• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Ekowisata. Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Ekowisata. Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Ekowisata

Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip konservasi. Bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga menggunakan strategi konservasi. Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdayaguna dalam mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami. Bahkan dengan ekowisata pelestarian alam dapat ditingkatkan kualitasnya karena desakan dan tuntutan dari padar eco-traveler (Fandeli, 2000).

Di dalam pemanfaatan areal hutan alam untuk ekowisata mempergunakan pendekatan pelestarian dan pemanfaatan. Kedua pendekatan ini dilaksanakan dengan menitikberatkan “pelestarian” dibanding pemanfaatan. Kemudian pendekatan lainnya adalah pendekatan pada keberpihakan kepada masyarakat setempat agar mampu mempertahankan budaya lokal dan sekaligus meningkatkan kesejahteraannya. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur conservation taxuntuk membiayai secara langsung kebutuhan kawasan dan masyarakat lokal(Lindberg, 1991).

Untuk mengusahakan ekowisata disuatu tempat, yang perlu dikenali adalah keadaan alam (keindahan dan daya tarik) yang spesifik atau unik dari objek objek wisata yang bersangkutan, prasarana yang tersedia (lancar/tidak lancar, nyaman/tidak nyaman, sudah lengkap, masih harus diadakan, atau dilengkapkan), tersedianya sumberdaya manusia (yang terlatih maupun yang dapat dilatih), tingkat pendidikan dan budaya masyarakatnya (Saleh, 2000).

(2)

Walaupun banyak nilai-nilai positif yang ditawarkan dalam konsep ekowisata, namun model ini masih menyisakan kritik dan persoalan terhadap pelaksanaanya. Beberapa kritikan terhadap konsep ekowisata antara lain:

1) Dampak negatif dari pariwisata terhadap kerusakan lingkungan. Meski konsep ecotourism mengedepankan isu konservasi didalamnya, namun tidak dapat dipungkiri bahwa pelanggaranterhadap hal tersebut masih saja ditemui di lapangan. Hal ini selain disebabkan karenarendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat sekitar dan turis tentang konsep ekowisata,juga disebabkan karena lemahnya manajemen dan peran pemerintah dalam mendorong upayakonservasi dan tindakan yang tegas dalam mengatur masalah kerusakan lingkungan.

2) Rendahnya partisipasi masyarakat dalam ekowisata. Dalam pengembangan wilayah ekowisata seringkali melupakan partisipasi masyarakat sebagai stakeholder penting dalam pengembangan wilayah atau kawasan wisata. Masyarakat sekitar seringkali hanya sebagai obyek atau penonton, tanpa mampu terlibat secara aktif dalam setiap proses-proses ekonomi didalamnya. 3) Pengelolaan yang salah. Persepsi dan pengelolaan yang salah dari konsep

ekowisata seringkali terjadi dibeberapa wilayah di Indonesia. Hal ini selain disebabkan karena pemahaman yang rendah dari konsep ekowisata juga disebabkan karena lemahnya peran dan pengawasan pemerintah untuk mengembangkan wilayah wisata secara baik.

(3)

Konsep Ekowisata (Wisata Alam)

Wisata alam atau sering disebut juga sebagai ekowisata atau ecotourism juga adalah suatu perjalanan menuju suatu tempat tertentu dipermukiman bumi untuk menikmati keindahan dan keajaiban alam tanpa sentuhan pembangunan. Baik berupa panorama alam, gemercik air di sungai, deburan ombak, heningnya suasana gua, hijaunya hutan dan bahkan kehidupan sosial budaya suatu

masyarakat pedalaman yang belum tersentuh oleh teknologi modern (Nandi, 2005).

Ekowisata dapat dipahami sebagai perjalanan yang di sengaja ke kawasan-kawasan alamiah untuk memahami budaya dan sejarah lingkungan tersebut sambil menjaga agar keutuhan kawasan tidak berubah dan menghasilkan peluang untuk pendapatan masyarakat sekitarnya sehingga mereka merasakan manfaat dari upaya pelestarian sumber daya alam (Astriani, 2008).

Ekowisata alam di dalam kawasan konservasi bertujuan untuk melestarikan keanekaragaman hayati ekosistemnya dan memperoleh penghasilan untuk kepentingan kawasan, masyarakat lokal, pemerintah daerah dan pengelola. Undang-undang tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah khususnya dalam melakukan perencanaan kegiatan pembangunan secara mandiri, diharapkan mampu mengoptimalkan setiap sumber daya yang dimiliki bagi pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Berdasarkan hal tersebut dalam pengelolaan sumberdaya khususnya sumberdaya alam yang berwawasan lingkungan berupa pengembangan wisata alam maupun ekowisata yang berbasis pada penguatan peran daerah dan masyarakat (Latupapua, 2008).

(4)

Potensi Ekowisata

Potensi kawasan ekowisata di Indonesia sangat besar. Objek tersebut tersebar di darat (dalam kawasan hutan konservasi) maupun di laut (dalam bentuk taman nasional laut). Kajian atas sembilan kawasan konservasi di Indonesia, dilakukan oleh Dirjen Perlindungan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) dan RAKATA pada tahun 2000memperlihatkan tidak saja keunikan tetapi juga keragaman objek merupakan potensi besar pengembangan ekowisata. Hampirsemua objek dan daya tarik wisata (ODTW) tersebut sudah beroperasi dan banyak menarik wisatawan (Damanik dan Weber, 2006).

Pengembangan Ekowisata

Dewasa ini, ekowisata merupakan salah satu pendekatan untuk mewujudkan pembangunan wilayah pesisir yang berkelanjutan. Ekowisata didefenisikan oleh International Ecotourism Societysebagai : a responsible travel and improves the welfare of local people. Sementara itu, menurut Hadinoto, ekowisata adalah suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan keaslian lingkungan alam, dimana terjadi interaksi antara lingkungan alam dan aktivitas rekreasi, konservasi dan pengembangan, serta antara penduduk dan wisatawan. Dari defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekowisata mengintegrasikan kegiatan pariwisata, konservasi dan pemberdayaan masyarakat lokal, sehingga masyarakat setempat dapat ikut serta menikmati keuntungan dari kegiatan wisata tersebut melalui pengembangan potensi-potensi lokal yang dimiliki (Mukaryanti et al., 2005).

(5)

Pengembanganekowisataberwawasanlingkunganmerupakansalahsatu usaha bisnis dibidang kehutanan dengan menekankankepada penjualan jasa kepadawisatawanmelaluiobyek wisata kehutanandenganpengelolaanramah lingkungan. Ekowisata dapat dikembangkan dalam kawasan hutan produksi, lindung dan konservasi. Apabila di dalam kawasan hutan terdapat pedesaan dengan komunitas asli, akan dapat dikembangkan pula wisata minat khusus. Kawasan hutan saat ini sedang dilanda penebangan oleh masyarakat karena kecemburuan sosial setelah sekitar tiga dekade hutan produksi dikuras oleh HPH. Masyarakat lokal dapat diberdayakan dalam kegiatan ekowisata atau wisata minat khusus. Oleh karena masyarakat terserap pada kegiatan ekowisata ini, maka kerusakan hutan dapat dihindarkan. Apalagi bila dilibatkan dalam kegiatan minat khusus ini membutuhkan banyak pelayanan yang dapat dilakukan oleh masyarakat setempat (Fandeli dan Mukhlison, 2000).

Agar pengembangan ekowisata dapat berkelanjutan, maka perlu diperhatikan kode etik pengembangan ekowisata seperti yang ditetapkan dalam konferensi ekowisata tahun 1999 yang mengatur etika global ekowisata untuk menjamin sumber daya alam yang menjadi sumber kehidupan kepariwisataan dan melindungi lingkungan dari dampak buruk kegiatan bisnis ekowisata. Adapun kode etik dalam pengembangan ekowisata global ini, dapat dilihat seperti penjelasan dibawah ini :

1. KewajibanPemerintah

a. Melakukan perlindungan terhadap wisatawan dan pemberian kemudahan dalam penyediaan informasi.

(6)

b. Penduduk setempat harus diikutsertakan dalam kegiatan kepariwisataan dan secara adil menikmati keuntungan ekonomi, sosial, dan budaya.

c. Kebijakan ekowisata harus diarahkan sedemikian rupa agar dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat.

d. Kebijakan dan kegiatan ekowisataharus diarahkan dalam rangkaian: (a) penghormatan, perlindungan, pemeliharaan terhadap warisan kekayaan seni, arkeologi, budaya, monumen, tempat suci, museum, tempat bersejarah: (b) kelangsungan hidup dan berkembangnya hasil-hasil budaya, seni tradisional dan seni rakyat.

e. Menjaga kelestarian lingkungan alam, dalam perspektif pertumbuhan ekonomi yang sehat berkelanjutan dan berkesinambungan.

2. Kewajiban dan hak usaha ekowisata a. Kewajiban :

1) Memberikan informasi yang objektif tentang tempat-tempat tujuan dan kondisi perjalanan pada para wisatawan.

2) Memperhatikan keamanan, keselamatan dan mengusahakan adanya sistem asuransi bagi para wisatawan.

3) Harus melakukan studi tentang dampak rencana pembangunan terhadap lingkungan hidup dan alam sekitar.

b. Hak :

1) Pajak-pajak dan beban-beban khusus yang memberatkan bagi industri ekowisata serta merugikan dalam persaingan harus dihapuskan atau diperbaiki secara bertahap.

(7)

2) Pengusaha dan penanam modal terutama dari kalangan perusahaan kecil dan menengah berhak mendapat kemudahan akses memasuki sektor wisata.

3. Kewajiban dan Hak Masyarakat a. Kewajiban :

Harus belajar untuk mengerti dan menghormati para wisatawan yang mengunjungi mereka.

b. Hak :

1) Penduduk setempat harus diikutsertakan dalam kegiatan kepariwisataan, dan secara adil menikmati keuntungan ekonomis, sosial dan budaya yang mereka usahakan, dalam menciptakan lapangan pekerjaan.

2) Wisata alam dan ekowisata sebagai bentuk kegiatan pariwisata dapat memperkaya dan meningkatkan penghasilan, apabila dikelola dengan menghormati lingkungan alam dan melibatkan penduduk setempat.

(Waluyo, 2007).

Aksesbilitas merupakan syarat yang penting sekali untuk objek wisata. Tanpa dihubungkan dengan jaringan transportasi tidak mungkin suatu objek mendapat kunjungan wisata. Objek wisata merupakan akhir perjalanan wisata dan harus mudah dicapai dan dengan sendirinya juga mudah ditemukan. Oleh karena itu harus selalu ada jalan menuju objek wisata. Jalan itu merupakan aksess ke objek dan jalan akses itu harus berhubungan dengan prasarana umum. Kondisi jalan umum dan jalan akses menentukan aksesbilitas suatu objek wisata (Soekadijo, 2000)

WTO (2002) batasan mengenai pengembangan obyek dan daya tarik ekowisata sebagai berikut :

(8)

1. Semua jenis ekowisata yang berbasiskan alam yang mana tujuan utama dari wisatawan adalah untuk mengamati dan memberikan apresiasi terhadap alam, tradisi dan budaya yang ada di kawasan tersebut.

2. Mengandung unsur pendidikan dan enterpretasi.

3. Dikelola oleh pelaku pariwisata lokal dan pangsa pasarnya adalah kelompok-kelompok kecil.

4. Meminimalisasi dampak negatif terhadap lingkungan alam dan kehidupan sosial budaya.

5. Membantu pelestarian atau konservasi alam.

6. Memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat lokal, organisasi terkait dan pihak berwenang.

7. Memberikan lapangan kekeijaan dan pendapatan alternatif kepada masyarakat lokal.

8. Meningkatkan kesadaran terhadap pelestarian aset-aset alam dan budaya bagi para wisatwan dan masyarakat lokal.

Di dalam pengelolaan suatu obyek dan daya tarik wisata sebagai suatu destinasi, pengelola harus meletakkan aspek destinasi pada posisi terkait dengan aspek lainnya. Dalam sistem kepariwisataan terdapat empat aspek penting,termasuk destinasi yang harus dikembangkandan dikelola. Keempat aspek tersebut adalahdestinasi (destination), pemasaran (marketing),pasar (market), dan perjalanan (travel). Padadasarnya bagi pengelola suatu ODTW, keempataspek harus direncanakan bersama stakeholderterkait untuk menentukan strategi dan programpengelolaan masing-masing aspek (Fandeli,2002).

(9)

Damanik dan Weber (2006) mengatakan bahwa agak berbeda dengan studi kelayakan, analisis sumberdaya ekowisata sudah harus menghasilkan sintesis yang akan dijadikan basis proyek. Bahkan hasil analisis ini merupakan produk akhir untuk menyimpulkan apakah proyek ekowisata dapat dilakukan atau tidak. Oleh karena itu semua pihak, khususnya masyarakat lokal, perlu mengetahui apa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh kawasan dan objek wisata tersebut.

Perencanaan pembangunan berbasis masyarakat salah satunya menggunakanmetode7(tujuh)langkah perencanaan(sevenmagicstep) yangmeliputitahapdefinisi masalah, tujuan,analisis kondisi, altenatif kebijakan,pilihanalternatif,implementasi dan pemantauan (Hadi,2005).

Jenis Obyek dan Daya tarik Wisata

Menurut Edward(1991) mengatakan bahwa suatu objek wisata harus mempunyai 5 unsur pentingyaitu:

1. Daya tarik

Daya tarik merupakan faktor utama yang menarik wisatawan mengadakan perjalanan mengunjungi suatu tempat, baik suatu tempat primer yang menjadi tujuan utamanya, atau tujuan sekunder yang dikunjungi dalam suatu perjalanaan primer karena keinginannya untuk menyaksikan, merasakan, dan menikmati daya tarik tujuan tersebut. Sedangkan daya tarik sendiri dapat diklasifikan kedalam daya tarik lokasi yang merupakan daya tarik permanen.

2. Prasarana Wisata

Prasarana wisata ini dibutuhkan untuk melayani wisatawan selama perjalanan wisata. Fasilitas ini cenderung berorientasi pada daya tarik wisata di suatu lokasi, sehingga fasilitas ini harus terletak dekat dengan objek wisatanya.

(10)

Prasarana wisata cenderung mendukung kecenderungan perkembangan pada saat yang bersamaan. Prasarana wisata ini terdiri dari:

a. Prasarana akomodasi

Prasarana akomodasi ini merupakan fasilitas utama yang sangat penting dalam kegiatan wisata. Prasarana pendukung harus terletak ditempat yang mudah dicapai oleh wisatawan. Pola gerakan wisatawan harus diamati atau diramalkan untuk menentukan lokasi yang optimal mengingat prasarana pendukung akan digunakan untuk melayani mereka.

3. Sarana Wisata

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata maupun objek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata antara lain biro perjalanan, alat transportasi, dan alat komunikasi, serta sarana pendukung lainnya.

4. Infrastruktur

Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana wisata, baik yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik diatas permukaan tanah dan dibawah tanah, Infrastruktur yang memadai dan terlaksana dengan baik di daerah tujuan wisata akan membantu meningkatkan fungsi sarana wisata, sekaligus membantu masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidupnya.

(11)

a. Masyarakat

Masyarakat di sekitar objek wisatalah yang akan menyambut kehadiran wisatawan tersebut, sekaligus akan memberikan layanan yang diperlukan oleh para wisatawan. Layanan yang khusus dalam penyajiannya serta mempunyai kekhasan sendiri akan memberikan kesan yang mendalam. Untuk itu masyarakat di sekitar objek wisata perlu mengetahui berbagai jenis dan kualitas layanan yang dibutuhkan oleh para wisatawan.

b. Lingkungan

Disamping masyarakat di sekitar objek wisata, lingkungan alam di sekitarobjek wisata pun perlu diperhatikan dengan seksama agar tidak rusak dan tercemar. Oleh sebab itu perlu adanya upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan melalui penegakan berbagai aturan dan persyaratan dalam pengelolaan suatu objek wisata.

c. Budaya

Lingkungan masyarakat dalam lingkungan alam di suatu objek wisata merupakan lingkungan budaya yang menjadi pilar penyangga kelangsungan hidup suatu masyarakat. Oleh karena itu lingkungan budaya ini pun kelestariannya tak boleh tercemar oleh budaya asing.

Analisis SWOT

Analisis SWOT yakni mencakup upaya-upaya untuk mengenali kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang menentukan kinerja perusahaan. Informasi eksternal mengeni peluang dan ancaman dapat diperoleh dari banyak sumber, termasuk pelanggan, dokumen pemerintah, pemasok, kalangan perbankan, rekan diperusahaan lain. Banyak perusahaan menggunakan jasa

(12)

lembaga pemindaian untuk memperoleh keliping surat kabar, riset di internet, dan analisis tren-tren domestik dan global yang relevan (Richard, 2010).

Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dilakukan mengenai analisis pengembangan wisata alam yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain olehAndi Handoko (2004) Penelitian dilakukan di daerah pesisir selatanKabupaten Kebumen dengan judul “Kajian Potensi Obyek Wisata Pantai diWilayah Pesisir Pantai Selatan Kabupaten Kebumen”. Tujuan dari penelitian iniadalah mengetahui potensi pantai yang belum berkembang di daerahpenelitian dan pengaruh sarana jalan terhadap tingkat potensi obyek pantai.Analisa yang digunakan yaitu analisis data primer dan data sekunder, denganklasifikasi potensi internal dan eksternal. Faktor ketersediaan saranatrasportasi memberikan pengaruh yang nyata terhadap perkembangan objekwisata pantai di Kabupaten Kebumen.

Peneliti lainnya dilakukan olehNilam Sari (2008)dengan “Peluang Pengembangan Usaha Ekowisata Kawasan Wisata Alam Sangkima Di Taman Nasional Kutai(The Opportunity of Enhancing Ecoturism Businesses in SangkimaEcoturism Area, Kutai National Park) Kawasan Wisata Alam Sangkima merupakan salah satu objek wisata yang terletak di TamanNasional Kutai yang memiliki kekayaan dan daya tarik yang beranekaragam sehingga prospektifuntuk pengembangan ekowisata dengan obyek yang dapat dipasarkan kepada konsumen dalam danluar negeri. Hal tersebut bisa memberikan keuntungan yang besar bagi TNK. Untuk melihatpeluang ekowisata tersebut digunakan Analisa SWOT. Tujuan dari penelitian ini adalah memberdayakan masyarakat daerah penyangga

(13)

menjaga hutan dan juga memperoleh hak dalam pemanfaatannya. Dengan demikian menciptakan keseimbangan yang positif antara tujuan komersial usaha, lingkungan yang baik dan peningkatan nilai ekonomi bagi masyarakat lokal dapat direalisasikan.

Penelitian selanjutnya dilakukan olehTatag dkk (2011) yang berjudul “Kajian potensi dan strategi pengembangan ekowisata di cagar alam Pulau Sempu Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai kondisi Pulau Sempu, menilai potensi pariwisata dan menilai strategi yang tepat untuk pengembangan ekowisata di kawasan Pulau Sempu. Penelitian ini dilakukan dengan survei metode, metode pengumpulan data meliputi data primer dan sekunder. Analisis data untuk menentukan strategi pengembangan ekowisata di kawasan Cagar Alam Pulau Sempu digunakan Analisis SWOT dan untuk menentukan keputusan terbaik dalam kriteria seleksi terhadap aspek (Ekonomi, lingkungan dan sosial) untuk mendekati proses hirarki analisis (AHP), adalah untuk menilai manfaat dari dampak positif dan pengembangan biaya dampak negatif pariwisata berdasarkan stakeholder persepsi. Hasil analisis SWOT dan AHP arahan yang dihasilkan strategi pengembangan pariwisata adalah:untuk mengevaluasi fungsi dan status kawasan.

Kondisi Umum Lokasi Penelitian.

Desa Karang Anyar terletak di Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun, Provinsi SumateraUtara. Desa Karang Anyar berjarak 10 km dari Kabupaten Simalungun, 8 km dari Kecamatan Gunung Maligas, dan 115 km dari Provinsi Sumatera Utara. Daerah ini bertopografi rendah dengan luas wilayah 284 Ha. Secara administrasi Desa Karang Anyar mempunyai batas-batas wilayah

(14)

Sebelah Utara : Kecamatan Gunung Maligas Sebelah Selatan : Pematang Siantar

Sebelah Barat : Desa Karang Sari Sebelah Timur : Desa Karang Rejo

Objek wisata Pemandian Alam Karang Anyar ini berada pada ketinggian 20–1.400 mdpl. Secara geografis kawasan wisata alam ini terletak diantara 2,36°– 3,18° LU dan 98,32°–99,35° BT. Keadaan iklim bertemperatur sedang, suhu tertinggi terdapat pada Bulan Juli dengan rata-rata 26,4°C. Rata–rata suhu udara tertinggi pertahun adalah 29,3°C dan terendah 20,6°C. Kelembapan udara rata-rata perbulan 84,2 % dengan kelembapan tertinggi terjadi pada Bulan Desember

yaitu 87,42% dengan penguapan rata-rata 3,35mm/hari (Pemerintahan Kabupaten Simalungun, 2014).

Kependudukan dan Sosial Ekonomi Masyarakat

Desa Karang Anyar memiliki jumlah penduduk sebanyak 2692 jiwa. Jumlah penduduk dengan mata pencaharian bekerja sebagai petani sebanyak 78,90 %, buruh bangunan 8,44 %, buruh tani sebanyak 3,87 %, peternak sebanyak sebanyak 0,78 %. Penggunaan lahan desa Karang Anyar mempunyai luas wilayah 284 ha. Penggunaan lahan menurut fungsinya terdiri atas penggunaan 4,47%, PNS dan pensiunan sebanyak 3,27%, dan pedangang pemukiman, sawah, ladang, kolam, tegal, kuburan, taman rekreasi dan lainnya. penggunaan lahan lebih banyak digunakan untuk sawah yaitu sebesar 204 ha (71,84 %), selebihnya untuk ladang 46 ha (16,19 %), pemukiman 18 ha (6,33 %), kolam 8 ha (2,81 %), dan untuk penggunaan lainnya 8 ha (2,81%) (Kecamatan Gunung Maligas, 2014).

(15)

Desa Karang Anyar memiliki pemandian berupa kolam yang dinamakan Pemandian Alam Karang Anyar. Air sejuk objek wisata Pemandian Alam Karang Anyar keluar dari dalam mulut gua berdiameter 5m, dan membelah Dusun VI Desa Karang Anyar. Pemandian ini dibangun pada zaman Hindia Belanda. Pemandian ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan air minum untuk warga.

Lokasi wisata ini mengalir di areal Perkebunan Laras PTPN IV Bah Jambi yang berjarak sekitar 10 km dari Pematang Siantar, berada di Nagori Karang Anyar, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun, pemandian ini relatif mudah dijangkau. Lokasi wisata ini berada di areal hutanalam seluas 10 ha. Hanya butuh sekitar 30-60 menit mengendarai sepeda motor, mobil atau

kendaraan umum agar sampai pada lokasi wisata tersebut (Kecamatan Gunung Maligas, 2014).

Objek wisata Pemandian Alam merupakan objek wisata satu-satunya yang dimiliki oleh Desa Karang Anyar. Objek wisata ini memiliki udara yang sejuk dengan airnya yang biru dalam kondisi yang tenang dan bersih. Air yang ada di sini sangat jernih dan menyejukkan karena langsung berasal dari mata air sehingga kejernihannya masih terjaga dengan baik. Air yang berasal dari mata air ini membuat tubuh akan menjadi rileks dan bugar kembali.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Darusman, selaku Tokoh Agama mengemukakan bahwa Tradisi Tari Lulo ini sah-sah saja dilakukan karena tarian ini adalah salah satu tarian khas di daerah

Berdasarkan hasil wawancara kedua ini, maka dapat diketahui bahwasannya dosen tersebut memiliki pendapat yang negatif, meskipun dosen terebut mengetahui e-learning

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kain batik yang dihasilkan dari daun mangrove dengan bahan fiksasi kapur (DY) mempunyai nilai tertinggi untuk tingkat kesukaan konsumen

dialami oleh sector bisnis perbankan sebagai bentuk dari berbagai keputusan yang dilakukan dalam berbagai bidang, seperti keputusan penyaluran kredit, penerbitan kartu kredit,

Hasil percobaan menunjukan bahwa kadar garam kotor lebih besar dibandingkan dengan kadar garam bersih, yang berarti garam hasil rekristalisasi mengandung lebih

Pada dasarnya setiap perusahaan yang didirikan mempunyai harapan bahwa di kemudian hari akan mengalami perkembangan yang pesat di dalam lingkup usaha dari

Para penentang Ahmadiyah mencoba untuk menghasut orang-orang agar menjauh dari Ahmadiyah; namun dengan karunia Allah Ta’ala, Dia telah memperkuat keimanan orang-orang yang

Menurut Sudikan (2001: 201), analisis data merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengumpulan data, khususnya dalam penelitian sastra lisan. Data dan informasi yang