• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA DALAM MELAKSANAKAN PROSES LAYANAN BK DI SEKOLAH SERTA PERBEDAAN KECEMASAN MAHASISWA PLBKS DI DAERAH DAN DI KOTA PADANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA DALAM MELAKSANAKAN PROSES LAYANAN BK DI SEKOLAH SERTA PERBEDAAN KECEMASAN MAHASISWA PLBKS DI DAERAH DAN DI KOTA PADANG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA DALAM MELAKSANAKAN PROSES LAYANAN BK DI SEKOLAH SERTA PERBEDAAN

KECEMASAN MAHASISWA PLBKS DI DAERAH DAN DI KOTA PADANG

Yola Susilawati1,Alfaiz2,Fuaddillah Putra2 1

Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

2

Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

yolasusilawati08@gmail.com ABSTRACT

This research is motivated by the existence of PLBKS students who are difficult to sleep, fear, feel nervous, heart palpitations when the implementation of PLBKS. The purpose of this study is to describe 1. Students' anxiety seen from physiological and psychological in the city. 2. Students' anxiety is seen from the psychological and physiological in the area. 3. Differences of anxiety seen from psychological. 4. Differences of anxiety seen from physiological. This research is a quantitative descriptive with comparative analysis approach. Sampling using purposive sampling technique. Data collection tool is a questionnaire. Data processed using intervals and SPSS version 20. Based on the results of research on the level of anxiety of students in implementing BK service process in school and differences anxiety PLBKS students in the region and in the city of Padang can be concluded: 1) Anxiety students PLBKS are in the category of anxiety. 2) Anxiety of PLBKS students is in the category of quite anxious. 3) The difference in the level of anxiety seen from psychological 4) The existence of different levels of anxiety seen from physiological.This research is recommended to students PLBKS.

Keywords: Anxienty Students PLBKS, Implementing BK

PENDAHULUAN

Dalam UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan

tinggi, pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Perguruan tinggi berkewajiban dan menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan

(2)

pengabdian kepada masyarakat. Syarat-syarat dan tata cara pendirian, struktur perguruan tinggi dan penyelenggaraan pendidikan tinggi ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Tujuan perguruan tinggi pada dasarnya turut memelihara keseimbangan wacana kehidupan sistem kelembagaan masyarakat yang hakekatnya berarah ganda menuju kadar intelektual meningkat dan kedewasaan moral di mana diperlukan pendekatan khusus untuk menyelesaikan permasalahannya. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut lembaga pendidikan tinggi melaksanakan misi Tridarma perguruan tinggi yaitu perguruan tinggi berfungsi sebagai pusat penelitian dan perguruan tinggi berfungsi sosial melaksanakan pengabdian masyarakat.

Salah satu lembaga pendidikan tinggi yaitu Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP PGRI Sumatera Barat merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai kompetensi bermutu, khususnya melahirkan calon konselor yang profesional. Sehubungan dengan hal

tersebut bimbingan dan konseling adalah salah satu jurusan yang ada di STKIP PGRI Sumatera Barat. Dalam jurusan bimbingan dan konseling mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti praktek lapangan salah satunya di sekolah, sesuai dengan salah satu misi program studi bimbingan dan konseling yaitu melaksanakan dan mengembangkan penelitian dan pengabdian dibidang pendidikan dan bimbingan konseling di sekolah dan di luar sekolah.

PLBKS merupakan salah satu kegiatan akademik yang harus dilakukan oleh seluruh mahasiswa, sebagai salah satu persyaratan pokok untuk kegiatan perkuliahan dalam penyelesaian pendidikan pada tingkat Strata Satu (S1) dengan beban 4 SKS. Kegiatan ini merupakan proses belajar dalam menerapkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap melalui berbagai kegiatan profesi konseling yang disesuaikan dengan tuntutan perkembangan permasalahan sekolah. Melalui kegiatan ini diharapkan mahasiswa memperoleh pengalaman nyata penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.

(3)

Menurut Yahya (Putri, Anggia & Meita, 2012) “Mahasiswa diartikan sebagai pelajar yang menimba ilmu pengetahuan yang tinggi, dimana pada tingkat ini mereka dianggap memiliki kematangan fisik dan perkembangan pemikiran yang luas, sehingga dengan nilai lebih tersebut mereka dapat memiliki kesadaran untuk menentukan sikap dirinya serta mampu bertanggung jawab terhadap sikap dan tingkah lakunya”. Sebagai seorang mahasiswa BK, mahasiswa dituntut untuk mengikuti perkuliahan, mengikuti ujian, serta melaksanakan berbagai praktek layanan konseling. Selain itu mahasiswa BK juga dituntut untuk wajib mengikuti PLBKS untuk menerapkan ilmu yang mereka peroleh selama mengikuti perkulihan.

Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang bersifat dinamis, berkembang, dan dapat diraih setiap waktu. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki

pengetahuan, keterampilan. Nilai dan sikap-sikap dasar melakukan sesuatu. Kebiasaan berfikir dan bertindak itu didasari oleh budi pekerti luhur baik dalam kehidupan pribadi, sosial, kemasyarakatan, keberagamaan, dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Budi pekerti luhur itu sesuai dengan kaidah-kaidah agama, adat istiadat, aturan keilmuan, hukum perundang, dan kebiasaan yang berlaku, (Panduan Umum (2002: 1).

Hal tersebut merupakan yang penting bagi mahasiswa PLBKS dalam memberikan materi kepada peserta didik supaya proses belajar mengajarnya menjadi efektif, maka mahasiswa tersebut harus menguasai materi dan sikap baik guna menghadapi peserta didik dalam memberikan layanan. Sebelum melaksanakan PLBKS, mahasiswa yang akan praktik diberikan pembekalan terlebih dahulu berupa bimbingan dosen supaya mahasiswa tersebut tidak merasa cemas dalam pemberian materi. Bekal yang diberikan itu biasanya berbentuk berbagai macam keterampilan mengajar menurut Syamdani dkk, (2014):

(4)

1. Keterampilan dasar bertanya 2. Reinforcement (penguatan)

3. Keterampilan mengadakan variasi 4. Keterampilan dasar menjelaskan 5. Keterampilan membuka dan

menutup pelajaran

6. Keterampilanmembimbing diskusi kelompok kecil

7. Keterampilan Mengelola kelas 8. Keterampilan mengajar kelompok

kecil dan peroranga

Menurut Sudrajat (2011: 10) kecemasan (axcienty) adalah salah satu bentuk emosi individu yang berkenaan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan objek ancaman yang tidak begitu jelas. Kecemasan dengan intensitas yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya sangat kuat dan bersifat negative justru malah akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu terhadap keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan. Suatu ketegangan mental yang biasanya disertai dengan gangguan tubuh yang

menyebabkan individu

bersangkutan merasa tidak berdaya

dan mengalami kelelahan karena senantiasa harus dalam keadaan stabil terhadap ancaman bahaya yang tidak jelas.

Menurut Buklew (Siska dkk, 2003: 68) tanda-tanda kecemasan bisa dilihat dari dua sisi, yaitu:

a. Tingkat kecemasan fisiologis, yaitu kecemasan yang sudah mempengaruhi fisik, terutama fungsi sistem syaraf seperti sukar tidur, jantung berdebar, keringat berlebihan, sering gemetar dan perut mual.

b. Tingkat psikologis, yaitu seperti tegang, bingung,

khawatir, sulit

berkonsentrasi.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan hari Senin, tanggal 20, bulan Desember, tahun 2016 bahwa kecemasan yang dirasakan mahasiswa PLBKS dalam melaksanakan proses layanan BK yaitu susah tidur karena takut akan memberikan layanan BK kepada peserta didik di kelas, mahasiswa PLBKS merasa takut menghadapi peserta didik yang akan bertanya kepada mahasiswa PLBKS terkait

(5)

materi layanan yang diberikan dikelas, mahasiswa PLBKS merasa sulit dalam menyusun program sendiri dan materi layanan yang akan diberikan kepada peserta didik yang tidak terselesaikan dengan baik.

Selanjutnya mahasiswa PLBKS merasa takut dimarahi pamong apabila tidak bias memberikan layanan BK dengan efektif di kelas, mahasiswa PLBKS merasa takut dimarahi ketika permasalahan peserta didik tidak dapat tertuntaskan dengan baik, mahasiswa depan kelas ketika memberikan layanan BK kepada peserta didik, jantung mahasiswa PLBKS PLBKS merasa cemas apabila berdiri di berdebar saat berbicara dengan pamong dalam mendiskusikan layanan BK yang akan diberikan kepada peserta didik, adanya ditemukan mahasiswa PLBKS sering merasa gugup, tegang, salah tingkah, keringat dingin, wajah pucat, sakit perut, jantung berdebar-debar, dankhawatirketika proses pemberian layanan BK kepada peserta didik di dalam kelas.

Sedangkan dilihat dari hasil wawancara hari Senin, tanggal 20, bulan Desember, tahun 2016, yang

dilakukan dengan lima orang mahasiswa PLBKS yang di daerah mahasiswa mengaku sering merasa gugup, tegang, salah tingkah, keringat dingin, wajah pucat, sakit perut, jantung berdebar-debar, dan khawatir ketika melaksanakan proses layanan BK di sekolah. Kemudian dilihat dari hasil wawancara dengan tiga orang mahasiswa PLBKS yang di kota P jantung berdebar-debar, khawatir, gugup adang mahasiswa mengaku sering tegang, saat berbicara di depan kelas ketika melakasanakan proses layanan BK di sekolah.

Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti ingin melaksanakan penelitian tentang “Tingkat Kecemasan Mahasiswa dalam Melaksanakan Proses Layanan BK di Sekolah serta Perbedaan Kecemasan Mahasiswa PLBKS di Daerah dan di Kota Padang”.

Mengingat begitu luasnya permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan layanan BK ini, maka peneliti membuat batasan masalah yang akan dibahas yaitu:

1. Kecemasan mahasiswa PLBKS dalam mel

(6)

2. aksanakan proses layanan BK di kota dilihat dari aspek fisiologis dan psikologis.

3. Kecemasan mahasiswa PLBKS dalam melaksanakan proses layanan BK di daerah dilihat dari aspek psikologis dan fisiologis. Perbedaan tingkat kecemasan mahasiswa PLBKS di kota Padang dan di daerah dilihat dari aspek psikologis.

4. Perbedaan tingkat kecemasan mahasiswa PLBKS di daerah dan di kota Padang dilihat dari aspek fisiologis.

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Kecemasan mahasiswa PLBKS dalam melaksanakan proses layanan BK di kota dilihat dari aspek fisiologis dan psikologis. 2. Kecemasan mahasiswa PLBKS

dalam melaksanakan proses layanan BK di daerah dilihat dari aspek psikologis dan fisiologis. 3. Perbedaan tingkat kecemasan

mahasiswa PLBKS di kota Padang dan di daerah dilihat dari aspek psikologis.

4. Perbedaan tingkat kecemasan mahasiswa PLBKS di daerah dan di kota Padang dilihat dari aspek fisiologis.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan analisis komparatif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan peristiwa atau kejadian pada masa sekarang. Menurut Yusuf (2007: 83) penelitian deskriptif merupakan usaha lebih spesifik dari/ lanjutan dan luas, atau untuk dapat menentukan hubungan beberapa perubahan atau untuk memperjelas dan mempertajam konsep yang sudah ada. Menurut Arikunto (2011: 14) penelitian kuantitatif yaitu sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis telah ditetapkan. Menurut (Sugiyono, 2013: 50 data bersifat

(7)

kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang) penelitian komparatif berarti menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan analisis komparatif yaitu, mendeskripsikan kejadian masa sekarang kemudian menguji hipotesis yang telah ditetapkan, lalu dilakukan uji perbedaan dari sampel yang berbeda yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu peneliti mendeskriptifkan tentang “Tingkat Kecemasan Mahasiswa dalam Melaksanakan Proses Layanan BK di Sekolah serta Perbedaan Kecemasan Mahasiswa PLBKS di Daerah dan di Kota Padang.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa PLBKS di daerah dan di kota Padang yang berjumlah di daerah 172 orang dan di kota 45 orang. Teknik yang di gunakan dalam pengambilan sampel ini purposive

Sampling adalah rumus dari

Darmawan dengan jumlah sampel di kota 25 orang dan di daerah 97 orang.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval. Menurut Riduwan (2010: 85) data interval adalah data yang menunjukkan jarak antara satu data yang lain, dan mempunyai bobot yang sama. Jadi yang di intervalkan dalam penelitian ini adalah “Tingkat Kecemasan Mahasiswa dalam Melaksanakan Proses Layanan BK di Sekolah serta Perbedaan Kecemasan Mahasiswa PLBKS di daerah dan di Kota Padang”. Sementara itu sumber data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling dan data sekunder data yang diperoleh dari pihak UPPL STKIP PGRI Sumatera Barat.

Dalam penelitian ini teknik pengmpulan data yang akan digunakan adalah angket. Menurut Yusuf (2005: 249) “Angket adalah serangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan topik tertentu, diberikan kepada sekelompok individu dengan maksud untuk memperoleh data”. angket yang disebarkan kepada responden, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat berupa pilihan

(8)

yang terdiri atas jenis-jenis jawaban sebagai berikut: 1. Setuju; 2. Sangat setuju ; 3. Kurang setuju; 4. Tidak setuju; 5. Sangat Tidak Setuju. Sedangkan teknik Analisis data yang dilakukan adalah dengan mendeskripsikan tingkat kecemasan

mahasiswa PLBKS dalam

melaksanakan proses layanan BK serta perbedaan kecemasan mahasiswa PLBKS di daerah dan di kota Padang dengan menggunakan rumus:

P =

HASILDAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, maka perbedaan tingkat kecemasan mahasiswa dalam melaksanakan proses layanan BK di sekolah yang di daerah dan di kota dilihat dari kondisi fisiologis dan psikologis dapat dilihat sebagai berikut:

1. Kecemasan Mahasiswa PLBKS dalam Melaksanakan Proses Layanan BK di Kota Dilihat Dari Aspek Fisiologis dan Psikologis

Berdasarkan pengolahan data dapat diketahui bahwa kecemasan mahasiswa PLBKS dalam melaksanakan proses layanan BK di kota dilihat dari aspek fisiologis dan psikologis tergolong kategori

cemas dengan presentase 186,2 %, sebab dari 25 mahasiswa 20 mahasiswa tergolong kategori cemas selebihnya tergolong kategori cukup cemas dan sangat cemas. Sesuai dengan hasil data tersebut, maka ditemukan adanya mahasiswa PLBKS yang merasa cemas dalam melaksanakan proses layanan BK di kota.

Berdasarkan penjelasan di atas sesuai dengan pendapat menurut Dacey (Mustika, 2005 hal 5) gejala kecemasan dapat ditinjau melalui tiga komponen, yaitu:

a. Komponen psikologis, berupa kegelisahan, gugup, tegang, cemas, rasa tidak aman, takut, cepat, terkejut.

b. Komponen fisiologis, berupa jantung berdebar keringat dingin, pada telapak tangan, tekanan, darah meninggi, (mudah emosi), respon kulit terhadap aliran galvanis (sentuhan dari luar) berkurang, gerakan peristaltik, (gerakan berulang-ulang tanpa disadari) bertambah, gejala somatik atau fisik (otot),

(9)

gejala somatik atau (sensorik), gejala Respiratori (pernafasan), gejala Gastrointertinal (pencernaan), gejala Urogenital (perkemihan dan kelamin).

c. Komponen sosial, sebuah perilaku yang ditunjukkan

oleh individu

dilingkungannya, perilaku itu dapat berupa tingkah laku (sikap) dan gangguan tidur. 2. Kecemasan Mahasiswa PLBKS

dalam Melaksanakan Proses Layanan BK di Daerah Dilihat Dari Aspek Fisiologis dan Psikologis

Berdasarkan pengolahan data dapat diketahui bahwa kecemasan mahasiswa PLBKS dalam melaksanakan proses layanan BK di daerah dilihat dari aspek fisiologis dan psikologis tergolong kategori cukup cemas dengan presentase 156,43%, sebab dari 72 mahasiswa kebanyakan mahasiswa merasa cukup cemas berjumlah 35 mahasiswa selebihnya kategori sangat cemas, cemas, kurang cemas, dan 1 mahasiswa merasa tidak cemas.

Menurut Hawari (Isnaini 2015:43) mengatakan gejala kecemasan terdiri dari:

a. Aspek fisiologis

Diketahui dari munculnya reaksi-reaksi tubuh tertentu yang sebagian besar merupakan hasil kerja sistem syaraf otonom yang mengontrol berbagai otot dan kelenjar tubuh. Jika fikiran individu dikuasai oleh kecemasan, maka sistem syaraf otonom akan berfungsi dan akan muncul gejala-gejala fisik seperti jantung berdebar-debar, tekanan darah meningkat, nafas menjadi cepat dan terjadi gangguan pencernaan.

b. Aspek emosional

Yaitu komponen kecemasan yang berkaitan dengan reaksi afektif individu. Komponen ini ditunjukkan dengan munculnya kondisi perasaan yang tidak menyenangkan seperti kegugupan, kegelisahan dan ketegangan.

(10)

c. Aspek koknitif

Ditunjukkan dengan adanya kekhawatiran individu terhadap konsekuensi-konsekuensi negatif yang mungkin akan dialaminya atau adanya harapan yang negatif. Jika kekawatiran ini

meningkat, maka

kemungkinan akan

menggangu kemampuan individu untuk berfikir jernih, memecahkan masalah dan

memenuhi tuntutan

lingkungan.

3. Perbedaan Kecemasan Mahasiswa PLBKS dalam Melaksanakan Proses Layanan BK di Sekolah yang di Daerah dan di Kota dilihat dari Kondisi Fisiologi

Perbedaan kecemasan mahasiswa PLBKS di daerah dan di kota memang sangat tampak sekali dimana dapat diketahui

independent samples test bahwa

kecemasan mahasiswa di daerah dan di kotadalam pelaksaan layanan bimbingan kelompok kepada mahasiswa dalam melaksanakan proses layanan BK di sekolah yang berjumlah 24 orang terdapat perbedaanyang

signifikan antara yaitu pada kolom sigpeserta didikyaitudiperolehnilai sig. 0,00< 0.05 yang artinya adanya perbedaan pada kecemasan mahasiswa PLBKS dilihat dari segi fisiologis. Jika kita lihat dengan menggunakan t tabel maka diperoleh nilai hasil t-tes adalah thitung 6,075 dan ttabel 1,710 maka

terlihat thitung>ttabel artinya hipotesis

kerja Ha diterima atau terdapat perbedaan kecemasan antara mahasiswa PLBKS di daerah dan di kota . Menurut Sundari (Mukhayyaroh, hal 204) bahwa gejala-gejala kecemasan ada dua macam yaitu yang bersifat fisik dan mental:

a. Gejala kecemasan yang bersifat fisik merupakan suatu emosi yang ditandai dengan meningkatnya aktivitas secara otonom, secara khusus aktivitas pada sistem syaraf sympathetic, antara lain:

1) Jari-jari tangan dingin 2) Detak jantung makin cepat 3) Berkeringat dingin

4) Kepala pusing

5) Nafsu makan berkurang 6) Tidur tidak nyenyak

(11)

7) Dada sesak nafas

b. Gejala kecemasan yang bersifat mental yaitu perasaan subyektif terhadap tekanan, dan kognisi yang meliputi:

1) Ketakutan

2) Merasa akan ditimpa bahaya 3) Tidak dapat memusatkan

perhatian 4) Tidak tentram

5) Ingin lari dari kenyataan Artinya memang ada perbedaan yang signifikan antara mahasiswa yang PLBKS di kota dengan mahasiswa yang PLBKS di daerah. Bisa saja hal itu terjadi karena kondisi lingkungan tempat PLBKS, kurikulum yang dipakai dalam pembelajaran, dan perbedaan kecepatan system informasi yang di peroleh.

4. Perbedaan Kecemasan Mahasiswa PLBKS dalam Melaksanakan Proses Layanan BK di Sekolah yang di Daerah dan di Kota dilihat dari Kondisi Psikologis

Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program statistik

SPSS versi 20 dengan

menggunakan independent samples test di atas maka dapat

terlihat bahwa kecemasan mahasiswa di daerah dan di kota dalam pelaksaan layanan bimbingan kelompok kepada mahasiswa dalam melaksanakan proses layanan BK di sekolah yang berjumlah 24 orang terdapat korelasi yang signifikan antara yaitu pada kolom sigpeserta didik sig. 0,00<0.05 yang artinya adanya perbedaan pada kecemasan mahasiswa PLBKS dilihat dari segi psikologis. Jika kita lihat dengan menggunakan t tabel maka diperoleh nilai hasil t-tes adalah thitung 8,469 dan ttabel 1,710 maka

terlihat thitung>ttabel artinya hipotesis

kerja Ha diterima atau terdapat perbedaan kecemasan antara mahasiswa PLBKS di daerah dan di kota dilihat dari kondisi psikologis.

Artinya juga terdapat perbedaan dari kondisi fisiologis yang dirasakan oleh mahasiswa di kota dan daerah. Jika kita lihat tingkat signifikan 0,00 artinya perbedaannya sempurna dan jelas. Mahasiswa yang memiliki rasa kecemasan dari psikologis biasa akan tampak tegang dan kaku saat

(12)

memberikan layanan. Perasaan ini biasanya muncul disebabkan oleh faktor dari dalam dan luar.Menurut Jeffrey S, (2003: 164) beberapa ciri dari kecemasan adalah:

a. Ciri Fisik

1) Kegelisahan, kegugupan 2) Tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar 3) Banyak berkeringat 4) Mulut atau kerongkongan terasa kering, sulit menelan 5) Jantung berdebar keras berdetak kencang 6) Terdapat gangguan sakit perut atau mual 7) Wajah terasa memerah dan merasa sensitive atau mudah marah. b. Ciri-ciri Behavioral

1) Perilaku menghibu 2)Perilaku melekat dan dependen 3) Perilaku terguncang.

c. Ciri-ciri Kognitif

1) Khawatir tentang sesuatu 2) Kecemasan akan kehilangan kontrol 3) Berfikir bahwa semuanya tidak bisa lagi dikendalikan 4) Pikiran

terasa bercampur aduk atau kebingungan 5) Sulit berkonsentrasi 6) Khwatir terhadap hal-hal sepele.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat kecemasan mahasiswa dalam melaksanakan proses layanan BK di sekolah dan perbedaan kecemasan mahasiswa PLBKS di daerah dengan kota Padang dapat disimpulkan bahwa:

1. Kecemasan mahasiswa PLBKS dalam melaksanakan proses layanan BK di kota dilihat dari aspek fisiologis dan psikologis berada pada kategori cemas. 2. Kecemasan mahasiswa PLBKS

dalam melaksanakan proses layanan BK di daerah dilihat dari aspek psikologis dan fisiologis berada pada kategori cukup cemas.

3. Adanya perbedaan tingkat kecemasan mahasiswa PLBKS di kota Padang dan di daerah dilihat dari aspek psikologis. 4. Adanya perbedaan tingkat

(13)

di daerah dan di kota Padang dilihat dari aspek fisiologis.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi (2011) Prosedur

Penelitian. Jakarta: Rineka

Cipta.

Daradjat, Zakiah (1982). Kesehatan

Mental. Jakarta: Gunung

Agung.

Isnaini, (2015) Nur Sari Nikmah dan Lestari Rini. Kecemasan pada

Pengangguran Terdidik

Lulusan Universitas. Jurna

lFakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta. No 1. Hlm 42-43. Mustika, Dyah Mustika. (2005).

Kecemasan dan Strategi

Coping Remaja Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan. Jurnal

Program Psikologi, Fisip, Universitas Brawijaya. Hlm 5. Mukhayyaroh, Latifah. (1991)

Kecemasan Menyusun Tugas Akhir Ditinjau Dari Berfikir

Positif Pada Mahasiswa

Program Studi DIII kebidanan

Universitas Muhammadiyah

Semarang. Jurnal Fakultas

Psikologi Universitas Semarang. Hlm 204.

Putri, Anggia dan Budiani Santi Meita. (2012). Pengaruh Terhadap Perilaku Belajar

pada Mahasiswa yang

Bekerja. Jurnal Ilmiah.

Kelelahan Emosional

Riduwan.(2010). Skala pengukuran

variabel-Variabel Penelitian.

Alfabeta Bandung.:

S, Jeffrey. (2003). Psikologi Abnormal. Erlangga.

Siska, dkk (2003).Kepercayaan Diri

dan Kecemasan Komunikasi

Interpersonal Pada

Mahasiswa. Jurnal Universitas

Gajah Mada . 2. Hlm. 67-71. Sudrajad, Akhmad (2011). Mengatasi

Masalah-Masalah Siswa

Melalui Layanan Konseling

Individual. Yogyakarta: Paramitra. Sugiyono. (2013). Statistika Penelitian. Bandung: Alfabeta. Syamdanidkk (2014).8 Keterampilan

Dasar Mengajar. Padang:

STKIP PGRI Sumbar Prees. Undang-undang Sisdiknas No.20

Tahun 2003 tentang Pendidikan Tinggi.

Yusuf, Muri (2005). Metodologi Penelitian. Padang : UNP Press.

Yusuf, Muri (2007). Metodologi

Penelitian. Padang : UNP

Referensi

Dokumen terkait

Siklus pembubutan memanjang (Roughing).

Kualitas proses pembelajaran matematika dengan pemanfaatan lingkungan dan alat peraga manipulatif sebagai sumber belajar pada materi pokok volume kubus dan balok

Lahan milik sendiri menggunakan tenaga kerja luar keluarga sehingga pengelolaannya juga tidak terlalu diperhatikan, sebab ada rasa tidak memiliki dari pekerja terhadap

Dalam skripsi ini penulis membahas mengenai perlindungan hukum pasien peserta JKN BPJS Kesehatan dengan mengangkat beberapa permasalahan yaitu bagaimana prosedur pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kartasura. Peneliti mengadakan penelitian di SMP Negeri 2 Kartasura dengan pertimbangan bahwa sekolah ini

″ngayah″ di lingkungan desa pakraman atau banjar dengan pengorbanan pikiran, tenaga, materi, serta waktu demi kepentingan lingkungannya tanpa imbalan, yang merupakan

teknik pada bidang sipil, maka ilmu ini dijadikan salah satu mata pelajaran atau.. mata diklat yang wajib ada pada suatu lembaga pendidikan dibidang

Keduanya dapat digunakan sebagai pewarna alami makanan, namun untuk mengetahui daun pandan wangi atau pandan suji yang lebih efektif digunakan sebagai pewarna alami