• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAR PENGESAHAN SURAT KETERANGAN REVISI SURAT PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBAR PENGESAHAN SURAT KETERANGAN REVISI SURAT PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN... . i

SURAT KETERANGAN REVISI... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan... ... 4

1.4 Metode Penelitian dan Perancangan ... 5

1.4.1 Metode Penelitian... 5

1.4.2 Metode Perancangan ... 8

BAB II PEMAHAMAN TERHADAP RUMAH PINTAR ANAK ... 10

2.1 Tinjauan Pustaka... 10

2.1.1 Pengertian Rumah Pintar Anak (RPA)... 11

2.1.2 Batasan Proyek Rumah Pintar Anak... 12

2.1.3 Unsur Bahasan Terkait Rumah Pintar Anak... 15

2.2 Kajian Terhadap Fasilitas Sejenis... 34

2.2.1 Rumah Pintar Pijoengan... 34

2.2.2 Rumah Belajar Modern (RBM)... 41

2.2.3 Rumah Pintar Kota Denpasar ... 47

2.2.4 Kesimpulan Terhadap Kajian Obyek Sejenis... 54

2.3 Spesifikasi Umum ... 57

2.3.1 Tujauan dan Sasaran ... 57

2.3.2 Fungsi Rancangan... 57

2.3.3 Fasilitas Rancangan... 58

2.3.4 Civitas... 58

2.3.5 Aktivitas... 59

2.3.6 Ruang Lingkup Layanan... 59

2.3.7 Sistem Operasional dan Pengelolaan... 60

(2)

BAB III STUDI PENGADAAN RUMAH PINTAR ANAK DI DENPASAR... 61

3.1 Tinjauan Umum Kota Denpasar... 61

3.1.1 Kondisi Fisik Kota Denpasar... 61

3.1.2 Kondisi Non-Fisik Kota Denpasar... 65

3.1.3 Tinjauan Tata Ruang Kota Denpasar... 67

3.2 Studi Perancangan Fasilitas Rumah Pintar Anak di Denpasar... 73

3.2.1 Analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan Threat)... 73

3.2.2 Kesimpulan Hasil Studi... ... 76

3.3 Spesifkasi Khusus... 76

3.3.1 Tujuan dan Sasaran Rumah Pintar Anak di Denpasar... 77

3.3.2 Fungsi Rumah Pintar Anak di Denpasar... 78

3.3.3 Fasilitas pada Rumah Pintar Anak di Denpasar... 79

3.3.4 Civitas pada Rumah Pintar Anak di Denpasar... 84

3.3.5 Aktivitas pada Rumah Pintar Anak di Denpasar ... 84

3.3.6 Ruang Lingkup Pelayanan Rumah Pintar Anak di Denpasar... 85

3.3.7 Sistem Operasional dan Pengelolaan Rumah Pintar Anak di Denpasar... 86

3.3.8 Persyaratan Lokasi Rumah Pintar Anak di Denpasar... 87

BAB IV TEMA DAN PEMROGRAMAN... 88

4.1 Tema... 88

4.1.1 Pendekatan dan Penentuan Tema... 89

4.1.2 Penerapan Tema... 94 4.2 Program Ruang... 94 4.2.1 Program Fungsional... 94 4.2.2 Program Performansi... 102 4.2.3 Program Arsitektural... 108 4.3 Program Tapak... 116

4.3.1 Pendekatan Kebutuhan Luas Tapak... 117

4.3.2 Analisa dan Penentuan Lokasi Tapak... 117

4.3.3 Penentuan Tapak... 119

4.3.4 Analisa Tapak... 121

BAB V KONSEP PERANCANGAN... 131

5.1 Konsep Perancangan Tapak... 132

5.1.1 Konsep Entrance Tapak... 132

5.1.2 Konsep Zoning Tapak... 134

5.1.3 Tata Ruang Luar... 136

5.1.4 Konsep Sirkulasi Tapak... 138

5.1.5 Konsep Parkir... . 139

(3)

5.2 Konsep Perancangan Bangunan... 142

5.2.1 Konsep Zoning... 142

5.2.2 Konsep Entrance dan Sirkulasi Bangunan... 144

5.2.3 Konsep Bentuk Massa dan Tampilan Bangunan... 148

5.2.4 Konsep Ruang Dalam... 148

5.3 Konsep Utilitas Bangunan... 150

5.4 Konsep Struktur Bangunan... 154

DAFTAR PUSTAKA...157

LAMPIRAN... 159

Lampiran Perhitungan Besaran Ruang... 159

(4)

ABSTRAK

Dalam Pasal 31 Ayat 1 UUD 1945, disebutkan bahwa setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan tersebut menurut seorang pakar psikologi anak Elisabeth B. Hurlock, paling optimum diberikan kepada seorang individu saat masih dalam tahap toddlerhood hingga middle childhood (2 – 12 tahun) melalui tiga jenis pendidikan, yaitu pendidikan informal (yang berasal dari lingkungan sekitarnya sehari-hari), pendidikan formal (yang didapatkan dari suatu institusi secara berjenjang), dan pendidikan non-formal (yang didapatkan melalui suatu fasilitas pelayanan pengembangan kreativitas dan kecerdasan adak). Akan tetapi, di Kota Denpasar ini, fasilitas pendidikan khhususnya pendidikan non-formal bagi anak-anak masih sangat kurang dan keseluruhan fasilitas yang sudah tersedia tersebut, masih dikelola oleh pihak swasta secara komersil, sehingga belum dapat dimanfaatkan oleh semua kalangan. Oleh sebab itu, pengadaan fasilitas Rumah Pintar Anak (RPA) di Kota Denpasar yang akan dibuka untuk umum dengan fasilitas yang memadai menjadi sangat perlu. Karena apabila anak-anak tersebut kurang mendapatkan pendidikan non-formal ini, dikhawatirkan perkembangan kreativitas, bakat dan social skill-nya menjadi kurang optimal. RPA ini akan dibuka setiap hari dari pukul 08.00 hingga 18.00 WITA dengan menyediakan fasilitas berupa sentra koleksi pustaka, sentra komputer edukatif, sentra budaya, sentra kriya, fasilitas bimbingan belajar dan juga sentra permainan dalm wujud indoor dan outdoor. RPA ini berlokasi di Jl. Badak Agung XXIV - Denpasar Timur dengan luas lahan 4.000 m2 . Dengan memiliki jalur akses yang mudah dari berbagai daerah dan lokasi yang strategis, sehingga pengunjung tidak susah untuk mencapai lokasi ini. Agar dapat menghilangkan stereotipe pada anak yang sudah melekat bahwa fasilitas pendidikan merupakan tempat yang kuno dan membosankan, perancangan RPA ini akan menggunakan konsep yang modern dan dinamis, sehingga tampilan bangunan akan menjadi lebih menarik dan dapat lebih menarik minat pengunjung, khususnya anak-anak untuk datang ke RPA ini.

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

Bab I — Pendahuluan ini terdiri dari beberapa sub-bab, yaitu latar belakang, rumusan masalah, tujuan, serta metode penelitian dan perancangan. Pada sub-bab latar belakang, terdapat uraian mengenai hal-hal yang melatarbelakangi gagasan untuk mengadakan sebuah fasilitas Rumah Pintar Anak (RPA). Pada sub-bab rumusan masalah terdapat uraian mengenai permasalahan pada perencanaan dan perancangan Rumah Pintar Anak yang akan dicari solusinya pada penyusunan makalah ini. Pada sub-bab tujuan terdapat uraian mengenai hal-hal yang ingin dicapai dari rumusan masalah tersebut jika permasalahannya dapat terselesaikan, terkait dengan tujuan dari Rumah Pintar Anak. Pada sub-bab metode penelitian dan perancangan terdapat uraian mengenai teknik-teknik yang digunakan dalam proses perencanaan dan perancangan fasilitas Rumah Pintar Anak di Denpasar.

1.1 Latar Belakang

Anak merupakan aset yang berharga bagi masa depan bangsa. Anak merupakan tunas, potensi dan generasi yang akan meneruskan cita-cita dan perjuangan suatu bangsa nantinya. Untuk itu, anak perlu diasuh, dilindungi dan dididik dengan baik. Dalam UU Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 1 Ayat (1), disebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih berada di dalam kandungan. Masa kanak-kanak adalah masa yang paling tepat untuk memberikan pendidikan, pembentukan karakter dan pengembangan kreativitas bagi seorang individu. Karena, pada masa tersebut, seorang individu masih dalam tahap imitasi atau meniru dari lingkungannya. Sehingga, menjadi cukup penting pada saat tersebut untuk memberikan pendidikan dan contoh yang baik baik anak-anak. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009, anak dengan rentang usia 12-15 tahun sudah termasuk dalam kategori masa remaja awal, dan anak dengan rentang usia 16-18 tahun termasuk dalam kategori masa remaja akhir. Sehingga, dapat dikatakan bahwa masa-masa paling penting untuk memberikan pendidikan, penanaman karakter, dan pengembangan kreativitas pada anak adalah sebelum usia 12 tahun.

(6)

Dalam UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa pendidikan memiliki 3 (tiga) jalur yang dapat ditempuh, yaitu jalur pendidikan informal, jalur pendidikan formal dan jalur pendidikan non-formal. Pendidikan informal adalah pendidikan yang didapatkan dari keluarga dan lingkungan; Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang; sedangkan Pendidikan non-formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Ketiga jalur pendidikan tersebut memiliki peranan yang sama pentingnya bagi perkembangan anak. Sehingga, harus diusahakan agar setiap anak mendapat pendidikan dari ketiga jalur tersebut dengan baik.

Kota Denpasar, merupakan ibu kota dari Provinsi Bali. Kota Denpasar memiliki indeks kemajuan penduduk yang cukup tinggidi berbagai sektor, salah satunya adalah sektor pariwisata yang merupakan sektor dengan kemajuan paling tinggi di kota ini. Akan tetapi, di Kota Denpasar sektor pendidikan cenderung kurang mendapat perhatian dari pemerintah kota. Hal tersebut diketahui berdasarkan data yang telah didapatkan dari Badan Pusat Statistik Kota Denpasar Tahun 2015, yang menyebutkan bahwa > 80 % sektor pendidikan formal di Kota Denpasar dikelola oleh pihak swasta. Sedangkan untuk pendidikan non-formal khusus untuk anak-anak yang dikelola oleh pemerintah kota belum ada. Padahal, menurut Hurlock (1978), anak-anak tidak saja hanya memerlukan pendidikan formal (di akademi maupun sekolah), akan tetapi juga memerlukan pengembangan kreativitas, penanaman nilai-nilai budaya, nilai-nilai sosial dan moral yang dapat diajarkan kepada anak-anak melalui suatu fasilitas pendidikan non-formal. Sehingga, belum tersedianya fasilitas tersebut, dapat menyebabkan kurang optimalnya perkembangan kreativitas pada anak, dan juga dapat mengurangi optimalisasi upaya pemerintah untuk membentuk tunas bangsa yang terdidik dan berbudaya.

Saat ini, fasilitas pendidikan non-formal khusus untuk anak di Kota Denpasar yang sudah ada, dikelola oleh pihak swasta dan masih bersifat komersil dengan patokan biaya yang cukup tinggi apabila ingin memanfaatkan fasilitas tersebut, sehingga hanya dapat dimanfaatkan oleh lapisan masyarakat tertentu saja, belum bisa mencakup seluruh masyarakat. Pemerintah Kota Denpasar sudah melakukan upaya untuk memberikan layanan fasilitas pendidikan non-formal bagi masyarakat, berupa Rumah Pintar yang ditujukan bagi masyarakat umum dengan segala usia. Akan tetapi kedua fasilitas tersebut cenderung kurang tepat sasaran dan pelaksanaannya kurang optimal. Terutama pada Rumah Pintar, yang notabenenya merupakan suatu pengembangan dari sebuah Perpustakaan.

(7)

Rumah Pintar tersebut dibangun di lahan milik Dinas Pendidikan Kota Denpasar, dan berada di pusat kawasan pendidikan. Potensi tersebut seharusnya dapat menjadikan Rumah Pintar tersebut menjadi ‘spot’ yang digemari oleh masyarakat, terutama kalangan pelajar. Akan tetapi, pada pelaksanaannya Rumah Pintar tersebut cenderung sepi pengunjung. Salah satu faktor yang mempengaruhi sepinya pengunjung tersebut diantaranya adalah pengelolaan dan pengoperasionalan Rumah Pintar yang kurang optimal, serta ketersediaan fasilitas yang kurang lengkap. Pengunjung yang mayoritas merupakan kalangan pelajar dan mahasiswa, cenderung mengunjungi Rumah Pintar tersebut hanya untuk memanfaatkan fasilitas wifi

corner yang disediakan, dan tidak memanfaatkan fasilitas edukasi yang lain.

Banyaknya pengunjung yang termasuk dalam kategori umur remaja dan dewasa menyebabkan lingkungan Rumah Pintar ini menjadi kurang baik bagi anak-anak. Hal itu disebabkan karena beberapa orang dewasa terkadang menggunakan gaya bicara, pola-pola bersosialisasi, serta tingkah laku yang kurang baik apabila ditiru oleh anak-anak tersebut. Sehingga dikhawatirkan dapat memberikan dampak yang kurang baik bagi anak-anak yang masih dalam fase imitasi (meniru) tersebut. Fasilitas edukasi yang disediakan untuk anak-anak juga terbilang kurang, hanya ada beberapa eksemplar buku bacaan anak-anak dan 3 unit komputer edukasi untuk anak yang jarang diaktifkan.

Berdasarkan pemaparan mengenai kondisi sektor pendidikan anak di Kota Denpasar tersebut, maka dari itu dapat disimpulkan bahwa perlunya penyelesaian masalah dengan mengadakan suatu fasilitas pelayanan pendidikan berupa Rumah Pintar Anak. Rumah Pintar Anak ini akan menyediakan fasilitas edukasi bagi anak yang berbasis aktivitas dengan mengutamakan Play Based Method dan bersifat terbuka untuk umum. Rumah Pintar Anak ini tidak hanya akan memberikan edukasi melalui pustaka saja, akan tetapi juga akan mengembangkan kreativitas anak, menanamkan karakter yang baik, serta nilai-nilai sosial dan budaya kepada anak-anak melalui kegiatan yang akan diadakan pada sentra-sentra yang akan dikembangkan, yaitu sentra pustaka anak, sentra komputer, sentra permainan, sentra audio-visual, dan sentra kriya yang akan mengadakan pelatihan dan kegiatan edukatif yang akan secara rutin dilaksanakan. Selain sentra-sentra tersebut juga akan ada fasilitas tambahan untuk menunjang upaya pemerintah guna melestarikan budaya berupa pengadaan sentra budaya, selain itu juga akan disediakan fasilitas bimbingan belajar bagi anak-anak tersebut. Rumah Pintar Anak ini akan didesain dengan menggunakan pendekatan desain terhadap karakteristik dan kebutuhan anak, sehingga pada pengoperasionalannya dapat menjadi lebih optimal.

(8)

Pengadaan Rumah Pintar Anak yang akan diadakan di Kota Denpasar ini akan menjadi suatu penyelesaian masalah yang tepat, karena Rumah Pintar Anak ini bertujuan untuk membentuk generasi penerus bangsa yang tidak hanya pandai, akan tetapi juga kreatif, berbudaya dan memiliki karakter serta norma-norma yang baik sesuai dengan yang berlaku di masyarakat, yang akan dimulai sejak usia dini. Sehingga nantinya ketika anak-anak tersebut tumbuh dewasa, dapat meneruskan cita-cita bangsa dan melakukan kegiatan-kegiatan yang lebih positif demi kemajuan bangsa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan pada sub-bab sebelumnya, dapat ditarik suatu kesimpulan rumusan permasalahan yang akan dibahas dan dicari solusinya pada makalah yang akan menjadi landasan konseptual pada proses perencanaan dan perancangan Rumah Pintar Anak di Denpasar, diantaranya adalah :

1. Bagaimana spesifikasi proyek Rumah Pintar Anak di Denpasar agar dapat mengakomodasikan seluruh fungsi dengan baik, efektif dan efisien?

2. Bagaimana penyusunan tema dan pemrograman yang paling tepat berkaitan dengan pengadaan Rumah Pintar Anak di Denpasar tersebut?

3. Bagaimana konsep perencanaan dan perancangan arsitektural yang akan digunakan pada tahap perancangan Rumah Pintar Anak di Kota Denpasar tersebut agar dapat membuat civitasnya merasa nyaman dan mengoptimalkan fungsi dari fasilitas tersebut?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah yang menjadi persyaratan pada pelaksanaan mata kuliah Seminar Tugas Akhir ini adalah untuk menyusun sebuah landasan konseptual yang akan menjadi dasar pada proses perencanaan dan perancangan Rumah Pintar Anak di Denpasar agar dapat mencapai tujuan dari pengadaan fasilitas tersebut. Sedangkan tujuan dari pengadaan fasilitas Rumah Pintar Anak tersebut adalah untuk membentuk generasi penerus bangsa yang tidak hanya pandai, akan tetapi juga kreatif, berbudaya dan memiliki karakter serta mentaati norma-norma yang baik yang berlaku di masyarakat, yang dimulai sejak usia dini. Sehingga nantinya ketika anak-anak tersebut tumbuh dewasa, dapat meneruskan cita-cita bangsa ini dan melakukan kegiatan-kegiatan yang lebih positif demi kemajuan bangsa. Proses perancangan fasilias Rumah Pintar Anak di Denpasar ini akan dilaksanakan pada tahapan selanjutnya, yaitu pada pelaksanaan mata kuliah Studio Tugas Akhir, Program Studi Arstektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana.

(9)

1.4 Metode Penelitian dan Perancangan

Dalam penyusunan makalah Seminar Tugas Akhir yang akan difungsikan sebagai landasan konseptual perancangan pada proses perancangan Rumah Pintar Anak di Denpasar ini, dilaksanakan menggunakan dua metode (mixed method), yaitu metode penelitian dan perancangan. Metode penelitian tersebut berfungsi untuk mengumpulkan dan mengolah data yang berkaitan dengan perancangan yang akan menghasilkan produk akhir berupa lokasi terpilih, spesifikasi proyek, pemrograman dan konsep perancangan yang akan digunakan sebagai landasan konseptual pada tahap perancangan. Sedangkan metode perancangan yang dilakukan tersebut berfungsi sebagai metode yang akan dilaksanakan pada proses perancangan obyek Rumah Pintar Anak di Denpasar yang dilakukan melalui lima tahapan proses perancangan.

1.4.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam penulisan makalah yang akan difungsikan sebagai landasan konseptual ini merupakan bagian dari tahapan permulaan dan persiapan yang akan dilakukan dengan menggunakan tiga metode, yaitu metode pengumpulan data, metode pengolahan data dan metode pembahasan. Metode penelitian ini merupakan bagian dari tahapan persiapan pada proses perancangan.

1. Metode Pengumpulan Data

Pada metode pengumpulan data ini, ada dua jenis data yang akan dikumpulkan guna mendukung proses perancangan kedepannya, yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung maupun melalui wawancara dengan narasumber di lapangan yang terkait dengan proyek tersebut, serta seluruh keterangan dan data yang dicatat oleh peneliti selama melakukan penelitian. Teknik pengumpulan data primer ini dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu teknik observasi dan teknik wawancara.

i. Teknik Observasi, merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan. Data yang dikumpulkan melalui teknik observasi ini diantaranya adalah :

(10)

- Data mengenai kondisi fisik dan non-fisik, karakteristik, dan fasilitas apa saja yang akan mempengaruhi dan memberikan batasan-batasan pada perancangan Rumah Pintar Anak.

- Data mengenai civitas dan aktivitas, serta tuntutan apa saja yang kemudian nantinya akan mempengaruhi tahap perancangan.

Observasi dilaksanakan secara langsung (on site) pada fasilitas yang terkait dengan Rumah Pintar Anak, yaitu :

- Rumah Pintar Kota Denpasar, pada 12 Oktober 2016.

- Rumah Pintar Pijoengan di Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 17 Oktober 2016.

- Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) DIY, pada 18 Oktober 2016. - Rumah Belajar Modern (RBM) di Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 19

Oktober 2016.

ii. Teknik Wawancara, merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara kepada ahli yang terkait dengan pengadaan fasilitas Rumah Pintar Anak. Data yang akan dikumpulkan melalui teknik ini diantaranya adalah :

- Kendala atau permasalahan yang kerap terjadi pada obyek sejenis Rumah Pintar Anak yang sudah ada.

- Data mengenai metode pelaksanaan dan operasional pada obyek yang sejenis dengan Rumah Pintar Anak yang sudah ada.

Teknik wawancara dilakukan kepada narasumber yang ahli pada bidang tersebut dan juga narasumber yang menjadi penanggung jawab pada obyek yang telah diobservasi, yaitu :

- Ni Wayan Niriastuti selaku Kepala Tata Usaha dan Trisna Wasitama Putra selaku Staff Administrasi pada Rumah Pintar Kota Denpasar pada 12 Oktober 2016.

- Okta Supiyana, selaku Admin Sentra Permainan Rumah Pintar Pijoengan, Daerah Istimewa Yogyakarta pada 17 Oktober 2016.

- F.M. Sari Astuti, S.H., M.M., selaku Kepala Tata Usaha Grhatama Pustaka, Daerah Istimewa Yogyakarta pada 18 Oktober 2016.

- Dra. Sri Ambarwati, M.IP., selaku Pustakawan Rumah Belajar Modern (RBM), Daerah Istimewa Yogyakarta pada 19 Oktober 2016.

(11)

Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dengan melakukan kajian pustaka dari berbagai sumber dan literatur terkait perencanaan, perancangan dan pelaksanaan pengadaan Rumah Pintar Anak di Denpasar yang daftarnya telah dipaparkan pada Daftar Pustaka.

2. Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data ini dilakukan dengan melakukan pengolahan data-data primer dan sekunder yang telah didapatkan pada pelaksanaan metode pengumpulan data. Pengelolaan data tersebut dimaksudkan untuk mengelompokkan dan menyederhanakan informasi yang akan digunakan sebagai bahan pertimbangan pada tahap perancangan. Metode pengolahan data dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu :

a. Metode Kompilasi Data, merupakan metode pengelolaan data dengan mengelompokkan data-data tersebut berdasarkan jenis data, kriteria dan hubungan keterkaitannya sehingga didapatkan kumpulan data yang runtut dan dapat dipahami dengan mudah.

b. Metode Analisis Data, merupakan tahapan pengelolaan data dengan melakukan beberapa pendekatan, diantaranya sebagai berikut :

i. Kualitatif, merupakan suatu tahapan analisa data melalui suatu proses deskipsi yang kemudian ditransformasikan ke dalam skala yang lebih sempit dan terfokus sehingga mudah dimengerti. Data dapat ditampilkan dalam bentuk diagram maupun skema.

ii. Kuantitatif, merupakan suatu tahapan pada analisa data melalui suatu proses perhitungan yang bersifat baku dan menggunakan rincian yang terskala.

iii. Kausa Komperatif, merupakan suatu tahapan pada analisa data melalui suatu proses pencarian sebab dan akibat dari permasalahan yang muncul dengan membandingan kondisi yang terjadi di lapangan dengan kondisi standar ataupun teori dan persyaratan terkait kasus yang sedang dibahas tersebut.

iv. Coding, merupakan suatu tahapan pada analisa data melalui pengumpulan dan pengelolaan data yang dilakukan dengan menyusun data tersebut sesuai dengan sistematika yang telah ditentukan.

v. Editing, merupakan suatu tahapan pada analisa data melalui pengecekan data, kemudian menambahkan informasi yang diperlukan dan mengurangi informasi yang kurang diperlukan.

(12)

Tahapan yang dilakukan pada pelaksanaan metode pembahasan ini merupakan tahap akhir dari metode penelitian yang akan menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat mempengaruhi proses perancangan Rumah Pintar Anak di Denpasar tersebut. Metode ini dilaksanakan dengan melalui dua tahapan, yaitu :

a. Tahap Sintesis Data, merupakan suatu tahapan untuk mengintegrasikan dua atau lebih elemen / data untuk menghasilkan suatu produk data yang baru.

b. Tahap Penarikan Kesimpulan

1.4.2 Metode Perancangan

Metode perancangan merupakan metode yang dilakukan setelah tahapan-tahapan yang dipaparkan pada metode penelitian terselesaikan. Snyder (1989) dalam Dharma (1988), mengatakan bahwa proses perencanaan dan perancangan merupakan gambaran proses yang berlangsung dari suatu keadaan awal sampai suatu keadaan masa depan, yang dibayangkan dengan menjelaskan kegiatan-kegiatan yang dilakukan didalamnya. Langkah-langkah tersebut dilaksanakan melalui lima tahapan, yaitu permulaan, persiapan, pengajuan usul, evaluasi dan tindakan. Pada proses perencanaan dan perancangan Rumah Pintar Anak di Denpasar ini, hanya akan dilakukan tiga tahapan yang paling awal saja, karena tahapan evaluasi dan tindakan hanya dapat dilakukan apabila rancangan tersebut akan dan sudah dilaksanakan proses pembangunan.

1. Tahap Permulaan

Tahap permulaan ini merupakan proses yang meliputi pengalaman, pemahaman dan batasan masalah yang akan dibenahi melalui serangkaian wawancara. Aspek lain dari proses ini meliputi peranan imajinasi dan aspirasi. Arsitek menyediakan imajinasi kritis dalam bidang keahliannya yang mendorong aspirasi-aspirasi klien untuk meningkatkan mutu tata lingkungan binaan (Built Environtment).

2. Tahap Persiapan

Langkah kedua ini meliputi pengumpulan dan analisis informasi mengenai masalah yang akan dibenahi. Secara spesifik proses persiapan meliputi pengumpulan secara sistematis dan analisis informasi tentang suatu proyek tertentu. Kegiatan yang disebut pemrograman dalam tahap persiapan ini, menghasilkan suatu tahapan tertulis dengan ikhtisar kebutuhan-kebutuhan suatu proyek dan dapat memuat analisa luas yang mengidentifikasi persoalan-persoalan penting yang harus dibenahi. Langkah-langkah mengenai pengumpulan data dan analisis informasi yang dilakukan pada tahap ini sudah

(13)

dibahas secara terperinci pada sub-bab 1.4.1. Pada makalah ini, tahapan persiapan ini diuraikan pada Bab II dan III.

3. Tahap Pengajuan Usul

Tahap pengajuan usul desain ini sering disebut dengan sintesis, yaitu usulan-usulan perancangan yang menghimpun berbagai pertimbangan dari konteks sosial, ekonomi, fisik, program, tempat, klien, teknologi, estetika dan proses-proses perancangan lainnya. Usulan ini merupakan suatu peragaan fisik dari integrasi sejumlah persoalan besar. Pada makalah ini, tahapan ini diuraikan pada BAB IV dan V.

4. Tahap Evaluasi

Evaluasi dari perancangan arsitek terjadi pada beberapa skala dan bermacam-macam peserta. Pembahasan ini berpusat pada evaluasi usul-usul alternatif yang diajukan oleh perancang. Evaluasi tersebut meliputi perbandingan pemecahan-pemecahan rancangan rancangan yang diusulkan dnegan tujuan dan kriteria yang dikembangkan dalam tahap pemrograman.

5. Tahap Tindakan

Kegiatan yang termasuk dalam tahap tindakan dalam proses perancangan ini adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan persiapan dan pelaksanaan suatu proyek, seperti menyiapkan dokumen konstruksi dan pemilihan kontraktor. Yang termasuk dalam dokumen konstruksi adalah gambar kerja dan spesifikasi tertulis untuk bangunana tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Grafik Pengaruh Banyak Partisi Waktu Ganjil dan Genap terhadap Harga Opsi Call Eropa menggunakan Metode Binomial CRR .... Grafik Pengaruh Banyak Partisi Waktu Ganjil dan

High Speed Downlink Packet Access (HSDPA) adalah sistem telekomunikasi generasi ke-tiga yang merupakan pengembangan dari Wideband Code Division Multiple Access (WCDMA) yang

4.1.2.5 Pengalaman Wisatawan Domestik Berdasarkan Peringkat Aspek yang Menjadi Unggulan di Gelanggang Samudra Ancol

Tabel 5.1 Karakteristik Petani Berdasarkan Umur di Sub DAS Prambanan 60 Tabel 5.2 Karakteristik Petani Berdasarkan Jumlah Tanggungan 61 Tabel 5.3 Karakteristik Petani

Dengan ini adalah diberitahu bahawa firma yang tercatat di ruangan (1) telah menamatkan perniagaan setelah penyerahan Sijil Pendaftaran Nama-Nama Perniagaan mulai tarikh

Peneliti ingin meneliti bagaimana perilaku komunikasi pedagang di pasar Cimol Gedebage Bandung dengan konsumennya menggunakan komunikasi verbal dan non verbal yang

Dari lima indikator mengenai sikap penjaja makanan terhadap keamanan pangan dalam penggunaan BTP dengan kategori cukup sebanyak 37,9%, penanganan dan penyimpanan

Hasil penelitian (Tabel 6) menunjukkan bahwa pola adaptasi penganekaragaman alat tangkap merupakan salah satu pola adaptasi yang memperoleh pendapatan rata-rata paling tinggi