• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. Jane Soepardi NIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. Jane Soepardi NIP"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota i

 

KATA PENGANTAR

 

Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal di bidang kesehatan di kabupaten/kota adalah Profil Kesehatan Kabupaten/Kota. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa profil kesehatan kabupaten/kota ini pada intinya berisi berbagai data/informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di kabupaten/kota.

Oleh karena kedudukannya yang sangat strategis itu, penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota perlu dicermati dan sedapat mungkin menggunakan petunjuk teknis sebagai acuan sehingga dapat dikompilasi menjadi Profil Kesehatan Provinsi dan selanjutnya menjadi Profil Kesehatan Indonesia serta dapat dikomparasikan antara satu daerah dengan daerah lain. Hal tersebut merupakan salah satu tujuan diterbitkannya buku Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota ini.

Buku ini disusun dengan format baru, dengan modifikasi dari Petunjuk Teknis Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2007. Secara umum format petunjuk teknis ini menyajikan data kesehatan yang terpilah menurut jenis kelamin. Dengan tersedianya data kesehatan yang responsif gender, diharapkan dapat mengidentifikasi ada-tidaknya serta besaran kesenjangan mengenai kondisi, kebutuhan, dan persoalan yang dihadapi laki-laki dan perempuan terkait dengan akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat dalam pembangunan bidang kesehatan.

Penerapan petunjuk teknis ini dilakukan secara bertahap sesuai kesiapan daerah dan diharapkan mulai diberlakukan pada penyusunan profil kesehatan kabupaten/kota tahun ini (data tahun 2010).

Petunjuk teknis ini disajikan dalam bentuk hard copy (dalam bentuk cetakan) dan soft copy (CD) serta juga dapat diunduh di website www.depkes.go.id sehingga memudahkan para pengelola data dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota. Dengan tersedianya data kesehatan dalam bentuk Profil Kesehatan diharapkan dapat bermanfaat bagi kabupaten/kota untuk mengadakan evaluasi program pembangunan kesehatan di wilayahnya.

Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan petunjuk teknis ini, kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, Januari 2011

Kepala Pusat Data dan Informasi

dr. Jane Soepardi

(3)
(4)

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota iii

SAMBUTAN

SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

Saya menyambut gembira terbitnya buku “Petunjuk Teknis Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota Edisi Data Terpilah menurut Jenis Kelamin” ini. Petunjuk teknis ini mempunyai peranan yang penting dalam penyediaan data kesehatan yang responsif gender yang selama ini dibutuhkan. Data kesehatan yang terpilah menurut jenis kelamin dapat dijadikan data pembuka wawasan yang dapat menggambarkan kondisi, kebutuhan, dan persoalan yang dihadapi laki-laki dan perempuan terkait dengan akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat dalam pembangunan bidang kesehatan. Dengan data yang responsif gender ini juga akan membantu dalam proses penyusunan rencana dan penganggaran program pembangunan kesehatan di pusat dan daerah.

Penerapan petunjuk teknis ini hendaknya dapat diselenggarakan dengan sungguh-sungguh, secara bertahap dan berjenjang sesuai dengan kesiapan masing-masing daerah. Keberhasilan pengelolaan data kesehatan yang responsif gender memerlukan peran serta aktif dari para pemangku kepentingan bersama-sama dengan lintas sektor. Penyesuaian sistem pencatatan dan pelaporan program kesehatan yang mendukung penyediaan data kesehatan yang terpilah menurut jenis kelamin mempunyai peran yang besar dalam mewujudkan data kesehatan yang responsif gender.

Pada kesempatan ini saya menyampaikan apresiasi kepada Pusat Data dan Informasi yang memprakarsai penyusunan buku petunjuk teknis ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan kontribusi dalam penyusunan buku “Petunjuk Teknis Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Edisi Data Terpilah menurut Jenis Kelamin” ini.

Jakarta, 31 Januari 2011

Sekretaris Jenderal

Kementerian Kesehatan RI,

 

      

 

dr. Ratna Rosita, MPHM NIP. 195212051980032001

(5)
(6)

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota v

 

DAFTAR ISI 

 

KATA PENGANTAR i

SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vi

BAB I : PENDAHULUAN 1

BAB II : TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

A. TUJUAN 3

B. RUANG LINGKUP 3

1. Jenis Data 3

2. Sumber Data 4

3. Periode Data dan Jadwal Penyusunan 4

BAB III : MEKANISME KERJA PENGELOLAAN DATA

A. Pengumpulan Data 6

B. Pengolahan dan Analisis Data 7

BAB IV : SISTEMATIKA DAN DISTRIBUSI

A. Sistematika Penyajian 11

B. Distribusi Profil Kesehatan 12

BAB V : INDIKATOR KESEHATAN PADA PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

A. Gambaran Umum 13

B. Derajat Kesehatan 13

C. Upaya Kesehatan 14

D. Sumber Daya Kesehatan 15

LAMPIRAN

(7)

vi

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota

 

DAFTAR TABEL 

Tabel 1 LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN

Tabel 2 JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KELOMPOK UMUR, RASIO BEBAN TANGGUNGAN, RASIO JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN Tabel 3 JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR

Tabel 4 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF MENURUT JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN

Tabel 5 PERSENTASE PENDUDUK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN BERUSIA 10 TAHUN KE ATAS MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN DAN KECAMATAN

Tabel 6 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS Tabel 7 JUMLAH KEMATIAN BAYI DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN

PUSKESMAS

Tabel 8 JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR, KECAMATAN, DAN

PUSKESMAS Tabel 9 JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO) DAN AFP RATE (NON POLIO) MENURUT

KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 10 JUMLAH KASUS BARU TB PARU DAN KEMATIAN AKIBAT TB PARU MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 11 JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 12 JUMLAH KASUS DAN KESEMBUHAN TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 13 PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 14 JUMLAH KASUS BARU HIV, AIDS, DAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL LAINNYA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

(8)

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota vii

Tabel 15 PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV-AIDS MENURUT JENIS

KELAMIN Tabel 16 KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN

PUSKESMAS

Tabel 17 JUMLAH KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN

PUSKESMAS Tabel 18 KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2 MENURUT JENIS KELAMIN,

KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 19 JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 20 PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 21 JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 22 JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS - Lanjutan

Tabel 23 JUMLAH KASUS DBD MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS Tabel 24 KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT JENIS KELAMIN,

KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 25 PENDERITA FILARIASIS DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 26 BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 27 STATUS GIZI BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS Tabel 28 CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN,

DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS Tabel 29 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT KECAMATAN DAN

PUSKESMAS Tabel 30 JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE1 DAN FE3 MENURUT

KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 31 JUMLAH DAN PERSENTASE IBU HAMIL DAN NEONATAL RISIKO TINGGI/KOMPLIKASI DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

(9)

viii

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tabel 32 CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI, ANAK BALITA, DAN IBU NIFAS

MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 33 PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI, KECAMATAN DAN

PUSKESMAS Tabel 34 PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI, KECAMATAN, DAN

PUSKESMAS Tabel 35 JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 36 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 37 CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 38 CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 39 CAKUPAN IMUNISASI DPT, HB DAN CAMPAK PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 40 CAKUPAN IMUNISASI BCG DAN POLIO PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 41 JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 42 PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI ANAK USIA 6-23 BULAN DARI KELUARGA MISKIN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 43 CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN

PUSKESMAS Tabel 44 JUMLAH BALITA DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN

PUSKESMAS Tabel 45 CAKUPAN BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PERAWATAN MENURUT JENIS

KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 46 CAKUPAN PENJARINGAN KESEHATAN SISWA SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 47 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN SISWA SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

(10)

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota ix

Tabel 48 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 49 PERSENTASE SARANA KESEHATAN DENGAN KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR ) LEVEL I

Tabel 51 JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT JENIS KLB

Tabel 50 DESA/KELURAHAN TERKENA KLB YANG DITANGANI < 24 JAM MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 52 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 53 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS (Lanjutan)

Tabel 54 JUMLAH KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN

Tabel 55 CAKUPAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PRA BAYAR MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 56 CAKUPAN PELAYANAN RAWAT JALAN MASYARAKAT MISKIN (DAN HAMPIR MISKIN) MENURUT STRATA SARANA KESEHATAN, JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN

PUSKESMAS Tabel 57 CAKUPAN PELAYANAN RAWAT INAP MASYARAKAT MISKIN (DAN HAMPIR MISKIN)

MENURUT STRATA SARANA KESEHATAN, JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN

PUSKESMAS Tabel 58 JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN , RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN GANGGUAN

JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN Tabel 59 ANGKA KEMATIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT Tabel 60 INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAHSAKIT

Tabel 61 PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 62 PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 63 PERSENTASE RUMAH/BANGUNAN BEBAS JENTIK NYAMUK AEDES MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 64 PERSENTASE KELUARGA MENURUT JENIS SARANA AIR BERSIH YANG DIGUNAKAN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

(11)

x

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tabel 65 PERSENTASE KELUARGA MENURUT SARANA AIR MINUM YANG DIGUNAKAN,

KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 66 PERSENTASE KELUARGA DENGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 67 PERSENTASE TEMPAT UMUM DAN PENGELOLAAN MAKANAN (TUPM) SEHAT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 68 PERSENTASE INSTITUSI DIBINA KESEHATAN LINGKUNGANNYA MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 69 KETERSEDIAAN OBAT MENURUT JENIS OBAT

Tabel 70 JUMLAH SARANA PELAYANAN KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN

Tabel 71 SARANA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEMAMPUAN LABKES DAN

MEMILIKI 4 SPESIALIS DASAR

Tabel 72 JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 73 UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) MENURUT KECAMATAN

Tabel 74 JUMLAH TENAGA MEDIS DI SARANA KESEHATAN

Tabel 75 JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI SARANA KESEHATAN

Tabel 76 JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN DAN GIZI DI SARANA KESEHATAN

Tabel 77 JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN SANITASI DI SARANA KESEHATAN

Tabel 78 JUMLAH TENAGA TEKNISI MEDIS DAN FISIOTERAPIS DI SARANA KESEHATAN Tabel 79 ANGGARAN KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

(12)

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 1

 

BAB I 

PENDAHULUAN 

 

Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan sesuai dengan Visi Kementerian Kesehatan “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan” dan dengan Misinya “1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani; 2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan; 3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; 4) Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik” diperlukan suatu indikator. Indikator yang tercantum dalam petunjuk teknis ini menyajikan data indikator kesehatan dan indikator yang terkait kesehatan yang meliputi: (1) Indikator Derajat Kesehatan yang terdiri atas indikator-indikator untuk mortalitas, morbiditas, dan status Gizi; (2) Indikator Upaya Kesehatan yang terdiri atas pelayanan kesehatan, perilaku hidup sehat, dan keadaan lingkungan; serta (3) Indikator Sumber Daya Kesehatan terdiri atas sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan; dan (4) Indikator lain yang terkait dengan kesehatan.

Sejak terbitnya Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional, perjalanan sosialisasi dan advokasi yang mendorong pelaksanaan pengarusutamaan gender dalam pembangunan yang diterjemahkan dalam kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sangat dinamis. Mulai dari upaya pengintegrasian pengarusutamaan gender dalam dokumen perencanaan sampai gender budget statement (Pernyataan Anggaran Responsif Gender). Upaya-upaya tersebut utamanya dalam rangka mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender. Pengarusutamaan gender (PUG) adalah salah satu strategi pembangunan yang dilakukan untuk mencapai kesetaraan gender melalui pengintegrasian permasalahan, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan perempuan dan laki-laki harus dimasukan ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program, proyek dan kegiatan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan.

Dalam petunjuk teknis ini dibuat format baru modifikasi dari Petunjuk Teknis Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2007 dalam bentuk data terpilah menurut jenis kelamin. Data terpilah bermanfaat untuk memberi gambaran kondisi, kebutuhan, dan persoalan yang dihadapi laki-laki dan perempuan terkait dengan akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat dalam pembangunan bidang kesehatan melalui analisis gender. Bentuk data terpilah dapat berbentuk kuantitatif maupun kualitatif.

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota ini membahas tentang cara pengumpulan, pengolahan dan analisis serta penyajian, mekanisme, penjadwalan, format data serta cara pengisiannya, dan memuat keterkaitan indikator antar tabel sehingga diharapkan isi dan bentuk Profil Kesehatan Kabupaten/Kota menjadi selaras dengan Profil Kesehatan Provinsi dan Profil Kesehatan Indonesia, sehingga dapat dikompilasi dan dikomparasikan.

(13)

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 2

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kabupaten/Kota edisi ini, selain dalam bentuk hard copy (buku) juga dilengkapi dengan soft copy/CD (yang berisi link data antar tabel dan formula indikator) sehingga memudahkan pengelola data di kabupaten/kota dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota.

(14)

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 3

 

BAB II 

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP 

 

A. TUJUAN

Tujuan umum Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota ini adalah sebagai acuan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk menyusun Profil Kesehatan Kabupaten/Kota.

Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah:

1. Tersedianya acuan mekanisme kerja pengumpulan, pengolahan untuk penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota.

2. Tersedianya acuan untuk analisis dan penyajian data Profil Kesehatan Kabupaten/Kota.

3. Tersedianya acuan tabel-tabel yang diperlukan untuk Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota.

4. Tersedianya acuan penjadwalan kegiatan penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota.

B. RUANG LINGKUP 1. Jenis Data/Informasi

Data yang dikumpulkan untuk penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota adalah: a. Data Umum meliputi data geografi, kependudukan dan sosial ekonomi.

b. Data Derajat Kesehatan yang meliputi data kematian, data kesakitan, dan data status gizi.

c. Data Upaya Kesehatan yang terdiri atas pelayanan kesehatan, perilaku hidup sehat, dan keadaan lingkungan.

d. Data Sumber Daya Kesehatan, antara lain data obat dan perbekalan kesehatan, data Rumah Sakit, Puskesmas, UKBM, dan pembiayaan kesehatan.

e. Data lainnya.

Data dimaksud diupayakan untuk dapat tersedia secara terpilah menurut jenis kelamin, laki-laki dan perempuan.

(15)

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 4

2. Sumber Data

Data untuk penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota diperoleh dari:

a. Catatan kegiatan Puskesmas baik untuk kegiatan dalam gedung maupun luar gedung.

b. Catatan kegiatan Rumah Sakit yang berada di wilayah kabupaten/kota tersebut. c. Catatan kegiatan yang dilaksanakan langsung oleh Dinas Kesehatan termasuk

Unit Pelaksana Teknis Kesehatan di wilayah kabupaten/kota.

d. Dokumen Kantor Statistik Kabupaten/Kota, Kantor BKKBN Kabupaten/Kota, Bappeda Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan, dan Kantor Pengolahan Data Elektronik Kabupaten/Kota, dan institusi terkait lainnya.

e. Dokumen Hasil Survei Kabupaten/Kota, Survei Provinsi atau Survei Nasional.

3. Periode Data dan Jadwal Penyusunan

Periode data yang disajikan dalam Profil Kesehatan Kabupaten/Kota adalah periode Januari sampai dengan Desember tahun Profil. Dengan demikian Profil Kesehatan Kabupaten/Kota X Tahun 2010 berisi data/informasi tahun 2010.

Periode penyusunan profil kesehatan kabupaten/kota dibagi dalam dua tahap yaitu tahap pertama berupa tabel lampiran (draf awal: Maret) dan tahap kedua berupa narasi dan tabel (finalisasi: April).

Mengingat Profil Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan sarana menyusun rencana tahunan kesehatan kabupaten/kota tahun berikutnya dan untuk memantau, mengevaluasi pencapaian pembangunan kesehatan di kabupaten/kota maka diharapkan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota telah selesai disusun pada bulan April. Hal itu berarti bahwa Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2010 diharapkan telah selesai disusun pada bulan April tahun 2011.

(16)

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 5

Jadwal Tentative Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota

NO KEGIATAN Jan Feb Mar Apr Mei

1 Pengumpulan data dari Puskesmas dan Rumah Sakit dan Instansi terkait X X

2 Kompilasi/konfirmasi dan data entry serta pemutakhiran data X X

3 Pengolahan, analisis dan penulisan serta pembahasan draft awal X X

4 Finalisasi, Penggandaan/ Pencetakan X

5 Distribusi ke Bupati, DPRD, Kantor-kantor Dinas Kab/Kota, RS, Puskesmas, Dinkes

(17)

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 6  

BAB III  

MEKANISME KERJA PENGELOLAAN DATA 

  A. PENGUMPULAN DATA

Data untuk penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota ini dapat dikumpulkan dengan dua macam cara, yaitu secara pasif dan secara aktif. Secara pasif artinya petugas pengelola data di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menunggu laporan yang berasal dari Puskesmas, dari seksi-seksi di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang merupakan laporan hasil kegiatan Program/Proyek dan dari Rumah Sakit serta UPT di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tersebut. Sedangkan pengumpulan data secara aktif berarti petugas pengelola data di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berupaya aktif mengumpulkan data ke Puskesmas, ke Rumah Sakit, ke Instansi Dinas Kabupaten/Kota terkait.

Tingkat keberhasilan pengumpulan data secara aktif jauh lebih besar dibandingkan dengan pengumpulan data secara pasif. Oleh karena itu diharapkan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota perlu memiliki tenaga pengelola data yang mempunyai kecakapan dalam teknik-teknik pengumpulan data. Hal ini mengingat data/informasi yang dihasilkan akan akurat apabila data yang dikumpulkan juga akurat.

Sedangkan ditinjau dari metode pengumpulan data, terdapat dua metode yaitu: (a) metode rutin, dan (b) metode non-rutin. Pengumpulan data metode rutin dilakukan secara terus menerus yang merupakan kegiatan pengelolaan data harian. Data ini dikumpulkan dari catatan kegiatan harian atau rekam medik pasien baik yang berkunjung ke Puskesmas maupun Rumah Sakit serta catatan kegiatan pelayanan kesehatan di luar gedung Puskesmas. Pengumpulan data metode rutin umumnya dilakukan oleh petugas unit kesehatan, namun demikian juga dapat dilakukan oleh kader kesehatan yang melakukan pencatatan kegiatan di Posyandu atau lainnya. Dengan demikian pengumpulan data secara rutin dapat dilakukan dengan periode waktu mingguan, bulanan, triwulan, semester atau tahunan.

Pengumpulan data metode non rutin adalah pengumpulan data sewaktu, yang dilakukan melalui survei, dengan lingkup kabupaten/kota, provinsi atau nasional yang periodenya bisa tahunan, tiga tahunan atau lima tahunan. Masing-masing metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Survei misalnya, membutuhkan biaya yang besar dan tidak diulang dalam periode yang pendek sehingga sulit untuk menggambarkan tren. Sebaliknya catatan kegiatan rutin mampu menggambarkan tren dengan periode pendek misalnya bulanan, namun karena kualitas datanya sangat tergantung pelaksanaan pencatatan di masing-masing unit kerja maka gambaran tren tidak terpola dengan benar. Idealnya data rutin merupakan backbone (tulang punggung) sumber data. Di negara maju misalnya, vital registration merupakan catatan yang sangat diandalkan untuk menghitung angka kelahiran, angka kematian dan angka harapan hidup, sedangkan medical record diandalkan untuk menghitung angka kesakitan. Dengan demikian di masa mendatang upaya mengembang-kan vital registration dan medical record harus lebih keras. Sehingga upaya mencari angka kematian dan angka kesakitan yang pengumpulannya melalui survei frekuensinya perlu dikurangi. Upaya ini hendaknya merupakan upaya substitusi.

(18)

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 7 B. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Data yang telah dikumpulkan tersebut, kemudian dientri ke dalam format tabel profil yang telah disediakan, sebagaimana tercantum pada lampiran Petunjuk Teknis ini. Berdasarkan data yang ada pada tabel-tabel kemudian dilakukan analisis. Terdapat empat jenis analisis data Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, yaitu:

1. Analisis Deskriptif adalah upaya menggambarkan/menjelaskan data yang terdapat dalam tabel sesuai karakteristik data yang ditampilkan, termasuk angka rata-rata, angka minimum dan maksimum. Misalnya nilai rata-rata cakupan imunisasi bayi, kisaran cakupan imunisasi bayi.

2. Analisis Komparatif adalah upaya menjelaskan data dengan membandingkan

karakteristik data wilayah yang satu dengan wilayah lainnya atau perbandingan data antar waktu, antar jenis kelamin, antar kelompok umur. Secara khusus, dengan tersedianya data kesakitan yang terpilah menurut jenis kelamin, dapat dikomparasikan derajat kesehatan, upaya kesehatan, dan sumber daya kesehatan antara laki-laki dan perempuan. Misalnya perbandingan prevalensi gizi buruk pada balita laki-laki dan perempuan.

3. Analisis Kecenderungan adalah upaya untuk menjelaskan data dengan

membandingkan data antar waktu dalam periode yang relatif panjang. Misalnya kecenderungan jumlah penderita DBD selama lima tahun terakhir.

4. Analisis Hubungan adalah upaya untuk menjelaskan hubungan/keterkaitan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya, misalnya cakupan K4 pada ibu hamil dengan cakupan pertolongan K4 oleh tenaga kesehatan dan kunjungan neonatal serta ibu nifas.

Untuk mendapatkan hasil analisis data yang baik diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, khususnya epidemiologi. Oleh karena itu, penyusun Profil Kesehatan tidak cukup hanya para ahli statistik atau informasi kesehatan, melainkan juga ahli-ahli bidang kesehatan. Akan lebih baik apabila melibatkan para profesional yang ada di kabupaten/kota tersebut seperti dokter, sarjana kesehatan masyarakat, apoteker, bidan, perawat, ahli gizi, ahli kesehatan lingkungan, dan lainnya dalam pelaksanaan analisis data.

Kegiatan analisis data tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pengemasan informasi. Terdapat berbagai macam bentuk sajian informasi, antara lain dalam bentuk teks, tabel, grafik, peta atau kombinasinya. Masing-masing bentuk tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangannya yang akan disesuaikan dengan jenis informasi yang disajikan.

(19)

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 8

Berikut ini adalah contoh-contoh sajian dalam bentuk grafik.

™ Grafik Batang, yaitu sajian distribusi frekuensi yang digambarkan dalam bentuk bar (batang) untuk membandingkan satu nilai atau lebih dari beberapa kategori

TABEL 1. PREVALENSI GIZI BURUK PADA BALITA DI KABUPATEN X TAHUN 2010

Sumber: ………..

™ Grafik Garis, yaitu grafik yang berbentuk garis untuk menggambarkan

trends/perkembangan suatu nilai dari waktu ke waktu.

TABEL 2. ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU KABUPATEN XYZ TAHUN 2006-2010

(20)

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 9 ™ Pie (Lingkaran), yaitu grafik berbentuk lingkaran yang terbagi ke dalam beberapa

bagian untuk membandingkan suatu nilai (proporsi) dari beberapa kategori.

GAMBAR 3.

PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT METODE KONTRASEPSI DI KABUPATEN Y TAHUN 2010

Sumber : ……….

™ Scatter Diagram, yaitu grafik yang berupa kumpulan titik-titik yang berserak yang menyajikan sepasang pengamatan (data) dari suatu hal/keadaan (yang diletakkan pada sumbu horisontal dan sumbu vertikal) untuk memperlihatkan ada/tidaknya hubungan antara keduanya (lihat gambar berikut).

GAMBAR 4. HUBUNGAN ANTARA TINGGI BADAN DAN BERAT BADAN PENDUDUK DI KABUPATEN X TAHUN 2010

Berat badan dalam kg

80 70 60 50 T inggi bad an dal am c m 190 180 170 160 150 140 Sumber : ………..

(21)

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 10

™ Pictogram, yaitu grafik yang berupa gambar bentuk-bentuk nyata seperti gambar orang, gambar tempat tidur, dan lain-lain (lihat gambar berikut).

Sumber : ……….

™ Peta, yaitu grafik yang diwujudkan dalam bentuk peta suatu daerah di mana bagian-bagiannya menunjukkan distribusi frekuensi. Peta ini terutama digunakan untuk menunjukkan distribusi sesuatu dikaitkan dengan geografi (lihat gambar berikut).

PERSENTASE PENDUDUK MISKIN PROVINSI MALUKU UTARA, TAHUN 2010

Sumber : ……….. Jumlah Puskesmas Kabupaten A Kabupaten/kota 21 Puskesmas

JUMLAH PUSKESMAS DI PROVINSI Z TAHUN 2010 Kabupaten B Kabupaten C Kota D 25 Puskesmas 18 Puskesmas 27 Puskesmas

(22)

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 11  

BAB IV 

SISTEMATIKA DAN DISTRIBUSI 

  A. SISTEMATIKA PENYAJIAN

Sistematika penyajian Profil Kesehatan Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut.

Bab-1 : Pendahuluan

Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan profil kesehatan dan sistematika dari penyajiannya.

Bab-2 : Gambaran Umum

Bab ini menyajikan tentang gambaran umum kabupaten/kota. Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor-faktor-faktor lainnya misal kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lingkungan.

Bab-3 : Situasi Derajat Kesehatan

Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat.

Bab-4 : Situasi Upaya Kesehatan

Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh kabupaten/kota.

Bab-5 : Situasi Sumber Daya Kesehatan

Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.

Bab-6 : Kesimpulan

Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota di tahun yang bersangkutan. Selain keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Lampiran

Pada lampiran ini berisi table resume/angka pencapaian kabupaten/kota dan 79 tabel data kesehatan dan yang terkait kesehatan yang responsif gender.

Profil Kesehatan dapat disajikan dalam bentuk tercetak (berupa buku) atau dalam bentuk lain (softcopy, tampilan di situs internet, dan lain-lain).

(23)

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 12

B. DISTRIBUSI PROFIL KESEHATAN

Distribusi Profil Kesehatan Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut: • Bupati/Walikota

• DPRD Kabupaten/Kota

• Instansi tingkat Kabupaten/Kota termasuk Bappeda • Puskesmas, dan UPT Kesehatan lainnya

• Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta • Dinas Kesehatan Provinsi

• Kementerian Kesehatan c.q Pusat Data dan Informasi • LSM Kesehatan di Kabupaten/Kota

(24)

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 13  

BAB V 

INDIKATOR KESEHATAN PADA  

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA 

Profil Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan salah satu sarana untuk menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di Kabupaten/Kota dan merupakan salah satu sarana untuk mengevaluasi hasil penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Untuk itu diperlukan adanya indikator-indikator kesehatan dan indikator lainnya yang terkait.

Adapun indikator-indikator tersebut dikelompokkan menjadi: A. GAMBARAN UMUM

1. Luas Wilayah. 2. Jumlah Kecamatan. 3. Jumlah Desa/Kelurahan.

4. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur. 5. Jumlah Rumah Tangga/Kepala Keluarga.

6. Kepadatan Penduduk. 7. Rasio Beban Tanggungan. 8. Rasio Jenis Kelamin.

9. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melek Huruf.

10. Persentase Penduduk Laki-laki dan Perempuan berusia 10 Tahun ke Atas menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan.

B. DERAJAT KESEHATAN B.1. ANGKA KEMATIAN

11. Angka Kematian Bayi per-1.000 Kelahiran Hidup. 12. Angka Kematian Balita per-1.000 Kelahiran Hidup. 13. Jumlah Kematian Ibu.

B.2. ANGKA KESAKITAN

14. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit “Acute Flaccid Paralysis” (AFP) per-100.000 Penduduk<15 tahun (MDG)

15. Prevalensi Tuberkulosis (MDG).

16. Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+. 17. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA+. 18. Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani. 19. Persentase HIV/AIDS Ditangani.

20. Persentase Infeksi Menular Seksual Diobati. 21.Darah Donor Diskrining terhadap HIV. 22.Kasus Diare Ditangani.

23. Prevalensi Kusta.

24.Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat.

(25)

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 14

26.Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per-100.000 Penduduk. 27.Angka Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD).

28.Angka Kesakitan Malaria per-1.000 Penduduk. 29.Angka Kematian Malaria.

30.Kasus Penyakit Filariasis Ditangani. B.3. STATUS GIZI

31.Persentase Berat Bayi Lahir Rendah. 32.Persentase Balita dengan Gizi Kurang 33.Persentase Balita dengan Gizi Buruk. C. UPAYA KESEHATAN

C.1. PELAYANAN KESEHATAN 34.Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1. 35. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4.

36. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan. 37. Cakupan Pelayanan Nifas.

38. Persentase Cakupan Imunisasi TT Ibu Hamil. 39. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe. 40. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani. 41. Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani. 42. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi.

43. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Anak Balita. 44. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas.

45. Persentase Peserta KB Aktif menurut Jenis Kontrasepsi. 46. Persentase Peserta KB Baru menurut Jenis Kontrasepsi. 47. Persentase Peserta KB Baru.

48. Persentase Peserta KB Aktif. 49. Cakupan Kunjungan Neonatus. 50. Cakupan Kunjungan Bayi.

51. Cakupan Desa /kelurahan “Universal Child Immunization” (UCI). 52. Persentase Cakupan Imunisasi Bayi.

53. Persentase Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif.

54. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia 6-24 Bulan Keluarga Miskin.

55. Jumlah Balita Ditimbang.

56. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan. 57. Cakupan Pelayanan Anak Balita.

58. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat. 59. Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat. 60. Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila.

61. Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang Harus Diberikan Pelayanan Kesehatan (RS) di Kab/Kota.

62. Desa/Kelurahan Terkena KLB yang Ditangani <24 jam. 63. Jumlah Penderita dan Kematian pada KLB.

64. Rasio Tambal/Cabut Gigi Tetap.

65. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD dan Setingkat. 66. Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan.

(26)

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 15 C.2. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN:

67. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar.

68. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Masyarakat Miskin (dan Hampir Miskin). 69. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Masyarakat Miskin (dan Hampir Miskin). 70. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap di Sarana Pelayanan Kesehatan. 71. Jumlah Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan.

72. Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit. 73. Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit. C.3. PERILAKU HIDUP MASYARAKAT: 74.Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS. C.4. KEADAAN LINGKUNGAN

75. Persentase Rumah Sehat.

76. Persentase Rumah/Bangunan yang Diperiksa Jentik Nyamuk Aedes. 77. Persentase Keluarga menurut Jenis Sarana Air Bersih yang Digunakan. 78. Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar.

79. Persentase Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat. 80. Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya.

D. SUMBERDAYA KESEHATAN D.1. SARANA KESEHATAN

81. Ketersediaan Obat menurut Jenis Obat.

82. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut Kepemilikan/Pengelola.

83. Sarana Pelayanan Kesehatan dengan Kemampuan Labkes dan Memiliki 4 Spesialis Dasar.

84. Posyandu menurut Strata.

85. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM). 86. Data Dasar Puskesmas.

D.2. TENAGA KESEHATAN

87. Jumlah dan Rasio Tenaga Medis (dokter umum, spesialis, dokter gigi) di Sarana Kesehatan.

88. Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan (bidan, perawat) di Sarana Kesehatan. 89. Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian (apoteker, asisten apoteker) di Sarana

Kesehatan.

90. Jumlah dan Rasio Tenaga Gizi (ahli gizi) di Sarana Kesehatan.

91. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat (kesmas, sanitarian) di Sarana Kesehatan.

92. Jumlah dan Rasio Tenaga Teknisi Medis dan Fisioterapis di Sarana Kesehatan. D.3. PEMBIAYAAN KESEHATAN

(27)

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 16

Keterkaitan indikator antar tabel, yaitu :

Jumlah Penduduk berdasarkan Kecamatan : Tabel 1 dan 2 Jumlah Penduduk berdasarkan Puskesmas : Tabel 10, 16 dan 55

Jumlah Lahir Hidup : Tabel 6, 8, 26 dan 36

Jumlah Bayi : Tabel 32, 37, 39, 40 dan 41

Jumlah Balita : Tabel 13, 27, 43, dan 44

Jumlah Penderita Kusta : Tabel 17 dan 18

Jumlah Ibu Hamil : Tabel 28, 29, 30 dan 31

Jumlah Peserta KB Aktif : Tabel 33 dan 35

Jumlah Peserta KB Baru : Tabel 34 dan 35

Jumlah Desa/Kelurahan : Tabel 38 dan 50

Jumlah Masyarakat Miskin dan Hampir Miskin : Tabel 56 dan 57

Jumlah Pasien Keluar : Tabel 59 dan 60

Jumlah Keluarga : Tabel 64 dan 66

Jumlah Posyandu : Tabel 70, 72 dan 73

Pada Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dalam bentuk soft copy (CD) dilengkapi dengan rumus-rumus sehingga petugas cukup mengisikan data maka secara otomatis akan tampil jumlah kabupaten/kota, persentase dari indikator yang ditampilkan dan link data antar tabel satu dengan yang lainnya. Adapun langkah-langkah pengoperasiannya adalah sebagai berikut:

1. JUDUL

Pada Tabel 1, tulis nama kabupaten/kota dan tahun pembuatan profil kesehatan pada kolom titik-titik (...) maka untuk tabel-tabel selanjutnya akan tertulis seperti di Tabel 1.

Gambar 5.1

PENULISAN NAMA KABUPATEN/KOTA DAN TAHUN PEMBUATAN PROFIL

2. NAMA KECAMATAN

Pada Tabel 1, tulis nama kecamatan yang terdapat di kabupaten/kota, maka untuk tabel selanjutnya yang ada nama kecamatan akan tertulis seperti pada Tabel 1 (untuk tabel yang hanya memiliki kolom kecamatan saja, tanpa kolom puskesmas). Tersedia 20 baris nama kecamatan, bila lebih 20 maka dapat meng-insert baris

(28)

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 17 sesuai dengan jumlah kecamatan yang ada pada Tabel 1. Untuk tabel selanjutnya setelah meng-insert baris selanjutnya copy nama kecamatan di atasnya untuk tambahan nama kecamatan tambahan maka akan tampil seperti Tabel 1. Sedangkan untuk mengurangi baris sesuai dengan kebutuhan, baris terakhir (Jumlah Kab/Kota) jangan didelete. Seperti contoh Gambar 5.2 di bawah, bila di Kabupaten hanya terdapat 10 Kecamatan maka baris ke 11 dan 20 dapat didelete.

Gambar 5.2

PENULISAN NAMA KECAMATAN DAN NO.URUT

3. JUMLAH PENDUDUK DAN LAIN-LAIN (KETERKAITAN INDIKATOR ANTAR TABEL DI ATAS)

Jumlah penduduk sasaran program, seperti jumlah penduduk, jumlah balita, jumlah ibu hamil, dan jumlah wanita usia subur akan otomatis terisi sama dengan tabel rujukan. Jadi, pengelola data tidak perlu mengisi berkali-kali pada kolom/nilai yang sama pada tabel yang berbeda.

4. NAMA PUSKESMAS

Pada Tabel 6, tulis nomor urut, nama kecamatan dan puskesmas yang ada pada kabupaten maka tabel selanjutnya yang memiliki kolom kecamatan dan puskesmas akan mengikuti.

Gambar 5.3

PENULISAN NAMA KECAMATAN DAN PUSKESMAS

(29)

KABUPATEN/KOTA 0 TAHUN 0

L P L + P Satuan

A. GAMBARAN UMUM

1 Luas Wilayah Km- 2 Tabel 1

2 Jumlah Desa/Kelurahan 0 Desa/Kel Tabel 1

3 Jumlah Penduduk - - Jiwa- Tabel 2

4 Rata-rata jiwa/rumah tangga Jiwa- Tabel 1

5 Kepadatan Penduduk /Km2

0.00 Jiwa/Km2 Tabel 1

6 Rasio Beban Tanggungan 0.00 Tabel 2

7 Rasio Jenis Kelamin 0.00 Tabel 2

8 Penduduk 10 tahun ke atas melek huruf 0.00 0.00 0.00 % Tabel 4

9 Penduduk 10 tahun ke atas dengan pendidikan tertinggi

SMP+ 0 0 0 % Tabel 5

B. DERAJAT KESEHATAN B.1 Angka Kematian

10 Jumlah Lahir Hidup 0 0 0 Bayi Tabel 6

11 Angka Lahir Mati (dilaporkan) 0 0 0 Tabel 6

12 Jumlah Bayi Mati - - Bayi- Tabel 7

13 Angka Kematian Bayi (dilaporkan) 0 0 0 per 1.000 KH Tabel 7

14 Jumlah Balita Mati 0 0 0 Balita Tabel 7

15 Angka Kematian Balita (dilaporkan) 0 0 0 per 1.000 KH Tabel 7

16 Jumlah Kematian Ibu - Ibu Tabel 8

17 Angka Kematian Ibu (dilaporkan) 0 per 100.000 KH Tabel 8

B.2 Angka Kesakitan

18 AFP Rate (non polio) < 15 th - per 100.000 pend <15thn Tabel 9

19 Angka Insidens TB Paru 0 0 - per 100.000 penduduk Tabel 10

20 Angka Prevalensi TB Paru 0 0 - per 100.000 penduduk Tabel 10

ANGKA/NILAI

(30)

L P L + P Satuan ANGKA/NILAI

NO INDIKATOR No. Lampiran

21 Angka kematian akibat TB Paru 0 0 - per 100.000 penduduk Tabel 10

22 Angka Penemuan Kasus TB Paru (CDR) 0.00 0.00 - % Tabel 11

23 Success Rate TB Paru 0.00 0.00 - % Tabel 12

24 Pneumonia Balita ditemukan dan ditangani 0 0 0 % Tabel 13

25 Jumlah Kasus Baru HIV 0 0 0 Kasus Tabel 14

26 Jumlah Kasus Baru AIDS 0 0 0 Kasus Tabel 14

27 Jumlah Infeksi Menular Seksual Lainnya 0 0 0 Kasus Tabel 14

28 Jumlah Kematian karena AIDS 0 0 0 Jiwa Tabel 14

29 Donor darah diskrining positif HIV 0.00 0.00 0.00 % Tabel 15

30 Persentase Diare ditemukan dan ditangani 0.00 0.00 0.00 % Tabel 16

31 Jumlah Kasus Baru Kusta (Pausi Basiler) 0 0 0 Kasus Tabel 17

32 Jumlah Kasus Baru Kusta (Multi Basiler) 0 0 0 Kasus Tabel 17

33 Angka penemuan kasus baru kusta (NCDR) 0 0 0 per 100.000 penduduk Tabel 17

34 Persentase Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun 0.00 0.00 0.00 % Tabel 18

35 Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 0.00 0.00 0.00 % Tabel 18

36 Angka Prevalensi Kusta 0.00 0.00 0.00 per 10.000 Penduduk Tabel 19

37 Penderita Kusta PB Selesai Berobat (RFT PB) 0.00 0.00 0.00 % Tabel 20

38 Penderita Kusta MB Selesai Berobat (RFT MB) 0.00 0.00 0.00 % Tabel 20

39 Jumlah Kasus Difteri 0 0 0 Kasus Tabel 21

40 Case Fatality Rate Difteri 0 % Tabel 21

41 Jumlah Kasus Pertusis 0 0 0 Kasus Tabel 21

42 Jumlah Kasus Tetanus (non neonatorum) 0 0 0 Kasus Tabel 21

43 Case Fatality Rate Tetanus (non neonatorum) 0 % Tabel 21

44 Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum 0 0 0 Kasus Tabel 21

45 Case Fatality Rate Tetanus Neonatorum 0 % Tabel 21

46 Jumlah Kasus Campak 0 0 0 Kasus Tabel 22

47 Case Fatality Rate Campak 0 % Tabel 22

48 Jumlah Kasus Polio 0 0 0 Kasus Tabel 22

49 Jumlah Kasus Hepatitis B 0 0 0 Kasus Tabel 22

50 Incidence Rate DBD 0.00 0.00 0.00 per 100.000 penduduk Tabel 23

(31)

L P L + P Satuan

NO INDIKATOR No. Lampiran

52 Angka Kesakitan Malaria (Annual Parasit Incidence ) 0.00 0.00 0.00 per 1.000 penduduk Tabel 24

53 Case Fatality Rate Malaria 0.00 0.00 0.00 % Tabel 24

54 Angka Kesakitan Filariasis 0 0 0 per 100.000 penduduk Tabel 25

B.3 Status Gizi

55 Bayi baru lahir ditimbang 0 0 0 % Tabel 26

56 Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) - - - % Tabel 26

57 Balita Gizi Baik - - - % Tabel 27

58 Balita Gizi Kurang - - - % Tabel 27

59 Balita Gizi Buruk - - - % Tabel 27

C. UPAYA KESEHATAN C.1 Pelayanan Kesehatan

60 Kunjungan Ibu Hamil (K1) 0 % Tabel 28

61 Kunjungan Ibu Hamil (K4) - % Tabel 28

62 Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan - % Tabel 28

63 Pelayanan Ibu Nifas - % Tabel 28

64 Ibu hamil dengan imunisasi TT2+ - % Tabel 29

65 Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3 - % Tabel 30

66 Bumil Risti/Komplikasi ditangani - % Tabel 31

67 Neonatal Risti/Komplikasi ditangani - - - % Tabel 31

68 Bayi Mendapat Vitamin A - - - % Tabel 32

69 Anak Balita Mendapat Vitamin A - - - % Tabel 32

70 Ibu Nifas Mendapat Vitamin A - % Tabel 32

71 Peserta KB Baru - % Tabel 35

72 Peserta KB Aktif - % Tabel 35

73 Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) - - - % Tabel 36

74 Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) - - - % Tabel 36

75 Kunjungan Bayi (minimal 4 kali) - - - % Tabel 37

76 Desa/Kelurahan UCI - % Tabel 38

(32)

L P L + P Satuan ANGKA/NILAI

NO INDIKATOR No. Lampiran

78 Drop-Out Imunisasi DPT1-Campak - % Tabel 39

79 Bayi yang diberi ASI Eksklusif - - - % Tabel 41

80 Pemberian MP-ASI pada anak 6-23 bulan dari Gakin - - - % Tabel 42

81 Cakupan Pelayanan Anak Balita (minimal 8 kali) - - - % Tabel 43

82 Balita ditimbang - - - % Tabel 44

83 Balita berat badan naik 0 0 0 % Tabel 44

84 Balita berat badan di bawah garis merah (BGM) 0 0 0 % Tabel 44

85 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan - - - % Tabel 45

86 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat

- - % Tabel 46

87 Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat

- - % Tabel 47

88 Pelayanan Kesehatan Usila (60 tahun +) - - - % Tabel 48

89 Sarkes dgn kemampuan yan. gadar level 1 - % Tabel 49

90 Desa/Kel. terkena KLB ditangani < 24 jam - % Tabel 51

91 Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap - - - Tabel 52

92 SD/MI yang melakukan sikat gigi massal - sekolah Tabel 49

93 SD/MI yang mendapat pelayanan gigi - sekolah Tabel 49

94 Murid SD/MI Diperiksa (UKGS) - - - % Tabel 53

95 Murid SD/MI Mendapat Perawatan (UKGS) - - - % Tabel 53

96 Siswa SD dan setingkat mendapat perawatan gigi dan

mulut - - - % Tabel 53

C.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan

97 Peserta Jaminan Pemeliharaan Kes. Pra Bayar - - - % Tabel 55

98 Penduduk Miskin (dan hampir miskin) dicakup

Askeskin/Jamkesmas - - - % Tabel 56

99 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat Pelayanan Rawat Jalan di Sarana Kes. Strata 1

- - %

Tabel 56

100 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat Pelayanan Rawat Jalan di Sarana Kes. Strata 2&3

- - %

(33)

L P L + P Satuan

NO INDIKATOR No. Lampiran

101 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat Pelayanan Rawat Inap di Sarana Kes. Strata 1

- - %

Tabel 57

102 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat Pelayanan Rawat Inap di Sarana Kes. Strata 2&3

- - %

Tabel 57

103 Cakupan Kunjungan Rawat Jalan - - - % Tabel 58

104 Cakupan Kunjungan Rawat Inap - - - % Tabel 58

105 Gross Death Rate (GDR) di RS - - - per 100.000 pasien keluar Tabel 59

106 Nett Death Rate (NDR) di RS - - - per 100.000 pasien keluar Tabel 59

107 Bed Occupation Rate (BOR) di RS - % Tabel 60

108 Length of Stay (LOS) di RS - Hari Tabel 60

109 Turn of Interval (TOI) di RS - Hari Tabel 60

C.3 Perilaku Hidup Masyarakat

110 Rumah Tangga ber-PHBS - % Tabel 61

C.4 Keadaan Lingkungan

111 Rumah Sehat - % Tabel 62

112 Rumah/bangunan bebas jentik nyamuk Aedes #DIV/0! % Tabel 63

113 Keluarga dengan sumber air minum terlindung - % Tabel 65

114 Keluarga memiliki Jamban Sehat - % Tabel 66

115 Keluarga memiliki Tempat Sampah Sehat - % Tabel 66

116 Keluarga memiliki Pengelolaan Air Limbah Sehat - % Tabel 66

117 TUPM Sehat - % Tabel 67

118 Institusi dibina kesehatan lingkungannya - % Tabel 68

D. SUMBERDAYA KESEHATAN D.1 Sarana Kesehatan

119 Jumlah Rumah Sakit Umum - Tabel 70

120 Jumlah Rumah Sakit Khusus - Tabel 70

121 Jumlah Puskesmas Perawatan - Tabel 70

(34)

L P L + P Satuan ANGKA/NILAI

NO INDIKATOR No. Lampiran

123 Jumlah Apotek - Tabel 70

124 Sarkes yang memiliki laboratorium kesehatan #DIV/0! % Tabel 71

125 Sarkes yang memiliki 4 spesialis dasar #DIV/0! % Tabel 71

126 Jumlah Posyandu - Posyandu Tabel 72

127 Posyandu Aktif #DIV/0! % Tabel 72

128 Rasio posyandu per 100 balita #DIV/0! per 100 balita Tabel 72

129 Jumlah Desa Siaga - Desa Tabel 73

130 Desa Siaga Aktif #DIV/0! % Tabel 73

131 Jumlah Poskesdes - Poskesdes Tabel 73

D.2 Tenaga Kesehatan

132 Jumlah Dokter Spesialis - - - Orang Tabel 74

133 Rasio Dokter Spesialis #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! per 100.000 penduduk Tabel 74

134 Jumlah Dokter Umum - - - Orang Tabel 74

135 Rasio Dokter Umum #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! per 100.000 penduduk Tabel 74

136 Jumlah Dokter Gigi - - - Orang Tabel 74

137 Jumlah Bidan - - - Orang Tabel 75

138 Rasio Bidan per 100.000 penduduk #DIV/0! Tabel 75

139 Jumlah Perawat - - - Orang Tabel 75

140 Jumlah Tenaga Kefarmasian - - - Orang Tabel 76

141 Jumlah Tenaga Gizi - - - Orang Tabel 76

142 Jumlah Tenaga Kesmas - - - Orang Tabel 77

143 Jumlah Tenaga Sanitasi - - - Orang Tabel 77

144 Jumlah Tenaga Teknisi Medis - - - Orang Tabel 78

145 Jumlah Fisioterapis - - - Orang Tabel 78

D.3 Pembiayaan Kesehatan

146 Total Anggaran Kesehatan - Rp Tabel 79

147 APBD Kesehatan thd APBD Kab/Kota #DIV/0! % Tabel 79

(35)

LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN

KABUPATEN/KOTA TAHUN

LUAS JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN

WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK

(km2) TANGGA TANGGA per km2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: - Kantor Statistik Kabupaten/Kota - sumber lain…... (sebutkan)

JUMLAH PENDUDUK JUMLAH

NO KECAMATAN

(36)

TABEL 1

DEFINISI OPERASIONAL

FORMULA

Rata-rata Jiwa/

Rumah Tangga Jumlah rumah tanggadi wilayah dan padakurun waktu yangsama

u tertentu kurun wakt pada yah suatu wila di penduduk Jumlah = Kepadatan

Penduduk/km2 Luas wilayah (km )padakurun waktu yangsama u tertentu kurun wakt pada yah suatu wila di penduduk Jumlah 2 =

Desa : Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di bawah kabupaten

Kelurahan : Suatu wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten/kota dalam wilayah kerja kecamatan

Rumah Tangga : Seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik, dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur

(37)

JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KELOMPOK UMUR, RASIO BEBAN TANGGUNGAN, RASIO JENIS KELAMIN, DAN KECAMATAN

KABUPATEN/KOTA 0 TAHUN 0 JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI PEREMPUAN 0-4 5-14 15-44 45-64 >=65 JUMLAH 0-4 5-14 15-44 45-64 >=65 JUMLAH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: - Kantor Statistik Kabupaten/kota - sumber lain…... (sebutkan)

Catatan : Jumlah kolom 3 = jumlah kolom 9 + jumlah kolom 15, yaitu sebesar: 0

RASIO BEBAN TANG GUNGAN RASIO JENIS KELAMIN NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK

(38)

TABEL 2

DEFINISI OPERASIONAL

Rasio Beban Tanggungan : Perbandingan antara banyaknya orang yang belum produktif (usia kurang dari 15 tahun) dan tidak produktif lagi (usia 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk usia produktif (15-64 tahun)

Rasio Jenis Kelamin : Perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu

FORMULA

Rasio Beban Tanggungan x 100

sama yang u kurun wakt dan wilayah di tahun 64 -15 usia penduduk Jumlah u tertentu kurun wakt pada yah suatu wila di

Jumlah penduduk usia<15 tahun dan >64 tahun =

Rasio Jenis Kelamin Jumlah penduduk perempuan di wilayah dan padakurun waktu yangsama x 100 u tertentu kurun wakt pada yah suatu wila di laki -laki penduduk Jumlah =

(39)

JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR KABUPATEN/KOTA

TAHUN

JUMLAH PENDUDUK

LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN

1 2 3 4 5 1 0 - 4 2 5 - 9 3 10 - 14 4 15 - 19 5 20 - 24 6 25 - 29 7 30 - 34 8 35 - 39 9 40 - 44 10 45 - 49 11 50 - 54 12 55 - 59 13 60 - 64 14 65 - 69 15 70 - 74 16 75+

Sumber: - Kantor Statistik Kabupaten/kota - Sumber lain…... (sebutkan)

0 0

JUMLAH

(40)

KABUPATEN/KOTA 0 TAHUN 0 JUMLAH MELEK HURUF % JUMLAH MELEK HURUF % JUMLAH MELEK HURUF % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Sumber: ……… (sebutkan) LAKI-LAKI PEREMPUAN NO JUMLAH (KAB/KOTA) TABEL 4

PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF MENURUT JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN

KECAMATAN

JUMLAH PENDUDUK USIA 10 KE ATAS

(41)

DEFINISI OPERASIONAL

Melek huruf : Penduduk berusia 10 tahun ke atas yang mampu membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya

Catatan : Bila tidak tersedia data yang terinci menurut kecamatan, maka diisi data kabupaten/kota saja. FORMULA

Persentase penduduk

yang melek huruf Jumlah penduduk usia10 tahun keatasdi wilayah dan padakurun waktu yangsamax 100% u tertentu kurun wakt pada yah suatu wila di

penduduk usia10 tahun keatasyang melek huruf Jumlah

(42)

TABEL 5

PERSENTASE PENDUDUK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN BERUSIA 10 TAHUN KE ATAS MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN DAN KECAMATAN

KABUPATEN/KOTA 0 TAHUN 0

LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN

TIDAK/ BELUM PERNAH SEKOLAH TIDAK/ BELUM TAMAT SD/MI SD/MI SMP/ MTs SMA/ SMK/ MA AK/ DIPLO MA UNIVER SITAS JUMLAH TIDAK/ BELUM PERNAH SEKOLAH TIDAK/ BELUM TAMAT SD/MI SD/MI SMP/ MTs SMA/ SMK/ MA AK/ DIPLO MA UNIVER SITAS JUMLAH TIDAK/ BELUM PERNAH SEKOLAH TIDAK/ BELUM TAMAT SD/MI SD/MI SMP/ MTs SMA/ SMK/ MA AK/ DIPLO MA UNIVER SITAS JUMLAH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 JUMLAH (KAB/KOTA) Sumber : ………sebutkan NO KECAMATAN

(43)

DEFINISI OPERASIONAL

Sekolah : Kegiatan bersekolah di sekolah formal: dasar, menengah, dan tinggi, termasuk pendidikan yang disamakan

Tidak/belum pernah : bersekolah

Tidak/belum pernah bersekolah di sekolah formal, misalnya tamat/belum tamat taman kanak-kanak tetapi melanjutkan ke SD

Tamat sekolah : Menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang sekolah, baik negeri maupun swasta, dan telah mendapatkan tanda tamat/ijazah. Orang yang belum mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi tetapi telah mengikuti ujian dan lulus dianggap tamat sekolah

(44)

TABEL 6 KABUPATEN/KOTA 0 TAHUN 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 JUMLAH (KAB/KOTA)

ANGKA LAHIR MATI (DILAPORKAN)

Sumber: ………. (sebutkan)

Keterangan : Angka Lahir Mati (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan Angka Lahir Mati yang sebenarnya di populasi JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS

MATI HIDUP + MATI

LAKI-LAKI LAKI-LAKI + PEREMPUAN

HIDUP MATI HIDUP + MATI JUMLAH KELAHIRAN NO KECAMATAN NAMA PUSKESMAS HIDUP PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP +

(45)

DEFINISI OPERASIONAL

Lahir Hidup : Suatu kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan, misal: bernafas, ada denyut jantung atau gerakan otot Lahir Mati : Kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu tanpa

menunjukkan tanda-tanda kehidupan

Angka Lahir Mati : Jumlah lahir mati terhadap 1.000 kelahiran (hidup+mati)

FORMULA

Angka Lahir Mati per

1.000 Kelahiran Jumlah kelahiran (hidup mati)di wilayah dan padakurun waktu yangsama x 1.000 u tertentu kurun wakt pada yah suatu wila di mati lahir Jumlah + =

(46)

TABEL 7

JUMLAH KEMATIAN BAYI DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN/KOTA 0

TAHUN 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: ………. (sebutkan)

Keterangan : Angka Kematian (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan AKB/AKABA yang sebenarnya di populasi PUSKESMAS JUMLAH KEMATIAN PEREMPUAN BALITA ANAK BALITA BAYI ANAK BALITA

ANGKA KEMATIAN (DILAPORKAN)

BAYI BALITA

LAKI - LAKI + PEREMPUAN

BAYI ANAK

BALITA BALITA

LAKI - LAKI

(47)

DEFINISI OPERASIONAL

Kematian Bayi : Kematian yang terjadi pada bayi sebelum mencapai usia satu tahun Kematian Anak Balita : Kematian yang terjadi pada anak umur 1-4 tahun

Kematian Balita : Kematian yang terjadi pada balita sebelum usia lima tahun (bayi + anak balita) FORMULA

Angka Kematian Bayi per

1.000 Kelahiran Hidup Jumlah kelahiran disuatu wilahidupdi wilayah yah padadan kurun waktpadakurun waktu tertentuu yangsama x 1.000

meninggal yg tahun) 1 (berumur bayi Jumlah < =

Angka Kematian Balita

per 1.000 Kelahiran Hidup Jumlah kelahiran hidupdi wilayah dan padakurun waktu yangsama x 1.000 u tertentu kurun wakt pada yah suatu wila di

Jumlah anak berumur 5 tahun ygmeninggal

<

(48)

TABEL 8

JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN/KOTA0

TAHUN 0

JUMLAH KEMATIAN IBU

< 20 Thn 20-34 Thn ≥35 Thn JUMLAH < 20 Thn 20-34 Thn ≥35 Thn JUMLAH < 20 Thn 20-34 Thn ≥35 Thn JUMLAH < 20 Thn 20-34 Thn ≥35 Thn JUMLAH

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

ANGKA KEMATIAN IBU (DILAPORKAN) Sumber: ………. (sebutkan) Keterangan:

- Jumlah kematian ibu = jumlah kematian ibu hamil + jumlah kematian ibu bersalin + jumlah kematian ibu nifas - Angka Kematian Ibu (dilaporkan) tersebut di atas belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi

KEMATIAN IBU BERSALIN KEMATIAN IBU NIFAS JUMLAH KEMATIAN IBU

JUMLAH (KAB/KOTA)

(49)

DEFINISI OPERASIONAL

Kematian Ibu : Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat

persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll

FORMULA

Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup 100.000 x sama yang u kurun wakt pada dan wilayah di hidup kelahiran Jumlah u tertentu kurun wakt pada yah suatu wila di

ibu yangmeninggalkarenahamil,bersalin,dan nifas Jumlah

(50)

TABEL 9

KABUPATEN/KOTA 0 TAHUN 0

NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH PENDUDUK <15 TAHUN AFP (NON POLIO)JUMLAH KASUS (NON POLIO) AFP RATE

1 2 3 4 5 6

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: ……….. (sebutkan) Keterangan:

Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di di RS

Catatan : Jumlah kolom 4 = jumlah penduduk < 15 tahun pada tabel 3, yaitu sebesar: 0

(51)

DEFINISI OPERASIONAL Acute Flacid Paralysis :

(AFP) Kelumpuhan pada anak berusia < 15 tahun yang bersifat layuh (flaccid) terjadi secara akut, mendadak dan bukan disebabkan ruda paksa. AFP rate per 100.000 :

penduduk usia < 15 thn

Jumlah kasus AFP Non Polio yang ditemukan diantara 100.000 penduduk berusia < 15 tahun di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

FORMULA

Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000

penduduk usia < 15 tahun Jumlah penduduk usia 15 tahun di wilayah kerjapadakurun waktu yangsama x 100.000 u tertentu kurun wakt satu pada kerja ah satu wilay

diJumlah kasusAFPNon Poliopadapenduduk 15 tahun <

< =

(52)

TABEL 10 KABUPATEN/KOTA 0 TAHUN 0 L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 JUMLAH (KAB/KOTA)

ANGKA INSIDENS PER 100.000 PENDUDUK KEMATIAN PER 100.000 PENDUDUK

Sumber: ……….. (sebutkan) Keterangan:

Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS

KASUS BARU + KASUS LAMA

JUMLAH KASUS BARU TB PARU DAN KEMATIAN AKIBAT TB PARU MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

JUMLAH KASUS TB PARU

PREVALENSI (PER 100.000 PENDUDUK)

JUMLAH KEMATIAN AKIBAT TB PARU

(53)

TABEL 10

DEFINISI OPERASIONAL

Kasus Baru TB Paru BTA+ : Pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis) harian

Prevalensi TB Paru BTA+ : Kasus yang ada (baik kasus baru maupun kasus lama) per 100.000 penduduk pada wilayah dan kurun waktu tertentu

Kematian akibat TB Paru :

BTA+ Banyaknya kematian karena TB Paru per 100.000 penduduk pada wilayah dan kurun waktu tertentu FORMULA

Angka Insidens TB Paru BTA+ 100.000 x sama yang u kurun wakt dan wilayah dalam ada yang penduduk Jumlah u tertentu kurun wakt pada yah suatu wila di ditemukan yang BTA Paru TB baru penderita Jumlah + =

Prevalensi TB Paru BTA+ x 100.000

sama yang u kurun wakt dan wilayah dalam ada yang penduduk Jumlah u tertentu kurun wakt pada yah suatu wila di ditemukan yang BTA Paru TB lama baru penderita Jumlah + + = Kematian akibat TB Paru

BTA+ Jumlah Jumlah kematian penduduk akibat TByangParu adaBTAdalam wilayah disuatu wiladan yah kurun waktpadakurun waktu yangsamau tertentu x 100.000

+

(54)

TABEL 11

JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN/KOTA 0 TAHUN 0 L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 JUMLAH (KAB/KOTA) Sumber: ……….. (sebutkan) Keterangan:

Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS TB PARU ANGKA PENEMUAN KASUS (CDR) BTA (+) NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH PERKIRAAN

(55)

DEFINISI OPERASIONAL Jumlah perkiraan :

penderita baru Perkiraan pasien baru TB BTA positif adalah Insiden Rate TB baru BTA positif per 100.000 penduduk x jumlah penduduk pada suatu wilayah tertentu. Insiden rate kabupaten/kota mempergunakan hasil survey nasional tentang prevalensi TB pada tahun terakhir.

TB Paru klinis : Gejala klinis pada penderita TB Paru yaitu: ● Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. ● Penurunan nafsu makan dan berat badan. ● Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). ● Perasaan tidak enak (malaise) dan lemah. ● Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.

TB Paru BTA+ : Penemuan pasien TB melalui pemeriksaan dahak sewaktu pagi dan sewaktu (SPS) dalam suatu wilayah kerja pada waktu tertentu

Penemuan penderita TB :

Paru BTA (+) Angka penemuan penderita tuberkulosis BTA positif baru adalah persentase penderita baru tuberkulosis yang ditemukan dan diobati melalui directly observed treatment short course ( DOTS).

FORMULA

Angka Penemuan penderita TB Paru BTA+ (Case Detection Rate/CDR) 100% x ersebut wilayah t dalam ada an diperkirak yang BTA Paru TB baru penderita Jumlah diobati dan ditemukan yang BTA Paru TB baru penderita Jumlah + + =

(56)

TABEL 12

JUMLAH KASUS DAN KESEMBUHAN TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN/KOTA 0

TAHUN -1

L P L + P

JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % L P L+P

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

JUMLAH (KAB/KOTA) Sumber: ……….. (sebutkan) Keterangan:

Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS

L L + P

PENGOBATAN LENGKAP

L P

NO KECAMATAN PUSKESMAS

TB PARU

BTA (+) DIOBATI ANGKA KESUKSESAN

(SUCCESS RATE/SR)

P L + P

(57)

DEFINISI OPERASIONAL

BTA (+) diobati : Pemberian pengobatan pada pasien baru TB BTA positif dengan OAT selama 6 bulan. Penderita TB Paru (+) :

sembuh Penderita TB Paru yang setelah menerima pengobatan anti TB paru dinyatakan sembuh (hasil pemeriksaan dahaknya menunjukkan 2 kali negatif) Pengobatan Lengkap : Pasien baru TB BTA+ yang telah menjalani pengobatan dengan OAT selama 6 bulan.

FORMULA

Angka Kesembuhan

Penderita TB Paru BTA+ x 100%

sama yang waktu

penderitaTBParu BTA yangdiobatidi wilayah dan padakurun Jumlah tahun 1 selama yah suatu wila di sembuh yang BTA Paru TB penderita Jumlah + + = Cakupan Pengobatan TB Paru Lengkap x 100% sama yang waktu kurun pada dan wilayah di diobati yang BTA Paru TB penderita Jumlah tahun 1 selama yah suatu wila di lengkap pengobatan mendapat BTA Paru TB penderita Jumlah + + = Angka Kesuksesan (Success Rate)

(58)

TABEL 13

PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN/KOTA 0

TAHUN 0

L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

JUMLAH (KAB/KOTA)

Sumber: ……….. (sebutkan) Keterangan:

Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS JUMLAH BALITA JUMLAH PERKIRAAN

PENDERITA NO KECAMATAN PUSKESMAS

PNEUMONIA PADA BALITA

PENDERITA DITEMUKAN DAN DITANGANI

Gambar

TABEL 1. PREVALENSI GIZI BURUK PADA BALITA DI KABUPATEN X  TAHUN 2010
GAMBAR 4. HUBUNGAN ANTARA TINGGI BADAN DAN BERAT BADAN PENDUDUK  DI KABUPATEN X TAHUN 2010
Tabel 56 100 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat
Tabel 57 102 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang ada diluar karya sastra itu, tapi secara tidak langsung mempengaruhi karya sastra tersebut atau dengan kata lain dapat

MRCCC (Mochtar Riady Comprehensive Cancer Centre) adalah salah satu unggulan kesepuluh rumah sakit tertinggi di dunia dan rumah sakit ketujuh yang dimiliki oleh

Data kuantitatif pada validasi ahli materi diperoleh persentase sebesar 90,67% yang berarti produk pengembangan multimedia interaktif materi kedudukan relatif dua

Dikarenakan siswa SD (usia 7-11 tahun) yang berada pada tahap operasional-konkret dimana pada tahapan tersebut anak mulai me- nunjukkan perilaku belajar sebagai berikut:

Pemulihan selepas bersenam atau bersukan boleh dipercepatkan dengan pengambilan karbohidrat dan protein dalam masa sejam selepas tamat bersenam atau bersukan5. Selesema yang

PADA HARI SELASA BERTARIKH 27 DISEMBER 2011 JAM 9.00 PAGI DALAM KAMAR PENOLONG KANAN PENDAFTAR.. MAHKAMAH TINGGI

Hasil pengujian multivariate secara serentak ditemukan bahwa untuk variabel besaran perusahaan (size), Return On Asset, dan Financial Leverage memiliki probabilitas (ρ-value)

Pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung bersama dengan pihak pengelola Biro Perjalanan Shambala Tour and Travel atau yang terkait dengan perusahaan