• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. Menurut Margono dan Angkasa, Di Indonesia istilah rahasia dagang, trade. Undang Rahasia Dagang No. 30 tahun Menurut dasar diputuskannya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I. Menurut Margono dan Angkasa, Di Indonesia istilah rahasia dagang, trade. Undang Rahasia Dagang No. 30 tahun Menurut dasar diputuskannya"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I A. Latar Belakang

Menurut Margono dan Angkasa, Di Indonesia istilah rahasia dagang, trade secret, know-how, tidak dapat ditemukan dalam KUH Perdata maupun KUHD. Namun pengertian mengenai rahasia dagang dapat ditemukan pada Undang-Undang Rahasia Dagang No. 30 tahun 2000. Menurut dasar diputuskannya undang-undang ini adalah untuk meningkatkan daya kreativitas masyarakat untuk mampu bersaing di lingkup nasional maupun internasional1.

Rahasia dagang secara khusus dijelaskan dan diatur dalam Undang-Undang No.30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang. Didalam Undang-Undang No. 30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang pasal 1 ayat 1, rahasia dagang diartikan sebagai informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan

dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.2 Rahasia ini dapat berupa

metode produksi tertentu, metode pengolahan, cara-cara pemasaran produk, serta berbagai informasi bernilai ekonomis yang tidak diketahui oleh masyarakat umum3.

Badan resmi olahraga panahan di Indonesia dikenal dengan Persatuan Panah Indonesia (Perpani). Perpani merupakan wadah pembelajaran olahraga panahan

1

Ibid, hlm.3.

2 UU No.30 tahun 2000 pasal 1 ayat 1 3

UU No.30 tahun 2000 pasal 2

1

(2)

dan turut mencetak para bibit unggul atlit-atlit panahan di Indonesia. Perpani membina para atlitnya melalui cabang olahraga panahan modern. Olahraga panahan modern menggunakan busur modern (recurve bow), dan merupakan kegiatan panahan resmi pada ajang Olympiade. Namun, kegiatan pembinaan olahraga panahan di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh Perpani saja.4

Di daerah jawa mataram, yaitu di Yogyakarta serta seluruh karesidenan Surakarta (Klaten, Sukoharjo, Delanggu, Kartasura, Surakarta, dan Wonogiri), terdapat olahraga panahan tradisional jawa mataraman. Olahraga panahan jawa mataraman ini merupakan cabang olahraga panahan yang berakar dari tradisi panahan keprajuritan (ketentaraan) mataram pada masa Kasultanan Mataram Islam. Hingga kini, kegiatan pembinaan olahraga panahan tradisional jawa mataraman masih aktif diselenggarakan oleh Puro Pakualaman Yogyakarta, serta Kraton Kasultanan Yogyakarta untuk masyarakat umum. Untuk saat ini kegiatan perlombaan olahraga panahan tradisional jawa mataram lebih sering diselenggarakan di daerah Yogyakarta. 5

Saat ini masih ada beberapa pengrajin yang membuat busur dan anak panah jawa tradisional. Beberapa tinggal di Yogyakarta, dan ada pula yang tinggal di luar Yogyakarta. Bapak “S” adalah seorang pengrajin busur dan anak panah jawa tradisional, yang bertempat tinggal di Sukonandi, Pakualaman, Daerah Istimewa

4 Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak “S” di Yogyakarta. 5

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak “S” di Yogyakarta.

2

(3)

Yogyakarta. Dulu, beliau membuat busur dan anak panah jawa tradisional seorang diri saja. Kini setelah beliau mencapai usia lanjut, beliau bekerja sama dalam kegiatan pertukangan kerajinan busur dan anak panah jawa tradisional tersebut dengan rekannya. Namun demikian, kegiatan pertukangan penyetelan busur pesanan tetap beliau lakukan sendirian.6

Selain Bapak “S”, ada seorang pengrajin lain dari luar kota Yogyakarta. Beliau adalah Bapak “X”. Bapak “X” adalah pengrajin busur dan anak panah jawa tradisional yang berasal dari Sukoharjo, Jawa Tengah. Bapak “X” sering bolak-balik Sukoharjo-Yogya setidak-tidaknya dua kali dalam seminggu, untuk berlatih memanah sekaligus juga untuk mengantar pesanan yang telah selesai beliau buat kepada para pemesannya. 7

Penjelasan Bapak “S” dan Bapak “X” melingkupi penjelasan mengenai sejarah, tatacara panahan, hingga dasar-dasar pertukangan busur dan anak panah. Bapak “S” dan Bapak “X” juga telah mempraktikkan pengetahuan dasar pertukangan kerajinan busur dan anak panah jawa mataraman tersebut selama bertahun-tahun. Hingga saat ini Bapak “S” dan Bapak “X” masih aktif dalam kegiatan kerajinan busur dan anak panah jawa tradisional sesuai pesanan yang disampaikan kepada mereka.8

6

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak “S” di Yogyakarta.

7 Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak “X”di Yogyakarta. 8

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak “S “dan Bapak “X” Yogyakarta.

3

(4)

Kegiatan olahraga panahan tradisional jawa mataraman bukan merupakan kegiatan olahraga panahan modern yang dibina oleh Perpani. Kegiatan olahraga panahan tradisional jawa mataraman menggunakan busur dan anak panah yang masih sederhana proses pembuatannya, serta tatacara tembak yang berbeda. Jika cabang panahan modern binaan Perpani menggunakan busur modern dan bertatacara tembak dengan berdiri tegak, maka cabang panahan tradisional jawa mataraman menggunakan busur dan anak panah dari kayu dan bambu, serta ditembakkan dengan duduk bersila atau timpuh. Busur dan anak panah Perpani (recurve bow) yang terbuat dari fibre dan logam serta diproduksi secara pabrikan. Harga busur Perpani dan anak panahnya lebih mahal daripada busur dan anak panah jawa mataraman. Hal-hal tersebut diatas merupakan perbedaan yang nyata antara sarana peralatan dan kegiatan panahan modern Perpani, dengan sarana peralatan dan kegiatan panahan tradisional jawa mataraman.9

Busur dan anak panah yang digunakan pada olahraga panahan tradisional jawa mataraman disebut dengan busur dan anak panah jawa tradisional mataraman, atau busur dan anak panah tradisional jawa, atau busur dan anak panah jawa mataraman. Busur dan anak panah jawa tradisional dibuat dari sektor kerajinan rumah tangga. Bahan dasarnya dibuat dari kayu, bambu, bulu unggas, logam tertentu, senar, dan tali busur yang di impor dari Korea. Busur dan anak panah jawa tradisional dibuat oleh para pengrajin dengan berbagai metode yang

9

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak “S “di Yogyakarta.

4

(5)

mereka miliki, namun skala industri kerajinan ini masih berada dalam skala industri rumah tangga saja. Hingga saat ini, skala kegiatan industri kerajinan busur dan anak panah jawa mataram masih belum meningkat menuju skala industri yang lebih besar.10

Bapak “S” menyampaikan sejarah singkat dari awal mula kegiatan seni panahan gaya mataraman. Beliau mengatakan bahwa pada asalnya panahan dulunya adalah latihan bagi para priyayi (ningrat keraton jawa). Namun, pada perkembangannya latihan ini kemudian juga diperuntukkan bagi para prajurit. Awal mula pelatihan ini adalah untuk persiapan menghadapi peperangan. Akhirnya, kegiatan ini menjadi berkembang menjadi kegiatan olahraga bagi masyarakat umum. Tepatnya pada tahun 1955 M, kegiatan memanah gaya mataram ini dipopulerkan oleh Kraton Yogyakarta dan Puro Pakulaman Yogyakarta kepada masyarakat umum.11

Bapak “S” mengatakan bahwa busur jawa mataraman tertua yang masih tersisa kini disimpan di Puro Pakualaman dan merupakan milik Sri Paduka Paku Alam ke-VIII. Busur tersebut dibuat dari kayu ruyung. Tali busurnya dari rotan. Cengkolaknya berbentuk bulat, tempat anak panahnya kecil (maksudnya adalah bagian tempat memasangkan anak panah pada cengkolak). Mpu pembuat busur ini adalah almarhum Bapak Suprapto dari Surakarta. Kayu ruyung sudah jarang

10 Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak “S” di Yogyakarta. 11

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak “S” di Yogyakarta.

5

(6)

sekali dipakai sebagai bahan baku pembuatan busur jawa tradisional saat ini, karena susah untuk mencari pohon tersebut. Kesulitan lainnya, adalah saat sudah menemukan kayu yang sudah berumur cocok, harus mengeringkannya terlebih dulu selama beberapa tahun. Tali busurnya dibuat dari rotan. Dengan demikian penggunaan kayu ruyung dalam kegiatan pembuatan busur tradisional jawa yang terus berkesinambungan, kini dinilai tidak praktis. Sejauh ini, busur tua milik Sri Paduka Paku Alam ke V-III tersebut adalah model busur tradisional jawa tertua yang penulis baru bisa temukan sebagai model dasar busur jawa tradisional yang ada saat ini dimasyarakat dan pasar busur panahan.12

Bapak “X” memiliki penjelasan tersendiri tentang desain awal busur jawa mataram dari masa lampau. Berdasarkan penjelasan beliau, desain awal busur jawa mataram masa lampau dimulai pada zaman mataram Islam (mataram baru). Beliau menjelaskan bahwa saat itu ada tiga hal yang wajib dikuasai prajurit mataram, yaitu kemahiran berkuda, kemahiran berenang, dan kemahiran memanah. Khusus pada hal memanah, busur mataram zaman itu dibuat dari satu bagian kayu. Kayu yang dipilih adalah kayu ulin. Busur tersebut bertali busur dari serat nanas.13

Beliau menambahkan mengenai keadaan tali busur tersebut. Serat nanas memiliki angka elastisitas 0 (nol atau tidak elastis sama sekali). Namun,

12 Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak “S” di Yogyakarta. 13

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak “X” di Yogyakarta.

6

(7)

kekurangan yang nyata adalah kenyataan tali busur dari bahan serat nanas mudah putus. Dengan demikian, busur yang menggunakan tali busur sejenis itu membutuhkan spare part-nya. Tali busur semacam ini beliau nilai tidak praktis, sama seperti halnya tali busur yang dibuat dari bahan baku rotan yang juga harus diganti setelah beberapa kali digunakan.14

Mengenai wujud busur jawa masa lampau, beliau menggambarkan bahwa wujud busur jawa mataram masa lampau sama saja seperti sekarang. Busur jawa tradisional yang ada saat ini, memiliki tinggi yang sama dengan busur jawa mataram masa lampau. Tidak ada perbedaan desain yang signifikan dari kedua jenis busur tersebut.15

Mengenai performanya dilapangan, Bapak “X” menyampaikan bahwa busur jawa mataram juga tidak efektif untuk jarak 50 (lima puluh)meter hingga diatas 100 (seratus)meter. Jarak efektif busur tersebut hanya berkisar antara 40 (empat puluh)meter hingga 50 (lima puluh) meter saja. Bagi para pemanah yang sering berlatih memanah dapat menilai bahwa busur tersebut memang tidak efektif karena jarak tembak efektifnya yang terlampau pendek. Hal ini disebabkan bahwa pada kegiatan kompetisi resmi panahan tradisional, jarak sasaran dapat saja diletakkan hingga 60 (enam puluh)meter. Umumnya, semakin tinggi tingkat presisi tembakan suatu busur untuk sasaran yang berjarak relatif jauh, maka para

14 Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak “X” di Yogyakarta. 15

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak “X” di Yogyakarta.

7

(8)

pemanah akan lebih mudah menembak tepat untuk sasaran yang lebih dekat, atau lebih pendek jaraknya.16

Beliau juga menambahkan kekurangan lain dari busur mataram dari masa lampau adalah kurangnya daya lentur busur tersebut. Kayu ulin memang kurang baik dipakai sebagai busur yang diharapkan memiliki performa tembak yang bagus. Sebaliknya, kayu ulin lebih cocok dijadikan cengkolak karena kekakuannya, sehingga bisa menjadi pegangan untuk pemanah Kekuatan lontar busur jawa mataram masa lampau berada pada kedua bilah bambunya, bukan pada tali busurnya. Hal ini sejalan dengan mekanisme cara kerja busur jawa tradisional yang sekarang beredar dipasar dan dipakai oleh para pemanah tradisional gaya mataram.17

Bapak “X” juga menyoroti kelemahan penting dari busur jawa mataram pada masa lampau, yaitu kurang mantapnya pegangan. Mantapnya pegangan seorang pemanah pada suatu busur, mempengaruhi kontrol pemanah pada busur tersebut. Pegangan yang tidak mantap akan menjadikan perasaan was-was di dalam diri seorang pemanah, akibatnya dia akan terganggu dalam latihan menembak.18

Saat ini busur dan anak panah jawa tradisional mataraman telah mengalami perubahan dalam bahan-bahannya, serta metode pemrosesan tiap bahan yang dibutuhkan untuk membuat busur dan anak panah jawa tradisional mataraman

16

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak “X” di Yogyakarta.

17 Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak “X” di Yogyakarta. 18

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak “X” di Yogyakarta.

8

(9)

menjadi baik dalam keseluruhan performa penembakannya. Hasilnya, kini busur dan anak panah jawa tradisional mataraman memiliki performa yang lebih unggul dari pendahulunya, yaitu busur jawa mataram masa lampau. Kini daya lontar busur dan anak panah jawa tradisional lebih kuat dari busur mataram masa lampau, lebih mudah untuk dipasang atau disetel sesuai kebutuhan penembaknya, serta lebih mudah dan untuk dibuat.19

Busur tradisional jawa saat ini secara umum dibuat dari dua bilah bambu dan sepotong kayu. Ada kriteria standar yang menentukan bambu yang akan dipilih. Salah satunya adalah umur bambu tersebut setidaknya sudah mencapai 6 bulan. Kayu diatas akan berfungsi sebagai cengkolak. Cengkolak adalah nama bagian busur yang berasal dari sepotong kayu, yang berfungsi menjadi tempat ikatan kedua bilah bambu, sekaligus menjadi pegangan tangan dan tempat peluncur anak panah.20

Anak panah busur tradisional jawa umumnya juga dibuat dari bambu. Dari semua proses kerajinan ini, pembuatan anak panah adalah yang paling sulit, sehingga berpengaruh langsung pada harganya. Anak panah tidak gampang untuk dibuat, karena selain bobot dan panjangnya yang harus serasi dengan busurnya, keseimbangan dan kemulusan hasil akhirnya harus terpenuhi. Jika tidak, anak panah itu akan melenceng jika ditembakkan. Selain itu, tiap anak panah juga

19 Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak “X” di Yogyakarta. 20

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak “S” di Yogyakarta.

9

(10)

memiliki karakter yang berbeda-beda, tergantung fungsi yang ingin diwujudkan oleh pengrajinnya21.

Untuk membuat busur dan anak panah jawa tradisional mataraman, diperlukan pengetahuan dasar pertukangan mengenai pembuatan busur dan anak panah jawa tradisional mataraman yang bersifat teknis. Sekalipun kini busur dan anak panah jawa tradisional mataraman lebih mudah untuk dibuat, pengetahuan dasar pembuatan busur dan anak panah jawa tradisional mataraman tersebut bukan merupakan hal yang umum diketahui oleh masyarakat. Banyak hal yang harus diketahui oleh siapapun pihak yang berkeinginan untuk dapat membuat busur dan anak panah yang memenuhi kriteria kualitas busur dan anak panah jawa tradisional mataraman yang standar. Pengetahuan dasar pertukangan kerajinan busur dan anak panah ini hanya akan didapatkan seseorang yang berkeinginan membuat sendiri busur dan anak panah jawa tradisional mataraman dibawah bimbingan seorang pengrajin busur dan anak panah jawa tradisional mataraman yang telah senior. Pengetahuan dasar itu pun dapat saja berbeda-beda dari satu pengrajin dan pengrajin lainnya. Tujuan dari pemberian pengetahuan pertukangan dasar busur dan anak panah jawa tradisional mataraman tersebut adalah supaya seorang pengrajin yang masih yunior mengetahui bagaimana cara membuat busur dan anak panah jawa tradisional mataraman yang benar. Pengrajin busur dan anak panah jawa tradisional mataraman yang masih yunior juga akan mengetahui apa

21

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak “S” di Yogyakarta.

10

(11)

saja yang akan merusak busur dan anak panah dalam proses pertukangan yang akan dia lakukan. Dengan demikian, pengetahuan dasar pertukangan busur dan anak panah jawa tradisional mataraman merupakan hal yang sangat penting bagi seorang pengrajin busur dan anak panah jawa tradisional mataraman, untuk menciptakan busur dan anak panah jawa tradisional mataraman yang berkualitas standar.22

Namun, pengetahuan dasar teknik pertukangan busur dan anak panah tersebut tidak memiliki informasi, metode atau teknik-teknik khusus yang akan menjadikan suatu busur menjadi memiliki performa keunikannya tersendiri dibanding dengan busur yang lain. Supaya busur dan anak panah jawa tradisional mataraman memiliki kualitas tersendiri yang unik diatas kualitas standar, maupun memiliki perbedaan performa yang unik bila dibandingkan busur dan anak panah jawa tradisional mataraman lainnya, seseorang pengrajin harus memiliki pengetahuan lain yang bersifat khusus.23

Maka, disamping pengetahuan umum mengenai dasar pertukangan busur dan anak panah jawa tradisional mataraman, ataupun juga disebut dengan busur dan anak panah jawa mataraman, para pengrajin juga memiliki cara-cara mereka sendiri yang bersifat khusus. Pengetahuan teknis dan khusus ini merupakan teknik-teknik tertentu serta detil tiap pengrajin untuk menjadikan busur dan anak

22 Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak “S “di Yogyakarta. 23

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak “S” di Yogyakarta.

11

(12)

panah jawa tradisional mataraman buatannya menjadi memiliki kualitas performa yang diatas kualitas standar, dan atau menjadikan busur dan anak panahnya tersebut memiliki keunikan tertentu dalam performanya. Pengetahuan yang khusus inilah yang setiap pengrajin rahasiakan darimana maupun bagaimana hingga mereka mendapatkannya. Inilah pengetahuan yang menjadikan sebuah busur dan anak panah jawa tradisional karya seorang pengrajin menjadi lebih dari sekadar busur dan anak panah yang sederhana semata. Oleh sebab itu, pengetahuan teknis yang khusus ini biasanya dirahasiakan oleh para pengrajin busur dan anak panah jawa tradisional mataraman dari sesama pengrajin hingga tingkat masyarakat umum.24

Permasalahan yang timbul dari keadaan tersebut adalah baik Bapak “S” maupun Bapak “X” tidak mengetahui bagaimana cara melindungi pengetahuan khusus mereka tersebut. Mereka tidak mengetahui instrumen hukum yang tepat untuk mereka gunakan dalam permasalahan mereka tersebut.

Perlindungan HKI pada rahasia-rahasia inilah yang penulis jadikan tema penulisan tesis. Alasan utama penulis adalah kurangnya pengetahuan hukum masyarakat pada umumnya, dan HKI pada khususnya. Akibatnya baik sebagian maupun perorangan dalam masyarakat tidak mengerti bagaimana melindungi diri mereka sendiri dengan instrumen hukum yang telah ada.

24

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak “S” di Yogyakarta.

12

(13)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang penulis sampaikan dalam latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah yang ada sebagai berikut:

1. Apakah seluruh tahap-tahap perlindungan rahasia dagang dalam Undang-Undang No. 30 tahun 2000 telah Bapak “S” dan Bapak “X” penuhi ?

2. Apa saja kendala yang dihadapi Bapak “S” dan Bapak “X” terkait dengan upaya perlindungan kerahasiaan metode pembuatan busur dan anak panah miliknya beserta apa saja solusinya ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah tercapainya jawaban dari masalah yang timbul, yaitu:

1. Untuk mengetahui apakah Bapak “X” telah memenuhi semua tahapan perlindungan rahasia dagang berdasar Undang-Undang No. 30 tahun 2000.

2. Untuk mengetahui apa saja kendala yang dihadapi Bapak “X” terkait dengan upaya perlindungan kerahasiaan metode pembuatan busur dan anak panah miliknya beserta apa saja solusinya.

(14)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang penulis susun saat ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Tesis ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, secara khusus yaitu bagi ilmu hukum secara luas pada umumnya, serta ilmu hukum Hak atas Kekayaan Intelektual pada kerahasiaan dagang pada khususnya. Tesis ini diharapkan dapat membantu para peneliti di bidang hukum bisnis untuk memberikan gambaran yang sederhana dan jelas mengenai konsep serta implementasi undang-undang kerahasiaan dagang di masyarakat.

2. Manfaat Praktis

Tesis ini diharapkan dapat memberi masukan informasi langsung bagi para praktisi hukum bisnis, para penegak hukum, para pembuat keputusan dan masyarakat luas pada umumnya mengenai praktik perlindungan Undang-Undang no 30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang pada kegiatan industri kerajinan rumah tangga.

(15)

E. Keaslian Penelitian

Sepanjang sepengetahuan penulis berdasar dari kegiatan penulis menelusuri berbagai penelitian di perpustakaan Fakultas Hukum UGM, bahwa “ Analisis Proses Pembuatan Busur dan Anak Panah Tradisional di Yogyakarta dan Sukoharjo Berdasarkan Undang-Undang No. 30 tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang”, belum pernah diteliti oleh para peneliti sebelum penulis. Penelitian mengenai perlindungan HKI pada pengrajin busur dan anak panah tradisional selama ini juga belum pernah dilakukan atau pernah disusun oleh para penulis tesis sebelum penulis.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini secara umum pasien masih belum puas dengan mutu pelayanan yang diberikan karena kinerja petugas masih kurang dari harapan pasien tapi berdasarkan

Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) menebar benih patin yang jumlah keseluruhannya mencapai 30.000 ekor benih. Sehingga sampai

Berdasarkan perhitungan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) menunjukan bahwa kuantitas pemesanan bahan baku optimal yang harus diterapkan oleh

Berdasarkan penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah Kampung Belekok Rancabayawak atau yang lebih dikenal dengan Kampung Wisata Kreatif Belekok,

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi syarat untuk dapat menempuh ujian

Pencak silat adalah salah satu atau kesenian daerah Provinsi Banten yang memiliki daya tarik untuk dibahas dan di uraikan dalam satu pembahasan yaitu jurus

Disampaikan  dengan  hormat,  melalui  surat  ini  kami  memohon  bantuan  dana untuk  penguatan  modal  usaha  bagi  Kelompok  Usaha  Bersama  Ratu  Farida

Sebagaimana diketahui diatas bahwa setiap kegiatan atau aktifitas tersebut saling berhubungan antara satu dengan lainnya ditinjau dari beberapa