasal dari Taman Kanak-kanak, maka diperoleh beberapa hal yang dapat dijadikan diskusi penemuan yaitu sebagai berikut: Setelah menganalis dan menafsirkan sesuai dengan hasil penelitian. Adapun tingkat keabsahan sebagai penunjang dalam pengolahan data ini ditentukan berdasarkan nilai yang tertinggi dari setiap variabel penelitian. Untuk memudahkan dalam memberikan penafsiran data tentang acuan standar penilaian suatu tes adalah sebagai berikut:

Berdasarkan kriteria penilaian normatif tingkat motor ability siswa sekolah dasar maka dapat disimpulkan bahwa dalam hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa: Rata-rata kemampuan motor ability siswa SD yang berasal dari TK termasuk dalam kategori sedang. Rata-rata kemampuan motor ability siswa SD yang bukan berasal dari TK termasuk dalam kategori sedang.

Sedangkan berdasarkan hasil uji signifikansi maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara motor ability siswa Sekolah Dasar yang berasal dari Taman Kanak-kanak dengan siswa Sekolah Dasar yang bukan berasal dari Taman Kanak-kanak. Hal ini disebabkan bahwa faktor motorik merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses belajar anak. Hal

(10)

Perbandingan Motor Ability Siswa 49 ini disebabkan masa anak-anak merupakan

masa yang ideal untuk belajar keterampilan-keterampilan yang tidak hanya berguna baginya pada masa itu, akan tetapi juga merupakan fondasi bagi keterampilan-keterampilan yang diperlukan di kemudian hari.

Masa anak-anak merupakan masa yang cukup menarik untuk diperhatikan, karena pada masa itu banyak terlihat sesuatu yang khas, baik menyangkut sikap dan sifat yang ditunjukkan oleh anak dalam merespon sesuatu. Sifat khas anak-anak diantaranya adalah adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan permainan yang tradisional, adanya kecenderungan memuji diri sendiri, suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain, amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.

Pada usia anak masa sekolah terjadi perubahan-perubahan baik, afektif, kognitif maupun psikomotorik. Perubahan-perubahan tersebut mengikuti tugas perkembangan anak umumnya. Hal ini sesuai dengan yang terjadi di lapangan, karena berdasarkan pengamatan menunjukkan bahwa sejak anak sekolah ia mulai mempelajari norma sosial, dimana ada sesuatu yang boleh dan tidak boleh dikerjakan, mempelajari berbagai informasi tentang cara membaca dan menghitung, mempelajari suatu keterampilan seperti keterampilan berolahraga, bermain musik dan lain-lainnya.

Dalam belajar keterampilan gerak terjadi perubahan yang bertahap. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Mahendra dan Ma’mun (1996:96) menjelaskan, “Tahap ini

disebabkan oleh meningkatnya otomatisasi dalam analisis indera terhadap pola-pola lingkungan, dimana tanda-tanda yang dini dari suatu permainan dalam suatu cabang olahraga dapat dideteksi dengan cepat dan akurat” . Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Fitts (1964; yang dikutip Lutan, 1988:305) yaitu: “Tahap kognitif, Tahap Asosiatif, dan Tahap Otomatisasi”. Artinya dalam belajar keterampilan gerak, perubahan hasil belajar dapat dicermati pada perubahan kemampuan pengetahuan, pemahaman, penerapan suatu teknik permainan dan pengambilan keputusan yang cepat (tahap kognitif). Selanjutnya adalah tahap Asosiatif yaitu tahapan belajar berupa pengorganisasian pola-pola gerakan yang lebih efektif untuk menghasilkan aksi. Tahap Otomatisasi adalah tahap belajar yang menggambarkan kemampuan gerak yang terkontrol.

Dalam hal ini yang membedakannya adalah proses bermain siswa Sekolah Dasar yang berasal dari Taman Kanak-kanak lebih bersifat formal, formal disini artinya proses bermain tersebut telah terkonsep oleh guru. Sedangkan proses bermain pada siswa Sekolah Dasar yang bukan berasal dari Taman Kanak-kanak bersifat informal artinya proses bermainnya dilakukan atas keinginan mereka sendiri tanpa ada pengawasan dari guru ataupun orang tua.

Berkenaan dengan kebutuhan sebagai tugas perkembangan pada masa anak sekolah dijelaskan oleh Havighurts yang disarikan oleh Makmun (1981:48) yang tertera sebagai berikut : Masa kanak-kanak akhir dan anak

(11)

Perbandingan Motor Ability Siswa 50 sekolah adalah belajar keterampilan fisik

untuk pertandingan biasa sehari-hari, membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sebagai organisme yang sedang tumbuh kembang, belajar bergaul dengan teman sebaya, belajar peranan sosial yang sesuai sebagai pria atau wanita, mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung, mengembangkan konsep-konsep yang perlu bagi kehidupan sehari-hari, mengembangkan kata hati, moralitas, dan suatu skala nilai-nilai, mencapai kebebasan pribadi, mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan institusi-institusi sosial.

Penjelasan di atas menggambarkan bahwa kebutuhan anak usia sekolah dasar diantaranya adalah belajar keterampilan, pembentukan sikap dan bergaul dengan teman sebaya. Hal ini berarti kebutuhan anak usia sekolah dasar masih terbatas pada lingkungan sekitar dan hal-hal sederhana.

Dari penjelasan tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwa pada dasarnya konsep pembelajaran pendidikan jasmani di Taman Kanak-kanak tidak menitik beratkan pada aspek psikomotor melainkan dalam konsep bermain, karena dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di Taman Kanak-kanak pada umumnya tidak melibatkan guru bidang studi Pendidikan Jasmani. Sehingga konsep tersebut secara tidak langsung dapat terbentuk pada anak yang tidak berasal dari Taman Kanak-kanak.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Ilmiah Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto Suharsimi. (2009), Dasar-dasar

Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Lutan, Rusli. (1988). Pengantar Belajar Keterampilan Motorik. Jakarta: Depdikbud.

Mahendra Agus. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: FPOK - UPI.

Makmun, Abin S. (2005). Psikologi dan Pembelajaran. Bandung: FIP UPI. Makmun, Abin S. (1981). Psikologi

Pendi-dikan. Bandung. FIP IKIP Bandung. Makmun, Abin. (1982). Psikologi

Pendidik-an. Bandung: FIP-IKIP Bandung. Nurhasan. (2007). Tes dan Pengukuran

Olahraga. Bandung: FPOK - UPI. Nurhasan. (2000). Tes dan Pengukuran

Olahraga. Bandung: FPOK IKIP Bandung.

Purwanto Ngalim. (1986). Psikologi Pendi-dikan. Bandung: Remadja Karya. Sudjana. (1996). Metoda Statistika. Bandung:

Tarsito.

Sudjana Nana. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudjana dan Ibrahim. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru

Surakhmad, W. (1982). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Gambar

Gambar 2. Peta Kecamatan Sukamakmur Populasi  merupakan  keseluruhan  subyek  penelitian
Gambar 4. Tes lempar tangkap bola

Referensi

Dokumen terkait

 Surat menyurat atau keputusan atau sumbangan yang telah ditandatangani Ahli Parlimen perlu disampaikan atau dihantar kepada pihak atau jabatan terbabit selewat-lewatnya

Menetapkan : KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO TENTANG PENGANGKATAN SEBAGAI PENGUJI DAN PEMBUAT SOAL UJIAN TAHAP/SUB BAGIAN/ OSCE/ AKHIR/BOARD DARI LUAR

fluorescens PG01, baik yang diintegr asikan dengan teknik invigor asi menggunakan matriconditioning ser buk bata mer ah atau ser buk ar ang sekam dapat dir ekomendasikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peri- laku Hidup Bersih dan Sehat pada penelitian ini mayoritas berada pada kategori sehat purnama dengan persentase 40%, dengan

Kegiatan ini perlu dilakukan di awal suatu proses perubahan, karena seperti diketahui bersama, tingkatan resistensi pertama dari penolakan adalah berhubungan dengan tidak

Current status of the efficacy, and effectiveness of albendazole and mebendazole for the treatment of ascaris lumbricoides in North –Western Indonesia; Asian Pacifik Journal of

Achmad Dahlan (Jl. Gegerkalong Hilir No. Gegerkalong Hilir No. Sentot Alibasyah No. Sentot Alibasyah No. Sentot Alibasyah No. Sentot Alibasyah No. Terusan Buah Batu No. Terusan

Berdasarkan gejala klinis berupa adanya sesak, batuk, riwayat merokok, riwayat PPOK, serta pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa pasien ini merupakan pasien dengan penyakit paru