• Tidak ada hasil yang ditemukan

TIM PEMBARUAN PERADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TIM PEMBARUAN PERADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

TIM PEMBARUAN PERADILAN

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

Pidato Koordinator Tim Pembaruan Mahkamah Agung RI

Dalam Pertemuan Koordinasi dengan Lembaga Donor/Mitra Kerja 27 Februari 2013

Yth. Para pimpinan Mahkamah Agung RI,

Para pimpinan lembaga donor dan projek-projek di bawahnya, Para pejabat eselon 1, 2 dan 3 di lingkungan Mahkamah Agung RI, dan Bapak-bapak dan Ibu-ibu sekalian yang berbahagia,

Assalammualaikum wr wb.

Selamat siang, salam sejahtera bagi kita semua.

Tidak terasa sudah lebih dari tujuh tahun Saya menjadi Koordinator Program Pembaruan Peradilan di Mahkamah Agung RI, semenjak pertama kali mendapatkan kepercayaan tersebut pada pertengahan tahun 2005 yang lalu. Selama periode tersebut, Saya menyaksikan interaksi dan kerja sama yang positif yang terbangun antara Mahkamah Agung dan berbagai projek donor sebagai mitra Mahkamah Agungdalam rangka mendukung upaya-upaya pembaruan peradilan di Indonesia. Tentu saja tidak semua hal berjalan persis seperti yang kita rencanakan bersama di awal, namun melalui komunikasi dua arah yang berlandaskan itikad baik, sejauh ini berbagai permasalahan yang muncul dapat kita selesaikan untuk kemajuan lembaga peradilan di Indonesia.

Pertemuan semacam ini adalah salah satu upaya untuk membangun komunikasi positif tersebut,di samping tentu saja komunikasi intens yang dilakukan antara para Mitra kerja Mahkamah Agung dengan satuan-satuan kerja terkait maupun dengan anggota Tim Pembaruan dan Tim Asistensi Pembaruan Peradilan di Mahkamah Agung RI. Selama ini

(2)

Dalam kesempatan ini, kami atas nama Mahkamah Agung mohon maaf karena tahun lalu kami tidak dapat menyelenggarakan agenda pertemuan, dikarenakan berbagai kesibukan internal. Namun demikian koordinasi erat tetap berlangsung secara bilateral antara satu projek donor dengan Tim Pembaruan Mahkamah Agung RI. Berdasarkan aspirasi yang kami tangkap, para mitra seringkali menginginkan penjelasan yang lebih rinci dan detail, namun waktu yang tersedia kurang memadai. Sejak tahun ini, kami akan menugaskan Tim Asistensi Pembaruan, pasca pertemuan ini, untuk segera melakukan pertemuan bilateral dengan masing-masing mitra kerja Mahkamah Agung untuk mendiskusikan langkah-langkah ke depan maupun mengidentifikasi berbagai hambatan dan kendala yang muncul, bila ada.

Bapak-bapak dan Ibu-ibu sekalian,

Seperti kita ketahui bersama, posisi lembaga Mahkamah Agung terkait kerja sama dengan program donor adalah murni sebagai penerima manfaat. Berbeda dengan beberapa Kementerian dan Lembaga Negara yang lain, Mahkamah Agung memutuskan untuk tidak akan menerima bantuan dalam bentuk dana tunai, namun dalam bentuk pelaksanaan program, asistensi teknis, dan aktivitas-aktivitas lain yang dampak dan manfaatnya bisa mendorong kemajuan lembaga peradilan. Karena karakteristik tersebut, maka sangat penting bagi Mahkamah Agung untuk mendapatkan informasi mengenai arahan dan agenda-agenda program para donor untuk diselaraskan dengan agenda-agenda internal yang ada di lembaga peradilan. Salah satu peran Tim Pembaruan Peradilan adalah mengkoordinasikan dan memastikan agar berbagai aktivitas tersebut berjalan dengan optimal sehingga bisa membawa manfaat yang sebesar-besarnya.

Pada tataran implementasi, Mahkamah Agung sangat perlu mendapatkan gambaran mengenai tema dan fokus projek donor dalam bentuk Dokumen Proyek (Project Document) yang umumnya disampaikan oleh lembaga donor sebelum projek tersebut melalui proses lelang untuk mendapatkan kontraktor pelaksananya. Setelah kontraktor pelaksana terpilih dan mulai bekerja, komunikasi dilakukan dalam bentuk Rencana Kerja Tahunan (Annual Work Plan) yang kita diskusikan bersama dengan para satuan kerja terkait kegiatan-kegiatan dalam program tersebut.

Keberadaan dokumen-dokumen dan komunikasi antara projek dengan Tim Pembaruan serta Satuan Kerja terkait sangat lah penting, karena merupakan basis untuk mengkoordinasikan kegiatan maupun mempersiapkan sumber daya internal dalam mendukung pelaksanaan program donor tersebut. Mahkamah Agung juga memerlukannya untuk merumuskan langkah-langkah tindak lanjut maupun antisipasi seiring dengan berakhirnya program donor tersebut nantinya, termasuk dalam penyusunan anggaran ke depannya.

(3)

Bapak-bapak dan Ibu-ibu sekalian,

Mahkamah Agung memahami bahwa setiap negara, melalui lembaga donor di bawahnya, bisa saja kemudian memiliki perubahan fokus dan agenda yang secara umum masih sejalan dengan prioritas nasional di Indonesia. Perubahan tersebut bisa saja kemudian mempengaruhi dan menimbulkan pergeseran pada projek donor yang sedang berlangsung. Kami sepenuhnya memahami dan menghormati hal tersebut. Namun alangkah elok dan elegannya jika Mahkamah Agung selaku lembaga penerima manfaat awal (original beneficiary) juga mendapatkan informasi resmi mengenai hal itu.Terutama jika perubahan dan pergeseran tersebut akan membawa dampak terhadap format maupun cakupan kerja sama yang ada, serta adanya kemungkinansecara objektif diperlukan peralihan lembaga penerima manfaat utama (main beneficiary). Secara prinsip kami kira ini senafas dengan semangat yang ada dalam Deklarasi Paris, Deklarasi Accra, maupun Komitmen Jakarta yang berupaya menyelaraskan setiap program bantuan luar negeri dengan konteks kebutuhan dan situasi yang dihadapi oleh lembaga-lembaga penerimanya.

Sebagai contoh, sejauh ini kami menerima informasi bahwa terdapat pergeseran fokus maupun perluasan cakupan dari beberapa projek donor. Misalnya perubahan atau penitik-beratan fokus dari Peningkatan Akses Terhadap Informasi dan Layanan Hukum Berkualitasmenjadi upaya Mewujudkan Hak terkait Identitas Hukumatau pun juga adanya penambahan tema bantuan terkait dengan Keanekaragaman Hayati (biodiversity). Sejauh ini Mahkamah Agung belum menerima pemberitahuan resmi mengenai pergeseran maupun penambahan tema dan komponen kegiatan tersebut. Dilain pihak ada pula projek donor yang awalnya tidak menempatkan lembaga peradilan sebagai penerima manfaat, tiba-tiba kemudian berencana melibatkan Mahkamah Agung. Mahkamah Agung tentu saja berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan, namun kiranya bisa dipahami bahwa sebagai sebuah lembaga negara Mahkamah Agung juga terikat dengan aturan-aturan yang terkait pengelolaan hibah luar negeri.Secara informal Mahkamah Agung memang telah melakukan berbagai langkah persiapan terkait perubahan tersebut, namun tentunya sulit bagi Mahkamah Agung untuk melangkah lebih jauh tanpa adanya pemberitahuan secara resmi dari lembaga maupun projek donor yang terkait.

Bapak-bapak dan Ibu-ibu sekalian,

Sebagai tindak lanjut dari penetapan Cetak Biru Mahkamah Agung RI, setiap tahunnya Tim Pembaruan Peradilan memfasilitasi para satuan kerja yang ada untuk merumuskan agenda-agenda prioritas dalam dua tahun ke depan. Kendati rangkaian prioritas tersebut telah tercermin dalam Cetak Biru maupun Rencana Strategis Lima Tahunan Mahkamah Agung,

(4)

tahunan untuk menyesuaikan dengan siklus penganggaran negara yang sudah mulai dibahas satu tahun sebelumnya.

Selama ini Desain Projek maupun Rencana Kerja Tahunan program donor turut menjadi basis mengenai agenda-agenda yang akan dilakukan ke depannya. Karena itu kiranya bisa dipahami bahwa pergeseran fokus maupun perluasan cakupan projek donor akan membawa implikasi langsung terhadap perencanaan agenda-agenda pembaruan yang ada. Tim Pembaruan Peradilan melihat bahwa isu penyelarasan agenda pembaruan antara prioritas Mahkamah Agung dengan fokus maupun tema dari setiap projek donor memerlukan pembicaraan yang intens antara kedua belah pihak. Pertimbangan tersebut turut menjadi landasan dari penugasan Tim Asistensi Pembaruan untuk berkeliling kepada program donor untuk mendiskusikan upaya-upaya penyelarasan yang perlu dilakukan. Secara umum, saat ini lembaga peradilan masih terus berjuang untuk meningkatkan kemampuan operasional dan pelayanan publiknya. Mahkamah Agung masih akan memfokuskan berbagai upayanya untuk mendorong perbaikan-perbaikan di sektor tersebut.

Bapak-bapak dan Ibu-ibu sekalian,

Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, selaku lembaga negara Mahkamah Agung juga tunduk pada kerangka aturan sebagaimana tertuang dalam UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara dan peraturan-peraturan turunannya seperti Peraturan Pemerintah No. 10/2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri Dan Penerimaan Hibah, Peraturan Menteri Keuangan No. 191/2011 tentang Mekanisme Pengelolaan Hibah, serta Peraturan Dirjen Perbendaharaan Negara No. 81/2011 tentang Tata Cara Pengesahan Hibah Langsung. Mahkamah Agung juga telah memiliki Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung No. 143/2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Mahkamah Agung RI dengan Pemberi Hibah Luar Negeri.

Tim Pembaruan Mahkamah Agung menerima beberapa masukan mengenai kompleksitas prosedural yang muncul dalam rangka memenuhi Surat Keputusan Ketua MA No. 143/2010 tersebut. Perlu dipahami bahwa peraturan tersebut muncul sebagai upaya Mahkamah Agung untuk memperbaiki pencatatan hibah luar negeri, mengingat masalah pencatatan hibah luar negeri ini secara terus menerus menjadi catatan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap Laporan Keuangan Mahkamah Agung RI. Catatan tersebut turut berkontribusi terhadap belum berhasilnya Mahkamah Agung memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas laporan keuangannya. Tentu sangat ironi kiranya, jika dukungan donor untuk program pembaruan peradilan ternyata justru menjadi salah satu penyebab belum berhasilnya Mahkamah Agung melakukan perbaikan dan penyempurnaan di bidang tata kelola keuangan. Mahkamah Agung senantiasa terbuka terhadap segenap masukan untuk menyempurnakan peraturan tersebut, sepanjang tetap memenuhi

(5)

kewajiban pencatatan hibah luar negeri sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Bapak-bapak dan Ibu-ibu sekalian,

Bulan ini adalah bulan terakhir Saya berkarya sebagai hakim di lembaga peradilan Indonesia. Pada kesempatan ini, ijinkan saya untuk berpamitan kepada segenap anggota Tim Pembaruan Peradilan maupun para mitra kerja internasional yang selama ini telah membantu Mahkamah Agung. Tak ada gading yang tak retak. Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya mana kala ada hal-hal yang kurang berkenan sepanjang tujuh tahun lebih menjadi Koordinator Tim Pembaruan Peradilan. Saya sangat berharap bahwa komunikasi dan kerja sama yang telah terjalin akan terus berlangsung dengan baik, siapa pun pengganti Saya nantinya.

Terima kasih atas perhatian dan kerja samanya. Selamat Siang.

Referensi

Dokumen terkait

menunjukkan keragaan komponen hasil bobot biji/ malai terbaik, sedangkan produksi biomassa terbaik ditunjukkan oleh varietas Keller dan Wray; kombinasi penggunaan bahan organik

Sekolah biasa mengklasifikasikan siswa ke dalam suatu ruangan belajar yang berbeda-beda dengan harapan agar proses instruksional yang terjadi dapat berjalan dengan baik

Metode analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada periode tertentu yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya pada laporan

VoIP adalah teknologi yang memungkinkan percakapan suara jarak jauh melalui media internet dalam proses komunikasinya suara diubah menjadi kode digital dan

S = faktor kecuraman lereng yaitu nisbah antara besarnya erosi yang terjadi dari suatu tanah dengan kecuraman lereng tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah dengan lereng 9 %

[r]

Aspek penelitian yang digunakan yaitu penentuan sasaran program kemitraan, mekanisme penyaluran program kemitraan, kesiapan organisasi peyelenggara program kemitraan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peralihan risiko dalam jual beli yang terdapat dalam Pasal 1460-1462 KUH Perdata terasa tidak adil karena dalam pasal-pasal tersebut