• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Hasil Belajar

2.1.1 Pengertian Hasil Belajar

Ada beberapa pendapat para ahli, yang dapat membantu kita untuk memahami tentang pengertian hasil belajar. Dari beberapa orang ahli tersebut antara lain :

Menurut Mustaqim (2001:47) dengan teori belajar aliran ilmu jiwa yang menjelaskan bahwa manusia mempunyai berbagai daya misalnya daya mengenal, daya mengingat, daya berkhayal, daya pikir dan sebagainya. Daya-daya tersebut dapat diperkuat dan diperbaiki fungsinya dengan dilatih, misalnya untuk melatih daya ingat dengan jalan menghafal angka-angka, huruf-huruf, ungkapan-ungkapan. Yang penting disini adalah pembentukan dan penguatan daya ingat. Demikian pula daya pikir bisa dilatih menggunakan masalah-masalah yang sulit secara terus-menerus. Daya fantasi dengan kesusasteraan

Ali Imron dalam buku Belajar dan Pembelajaran (1996:5), ada empat pandangan psikologi mengenai belajar. Keempat pandangan psikologi belajar itu adalah :

Belajar menurut Slameto dalam Psikologi Behavioristik, adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar tidaknya seseorang tergantung kepada faktor-faktor kondisional yang diberikan lingkungan, teori ini dikenal dengan teori Conditioning. Teori conditioning ini dikembangkan oleh Pavlov (1927), ia melakukan eksperimen terhadap anjing. Secara ringkas eksperimen dapat digambarkan sebagai berikut : anjing dibiarkan lapar, setelah itu metronom dibunyikan, anjing mendengarkan benar-benar terhadap bunyi metronom. Selama metronom berbunyi selama 30 detik, makanan diberikan dan terjadilah reflek mengeluarkan air liur.

Pendapat Ali Imron, humanistic merupakan antitesis dan pandangan psikologi behavioristik. Menurut Carl Rogers seorang ahli psikoterapi, siswa

(2)

yang belajar hendaknya tidak dipaksa melainkan dibiarkan belajar bebas. Tidak itu saja, siswa diharapkan dapat membebaskan dirinya hingga ia dapat mengambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas keputusan sendiri yang ia pilih atau ambil.

Salah satu teori belajar yang berasal dari pandangan psikologi kognitif adalah teori pemrosesan informasi. Menurut Ali Imron (1996:12), belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak manusia, sedangkan pengolahan informasi oleh otak manusia itu dimulai dari pengamatan (pengindraan) atas informasi yang berbeda dalam lingkungan manusia, penyimpanan terhadap informasi yang tersimpan dan setelah membentuk pengertian, kemudian dikeluarkan oleh pembelajar. Menurt teori ini suatu informasi yang berasal dari lingkungan pembelajar pada awalnya diterima oleh reseptor. Reseptor-reseptor tersebut memberikan simbul-simbul informasi yang ia terima dan kemudian diteruskan ke registor pengindraan yang terdapat pada syaraf pusat. Dengan demikian informasi-informasi yang diterima oleh registor pengindraan telah mengalami transformasi.

Menurut Slameto dalam psikologi Gestalt adalah Kohler Koffka, Wertheimer (Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, 1995:9) Menurut teori Gestalt, setiap pengalaman itu berstruktur terhadap respon yang diberikan oleh seseorang terhadap suatu bagian melainkan tertuju kepada sesuatu yang bersifat kompleks.

2.1.2 Belajar Matematika

Menurut Slameto (1995:12) berdasarkan pendapat Piaget, strategi belajar mengajar matematika di Sekolah Dasar, pada siswa seumur 7-12 tahun berada pada tingkat operasional konkrit, ciri-cirinya antara lain : 1) Siswa belum mampu melakukan operasi yang kompleks. 2) Siswa dapat melakukan operasi logis yang berorientasi kepada objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang dialami siswa. 3) Siswa dapat menalar induktif, tetapi masih sangat lemah bernalar deduktif. 4) Masih mengalami kesulitan menangkap ide (gagasan) abstrak.

(3)

Dalam menangkap ide abstark mereka memerlukan bantuan memanipulasi benda konkrit, oleh karena itu dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar masih diperlukan alat peraga yang dapat dimanipulasi siswa.

2.2 Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Pecahan 2.2.1 Pengertian Operasi

Menurut M. Dahlan Yacub Al Bari (2001:511) operasi adalah pekerjaan; cara sesuatu bekerja

Menurut Peter Salim (2002:1059) operasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mewujudkan rencana yang telah dikembangkan.

2.2.2 Pengertian Hitung

Menurut Peter Salim (2002:532) hitung adalah membilang (menjumlahkan, mengalikan, mengurangi, membagi, dan sebagainya).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa operasi hitung adalah pekerjaan atau tindakan yang dilakukan dengan cara menjumlahkan, mengalikan, mengurangi, membagi dan sebagainya.

2.2.3 Pengertian Perkalian dan Pembagian

Menurut Peter Salim (2002:648) perkalian adalah proses, cara, atau tindakan penggandaan atau hasil kali.

Menurut Peter Salim (2002:118) pembagian adalah proses, cara, atau tindakan membagi atau membagikan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perkalian dan pembagian adalah proses, cara, atau tindakan penggandaan dan membagi atau membagikan.

2.2.4 Pecahan

Menurut Yeni Salim (2002:1111) pecahan adalah bilangan yang bukan bilangan bulat seperti ½, ¾ dan sebagainya.

Berdasarkan penjelasan tersebut penulis simpulkan bahwa operasi hitung perkalian dan pembagian pecahan adalah pekerjaan atau tindakan yang

(4)

dilakukan dengan cara mengalikan, membagi, bilangan yang bukan bilangan bulat seperti ½, ¾ dan sebagainya.

2.3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams - Achievement Divisions).

2.3.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajarmengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalamstruktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. (Candler 1995).

2.3.2 Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut Kagan (dalam Enjah Takari 2010) prinsip pembelajaran kooperatif ada empat yaitu :

1) Interaksi siswa yang berkelanjutan, mencerminkan tingkat aktivitas siswa yang tinggi dalam kelompoknya, hal ini menunjukkan bahwa setiap siswa memiliki peran dan tanggungjawabnya masing-masing.

2) Saling ketergantungan yang positif, merupakan semangat saling membutuhkan satu sama lain dalam menyelesaikan tugas, saling ketergantungan juga ditunjukkan dengan pernyataan prestasi seseorang adalah juga prestasi kelompok dan setiap tugas dapat dipenuhi bila setiap anggota berpartisipasi.

(5)

kelompoknya, akuntabilitas individu dapat dirangsang dengan cara menstrukturisasi aktivitas.

4) Partisipasi yang setara, setiap anggota memiliki peran serta memberikan penilaian sesuai dengan kontribusi setiap anggota (kriteria adil).

2.3.2 Elemen-elemen Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif, terdapat elemen-elemen yang saling terkait yaitu : saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individu, dan ketrampilan untuk menjamin hubungan antar pribadi atau ketrampilan sosial yang sengaja diajarkan. (Abdurrahman dan Bintoro, 2000 : 78-79).

2.3.4 Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Arends (dalam Enjah Takari, 2010) ada tiga tujuan utama dalam pembelajarn kooperatifyaitu :

1) Peningkatan kinerja prestasi akademik, yaitu membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, karena dalam pembelajaran kooperatif diharapkan terjadi interaksi antar siswa untuk saling memberi pengetahuannya dalam memecahkan suatu masalah yang disajikan guru, sehingga semua siswa akan lebih mudah memahami berbagai konsep.

2) Hubungan sosial, yaitu membuat suasana penerimaan terhadap sesama siswa yang berbeda latar belakang misalnya suku, sosial, budaya, dan kemampuan. Hal ini memberi kesempatan yang sama kepada semua siswa terlepas dari latar belakang serta menciptakan kondisi untuk

(6)

bekerjasama dan saling ketergantungan yang positif satu sama lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

3) Ketrampilan bekerjasama dalam memecahkan permasalahan, yaitu mengajarkan ketrampilan bekerjasama atau kolaborasi dalam memecahkan permasalahan. Ketrampilan ini sangat penting bagi siswa sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat.

2.3.5 Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Menurut Stavin (1995:17) beberapa manfaat pembelajaran kooperatif dalam proses belajar mengajar antara lain :

1) Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilanya dalam suasana belajar yang bersikap terbuka dan demokratis.

2) Dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh siswa.

3) Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai dan ketrampilan-ketrampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat.

4) Menempatkan siswa sebagai subjek belajar, karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya, melatih siswa untuk bekerjasama, saling membantu mengembangkan potensi diri secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya.

5) Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga

(7)

apa yang dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya. 2.3.6 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

1) Pemilihan materi yang sesuai, sebagian besar materi pelajaran pada dasarnya dapatmenggunakan pembelajaran kooperatif, untuk pembelajaran kooperatif materi yang dapat dipilih umumnya yang memiliki banyak sub materi.

2) Langkah pertama sebelum melaksanakan pembelajaran kooperatif adalah pembentukan kelompok secara heterogen (tidak memperhatikan tingkat kepandaian, atau latar belakang siswa), kelompok dengan jumlah anggota empat orang sangat disukai terutama disekolah-sekolah negara maju, proporsi anggota setiap kelompok sebaiknya seimbang latar belakangnya, kemampuan, gender, ras dan suku. Sebaiknya yang menentukan komposisi kelompok adalah guru, sebab guru lebih tahu latar belakang siswa.

3) Pengembangan materi dan tujuan, penyampaian materi pelajaran pada pembelajaran kooperatif pada umumnya disampaikan dalambentuk teks, lembar kegiatan, dan panduan belajar. Pada saat pembelajaran, guru sebaiknya menginformasikan materi yang akan dibahas, tujuan dan pencapaian materi yang diharapkan. Bahan ajar akan lebih baik lagi ditugaskan untuk dibaca atau dipelajari dulu agar kegiatan diskusi kelompok lebih lancar.

4) Mengenalkan siswa kepada tugas dan peran, guru sebaiknya menginformasikan peran apa yang dapat dilakukan siswa serta

(8)

mengemukakan tujuan dan harapan dari peran yang dilakukan siswa tersebut. Hal ini dapat memberikan penjelasan kepada siswa mengenai struktur kelompok (peran dan tanggungjawab siswa) dalam pembelajaran kooperatif.

5) Merencanakan waktu dan tempat, pada penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) harap diperhatikan alokasi waktu yang disediakan untuk kegiatan kelompok, biasanya interaksi siswa saat diskusi kelompok pada pembelajaran kooperatif memerlukan waktu lebih lama dibandingkan interaksi dengan guru. Perencanaan yang seksama dapat membantu guru menjadi lebih realistik tentang kebutuhan waktu. Pembelajaran kooperatif membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas, dan membutuhkan perabot yang dapat dipindahkan terutama mengenai pengaturan tempat duduk siswa. 6) Pengaturan tempat duduk model cluster, 4 atau 6 tempat duduk

merupakan pengaturan yang bermanfaat pada pembelajaran kooperatif dan juga dapat digunakan pada pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil. Jika menggunakan model cluster, guru dapat meminta siswa memindahkan kursi-kursi mereka untuk presentasi langsung dan demonstrasi sehingga seluruh siswa akan menghadap ke arah guru. 7) Pengaturan tempat dudukmodel swing, pembelajaran kooperatif yang

menggunakan susunan tempat duduk yang memungkinkan dengan mudah untuk swing (mengubah) dari pembelajaran biasa menjadi pembelajaran kooperatif. Di dalam kelasnya, meja-meja disusun dalam

(9)

suatu formasi swing, formasi itu memungkinkan untuk “menjaga kontak mata dengan seluruh siswa, dan ruang kelas tampaklonggar”.

2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Nursaadah telah melakukan penelitian dengan judul “ Upaya Meningkatkan Kemampuan Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Bilangan Pecahan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD bagi Siswa Kelas V SDN Karanganyar Semester 2 Tahun 2007/2008 ” dan hasilnya sebagai berikut :

Siklus 1 : Kondisi awal dari 27 orang siswa, 21 orang siswa/78 % belum tuntas dengan nilai rata-rata baru 45,00 pada siklus 1, 24 orang siswa/88,8 % sudah tuntas dengan nilai rata-rata 66,5 dan KKM yang ditetapkan 62,0.

Siklus 2 : Siklus 1, 24 orang siswa/88,8 % tuntas dengan nilai rata-rata 66,5 KKM 60,pada siklus 2, 27 orang siswa/100 % tuntas semua dengan nilai rata-rata 70,0 dan KKM yang ditetapkan 65,0.

2.3. Kerangka Pikir

Kondisi awal sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti belum menggunakan Pembelajaran kooperatif tipe STAD. Akibat belum digunakannya Pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka Hasil belajar matematika siswa tentang operasi hitung perkalian dan pembagian pecahan masih rendah. Agar Hasil belajar matematika siswa tentang operasi hitung perkalian dan pembagian pecahan meningkat, maka peneliti harus melakukan tindakan yaitu menggunakan Pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa tentang operasi hitung perkalian dan pembagian pecahan karena pembelajaran kooperatif dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilanya dalam suasana belajar yang bersikap terbuka dan demokratis, dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh siswa, dapat mengembangkan dan melatih

(10)

berbagai sikap, nilai dan ketrampilan-ketrampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat, menempatkan siswa sebagai subjek belajar, karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya, melatih siswa untuk bekerjasama, saling membantu mengembangkan potensi diri secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya, memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa yang dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya.

Dengan digunakannya Pembelajaran kooperatif tipe STAD maka Hasil belajar matematika siswa tentang operasi hitung perkalian dan pembagian pecahan menjadi meningkat.

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari sebuah penelitian, karena hanya berdasarkan teori, atau logika saja, sedangkan jawaban sebenarnya adalah berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari hasil penelitian.

Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Dengan penerapan Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievenebt Divisions dapat meningkatkan Hasil belajar matematika tentang operasi hitung perkalian dan pembagian pecahan bagi Siswa kelas V SDN Rejosari 03 Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memiliki pengetahuan bahasa asing seseorang harus mempelajari Untuk memiliki pengetahuan bahasa asing seseorang harus mempelajari kosakata terlebih dahulu

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Informasi aset dalam laporan neraca menggambarkan kondisi kekayaan dan potensi ekonomi yang dimiliki pemerintah daerah, sehingga dari informasi

Secara simultan, semua variabel independen terhadap pembiayaan bermasalah memiliki pengaruh yang dapat dijelaskan melalui persentase 27,1%.Bagi BankUmum Syariah di Indonesia agar

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 272 / Kpts.II / 2003 tanggal 12 Agustus 2003 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan dan Angka

Website (situs web) merupakan alamat (URL) yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan data dan informasi dengan berdasarkan topik tertentu URL adalah suatu sarana yang

Mengajar dalam prakteknya merupakan suatu proses penciptaan lingkungan, baik dilakukan guru maupun siswa agar terjadi meliputi juga penataan nilai-nilai

This research finds that compares to transformational leadership style, transactional leadership style has more influence in developing the competitive advantage of companies