PELAKSANAAN LELANG TERHADAP BARANG JAMINAN GADAI
PADA PT PEGADAIAN (PERSERO) CABANG TERANDAM
ARTIKEL
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh:
GEBIE FERIZKHA PUTRI
NPM: 1310012111022
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2017
No. Reg: 177/PDT-02/0I-2017
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PERSETUJUAN ARTIKEL/JURNAL
Nama : GEBIE FERIZKHA PUTRI
Nomor : 1310012111022
Program Kekhususan : Hukum Perdata
Judul Skripsi : Pelaksanaan Lelang Terhadap Barang Jaminan Gadai Pada PT Pegadaian (PERSERO) Cabang Terandam
PELAKSANAAN LELANG TERHADAP BARANG JAMINAN GADAI PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG TERANDAM
Gebie Ferizkha Putri1 Yansalzisatry1 Elyana Novira1
1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta
E-mail: [email protected]
ABSTRACT
PT. Pegadaian (Persero) if the collateral goods which cannot be redeem, the collateral goods would be auctioned. Issues that will be discussed: (1) how is the process of the auction of pawning guaranteed goods in PT. Pegadaian (Persero) Cabang Terandam. (2) what are the obstacles which is faced out by PT. Pegadaian (Persero) Cabang Terandam Padang in pawning practise toward the pawning guaranteed goods? This research is using jurisdiction sociological approach. The data is using primer data and secondary data, which is collected by interview and document research. The data was analysed by qualitative method. The research results the process of the auction of pawning guaranteed goods is divided by several phases/ stages: a. Notice of auction b. Preparation of auction c. Implementation of auction, d. Proceeding of auction. Customer could make any effort in order to customer’s collateral be not auctioned with the manner/way: extension, instalment, partially redeem, and postponement of the pawning.(2) the obstacle from that implementation of auction is notice of auction which is not heeded/ ignored by customer, the changing of market price that complicates Pegadaian re-assess the pawning guaranteed goods, and inadequate auction place in Pegadaian.
Keywords: auction, pawning, guarantee
Pendahuluan
Dalam kegiatan sehari-hari, uang selalu saja dibutuhkan untuk membeli atau membayar berbagai keperluan, jika keperluan dana jumlahnya besar, maka dalam jangka pendek sulit untuk dipenuhi, apalagi jika harus dipenuhi lewat lembaga perbankan, namun apabila dana yang dibutuhkan relatif kecil tidak jadi masalah, karena banyak tersedia sumber dana yang murah dan cepat. Bagi masyarakat yang mempunyai barang-barang berharga dan butuh dana dengan segera, dapat dipenuhi dengan cara menjual barang berharga tersebut, sehingga jumlah dana yang diperlukan dapat terpenuhi. Tetapi masyarakat akan kehilangan barang-barang
berharganya. Untuk mengatasi kesulitan di atas dimana kebutuhan dana dapat dipenuhi tanpa kehilangan barang-barang berharga, maka masyarakat dapat menjaminkan barang-barangnya ke lembaga tertentu dengan cara perjanjian gadai.
Barang yang dijaminkan tersebut pada batas waktu yang telah ditentukan akan dilunasi oleh debitur. Dengan adanya perjanjian gadai masyarakat tidak perlu takut kehilangan barang-barang berharganya. Secara umum yang dikatakan perjanjian gadai adalah pemberian kredit dalam jangka waktu tertentu kepada nasabah atas dasar hukum gadai dengan persyaratan tertentu yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Menurut Pasal 1150 KUHPerdata gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainnya; dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.
Selanjutnya Pasal 1152 KUHPerdata mengatakan hak gadai atas barang bergerak diletakkan dengan membawa barang gadainya di bawah kekuasaan si berpiutang. Hak gadai hapus bila barang gadainya keluar dari kekuasaan si penerima gadai. Di Indonesia lembaga yang ditunjuk untuk menerima dan menyalurkan kredit berdasarkan hukum gadai adalah lembaga pegadaian. Lembaga pegadaian merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bernama PT. Pegadaian (Persero). Usaha yang paling menonjol yang disediakan oleh PT. Pegadaian (Persero) adalah menyalurkan kredit berdasarkan hukum gadai, artinya bahwa barang yang digadaikan itu harus diserahkan oleh pemberi gadai kepada penerima gadai, maka
barang-barang tersebut berada di bawah kekuasaan penerima gadai.
Pada PT. Pegadaian (Persero) produk layanan berbasis gadai dibagi atas tiga jenis:
1. Jasa Gadai (Kredit Gadai Cepat dan Aman) / KCA
KCA adalah pemberian pinjaman (kredit) dalam jangka waktu tertentu kepada nasabah atas dasar hukum gadai dengan jaminan barang-barang bergerak
2. Gadai Syariah (Rahn)
Gadai syariah adalah menahan salah satu harta milik nasabah (rahn) sebagai barang jaminan (marhun) atas hutang/ pinjaman (marhunbih) yang diterimanya, atau merupakan akad menahan harta milik penggadai oleh penerima gadai sebagai jaminan atas hutang diterimanya, dalam layanan ini diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS)
3. Kredit Angsuran Sistem Gadai (Krasida) Krasida adalah suatu bentuk sistem kredit bagi para pengusaha mikro/ kecil yang memerlukan bantuan kredit untuk keperluan usaha produktif dengan jaminan yang dikuasai oleh pegadaian. Pada prinsipnya krasidasama dengan kreasi, hanya saja agunan (jaminan) diserahkan dan dikuasai sepenuhnya oleh Pegadaian, pelunasan pinjamannya dengan cara angsuran
setiap bulan. Barang jaminan berupa emas, status barang jaminan dikuasai oleh Pegadaian.
Dari ketiga jenis produk berbasis gadai yang ada pada PT. Pegadaian (Persero), bisnis utama PT. Pegadaian adalah Kredit Gadai Cepat dan Aman (KCA). Di mana KCA ini berbentuk pemberian kredit yang berdasarkan hukum gadai atau yang disebut dengan perjanjian gadai.
Sejak terjadinya perjanjian gadai antara pemberi gadai dengan penerima gadai, maka sejak itulah timbul hak dan kewajiban para pihak. Kewajiban pemberi gadai adalah membayar pokok pinjaman dan bunga sesuai dengan yang ditentukan oleh penerima gadai. Di dalam surat bukti kredit (SBK) telah ditentukan tanggal mulainya kredit dan tanggal jatuh temponya atau tanggal pengembalian kredit, di samping itu dalam SBK ada syarat, yaitu: “jika sampai dengan tanggal jatuh tempo pinjaman tidak dilunasi atau diperpanjang, maka barang jaminan gadai tersebut akan di lelang pada tanggal yang telah ditentukan”.
Dalam praktiknya perjanjian gadai yang dilakukan oleh PT. Pegadaian tidak selalu berjalan dengan lancar, penerima gadai sering memberikan teguran kepada pemberi gadai yang lalai akan kewajibannya. Jika diberi teguran oleh penerima gadai dan tidak diindahkan, maka PT. Pegadaian berhak mengambil pelunasan hutang dengan cara melelang barang jaminan gadai tersebut.
Lelang berdasarkan pedoman operasional kantor cabang pegadaian adalah upaya pengembalian uang beserta sewa modal yang tidak dilunasi sampai batas waktu yang ditentukan. Usaha ini dilakukan dengan penjualan barang jaminan gadai tersebut kepada umum pada waktu yang telah ditentukan., namun kadang-kadang melelang barang yang digadaikan juga belum menyelesaikan masalah, ada saja hal-hal yang menyebabkan terjadi masalah pada barang yang di lelang, antara lain, nilainya tidak mencukupi pelunasan barang.
Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian yuridis sosiologis (Socio
Legal Research), untuk mendapatkan
data primer, di mana data primer itu diperoleh dengan penelitian di lapangan.Di samping itu dilakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan data sekunder.
2. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung di lapangan dengan melakukan wawancara dengan informan yaitu
Pejabat Lelang PT. Pegadaian (Persero) Cabang Terandam meliput: Bapak Andra Djunaidi sebagai Pimpinan Cabang Pegadaian Cabang Terandam, Bapak Aprimi sebagai Kasir Cabang Pegadaian Terandam, Ibu Sri Rossa dan Ibu Erlina sebagai Penaksir Muda CPP Terandam, dan Ibu Lia nasabah Pegadaian yang barang gadainya di lelang dan Ibu Sonya Solvina Peserta Lelang.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan, yang terdiri atas:
1) Bahan hukum primer dalam hal meliputi;
a) Kitab Undang-undang Hukum Perdata; b) Aturan-aturan Dasar Pegadaian meliputi: (1) Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2011 tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Umum (PERUM) menjadi Persero.
(2) Vendu Reglement
2) Bahan hukum sekunder, yang terdiri dari literatur-literatur, buku-buku, makalah dan jurnal yang ditulis oleh para ahli dan
dokumen-dokumen yang
berkenaan dengan masalah yang dibahas.
3) Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum lainnya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: a. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data untuk memperoleh keterangan dengan melakukan tanya jawab secara lisan dengan informan. Wawancara ini bersifat terbuka yaitu informan menjawab pertanyaan dari peneliti secara bebas dan alat pengumpul data dari penelitian ini adalah daftar pertanyaan yang berbentuk semi terstruktur yaitu penulis akan mengajukan pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu kemudian dikembangkan sesuai dengan masalah yang diteliti.
b. Studi dokumen
Studi dokumen adalah teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari bahan kepustakaan atau literatur-literatur yang ada, terdiri dari peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen, buku-buku yang
berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti.
4. Analisis Data
Data yang telah terkumpul baik data primer maupun data sekunder dianalisis secara kualitatif, yaitu mengelompokkan data sesuai dengan masalah yang diteliti dan diuraikan dalam bentuk kalimat.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pelelangan barang jaminan gadai merupakan tindakan yang dilakukan oleh PT. Pegadaian (Persero) terhadap debitur yang tidak menebus barang jaminan gadai. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Sri Rossa sebagai Penaksir PT. Pegadaian (Persero) sebelum pelelangan dilakukan ada beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh nasabah agar barang jaminannya tidak di lelang.
1. Perpanjangan
Tanggal jatuh tempo dihitung 120 hari dari tanggal kredit, 7 hari sebelum tanggal jatuh tempo petugas Pegadaian memberitahukan kepada nasabah bahwasanya barangnya akan di lelang. Setelah jatuh tempo biasanya barang jaminan tidak langsung di lelang, tetapi masih diberikan waktu 2 minggu untuk memutuskan apakah akan melakukan perpanjangan atau tidak.
Perpanjangan ini dapat dilakukan berkali-kali terhadap barang jaminan
gadai yang berupa perhiasan emas dan emas batangan, sedangkan untuk barang jaminan gadai yang berupa elektronik dan kendaraan bermotor apabila nasabah ingin melakukan perpanjangan maka pada saat itu juga dilakukan pemeriksaan ulang terhadap barang jaminan gadai, gunanya untuk menaksir ulang harga barang jaminan gadai dimaksud.
2. Pinjamannya Dicicil
Nasabah dapat mengangsur atau mencicil sebagian uang pinjaman dengan cara membayar angsuran (cicilan) ditambah sewa modal dan biaya administrasi. Setelah cicilan ini dilakukan, jangka waktu gadainya diperpanjang selama 120 hari lagi atau sesuai dengan keinginan nasabah. Untuk mengetahui nasabah melakukan cicilan, maka pada Surat Bukti Kredit (SBK) diberi cap “C” artinya cicil.
Barang jaminan yang dapat di cicil ini berupa barang elektronik dan perhiasan emas dan emas batangan. Untuk barang jaminan gadai yang berupa emas dan emas batangan pada saat nasabah ingin melakukan perpanjangan, maka penaksir akan menaksir ulang barang jaminan emas atau emas batangan.
Apabila harga emas itu turun di pasaran, maka nasabah wajib membayar (jika pinjaman yang diberikan telah
maksimal ) selisih antara pinjaman lama dengan pinjaman baru sesuai hasil nilai taksiran ulang tersebut, dan ditambah sewa modal serta biaya administrasi. Sebaliknya jika harga emas dan emas batangan naik, maka nasabah dapat menambah nilai pinjaman, dan nasabah wajib membayar sewa modal serta biaya administrasi, sedangkan untuk barang jaminan gadai yang berupa elektronik, nasabah ingin memperpanjang gadainya, maka nasabah wajib mencicil sebesar 15% dari uang pinjamannya dengan membayar biaya sewa modal serta biaya administrasi.
3. Tebus Sebagian
Nasabah bisa melunasi sebagian barang jaminannya dengan cara membayar sejumlah nilai salah satu jenis barang yang ditebus dengan terlebih dahulu dilakukan taksiran ulang dari salah satu barang jamninan yang akan ditebus oleh nasabah tersebut. ditambah sewa modal serta biaya administrasi. Barang jaminan yang dapat ditebus sebagian tersebut adalah barang jaminan berupa perhiasan emas, emas batangan dan barang elektronik. 4. Penangguhan Pelelangan
Apabila nasabah memberikan konfirmasi dan meminta waktu pada saat lelang dilakukan tetapi tidak untuk perpanjangan, maka nasabah akan dikenakan biaya administrasi
penyelesaian Barang Jaminan Dalam Proses Lelang (BJDPL) sebesar 0.75% per 15 hari dari uang pinjaman dan maksimal 2.25%.
Apabila upaya-upaya di atas tidak dilakukan oleh nasabah pada saat tanggal jatuh tempo, maka Pegadaian akan melelang barang jaminan gadai tersebut.
5. Prosedur Lelang
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Erlina sebagai Penaksir PT. Pegadaian (Persero) Cabang Terandam Padang, pada prakteknya pelaksanaan lelang dilakukan di muka umum. Lelang di PT. Pegadaian (Persero) ada dua periode setiap bulannya. Gadai yang dilakukan tanggal 1–15, akan di lelang pada periode pertama tanggal 18–22 bulan kelima, periode gadai kedua dari tanggal 16-31, akan di lelang pada tanggal 3– 7 bulan keenam.
a. Pemberitahuan Lelang
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Andra Djunaidi sebagai Pimpinan Cabang di Pegadaian Cabang Terandam, pemberitahuan lelang kepada nasabah dilakukan 7 hari sebelum tanggal jatuh tempo, pemberitahuan itu dilakukan melalui telepon, pesan singkat dan surat. Tanggal jatuh tempo sudah dicantumkan di Surat Bukti Kredit, dan jadwal lelang
barang jaminan gadai tersebut sudah pula dicantumkan dalam nota transaksi masing-masing nasabah.
Apabila dalam 7 hari tidak ada konfirmasi dari nasabah, maka petugas Pegadaian mengirim surat pemberitahuan lelang yang kedua satu hari sebelum lelang dilaksanakan. Sedangkan
pemberitahuan lelang kepada masyarakat peserta lelang
diumumkan lewat papan
pengumuman yang ada di setiap kantor cabang, misalnya lelang dilakukan tanggal 18 Maret 2017, maka petugas Pegadaian mengumumkan kepada masyarakat peserta lelang, 1 hari sebelum tanggal lelang itu akan dilaksanakan di papan pengumuman.
b. Persiapan Lelang
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Erlina, persiapan lelang dilaksanakan paling lambat tujuh hari sebelum lelang dilaksanakan. Barang yang akan di lelang dikeluarkan dari tempat penyimpanan paling cepat 5 hari sebelum lelang itu dilaksanakan. Dalam waktu 7 hari, nasabah masih diberi kesempatan untuk menebus barang jaminan.
Sebelum mengeluarkan barang, maka pejabat pelaksana lelang akan mencocokkan terlebih
dahulu barang itu dengan nomor yang terdapat di dalam buku kredit, barang jaminan gadai yang akan di lelang dicocokkan dengan keterangan di SBK. Pejabat lelang harus menaksir ulang seluruh barang yang akan di lelang, gunanya untuk mengetahui kembali barang jaminan gadai serta berapa harga pasaran pada saat barang tersebut di lelang, dan hasil dari taksiran ulang tersebut akan ditulis di belakang halaman SBK. c. Pelaksanaan Lelang
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Andra Djunaidi sebagai Pimpinan Cabang di Pegadaian Cabang Terandam Padang, pada saat lelang semua barang-barang yang akan di lelang diperlihatkan kepada umum, dan barang-barang tersebut berada di bawah pengawasan/ tanggung jawab pimpinan pelaksanaan lelang (pimpinan cabang).
Selanjutnya pada waktu lelang pejabat lelang bertanggung jawab atas barang yang ada di ruangan lelang itu dilaksanakan, selain dari pejabat lelang dilarang berada dalam ruangan lelang.
SBK lelang harus dijaga, agar para pembeli tidak dapat mengetahui jumlah taksiran dan uang pinjaman, gunanya agar pembeli barang lelang tidak menekan (menurunkan) harga barang jaminan yang di
lelang. Lelang itu di pimpin oleh pejabat lelang (pimpinan cabang PT. Pegadaian), dan apabila ada anggota pejabat lelang yang berhalangan hadir, maka tugasnya akan digantikan oleh ketua pejabat lelang, atau petugas pengganti yang telah ditunjuk, selain itu pada waktu lelang, kasir diwajibkan mencatat nama para pembeli dan jumlah uang yang dibayar.
Selanjutnya barang-barang yang akan di lelang harus sesuai dengan nomor SBK. Untuk barang jaminan yang berupa emas, pelelangannya dilakukan secara khusus yaitu dengan cara menjual langsung barang tersebut di toko emas langganan pegadaian, dengan perjanjian, bahwa toko emas tidak langsung menjual barang yang sudah di lelang, tetapi ditahan lebih dulu agar nasabah pemilik barang dapat membeli kembali dalam jangka waktu 1 minggu.
Untuk barang jaminan berupa kendaraan bermotor, pelelangan dilakukan di halaman parkir atau di gudang Pegadaian, dengan cara meletakkan tulisan “Di Jual” pada masing-masing kendaraan, dan mencantumkan langsung harga di kendaraan tersebut.
Barang jaminan gadai berupa elektronik, juga sama seperti kendaraan bermotor, yang mana meletakkan harga dan tulisan “Di Jual” pada masing-masing barang jaminan yang akan. Dan apabila ada peserta lelang yang ingin membeli barang jaminan elektronik, petugas Pegadaian akan
mengambilkan barang jaminan yang diinginkan oleh peserta lelang di gudang. Dan peserta lelang itu bisa memilih barang jaminan yang akan dibeli, setelah itu ketua pejabat lelang menyebut dengan suara yang jelas keterangan-keterangan singkat mengenai barang-barang yang akan dijual menurut SBK, apabila telah lelang selesai, maka kepada setiap orang yang membeli barang lelang tersebut dilarang menjualbelikan barang yang telah mereka beli di area PT. Pegadaian, SBK dari barang yang di lelang akan disimpan oleh pimpinan cabang untuk dibinasakan apabila sudah mendapatkan persetujuan dari kepala kantor wilayah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Sonya Solvina sebagai Peserta Lelang, beliau membeli barang jaminan gadai yang berupa elektronik. Beliau datang ke PT. Pegadaian Cabang Terandam Padang dan petugas Pegadaian langsung membawa barang jaminan gadai yang ibu Sonya inginkan, di sana sudah tercantum berapa harga pada barang jaminan itu dijual. Ibu Sonya menjelaskan bahwa lelang di Pegadaian tidak ada tawar-menawar harga seperti dulu lagi, sekarang sudah ditetapkan harga barang yang akandilelang pada masing-masing barang.
1. Tindakan Setelah Lelang
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Aprimi sebagai Kasir di PT. Pegadaian (Persero) Cabang Terandam
Padang, tindakan setelah lelang yakni adanya uang kelebihan. Uang kelebihan merupakan selisih antara harga lakunya lelang dengan uang pinjaman ditambah dengan sewa modal.Uang kelebihan ini menjadi hak nasabah dan harus dibayarkan, manakala ada permintaan dari nasabah.
Permintaan uang kelebihan dilakukan dengan mempergunakan SBK yang asli dan formulir pembayaran uang kelebihan, selain SBK asli, nasabah harus memperlihatkan kartu identitas yang sesuai dengan nama yang tercantum pada SBK, apabila permintaan ini dilakukan oleh bukan pemilik SBK, harus dilengkapi Surat Kuasa bermaterai dan fotocopy KTP pemberi dan penerima kuasa dan dengan jangka waktu permintaan uang kelebihan selama 1 tahun setelah lelang dilaksanakan. Uang kelebihan dapat dibayarkan sehari setelah lelang dilaksanakan. Jika menurut perhitungan tidak ada uang kelebihan, maka SBK asli dikembalikan kepada pemohon dengan keterangan “sudah dijual, tidak ada uang kelebihan” dan ditandatangani oleh petugas.
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Lia sebagai Nasabah yang menerima uang kelebihan lelang, beliau menjelaskan bahwa uang kelebihan dapat diminta sehari setelah lelang
dilaksanakan. Pada saat itu ibu Lia meminta uang kelebihan lelang 2 minggu setelah lelang itu dilaksanakan, hanya dengan menunjukkan SBK asli, dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) asli, maka uang kelebihan langsung dapat diterimanya. Kendala-kendala yang dihadapi Pegadaian pada saat pelelangan barang jaminan gadai yaitu:
2. Pemberitahuan lelang tidak diindahkan oleh nasabah
Pada saat pemberitahuan lelang itu nasabah tidak melakukan konfirmasi, maka barang jaminan gadai miliknya akan di lelang oleh Pegadaian, apabila hasil penjualan barang jaminan gadai itu tidak mencukupi pelunasan uang pinjaman, maka nasabah wajib melunasi pinjaman tersebut, dan apabila pada saat itu nasabah tidak mempunyai uang, dan dari hasil pelelangan barang jaminan miliknya ada uang kelebihan, nasabah tersebut berhak atas uang kelebihan tersebut. Namun apabila barang jaminan gadai tidak laku dijual, maka barang tersebut menjadi asset milik perusahaan. 3. Berubahnya harga pasar terhadap barang jaminan gadai, sehingga menyulitkan pihak Pegadaian pada saat penaksiran ulang barang jaminan tersebut;
Sebelum barang jaminan gadai itu di lelang, barang-barang tersebut akan ditaksir ulang kembali oleh pejabat lelang. Apabila harga pasarnya berubah
atau turun dari harga taksiran awal, maka untuk barang jaminan yang berupa emas, pelelangannya ditunda terlebih dahulu hingga harga dipasaran stabil kembali. Dan untuk barang jaminannya berupa elektronik dan harga pasarnya rendah pada saat pelelangan, apabila dapat dibuktikan pada saat menaksir awal barang jaminan, penaksir salah menaksir harga, maka akan ditutupi atau penggantian kerugian pada perusahaan ditanggung oleh Penaksir, karena kesalahannya sendiri pada saat menaksir awal barang jaminan gadai tersebut. 4. Kurang memadainya ruang lelang di
Pada saat lelang, barang jaminan gadai yang berupa elektronik dan kain diperlihatkan di ruang tunggu, tidak ada ruangan khusus untuk melihat barang-barang jaminan gadai yang akandilelang, sehingga kurang memadai ruang lelang di Pegadaian.
Ucapan Terima Kasih
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang sudah membantu penulis selama menyelesaikan skripsi.Pihak-pihak yang dengan sabar membimbing dan selalu memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi.
Pihak tersebut adalah: (1) Ibu Yansalzisatry, S.H., M.H, selaku Pembimbing I dan (2) Ibu Elyana Novira,
S.H., M.H selaku Pembimbing II, (3) Bapak Syafril, S.H., M.H, selaku Penguji I (4) Ibu As Suhaiti Arief, S.H., M.H, selaku Penguji II, (5) Bapak Adri, S.H., M.H, selaku Penguji III, (6) Keluarga tercinta yang selalu memberi dukungan moril maupun materi. (7) Kakak dan Abang penulis, serta teman-teman seperjuangan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Abdul Kadir Muhammad, 1996, Hukum
Perikatan, Bandung: PT. Aditya
Bakti
Achmad Ichsan, 1969, Hukum Perdata I B, Jakarta : PT. Pembimbing Masa Gunawan Widjaja, 2006, Memahami Prinsip
Keterbukaan (Aanvullead Recht)
Dalam Hukum Perdata, Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada.
I Ketut Oka Setiawan, 2016, Hukum
Perikatan, Jakarta : Sinar Grafika.
J. Satrio, 1995, Hukum Perikatan, Perikatan
Yang Lahir dari Perjanjian Buku II,
Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. , 1999, Perikatan Yang Lahir Karena
Perjanjian, Bandung : PT. Citra
Aditya Bakti.
Kartini Muljadi, dan Gunawan Widjaja, 2006, Perikatan Yang Lahir Dari
Perjanjian, Jakarta: Penerbit
Kencana.
Mariam Darius Badrulzaman, 1994, Hukum
Moch Edy Prayitno dan M. Taufik, 2002,
Manajemen Operasi Pegadaian,
Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perum Pegadaian.
Patrik Purwahid, 1994, Dasar-Dasar Hukum
Perikatan, Bandung: Mandar Maju.
Rachmadi Usman, 2016, Hukum Jaminan
Keperdataan, Jakarta : Sinar Grafika.
______, 2016, Hukum Lelang, Jakarta: Sinar Grafika.
R. Setiawan, 1997, Pokok-pokok Hukum
Perikatan, Bandung : Bima Cipta.
R. Subekti, 2010, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT. Intermasa.
Salim H.S, 2001, Pengantar Hukum Perdata
(tertulis BW), Jakarta : Sinar Grafika.
_____ , 2003, Hukum Kontrak Teori dan
Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta: Sinar
Grafika.
______, 2003, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia,
Jakarta : Sinar Grafika.
______, 2014, Perkembangan Hukum
Jaminan di Indonesia, Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Wasis Djuhar, 2007, Modul Diklat Kenaikan
Pangkat Dalam Golongan III Aspek Operasional, Jakarta : Pusdiklat
Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian
B. Perundang-Undangan
Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2011
tentang Perubahan Bentuk Badan
Hukum Perusahaan Umum menjadi Persero.
Vendu Reglement
Sumber Lain
Agenda Kerja Pegadaian 2011 Agenda Kerja Pegadaian 2012
Brosur Pegadaian Serba Bisa Divisi Pemasaran
Nasaranti, 2016, Perlindungan Hukum
Terhadap PT. Pegadaian (Persero) Dalam Hal Barang Jaminan Bukan Milik Debitur, Jurnal Penelitian
Hukum, Vol. 5, No, 1, Bali : Universitas Udayana. Surat Bukti Kredit
Website PT. Pegadaian (Persero) http://www.pegadaian.co.id/pegadaia n-gadai.php diakses 17 Desember 2016 Pukul 20:31 WIB
Website PT. Pegadaian (Persero) http://www.pegadaian.co.id/pegadaia n-krasida.php diakses Tanggal 17 Desember 2016 Pukul 22:53 WIB Website PT. Pegadaian (Persero)
http://www.pegadaian.co.id/pegadaia n-rahn.php diakses Tanggal 17 Desember 2016 Pukul 22:47 WIB