• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KURIKULUM 2013 BERBASIS KARAKTER UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KURIKULUM 2013 BERBASIS KARAKTER UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

dipersentasikan pada Seminar Nasional Revolusi Indusri 4.0 ke-2 tanggal 16 November 2019, Ibis Styles Hotel-Batam

Volume 2, Nomor 4, Desember 2019 612

ejounal.ymbz.or.id

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KURIKULUM 2013 BERBASIS

KARAKTER UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR

Elsy Melia Syari1), Sepni Wita2) 1

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, STKIP NAsional, Padang Pariaman (penulis 1) email: citrakhansacosmetic@gmail.com

2

Pendidikan Ekonomi, STKIP Nasional , Padang Pariaman (penulis 2) email: sepniwita@rocketmail.com

Abstract

One of the problems encountered is the fact that teaching materials have not been able to explore the potential of students, one of which is mandated in the 2013 curriculum, namely character. The purpose of this study is to develop character-based teaching materials for grade IV elementary school students, This type of research is a model development research with the steps of this study using the Dick & Carey theory (2009: 8). The stages of this research are (1) needs analysis, (2) product design, (3) validation and evaluation, (4) and the final stage. The subjects of this study were grade IV students at SDN 08 Kampung Baru Padusunan. The instruments used were observation sheets, tests, and questionnaires. The results of the research prove that, based on the development of teaching and learning materials that have been conducted, the researcher concludes that character-based teaching materials can develop learning activities and student characters, with the category of learning activities and student characters are in very good condition.

Keywords: Development of teaching materials, character education

ABSTRAK

Salah satu masalah yang dihadapi adalah kenyataan bahwa bahan ajar belum mampu menggali potensi siswa, salah satunya diamanatkan dalam kurikulum 2013, yaitu karakter. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan bahan ajar berbasis karakter untuk siswa sekolah dasar kelas IV. Jenis penelitian ini adalah model pengembangan penelitian dengan langkah-langkah penelitian ini menggunakan teori Dick & Carey (2009: 8). Tahapan penelitian ini adalah (1) analisis kebutuhan, (2) desain produk, (3) validasi dan evaluasi, (4) dan tahap akhir. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV di SDN 08 Kampung Baru Padusunan. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi, tes, dan kuesioner. Hasil penelitian membuktikan bahwa, berdasarkan pengembangan bahan ajar dan pembelajaran yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa bahan ajar berbasis karakter dapat mengembangkan aktivitas belajar dan karakter siswa, dengan kategori kegiatan belajar dan karakter siswa berada dalam kondisinya sangat bagus.

Kata kunci: Pengembangan bahan ajar, pendidikan karakter

PENDAHULUAN

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan

(2)

dipersentasikan pada Seminar Nasional Revolusi Indusri 4.0 ke-2 tanggal 16 November 2019, Ibis Styles Hotel-Batam

Volume 2, Nomor 4, Desember 2019 613

ejounal.ymbz.or.id

mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting.

Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sebagai implikasi dari UU No 20 Tahun 2003 di atas, maka pemerintah terus membenahi kurikulum, salah satunya adalah kurikulum 2013, merupakan kurikulum yang lebih mengedepankan pembinaan karakter siswa, dan dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan secara menyeluruh.

Berdasarkan temuan awal peneliti, memang perangkat pembelajaran yang bernuansa karakter menjadi salah satu permasalahan lembaga pendidikan, khususnya tingkat Sekolah Dasar (SD). Berdasarkan hasil penelitian Fanisa (2015:23) dalam jurnalnya dinyatakan bahwa untuk tingkat SD yang telah menerapkan kurikulum 2013, perangkat pembelajaran seperti RPP, Bahan Ajar, atapun modul pembelajaran belum sepenuhnya berorientasi pada pendidikan karakter. Sehingga, tujuan dari implementasi kurikulum 2013 belum tercapai secara optimal. Dampaknya di tingkat SD, belum tersedianya perangkat pembelajaran berbasis karakter dan pedoman pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter. Secara umum, penelitian ini juga bertujuan untuk melahirkan jurnal nasional terakreditasi serta prosiding pada seminar nasional dan bisa di HAKI-kan. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar berbasis pendidikan karakter. Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN 08 Kampung Baru Padusunan Kota Pariaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan bentuk bahan ajar Kurikulum 2013 berbasis karakter yang valid, praktis dan efektif untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Dari hasil observasi lapangan pada SDN 08 Kampung Baru Padusunan, Kota Pariaman, terlihat masih adanya siswa yang berkata kasar, kurang menghormati guru, bahkan ada yang saling mengejek antar sesamanya. Hal yang sama juga disampaikan oleh guru kelas IV bahwa pentingnya pengembangan bahan ajar berbasis karakter karena di sekolah ini belum ada perangkat pembelajaran bernuansa pendidikan karakter, dan para guru masih kesulitan untuk mencari pedoman bagaimana pengembangan bahan ajar tersebut dan bagaimana implementasinya di lapangan. Ketidakpahaman pendidik serta kekurangan pedoman dalam penyusunan dan pedoman tata cara pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran karakter, mendorong peneliti untuk mengembangkan bahan ajar berbasis karakter tersebut sehingga dapat menjadi pedoman bagi para guru dalam mengembangkan bahan ajar lainnya

1. Bahan Ajar

Menurut Prastowo (2014:1) Bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi,alat maupun teks) yang disusun secara sistematis yang menampilkan sosok utuh dari komptensi yang akan dikuasai oleh peserta didik yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Misalnya ,buku pelajaran, modul atau make, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif dan sebagainya.

(3)

dipersentasikan pada Seminar Nasional Revolusi Indusri 4.0 ke-2 tanggal 16 November 2019, Ibis Styles Hotel-Batam

Volume 2, Nomor 4, Desember 2019 614

ejounal.ymbz.or.id

Dapat dikatakan bahwa bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru atau instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Dalam proses pembelajaran pendidik menyajikan materi kepada peserta didik. Pembuatan bahan ajar yang menarik dan inovatif adalah hal yang sangat penting dan merupakan tuntunan bagi setiap pendidik. Disamping itu (Rahmat, 2011:152) menjelaskan bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya adalah “isi: dari kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/subtopik dan rinciannya. Bahan ajar atau materi pembelajaran secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik serta digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

Menurut Prastowo (2014:25-26) fungsi bahan ajar ini dapat dibedakan menjadi 2 macam : Fungsi bahan ajar bagi pendidik,diantranya : (a) menghemat waktu pendidikan dalam mengajar, (b) mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi seorang fasilisator, (c) meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif, (d) sebagai pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan semua aktifitas dalam proses pembelajaran dan merupakan kompetensi yang semestinya diajarkan kepada peserta didik, (e) sebagai alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran.

2. Pendidikan Karakter

Majid (2011:11) menyatakan bahwa pendidikan karakter didefinisikan sebagai kualitas mental atau moral, nama atau reputasi dan memiliki ciri khas. Ciri khas tersebut ialah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut dan merupakan mesin pendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar, dan merespons sesuatu. Karakter identik dengan akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhan, dengan dirinya, sesama manusia, maupun dengan lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkatan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.

Menurut Mu`in (2011:287), pendidikan karakter bisa dianggap sebagai proses yang terjadi secara sengaja, direncanakan, didesain dan diorganisasi berdasarkan perundang-undangan yang dibuat. Misalnya, UU Sisdiknas yang merupakan dasar penyelenggaraan pendidikan.. Pendidikan karakter tanpa identifikasi karakter hanya akan menjadi sebuah perjalanan tanpa akhir, petualangan tanpa peta. Kemudian, ruang lingkup atau sasaran dari pendidikan karakter ialah satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Peran ketiga aspek tersebut sangat penting guna membentuk dan menanamkan pendidikan karakter pada peserta didik. Hal tersebut sangat ditentukan oleh semangat, motivasi, nilai-nilai, dan tujuan dari pendidikan. Adapun penilaian pendidikan dan pembelajaran karakter dapat dikategorikan sebagai beriku (Direktorat Pembinaan SMP, 2010).

BT : Belum Terlihat (apabila siswa belum meperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator)

(4)

dipersentasikan pada Seminar Nasional Revolusi Indusri 4.0 ke-2 tanggal 16 November 2019, Ibis Styles Hotel-Batam

Volume 2, Nomor 4, Desember 2019 615

ejounal.ymbz.or.id

MT : Mulai Terlihat (apabila siswa sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten)

MB : Mulai Berkembanng (apabila siswa sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten).

MK : Membudaya (apabila siswa terus-menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten).

3. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 menerapkan pembelajaran tematik-integratif untuk seluruh jenjang kelas, Ini berbeda dengan penerapan pembelajaran pada kurikulum sebelumnya, yang hanya menerapkan pembelajaran tematik (hanya tematik, tanpa tambahan integratif) pada siswa kelas I – III. Model pembelajaran tematik-integratif merupakan model pembelajaran yang pengembangannya dimulai dengan menentukan topik tertentu sebagai tema atau topik sentral, Sasmito dan Mustadi (Jurnal Pendidikan Karakter, 2015:72). Setelah tema ditetapkan, selanjutnya tema tersebut dijadikan dasar untuk menentukan dasar-dasar subtema dari bidang study lain yang terkait. Forgaty (dalam Sasmito, 2015:72).

Proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang holistik. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa standar proses pembelajaran adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif. Selain itu, proses pembelajaran juga dapat memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Pembelajaran terpadu dalam kurikulum 2013 merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu, siswa akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan makna bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.

Untuk itu guru dituntut harus mampu merancang dan melaksanakan program pengalaman belajar dengan tepat. Manfaat dari pembelajaran terpadu yaitu banyak topik-topik yang tertuang disetiap mata pelajaran mempunyai keterkaitan konsep yang dipelajari oleh siswa. Sebagai guru, harus pandai dalam memilih topik yang sesuai dalam membimbing pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, di SDN 08 Kampung Baru Padusunan, belum adanya terlihat pembelajaran yang berbasis karakter, padahal SD ini menerapkan kurikulum 2013.

(5)

dipersentasikan pada Seminar Nasional Revolusi Indusri 4.0 ke-2 tanggal 16 November 2019, Ibis Styles Hotel-Batam

Volume 2, Nomor 4, Desember 2019 616

ejounal.ymbz.or.id

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah penelitian pengembangan untuk menghasilkan produk berupa bahan ajar pada Tema 9 Kayanya Negeriku Subtema 3 Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam di Indonesia. Tahapan pengembangan yang digunakan adalah teori Dick & Carey, mulai dari analisis kebutuhan, desain produk, validasi, evaluasi, dan tahap akhir yaitu penyelesaian produk. Jenis data yang digunakan adalah data primer, yang diperoleh langsung dari hasil observasi dan wawancara peneliti dengan siswa dan guru yang merupakan bagian dari data kualitatif. Sedangkan, bentuk kuantatifnya adalah berasal dari data hasil belajar siswa. Instrumen yang digunakan adalah angket, lembar observasi dan tes. Analisis dilakukan dengan menggunakan persentase.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis karakter yang ditekan pada penelitian adalah (1) Percaya diri, (2) peduli, (3) tanggung jawab, (4) spritual, (5) kritis, (6) kreatif, (7) kerja keras, (8) mandiri, (9) komunikatif, (10) toleransi, (11) kerja sama, (12) jujur, (13) disiplin, dan (14) berani. Secara umum, perkembangan karakter siswa sangat baik karena karakter siswa berada dalam kondisi sangat baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

1. Analisis Karakter

Grafik : Tingkat Capaian Responden

Berdasarkan tabel di atas tergambar perolehan skor karakter yang dianalisis melalui tingkat capaian responden pada umumnya berada dalam kategori sangat baik dengan nilai rata-rata capaian responden sebesar 81,78%. Artinya bahan ajar yang dikembangkan dengan karakter dapat menumbuhkembangkan karakter siswa. Adapun karakter yang sangat menonjol adalah percaya diri, peduli, tanggung jawab dengan kisaran angka di atas 90%.

2. Hasil belajar

Analisis hasil belajar aspek kognitif dilakukan dengan menyesuaikan nilai yang diperoleh siswa dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) individu yaitu ≥ 75% dan persentase ketuntasan klasikal ≥ 77 %. Siswa yang memperoleh nilai sama maupun diatas 75%, dinyatakan telah tuntas dalam belajar mengenai materi kekayaan sumber daya alam di Indonesia

Sebaliknya siswa yang memperoleh nilai di bawah 75% dinyatakan tidak tuntas terhadap materi yang dipelajari. Demikian juga terhadap ketuntasan klasikal, bila ketuntasan klasikal yang diperoleh sama maupun lebih dari KKM klasikal maka kelas

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 92.75 92.75 91.30 89.13 82.61 78.99 85.51 76.81 71.01 81.88 70.29 76.81 67.39 87.68

(6)

dipersentasikan pada Seminar Nasional Revolusi Indusri 4.0 ke-2 tanggal 16 November 2019, Ibis Styles Hotel-Batam

Volume 2, Nomor 4, Desember 2019 617

ejounal.ymbz.or.id

tersebut dinyatakan tuntas dalam belajar. Namun bila ketuntasan klasikal yang diperoleh di bawah ketuntasan klasikal maka kelas tersebut dinyatakan tidak tuntas dalam belajar.

Berdasarkan hasil belajar siswa untuk tema Kekayaan Sumber Daya Alam di Indonesia pada sub tema 3 yaitu pelestarian kekayaan sumber daya alam di indonesia. Berdasarkan analisis diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas sebanyak 23 orang dan semua siswa tuntas dengan nilai rata-rata kelas adalah 80,76 dengan tingkat ketuntasan kelas 100%.

Berdasarkan data hasil belajar diperoleh ketuntasan siswa dalam tema 9 sub 3 ini adalah tuntas 100% dan adanya peningkatan karakter siswa selama pembelajaran berlangsung. Bahan ajar yang telah dikembangkan ini dapat juga digunakan oleh guru sebagai contoh untuk membuat inovasi terhadap pengembangan bahan ajar lainnya. Hal yang perlu diperhatikan sebelum merancang bahan ajar salah satunya adalah perkembangan siswa berdasarkan usia. Berkenaan dengan hal ini, Piaget dalam Budiningsih (2012) mengemukakan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.

Di bawah ini akan dibahas tentang masing-masing validitas, praktikalitas dan efektivitas dari bahan ajar berbasis karakter yang telah berhasil dikembangkan oleh peneliti.

1. Validitas Bahan Ajar

Validasi bahan ajar bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar yang valid, praktis, dan efektif. Menurut Darmadi (2011) validitas berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen dalam melakukan fungsi ukurannya. Validasi terhadap bahan ajar oleh validator ahli, terbagi pada aspek yang berbeda-beda sesuai dengan keahlian yang dimilki oleh masing-masing validator. Yusuf (2005) mengemukakan bahwa kunci dasar untuk mendapatkan construct validity yang tinggi adalah ketepatan, kesesuaian dan kebenaran “construct” yang disusun sebelumnya. Untuk itu penimbang (judger) sangat diperlukan dan menentukan kevalidan suatu instrumen. Penimbang tersebut hendaklah seseorang yang ahli dalam bidang instrumen yang disusun serta memahami pula bagaimana menyusun instrumen yang baik dan benar.

Bahan ajar berbasis karakter pada aspek didaktik dinyatakan valid oleh validator karena indikator yang dikembangkan telah merujuk pada KD dan KI rumusan tujuan pembelajaran telah sesuai dengan indikator. Kajian atau permasalahan pada bahan ajar telah membangkitkan aktifitas siswa berpikir kritis dan membantu mereka mengkaitkan pengetahuan dengan kehidupan nyata siswa. Hal yang lebih penting adalah dapat membangkitkan karakter siswa.

Bahan ajar berbasis karakter pada aspek isi dinyatakan valid oleh validator. Materi dalam bahan ajar sesuai dengan KD dan KI dalam kurikulum 2013 sesuai dengan tingkatan SD, artinya pembeljaaran telah dilakukan secara tematik. Namun sudah dapat mendukung pemahaman materi sehingga baik digunakan untuk mengukur kemampuan siswa.

Hasil ini sejalan dengan pendapat Bandono (2009) menyatakan bahwa dalam menyusun bahan ajar harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. Kevalidan ini juga tercapai karena uraian materi sudah lengkap dan jelas serta menyajikan unsur-unsur yang berkaitan dengan kebutuhan nyata siswa dan berkaitan dengan lingkungannya seperti penerapan pola hidup sehat.

Ditinjau dari aspek bahasa dan keterbacaan, bahan ajar juga dinyatakan valid oleh validator karena bahan ajar telah menggunakan kaidah bahasa yang baik dan benar, ejaan yang disempurnakan dan istilah yang sesuai dengan konsep yang menjadi pokok

(7)

dipersentasikan pada Seminar Nasional Revolusi Indusri 4.0 ke-2 tanggal 16 November 2019, Ibis Styles Hotel-Batam

Volume 2, Nomor 4, Desember 2019 618

ejounal.ymbz.or.id

bahasan sehingga mudah dipahami oleh siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Bandono (2009) dalam menyusun bahan ajar cetak hendaknya memperhatikan bahasa yang digunakan dan kemudahan dibaca.

Bahan ajar dinyatakan valid pada aspek kegrafikaan oleh validator karena bahan ajar telah dirancang dengan tampilan yang menarik dan jenis serta ukuran tulisan sudah sesuai dengan kebutuhan siswa. Penyajian organisasi tiap subbab dan indikator sudah tersusun secara sistematis. Penyajian materi juga dilengkapi dengan gambar untuk memperjelas materi yang dibahas.

Gambar yang digunakan jelas dan menarik serta warna dan ukuran gambar dapat dilihat dengan baik sehingga siswa dapat memahami materi pelajaran dengan baik. Penggunaan gambar dalam proses pembelajaran akan memudahkan siswa untuk memahami materi pelajaran. Gambar berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran yakni berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa untuk memperjelas dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit serta mudah dipahami. Belajar dengan gambar mengiring siswa belajar bermakna dan memungkinkan materi menjadi mudah dimengerti dan membantu daya ingat terhadap pokok bahasan yang dipelajari. Sejalan dengan pendapat Sanjaya (2010: 168) bahwa penggunaan gambar dalam pembelajaran itu dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada siswa.

Penyajian materi dalam bahan ajar disusun dengan memperhatikan aspek karakter. Untuk mendukung pelaksanaan bahan ajar ini, peneliti juga membuat RPP. Pada RPP dimuat unsur-unsur karakter yang akan dikembangkan dalam pembelajaran. Alasan peneliti menggunakan pendekatan tersebut adalah agar siswa mampu menggali potensi dan mengembangkan karakter dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian yang sangat valid terhadap bahan ajar, menandakan bahwa bahan ajar yang dikembangkan berbasis karakter telah dapat digunakan sebagai sumber belajar pada materi kekayaaan sumber daya alam Indonesia.

2. Praktikalitas bahan ajar

Praktikalitas terhadap bahan ajar yang dikembangkan diketahui dari pelaksanaan ujicoba. Data praktikalitas diperoleh dari praktikalitas bahan ajar oleh guru dan praktikalitas bahan ajar oleh siswa.

a. Praktikalitas Bahan Ajar oleh Guru

Hasil analisis angket respon guru terhadap bahan ajar pembelajaran yang dikembangkan berbasis karakter mengungkapkan kategori penilaian secara keseluruhan sangat praktis. Pada penilaian terhadap aspek kemudahan penggunaan bahan ajar. Hal ini berarti bahan ajar yang dilengkapi dengan unsur-unsur karakter pada pembelajaran mudah digunakan dalam proses pembelajaran untuk dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

Pada aspek waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan juga termasuk kategori sangat praktis. Bahan ajar yang dikembangkan mendukung pembelajaran yang efisien dan praktis karena dapat menghemat energi dan waktu mengajar guru. Pada aspek mudah diinterpretasikan dalam pelaksanaan juga sangat praktis. Hal ini berarti bahan ajar mudah diinterpretasikan oleh guru yang bersangkutan maupun guru bidang studi lain. Sedangkan pada aspek memiliki ekivalensi antara bahan ajar berbasis termasuk kategori sangat praktis.

Kepraktisan ini tercapai juga karena bahan ajar dan media pembelajaran tersebut merupakan variasi dari sumber pembelajaran. Menurut Sukardi (2011:52) menyatakan bahwa suatu produk dikatakan praktis dapat dilihat dari kemudahan penggunaannya,

(8)

dipersentasikan pada Seminar Nasional Revolusi Indusri 4.0 ke-2 tanggal 16 November 2019, Ibis Styles Hotel-Batam

Volume 2, Nomor 4, Desember 2019 619

ejounal.ymbz.or.id

waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan, daya tarik produk terhadap minat siswa dan mudah diinterpretasikan oleh guru.

b. Praktikalitas Bahan Ajar oleh Siswa

Respon yang diberikan siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan bahan ajar adalah sangat praktis. Bahan ajar dikatakan sangat praktis karena mudah dalam menggunakannya. Selain itu siswa juga tertarik menggunakan bahan ajar karena bahan ajar ini belum pernah digunakan oleh siswa. Yusuf (2005) mengemukakan syarat kepraktisan salah satunya adalah mudah diadministrasikan. Hal ini berarti siswa dapat memahami dan menggunakan bahan ajar sesuai petunjuk yang ada.

Analisis terhadap lembar praktikalitas mengungkapkan bahwa bahan ajar yang digunakan dapat membantu siswa memahami materi pelajaran dan dapat mengkaitkannya dengan kehidupan sehari-sehari disekitar siswa. Selain itu dengan di berikannya gambar dan animasi yang menarik lebih mudah bagi siswa dalam memahami pelajaran. Dari pelaksanaan bahan ajar membuat guru tidak terlalu lama menerangkan sehingga pelajaran tidak lagi monoton bagi siswa. Bahan ajar ini juga mudah dalam digunakan dan antara bahan ajar memiliki ekivalensi dengan video yang ditampilkan.

Bahan ajar yang dikembangkan ini sebagai salah satu upaya menunjang pembelajaran dengan berorientasi student centered learning. Untuk itu, agar tujuan pembelajaran dapat terwujud sebagaimana yang diharapkan, guru dapat mencoba merancang bahan ajar yang lebih inovatif dan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa.

3. Efektivitas Bahan Ajar

Keefektifan bahan ajar pada penelitian ini dilihat dari kemampuan bahan ajar ini untuk mengaktifkan siswa dalam belajar dan memudahkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Pada penelitian ini keefektifan bahan ajar ditinjau dari aktivitas dan hasil belajar siswa.

a. Aktivitas Siswa

Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa menunjukan aktivitas yang diharapkan. Penggunaan bahan ajar dalam proses pembelajaran membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis aktivitas belajar siswa selama pembelajaran pada pertemuan 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 terlihat semua aktivitas yang diinginkan tampak dalam pengamatan observer.

Sejalan dengan pendapat Kemp dan Jerrol, (1994:144) menyatakan ”aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat dilihat berdasarkan keikutsertaan dan keterlibatannya dalam memberi respon”. Berdasarkan hasil penelitian Widodo (2009:55) yang menyatakan bahwa keterampilan siswa dalam bertanya dapat meningkatkan kemampuan berfikir secara sistematis dan memperluas wawasan siswa serta dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Aktivitas siswa yang tinggi akan meningkatkan karakter siswa yang tinggi juga.

(9)

dipersentasikan pada Seminar Nasional Revolusi Indusri 4.0 ke-2 tanggal 16 November 2019, Ibis Styles Hotel-Batam

Volume 2, Nomor 4, Desember 2019 620

ejounal.ymbz.or.id

Berdasarkan data aktivitas dari 23 siswa yang telah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar terlihat bahwa aktivitas siswa dari semua pertemuan menunjukkan kriteria baik bahkan sampai sangat baik. Ali dan Sukisno dalam Wati (2011:79) berpendapat bahwa peran media dan sumber ajar dalam pembelajaran adalah: 1) membangkitkan motivasi belajar, 2) merangsang peserta didik untuk belajar penuh semangat, 3) mengaktifkan respon peserta didik, 4) segera diperoleh umpan balik dari peserta didik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bahan ajar berbasis karakter tidak hanya membangkitkan karakter siswa tetapi juga aktivitas belajar siswa.

b. Hasil Belajar Siswa

Tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui keefektifan proses pembelajaran. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh oleh siswa setelah mereka mengalami pengalaman belajar. Tujuan dari penilaian hasil belajar adalah untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan.

Berdasarkan data hasil belajar yang sudah diperoleh, rata-rata hasil belajar siswa setelah belajar dengan menggunakan bahan ajar adalah 80.76. Nilai tes hasil belajar yang telah diperoleh, kemudian dibandingkan dengan KKM yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Sari (2014) dalam jurnal penelitiannya menyatakan bahwa pembelajaran perlu memperhatikan perkembangan siswa, termasuk di dalamnya adalah KKM.

KKM adalah kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan. Setiap peserta didik dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individual) jika proporsi jawaban benar peserta didik ≥75%, dan ketuntasan klasikalnya ≥77% dari ketuntasan belajar tersebut dapat diperoleh data bahwa 100% siswa telah tuntas.

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan memudahkan peserta didik dalam memahami materi pelajaran, sehingga hasil belajar peserta didik menjadi lebih baik. Maleka (2016) menyatakan bahwa hasil belajar menunjukkan seberapa besar kemampuan peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya.

KESIMPULAN

Berdasarkan pengembangan terhadap bahan ajar pembelajaran dan uji coba yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa bahan ajar berbasis karakter dapat mengembangkan aktivitas belajar dan karakter siswa, dengan kategori aktivitas belajar dan karakter siswa berada dalam kondisi sangat baik.

SARAN

Berdasarkan analisis data dan kesimpulan dari penelitian ini, maka peneliti menyampaikan saran sebagai berikut: (1) bagi kepala sekolah: agar meminta guru untuk membuat bahan ajar berbasis karakter, agar meminta guru menggunakan bahan ajar berbasis karakter, (2) bagi guru, agar menggunakan bahan ajar berbasis karakter sebagai alternatif bahan ajar untuk siswa SD kelas IV, (3) bagi peneliti lain: agar dapat mengembangkan bahan ajar yang lebih kreatif pada materi lainnya, agar dapat mengembangkan bahan ajar dengan pendekatan yang lainnya, agar dapat mempertimbangkan mengembangkan hasil penelitian ini dalam ruang lingkup yang lebih luas.

(10)

dipersentasikan pada Seminar Nasional Revolusi Indusri 4.0 ke-2 tanggal 16 November 2019, Ibis Styles Hotel-Batam

Volume 2, Nomor 4, Desember 2019 621

ejounal.ymbz.or.id

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penelitian ini, penulis banyak memperolah bantuan baik moril ataupun materi dari berbagai pihak, antara lain :

1. Kemenristekdik, yang telah memberikan kesempatan dan bantuan dana penelitian sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik.

2. Pihak kampus, STKIP Nasional, yang telah memberikan dukungan moril dan izin penelitian sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan.

3. Pihak Sekolah (SDN 08 Kampung Baru Padusunan, Kota Pariaman ) dan Dinas Pendidikan Kota Pariaman, yang telah memberi izin pelaksanaan penelitian ini. 4. Teman-Teman sejawat dan para validator serta observer yang telah membantu

penyelesaian penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Dick, W Carrey, L, dan Carey, J.O. (2009) The Systematic Design of Instuction. New Jersey: Pearson.

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Fanisa, Hani. 2015. Jurnal Penelitian: Pengambangan Bahan Ajar untuk Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar. Padang: UNP

Istiningsih, Galih. 2017. Jurnal. Pengembangan Model Pembelajaran Tebak Kata di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian, Vol. 23. Tahun 2017: Jakarta

Jurnal Pendidikan Karakter. 2015.

Rahkmat. 2015. Pengembangan Bahan Ajar berbasis Karakter, tingkat Sekolah Dasar dan Menengah

Prastowo, Andi. 2014. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif ( Yogyakarta: Diva Press,2014)

Majid, Abdul . 2011. Pendidikan Karakter Persfektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Maleka, Risstituati. 2016. Jurnal. Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Media Gambar di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan, Cipta Cendikia. 2016

Mu’in, Fatchul . 2011. Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoritik dan Praktik. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Pearson

Sugiyono. 2011 Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sari, Wahyuni. 2014. Jurnal. Aplikasi Bahan Ajar berbasis Scientifik di Sekolah Menengah.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta

Gambar

Grafik : Tingkat Capaian Responden

Referensi

Dokumen terkait

Atas berlangsungnya aksi demo yang aman dan damai."Omzet penjualan selama sehari merugi tidak menyurutkan rasa pelaku usaha, bahagia, bangga, dan terharu, atas jalannya

Program community service ini sebagai bentuk dari belajar mengajar bahasa kedua yang ber- fokus pada proses dalam pemerolehan bahasa target seperti yang dimunculkan oleh

Selain itu juga neraca ketersedian tanah berisi tentang kesesuaian penggunaan tanah dengan tata ruang, informasi daerah potensi zonasi tanah serta status penguasaan dan

Berdasarkan hasil wawancara dari sembilan dosen yang terdiri dari satu hingga dua orang per fakultas terdapat rata-rata jumlah video yang digunakan untuk pembelajaran adalah

Seperti yang sudah dijelaskan diatas peneliti akan menganalisis lirik lagu ‘Menoleh’ menggunakan teori semiotika Ferdinand De Saussure untuk melihat makna

Berdasarkan pelaksanaan PKM diSMK Diponegoro Kecamatan karang Anyar Kabupaten Pekalongan terkait peningkatan pemahaman pengelasan SMAW , maka kegiatan pengabdian

Perceived quality merupakan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan produk berkaitan dengan maksud yang diharapkan. Untuk mengukur

bahwa pendekatan ini bisa meningkatkan resiliensi mahasiswa STAIN Ponorogo. Berdasarkan uraian di atas yang memaparkan dampak masalah