HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PETUGAS
MALARIA PUSKESMAS DI DAERAH ENDEMIS DAN
NON ENDEMIS MALARIA KABUPATEN
MANDAILING NATAL
TAHUN 2008
S K R I P S I
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh : M U K H S I N
NIM. 041000287
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PETUGAS
MALARIA PUSKESMAS DI DAERAH ENDEMIS DAN
NON ENDEMIS MALARIA KABUPATEN
MANDAILING NATAL
TAHUN 2008
SKRIPSI
Oleh : M U K H S I N
NIM. 041000287
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
DEPARTEMEN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN
BERITA ACARA UJIAN SKRIPSI
Pada hari selasa tanggal dua puluh tiga bulan September tahun dua ribu delapan
telah dilaksanakan ujian skripsi atas nama MUKHSIN / NIM. 041000287 dengan
hasil sebagai berikut:
I. Ketua Penguji : Siti Khadijah Nst., SKM, MKes.
Pertanyaan dan saran;
1. Pada Bab Pendahuluan;
a. Latar belakang (halaman 1, alenia 3) ditambahkan kata “bersumber
Binatang” pada Laporan Program Pemberantasan Penyakit Menular…..
b. Halaman 4 alenia 3, diperbaiki penulisan asing “capasity”.
2. Pada Bab Metode Penelitian, definisi operasional variabel penelitian lebih
dikembangkan atau diperluas artinya.
3. Perbaiki dan sempurnakan skripsi ini sesuai dengan masukan berupa saran
dan kritik dari tim penguji.
II. Penguji I : dr. Heldy B.Z., MPH
Pertanyaan dan saran;
1. Pada Kata Pengantar;
b. Pada poin 6 disamakan sebagai staf pengajar Departemen AKK/tidak
dikhususkan.
2. Perbaiki kembali pemakaian kata “instrinsik”.
3. Perbaiki dan sempurnakan skripsi ini sesuai dengan masukan berupa saran
dan kritik dari tim penguji.
III. Penguji II: Prof. Dr. Ida Yustina, MSi.
Pertanyaan dan saran;
1. Perlu perbaikan pada pemakaian uji statistik (statistik non parametrik).
2. Perbaiki kembali pada Bab Pembahasan!
3. Pada kuesioner, pertanyaan untuk responden disesuaikan dengan tugas dan
fungsinya di lapangan.
IV. Penguji III: Prof. dr. H. Aman Nst., MPH
Pertanyaan dan saran:
1. Perbaiki penggunaan kata “rasa Prestasi”
2. Perjelas penggunaan kalimat insentif kategori sedang!
Demikian berita acara ini dibuat dan telah diperbaiki sesuai dengan saran, dan
NO Nama Tanda tangan
1 Siti Khadijah Nst. SKM, MKes NIP. 132231812
2 dr. Heldy BZ., MPH NIP. 131124052
3 Prof. Dr. Ida Yustina, MSi NIP. 131996170
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul
HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PETUGAS MALARIA PUSKESMAS DI DAERAH ENDEMIS DAN
NON ENDEMIS MALARIA KABUPATEN MANDAILING NATAL
TAHUN 2008
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
M U K H S I N 041000287
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 23 September 2008 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
Siti Khadijah Nst., SKM, MKes dr. Heldy BZ., MPH NIP. 132231812 NIP. 131124052
Penguji II Penguji III
Prof. Dr. Ida Yustina, MSi Prof. dr. H. Aman Nst., MPH NIP. 131996170 NIP. 140019774
Medan, 23 September 2008 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
ABSTRAK
Berdasarkan evaluasi kinerja Bagian Program Pemberantasan Penyakit (P2P) Malaria Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal, menunjukkan bahwa dari tahun 2005 sampai dengan 2007 angka kesakitan malaria sangat tinggi bahkan telah terjadi kasus resistensi Plasmodium falsifarum terhadap Kloroquin. Oleh sebab itu peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang hubungan motivasi kerja dengan kinerja petugas malaria puskesmas didaerah endemis dan non endemis malaria Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008
Penelitian ini bersifat survei Explanatory Research untuk menjelaskan hubungan motivasi kerja dengan kinerja petugas malaria puskesmas di daerah endemis dan non endemis malaria Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008 yang menggunakan uji korelasi Spearman dan uji Mann-Whitney yang bertujuan untuk menjelaskan perbedaan kinerja petugas malaria puskesmas daerah endemis dan non endemis malaria di Kabupaten Mandailing Natal. Populasi adalah seluruh petugas malaria puskesmas yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan pemberantasan dan penanggulangan penyakit malaria dan penarikan sampel penelitian secara total sampling yang berjumlah 22 orang.
Hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna insentif/honor (p=0,000 dan nilai r 0,874), kondisi kerja (p=0,000 dan s nilai r 0,896) dan pengakuan (p=0,036 dan nilai s r 0,233) dengan kinerja petugas s malaria puskesmas di daerah endemis dan non endemis Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008. Hasil uji Mann-whitney membuktikan adanya perbedaan kinerja (p=0,002) dan insentif (p=0,011), kondisi kerja (p=0,007), pengakuan (p=0,003) yang diterima petugas malaria di daerah endemis dengan petugas daerah non endemis malaria Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008.
Dari hasil penelitian ini untuk meningkatkan kinerja petugas malaria puskesmas di daerah endemis dan non endemis malaria Kabupaten Mandailing Natal, diupayakan adanya peningkatan kinerja dan sumber daya manusia melalui pelatihan supervisi serta melakukan survei aktif ke masyarakat, kerjasama dengan lintas sektoral, mitra kerja, pemuka masyarakat, juru malaria desa dan LSM dalam rangka melaksanakan program pemberantasan dan penanggulangan penyakit malaria di daerah endemis dan non endemis malaria secara efektif dan efisien di Kabupaten Mandailing Natal dalam menyambut INDONESIA SEHAT 2010.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Mukhsin
Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 17 Maret 1970
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Alamat Rumah : Komplek Perumahan Lalang Green Land Blok D 12 Jl. Sei Mencirim Desa Paya Geli Kp. Lalang Kab. Deli Serdang
Alamat Kantor : Komplek Perkantoran Paya Loting Dinas Kesehatan Mandailing Natal
Riwayat Pendidikan : 1. SD Inpres Pante Cermin Jeuram Kabupaten Aceh Barat ( Tahun 1976 – 1982 ) 6. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara – Medan (Tahun 2004 – sekarang)
Riwayat Pekerjaan : 1. Staf Kesling Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan ( Tahun 1993 )
2. Staf Puskesmas Siabu Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan ( Tahun 1994 )
3. Staf Puskesmas Padangmatinggi Kota Padang Sidempuan Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan ( Tahun 1996 )
4. Staf Puskesmas Latong Kecamatan Barumun Sibuhuan Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan (Tahun 1997)
5. Staf Kesling Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan (Tahun 2002)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan berkah dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penulisan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis banyak menemui
kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan, bantuan dan dorongan moril
dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu kritik dan
saran masih sangat diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini. Oleh sebab itu pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM-USU).
2. Ibu Prof. Dr. Ida Yustina, MSi selaku Ketua Departemen Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan sekaligus Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik
dan saran yang positif untuk kesempurnaan skripsi ini.
3. Ibu Siti Khadijah Nst., SKM, MKes. selaku Ketua Penguji Skripsi yang telah
memberikan kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan skripsi ini.
4. Bapak dr. Heldy B.Z. MPH selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan
kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Prof dr. Aman Nast., MPH selaku Dosen Penguji III yang telah
memberikan kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Ibu dr. Devi Nuraini Santi selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah
7. Seluruh staf dosen dan staf Administrasi di Departemen Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.
8. Bapak Kepala Dinas Kesehatan dan Kepala Bidang P2P beserta staf
Kabupaten Mandailing Natal yang telah banyak membantu penulis dalam
pemberian informasi untuk kesempurnaan skripsi ini.
9. Istri tercinta dan tersayang Fitriyani serta buah hati Aja Diva Nabillah dan
Mohd. Qory Asshieddiqie yang memberi dorongan semangat dan perhatian
kepada penulis.
10.Ayahanda dan ibunda yang telah memberikan dukungan moril maupun materil
dan do’anya dalam setiap langkah penulis serta saudara – saudara yang juga
turut memberikan dukungan moril dan sprirituil kepada penulis.
11.Teman – teman FKM stambuk 2004 dan semua pihak yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini,
semoga Allah SWT senatiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada
kita semua.
Medan, September 2008
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja ... 8
2.1.1. Pengertian Kinerja ... 8
2.1.2. Faktor yang Berkaitan dengan Kinerja ... 9
2.2. Motivasi Kerja ... 11
2.2.1. Pengertian Motivasi Kerja ... 11
2.2.2. Teori-teori Motivasi ... 12
2.3. Malaria ... 15
2.3.1. Pengertian ... 15
2.3.2. Mekanisme Penularan Penyakit Malaria ... 16
2.3.3. Program Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Malaria ... 17
2.4. Kerangka Konsep... 21
2.5. Hipotesa Penelitian ... 22
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 23
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23
3.3. Populasi dan Sampel ... 24
3.3.1. Populasi ... 24
3.3.2. Sampel ... 25
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 25
3.5. Definisi Operasional ... 25
3.6. Aspek Pengukuran ... 28
3.6.1. Variabel Bebas ... 28
3.6.2. Variabel Terikat ... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 31
4.1.1. Geografis Kabupaten Mandailing Natal ... 31
4.1.2. Kondisi Demografi ... 31
4.1.3. Kondisi Sosial Ekonomi ... 32
4.1.4. Gambaran Sepuluh Penyakit Terbesar di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007 ... 33
4.1.5. Sarana Pelayanan Kesehatan ... 34
4.2. Karakteristik Responden ... 35
4.3. Kinerja Petugas Malaria Puskesmas ... 35
4.4. Motivasi Kerja Petugas Malaria Puskesmas ... 36
4.4.1. Motivasi Intrinsik ... 36
4.4.2. Motivasi Ekstrinsik ... 38
4.5. Hasil Tabulasi Silang Antara Variabel Motivasi Kerja dengan Kinerja Petugas Malaria Puskesmas ... 40
4.6. Analisis Statistik ... 44
4.6.1. Uji Korelasi Spearman Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja Petugas Malaria Puskesmas di Daerah Endemis dan Non Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal ... 44
4.6.2. Uji Mann-Whitney Perbedaan Motivasi Kerja dan Kinerja Petugas Malaria Puskesmas di Daerah Endemis dan Non Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal ... 46
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Kinerja Petugas Malaria Puskesmas di Daerah Endemis dan Non Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal ... 49
5.2. Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja Petugas Malaria ... 50
5.2.1. Insentif/honor ... 50
5.2.2. Kondisi Kerja ... 51
5.2.3. Pengakuan ... 52
5.2.4. Komitmen Memenuhi Standar Kerja ... 53
5.2.5. Umpan Balik ... 54
5.2.6. Tanggung Jawab... 54
5.2.7. Rasa Prestasi ... 55
5.2.8. Inisiatif Kerja ... 56
5.2.9. Supervisi ... 57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 58
6.2. Saran ... 59
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Jumlah Kasus Malaria Klinis dan Annual Malaria Incidence (AMI) Per Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2005- 2007 ... 3
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 29
Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 30
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007 ... 31
Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007 ... 32
Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa di Kabupaten
Mandailing Natal Tahun 2007... 32
Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Kabupaten
Mandailing Natal Tahun 2007 ... 33
Tabel 4.5. Distribusi Sepuluh Penyakit Terbesar di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007 ... 34
Tabel 4.6. Jenis Sarana Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007 ... 34
Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 . 35
Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja Petugas Malaria
Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 36
Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Tanggung Jawab Petugas Malaria Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 36
Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Komitmen Memenuhi Standar Kerja Petugas Malaria Puskesmas di daerah Endemis dan Non
Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Inisiatif Kerja Petugas Malaria Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 37
Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Rasa Prestasi Petugas Malaria Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 37
Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Insentif/ honor Petugas Malaria Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 38
Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Kerja Petugas Malaria Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 38
Tabel 4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Pengakuan yang Diterima Petugas Malaria Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 39
Tabel 4.16. Distribusi Responden Berdasarkan Umpan Balik yang Diterima Petugas Malaria Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 39
Tabel 4.17. Distribusi Responden Berdasarkan Supervisi yang Diterima Petugas Malaria Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 40
Tabel 4.18. Tabulasi Silang Antara Tanggung Jawab dengan Kinerja Petugas Malaria Puskesmas di daerah Endemis dan Non Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 40
Tabel 4.19. Tabulasi Silang Antara Komitmen Memenuhi Standar Kerja dengan Kinerja Petugas Malaria Puskesmas di Daerah Endemis dan Non
Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 41
Tabel 4.20. Tabulasi Silang Antara Inisiatif Kerja dengan Kinerja Petugas Malaria Puskesmas di Daerah Endemis dan Non Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 41
Tabel 4.22. Tabulasi Silang Antara Insentif/ Honor dengan Kinerja Petugas Malaria Puskesmas di Daerah Endemis dan Non Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 42
Tabel 4.23. Tabulasi Silang Antara Kondisi Kerja dengan Kinerja Petugas Malaria Puskesmas di Daerah Endemis dan Non Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 43
Tabel 4.24. Tabulasi Silang Antara Pengakuan dengan Kinerja Petugas Malaria Puskesmas di Daerah Endemis dan Non Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 43
Tabel 4.25. Tabulasi Silang Antara Umpan Balik dengan Kinerja Petugas Malaria Puskesmas di Daerah Endemis dan Non Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 44
Tabel 4.26. Tabulasi Silang Antara Supervisi dengan Kinerja Petugas Malaria Puskesmas di Daerah Endemis dan Non Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 44
Tabel 4.27. Hasil Uji Korelasi Spearman Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja Petugas Malaria Puskesmas di Daerah Endemis dan Non
Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 46
Tabel 4.28. Hasil Uji Beda Mann-Whitney Kinerja Petugas Malaria Puskesmas di Daerah Endemis dan Non Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 47
DAFTAR GAMBAR
ABSTRAK
Berdasarkan evaluasi kinerja Bagian Program Pemberantasan Penyakit (P2P) Malaria Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal, menunjukkan bahwa dari tahun 2005 sampai dengan 2007 angka kesakitan malaria sangat tinggi bahkan telah terjadi kasus resistensi Plasmodium falsifarum terhadap Kloroquin. Oleh sebab itu peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang hubungan motivasi kerja dengan kinerja petugas malaria puskesmas didaerah endemis dan non endemis malaria Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008
Penelitian ini bersifat survei Explanatory Research untuk menjelaskan hubungan motivasi kerja dengan kinerja petugas malaria puskesmas di daerah endemis dan non endemis malaria Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008 yang menggunakan uji korelasi Spearman dan uji Mann-Whitney yang bertujuan untuk menjelaskan perbedaan kinerja petugas malaria puskesmas daerah endemis dan non endemis malaria di Kabupaten Mandailing Natal. Populasi adalah seluruh petugas malaria puskesmas yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan pemberantasan dan penanggulangan penyakit malaria dan penarikan sampel penelitian secara total sampling yang berjumlah 22 orang.
Hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna insentif/honor (p=0,000 dan nilai rs0,874), kondisi kerja (p=0,000 dan
nilai rs0,896) dan pengakuan (p=0,036 dan nilai rs0,233) dengan kinerja petugas
malaria puskesmas di daerah endemis dan non endemis Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008. Hasil uji Mann-whitney membuktikan adanya perbedaan kinerja (p=0,002) dan insentif (p=0,011), kondisi kerja (p=0,007), pengakuan (p=0,003) yang diterima petugas malaria di daerah endemis dengan petugas daerah non endemis malaria Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008.
Dari hasil penelitian ini untuk meningkatkan kinerja petugas malaria puskesmas di daerah endemis dan non endemis malaria Kabupaten Mandailing Natal, diupayakan adanya peningkatan kinerja dan sumber daya manusia melalui pelatihan supervisi serta melakukan survei aktif ke masyarakat, kerjasama dengan lintas sektoral, mitra kerja, pemuka masyarakat, juru malaria desa dan LSM dalam rangka melaksanakan program pemberantasan dan penanggulangan penyakit malaria di daerah endemis dan non endemis malaria secara efektif dan efisien di Kabupaten Mandailing Natal dalam menyambut INDONESIA SEHAT 2010.
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Malaria adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dan
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terdapat diseluruh dunia terutama
pada negara-negara berkembang. Penyebarannya secara endemis dijumpai yakni
antara garis bujur 600 LU dan 400 LS meliputi lebih dari 100 negara beriklim tropis
dan subtropis, dengan penduduk beresiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar
atau 41% dari penduduk dunia. Setiap tahun jumlah kasus malaria mencapai 300-500
juta dan mengakibatkan 1,5 sampai 2,7 juta kematian, terutama di Afrika Sub Sahara
(Gunawan, S., 2000).
Angka insiden malaria berdasarkan Annual Malaria Incidence (AMI) di
Indonesia, selama periode lima tahunan masih cukup tinggi yakni tahun 2000 sebesar
22,43%, tahun 2001 meningkat sebesar 23,67%, tahun 2002 menurun sebesar
14,86%, menurun lagi di tahun 2003 sebesar 10,54% dan pada tahun 2004 kembali
lagi mengalami penurunan menjadi 8,81%. Sementara itu target nasional menuju
Indonesia sehat 2010 AMI diharapkan menjadi hanya 5 per 1000 penduduk (Depkes
RI, 2005).
Berdasarkan Laporan Program Pemberantasan Penyakit Menular Bersumber
Binatang (P2B2) dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2004), penyakit
malaria saat ini menduduki urutan ke 7 dari sepuluh penyakit terbesar di Provinsi
Sumatera Utara dengan rata-rata sebanyak 82.405 kasus klinis pertahun (1996-2000)
merata di kabupaten/kota, paling banyak terdapat di Kabupaten Nias yaitu sebanyak
27.549 kasus malaria klinis, menyusul di Kabupaten Mandailing Natal 13.031 kasus.
Berdasarkan hasil penelitian Daulay (2006) ditemukan masih tingginya angka
prevalensi malaria di Kabupaten Mandailing Natal yang bersumber dari penemuan
penderita secara pasif, tahun 2005 tingkat prevalensi sebesar 31,84 per 1000
penduduk dan mengalami peningkatan ditahun 2006 menjadi 36,72 per 1000
penduduk. Hal ini menunjukkan masih tingginya angka prevalen rate malaria dari
indikator pencapaian yang ditetapkan yaitu PR < 10 per 1000 penduduk.
Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten Mandailing tahun 2007, kasus
malaria pada tahun 2005 berjumlah 11141 kasus mengalami penurunan menjadi 9265
kasus di tahun 2006 dan kembali mengalami penurunan pada tahun 2007 menjadi
7698 kasus. Namun ada beberapa kecamatan atau wilayah puskesmas terjadi
perubahan jumlah kasus malaria, seperti kecamatan yang termasuk daerah endemis
mengalami penurunan jumlah kasus malaria menjadi daerah non endemis. Begitu
juga untuk kecamatan atau wilayah puskesmas yang termasuk daerah non endemis
mengalami hal yang sama yaitu menjadi daerah endemis malaria. Untuk lebih
jelasnya kasus malaria perkecamatan atau wilayah puskesmas daerah endemis
maupun non endemis di Kabupaten Mandailing Natal tahun 2005, tahun 2006 dan
Tabel 1.1. Jumlah Kasus Malaria Klinis dan Annual Malaria Incidence (AMI) Per Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2005- 2007
No Kecamatan Puskesmas
Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007
JP Sumber:Profil Dinas Kesehatan Mandailing Natal tahun 2005-2007
Keterangan :
- JP : Jumlah Penduduk - PK : Penderita Klinis Malaria
Dari 17 kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal terdapat 10 kecamatan
yang termasuk daerah endemis malaria (AMI ≥ 5‰) yaitu Kecamatan Siabu, Bukit
Malintang, Penyabungan Utara, Penyabungan Kota, Penyabungan Timur,
Penyabungan Barat, Penyabungan Selatan, Sorik Marapi, Tambangan dan Muara
Sipongi. Berdasarkan endemisitas diketahui Kecamatan Siabu memiliki tingkat
endemisitas paling tinggi yaitu sebesar 75,98‰, Penyabungan Kota sebesar 36,87‰
dan Penyabungan Barat sebesar 59,48‰. Sementara 7 kecamatan daerah non endemis
malaria (AMI < 5‰) meliputi Kecamatan Kota Nopan, Ulu Pungkut, Batang Natal,
Lingga Bayu, Batahan, Natal dan Muara Batang Gadis. Khusus Kecamatan Muara
Sipongi, Natal dan Muara Batang Gadis data penderita klinis malaria tidak lengkap
pada tahun 2006 dan 2007.
Menurut Ilyas (1999) yang mengutip teori perilaku dan kinerja Gibson
bahwasanya variabel individu, organisasi dan psikologis dapat mempengaruhi
perilaku kerja dan kinerja. Variabel individu meliputi kemampuan dan keterampilan,
latar belakang dan demografis. Variabel organisasi meliputi sumber daya,
kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan sedangkan variabel psikologis
mencakup persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi.
Begitu juga pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa Ability (kemampuan
pembawaan), Capacity (kemampuan yang dikembangkan), Help (bantuan untuk
terwujudnya kinerja), Incentive (insentif material maupun non material), Environment
(lingkungan tempat kerja karyawan), Validity ( pedoman/petunjuk uraian kerja) dan
mempengaruhi kinerja. Keberhasilan kinerja pelaksanaan suatu kegiatan juga sangat
ditentukan ada tidaknya bimbingan dan supervisi yang baik dari atasan/ pimpinan.
Menurut As’ad (1998) yang dikutip Suwita (2001) bahwa faktor yang
merupakan sumber perbedaan individu di dalam bekerja meliputi faktor fisik dan
psikologis. Adapun faktor psikologis meliputi intelegensi, bakat, minat, kepribadian,
motivasi dan pendidikan.
Berbagai program telah dilakukan Dinkes Kabupaten Mandailing Natal
sebagai upaya penurunan kejadian malaria. Prosedur pelaksanaanya dimulai dengan
pelacakan kasus, penyelidikan epidemiologi, penanganan kasus/penderita
(diobati/dirujuk), melakukan penyemprotan rumah penduduk di daerah endemis
(larvaciding), kelambunisasi yang sudah dicelup dengan zat insecticide, kontrol larva
(jentik) biological control dengan menaburkan benih ikan sebagai predator ke dalam
tambak/kolam dan pengobatan penderita di klinik khusus malaria. Meskipun program
penanggulangan telah berlangsung selama lima tahun terakhir tetapi kasus malaria
masih merupakan masalah kesehatan.
Berdasarkan evaluasi kinerja Bagian Program Pemberantasan Penyakit (P2P)
Malaria menunjukkan bahwa dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 angka
kesakitan malaria masih tinggi bahkan telah terjadi kasus resistensi Plasmodium
falsifarum terhadap Kloroquin. Hal ini diakibatkan dosis pengobatan pada penderita
tidak sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan, adanya kebiasaan di masyarakat
untuk mengkonsumsi kloroquin bila demam tanpa adanya petunjuk dari petugas
kesehatan dan masih terbatasnya pemeriksaan secara mikroskopik untuk menegakkan
Dengan kata lain, pelayanan kesehatan pada program pemberantasan malaria belum
terlaksana secara optimal baik secara preventif, promotif maupun kuratif dan
rehabilitatif (Dinkes Kab. Mandailing Natal, 2006)
Pengamatan dilapangan baik didaerah endemis maupun non endemis,
menemukan belum adanya suatu penataan kerja yang sistematis pada pelaksana
program pemberantasan penyakit malaria, keterbatasan sumber daya manusia sebagai
pengelola program, kurangnya koordinasi internal program maupun lintas program
sehingga banyak kegiatan yang tumpang tindih dan banyak kegiatan yang dilakukan
semata-mata hanya untuk menyelesaikan tugas tanpa didasarkan atas tujuan dan
target yang harus dicapai.
1.2.Permasalahan
Berdasarkan latar belakang, permasalahan penelitian adalah bagaimana
hubungan motivasi kerja baik intrinsik maupun ekstrinsik dengan kinerja petugas
malaria puskesmas di daerah endemis dan non endemis malaria Kabupaten
Mandailing Natal tahun 2008.
1.3.Tujuan Penelitian
1. Untuk menjelaskan adanya hubungan motivasi kerja bersifat intrinsik meliputi
tanggung jawab, komitmen memenuhi standar kerja, inisiatif kerja, rasa prestasi
dengan kinerja petugas malaria puskesmas di daerah endemis dan non endemis
Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008.
2. Untuk menjelaskan adanya hubungan motivasi kerja bersifat ekstrinsik meliputi
kinerja petugas malaria puskesmas di daerah endemis dan non endemis
Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah daerah khususnya
Instansi Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal dalam membina dan
meningkatkan kualitas dan kuantitas kinerja sumber daya manusia khususnya
penanggung jawab program pemberantasan penyakit malaria.
2. Dapat menjadi masukan dan acuan bagi pihak puskesmas di Kabupaten
Mandailing Natal dalam meningkatkan kemampuan manajerial dari pelaksana
program pemberantasan penyakit malaria.
3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kinerja
2.1.1. Pengertian Kinerja
Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun
kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu
maupun kerja kelompok personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada
personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada
keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi (Ilyas, 1999).
Deskripsi dari kinerja menyangkut tiga komponen penting yaitu tujuan,
ukuran dan penilaian. Penentuan tujuan dari setiap unit organisasi merupakan strategi
untuk meningkatkan kinerja. Tujuan ini akan memberikan arah dan mempengaruhi
bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap
personel. Walaupun demikian, penentuan tujuan saja tidaklah cukup, sebab itu
dibutuhkan ukuran apakah seseorang telah mencapai kinerja yang diharapkan. Untuk
itu kuantitatif dan kualitatif standar kinerja untuk setiap tugas dan jabatan personel
memegang peranan penting. Sementara penilaian kinerja secara reguler yang
dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan kinerja setiap personel. Tindakan ini akan
membuat personel untuk senatiasa berorientasi terhadap tujuan dan perilaku kerja
sesuai dan searah dengan tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian jelaslah
bahwa pengertian kinerja dengan deskripsi tujuan, ukuran operasional dan penilaian
reguler mempunyai peranan yang sangat penting dalam merawat dan meningkatkan
Didalam organisasi, sejumlah orang harus memainkan peranan sebagai
pemimpin sedangkan lainnya harus memainkan perananan pengikut atau bawahan.
Hubungan antara individu dan kelompok dalam organisasi menghasilkan suatu
harapan terhadap perilaku kerja individu. Sedangkan kinerja organisasi merupakan
hasil interaksi yang kompleks dan agregasi kinerja sejumlah individu dalam
organisasi (Ilyas, 1999).
Dalam organisasi pelayanan kesehatan, sangatlah penting untuk memiliki
instrumen penilaian kinerja yang efektif bagi tenaga profesional. Proses evaluasi
kinerja menjadi bagian terpenting dalam upaya manajemen untuk meningkatkan
kinerja organisasi yang efektif (Ilyas, 1999).
2.1.2. Faktor yang Berkaitan dengan Kinerja
Beberapa teori menerangkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja seseorang baik sebagai individu atau sebagai individu yang ada dan bekerja
dalam suatu lingkungan. Sebagai individu, setiap orang mempunyai ciri dan
karakteristik yang bersifat fisik maupun non fisik. Dan sebagai manusia yang berada
dalam lingkungan maka keberadaan serta perilakunya tidak dapat dilepaskan dari
lingkungan tempat tinggal ataupun tempat kerjanya (Tenty, 2004).
Menurut Gibson yang dikutip Ilyas (1999), secara teoritis ada 3 variabel yang
mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja yaitu:
1. Variabel individu yang dikelompokkan pada sub variabel kemampuan dan
keterampilan, latar belakang (keluarga, tingkat sosial dan pengalaman) dan
merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu.
Variabel demografis mempunyai efek tidak langsung pada perilaku dan kinerja
individu.
2. Variabel organisasi terdiri dari sub variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan,
struktur dan desain pekerjaan.
3. Variabel psikologis mencakup sub variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar
dan motivasi. Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial dan
pengalaman kerja sebelumnya dari variabel demografis. Variabel psikologis
seperti persepsi, sikap, kepribadian dan belajar merupakan hal yang kompleks dan
sulit diukur. Gibson juga menyatakan sukar mencapai kesepakatan tentang
pengertian dari variabel tersebut, karena seorang individu masuk dan bergabung
dalam organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang budaya dan keterampilan
berbeda satu dengan lainnya.
Menurut Notoatmodjo (2003), ada teori yang mengemukakan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja yang disingkat ACHIVEVE, yakni Ability
(kemampuan pembawaan), Capasity (kemampuan yang dikembangkan), Help
(bantuan untuk terwujudnya kinerja), Incentive (insentif material maupun non
material), Environment (lingkungan tempat kerja karyawan), Validity
(pedoman/petunjuk uraian kerja) dan Evaluation (adanya umpan balik hasil kerja).
Keberhasilan kinerja pelaksanaan suatu kegiatan juga sangat ditentukan ada
tidaknya bimbingan dan supervisi yang baik dari atasan/ pimpinan. Kewajiban
1. Menanyakan permasalahan serta kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan agar
dapat dilakukan langkah-langkah perbaikan dan penyempurnaan.
2. Memberi umpan balik, koreksi dan perbaikan untuk diketahui dan disadari oleh
yang bersangkutan agar diperbaiki sesuai standar.
3. Membimbing dan memberi solusi cara mengatasi permasalahan yang dialami
bawahan dan meningkatkan motivasi kerja dan mengembangkan potensi petugas.
Ketersediaan sumber daya seperti biaya, tenaga serta sarana dan fasilitas kerja
akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pekerjaan. Sarana dan fasilitas
kerja merupakan faktor pendukung (Enabling factor) dalam menjalankan suatu
kegiatan.
2.2. Motivasi Kerja
2.2.1. Pengertian Motivasi Kerja
Menurut Ilyas (1999) yang mengutip pendapat dari Stoner bahwa motivasi
adalah hal yang menyebabkan dan mendukung perilaku seseorang. Sementara George
menyatakan motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seorang individu yang
merangsangnya untuk melakukan beberapa tindakan. Selain itu Vroom
mendefinisikan motivasi sebagai suatu proses yang menentukan pilihan antara
beberapa alternatif dari kegiatan sukarela. Sebagian besar perilaku dipandang sebagai
kegiatan yang dapat dikendalikan orang secara sukarela dan karena itu di motivasi.
Dalam kehidupan organisasi, yang menjadi sasaran utama pemberian motivasi
oleh para pimpinan adalah peningkatan prestasi kerja para bawahan yang
tidak dapat ditingkatkan hanya dengan pemberian motivasi saja karena merupakan
perkalian antara kemampuan dengan motivasi.
Ada tiga hal penting yang berkaitan dengan motivasi yaitu :
1. Pemberian motivasi berkaitan dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai
sasaran organisasi.
2. Motivasi merupakan proses keterkaitan antara usaha dan pemuasan kebutuhan
tertentu.
3. Kebutuhan yaitu keadaan internal seseorang yang menyebabkan hasil usaha
tertentu menjadi menarik.
Jadi motivasi dapat bersumber dari dalam diri seseorang yang dikenal dengan
istilah motivasi internal/intrinsik dan juga dapat berasal dari luar diri seseorang yang
dikenal dengan motivasi eksternal/ekstrinsik. Motivasi intrinsik maupun ekstrinsik
ada yang bersifat positif dan negatif. Kunci keberhasilan seseorang manajer dalam
menggerakkan bawahannya terletak pada kemampuan untuk memahami faktor-faktor
motivasi tersebut sedemikian rupa sehingga menjadi daya pendorong yang efektif.
2.2.2. Teori-teori Motivasi
Banyak dikemukakan teori tentang motivasi sebagai literatur. Masing-masing
motivasi tersebut pada dasarnya berusaha menjelaskan mengapa motivasi itu timbul
dan bagaimana proses motivasi itu berlangsung.
1. Teori Hirarki Kebutuhan Maslow
Maslow mengemukakan bahwasanya individu mempunyai lima kebutuhan
kebutuhan tersebut adalah kebutuhan fisiologis (physiological needs), kebutuhan rasa
aman (safety needs), kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan pengharapan atau
prestasi (esteem needs) dan kebutuhan aktualisasi diri (self actualization).
Dalam bukunya motivation and personality, bahwa kebutuhan sosial itu
meliputi empat rincian kebutuhan yaitu:
1. Kebutuhan untuk disayangi, dicintai dan diterima oleh orang lain (sense of
belonging).
2. Kebutuhan untuk dihormati oleh orang lain (sense of importance).
3. Kebutuhan untuk diikutsertakan dalam pergaulan/kegiatan (sense of
participation)
4. Kebutuhan untuk berprestasi (sense of achievement)
Untuk memenuhi kebutuhan sosial ini seorang pimpinan harus peka terhadap
situasi anggotanya. Kalau kebutuhan ini tidak tercapai dapat menyebabkan motivasi
anggotanya lemah. Oleh sebab itu, seorang pimpinan harus menciptakan kondisi
sedemikian rupa sehingga bawahan itu merasa diperdulikan dan dihargai dalam unit
kerjanya untuk meningkatkan produktivitas yang berdampak pada kinerjanya (Tenty,
2004).
2. Teori Dua Faktor dari Herzberg
Herzberg mengembangkan teori ini kearah motivasi yang mempunyai
implikasi luas bagi manajemen dan usaha-usahanya kearah pemanfaatan sumber daya
a. Faktor membuat orang merasa tidak puas
Ada serangkaian kondisi ekstrinsik, keadaan pekerjaan yang menyebabkan
rasa tidak puas diantara karyawan apabila kondisi ini tidak ada. Jika kondisi ini ada,
maka hal itu tidak perlu memotivasi karyawan. Kondisi ini adalah faktor-faktor yang
membuat orang merasa tidak puas atau disebut juga faktor kesehatan karena faktor ini
diperlukan untuk mempertahankan tingkat yang lebih rendah yaitu tingkat tidak
adanya ketidakpuasan.
Faktor-faktor ini mencakup upah, keamanan kerja, kondisi kerja, status,
prosedur perusahaan, mutu dan supervisi teknis, mutu dari hubungan interpersonal
diantara teman sejawat, dengan atasan dan dengan bawahan.
b. Faktor yang membuat orang merasa puas
Ada serangkaian kondisi intrinsik, kepuasan kerja yang apabila terdapat dalam
pekerjaan akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat sehingga dapat
menghasilkan prestasi pekerjaan yang baik. Jika kondisi ini tidak ada, maka kondisi
ini ternyata tidak menimbulkan rasa ketidakpuasan yang berlebihan. Faktor-faktor ini
meliputi prestasi, pengakuan, tanggung jawab, kemajuan, pekerjaan itu sendiri dan
kemungkinan berkembang (Hasibuan, 1997).
Menurut teori ini, faktor-faktor yang sifatnya menyehatkan dan bersifat
ekstrinsik seperti upah, dan kondisi lingkungan bukanlah yang sungguh-sungguh
mendorong para pegawai untuk kerja namun peranannya hanya untuk mengurangi
keresahan saja. Sedangkan faktor yang bersifat intrinsik seperti penghargaan penuh
dalam mewujudkan kepuasan kerja dan faktor-faktor demikian pula yang
sungguh-sungguh dapat merupakan motivator bagi orang-orang yang memperolehnya.
3. Teori Kebutuhan Aldever
Teori ini merupakan perluasan dari teori Maslow dan Herzberg. Aldever
mengenalkan tiga kelompok inti dari kebutuhan-kebutuhan tersebut yaitu:
a. Kebutuhan akan keberadaan adalah akan tetap bisa hidup. Kebutuhan ini sama
dengan kebutuhan fisik dari Maslow dan sama dengan faktor hygiene dari
Herzberg.
b. Kebutuhan berhubungan adalah suatu kebutuhan untuk menjalin hubungan
dengan sesamanya/ hubungan sosial dan bekerja sama dengan orang lain.
c. Kebutuhan untuk berkembang adalah suatu kebutuhan dari seseorang untuk
mengembangkan dirinya. Kebutuhan ini sama dengan kebutuhan penghargaan
dan aktualisasi dari Maslow dan faktor motivator dari Herzberg (Hasibuan, 1997).
2.3. Malaria
2.3.1. Pengertian
Penyakit malaria berhubungan dengan perilaku masyarakat, dengan adanya
pelaksanaan program penanggulangan oleh petugas kesehatan juga menentukan
tinggi rendahnya kasus malaria pada suatu daerah.
Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit reemerging (menular
kembali secara massal) dan saat ini menjadi ancaman daerah tropis dan sub tropis. Di
dua kawasan tersebut malaria sering menimbulkan jumlah kematian mencapai lebih
kasus malaria di beberapa daerah yang kasusnya sudah jarang terjadi selama beberapa
tahun. Hal ini terjadi karena lemahnya sistem kewaspadaan dini serta perencanaan
pemberantasan malaria yang tidak dilakukan secara tepat dan berkesinambungan
(Gunawan, S., 2000).
2.3.2. Mekanisme Penularan Penyakit Malaria
Menurut Noor yang dikutip oleh Daulay (2006), aspek sentral penyebaran
penyakit menular dalam masyarakat adalah mekanisme penularan (mode of
transmissions) yakni berbagai mekanisme dimana unsur penyebab penyakit dapat
mencapai manusia sebagai pejamu yang potensial. Mekanisme tersebut meliputi cara
agent meninggalkan recervoir, cara penularan untuk mencapai pejamu potensial serta
cara masuknya ke pejamu potensial tersebut. Seseorang yang sehat sebagai salah
seorang pejamu potensial dalam masyarakat, mungkin akan ketularan suatu penyakit
tertentu sesuai dengan posisinya dalam masyarakat serta pengaruh recervoir yang ada
disekitarnya. Kemungkinan tersebut sangat dipengaruhi pula oleh beberapa faktor
antara lain:
1. Faktor lingkungan fisik sekitarnya yang merupakan media yang ikut
mempengaruhi kualitas unsur penyebabnya.
2. Faktor lingkungan biologis yang menentukan jenis vektor dan recervoir penyakit
serta unsur biologis yang hidup dan berada disekitar manusia
3. Faktor lingkungan sosial yakni kedudukan setiap orang dalam masyarakat
2.3.3. Program Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Malaria
Berdasarkan Pedoman pemberantasan dan penanggulangan malaria yang
dikeluarkan Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
Depkes RI, meliputi kegiatan pemberantasan dan penanggulangan yang terdiri dari
(Depkes RI, 1999):
1. Penemuan kasus
Salah satu cara untuk memutuskan rantai penularan penyakit malaria adalah
dengan cara menemukan penderita sedini mungkin yaitu:
a. Secara aktif (Active Case Detection)
Penemuan penderita malaria secara aktif merupakan suatu metode yang cukup
efektif dalam menekan tingginya angka malaria terutama pada daerah-daerah
endemis malaria. Pelaksana kegiatan adalah Juru Malaria Desa yang terlatih
yang bertanggung jawab terhadap petugas malaria puskesmas (Wasor
Malaria). Dengan terbentuknya juru malaria desa harus diikuti oleh
terbentuknya Pos Obat Desa (POD) yang menjamin kesinambungan
Ketersediaan Obat Malaria (OAM). Petugas juru malaria desa akan
melakukan kunjungan dari rumah ke rumah guna menemukan penderita
malaria klinis, mengambil sediaan darah dan memberikan pengobatan jika
positif malaria.
b. Secara Pasif (Passive Case Detection)
Penemuan penderita malaria secara pasif dilaksanakan di unit pelayanan
kesehatan, baik di puskesmas maupun di rumah sakit dengan pemeriksaan
tentang malaria juga sangat bermanfaat dalam penemuan penderita malaria
secara mikroskopis. Semua yang memiliki sarana pemeriksaan sediaan darah
malaria diharuskan mengambil sediaan darah dari setiap penderita malaria
klinis yang berkunjung ke sarana pelayanan.
2. Survei Malaria (Malariometric Survey)
Kegiatan ini dilakukan di luar Jawa dan Bali, bentuk pelaksanaannya yaitu:
a. Malariometrik Surevi Dasar (MSD) dengan tujuan mengukur tingkat
endemisitas dan pevalensi malaria di daerah survei.
b. Survei Malariometrik Evaluasi (SME) dengan tujuan mengukur dampak
kegiatan pemberantasan vektor dan konfirmasi KLB khususnya pada
penyemprotan rumah di daerah di luar Jawa dan Bali (Depkes RI, 2003).
3. Pengobatan Penderita
Setelah penderita ditemukan maka dilakukan proses pengobatan dengan berbagai
cara kepada tersangka maupun yang sudah terbukti sebagai penderita malaria.
Tujuan pengobatan secara umum adalah untuk mengurangi angka kesakitan,
menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah komplikasi dan relaps
dan mengurangi kerugian ekonomis akibat sakit, juga mencegah kemungkinan
terjadinya penularan penyakit dari penderita kepada orang sehat melalui vektor
nyamuk Anopheles sp. (Harijanto, P., 2000).
Adapun pengobatan terdiri dari 3 macam yaitu:
Pengobatan diberikan berdasarkan gejala klinis dan ditujukan untuk menekan
gejala klinis malaria dan membunuh gamet untuk mencegah terjadinya
penularan tersebut.
b. Pengobatan Radikal
Pengobatan ini diberikan di daerah dan selama ini bersifat sentralistik yang
bisa dilaksanakan secara langsung oleh pemerintah kabupaten dan provinsi.
Karena itu, kebijakan pelaksanaan pemberantasan malaria diselenggarakan
secara spesifik di daerah berdasarkan desentralisasi dengan melibatkan
masyarakat dan menjalin kemitraan bersama donor agensi.
c. Pengobatan Pencegahan (Profilaksis)
Pengobatan ini terdiri dari 3 macam yaitu:
1. Profilaksis perorangan terhadap ibu hamil, pendatang baru dan lain-lain.
2. Profilaksis kelompok sementara terhadap pekerja musiman, ABRI,
Pramuka.
3. Profilaksis kelompok menetap (transmigrasi).
4. Pemberantasan Vektor
a. Dasar Pertimbangan
Pemberantasan vektor dilaksanakan berdasarkan pertimbangan; rational,
effective, efficient, suistanable dan acceptable yang sering disingkat dengan
b. Jenis Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan dalam pemberantasan vektor sesuai dengan
ketentuan Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman Depkes RI adalah:
1. Penyemprotan rumah di daerah endemis
2. Larvaciding
3. Biological control
4. Pengelolaan lingkungan
5. Pemolesan kelambu dengan insektisida
6. Tindakan Pencegahan yang terdiri dari :
a. Pencegahan Berbasis Masyarakat
i. Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat antara lain dengan
memperhatikan kebersihan lingkungan, menghilangkan
tempat-tempat perindukan nyamuk Anopheles sp. sebagai vektor secara
permanen dari lingkungan pemukiman.
ii. Sebelum dilakukan penyemprotan dilakukan telaah yang teliti
terhadap bionomik dari nyamuk Anopheles sp. di daerah tersebut,
hal ini perlu dilakukan agar penyemprotan memberikan hasil yang
diharapkan (Chin, J., 2000).
b. Tindakan Pencegahan Perorangan
Menghindari gigitan nyamuk dengan cara tidak berpergian antara
senja dan malam hari. Jika harus berpergian kenakan celana panjang
oles repellent. Tinggal dalam rumah dengan ventilasi yang memakai
kawat kasa, tidur memakai kelambu terutama pada malam hari akan
mengurangi resiko terkena malaria secara bermakna (Daulay, D.,
2006). Penggunaan obat anti nyamuk semprot atau obat anti nyamuk
bakar juga mencegah tertular malaria. Tindakan pencegahan ini
dianjurkan kepada ibu hamil dan ibu bersalin yang memiliki resiko
berat bagi janin dan proses persalinannya.
2.4. Kerangka Konsep
Berdasarkan hasil studi kepustakaan dapat disusun kerangka konsep penelitian
sebagai berikut:
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
MOTIVASI KERJA Intrinsik
1.Tanggung jawab
2.Komitmen memenuhi standar kerja
3.Inisiatif kerja 4.Rasa prestasi
Ekstrinsik
5. Insentif/honor 6. Kondisi kerja 7. Pengakuan 8. Umpan balik 9. Supervisi
Berdasarkan kerangka konsep diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kinerja petugas malaria puskesmas adalah tingkat penampilan kerja petugas
yang terlibat dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit malaria di
daerah endemis dan non endemis malaria Kabupaten Mandailing Natal tahun
2008.
2. Motivasi kerja adalah dorongan atau rangsangan baik yang berasal dari dalam
diri (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik) yang mampu menggerakkan
petugas untuk melaksanakan tugas dalam program pemberantasan penyakit
malaria yang diukur melalui sub variabel tanggung jawab, komitmen memenuhi
standar kerja, inisiatif kerja, rasa prestasi, insentif/honor, kondisi kerja,
pengakuan, umpan balik dan supervisi.
2.5. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan permasalahan, tujuan dan kerangka konsep penelitian dapat
dirumuskan hipotesa sebagai berikut:
1. Ada hubungan motivasi kerja yang bersifat intrinsik (tanggung jawab, komitmen
memenuhi standar kerja, inisiatif kerja, rasa prestasi) dengan kinerja petugas
malaria puskesmas di daerah endemis dan non endemis malaria Kabupaten
Mandailing Natal tahun 2008.
2. Ada hubungan motivasi kerja yang bersifat ekstrinsik (insentif/honor, kondisi
kerja, pengakuan, umpan balik dan supervisi) dengan kinerja petugas malaria
puskesmas di daerah endemis dan non endemis malaria Kabupaten Mandailing
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat survei dengan pendekatan Explanatory Research yang
bertujuan untuk menjelaskan hubungan motivasi kerja baik intrinsik maupun
ekstrinsik dengan kinerja petugas malaria puskesmas dalam pelaksanaan program
pemberantasan malaria di daerah endemis dan non endemis malaria Kabupaten
Mandailing Natal tahun 2008 melalui pengujian hipotesa (Singarimbun, 1989).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di seluruh wilayah kerja puskesmas yang termasuk
daerah endemis dan non endemis Kabupaten Mandailing Natal. Adapun daerah
Endemis dan Non Endemis sebagai berikut:
1. Daerah Endemis terdiri dari 10 kecamatan dengan 13 puskesmas
a. Kecamatan Siabu : 2 puskesmas
b.Bukit Malintang : 1 puskesmas
c. Penyabungan Utara : 1 puskesmas
d.Penyabungan Kota : 2 puskesmas
e. Penyabungan Timur : 1 puskesmas
f. Penyabungan Barat : 1 puskesmas
g.Penyabungan Selatan : 1 puskesmas
h.Tambangan : 1 puskesmas
i. Lembah Sorik Marapi : 1 puskesmas
2. Daerah Non Endemis terdiri dari 7 kecamatan 9 puskesmas
a. Kotanopan : 1 puskesmas
b.Ulu Pungkut : 1 puskesmas
c. Batang Natal : 1 puskesmas
d.Lingga Bayu : 1 puskesmas
e. Batahan : 2 puskesmas
f. Natal : 2 puskesmas
g.Muara Batang gadis : 1 puskesmas
Penelitian dilakukan pada bulan Oktober tahun 2007 sampai Agustus tahun 2008.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh petugas malaria puskesmas yang terlibat
dalam pelaksanaan kegiatan pemberantasan dan penanggulangan penyakit malaria
yang bertugas di daerah endemis dan non endemis malaria Kabupaten Mandailing
Natal.
Setiap 1 puskesmas mempunyai 1 petugas malaria. Dari 13 puskesmas
endemis malaria terdapat sebanyak 13 petugas malaria dan 9 petugas dari 9
puskesmas daerah non endemis. Jadi total keseluruhan populasi penelitian adalah 22
3.3.2. Sampel
Berhubung jumlah populasi relatif sangat sedikit, maka populasi tersebut
dijadikan sampel penelitian yaitu sebanyak 22 orang (Total Sampling).
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh langsung dari responden melalui teknik wawancara yang berpedoman pada
kuesioner penelitian. Data sekunder merupakan data pencatatan penderita malaria dan
laporan kegiatan sehubungan dengan program pemberantasan malaria yang tersedia
di Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal.
3.5. Definisi Operasional
Berdasarkan kerangka konsep penelitian, maka dapat didefinisikan variabel
dan sub variabel penelitian sebagai berikut:
1. Kinerja petugas malaria puskesmas adalah tingkat penampilan kerja petugas
yang terlibat dalam program pemberantasan penyakit malaria di daerah
endemis dan non endemis wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Mandailing Natal yang meliputi pelaksanaan kegiatan survei aktif,
penyemprotan, pengobatan penderita malaria, penyuluhan dan promosi
kesehatan yang berkaitan dengan pemberantasan malaria, kerja bakti/gotong
royong sebagai wujud peran aktif masyarakat dengan adanya dukungan
fasilitas/ sarana dalam meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Tanggung jawab adalah adanya keterikatan pribadi (komitmen) dari petugas
pemberantasan malaria meliputi disiplin dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan pedoman kerja yang telah ditentukan serta meningkatkan peran aktif
masyarakat dalam kegiatan pemberantasan penyakit malaria secara efektif dan
efisien.
3. Komitmen memenuhi standar kerja adalah bagaimana petugas malaria
puskesmas berkeinginan dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya secara
terarah, terukur yang meliputi skala prioritas dalam pencapaian target dan
program pemberantasan malaria di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Mandailing Natal.
4. Inisiatif kerja adalah bagaimana petugas malaria puskesmas mempunyai
inisiatif tanggung jawab yang meliputi adanya kreatifitas dan selalu siap
dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam menjalankan tugas
secara profesional dan selalu berkoordinasi dengan lintas sektoral di wilayah
kerja masing-masing dalam program pemberantasan malaria di Dinas
Kesehatan Mandailing Natal.
5. Rasa prestasi adalah bagaimana petugas malaria puskesmas memiliki prestasi
dalam melaksanakan pekerjaan yang meliputi kepuasan dalam menyelesaikan
tugas secara tepat waktu sesuai pedoman kerja, mampu mengatasi
permasalahan yang dihadapi serta mengajak masyarakat untuk berperan aktif
dalam kegiatan pemberantasan dan penanggulangan malaria di wilayah kerja
masing-masing di Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal.
6. Insentif/honor adalah adanya wujud tindakan yang diimplementasikan dalam
Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal dalam upaya memotivasi petugas
untuk melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dalam rangka
pencapaian tujuan program pemberantasan malaria yang meliputi penerimaan
dana operasional serta memberi kesempatan petugas untuk melanjutkan
jenjang pendidikan yang lebih tinggi dalam meningkatkan kualitas sumber
daya manusia.
7. Kondisi kerja adalah suasana terjadinya interaksi timbal balik antara petugas
malaria dengan lingkungan kerja di puskesmas endemis dan non endemis
malaria dalam program pemberantasan dan penanggulangan malaria yang
meliputi kondisi tempat kerja, hubungan antara sesama rekan kerja dan atasan
serta didukung oleh sarana prasarana pelaksanaan kegiatan di wilayah kerja
masing-masing untuk meningkatkan kerjasama dalam mengkoordinasikan
program pemberantasan penyakit malaria sesuai pedoman dan petunjuk kerja
di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal.
8. Pengakuan adalah adanya wujud tindakan dari kepala puskesmas terhadap
kinerja petugas malaria puskesmas yang meliputi penghargaan, pengesahan
akreditasi/sertifikat (non material) berdasarkan standar kerja dan pedoman
yang telah ditentukan sesuai dengan keberhasilan petugas dalam
melaksanakan tugas dan fungsi dalam program pemberantasan dan
penanggulangan malaria di wilayah kerja masing-masing di Dinas Kesehatan
Kabupaten Mandailing Natal.
9. Umpan balik adalah ada tidaknya perhatian, tanggapan dan evaluasi kerja
kerja/permasalahan petugas malaria puskesmas dalam melaksanakan tugas di
wilayah endemis dan non endemis malaria untuk mengoreksi atas kebenaran
yang disampaikan petugas malaria puskesmas masing-masing di Dinas
Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal.
10.Supervisi adalah kunjungan dan memberi bimbingan teknis maupun non
teknis secara rutin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal dalam
upaya meningkatkan kinerja petugas malaria puskesmas secara profesional
yang meliputi kegiatan promosi kesehatan, penyuluhan kesehatan, pengobatan
penderita, pelatihan petugas malaria puskesmas, pembagian poster,
stiker/spanduk yang berhubungan dengan kegiatan pemberantasan malaria
serta pembagian kelambu di daerah endemis malaria Kabupaten Mandailing
Natal dalam rangka mensukseskan program MADINA SEHAT 2010 secara
khusus dan mendukung INDONESIA SEHAT 2010.
3.6. Aspek Pengukuran
3.6.1. Variabel Bebas
Khusus pada variabel motivasi kerja terdiri dari motivasi bersifat intrinsik
yang meliputi tanggung jawab, komitmen memenuhi standar kerja, inisiatif kerja, rasa
prestasi dan motivasi kerja bersifat ekstrinsik yang meliputi insentif/honor, kondisi
kerja, pengakuan, umpan balik dan supervisi. Skala pengukuran variabel ini adalah
skala interval dengan tiga kategori yaitu tinggi/ baik, sedang/ cukup baik dan rendah/
tidak baik. Secara rinci aspek pengukuran pada variabel motivasi kerja dapat dilihat
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas
No Variabel
Motivasi Kerja Indikator Kriteria
Bobot
e. Insentif/honor 5
a. Tinggi
Variabel kinerja petugas malaria menggunakan skala interval dan 44
pertanyaaan dengan 17 indikator yang diukur. Berdasarkan total skor yang diperoleh
responden, variabel kinerja dikelompokkan atas 3 kategori yaitu : (Pratomo, 1986)
1. Baik, apabila responden memiliki total skor dengan interval 39 - 51
2. Cukup baik, apabila responden memiliki total skor dengan interval 28 - 38
Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat
Variabel Terikat Indikator Kriteria Bobot
Nilai Skor
Skala Ukur
Kinerja Petugas
Malaria 17
a. Baik b.Cukup baik c. Kurang baik
3 2 1
39 – 51 28 – 38 17 - 27
Interval
3.7. Teknik Analisa Data
Data dikumpulkan melalui tahapan editing, coding dan tabulating. Kemudian
diolah dan dideskripsikan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Data
dianalisis dengan menggunakan metode statistik non parametrik yaitu uji korelasi
Spearman dengan tingkat kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji
Mann-Whitney
Uji korelasi Spearman untuk mengetahui hubungan variabel bebas (motivasi
kerja ) dengan variabel terikat (kinerja petugas malaria puskesmas). Uji
Mann-Whitney bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan antara kinerja petugas
malaria puskesmas daerah endemis malaria dengan petugas di daerah non endemis
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Geografis Kabupaten Mandailing Natal
Secara geografis Kabupaten Mandailing Natal terletak pada 00 100 - 10 500
LU dan 980 500 - 1000 100 BT dengan luas wilayah ± 662.070 Km2. Kabupaten
Mandailing Natal terdiri dari 375 desa/ kelurahan dari 17 kecamatan yang
mempunyai ketinggian bervariasi antara 0 – 1000 meter dari permukaan laut.
Sementara pada ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut jarang terjadi
transmisi/ penularan malaria. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh kecamatan di
Kabupaten Mandailing Natal berpotensi untuk terjadinya transmisi malaria.
4.1.2. Kondisi Demografi
Jumlah penduduk di Kabupaten Mandailing Natal ditahun 2007 sebanyak
417.590 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sekitar 1,01%. Penduduk laki-laki
berjumlah 205.343 jiwa dan perempuan sebanyak 212.247 jiwa dengan 94.479
Kepala Keluarga (KK). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007
No Umur n %
1 1 - 4 tahun 57598 13.8
2 5 - 14 tahun 115407 27.6
3 15 - 44 tahun 184269 44.1
4 45 - 64 tahun 47663 11.4
5 > 65 tahun 12653 3.1
Jumlah 417590 100.0
4.1.3. Kondisi Sosial Ekonomi
Di Kabupaten Mandailing Natal mayoritas penduduknya menganut agama
islam yaitu sebesar 97,4% sedangkan 1,9% penganut agama Kristen Protestan dan
selebihnya Kristen Khatolik dan Budha. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007
No Agama n %
1 Islam 406988 97.4
2 Kristen Protestan 8015 1.9
3 Kristen Khatolik 1326 0.4
4 Budha 1261 0.3
Jumlah 417590 100.0
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007
Sebagian besar penduduk berasal dari suku Mandailing yaitu sebesar 76,43%
sedangkan Melayu sebesar 6,4%. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007
No Suku Bangsa n %
1 Mandailing 319175 76.5
2 Melayu 26700 6.4
3 Jawa 24675 5.9
4 Batak Toba 11700 2.8
5 dan lain-lain 35340 8.4
Jumlah 417590 100.0
Dari tingkat pendidikan sebesar 42,22% penduduk berumur 10 tahun keatas
mempunyai pendidikan tertinggi Sekolah Dasar (SD), 18,9% tamatan Sekolah
Menengah Tingkat Pertama (SMTP/MTs), sedangkan yang tidak/ belum pernah
sekolah serta tidak/ belum tamat SD mencapai 25,23% dari seluruh penduduk. Secara
rinci dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007
No Pendidikan n %
1 Tidak/ belum pernah sekolah 4500 1.18
2 Tidak/ belum tamat 101230 25.23
3 SD 180350 42.22
4 SMTP/MTs 79350 18.90
5 SMTA/MA 44100 10.54
6 Akademik/ Diploma 3970 0.95
7 Universitas 4090 0.98
Jumlah 417590 100.0
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007
4.1.4. Gambaran Sepuluh Penyakit Terbesar di Kabupaten Mandailing Natal
Tahun 2007
Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007
dalam daftar sepuluh penyakit terbesar, penyakit malaria klinis berada diurutan kedua
dan mengalami peningkatan yang cukup bemakna dibandingkan tahun 2006 yaitu
Tabel 4.5. Distribusi Sepuluh Penyakit Terbesar di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007
No Jenis Penyakit n
1 Infeksi Akut lain Pernafasan Atas 16086
2 Malaria Klinis (tanpa pemeriksaan laboratorium) 13064
3 Diare 10245
4 Penyakit lainnya 7751
5 Penyakit Sistem Otot dan Jaringan Pengikat 6673
6 Penyakit Kulit Infeksi 6472
7 TB Paru 5564
8 Penyakit lain pada Saluranm Pernapasan 5548
9 Penyakit Tekanan Darah Tinggi 4726
10 Disentri 3304
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007
4.1.5. Sarana Pelayanan Kesehatan
Setiap tahun jumlah sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Mandailing
Natal semakin bertambah, baik milik pemerintah maupun yang dimiliki oleh swasta.
Pada Tabel 4.6 ini disajikan jumlah sarana kesehatan di Kabupaten Mandailing Natal.
Tabel 4.6. Jenis Sarana Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007
No Jenis Sarana Pelayanan Kesehatan n
1 Rumah Sakit Umum 4
2 Puskesmas Perawatan 2
3 Puskesmas Non Perawatan 20
4 Puskesmas Keliling 33
5 Puskesmas Pembantu 61
6 Rumah Bersalin 6
7 Balai Pengobatan/ Klinik 3
8 Praktik Dokter Perorangan 44
9 Polindes 109
10 Posyandu 405
11 Apotek 7
12 Toko Obat 36
13 Gedung farmasi Kabupaten 1
4.2. Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini responden laki-laki dan perempuan masing-masing
sebanyak 11 orang (50,0%). Sebagian besar responden berumur antara 31 – 35 tahun
yaitu sebanyak 11 orang (50%) dan dilihat dari latar belakang pendidikan minimal
tamatan SPK yaitu ada 6 orang (27,3%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008
4.3. Kinerja Petugas Malaria Puskesmas
Pada penelitian ini variabel kinerja petugas malaria puskesmas diukur melalui
hasil penampilan kerja selama melaksanakan tugas dan fungsinya di daerah endemis
baik dan tidak baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 12 orang (54,5%)
memiliki kinerja cukup baik, 9 orang (41%) memiliki kinerja baik dan 1 orang (4,5%)
termasuk kategori tidak baik. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja Petugas Malaria Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008
No Kinerja Petugas Malaria n %
1 Baik 9 41.0
2 Cukup baik 12 54.5
3 Tidak baik 1 4.5
Jumlah 22 100.0
4.4. Motivasi Kerja Petugas Malaria Puskesmas
4.4.1. Motivasi Intrinsik
Pada penelitian ini variabel motivasi kerja bersifat intrinsik berupa tanggung
jawab, komitmen memenuhi standar kerja, inisiatif kerja dan rasa prestasi yang ada
pada petugas malaria itu sendiri. Motivasi ini masing-masing dikategorikan tinggi,
sedang dan rendah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh petugas malaria
puskesmas memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya,
yaitu sebanyak 13 orang (59,1%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Tanggung Jawab Petugas Malaria Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008
No Tanggung Jawab n %
1 Tinggi 13 59.1
2 Sedang 9 40.9
Dari kategori komitmen memenuhi standar kerja, sebanyak 19 orang (86,4%)
termasuk kategori tinggi dalam berkomitmen melaksanakan tugas dan fungsinya.
Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Komitmen Memenuhi Standar Kerja Petugas Malaria Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008
No Komitmen Memenuhi
Standar Kerja n %
1 Tinggi 19 86.4
2 Sedang 3 13.6
Jumlah 22 100.0
Berdasarkan variabel inisiatif kerja, sebanyak 20 orang (90,9%) memiliki
inisiatif kerja yang tinggi selama menjalankan tugas dan fungsinya. Secara rinci dapat
dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Inisiatif Kerja Petugas Malaria Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008
No Inisiatif Kerja n %
1 Tinggi 20 90.9
2 Sedang 2 9.1
Jumlah 22 100.0
Dari variabel rasa prestasi bekerja sebanyak 16 orang (72,7%) termasuk
memiliki rasa prestasi yang tinggi. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Rasa Prestasi Petugas Malaria Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008
No Rasa Prestasi n %
1 Tinggi 16 72.7
2 Sedang 6 27.3