• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERISTIWA PERLAWANAN PETA DI BAWAH PIMPINAN SYUDANCO SUPRIADI TERHADAP FASISME JEPANG 14 FEBRUARI 1945

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERISTIWA PERLAWANAN PETA DI BAWAH PIMPINAN SYUDANCO SUPRIADI TERHADAP FASISME JEPANG 14 FEBRUARI 1945"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

USULAN PENELITIAN

PERISTIWA PERLAWANAN PETA DI BAWAH PIMPINAN

SYUDANCO SUPRIADI TERHADAP FASISME JEPANG

14 FEBRUARI 1945

PENGUSUL Alex Anis Ahmad, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA

(2)
(3)

i

Daftar Isi ... i

BAB I. Pendahuluan A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Maslah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Kegunaan Penelitian... 4

BAB II. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran A. Tinjauan Pustaka ... 5

B. Kerangka Pemikiran ... 13

BAB III.Objek dan Metode Penelitian A. Objek Penelitian ... 14

B. Metode Penelitian... 15

C. Jadwal Pelaksanaan ... 16

Daftar Pustaka ... 17 Lampiran-Lampiran

(4)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tradisi penulisan sejarah di Indonesia pun mengalami perkembangan sesuai dengan jiwa jamannya. Paling tidak, perkembangan historiografi di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga bagian (Kartodirdjo, 1982), yaitu historiografi tradisional, historiografi kolonial, dan historiografi modern. Kemudian pada masa sekarang ini juga berkembang berbagai visi baru dalam penulisan sejarah khususnya menyangkut masalah pendekatan dan metodologi. Pada masa perkembangan historiografi tradisional, yaitu corak penulisan sejarah yang banyak ditulis oleh para pujangga kraton, karya-karya mereka bertujuan untuk melegitimasi kedudukan raja. Dengan demikian, historiografi pada masa ini mempunyai ciri-ciri magis, religius, bersifat sakral, menekankan kultus, dewa raja dan mitologi, bersifat anakronisme, etnosentrisme, dan berfungsi sosial psikologis untuk memberi kohesi pada suatu masyarakat tentang kebenaran-kebenaran kedudukan suatu dinasti.

Historiografi modern, merupakan suatu periode perkembangan baru dalam historiografi Indonesia. Diawali dengan munculnya karya Husein Djajadiningrat, Critische Beschouwingen van de Sejarah Banten, kemudian karyakarya sejarah sejarah selanjutnya banyak dipengaruhi oleh karya ini, yaitu dengan dipergunakannya aspek pendekatan ilmu lain untuk melengkapi atau menulis suatu karya sejarah. Selanjutnya muncul corak penulisan sejarah yang

(5)

nasionalistis, yang oleh Sartono Kartodirdjo dikatakan bahwa secara umum karya-karya penulisan sejarah periode ini (post revolution) merupakan ekspresi dari semangat nasionalistis yang berkobar-kobar dalam menentang bangsa asing.

Suasana gelap gulita meliputi peralihan antara malam tanggal 13 dan dini hari tanggal 14 pebruari 1945 di Kota Blitar. Suasana gelap gulita itu juga menyelangi ksatrian (asrama) da’i dan Tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang terletak di pinggiran kota sebelah timur pada jalan raya menuju ke Kota Malang.

Di pekarangan tengah kompleks ksatrian telah bersikap dua orang

Gijuhai (prajurit sukarela) masing-masing menghadapi sepucuk mortar yang

telah terpasang tertuju ke barat. Seorang Bundanco, menerima perintah dariseorang Sjodanco lalu mendekati kedua prajurit itu masing-masing menggenggam sebuah peluru dan menyiapkannya pada mulut senjatanya, hening seketika. Sesaat kemudian Bundanco itu membekikan aba: “Utet!

(tembak)” dan meledaklah dua dentuman yang merobek-robek kesunyian pagi

buta tangal 14 Februari 1945.

Sjodanco yang memerintahkan penembakan adalah Soeptijadi,

komandan dari I sjodan dari pada da’i III Tjudan. Bundanco yang mengeluarkan aba-aba tertembak adalah almarhum Spedarmo, sedangkan kedua prajurit itu adalah Katam dan Toekiman. Sedangkan tambahan mortar yang kemudian di susul oleh tembakan-tembakan lain sehingga genap

(6)

3

berjumlah 8 (delapan) tembakan adalah nada dimulailah pemberontakan tentara PETA di Blitar, hanya setengah tahun sebelum proklamasi 17 agustus 1945.

Pemerintah telah mengakui para pelaku pemberontakan itu sebagai perintis kemerdekaan sesuai dengan peraturan presiden Nomor 5 tahun 1945 yang menandakan betapa pentingnya kedudukan peristiwa itu di dalam sejarah perjuangan nasional kita.

B. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih terfokus pada variabel yang telah penulis buat, maka perlu dirumuskan dalam susunan kalimat tanya dalam bentuk rumusan masalah sebagai berikut:

1. Mengapa Syodanco Supriyadi melakukan perlawanan terhadap Tentara Jepang?

2. Bagaimanakah proses terjadinya perlawanan PETA di bawah pimpinan Syodanco Supriyadi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan kehendak atau keinginan yang dilakukan untuk mencapai sasaran tertentu. Dalam hal ini tujuan yang ingin dicapai adalah: 1. Untuk mengetahui mengapa Syodanco Supriyadi melakukan perlawanan

terhadap tentara Jepang.

2. Untuk mengetahui proses terjadinya perlawanan PETA di bawah pimpinan

(7)

D. Kegunaan Penelitian

Gambaran cerita ini diharapkan dapat memberikan pelajaran yang koheren dan penuh makna bagi Rakyat Indonesia umumnya dan khususnya bagi para pelajar, bahwa betapa beraninya para Pemuda Indonesia dalam melawan Penjajah (Jepang). Oleh karena itu, kita yang hidup di jaman kemerdekaan perlu berperang dalam bentuk lain diera sekarang ini secara non-fisik. Misalnya berperang dalam memerangi kemiskinan, keterbelakangan, penyelewengan, eksploitasi manusia dan sebagainya.

(8)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Asal-usul Kata Sejarah

Istilah sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata syajara dan

syajarah. Syajara berarti terjadi dan syajarah berarti pohon yang kemudian

diartikan silsilah. Syajarah dalam arti silsilah berkaitan dengan babad, tarikh, mitos, dan legenda. Istilah syajarah diserap oleh bahasa-bahasa lain menjadi historia (Latin), history (Inggris), histoire (Perancis), geschiedenis (Belanda), dan lain-lain. Kata syajarah yang telah berubah menjadi sejarah masuk ke dalam perbendaharaan bahasa Indonesia melalui bahasa Melayu.

2. Pengertian Sejarah

Arti harfiah syajarah melahirkan sejarah dalam pengertian sempit, yaitu silsilah, asal-usul atau riwayat. Pada awal perkembangan pengetahuan, sejarah dalam pengertian sempit itulah yang dipahami secara umum oleh masyarakat. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pengertian sejarah pun mengalami perkembangan. Berdasarkan bentuk dan sifatnya, sejarah terbagi atas dua pengertian, yaitu :

a. Sejarah Sebagai Peristiwa

Sejarah sebagai peristiwa adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau, dalam arti peristiwa sebagaimana terjadinya. Dengan kata lain, sejarah sebagai peristiwa adalah proses sejarah dalam aktualitasnya (history as past actuality atau histoire-realité). Hal itu berarti sejarah

(9)

sebagaimana terjadinya.

b. Sejarah Sebagai Kisah

Sejarah sebagai kisah adalah sejarah sebagaimana dikisahkan secara tertulis (history as written/histoire recité) berdasarkan hasil penelitian. Dengan kata lain, sejarah sebagai kisah adalah rekonstruksi peristiwa sejarah berdasarkan fakta sejarah. Peristiwa sejarah yang dimaksud terutama peristiwa-peristiwa penting yang menyangkut kehidupan manusia secara umum.

Proses rekonstruksi sejarah tentu terkait dengan subyek, yaitu sejarawan. Dalam proses rekonstruksi itu sejarawan melakukan kritik sumber, seleksi dan interpretasi data (cakupan metode sejarah) dan analisis permasalahan. Dalam menganalisa suatu peristiwa, sejarawan tentu memiliki pemikiran atau pandangan, baik berlandaskan suatu teori ataupun tidak.

Oleh karena itu, sejarah sebagai kisah cenderung bersifat subyektif. Namun sifat subyektif itu harus menujukkan subyektif-rasional, dalam arti subyektif itu dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya, sesuai dengan kaidah dan etika ilmiah. Proses sejarah sebagai peristiwa menjadi sejarah sebagai kisah itulah yang melahirkan ilmu sejarah.

3. Ciri-ciri Sejarah Sebagai Ilmu

Sejarah sebagai ilmu ditunjukkan oleh unsur-unsur yang merupakan ciri-ciri keilmuannya, yaitu;

(10)

7

a. Bersendi Pada Pengetahuan

Syarat utama ilmu adalah bersendi pada pengetahuan. Tidak mungkin ada ilmu tanpa pengetahuan. Berarti pengetahuan adalah ciri pertama yang menjadi landasan ilmu untuk mencari keterangan atau penjelasan lebih lanjut tentang sesuatu. Suatu pengetahuan menjadi ilmu harus memiliki syarat-syarat yang mencakup subyek, obyek, dan hubungan subyek dengan obyek.

- Subyek adalah orang yang disengaja ataupun tidak mengetahui sesuatu (peristiwa).

- Obyek adalah sesuatu (peristiwa) yang diketahui oleh subyek.

- Hubungan subyek dengan obyek itulah yang menyebabkan suatu obyek menjadi pengetahuan.

Pengetahuan yang menjadi landasan ilmu sejarah sudah tentu peristiwa, sejarah sebagai obyek, yang diketahui oleh sejarawan sebagai subyek. Sejarawan tidak mungkin dapat merekonstruksi sejarah tanpa mengetahui dan memahami suatu peristiwa sejarah dan permasalahannya.

Peristiwa sejarah berisi pengalaman manusia di masa lampau. Dengan demikian, ilmu sejarah termasuk ilmu empiris (Yunani: empeiria berarti pengalaman), karena sejarah berlandaskan pengalaman manusia di masa lampau yang menjadi pengetahuan sejarawan. Pengalaman itu direkam dalam dokumen. Dokumen itulah yang diteliti oleh sejarawan.

(11)

Metode adalah salah satu unsur yang harus dimiliki oleh ilmu. Proses rekonstruksi sejarah, mulai heuristik (mencari dan menemukan sumber), kritik sumber, interpretasi data sampai dengan penulisan hasil penelitian (historiografi), harus berdasarkan metode, khususnya metode sejarah. Dengan metode itu, rekonstruksi sejarah akan menghasilkan tulisan sejarah ilmiah.

Penulisan sejarah tanpa dilandasi oleh metode sejarah hanya akan menghasilkan tulisan populer. Uraiannya hanya bersifat deskriptif-naratif dan tidak menunjukkan ciri-ciri karya ilmiah sejarah.

c. Sistematis

Dengan landasan metode, sejarah sebagai kisah ditulis secara sistematis. Hubungan antar bab dan hubungan antar subbab pada setiap bab disusun secara kronologis, sehingga uraian secara keseluruhan bersifat diakronis (memanjang menurut alur waktu). Uraian sistematis akan menunjukkan hubungan antara satu fakta dengan fakta lain yang bersifat kausalitas (hubungan sebab-akibat), karena sejarah merupakan suatu proses. Hal itu berarti kausalitas adalah hukum sejarah.

d. Pendekatan Ilmiah

Sejarah sebagai ilmu juga memiliki teori, yaitu teori sejarah. Selain menggunakan metode dan teori sejarah, penulisan sejarah ilmiah dituntut untuk menggunakan pendekatan multidimensional (interdisipliner), yaitu penerapan konsep dan teori ilmu-ilmu sosial (antropologi, sosiologi, ekonomi, politik, dll.) yang relevan dengan

(12)

9

masalah sejarah yang dibahas. Pendekatan ilmiah itu perlu dilakukan, karena tulisan sejarah ilmiah harus bersifat deskriptif-analisis. Teori digunakan untuk mempertajam daya analisis, sehingga diperoleh eksplanasi (kejelasan) mengenai berbagai hal, termasuk makna peristiwa. 4. Karakteristik Sejarah

Selain memiliki ciri-ciri sebagai ilmu, sejarah (sebagai kisah) juga memiliki karakter tersendiri. Karakteristik sejarah yang paling mendasar adalah:

a. Sifat Peristiwa

Sifat peristiwa sejarah menyangkut hakekat dan makna peristiwa serta keunikan peristiwa.

1) Hakekat dan Makna Peristiwa

Seperti telah disebutkan, obyek sejarah sebagai ilmu adalah peristiwa. Akan tetapi, tidak segala peristiwa termasuk ke dalam lingkup sejarah (sebagai kisah). Peristiwa yang menjadi obyek kajian ilmu sejarah hanya peristiwa yang menyangkut kehidupan manusia secara langsung, dan memiliki signifikansi (arti/makna penting) serta besar pengaruhnya terhadap kehidupan manusia secara luas.

Hal itu berarti, sejarah adalah ilmu tentang manusia, tepatnya ilmu tentang pengalaman dan kiprah manusia di masa lampau.

2) Keunikan Peristiwa

Selain hakekat dan makna peristiwa, studi sejarah juga ditujukan pada keunikan peristiwa. Keunikan itu mungkin menyangkut individu, isnstitusi, situasi, bahkan mungkin juga ide. Keunikan unsur-unsur peristiwa itu menjadi bahan pertanyaan, mengapa? (why?). Oleh karena

(13)

penelitian sejarah.

b. Perspektif Waktu

Penelitian dan penulisan sejarah mengacu pada periodisasi (pembabakan waktu). Peristiwa yang dikaji harus jelas ruang-lingkup temporalnya.

c. Sifat Fakta

Penulisan sejarah harus berdasarkan fakta. Fakta sejarah adalah hasil seleksi atas sifat fakta (kuat atau lemah). Berarti tidak setiap fakta adalah fakta sejarah.

5. Fungsi Sejarah a. Fungsi Umum

Fungsi umum sejarah adalah sebagai sumber pengetahuan. Sejarah (sebagai kisah) merupakan media untuk mengetahui masa lampau, yaitu mengetahui peristiwa-peristiwa penting dengan berbagai pemasalahannya. Peristiwa-peristiwa yang menjadi obyek sejarah syarat dengan pengalaman penting manusia yang penting artinya sebagai pelajaran. Atas dasar itulah lahirnya motto atau slogan mengenai sejarah, seperti "Sejarah adalah obor kebenaran", "Sejarah pedoman untuk membangun masa depan", "Belajarlah dari sejarah", dll. Bung Karno berpesan "Jangan sekali-kali melupakan sejarah" ("JASMERAH").

b. Fungsi Khusus

Dalam fungsi umum itu terkandung fungsi khusus sejarah, yaitu fungsi sejarah secara lebih luas. Fungsi khusus sejarah terbagi atas fungsi intrinsik (fungsi hakiki, fungsi yang melekat pada dirinya) dan fungsi ekstrinsik (fungsi ke luar dirinya).

(14)

11

1) Fungsi Intrinsik

Ada beberapa fungsi intrinsik sejarah. Akan tetapi, fungsi intrinsik sejarah yang paling utama adalah sebagai media untuk mengetahui masa lampau dan sebagai ilmu.

2) Fungsi Ekstrinsik

Sama halnya dengan ilmu-ilmu lain, sejarah sebagai ilmu memiliki fungsi ekstrinsik. Fungsi sejarah yang penting untuk dipahami adalah fungsi edukatif. Fungsi edukatif sejarah mencakup : pendidikan nalar (penalaran), pendidikan moral, kebijakan/kebijaksanaan, pendidikan politik, perubahan, pendidikan masa depan, sebagai ilmu bantu.

a) Pendidikan nalar (penalaran)

Mempelajari sejarah secara kritis, atau menulis sejarah secara ilmiah, akan mendorong meningkatkan daya nalar orang yang bersangkutan. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: Pertama, sejarah sebagai ilmu menjelaskan latar belakang terjadinya suatu peristiwa. Ternyata penyebab terjadinya suatu peristiwa tidak hanya satu faktor, melainkan beberapa faktor yang saling berkaitan (kekuatan sejarah).

Kedua, sejarah sangat memperhatikan waktu (kronologis-diakronis). Berarti sejarah mendidik kita memiliki daya nalar untuk memperhatikan waktu dalam menjalani kehidupan (wal ashri). Ketiga, sejarah harus ditulis berdasarkan fakta. Akan tetapi tidak setiap sumber memuat fakta, dan tidak setiap fakta adalah fakta sejarah.

(15)

dilandasi oleh sikap kritis. b) Pendidikan moral

Sejarah syarat dengan pendidikan moral, karena sejarah mengungkap peristiwa yang pada dasarnya memuat dua sifat, yaitu baik dan buruk, benar dan salah, berhak dan tidak berhak, cinta dan benci, dan lain-lain.

c) Pendidikan kebijakan/kebijaksanaan

Peristiwa atau masalah tertentu, baik secara tersurat maupun tersirat menunjukkan adanya kebijakan atau kebijaksanaan. Kebijakan/kebijaksanaan di masa lampau sangat mungkin dapat dijadikan bahan acuan dalam menghadapi kehidupan di masa kini. Berarti sejarah memiliki fungsi pragmatis.

d) Pendidikan politik

Sejarah mengandung pendidikan politik, karena peristiwa tertentu menyangkut tindakan politik atau kegiatan bersifat politik. e) Pendidikan mengenai perubahan

Sejarah adalah proses yang menyangkut perubahan. Pada dasarnya kehidupan manusia terus berubah, walaupun kadar perubahan dari waktu ke waktu tidak sama. Perubahan itu terjadi karena disengaja atau tidak disengaja.

f) Pendidikan mengenai masa depan

Dengan mempelajari sejarah secara baik dilandasi oleh sikap kritis, akan dapat memprediksi, bagaimana kira-kira kehidupan di masa depan. ("Sejarah pedoman untuk membangun masa depan").

(16)

13

g) Sejarah sebagai ilmu bantu

Fungsi edukatif sejarah juga ditunjukkan oleh sejarah sebagai ilmu bantu. Sejarah sebagai pengetahuan dan ilmu dapat membantu menjelaskan permasalahan yang dikaji oleh ilmu-ilmu lain (antropologi, sosiologi, ekonomi, politik, hukum, dll.).

B. Kerangka Pemikiran Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Peristiwa Sejarah Pelaku Masyarakat Dokumentasi

Masyarakat Saat ini

(17)

14

A. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penulis mencoba menggambarkan secara rinci kejadian dan peristiwa yang terjadi dari berbagai sumber untuk menggambarkan bagimana proses terjadinya perlawanan PETA dan tujuan Syodanco Supriyadi melakukan perlawanan terhadap Jepang.

2. Variabel Penelitian

Adapun variabel dari penelitian ini adalah: a. Tujuan Perlawanan Syodanco Supriyadi. b. Proses Perlawanan PETA.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Studi Literarur

Studi Literatur digunakan terutama untuk memperoleh teori-teori dan konsep yang diperlukan untuk menunjang penelitian. Dengan studi literatur diharapkan dapat meperlancar penelitian. Cara yang ditempuh dalam studi literatur ini dengan mempelajari buku, dan dokumen yang ada hubungannya dengan permasalahan yang akan ditemukan.

(18)

15

b. Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, sketsa. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, dan film. c. Wawancara

Merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berkomunikasi secara verbal dengan objek penelitian atau responden. Cara ini diharapkan timbul saing silang pendapat yang kondusif, dapat member masukan-masukan pendapat yang dianggap kurang lengkap, menyimpang, atau bahkann terlalu melebih-lebihkan keterangan.

B. Jadwal Pelaksanaan

Tabel 3.1

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

No Kegiatan Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Penyusunan proposal Pelaksanaan Penelitian 2 Pembentukan Team Work 3 Pengumpulan data

4 Pengolahan

5 Penyusunan Laporan 6 Penggandaan

(19)

a. Honorarium Pelaksana Program

No. Uraian Jml Satuan Biaya Satuan Jumlah Rp

1 Ketua Peneliti

2 Jam/hari (2 bulan) 1 orang 100,000 1,200,000

2 Aisten Lapangan 2 orang 150,000 300,000

Total Anggaran 1,500,000

b. Peralatan Penelitian dan Bahan Habis Pakai

No. Uraian Jml Satuan Harga/ Unit Jumlah Rp

1 Kertas/Note Book (untuk lapangan)

7 buah 5,000 35,000

2 Bolpoint 7 buah 3,500 24,500

3 Papan Alas 7 lembar 7,500 52,500

4 Kertas HVS 80 mg A4 6 rim 40,000 240,000

5

Fotokopi Administrasi Kegiatan, instrument, Penyusunan dan penggandaan laporan dll.

1 set 1,000,000 1.000,000

6 Total Anggaran 1,352,,000

d. Perjalanan

No. Uraian Jml Satuan Harga/ Unit Jumlah Rp

1 Honor Pembantu lapangan (Surveyor) 5 x lapangan 5 orang 100,000 500,000 2 Transportasi Survey (5 X Survey) 5 orang 100,000 500,000 3 Konsumsi Surveyor (5 X Survey) @ 2x/hari 5 orang 50,000 250,000 Total Anggaran 1,250,000 e. Lain-lain

No. Uraian Jml Satuan Harga/ Unit Jumlah Rp

1 Dokumentasi 1 set 500,000 500,000

2 Publikasi 1 set 500,000 500,000

3 Total Anggaran 1,000,000

(20)

DAFTAR PUSTAKA

A.G.Pringgoigdo.(1952) Tata Negara di jawa pada waktu pendudukan jepang.yayasan Fonds UN, Gadjah Mada: Jogiakarta.

Badan Pemurnian Sejarah Indonesia – Minangkabau. (1950). Sejarah Perjuangan

Kemerdekaan Republik Indonesia di Minangkabau 1945 – 1950, Jilid I.

BPSIM: Jakarta.

Benda, Harry J. (1982). Terjemahan Daniel Dhakidae, Bulan Sabit dan Matahari

Terbit, Islam Indonesia Pada Masa Pendudukan Jepang. Pustaka Jaya:

Jakarta.

Dinas Sejarah Militer TNI-AD. (1972). Cuplikan Sejarah Perjuangan TNI-AD,

Dinas Sejarah Militer TNI-AD. Fa. Mahjuma : Bandung-Jakarta.

Djen Amar.(1963) Bandung lautan api. Dhewantara.tp.,t. tp.

Depdikud.(1978). Sejarah daerah jawa barat . PDK:Jakarta.

Moh, Ali.(1972). Sejarah jawa barat, Suatu Tanggapan Daerah Jawa Barat.

Margono.(1971). Ichtisar Sejarah Nasional (1908-1945). Dephankam. Pendidikan dan Kebudayan. Balai Pusaka: Jakarta.

Nasution, A. H. (1980). Pokok-pokok Gerilya dan Pertahanan Republik

Indonesia di Masa Lalu dan yang akan Datang. Angkasa : Bandung.

Simpay Siliwangi. Amanda Belanda Dibantai Jepang di laut Jawa, Simpay Siliwangi, NO 50/1995.

(21)

1. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Alex Anis Ahmad, M.Pd.

b. NIP : 4112287065

c. Tempat dan Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 25 Oktober 1958

d. Jenis Klamin : Laki-laki

e. Bidang Keahlian : Sejarah

f. Jurusan/Fakultas : Program Studi Sejarah/FKIP

g. Alamat Rumah : Jl. Sutisna Senjaya No. 115 Kota Tasikmalaya h. Nomor Telepon/Faks/ HP : 085223415540

2. Pendidikan

Jenjang Perguruan Tinggi Kota/Negara Tahun Lulus Bidang Studi

S1 Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung 1984 Sejarah S2 Universitas Siliwangi Tasikmalaya 2000 PKLH S3 - - - - Tasikmalaya, Mei 2014 Pengusul, ttd

Alex Anis Ahmad, M.Pd.

NIK. 4112287065

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan penurunan vigor benih dapat diatasi dengan peningkatan kerapatan benih untuk meningkatkan jumlah kecambah normal kuat yang akan digunakan untuk kegiatan

Lita Feriyawati: Anatomi Sistem Saraf dan Peranannya Dalam Regulasi Kontraksi Otot Rangka, 2005. USU

a) Dimensi variabel yang memiliki pengaruh serta hubungan yang paling kuat terhadap penyelesaian studi mahasiswa adalah Faktor Psikologis Mahasiswa dengan nilai korelasi

Melalui hasil analisis, ditemukan kategori dominan yaitu kriteria desain dan sifat yang membuat museum menjadi ideal di mata responden.. Kata-kunci : museum ideal, minat,

Ketua Tim Penyusun Panduan Praktik Klinis terkait dengan format teknik penulisan panduan yang sudah disepakati setelah adanya pelatihan , diantaranya adalah : Pengertian yang

Metode aktif yaitu metode geolistrik dimana sumber arus listrik yang digunakan dialirkan ke dalam tanah atau batuan di bawah permukaan bumi, kemudian efek

suatu karya ilmiah yang dituangkan dalam bentuk jurnal dengan judul“ Pengaruh Due Professional Care, Kompleksitas Tugas dan Good Governance Terhadap Kinerja Auditor Pada