• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN DI WILAYAH PERKOTAAN TANJUNG REDEB, KABUPATEN BERAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN DI WILAYAH PERKOTAAN TANJUNG REDEB, KABUPATEN BERAU"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.1 – 2016 ISSN 1978 - 5658

PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN

DI WILAYAH PERKOTAAN TANJUNG REDEB,

KABUPATEN BERAU

Jatmiko Budi Antoro

1

, Ludfi Djakfar

2

, Achmad Wicaksono

2 1

Mahasiswa/Program Magister/Jurusan Teknik Sipil/Fakultas Teknik

Universitas Brawijaya

2

Dosen / Jurusan Teknik Sipil / Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Jl. MT Haryono 167, Malang 65145, Indonesia

Korespondensi : jatmikobudiantoro88@gmail.com

ABSTRAK

Dengan bertambahnya umur jalan dan jalan secara terus menerus mengalami tegangan-tegangan akibat beban lalu lintas yang dipikul dari kondisi awal desain perkerasan jalan tersebut, maka kemampuan layanan jalan akan semakin menurun. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengidentifikasi kerusakan jalan saat ini di wilayah perkotaan Tanjung Redeb. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi jalan dan penetuan prioritas pemeliharaan jalan kabupaten di wilayah perkotaan Tanjung Redeb.Penelitian ini menggunakan metode Pavement Condition Index (PCI) yang digunakan untuk mengetahui kondisi jalan dan metodeAnalytical Hierarchy Process untuk menentukan urutan prirotas pemeliharaan jalan. Hasil penelitian menemukan 7 jenis kerusakan yaitu retak memanjang & melintang, retak kulit buaya, pelapukan dan butiran lepas, tambalan, sungkur, kegemukan serta lubang. Dari 9 ruas jalan yang diteliti, diperoleh bahwa jalan Pangeran Antasari mengalami kerusakan paling besar dengan nilai PCI sebesar 50,20. Untuk penentuan kriteria pemeliharaan jalan dengan metode AHP menghasilkan kriteria kondisi jalan sebagai kriteria tertinggi dengan bobot 0,4213. Dari penilaian masing-masing kriteria terhadap 9 ruas jalan didapatkan bahwa ruas jalan Diponegoro menjadi prioritas pertama dengan bobot 0,8596.

Kata kunci: AHP,Kondisi Jalan, PCI, Urutan Prioritas Pemeliharaan.

1. PENDAHULUAN

Bertambahnya umur jalan dan jalan secara terus menerus mengalami tegangan-tegangan akibat beban lalu lintas yang dipikul dari kondisi awal desain perkerasan jalan tersebut, maka kemampuan layanan jalan akan semakin menurun. Selain itu, penyebab lain yang mempercepat kerusakan jalan adalah temperatur, cuaca, kadar air, serta mutu awal produk jalan yang buruk.

Program pemeliharaan jalan sampai saat ini terus dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Berau, namun pemeliharaan jalan bukanlah pekerjaan yang mudah karena adanya keterbatasan dalam hal pendanaan yang mampu disediakan oleh Pemerintah Daerah.

Permasalahan lain adalah dominannya para pengambil kebijakan dalam menetapkan kegiatan pemeliharaan jalan tanpa didasari penilaian objektif yang terkadang membuat

tidak tepat sasaran karena dalam menentukan ruas-ruas jalan yang akan mendapat kegiatan pemeliharaan jalan tidak bedasarkan prioritas.

Diperlukan penelitian untuk mengidentifikasi kerusakan jalan saat ini dengan melakukan penilaian kondisi jalan secara kuantitatif dengan melakukan survei secara visual kemudian menganalisis berdasarkan jenis kerusakan dan tingkat keparahannya. Hasil dari penilaian kondisi jalan ini digunakan sebagai pendukung dalam melakukan penentuan prioritas kegiatan pemeliharaan jalan di Kota Tanjung Redeb. Adapun tujuan kajian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kondisi jalan kabupaten di wilayah perkotaan Tanjung Redeb saat ini.

2. Untuk mengetahui urutan prioritas kriteria yang digunakan dalam penentuan

(2)

2

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.1 – 2016 ISSN 1978 - 5658

pemeliharaan jalan kabupaten di wilayah perkotaan Tanjung Redeb.

3. Untuk mengetahui urutan prioritas pemeliharaan jalan kabupaten di wilayah perkotaan Tanjung Redeb.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penilaian Kondisi Jalan Metode PCI Hardiyatmo (2007) menyatakan

Pavement Condition Index (PCI) adalah

tingkatan dari kondisi permukaan perkerasan dan ukuran yang ditinjau dari fungsi daya guna yang mengacu pada kondisi dan kerusakan di permukaan perkerasan yang terjadi. Studi sebelumnya yang telah menerapkan metode ini untuk menilai kondisi jalan adalah Djakfar (1999), Thube, Jain, dan Parida (2007), Irzami (2010), Wibowo (2011), Zaltoum (2011).

Menurut Shahin (1994)Tingkat kerusakan yang digunakan dalam perhitungan PCI adalah

high severity level (H), medium severity level (M), low severity level (L), ,

Nilai PCI diketahui dengan rumus

CDV

s

PCI

(

)

100

dimana:

PCI(s) = PCI untuk tiap unit

CDV = CDV untuk tiap unit

Pembagian nilai kondisi perkerasan lentur yang terdapat pada ASTM D6433 (2007) dapat dilihat Gambar 1.

Gambar 1. Indeks dan kondisi perkerasan jalan 2.2 AHP

Metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu metode dalam pemilihan alternatif-alternatif dengan melakukan penilaian komparatif berpasangan sederhana yang digunakan untuk mengembangkan prioritas-prioritas secara keseluruhan berdasarkan rangking. Studi

sebelumnya telah menggunakan metode ini untuk menentukan prioritas pemeliharaan jalan, adalah Jany (2008), Farhan dan Fwa (2009), Putri (2011), Moazami, Muniandy, dan Hamid (2011), Schutte dan Brits (2012).

3. METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

 Menganalisis kondisi permukaan jalan dengan metode PCI.

 Melakukan survei persepsi kepentingan dengan metode AHP.

 Melakukan penilaian ruas jalan terhadap setiap kriteria.

 Menentukan alternatif terpilih hasil perkalian dari pembobotan kriteria dari responden dan penilaian alternatif yang paling tinggi.

Selengkapnya tahapan penelitian ini di gambarkan pada diagram alir tahapan penelitian yang di sajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram alir tahapan studi 3.2 Lokasi Penelitian.

Lokasi Penelitian dilakukan pada ruas jalan kabupaten yang berada di wilayah perkotaan Tanjung Redeb dengan lebar ≥ 6 m. 40 25 10 Standard PCITM Rating Scale Suggested Colors 0 Verry Poor Serious Failed Dark Green Light Green Yellow Light Red Medium Red Dark Red Dark Grey

Pavement Condition Index (PCI), Rating Scale, and

Good Satisfactory Fair Poor 100 85 70 55

(3)

3

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.1 – 2016 ISSN 1978 - 5658

Gambar 3. Peta lokasi penelitian 3.3 Identifikasi Kriteria Penelitian

Ada beberapa kriteria yang dianggap berpengaruh dan sesuai dengan kondisi wilayah studi di wilayah perkotaan Tanjung Redeb. Adapun kriteria yang digunakan sebagai berikut:

 Kondisi Jalan.  Volume Lalu Lintas.  Pembiayaan.

 Pengembangan Wilayah.

3.4 Penentuan Responden Penelitian

Pemelihan responden dilakukan dengan cara purposive sampling. Perincian banyaknya jumlah responden disajikan pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Daftar responden

Responden Jumlah

DPRD Kabupaten Berau 1

Bappeda Kab. Berau 3

Dinas PU Kab. Berau 4

Total 8

3.5 Metode Pengumpulan Data

1. Pengisian Kuesioner

Metode ini dilakukan dengan cara mengajukan daftar pertanyaan kepada responden secara tertulis sehingga dapat

memudahkan responden dalam melakukan pengisian.

2. Pengambilan Data dari Instansi

Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan dan menyusun data yang diperoleh dari instansi terkait dengan kajian ini.  Data jaringan jalan yang meliputi panjang jalan dan lebar jalan serta klasifikasi fungsinya dari DPU Kab Berau.

 Rencana Detail Tata Ruang Kota Tanjung Redeb dari Bappeda Kab. Berau.

3. Pengamatan Lapangan

Pengamatan yang dilakukan adalah mengenai kerusakan jalan diteliti merupakan kompilasi dari tingkat keparahan kerusakan, lokasi, dan luas penyebarannya.

Hal pertama yang dilakukan sebelum ke lapangan adalah menentukan sagmen jalan yang akan di analisis. Variasi jumlah sagmen beragam tergantung dari lebar dan panjang jalan yang disurvei dengan ketentuan luasan tiap sagmen maksimal sebesar 762 m2.

Gambar 4. Pembagian unit sagmen untuk ruas jalan Murjani I

(4)

4

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.1 – 2016 ISSN 1978 - 5658

Tabel 2. Penentuan ukuran dan jumlah sagmen. No

Ruas Jalan Panjang (m) Lebar (m) Jumlah Sagmen Luas Tiap Sagmen (m2) 1 Murjani I 599 8 11 (50m x 8m) 400 1 (49m x 8m) 392 2 Murjani II 1580 8 28 (50m x 8m) 400 1 (80m x 8m) 640 3 Diponegoro 1051 8 20 (50mx8m) 400 1 (51mx8m) 408 4 Pulau Panjang 1742 12 32 (50mx12m) 600 1 (42mx12m) 504 5 Mangga I 420 9 8 (50m x 9m) 450 1 (20m x 9m) 180 6 Mangga II 793 9 14 (50m x 8m) 450 1 (43m x 9m) 387 7 Milono 939 8 20 (50m x 8m) 400 1 (39m x 8m) 312 8 Pangeran Antasari 346 12 6 (50m x 12m) 600 1 (46x12m) 522 9 A.Yani 437 12 8 (50m x 12m) 600 1 (37m x 12m) 444 Total 155

4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Jalan

Hasil survei dan perhitungan kondisi jalan dengan metode PCI didapatkan hasil sebagaimana ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai PCI tiap ruas jalan Ruas Jalan Nilai

PCI Kondisi Jalan

Murjani I 65,75 Fair

Murjani II 79,27 Satisfactory

Diponegoro 54,91 Poor

Pulau Panjang 78,34 Satisfactory

Mangga I 94,28 Good

Mangga II 94,97 Good

Milono 77,32 Satisfactory

P. Antasari 50,20 Poor

A.Yani 95,56 Good

Jalan Pangeran Antasari memiliki nilai PCI terendah yakni sebesar 50,20 yang berarti mengalami kerusakan jalan terparah, hal ini di kerenakan di jalan tersebut terdapat pelabuhan sehingga banyak kendaraan berat dengan atau tanpa muatan melintas di ruas jalan Pangeran Antasari.

4.2 Jenis dan Luas Kerusakan serta Penanganannya.

Pengukuran untuk setiap jenis kerusakan yang telah dilakukan, ditemukan tujuh jenis kerusakan. Rekapan jenis dan luas kerusakan pada masing-masing ruas jalan yang dianalisis disajikan pada Tabel 4.

(5)

5

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.1 – 2016 ISSN 1978 - 5658

Tabel 4. Jenis dan luas kerusakan

Ruas Jalan Luas Kerusakan Total Luas Kerusaka n Alligator cracking (m2) Bleeding (m2) Long & Trans crack (m) Patching (m2) Pathole (m2) Shoving (m2) Raveling m2 Murjani I 52,46 12,21 33,62 208,16 0,154 - 148,08 454,68 Murjani II 92,14 28,98 130,4 106,37 - 6,12 159,89 523,90 Diponegoro 316,95 44,23 228,70 236,54 0,23 60,66 155,19 1042,50 Pulau Panjang 120,45 94,12 92,9 47,95 - - 303,53 658,95 Mangga I 2,21 52,94 7,9 15,11 - - 66,58 144,74 Mangga II - 117,41 17,6 55,82 - - 107,97 298,80 Milono 22,23 128,16 39,56 121,6 0,03 7,82 188,59 507,99 Pangeran Antasari 75,05 - 62,7 72,64 0,095 3,91 73,75 288,15 A.Yani 6,62 2,66 14,9 5,63 - - 27,15 56,96 Total 688,11 480,71 869,82 869,82 0,509 78,51 1230,73

Sumber : Hasil Analisis (2015)

Metode perbaikan yang digunakan harus sesuai jenis kerusakannya sehingga diharapkan dapat meningkatkan kondisi perkerasann jalan tersebut. Adapun penanganan tiap-tiap

kerusakan jalan menggunakan metode perbaikan standar Dirjen Bina Marga tahun 1995 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jenis kerusakan jalan dan penanganan

Jenis Kerusakan Penanganan Kerusakan

P1 P2 P3 P4 P5 P6

Retak kulit buaya Kegemukan

Retak memanjang dan melintang Tambalan

Lubang Sungkur Pelepasan butir

Ket : P1 = Penebaran pasir P2 = Pengaspalan setempat P3 = Pelapisan retakan

P4 = Pengisian retak P5 = Penambalan Lubang P6 = Perataan

Tabel 6. Kuantitas penanganan kerusakan Ruas Jalan Kuantitas Penanganan Kerusakan (m

2) Total P1 P2 P3 P4 P5 P6 Murjani I 12,21 148,08 33,62 260,77 454,68 Murjani II 28,98 159,89 130,4 204,63 523,90 Diponegoro 44,23 155,19 228,70 614,38 1042,50 Pulau Panjang 94,12 303,53 92,9 168,40 658,95 Mangga I 52,94 66,58 7,9 17,32 144,74 Mangga II 117,41 107,97 17,6 55,82 298,80 Milono 128,16 188,59 39,56 151,68 507,99 Pangeran Antasari - 73,75 62,7 151,70 288,15 A.Yani 2,66 27,15 14,9 12,25 56,96

(6)

6

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.1 – 2016 ISSN 1978 - 5658

Sumber : Hasil Analisis (2015).

4.3 Rencana Biaya Pemeliharaan.

Rekapan biaya pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Biaya pekerjaan pemeliharaan Ruas Jalan Panjang

(m) Nilai Pekerjaan (Rp) Murjani I 599 100.859.000 Murjani II 1298 90.790.000 Diponegoro 1051 180.025.000 Pulau Panjang 1742 102.012.000 Mangga I 420 38.036.000 Mangga II 793 51.002.000 Milono 939 82.761.000 Pangeran Antasari 346 37.781.000 A.Yani 437 32.100.000

Sumber : Hasil Analisis (2015).

4.4 Pembobotan Kriteria dengan AHP Tabel 8 menampilkan bobot dan prioritas kriteria menampilkan nilai bobot kriteria dari hasil responden dengan analisis Analytical

Hierarchy Process (AHP).

Tabel 8. Bobot dan prioritas level kriteria Kriteria Bobot Prioritas

Kondisi Jalan 0,4213 1

Volume Lalin 0,1043 3

Pengembangan Wilayah 0,0820 4

Pembiayaan 0,3923 2

Sumber : Hasil Analisis (2015).

Hasil atas bobot masing-masing kriteria dengan metode AHP diperoleh formula penilaian (Y) sebagai berikut:

Y = (0,4212 x Kondisi Jalan) + (0,1043 x Volume Lalin) + (0,0820 x Pengembangan Wilayah) + (0,3923 x Pembiayaan).

4.5 Penilaian Masing-Masing Kriteria Terhadap Alternatif.

Penilaian terhadap kriteria diberikan untuk ruas jalan yang kinerjanya terbaik dalam memenuhi tujuan dari setiap kriteria.. Penilaian dilakukan dengan menggunakan Interval Scale

Properties seperti pada persamaan dibawah ini:

Min

Nilai

Maks

Nilai

Maks

Nilai

Nilai

NN

dimana : NN = Nilai Normalisasi Nilai Maks = Nilai Maksimum Nilai Min = Nilai Minimum

A. Penilaian Terhadap Kondisi Jalan

Penilaian untuk kriteria kondisi disajikan pada Tabel 9. Dalam penilaian terhadap kondisi jalan berdasarkan kerusakan jalan eksisting dengan perhitungan menggunakan metode PCI sebelumya.

Tabel 9. Penilaian kriteria kondisi jalan Ruas

Jalan Nilai PCI Nilai

Nilai Normalisasi 1 53,68 2 0,33 2 88,60 2 0,33 3 54,91 4 1,00 4 83,09 2 0,33 5 94,28 1 0,00 6 94,97 1 0,00 7 86,52 2 0,33 8 50,30 4 1,00 9 95,56 1 0,00

Sumber : Hasil Analisis (2015).

B.Penilaian Terhadap Volume Lalu Lintas Penilaian terhadap volume lalu lintas diperoleh jumlah volume lalu lintas masing-masing ruas jalan yang diteliti.

Tabel 10. Penilaian kriteria volume lalu lintas

Ruas Jalan Vol

(smp/jam) Nilai Normalisasi Murjani I 99,08 0,4838 Murjani II 49,95 0,00 Diponegoro 91,00 0,4402 Pulau Panjang 61,65 0,5406 Mangga I 125,05 0,7903 Mangga II 150,93 1,00 Milono 104,83 0,0483 Pangeran Antasari 74,55 0,3530

(7)

7

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.1 – 2016 ISSN 1978 - 5658

A.Yani 129,50 0,6869

C. Penilaian Terhadap Pengembangan Wilayah.

Penilaian terhadap pengembangan wilayah berpedoman pada RDTR Kota Tanjung Redeb Tahun 2013-2033. Kawasan Kota Tanjung Redeb merupakan Bagian Wilayah Perkotaan. Setiap BWP terdiri atas Sub BWP. Nilai setiap ruas jalan akan semakin meningakat bila suatu kawasan semakin berperan penting dalam kemajuan kota.

Tabel 11. Penilaian kriteria pengembangan wilayah Ruas Jalan Pembagian BWP Nilai NN 1 Sub BWP II 7 0 2 Sub BWP II 7 0 3 Sub BWP II 7 0 4 Sub BWP II 7 0 5 Sub BWP I 8 1 6 Sub BWP II 7 0 7 Sub BWP II 7 0 8 Sub BWP I 8 1 9 Sub BWP I 8 1

Sumber : Hasil Analisis (2015) D. Penilaian Terhadap Pembiayaan

Penilaian kriteria pembiayaan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Penilaian kriteria pembiayaan Ruas Jalan Biaya (Rp) Nilai

Normalisasi Murjani I 100.859.000 0,4648 Murjani II 90.790.000 0,3968 Diponegoro 180.025.000 1,00 Pulau Panjang 102.012.000 0,4726 Mangga I 38.036.000 0,0401 Mangga II 51.002.000 0,1278 Milono 82.761.000 0,3425 P.Antasari 37.781.000 0,0384 A.Yani 32.100.000 0,00

Sumber : Hasil Analisis (2015).

4.6 Penetapan Alternatif Terpilih

Alternatif terpilih didapatkan dengan mengalikan bobot kriteria total dengan penilaian atau skoring alternatif. Tabel 13 menampilkan rekapitulasi hasil perkalian tersebut.

Tabel 13. Perkalian bobot kriteria dengan nilai alternatif hasil kondisi eksisting.

Sumber : Hasil Analisis (2015)

Tabel 14. Urutan prioritas pemeliharaan jalan kawasan perkotaan Tajung Redeb

Ruas Jalan Skor

Terbobot Urutan Prioritas

Murjani I 0,3733 IV

Murjani II 0,2961 VI

Diponegoro 0,8596 I

Pulau Panjang 0,3822 III

Mangga I 0,1802 VII Mangga II 0,1544 VIII Milono 0,3216 V Pangeran Antasari 0,5553 II A.Yani 0,1537 IX Kriteria Bobot 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kondisi Jalan 0,4213 0,140 0,140 0,421 0,140 0,000 0,000 0,140 0,421 0,000 LHR 0,1043 0,050 0,000 0,046 0,056 0,082 0,104 0,047 0,037 0,072 Pengembangan Wilayah 0,0820 0,000 0,000 0,000 0,000 0,082 0,000 0,000 0,082 0,082 Pembiayaan 0,3923 0,182 0,156 0,392 0,185 0,016 0,050 0,134 0,015 0,000 0,3733 0,2961 0,8596 0,3822 0,1802 0,1544 0,3216 0,5553 0,1537 Total

(8)

8

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.1 – 2016 ISSN 1978 - 5658

Sumber : Hasil Analisis (2015) 4.7 Pembahasan

Berdasarkan hasil survei terhadap ruas jalan yang diteliti terdapat 7 jenis kerusakan dengan tingkat kerusakan yang berbeda-beda. Jenis kerusakan yang paling dominan yakni

weathering/raveling (pelapukan dan butiran

lepas) dengan total luas 1230,70 m2.

Weathering/raveling (pelapukan dan butiran

lepas) dikarenakan beban lalu lintas di musim hujan, yaitu ketika kekakuan bahan pengikat aspal tinggi (melemahnya bahan pengikat). Kerusakan ini terjadi pada lintasan roda. Jika tidak ada penanganan maka butiran lepas akan meluas ke seluruh area perkerasan, air dapat masuk ke dalam lapis permukaan, serta

kendaraan mudah tergelincir.

Weathering/raveling juga dikarenakan

campuran material aspal lapis permukaan yang kurang baik. Jika kondisinya seperti ini maka pengawasan pelaksanaan pekerjaan jalan yang dilakukan oleh Dinas Kabupaten Berau harus lebih ketat.

Berdasarkan hasil perhitungan kondisi permukaan jalan dengan metode Pavement

Condition Index (PCI) diketahui bahwa nilai

PCI dari yang paling rendah ke tinggi yaitu jalan Pangeran Antasari sebesar 50,20. Jalan Pangeran Antasari memiliki nilai PCI terendarah yang berarti jalan tersebut mengalami kerusakan paling parah dari ruas jalan yang diteliti lainnya. Hal ini dikarenakan di jalan Pangeran Antasari terdapat pelabuhan Tanjung Redeb sehingga banyak kendaraan berat (truk) dengan atau tanpa muatan melintas ruas jalan Pangeran Antasari. Hal ini berpengaruh terhadap beban lalu lintas di jalan dan memperbesar tingkat kerusakan jalan Pangeran Antasari.

Selanjutnya berdasarkan perhitungan bobot kriteria seluruh responden dengan metode AHP, maka didapatkan bobot kriteria yang paling besar adalah kriteria kondisi jalan yakni sebesar 0,4213 dan bobot kriteria pengembangan wilayah memperoleh bobot terkecil yakni sebesar 0,08. Para responden memandang masalah kondisi jalan adalah kriteria utama dalam dalam menentukan prioritas pemeliharaan jalan di Kota Tanjung Redeb. Hal ini berkaitan dalam memenuhi permintaan masyarakat yang selalu menginginkan jalan yang baik dan mantap, yang diharapkan mampu melayani pergerakan manusia dan barang dari tempat asal ke tempat

tujuan dengan aman dan nyaman. Selain hal tersebut, perhatian terhadap keselamatan pengguna jalan perlu terus dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan lalulintas semaksimal mungkin. Sedangkan kriteria pengembangan wilayah memiliki bobot terendah dikarenakan masalah tata ruang masih dinamis yang dimana suatu saat akan berubah dalam perencanaannya. Hasil atas bobot masing-masing kriteria dengan metode AHP dihasilkan model untuk penilaian penentuan pemeliharaan jalan.

Y = (0,4213 x Penilaian Kondisi Jalan) + (0,1043 x Penilaian Volume Lalin) + (0,0820 x Penilaian Pengembangan Wilayah) + (0,3923 x Penilaian Pembiayaan)

Dengan menggunakan model persamaan diatas keempat kriteria dan penilaian masing-masing kriteria terhadap alternatif didapatkan bahwa ruas ruas jalan Diponegoro menjadi prioritas pertama dengan bobot 0,8596. Jalan Diponegoro menjadi prioritas pertama untuk dilakukan pemeliharaan jalan karena memiliki nilai total tertinggi. Hal ini disebabkan karena diruas jalan tersebut memiliki nilai yang cukup tinggi mencakup keempat kriteria terutama kriteria kondisi jalan dan pembiayaan.

5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan

1. Jenis kerusakan yang terdapat pada 9 ruas jalan yang dianalisis yaitu retak memanjang & melintang (longitudinal &

transverse crack), retak kulit buaya

(alligator cracking), pelepasan butir

(ravelling), tambalan (patching), sungkur

(shoving) dan kegemukan (bleeding) dan

lubang (pathole). Kerusakan yang paling dominan yakni weathering/raveling

(pelapukan dan butiran lepas) dengan luas 1230,70 m2. Kondisi jalan sempurna sebanyak 3 ruas jalan, kondisi sangat baik sebanyak 3 ruas jalan, kondisi baik ada 1 ruas jalan, kondisi sedang ada 2 ruas jalan. 2. Urutan prioritas kriteria pemeliharaan

jalan di wilayah perkotaan Tanjung Redeb menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan 4

(empat) kriteria, didapatkan urutan yaitu dari yang paling tinggi ke yang terendah yaitu kondisi jalan sebesar 0,4213, pembiayaan sebesar 0,3923, volume lalu

(9)

9

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.1 – 2016 ISSN 1978 - 5658

lintas 0,1043 dan pengembangan wilayah sebesar 0,0820.

3. Jalan Diponegoro menjadi prioritas pertama untuk pemeliharaan jalan di Kota Tanjung Redeb karena memiliki nilai total tertinggi yakni 0,174.

5.2 Saran

1. Untuk survei dan penilaian kondisi jalan tidak hanya dilakukan pada permukaan perkerasan saja melainkan perlu adanya menambahkan faktor seperti tebal perkerasan dan kualitas material perkerasan.

2. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dalam pemilihan prioritas penanganan ruas jalan, perlu adanya penambahan kriteria-kriteria yang berhubungan dengan pemeliharaan ruas jalan.

3. Untuk kriteria voleme kendaran tidak hanya menganalisis banyaknya kendaraan yang melintas di jalan tetapi perlunya dilakukan perhitungan atau analisis komposisi kendaraan, terutama komposisi kendaraan berat yang melintas di ruas dikarenakan kendaraan berat memberikan daya rusak terhadap kerusakan perkerasan jalan.

4. Perlu kajian optimasi biaya pemeliharaan yang disesuaikan dengan ketersediaan anggaran.

5. Penambahan komposisi responden dalam pengisian kuesioner penentuan prioritas pemeliharaan jalan yang bukan hanya dari pihak pengambil keputusan melainkan dari luar pemerintahan seperti dari kalangan akademisi dan masyarakat pengguna jalan.

6. DAFTAR PUSTAKA

ASTM Designation D6433. 2007. Standard Practice for Roads and Parking Lots Pavement Condition Index Surveys.

Djakfar. L. 1999. Implementation of Alf Result to Designing Flexible Pavement in Lousiana, College of Engineering and Science Lousiana Tech University, Lousiana.

Farhan J, dan Fwa TF. 2009. Pavement Maintenance Prioritization Using Analytic Hierarchy Process. Trans. Res. Record., 2093: 12-24 Hardiyatmo, H.C. 2007, Pemeliharaan Jalan

Raya, Edisi Pertama, Gadja Mada Universitisy Press, Yogyakarta.

Irzami. 2010. Penilaian Kondisi Perkerasan dengan Menggunakan Metode Indeks Kondisi

Perkerasan pada Ruas Jalan Simpang Kulim-Simpang Batang. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Islam Riau. Pekanbaru.

Jany, 2008. Penentuan Prioritas Penanganan Jalan di Kecamatan Mandonga Kota Kendari. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Moazami, D. , R. Muniandy, H. Hamid, and Z. Yusoff. 2011. The use of analytical hierarchy process in priority rating of pavement maintenance. Scientific Research and Essays Vol. 6(12), pp. 2447-2456. Putri, I. D. 2011. Penentuan Skala Prioritas

Penanganan Jalan di Kabupaten Bangl. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Udayana. Denpasar

Shahin, M.Y., 1994, Pavement Managemant for Airport, Road, and Parking Lots, Chapman & Hall, New York.

Thube, D.T., Jain, S.S. dan Parida, M. 2007. Development of PCI based composite pavement deterioration curves for low volume roads in India, Highway Research Bulletin, Indian Roads Congress, 76, 55-69 Wibowo, Nurchalif Arief. 2011. Evaluasi Kinerja

dan Pola Pemeliharaan Jalan Jenderal Sudirman Salatiga. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Zaltoum, Ali M.A. 2011, Evaluation Pavement Distresses Using Pavement Codition Index, Thesis, Post Gradute. University of Diponegoro, Semarang.

Gambar

Gambar 1. Indeks dan kondisi perkerasan jalan  2.2  AHP
Tabel 1.  Daftar responden
Tabel 6. Kuantitas penanganan kerusakan  Ruas Jalan  Kuantitas Penanganan Kerusakan (m 2 )
Tabel 11.  Penilaian  kriteria  pengembangan  wilayah  Ruas  Jalan  Pembagian BWP  Nilai  NN  1  Sub BWP II  7  0  2  Sub BWP II  7  0  3  Sub BWP II  7  0  4  Sub BWP II  7  0  5  Sub BWP I  8  1  6  Sub BWP II  7  0  7  Sub BWP II  7  0  8  Sub BWP I  8

Referensi

Dokumen terkait

Frinsa Agrolestari, peneliti tertarik untuk mengetahui bagai- mana tingkat kesejahteraan keluarga buruh tani wanita, bagaimana kontribusi pendapatan buruh tani wanita

dilihat bahwa secara keseluruhan kondisi Kondisi ketahanan pangan ikani pada rumah sosial ekonomi (pendidikan, budaya makan tangga perikanan tangkap laut skala kecil

Sementara itu yang mengalami tren nilai ekspor negatif, atau dengan kata lain nilai ekspor cenderung menurun adalah komoditas-komoditas olahan pertanian, karena industri

Unit eksperimen 1 pada tabel tersebut menunjukkan pada eksperimen pertama (eksperimen I) peserta nomor P.01 berperan sebagai proposer dan P.09 berperan sebagai responder

Setelah mencermati beberapa penjelasan kode etik auditor dan pengaruh sensitivitasnya terhadap kode etik itu sendiri maka jelas kualitas hasil audit BPKP akan

Oleh karena itu diperlukan evaluasi terhadap rancangan tata letak fasilitas yang telah dibuat, apakah rancangan tata letak yang telah dibuat tersebut layak atau tidak untuk

Skripsi dengan judul ”Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Volum dan Luas Permukaan Balok Dengan Metode STAD Pada Siswa Kelas VB SDN Ploso V-176

Berdasarkan uraian diatas dalam rangka melaksanakan PKLM (Praktek Kerja Lapangan Mandiri) yang merupakan salah satu persyaratn untuk menyelesaikan perkuliahan pada program studi