• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATERNAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) DI PONDOK PESANTREN MODERN SAHID GUNUNG MENYAN BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATERNAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) DI PONDOK PESANTREN MODERN SAHID GUNUNG MENYAN BOGOR"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

USAHATERNAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH

(PE) DI PONDOK PESANTREN MODERN SAHID

GUNUNG MENYAN BOGOR

SKRIPSI

WILUJENG PRIHATINI

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

RINGKASAN

WILUJENG PRIHATINI. D34104038. 2008. Analisis Prospek dan Strategi Pengembangan Usahaternak Kambing Peranakan Etawah (PE) di Pondok Pesantren Modern Sahid Gunung Menyan Bogor. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Zulfikar Moesa, MS. Pembimbing Anggota : Ir. Afton Atabany, MSi.

Kambing perah merupakan salah satu jenis ternak perah yang memiliki potensi untuk menghasilkan susu dengan kualitas yang baik. Kambing perah memiliki banyak keunggulan antara lain : produk utamanya yaitu susu berkhasiat untuk menyembuhkan beberapa penyakit, pemeliharaannya mudah dan reproduksinya lebih cepat dibandingkan sapi perah. Keunggulan-keunggulan tersebut mengindikasikan bahwa peternakan kambing perah memiliki potensi yang besar dan prospek yang cerah untuk dikembangkan. Bangsa kambing perah yang menghasilkan susu salah satunya adalah kambing Peranakan Etawah (PE).

Permintaan susu termasuk di dalamnya susu kambing di Jawa Barat terus meningkat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah konsumsi susu daerah Jawa Barat pada tahun 2005 sebesar 176.650 ton menjadi 208.698 pada tahun 2006 (Badan Pusat Statistika, 2006). Sebagai salah satu tempat penghasil susu kambing di Bogor, Peternakan Sahid harus mampu memperluas skala usahanya untuk memenuhi permintaan akan susu kambing di Jawa Barat yang terus meningkat.

Pengembangan usaha dalam skala besar tentu memerlukan modal yang besar. Peternakan Sahid memerlukan peran investor untuk memberikan bantuan modal bagi usahanya. Namun, investor biasanya akan melihat prospek suatu usahaternak sebelum menanamkan modalnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prospek usahaternak kambing PE di Peternakan Sahid dilihat dari tingkat pendapatan yang diperoleh dan kelayakan finansialnya serta menentukan alternatif strategi yang sesuai bagi Peternakan Sahid untuk keberhasilan pengembangan usahanya. Penelitian dilakukan di unit usaha peternakan kambing PE, Pondok Pesantren Modern Sahid, Gunung Menyan, Bogor dengan desain penelitian studi kasus. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis pendapatan, analisis kelayakan finansial, dan analisis TOWS (Threats, Opportunities, Weaknesses, Strengths).

Berdasarkan analisis pendapatan pada tahun 2006, Peternakan Sahid mengalami kerugian sebesar Rp 14.226.708 dan nilai R/C = 0,83 yang berarti bahwa total penerimaan yang diperoleh Peternakan Sahid lebih kecil dari total biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh penerimaan tersebut sehingga hanya dapat menutupi 83% dari biaya keseluruhan. Berdasarkan kondisi ini dapat disimpulkan bahwa usaha Peternakan Sahid tidak layak karena nilai R/C < 1.

Hasil analisis kelayakan finansial pada tingkat suku bunga pinjaman 14% menunjukkan nilai NPV Rp -16,165,930.85. Nilai tersebut merupakan pendapatan bersih yang diterima peternak selama 10 tahun perencanaan. Nilai Net B/C Ratio pada tingkat suku bunga yang sama sebesar 0,90 artinya perbandingan penerimaan yang diterima peternak lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh penerimaan tersebut.

(3)

Nilai IRR dengan faktor diskonto 14% dan 10% diperoleh sebesar 11,70% artinya investasi yang ditanamkan pada usaha peternakan tersebut tidak layak dan tidak menguntungkan karena tingkat pengembalian internalnya lebih kecil dari tingkat suku bunga pinjaman yang berlaku. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa usaha Peternakan Sahid tidak layak sehingga memiliki prospek yang kurang bagus untuk ke depannya.

Alternatif strategi yang paling cocok untuk Peternakan Sahid adalah Strategi W-O. Dengan strategi ini, Peternakan Sahid diharapkan dapat mengatasi kelemahannya dengan memanfaatkan peluang yang tersedia.

Kata-kata kunci : Usahaternak Kambing Perah, Studi Kelayakan, Analisis TOWS

(4)

ABSTRACT

Prospect and Development Strategy Analyze of Etawah Grade Goats Business in Pondok Pesantren Modern Sahid Gunung Menyan Bogor

Prihatini, W., Z. Moesa, and A. Atabany

The objectives of this research are: 1) to know the prospect of Etawah Grade milk-goat business in Pondok Pesantren Sahid base on the income and financial feasibility and 2) to formulate correct alternative strategy that can used by Pondok Pesantren Sahid for success their development of business. Primary data obtained by observasi and direct interview with people which related with the topic of research. Secondary data obtained from relevant institutions sources which related with the topic of research. Data were analyzed by descriptive analyze, income analyze, financial feasibility analyze and TOWS analyze. The results of research are : 1) based on income analyze in 2006, Peternakan Sahid suffer financial loss as much as Rp 14.226.708. Result of financial feasibility analyze show the value of NPV Rp -16,165,930.85, B/C R 0,90 and IRR 11,70%. The result indicate that milk-goat business in Peternakan Sahid is not feasible and have bad prospect for the future, 2) the correct alternative strategy for Peternakan Sahid is W-O (Weaknesses-Opportunities) strategy. Hopefully, Peternakan Sahid can solve their weaknesses by use the opportunities.

Key words : Milk-Goat Business, Feasibility Study, TOWS Analyze

(5)

ANALISIS PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

USAHATERNAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH

(PE) DI PONDOK PESANTREN MODERN SAHID

GUNUNG MENYAN BOGOR

WILUJENG PRIHATINI D34104038

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(6)

ANALISIS PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

USAHATERNAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH

(PE) DI PONDOK PESANTREN MODERN SAHID

GUNUNG MENYAN BOGOR

Oleh

WILUJENG PRIHATINI D34104038

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 14 Februari 2008

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. Zulfikar Moesa, MS. Ir. Afton Atabany, MSi.

NIP. 130 516 995 NIP. 132 133 961

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc.Agr NIP. 131 955 531

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 1 Oktober 1986 di Semarang, Jawa Tengah. Penulis adalah anak terakhir dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Nuryanto (Alm) dan Ibu Purwiyati, SPd.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1998 di SDN Sriwulan II. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SMPN 2 Semarang dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2004 di SMAN 3 Semarang. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004.

Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Industri Peternakan (HIMASEIP) sebagai Kepala Departemen Ilmu, Profesi dan Kewirausahaan pada tahun 2007. Selain itu, penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Agria Swara IPB sebagai Bendahara pada tahun 2006 dan 2007.

Beberapa prestasi akademik dan non-akademik yang pernah diraih oleh penulis selama mengikuti pendidikan di IPB yaitu, menjadi Juara I Mahasiswa Berprestasi Fakultas Peternakan tahun 2006, lolos dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari Dikti tahun 2007, berpartisipasi dalam “11th International Choir Competition and Festival Budapest Hungary 2007” bersama Agria Swara Choir, Institut Pertanian Bogor dan sebagai Finalis Wirausaha Muda Mandiri kategori mahasiswa pada tahun 2007.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala anugerah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Kambing perah merupakan salah satu jenis ternak perah yang memiliki potensi untuk menghasilkan susu dengan kualitas yang baik. Kambing perah memiliki banyak keunggulan antara lain : produk utamanya yaitu susu berkhasiat untuk menyembuhkan beberapa penyakit, pemeliharaannya mudah dan reproduksinya lebih cepat dibandingkan sapi perah. Keunggulan-keunggulan tersebut mengindikasikan bahwa peternakan kambing perah memiliki potensi yang besar dan prospek yang cerah untuk dikembangkan. Bangsa kambing perah yang menghasilkan susu salah satunya adalah kambing Peranakan Etawah (PE).

Skripsi dengan judul “Analisis Prospek dan Strategi Pengembangan Usahaternak Kambing Peranakan Etawah (PE) di Pondok Pesantren Modern Sahid Gunung Menyan Bogor” disusun dengan tujuan mengetahui prospek usahaternak kambing PE di Peternakan Sahid dilihat dari tingkat pendapatan yang diperoleh dan kelayakan finansialnya serta menentukan alternatif strategi yang sesuai bagi Peternakan Sahid untuk keberhasilan pengembangan usahanya dengan menggunakan matriks TOWS.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga seluruh hasil yang tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Februari 2008

Penulis

(9)

DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN………. i ABSTRACT……… iii RIWAYAT HIDUP………. iv KATA PENGANTAR………. v DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTARGAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah ... 2 Tujuan Penelitian... 3 Kegunaan Penelitian... 4 KERANGKA PEMIKIRAN... 5 TINJAUAN PUSTAKA... 7 Kambing... 7 Kambing Perah... 7

Karakterisitik Susu Kambing... 8

Budidaya Kambing Peranakan Etawah... 9

Usahaternak Kambing Perah... 14

Faktor-faktor Produksi Usahaternak Kambing Peranakan Etawah.. 15

Biaya dan Pendapatan... 17

Analisis Kelayakan Finansial... 18

Analisis Lingkungan Perusahaan... 19

Strategi Pengembangan Usaha... 22

METODE PENELITIAN... 25

Lokasi dan Waktu Penelitian... 25

Desain Penelitian... 25

Data dan Instrumentasi... 25

Metode Analisis Data... 26

Analisis Deskriptif... 26

Analisis Pendapatan... 26

Analisis Kelayakan Finansial... 27

Analisis TOWS... 29

Definisi Istilah... 29

KEADAAN UMUM LOKASI... 31

Pondok Pesantren Modern Sahid Gunung Menyan (PPMSGM)…. 31

(10)

Struktur Organisasi Peternakan Kambing PE……….. 32

Faktor-faktor Luar yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha di Peternakan Sahid………... 34 HASIL DAN PEMBAHASAN... 40

Peternakan Kambing Peranakan Etawah (PE)... 40

Analisis Biaya dan Pendapatan... 49

Analisis Kelayakan Finansial... 53

Lingkungan Internal ... 55

Analisis Lingkungan Peternakan... 59

Analisis TOWS... 62

KESIMPULAN DAN SARAN... 65

Kesimpulan... 65

Saran... 65

UCAPAN TERIMA KASIH... 66

DAFTAR PUSTAKA... 67

LAMPIRAN... 69

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Data Konsumsi Susu Pulau Jawa dan Bali Tahun 2005-2006... 9

2. Kandungan Gizi Susu Menurut Jenis Ternak... 9

3. Contoh Perhitungan Tingkat Pendapatan Usahaternak... 26

4. Matriks TOWS... 29

5. Jumlah Kambing PE Peternakan Sahid Bulan Agustus 2007... 40

6. Jumlah Pemberian Pakan untuk Kambing Laktasi dan Non-Laktasi per Ekor per Hari... 42 7. Pemberian Susu dan Pakan per Hari untuk Anak Kambing dari lahir sampai Umur 4 Bulan pada Peternakan Sahid... 44 8. Klasifikasi Jenis Penyakit, Ciri dan Obat yang Digunakan... 46

9. Harga, Jumlah dan Frekuensi Pemberian Obat... 46

10. Jumlah, Gaji dan Upah, Umur, dan Pendidikan Tenaga Kerja di Peternakan Sahid Tahun 2007... 48 11. Komponen Biaya Produksi pada Peternakan Sahid Tahun 2006 dengan Jumlah Populasi Ternak 123 ekor... 50 12. Komponen Penerimaan pada Peternakan Sahid Tahun 2006... 52

13. Pendapatan Usaha Peternakan Sahid Tahun 2006... 52

14. Kelayakan Finansial Usahaternak Kambing PE di Peternakan Sahid... 54 15. Peluang dan Ancaman Usaha Peternakan Sahid... 60

16. Kekuatan dan Kelemahan Peternakan Sahid... 61

17. Perumusan Strategi Peternakan Sahid dengan Matriks TOWS…. 64

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran Konseptual Analisis Prospek dan Strategi Pengembangan Usahaternak Kambing PE...

6 2. Struktur Organisasi Peternakan Kambing PE... 33

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Koefisien Teknis dan Asumsi dalam Pengembangan Usahaternak Kambing PE di Peternakan Sahid...

70

2. Proyeksi Ternak, Proyeksi Produksi Susu, dan Proyeksi

Penerimaan Usahaternak kambing PE di Peternakan Sahid...

71

3. Proyeksi Fisik Satuan Ternak Kambing PE di Peternakan

Sahid...

72

4. Proyeksi Biaya Pakan, Kesehatan Ternak, Tenaga Kerja,

Peralatan Kandang Usahaternak Kambing PE di Peternakan Sahid...

73

5. Proyeksi Investasi Usahaternak Kambing PE di Peternakan

Sahid...

74 6. Proyeksi Penerimaan dan Pengeluaran Usahaternak Kambing PE

di Peternakan Sahid...

75 7. Perhitungan NPV, Net B/C R, IRR... 76

(14)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Ternak perah adalah ternak yang dapat memproduksi susu melebihi kebutuhan anaknya dan dapat mempertahankan produksi susu sampai jangka waktu tertentu walaupun anaknya sudah disapih atau lepas susu. Jenis ternak perah yang ada antara lain sapi perah, kambing perah dan kerbau perah.

Kambing perah merupakan salah satu jenis ternak perah yang memiliki potensi untuk menghasilkan susu dengan kualitas yang baik. Bangsa kambing perah yang menghasilkan susu salah satunya adalah kambing PE (Peranakan Etawah) yang telah tersebar luas di Indonesia. Kambing perah memiliki kelebihan baik dari segi produk yang dihasilkan maupun dari segi pemeliharaannya. Produk utamanya yaitu susu telah terbukti memiliki keistimewaan dibanding susu lain, antara lain : kaya dengan protein, enzim dan vitamin A, mengandung faktor anti-antritis, mudah dicerna karena mengandung asam lemak berantai pendek, memiliki butiran lemak yang kecil sehingga mudah diserap oleh tubuh. Susu kambing diyakini dapat menyembuhkan beberapa penyakit, seperti TBC, asma, asam urat, penyakit kuning, eksim (penyakit kulit), impotensi dan darah tinggi. Bahkan di Australia, susu kambing dikatakan sebagai the only alternative, karena kemampuannya yang bisa menggantikan Air Susu Ibu (ASI) bagi bayi. Susu kambing juga menjadi salah satu bahan utama dalam industri kosmetik yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan shampo, sabun, deodoran dan beberapa jenis krim untuk muka dan badan. Beberapa keistimewaan tersebut menyebabkan susu kambing memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Permintaan dan kebutuhan susu kambing terus meningkat sehingga mempunyai peranan cukup penting dalam meningkatkan pendapatan peternak kambing lokal. Jenis ternak ini pemeliharaannya mudah dan reproduksinya lebih cepat dibandingkan sapi perah sehingga cepat menghasilkan susu dan cepat dalam menghasilkan penerimaan. Keunggulan-keunggulan tersebut mengindikasikan bahwa peternakan kambing perah memiliki potensi yang besar dan prospek yang cerah untuk dikembangkan.

Bangsa kambing perah yang didatangkan dari daerah beriklim sejuk rentan sekali terhadap cekaman panas. Untuk itu tata laksana pemeliharaan dan pemberian pakan harus diperhatikan guna menekan sekecil mungkin pengaruh cekaman panas

(15)

tersebut. Kambing perah hanya dapat berproduksi dengan baik bila berada di iklim yang sejuk. Bogor dengan kondisi iklim yang sejuk tepat untuk dijadikan tempat pengembangan usahaternak kambing perah. Pondok Pesantren Sahid sebagai salah satu tempat pengembangan kambing perah di Jawa Barat, bertujuan untuk memenuhi permintaan susu kambing di Jawa Barat dan meningkatkan taraf kehidupan peternak.

Pengembangan usahaternak kambing perah menjadi usaha berskala besar tentu memerlukan modal yang sangat besar sehingga peranan investor sangat diperlukan. Untuk menarik investor agar menanamkan modalnya pada usahaternak tersebut, maka perlu diperhatikan beberapa hal yang dijadikan pertimbangan oleh investor dalam menanamkan modalnya pada suatu usaha. Salah satunya adalah bagaimana prospek usahaternak tersebut ke depannya. Prospek usahaternak kambing perah dapat dilihat dari tingkat pendapatan dan kelayakan usahaternak tersebut. Keberhasilan suatu pengembangan usaha memerlukan strategi khusus yang dapat dikaji dari faktor eksternal dan internal usahaternak kambing perah.

Perumusan Masalah

Keberhasilan suatu usaha peternakan ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: lokasi usaha, aspek teknis, aspek finansial, aspek manajemen serta permodalan. Lokasi usaha tergantung dari jenis ternak yang diusahakan dan akan berpengaruh terhadap pemasaran produk. Usahaternak kambing perah cocok diusahakan di daerah yang beriklim sejuk. Kambing PE (Peranakan Etawah) sebagai hasil persilangan antara kambing Etawah dan kambing Kacang merupakan jenis kambing perah harapan daerah tropis seperti Indonesia. Beberapa daerah yang menjadi sentra budidaya kambing PE adalah Bogor (Jawa Barat), Tegal, Sleman, dan Kulon Progo. Salah satu tempat pengembangan usahaternak kambing PE di Bogor adalah Pondok Pesantren Sahid yang terletak di Desa Gunung Menyan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.

Permintaan susu termasuk di dalamnya susu kambing di Jawa Barat terus meningkat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah konsumsi susu daerah Jawa Barat pada tahun 2005 sebesar 176.650 ton menjadi 208.698 pada tahun 2006 (Badan Pusat Statistika, 2006). Sebagai salah satu tempat penghasil susu kambing di Bogor, Pondok Pesantren Sahid harus mampu memperluas skala usahanya untuk memenuhi

(16)

permintaan akan susu kambing di wilayah Jawa Barat yang terus meningkat. Pengembangan usahaternak kambing perah dalam skala besar tentu akan memerlukan modal yang besar sehingga peran investor sangat dibutuhkan untuk membantu pengembangan usahaternak kambing PE di Pondok Pesantren Sahid.

Kebutuhan modal yang besar menimbulkan permasalahan baik bagi peternak di Pondok Pesantren Sahid maupun investor yang akan menanamkan modalnya pada usahaternak tersebut. Bagi peternak di Pondok Pesantren Sahid permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana cara mereka menarik investor untuk menanamkan modalnya karena investor pasti memiliki beberapa pertimbangan sebelum menanamkan modalnya, seperti bagaimana prospek usaha ternak kambing PE di Pondok Pesantren Sahid yang bisa dilihat dari tingkat pendapatan usaha tersebut serta layak atau tidaknya usaha tersebut berjalan.

Untuk mencapai keberhasilan pengembangan usaha ternak kambing PE nya, Pondok Pesantren Sahid juga harus memiliki suatu strategi pengembangan usaha. Strategi tersebut dapat dianalisis dari faktor-faktor eksternal dan internal usahaternak di Pondok Pesantren Sahid.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana prospek usahaternak kambing PE di Pondok Pesantren Sahid dilihat dari tingkat pendapatan yang diperoleh dan kelayakan finansial? 2. Strategi apakah yang cocok digunakan untuk pengembangan usahaternak

kambing PE di Pondok Pesantren Sahid?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang diuraikan, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana prospek usahaternak kambing PE di Pondok Pesantren Sahid dilihat dari tingkat pendapatan yang diperoleh dan kelayakan finansialnya.

2. Untuk menentukan alternatif strategi yang cocok digunakan oleh Pondok Pesantren Sahid untuk keberhasilan pengembangan usahanya.

(17)

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi investor dalam memberikan pinjaman modal pada suatu usahaternak.

2. Memberikan masukan berupa strategi yang berguna bagi peternak dalam pengembangan usaha dengan komoditi sejenis.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis serta dapat dijadikan wadah aplikasi ilmu-ilmu yang dipelajari di bangku kuliah dalam kasus nyata.

(18)

KERANGKA PEMIKIRAN

Keistimewaan susu kambing menyebabkan permintaan produk tersebut mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Permintaan susu kambing di Jawa Barat, bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Sebagai salah satu peternakan penyedia susu kambing di wilayah Jawa Barat, hal ini merupakan suatu peluang bagi Pondok Pesantren Sahid (Bogor) untuk memperluas skala usahanya melalui pengembangan usaha dalam rangka memenuhi permintaan susu kambing Jawa Barat.

Pengembangan usaha dalam skala besar tentu memerlukan modal yang besar sehingga Pondok Pesantren Sahid akan memerlukan peran investor untuk memberikan bantuan modal bagi usahanya. Investor biasanya akan melihat prospek suatu usaha ternak sebelum menanamkan modalnya sehingga perlu adanya analisis pendapatan dan kelayakan finansial Pondok Pesantren Sahid untuk melihat prospek usaha tersebut.

Jika prospek Pondok Pesantren Sahid sebagai peternakan kambing PE dinilai bagus, maka akan efektif jika dilakukan pengembangan usaha. Agar pengembangan usahaternak kambing PE berhasil, maka Pondok Pesantren Sahid harus memiliki strategi yang akan digunakan dalam pelaksanaannya. Namun, jika prospek Pondok Pesantren Sahid sebagai peternakan kambing PE dinilai kurang bagus, maka perlu disusun strategi yang dapat digunakan untuk memperbaiki usahaternak tersebut. Strategi tersebut dapat dirumuskan dari analisa faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) usahaternak tersebut yang selanjutnya akan dirumuskan menggunakan analisis TOWS untuk merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha. Kerangka pemikiran konseptual dapat dijelaskan pada Gambar 1.

(19)

Pengembangan usaha ternak kambing PE di Pondok Pesantren Sahid

Perlu investor dalam penyediaan modal

Kondisi Peternakan Sahid

Analisis Pendapatan Analisis Kelayakan Finansial

Prospek Usahaternak Kambing PE di Peternakan Sahid

Analisis Faktor Eksternal: 1. Opportunities (Peluang) 2. Threats (Ancaman)

Alternatif Strategi Pengembangan Usaha

Analisis Faktor Internal: 1. Strengths (Kekuatan) 2. Weakness (Kelemahan) Analisis TOWS

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Konseptual Analisis Prospek dan Strategi Pengembangan Usahaternak Kambing PE

(20)

TINJAUAN PUSTAKA Kambing

Kambing adalah hewan yang sangat penting dalam pertanian subsisten karena kemampuannya yang unik untuk mengadaptasikan dan mempertahankan dirinya dalam lingkungan-lingkungan yang keras. Kambing merupakan hewan serba guna yang dapat memproduksi susu, daging, kulit dan bulu (Williamson dan Payne, 1993). Petani penggarap di Indonesia sudah biasa memelihara kambing sebanyak 2-10 ekor (Devendra dan Burns, 1994). Pada umumnya sistem pemeliharaan kambing dapat dilakukan secara intensif ataupun ekstensif. Di beberapa daerah, kambing diusahakan secara intensif untuk dipasarkan, tetapi mayoritas produksi kambing yang berupa daging dan susu digunakan untuk konsumsi sendiri (Gall, 1981).

Menurut Devendra dan Burns (1994), dari produk yang dihasilkan terutama susu dan daging, kambing memberi sumbangan bagi kesehatan dan gizi berjuta-juta penduduk di berbagai negara berkembang. Pemeliharaan kambing, walaupun dalam jumlah sedikit, dapat menyediakan kebutuhan akan protein hewani, mineral esensial dan vitamin asal lemak yang sangat berarti terutama bagi kelompok orang lemah, seperti wanita hamil, menyusui, serta anak kecil.

Kambing Perah

Batasan umum dari hewan kambing perah adalah hewan yang menghasilkan air susu melebihi kebutuhan anaknya (Devendra dan Burns, 1994). Dalam peternakan kambing perah, ternak merupakan unsur produksi yang langsung menghasilkan produk, maka jumlah dan mutu ternak sangat menentukan tinggi rendahnya produksi yang dihasilkan (Mastika dan Manika, 1993).

Ternak kambing perah yang dipelihara oleh petani ternak umumnya merupakan ternak asli atau lokal. Kambing lokal yang berkembangbiak dengan baik di Indonesia yaitu kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing Kacang dan kambing Etawah sehingga memiliki ciri-ciri seperti keduanya. Kambing PE banyak diternakkan karena mempunyai tipe dwiguna yaitu sebagai kambing penghasil daging dan susu (Murtidjo, 1993).

(21)

Karakteristik Susu Kambing

Susu adalah sekresi yang berasal dari pemerahan sempurna hewan-hewan yang memberi air susu sehat (Williamson dan Payne, 1993). Susu merupakan salah satu produk peternakan yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan gizi masyarakat Indonesia, sehingga konsumsi masyarakat terhadap susu cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Data konsumsi susu di Pulau Jawa dan Bali dari tahun 2005-2006 menurut Badan Pusat Statistika (2006) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Konsumsi Susu Pulau Jawa dan Bali Tahun 2005-2006

Provinsi 2005 (ton) 2006 * (ton)

DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali 227.692 176.650 114.198 3.866 239.908 13 236.823 208.698 114.400 3.904 243.300 160 Sumber : Badan Pusat Statistika (2006)

Keterangan : *) Angka sementara

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa ada peningkatan jumlah konsumsi susu di Jawa Barat. Hal ini dapat menjadi indikasi naiknya permintaan terhadap susu termasuk di dalamnya susu kambing.

Susu kambing dikenal karena kandungan nutrisinya yang tinggi. Dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing memiliki perbedaan karakteristik, yaitu warna lebih putih, lemaknya lebih mudah dicerna, curd proteinnya lebih lunak sehingga memungkinkan untuk dibuat keju yang spesial, mengandung kalsium, pospor, vitamin A, vitamin E dan vitamin B komplek yang lebih tinggi, dan dapat diminum oleh orang yang alergi susu sapi dan oleh orang yang mengalami berbagai penyakit pencernaan (Blakely dan Bade, 1998).

Tabel 2. Kandungan Gizi Susu Menurut Jenis Ternak Kandungan Gizi (%) Jenis Ternak

Lemak Protein Laktosa Mineral Bahan Kering

Sapi 3,70 3,50 4,90 0,70 12,8

Kambing 4,25 3,52 4,27 0,86 13,0 Sumber : Blakely dan Bade (1998)

(22)

Susu kambing dapat dimanfaatkan dan mempunyai potensi yang baik untuk dipopulerkan terutama di pedesaan. Protein susu kambing tidak memiliki efek laksatif dan baik untuk dikonsumsi anak-anak maupun lansia (lanjut usia) karena lebih mudah dicerna. Susu kambing merupakan sumber kalsium dan fosfor yang sangat baik. Mengandung vitamin dalam jumlah memadai atau berkelebihan kecuali vitamin C, vitamin D, piridoksin, dan asam folat (Devendra dan Burn, 1994). Menurut Blakely dan Bade (1998), susu kambing mengandung mineral kalsium dan fosfor, vitamin A, E, dan B kompleks yang lebih tinggi dari susu sapi.

Budidaya Kambing Peranakan Etawah Sistem Pemeliharaan

Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan kambing perah harapan daerah tropis Indonesia. Kambing lokal ini sangat potensial sebagai penghasil susu yang tinggi. Pada umumnya, kambing PE dipelihara dengan sistem intensif yaitu dikandangkan tanpa digembalakan. Dengan tata laksana pemeliharaan yang baik, kambing PE mampu beranak tiga kali dalam dua tahun. Menurut Devendra dan Burns (1994), rata-rata jumlah anak yang lahir per induk pada kambing Kacang 1,7, pada kambing Etawah (Jamnapari) 1,5 dan pada kambing Saanen 1,9.

Hasil penelitian Ardia (2000), besarnya litter zise kambing PE adalah 1,57 (1-3 ekor). Hasil penelitian Febtrya (2004) menyatakan bahwa rata-rata jumlah anak setiap kelahiran adalah sebanyak 1-3 ekor. Masa perkawinan ini dapat dilakukan dalam tiga kali kelahiran selama dua tahun dengan jarak waktu kelahiran sekitar 8-9 bulan sehingga kambing dapat dikawinkan lagi pada hari ke-60 setelah kelahiran sebelumnya.

Perkandangan

Menurut Devendra dan Burns (1994), ada dua tipe kandang yang umum dipakai di daerah tropis yaitu kandang pada tanah yang sering menempel pada bangunan lain dan tipe kandang panggung yang sangat umum digunakan di Malaysia dan Indonesia. Kandang tipe ini sangat praktis untuk daerah yang sangat lembab dan memiliki curah hujan yang tinggi agar kambing dapat terlindungi dari hujan. Pada kandang panggung, lantainya ditinggikan kurang lebih 1-1,5 m dari tanah. Hal ini

(23)

bertujuan untuk memudahkan dalam membersihkan dan mengumpulkan kotoran serta air kencing.

Kandang harus mendapatkan cukup sinar matahari dengan ventilasi serta drainase yang baik dan gampang dibersihkan. Lantai kandang harus kuat dan tahan lama. Selain itu, bahan atapnya harus dapat memberikan perlindungan yang efektif terhadap radiasi matahari. Bahan atap yang biasa digunakan adalah rumbia, bambu, genting, dan asbes (Devendra dan Burns, 1994). Ukuran kandang untuk anak kambing adalah 1,8 m x 1,8 m x 1,2 m sedangkan untuk kambing dewasa adalah 2,4 m x 1,8 m (Williamson dan Payne, 1993). Suatu bentuk modifikasi tipe kandang panggung telah dipakai untuk mengandangkan kambing secara intensif dalam kandang individual dengan ukuran 0,75 m x 4,5 m x 4,8m (Devendra dan Burns, 1994).

Hasil penelitian Febtrya (2004), mengungkapkan bahwa kandang yang ada di Peternakan Kambing Farm P4S Cita Rasa dibuat dalam bentuk panggung dengan ketinggian 50 cm dari tanah dengan celah pada lantai berukuran 1,5 cm bertujuan agar kotoran dapat langsung jatuh ke lantai dasar. Ukuran kandang yang digunakan di Farm P4S Cita Rasa adalah 1,00 x 1,50 m2 untuk betina dewasa laktasi. Penempatan kandang dibuat jauh dari lingkungan pemukiman selain untuk menghindari gangguan pada masyarakat sekitar dari bau dan bising juga ditujukan untuk menghindari stres pada ternak akibat kebisingan terutama pada waktu pemerahan susu. Atabany (2001) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa luas ruang kandang di Peternakan Barokah untuk kambing PE muda adalah 0,35 m2 per ekor, untuk induk kambing PE seluas 0,75 m2 per ekor dan untuk kambing PE jantan pemacek seluas 1,5 m2 per ekor.

Pemberian Pakan

Pakan bagi ternak kambing merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam menunjang kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi. Murtidjo (1993) mengatakan bahwa ketentuan pemberian pakan secara ekonomi dan teknis yang memenuhi persyaratan dilandasi untuk beberapa kebutuhan sebagai berikut : (1) Kebutuhan hidup pokok yaitu kebutuhan sejumlah zat makanan untuk menjaga dan mempertahankan kondisi tubuh ternak; (2) Kebutuhan untuk pertumbuhan; (3)

(24)

Kebutuhan untuk reproduksi; (4) Kebutuhan untuk laktasi yaitu kebutuhan untuk memproduksi susu untuk anaknya maupun sebagai ternak perah.

Menurut Siregar (1996), pakan yang dapat diberikan untuk kambing terdiri atas dua jenis yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan merupakan pakan kasar yang dapat berupa rumput, daunan ataupun kacang-kacangan sedangkan konsentrat merupakan pakan penguat yang terdiri dari bahan kaya karbohidrat dan protein seperti jagung, bekatul dan bungkil. Pemberian konsentrat untuk kambing laktasi disarankan 0.5 – 1 kg per hari.

Pemberian pakan untuk kambing dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu digembalakan dan dijatah dalam kandang. Kambing yang diberi pakan dengan cara dijatah diberikan 2-3 kali sehari (Siregar, 1996).

Menurut Atabany (2002), tipe dan jumlah pakan harus disesuaikan dengan fungsi dan tujuan pemeliharaan. Kambing jantan yang tidak aktif dan induk kering dibedakan pakannya dengan induk laktasi dan kambing jantan aktif. Pemberian konsentrat diperlukan, akan tetapi jangan terlalu banyak karena akan menyebabkan kegemukan. Seekor kambing dengan berat badan 40 kg dan berproduksi 2 liter per hari diberikan 5 kg hijauan dan 0,5 – 1,0 kg konsentrat. Kadang – kadang kambing sedang laktasi diberikan hijauan secara ad libitum dan konsentrat yang mengandung protein kasar 16% sebanyak 0,5 kg per ekor per hari. Persentase pakan hijauan dan konsentrat agar diperoleh ransum yang murah dan koefisien cerna yang tinggi digunakan perbandingan pakan hijauan 60% dan konsentrat 40%. Atabany (2001) mengungkapkan bahwa persentase pakan untuk kambing laktasi di Peternakan Barokah adalah 60,9% konsentrat dan 39,1% rumput.

Hasil penelitian Febtrya (2004) dalam penelitiannya yang berjudul ”Optimalisasi Faktor-Faktor Produksi Peternakan Kambing Perah” mengungkapkan bahwa pakan hijauan utama yang diberikan pada kambing PE di Farm P4S Cita Rasa adalah rumput gajah, jenis dedaunan dan daun turi. Pakan penguat yang diberikan adalah konsentrat yang terbuat dari formula khusus yang diracik sendiri, singkong diberikan pada induk laktasi, dan ampas tahu yang diberikan 3 kg/hari/ekor.

Pemberian pakan pada anak kambing harus diperhatikan agar anak dapat tumbuh dengan baik. Menurut Devendra dan Burns (1994), anak kambing yang baru lahir perlu diberikan kolostrum. Anak kambing minum susu sampai 35 hari sebanyak

(25)

1,2 liter/hari. Umur 35 – 70 hari, anak kambing yang menyusu pada induknya minum 1,6 liter/hari dan yang dibesarkan dengan susu pengganti minum sebanyak 2 liter/hari. Anak kambing mulai mencicipi makanan padat ketika berumur sekitar 2–3 minggu.

Perkawinan

Umur pada saat pertama kali melahirkan anak adalah penting karena efeknya pada ekonomi produksi kambing. Dewasa kelamin kambing dara dicapai pada umur 4 – 6 bulan, namun pelaksanaan pengelolaan sering dirancang untuk menunda perkawinan hingga kambing dara mendekati berat dewasanya sehingga kebuntingan tidak bertepatan kejadiannya dengan masa ketika pertumbuhan kambing dara itu terjadi dengan pesat. Oleh sebab itu kecenderungannya adalah mengawinkan kambing dara pada umur kira-kira 12 bulan sehingga kambing-kambing tersebut melahirkan pada umur kira-kira 17 bulan. Menurut Blakely dan Bade (1998), anak kambing jantan akan mencapai dewasa kelamin atau pubertas pada umur sekitar 3 bulan, tetapi umur ini kambing tersebut sangat jarang dikawinkan. Kambing betina umumnya dikawinkan pada saat berat badannya mencapai 40-45 kg atau pada umur 9-10 bulan.

Siklus birahi pada kambing betina antara 18-21 hari dengan lama birahi antara 24-36 jam (Williamson dan Payne, 1993). Tanda-tanda birahi pada kambing sama dengan sapi, yaitu vulva membengkak, sering kencing, sering mengembik, menaiki kambing betina lain (Blakely dan Bade, 1998). Untuk beberapa kambing di daerah tropis, lama kebuntingan rata-rata 146 hari dengan kisaran 145-148 hari (Williamson dan Payne, 1993). Menurut Blakely dan Bade (1998), lama kebuntingan kambing betina dari 142-155 hari atau sekitar lima bulan. Maimonah (2000) dalam penelitiannya mengungkapkan rata-rata kambing di Peternakan Barokah pertama kali dikawinkan umur 10 bulan dan beranak pertama kali umur 15 bulan dengan lama bunting 142 – 160 hari. Selanjutnya dikatakan siklus birahi 18 – 21 hari dengan lama birahi 48 jam. Ardia (2000) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa interval beranak di Peternakan Barokah adalah 240 hari.

Perkawinan yang baik biasanya dilakukan setelah 12-34 jam betina mengalami birahi yang merupakan puncak birahi bagi betina. Biasanya tingkat keberhasilannya 90% untuk menghasilkan betina bunting dengan lama bunting 5 12

(26)

bulan. Kambing jantan hanya diperkenankan melakukan perkawinan maksimal dua kali dalam satu minggu yang dimaksudkan untuk menjaga kesehatan dan stamina pejantan pemacek (Williamson dan Payne, 1993). Hasil penelitian Febtrya (2004) di Farm P4S Cita Rasa mengungkapkan bahwa kambing PE di Farm tersebut baru dikawinkan setelah 12 jam betina birahi.

Kesehatan Kambing PE

Kesehatan ternak kambing PE sangat berpengaruh terhadap produksi susu sehingga harus benar-benar dijaga. Kesehatan kambing biasanya terganggu oleh penyakit menular seperti brucellosis, tuberkulosis, antrax, penyakit mulut dan kuku,

leptospirosis dan penyakit tidak menular seperti luka-luka, keracunan, dan cacat

(Williamson dan Payne, 1993). Penanganan ternak yang sakit dapat menggunakan obat kimia buatan pabrik dan obat tradisional. Menurut Williamson dan Payne (1993), beberapa penyakit yang sering terdapat pada kambing perah dapat berupa penyakit bakterial, penyakit parasit, serta penyakit lain. Secara umum, obat diberikan dengan cara disuntik, melalui mulut, dan disemprot.

Hasil penelitian Febtrya (2004) menyatakan bahwa selain dengan penggunaan obat buatan pabrik, Farm P4S Cita Rasa juga menggunakan obat tradisional seperti larutan garam dan gula untuk obat diare, minyak kelapa untuk penyakit perut kembung yang diberikan dengan cara dicekok lewat mulut (per oral). Obat kimia yang digunakan berupa vaksin dan vitamin. Beberapa penyakit yang sering menyerang kambing PE di Farm P4S Cita Rasa adalah penyakit bakterial dan penyakit parasit.

Pemerahan dan Penanganan Susu

Seperti pada sapi perah, kambing perlu diperah paling sedikit dua kali sehari untuk menghilangkan kembalinya tekanan di dalam ambing. Periode laktasi kambing adalah 7-10 bulan dengan periode kering selama 2 bulan. Susu yang dihasilkan tiap hari akan meningkat sejak induk melahirkan. Kemudian, produksi akan menurun secara berangsur-angsur hingga berakhirnya masa laktasi (Blakely dan Bade, 1998).

Hasil penelitian Febtrya (2004) di Farm P4S Cita Rasa, menyebutkan bahwa pemerahan di Farm tersebut dilakukan dua kali sehari yaitu pada jam 00.00 WIB dan jam 12.00 WIB setiap harinya. Sebelum diperah, ambing dan puting harus

(27)

dibersihkan dengan alkohol atau dengan air hangat untuk mencegah keberadaan kuman pada ambing yang bisa terbawa ke dalam susu. Kondisi kandang pada saat pemerahan diharuskan bersih dari kotoran dan bau karena susu kambing sangat peka terhadap bau.

Febtrya (2004), dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa penanganan susu di Farm P4S Cita Rasa hanya dengan menyaring susu pada kain saring. Setelah itu susu yang langsung dikemas dalam plastik dalam kondisi segar tanpa pengolahan tersebut harus segera dimasukkan ke dalam pendingin agar tetap awet dan mencegah berkembangnya kuman dalam susu.

Usahaternak Kambing Perah

Kambing perah merupakan jenis kambing yang diusahakan untuk dimanfaatkan air susunya. Kambing perah sering dianggap sebagai miniatur dari sapi perah. Seperti sapi perah, kambing perah juga dikembangbiakkan sejak dulu untuk menghasilkan susu dalam jumlah yang banyak. Pengubahan makanan menjadi susu juga sama antara antara sapi perah dengan kambing perah. Periode laktasi selama 305 hari dengan 60 hari masa kering kandang merupakan norma yang berlaku untuk kedua spesies tersebut (Blakely dan Bade, 1998).

Karakteristik yang unik pada seekor kambing perah dalam memproduksi susu, membuatnya berbeda dengan yang lain. Kambing betina dengan berat 55 kg/ekor akan menghasilkan susu sekitar 2000 kg dalam sekali laktasi selama 305 hari, sedangkan sapi dengan bobot 540 kg akan menghasilkan susu 16.725 kg selama laktasi 305 hari (Blakely dan Bade, 1998).

Kambing perah dapat dipelihara dengan dua keuntungan, yaitu menghasilkan susu dan daging (Blakely dan Bade, 1998). Menurut Devendra dan Burns (1994), produksi susu kambing Etawah sekitar 235 kg selama masa laktasi 261 hari sedangkan kambing Kacang meskipun ambingnya berkembang dengan baik namun produksi susunya sangat sedikit. Produksi tertinggi selama tiga masa laktasi pertama dan selanjutnya turun sampai laktasi ketujuh. Selanjutnya dikatakan air susu yang dihasilkan dari ternak kambing yang dikandangkan dua kali lipat lebih banyak dari air susu kambing yang digembalakan. Produksi susu harian pada kambing PE adalah sekitar 1,5 - 3,5 kg dengan lama laktasi 170-200 hari sedangkan pada kambing Saanen adalah 1,826 kg dengan lama laktasi 249 hari (Devendra dan Burn, 1994). 14

(28)

Hasil penelitian Ardia (2000) di Peternakan Barokah menyebutkan bahwa dengan lama laktasi sekitar 188 hari, jumlah produksi susu harian yang dapat dihasilkan setiap ekor berkisar antara 0,9 - 1,5 kg sedangkan hasil penelitian Ratnawati (2002) di Kopontren Darul Fallah menyebutkan bahwa produksi susu yang dapat dihasilkan oleh setiap ekor kambing PE berkisar antara 0.5 - 1.5 liter per hari. Dengan kemampuan produksi tersebut, maka kambing PE cukup baik untuk dikembangkan sebagai ternak penghasil susu yang potensial.

Faktor-faktor Produksi Usaha Ternak Kambing Peranakan Etawah Kambing Peranakan Etawah

Umumnya kambing perah yang banyak diusahakan di Indonesia adalah bangsa kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing ini merupakan hasil persilangan antara kambing Kacang dengan kambing Etawah sehingga mempunyai bentuk dan sifat antara kambing Kacang dan kambing Etawah. Ciri kambing PE adalah hidung agak melengkung ke atas, telinga panjang terkulai dengan ukuran 15-30 cm, menggantung ke bawah dan agak sedikit kaku, warna bervariasi antara hitam dan coklat. Produksi susunya dapat mencapai tiga liter per hari (Direktorat Jendral Peternakan, 2001).

Pakan

Menurut Siregar (1996), bahan baku pakan yang dapat diberikan untuk kambing terdiri atas dua jenis yaitu pakan hijauan dan pakan konsentrat. Pakan hijauan merupakan pakan kasar yang dapat berupa rumput lapang, rumput jenis unggul dan jenis kacang-kacangan. Pakan konsentrat merupakan pakan penguat yang terdiri dari bahan yang kaya karbohidrat dan protein seperti jagung, bekatul, dedak gandum dan bungkil. Konsentrat untuk kambing laktasi disarankan 0,5-1 kg/hari. Maimonah (2000), dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa biaya pakan merupakan biaya terbesar dari total biaya produksi di Peternakan Barokah yaitu sebesar 52,09%.

Kandang

Kandang merupakan salah satu bangunan pertanian yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap ternak yang ada di dalamnya. Menurut

(29)

Williamson dan Payne (1993), perkandangan itu harus berventilasi baik, drainase baik dan mudah dibersihkan. Ada dua tipe kandang yang umum dipakai : (1) Kandang yang berlantai rata dengan tanah dan biasanya terdapat di sebagian besar daerah tropis. Kandang-kandang ini beratap miring, tingginya 2-3 meter di depan dan miring 1-1,5 meter di belakang; (2) Kandang panggung yaitu lantai yang ditinggikan 1-1,5 meter di atas tanah sehingga mempermudah pembersihan dan pengumpulan kotoran dan air kencing.

Tenaga Kerja

Simanjutak (1998) menyatakan bahwa tenaga kerja atau man power adalah kelompok penduduk dalam usia kerja (working age population). Seorang tenaga kerja dapat menangani 6-7 ekor sapi perah dewasa, sehingga bila dikonversikan dalam tenaga kerja kambing, seorang tenaga kerja dapat menangani 42 ekor kambing perah dewasa (Sudono, 1999).

Hasil penelitian Ratnawati (2002), menyatakan bahwa Peternakan Darul Fallah dikelola oleh seorang manajer, 3 orang pekerja ada sapi perah dan 1 orang pekerja pada kambing perah dan 2 orang loper susu. Menurut Sudono (1999), besar persentase biaya produksi adalah 60% untuk pakan, 20 – 30% untuk tenaga kerja dan 10% untuk biaya selain pakan dan tenaga kerja. Hasil penelitian Maimonah (2000), menyebutkan bahwa biaya tenaga kerja di Peternakan Barokah sebesar 27,40% dari total biaya produksi dan merupakan biaya terbesar kedua setelah biaya pakan.

Obat-obatan

Penanganan ternak yang sakit dapat menggunakan obat kimia buatan pabrik dan obat tradisional. Menurut Williamson dan Payne (1993), beberapa penyakit yang sering terdapat pada kambing perah dapat berupa penyakit bakterial, penyakit parasit, serta penyakit yang disebabkan oleh virus. Obat diberikan dengan cara disuntik, melalui mulut, dan disemprot.

Peralatan

Peralatan dalam peternakan kambing meliputi peralatan lapang dan peralatan administrasi. Peralatan lapang adalah peralatan yang diperlukan di lapangan, seperti peralatan kandang, peralatan memerah dan lain-lain. Peralatan administrasi adalah peralatan yang diperlukan untuk keperluan adiministrasi (Maimonah, 2000).

(30)

Biaya dan Pendapatan Biaya

Biaya adalah nilai semua input/faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi yang dapat diukur dan dipertimbangkan. Soekartawi et al. (1986) membagi biaya berdasarkan sifatnya menjadi biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap adalah biaya tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah. Biaya variabel ada jika ada sesuatu barang yang diproduksi. Penentuan apakah suatu biaya tergolong biaya tetap atau biaya variabel tergantung sebagian kepada sifat dan waktu pengambilan keputusan itu dipertimbangkan. Beberapa macam biaya tergolong pada biaya tetap dalam kaitannya dengan suatu keputusan tapi tergolong tidak tetap dalam kaitannya dengan sesuatu keputusan lainnya. Pada umumnya, skala waktu pengambilan keputusan mempunyai pengaruh yang penting dalam mempertimbangkan apakah biaya itu tergolong tetap atau tidak tetap. Dalam jangka panjang, sebagian biaya adalah biaya tetap. Pada umumnya biaya-biaya yang digunakan dalam usaha peternakan rakyat dengan sistem pemeliharaannya yang masih bersifat tradisional meliputi biaya lahan, biaya kandang dan peralatan, pembelian bibit ternak, biaya makanan dan biaya tenaga kerja (Soekartawi et al., 1986).

Hasil penelitian Ardia (2000) di Peternakan Barokah menyebutkan komposisi biaya produksi terdiri dari biaya tetap (27,07%) dan biaya variabel (72,93%). Biaya pakan merupakan biaya terbesar dari total biaya produksi, yaitu sebesar 40,09%.

Hasil penelitian Setyowati (2001) di Farm P4S Cita Rasa, mengungkapkan bahwa biaya pakan di Farm P4S Cita Rasa sebesar 49,78% sedangkan biaya tenaga kerjanya sebesar 27,19%.

Pendapatan

Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan total pengeluaran. Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usaha tani. Pendapatan bersih merupakan suatu ukuran keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa usahatani (Soekartawi et al., 1986).

(31)

Berdasarkan hasil penelitian Ardia (2000), penerimaan terbesar dari usaha ternak kambing perah di Peternakan Barokah diperoleh dari penjualan susu kambing sebesar 52,31% yang diikuti oleh penjualan kambing betina umur 6 bulan dan penjualan dara siap kawin.

Analisis Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya dengan manfaat untuk menentukan apakan suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek atau tidak ditinjau dari sudut pandang pelaku proyek. Umumnya, kriteria penilaian kelayakan investasi menggunakan beberapa metode, yaitu metode Net Present Value (NPV), metode Net B/C Ratio dan metode

Internal Rate of Return (IRR) (Kadariah et al.,1999).

Ratnawati (2002) melakukan penelitian mengenai kajian kelayakan finansial pengembangan usaha peternakan sapi dan kambing perah di Pesantren Darul Fallah, Ciampea Bogor. Hasil pengujian perencanaan pengembangan usaha kambing perah menunjukkan bahwa usaha tersebut layak dikembangkan pada skala usaha 50 ekor baik pada tingkat diskonto 13% maupun 18%. Ditinjau dari kriteria NPV, sebesar Rp. 35.709.200 pada tingkat diskonto 13 % dan Rp. 15.102.300 pada tingkat diskonto 18%. Nilai IRRnya 23%. Nilai B/C Rasio sebesar 1,34% pada tingkat diskonto 13% dan 1,11% pada tingkat diskonto 18%.

Hasil penelitian Rofik (2005) menyatakan bahwa analisis yang dilakukan pada usaha sapi perah Pondok Ranggon dengan tingkat suku bunga 14,85% diperoleh NPV sebesar Rp. 311.022.350. Nilai tersebut merupakan pendapatan bersih yang diterima peternak selam 8 tahun pengembangan. Nilai B/C R yang dihasilkan adalah sebesar 1,52 artinya perbandingan penerimaan yang diterima peternak lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya. Peternak akan mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp. 0,52 dari setiap pengeluaran Rp.1,00. Nilai IRR sebesar 29,88% artinya investasi yang ditanamkan pada usahaternak sapi perah Pondok ranggon layak dan menguntungkan karena tingkat pengembalian internalnya lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku.

(32)

Analisis Lingkungan Perusahaan Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal terdiri dari variabel-variabel (peluang dan ancaman) yang berada di luar organisasi dan tidak secara khusus ada dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Variabel-variabel tersebut membentuk keadaan dalam organisasi dimana organisasi ini hidup. Lingkungan eksternal memiliki dua bagian, yaitu lingkungan kerja dan lingkungan sosial. Lingkungan kerja terdiri dari elemen-elemen atau kelompok yang secara langsung berpengaruh atau dipengaruhi oleh operasi-operasi utama organisasi. Beberapa elemen tersebut adalah pemegang saham, pemerintah, pemasok, komunitas lokal, pesaing, pelanggan, kreditur, serikat buruh, kelompok kepentingan khusus, dan asosiasi perdagangan. Lingkungan sosial terdiri dari kekuatan umum yang tidak berhubungan langsung dengan aktivitas-aktivitas jangka pendek organisasi tapi dapat mempengaruhi keputusan-keputusan jangka panjang. Beberapa elemen lingkungan sosial adalah kekuatan ekonomi, kekuatan teknologi, kekuatan hukum-politik, dan kekuatan sosiokultural (Hunger dan Wheelen, 2003). Menurut Umar (2002), lingkungan eksternal dibagi menjadi dua kategori, yaitu lingkungan jauh dan lingkungan industri.

Lingkungan Jauh. Lingkungan jauh perusahaan terdiri dari faktor-faktor yang pada

dasarnya di luar dan terlepas dari perusahaan. Faktor-faktor tersebut adalah: 1) Faktor politik. Arah, kebijakan, dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor

penting bagi para pengusaha untuk berusaha. Situasi politik yang tidak kondusif berdampak negatif pada dunia usaha, 2) Faktor ekonomi. Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim berbisnis suatu perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi, maka semakin buruk pula iklim berbisnis, 3) Faktor sosial. Perubahan-perubahan sosial yang terjadi dapat mempengaruhi perusahaan, seperti sikap, gaya hidup, adat istiadat dan kebiasaan dari orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan, 4) Faktor teknologi. Hal ini perlu diperhatikan untuk menghindari keusangan dan mendorong inovasi yang dapat mempengaruhi industri. Lingkungan Industri. Aspek lingkungan industri lebih mengarah pada aspek persaingan dimana bisnis perusahaan berada, meliputi ancaman masuknya pendatang

(33)

baru, persaingan sesama perusahaan dalam industri dan ancaman dari produk pengganti.

Hasil penelitian Sasongko (2006), menyatakan bahwa hasil identifikasi lingkungan eksternal yang dilakukan di MT Farm menunjukkan bahwa ancaman muncul dari segi politik, ekonomi, teknologi, dan pesaing. Peluang yang muncul berasal dari segala segi yaitu ekonomi, sosial, tenologi, pemasok, dan pelanggan sedangkan politik dan pesaing tidak memberi peluang sama sekali kepada MT Farm.

Khoiriyah (2002) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa peluang KUD Jatinom untuk pengembangan usaha ternak sapi perahnya adalah trend permintaan masyarakat terhadap susu yang terus meningkat, kebijakan pemerintah daerah dan pusat yang mendukung, adanya kelembagaan pemasok, pemasaran, dan keuangan serta tidak adanya persaingan dengan harga. Ancaman yang muncul adalah adanya penerimaan susu segar selain KUD dan ancaman persaingan dari luar negeri dengan era pasar bebas.

Lingkungan Internal

Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan kelemahan) yang ada di dalam organisasi tetapi biasanya tidak dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Variabel tersebut meliputi struktur, budaya, dan sumberdaya organisasi. Struktur adalah cara bagaimana perusahaan diorganisasikan yang berkenaan dengan komunikasi, wewenang, dan arus kerja. Dengan kata lain struktur organisasi merupakan rantai komando dan dapat dilihat dalam bagan organisasi yang bersangkutan. Budaya adalah pola keyakinan, pengharapan, dan nilai-nilai yang dibagikan oleh anggota organisasi. Sumberdaya adalah aset yang merupakan bahan baku bagi produksi barang dan jasa organisasi. Aset tersebut meliputi keahlian orang, kemampuan, dan bakat manajerial, seperti aset keuangan dan fasilitas pabrik dalam wilayah fungsional (Hunger dan Wheelen, 2003).

Lingkungan internal meliputi faktor-faktor internal perusahaan yang teridentifikasi sebagi kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) yang digunakan untuk mengembangkan serangkaian langkah strategik bagi perusahaan. Tujuan analisis internal adalah untuk dapat menilai kekuatan dan kelemahan dalam mencapai tujuan perusahaan. Identifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan

(34)

kelemahan adalah upaya untuk memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman (David, 2004).

David (2004) membagi bidang fungsional bisnis yang menjadi variabel dalam analisis internal menjadi lima, yaitu : 1) Manajemen. Fungsi manajemen terdiri dari 5 aktivitas dasar yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penunjukan staf, dan pengendalian, 2) Pemasaran sebagai proses menetapkan, menciptakan, dan

memenuhi kebutuhan serta keinginan pelanggan akan produk barang/jasa, 3) Keuangan. Menetapkan kekuatan dan kelemahan keuangan sangat penting untuk

merumuskan strategi secara efektif, 4) Produksi. Fungsi produksi dari suatu usaha terdiri dari semua aktivitas yang mengubah masukan menjadi barang/jasa, dan 5) Penelitian dan pengembangan. Perusahaan yang menjalankan strategi pengembangan produk harus mempunyai orientasi penelitian dan pengembangan yang kuat.

Selain faktor-faktor tersebut di atas, visi dan misi suatu perusahaan juga penting untuk diketahui agar dapat diketahui dengan jelas arah dan tujuan perusahan. Visi disebut juga dengan tujuan perusahaan sedangkan misi adalah bagaimana cara perusahaan untuk melaksanakan visi yang telah disusun. Hunger dan Wheelen, (2003) menjelaskan bahwa visi dapat digunakan sebagai motivator, membantu manajer dan karyawan untuk melihat kesempatan-kesempatan perluasan usahanya dalam jangka waktu pendek.

Visi yang mengarahkan suatu misi merupakan komponen yang penting dalam perencanaan strategi dimana visi memotivasi dan memberikan keunikan pada perusahaan untuk mendapatkan posisinya di dalam industri. Misi suatu perusahaan adalah tujuan unik yang membedakanya dari perusahaan-perusahaan lain yang sejenis dan mengidentifikasikan cakupan organisasinya. Oleh karena itu pernyataan misi dirancang untuk memberikan tuntutan yang teguh dalam pengambilan keputusan yang penting (Hunger dan Wheelen, 2003). Tujuan perusahaan akan mempunyai banyak manfaat pada proses pengambilan keputusan jika manajer puncak dapat merumuskan, melembagakan, mengkomunikasikan dan menguatkan tujuan tersebut melalui perusahaan.

Sasongko (2006) melakukan penelitian mengenai ”Analisis Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kambing dan Domba pada MT Farm, Ciampea,

(35)

Bogor”. Berdasarkan hasil identifikasi lingkungan internal yang dilakukan, struktur organisasi yang digunakan oleh perusahaan masih sangat sederhana dan fungsi-fungsi manajemen perusahaan masih belum dilaksanakan dengan baik. Pemasaran sudah dilakukan cukup baik, tetapi promosi yang dilakukan tidak kontinyu sehingga hal ini merupakan suatu kelemahan perusahaan. Pelaksanaan produksinya cukup baik dengan lokasi kandang yang baik. Namun, komoditi ternak rentan terhadap penyakit dan kematian. Selain itu, teknologi produksinya masih terbatas. Dalam bidang pengembangan, MT Farm mulai merintis usaha aqiqah baru tetapi belum memiliki divisi khusus yang menangani masalah penelitian dan pengembangan. Sasongko juga membahas visi dan misi MT Farm. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa dengan visi dan misi akan diketahui secara jelas ke arah mana perusahaan akan dibawa dan langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk dapat mencapai tujuan dari perusahaan. Namun, dalam perkembangannya, visi dan misi MT Farm mengalami perubahan yang disebabkan karena manajemen perusahaan yang masih belum rapi. Visi MT Farm adalah menjadikan MT Farm sebagai pusat penjualan domba dan kambing di Jabodetabek sedangkan misinya adalah menyediakan domba dan kambing murah, sehat, dan berkualitas.

Khoiriyah (2002) meneliti tentang pengembangan usaha ternak sapi perah di unit susu KUD Jatinom, Klaten, Jawa Tengah. Kekuatan internal yang dimiliki KUD Jatinom antara lain SDM peternak yang berpengalaman, mempunyai motivasi yang tinggi, usaha produktif, dan pendidikan cukup. Keuangan KUD cukup baik dan secara ekonomis usaha tersebut menguntungkan bagi peternak. Kelemahan yang menghambat pengembangan adalah modal untuk menambah skala usaha, lahan peternakan yang sempit, sarana produksi belum mencukupi, keanggotaan KUD di GKSI.

Strategi Pengembangan Usaha

Strategi perusahaan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana perusahaan akan mencapai misi dan tujuannya. Strategi akan memaksimalkan keuntungan kompetitif dan meminimalkan keterbatasan bersaing. Perumusan strategi akan lebih tepat bila mempertimbangkan kondisi lingkungan baik internal maupun eksternal. Analisis strategi adalah bagian yang tak terpisahkan dari

(36)

proses perencanaan. Model yang paling cocok untuk membuat analisis strategi adalah analisis TOWS (Hunger dan Wheelen, 2003).

Analisis TOWS adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis TOWS membandingkan antara faktor eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang semuanya merupakan faktor-faktor strategi. Matriks TOWS menggambarkan bagaimana manajemen dapat mencocokkan peluang-peluang dan ancaman-ancaman eksternal yang dihadapi suatu perusahaan dengan kekuatan dan kelemahan internalnya untuk menghasilkan empat rangkaian alternatif strategi.

Empat rangkaian alternatif strategi hasil analisis matriks TOWS yaitu strategi S-O, W-O, S-T, W-T. Strategi S-O adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal yang ada. Strategi W-O adalah strategi yang digunakan untuk meminimalkan kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang eksternal yang ada. Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman yang berasal dari luar (eksternal). Strategi W-T adalah strategi yang digunakan untuk meminimalkan kelemahan intenal perusahaan dan menghindari ancaman eksternal yang ada (David, 2004).

Menurut Ilyas (2000), hasil audit lingkungan internal dan eksternal pada Koperasi Susu Bogor memperlihatkan bahwa kinerja koperasi ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menjadi peluang utama yaitu lebih tingginya harga jual susu pasteurisasi serta tingginya tingkat permintaan susu di Indonesia. Ancaman utama yang dihadapi berasal dari para loper susu yang banyak membeli susu dari peternak. KPS Bogor juga memiliki kekuatan utama yaitu memiliki Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) sendiri sehingga akan memudahkan dalam pengawasan. Kelemahan utama dari KPS Bogor adalah rendahnya mutu susu yang dihasilkan. Untuk mengatasi masalah tersebut, Ilyas (2000) mengemukakan beberapa alternatif strategi yang dirasakan cocok bagi koperasi tersebut yaitu usaha peningkatan volume dan kualitas produksi susu. Selain itu, perlu juga diupayakan peningkatan pemasaran susu pasteurisasi dan peningkatan skala ekonomis.

Hasil penelitian Khoiriyah (2002) tentang Pengembangan Usaha Ternak sapi perah di Unit Susu KUD Jatinom, mengungkapkan beberapa strategi pengembangan

(37)

usaha yang disarankan untuk KUD Jatinom, yaitu strategi pemasaran dengan meningkatkan mutu pengelolaan untuk mencapai harga susu yang baik dan mengikat kontrak langsung dengan IPS untuk mendapatkan fasilitas dan pembinaan. Strategi lainnya adalah strategi produksi dengan menjadikan unit susu sebagai unit otonom, strategi SDM dengan penyuluhan teknis beternak dan perbankan, pelatihan tentang unit dan bisnis, pengalokasian SDM yang tepat. Selain itu, disarankan juga strategi keuangan dengan pendayagunaan lembaga keuangan dan aset KUD.

(38)

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Pondok Pesantren Modern Sahid pada unit usaha peternakan kambing PE di Jalan Kapten Dasuki Bakri KM.6 Desa Gunung Menyan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan alasan bahwa Ponpes Sahid adalah salah satu pesantren yang memiliki unit usaha peternakan kambing PE dan saat ini sedang bergerak untuk mengembangkan usahanya. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2007.

Desain Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus (Case study) dengan pengamatan langsung di lapangan. Tujuannya adalah untuk mengetahui dan mendapatkan keterangan yang lebih jelas dan terperinci mengenai keadaan unit usaha peternakan kambing perah PE di Pondok Pesantren Sahid.

Data dan Instrumentasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan topik penelitian. Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada daftar pertanyaan (kuesioner) yang diisi oleh berbagai pihak yang berkompeten dan ahli dalam Pondok Pesantren Sahid. Data primer juga didukung oleh dokumen dari perusahaan dan pengamatan langsung di lapangan. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi dan dinas yang berkaitan dengan masalah penelitian seperti Badan Pusat Statistika, Dinas Peternakan dan UPTD Leuwiliang.

Responden yang dipilih merupakan orang yang berwenang dan bertanggung jawab secara langsung akan keberhasilan unit usaha peternakan di Pondok Pesantren Sahid, mengetahui informasi mengenai kondisi internal dan eksternal lingkungan Sahid, mampu berkomunikasi dengan baik dan bersedia memberikan informasi yang berguna dalam penelitian yaitu manajer, supervisor, administrasi keuangan dan kepala kandang Peternakan Sahid. Selain itu, wawancara juga dilakukan kepada Kepala UPTD Leuwiliang, kepada kepala kandang Peternakan Kambing di Cibuntu dan manajer pemasaran di Peternakan Kambing Darul Fallah.

(39)

Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan beberapa alat analisis, yaitu : analisis deskriptif, analisis pendapatan, analisis kelayakan investasi, dan analisis TOWS. Analisis Deskriptif

Analisis ini dilakukan untuk memperoleh gambaran umum yang mendalam mengenai obyek penelitian. Selain itu, kegiatan usaha yang sudah dilakukan oleh peternakan Sahid juga dianalisis dengan menggambarkan kondisi aktual peternakan dalam aspek teknis produksi dan pemasaran.

Analisis Pendapatan

Analisis pendapatan digunakan untuk menghitung pendapatan peternak dari hasil usaha kambing perah. Secara umum, pendapatan diperoleh dari selisih antara penerimaan yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan. Dalam penelitian ini, biaya yang digunakan adalah biaya operasional dan biaya administrasi dan umum. Perhitungan tingkat pendapatan usahaternak kambing perah dapat dituliskan pada Tabel 3 berikut :

Tabel 3. Contoh Perhitungan Tingkat Pendapatan Usahaternak

Keterangan Jumlah (Rp)

Penerimaan (-) Biaya Operasional

Margin Kotor (A)

(-) Biaya Administrasi dan Umum (B) Pendapatan Usahaternak (A-B)

Sumber : Soekartawi et al (1986)

R/C adalah perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya. Secara matematik, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi, 2002) :

TC TR C R/ = Keterangan : TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya 26

(40)

Kerangka Keputusan :

• Jika R/C ≥ 1, maka usaha peternakan dikatakan layak • Jika R/C < 1, maka usaha peternakan dikatakan tidak layak Analisis Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan finansial didasarkan pada perhitungan kriteria investasi dengan perangkat analisis yang digunakan adalah sebagai berikut (Kadariah et

al.,1999) :

Net Present Value (NPV). NPV merupakan selisih antara present value dari benefit

dan present value dari biaya. Rumusnya sebagai berikut :

=

+

=

n t t

i

Ct

Bt

NPV

1

(

1

)

Keterangan :

Bt = Pendapatan kotor tahun ke-t Ct = Biaya kotor tahun ke-t n = Umur ekonomis proyek

i = Suku bunga diskonto (diskonto rate) t = Interval waktu

Kerangka Keputusan :

• Jika NPV = 0, maka usaha peternakan tidak untung dan tidak rugi sehingga terserah pada penilaian pengambil keputusan dilaksanakan atau tidak.

• Jika NPV < 0, maka usaha tersebut merugikan sehingga lebih baik tidak dilaksanakan, diperbaiki atau melakukan usaha lain.

• Jika NPV > 0, maka usaha tersebut menguntungkan sehingga lebih baik diteruskan, ditingkatkan kinerjanya dan dikembangkan.

Net B/C Ratio. Net B/C rasio merupakan angka perbandingan antara nilai selisih

biaya dan manfaat yang positif dan negatif.

(41)

(

)

(

)

= =

+

+

=

n i t t n i t t

i

Ct

Bt

i

Ct

Bt

C

B

1

1

/

Keterangan :

Bt = Pendapatan kotor tahun ke-t Ct = Biaya kotor tahun ke-t n = Umur ekonomis proyek i = Suku bunga diskonto t = Interval waktu Kerangka Keputusan :

• Jika Net B/C > 1, maka proyek layak untuk dilakukan karena setiap pengeluaran akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari pengeluaran tersebut. • Jika Net B/C = 1, maka proyek layak untuk diteruskan karena setiap pengeluaran

akan menghasilkan penerimaan yang sama dengan pengeluaran tersebut (impas). • Jika Net B/C < 1, maka proyek tidak layak untuk diteruskan karena setiap

pengeluaran akan menghasilakan penerimaan lebih kecil dari pengeluaran tersebut.

Internal Rate of Return (IRR). Nilai IRR adalah tingkat diskonto yang membuat

nilai NPV=0. Tingkat IRR ini akan menggambarkan tingkat keuntungan yang diperoleh peternakan dari total pengeluaran dan dinyatakan dalam satuan persen.

) ( 2 1 2 1 1 1 DR DR NPV NPV NPV DR IRR − − + = Keterangan :

NPV1 = NPV yang lebih tinggi (+) nilainya NPV2 = NPV yang lebih rendah (-) nilainya DR1 = Tingkat diskonto yang lebih rendah DR2 = Tingkat diskonto yang lebih tinggi

(42)

Kerangka Keputusan :

• Jika IRR = tingkat diskonto, maka usaha tidak mendapatkan keuntungan maupun kerugian.

• Jika IRR < tingkat diskonto, maka usaha tidak layak untuk dijalankan. • Jika IRR > tingkat diskonto, maka usaha layak dijalankan.

Analisis TOWS

Suatu analisa yang digunakan untuk mengidentifikasikan pengaruh eksternal dan internal usaha peternakan atas peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan serta perumusan strategi pengembangan. Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor eksternal dan internal, kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis TOWS. Analisis TOWS membandingkan antara faktor eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan).

Analisis TOWS disajikan dalam matriks TOWS yang merupakan alat pencocokan yang penting dalam membantu manajer untuk mengembangkan empat tipe strategi perusahaan, yaitu : Strategi SO, WO, ST, WT (Tabel. 4)

Tabel 4. Matriks TOWS

EKSTERNAL/INTERNAL STRENGHT (S)

Faktor kekuatan internal

WEAKNESESS (W) Faktor kelemahan

internal OPPORTUNITIES (O)

Faktor peluang eksternal

STRATEGI (SO) Strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI (WO) Strategi yang mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang THREATS (T)

Faktor ancaman eksternal STRATEGI (ST) Strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman STRATEGI (WT) Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber : David (2004) Definisi Istilah

Biaya Operasional : seluruh biaya (tunai dan tidak tunai) yang digunakan untuk memproduksi susu kambing pada usahaternak kambing PE yang jumlahnya dipengaruhi oleh jumlah ternak yang dipelihara. Biaya ini meliputi biaya pakan,

(43)

kesehatan ternak, tenaga kerja langsung, transportasi, peralatan kandang dan perawatan kandang (Rupiah).

Biaya Administrasi dan Umum : seluruh biaya tetap (tunai dan tidak tunai) yang digunakan dalam usaha peternakan kambing PE. Biaya ini meliputi biaya tenaga kerja tidak langsung, THR (Tunjangan Hari Raya), listrik dan air, ATK (Alat Tulis Kantor), entertainment, perawatan kantor, PBB (Pajak Bumi dan Bangunan), biaya sosial dan biaya penyusutan (Rupiah).

Skala Usaha : banyak kambing perah PE yang dipelihara oleh peternak (ekor). Penerimaan Usahaternak : hasil yang diperoleh dari penjualan output selama 1 tahun (Rupiah).

Marjin Kotor : penerimaan usahaternak yang sudah dikurangi dengan biaya operasional (Rupiah).

Pendapatan Usahaternak : selisih antara total penerimaan usahaternak dengan total biaya yang dikeluarkan untuk usahaternak selama satu tahun.

Analisis Kelayakan : analisa yang digunakan untuk mengetahui aspek ekonomi dan keuangan suatu proyek untuk dapat dikembangkan dengan beberapa perangkat analisa, yaitu NPV, B/C R dan IRR.

Tingkat Diskonto : tingkat suku bunga pinjaman yang berlaku saat penelitian yang merupakan Opportunity Cost of Capital (%).

Faktor Eksternal Perusahaan : faktor-faktor di luar perusahaan (peluang dan ancaman) yang dapat mempengaruhi pilihan arah dan tindakan suatu perusahaan. Faktor Internal Perusahaan : faktor-faktor di dalam perusahaan (kekuatan dan kelemahan) yang dapat mempengaruhi arah dan kinerja perusahaan dalam pencapaian tujuannya yang berasal dari pihak-pihak di dalam perusahaan itu sendiri. Analisis TOWS (Threats, Opportunities, Weaknesses, Strenghts) : alat penyesuaian atas dasar logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan juga dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman dengan tujuan untuk merumuskan beberapa alternatif strategi perusahaan.

Satuan Ternak : satuan kesetaraan untuk menghitung populasi ternak.

Nilai Sisa : nilai awal dikurangi nilai penyusutan yang tidak habis selama umur proyek.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Konseptual Analisis Prospek dan Strategi              Pengembangan Usahaternak Kambing PE
Tabel 2. Kandungan Gizi Susu Menurut Jenis Ternak  Kandungan Gizi (%) Jenis Ternak
Gambar 2. Struktur Organisasi Peternakan Kambing PE
Tabel 5. Jumlah Kambing PE Peternakan Sahid Bulan Agustus 2007
+7

Referensi

Dokumen terkait