• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

Dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan satu hal yang mendasar. Salah satu bentuk kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh manusia adalah komunikasi massa. Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Secara sederhana, komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, yakni surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film.

Perkembangan media komunikasi modern dewasa ini telah memungkinkan orang di seluruh dunia untuk dapat saling berkomunikasi hal ini dimungkinkan karena adanya berbagai media (channel) yang dapat digunakan sebagai sarana penyampaian pesan. Media penyiaran, yaitu radio dan televisi merupakan salah satu bentuk media massa yang efisien dalam mencapai audiennya dalam jumlah yang sangat banyak. Karenannya media penyiaran memegang peranan yang sangat penting dalam ilmu komunikasi pada umumnya dan khususnya ilmu komunikasi massa.

Sedangkan pengertian komunikasi massa media televisi ialah proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Dalam komunikasi massa media tersebut, lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan

(2)

organisasi yang kompleks dan pembiayaan yang besar. Karena media televisi bersifat transitory (hanya meneruskan), mata pesan-pesan yang disampikan melalui komunikai massa media tersebut hanya dapat didengar dan dilihat sekilas. Pesan-pesan televisi bukan hanya didengar, tetapi juga dapat dilihat dalam gambar. Sehubungan dengan media massa peneliti membahas empat unsur yaitu:

a. Media Cetak

Sejarah media modern bermula dari buku cetak. Meskipun pada awalnya upaya pencetakan buku merupakan upaya penggunaan alat teknik untuk memproduksi teks yang sama atau hampir sama, yang telah disalin dalam jumlah besar, namun upaya itu masih saja disebut semacam revolusi. Surat kabar pada masa awal ditandai oleh wujud tetap, bersifat komersial (dijual secara bebas), bertujuan memberi informasi, mencatat, menyajikan adpertensi, hiburan dan desas-desus.

b. Film

Meskipun film sebagai penemuan teknologi baru telah muncul pada akhir abad ke 19, tetapi apa yang dapat diberikannya sebenarnya tidak terlalu baru dilihat dari segi isi atau fungsi. Film berperan sebagai saran baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu.

c. Radio dan Televisi

Radio dan televisi lahir setelah adanya penemuan teknologi-telepon, telegraph, photografi (yang bergerak dan tidak bergerak), dan rekaman suara. Terlepas dari adanya perbedaan jelas, yang dewasa ini meliputi baik segi isi

(3)

maupun segi penggunaannya, radio dan televisi dapat dibahas bersmaan. Radio pada mulanya hanya suatu teknologi; setelah itu barulah radio berperan sebagai alat pelayanan; demikian pula hal nya dengan televisi yang pada mulanya lebih dipandang sebagai barang mainan atau sesuatu yang baru dari pada sebagai suatu penemuan serius atau sesuatu yang memberikan sumbangan terhadap kehiupan sosial. Keduanya lahir dengan memanfaatkan semua media yang sudah ada sebelumnya.

d. Media elekronik baru

Media telematik banyak digembar-gemborkan orang sebagai produk terbaru dari peradaban teknologi yang kelak akan menggeser televisi sebagaimana yang kita kenal dewasa ini. Perangkat telematik mencakup beberapa unit. Pada bagian tengahnya terdapat unit layar gambar (layar televisi) yang dihubungkan dengan jaringan komputer. Perangkat media elektronik baru ini mencakup beberapa sistem teknologi : sistem transmisi (melalui kabel atau satelit); sistem miniaturisasi; sistem penyimpanan dan pencarian informasi; sistem penyajian gambar (dengan menggunakan kombinasi teks dan grafik secara lentur); dan sistem pengendalian (oleh komputer).

2.2. Televisi Sebagai Media Massa

Definisi televisi pada penulisan skripsi ini adalah televisi siaran (television broadcast), merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa yaitu, berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga,

(4)

pesannya umum, sasarannya menimbulkan keserempakan, dan komunikannya heterogen. Hal tersebut perlu dijelaskan karena disamping televisi siaran terdapat juga televisi jenis lain, diantaranya closed circuit television (CCTV) atau jaringan televisi sekitar yang sering dikomunikasikan dikampus-kampus atau tempat lain.

Berbeda dengan televisi siaran yang sistem hubungannya antara pemancar dengan pesawat penerima tanpa kawat, maka pada CCTV kedua komponen jaringan tersebut dihubungkan dengan kabel koeksial, yakni untuk menyalurkan pesan-pesan dari studio CCTV. Selain itu pesan-pesannya khusus, misalnya bahan kuliah, dan komunikannya homogin umpamanya para mahasiswa.

2.3. Sistem Produksi Program Televisi

Penetapan pelaksanaan produksi dilakukan sesuai SOP (standard Operation Procedure) dan pelaksanaan produksi program TV diatur atau dilaksanakan secara bertahap. Menurut Wibowo (2007: 23) bahwa dalam merencanakan sebuah produksi program televisi, seorang produser akan dihadapkan pada hal-hal sekaligus yang memerlukan pemikiran mendalam, yaitu:

a. Materi Produksi

Bagi seorang produser materi produksi dapat berupa apa saja, seperti kejadian, pengalaman, hasil karya, benda, binatang, dan manusia merupakan bahan yang dapat diolah menjadi produksi bermutu. Suatu kejadian istimewa biasanya merupakan materi produksi yang baik, untuk program documenter atau talkshow. Kejadian tersebut haruslah dilengkapi dengan latar belakang kejadian dan hal-hal

(5)

lain yang dirasakan perlu, agar program tersebut dapat menarik minat pemirsa untuk menontonnya. Atas dasar inilah diperlukan sebuah riset yang mendalam, agar semua data terkait materi produksi tersebut lengkap.Selanjutnya dari hasil riset maka muncul gagasan atau ide, yang kemudian diubah menjadi tema. Tema ataupun konsep program kemudian diwujudkan menjadi treatment, yang merupakan langkah pelaksanaan perwujudan gagasan untuk menjadi sebuah program.

b. Sarana Produksi

Sarana produksi merupakan fasilitas yang menjadi penunjang terwujudnya ide menjadi konkret, yaitu hasil produksi. Di sini diperlukan sarana yang bermutu dan berkualitas, dalam menghasilkan gambar dan suara yang bagus. Terdapat adanya 3 (tiga) unit pokok peralatan yang diperlukan sebagai alat produksi, yaitu unit peralatan perekam gambar, perekam suara, dan unit peralatan pencahayaan. Kualitas standar dari ketiga sarana tersebut akan menjadi pertimbangan utama bagi seorang produser, untuk memulai perencanaan produksinya.

c. Biaya Produksi

Perencanaan budget atau biaya produksi sangat penting dalam menunjang produksi, sehingga program bisa dijalankan dengan baik dan lancar. Biaya produksi berbeda-beda, tergantung program yang ingin dibuat. Bisa documenter maupun talkshow. Tanpa adanya biaya yang mencukupi, maka nantinya dapat menghambat pelaksanaan tim produksi saat membuat sebuah program di televisi.

(6)

Biaya tersebut haruslah direncanakan dengan matang dan benar, untuk mencegah terjadinya kekurangan atau pemborosan.

d. Pra produksi (Perencanaan dan Persiapan)

Tahapan ini terdiri dari tiga tahap yaitu penemuan ide, perencanaan dan tahap persiapan. Tahap penemuan ide dimulai ketika produser menemukan gagasan lalu mengadakan riset dan menulis naskah sendiri atau memberikan tugas kepada script writer untuk mengembangkan gagasan menjadi naskah hasil riset. Tahapan perencanaan meliputi penetapan jangka waktu produksi dengan merencanakan jadwal kerja, penyempurnaan naskah, pemilihan artis, penetapan lokasi dan crew. Disamping itu juga merencanakan anggaran biaya produksi yang didalamnya termasuk estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi penggunaan biaya. Tahap persiapan, meliputi kegiatan

Mengkordinasikan sumber-sumber produksi diantaranya mengindentifikasi bookingan dan pemberesan semua kontrak, dan surat menyurat. Memesan sumber daya dalam produksi, latihan artis, pembuatan seting, ceking dan melengkapi peralatan. Pada tahap persiapan ini juga harus merencankan pengaturan kebutuhan transportasi baik untuk pengangkutan bahan dan peralatan produksi maupun pengangkutan crew, artis dan pimpinan produksi dari dan ke lokasi shoting. Tahapan ini dilaksanakan sesuai schedule yang telah ditetapkan.

e. Tahap Produksi

Menurut Sofyan Assauri, produksi didefinisikan sebagai berikut : “Produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan

(7)

(utility) sesuatu barang atau jasa, untuk kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor produksi dalam ilmu ekonomi berupa tanah, tenaga kerja, dan skill (organization, managerial, dan skills). Tahap ini dimulai setelah perencanaan dan persiapan sudah selesai. Diharapkan sesuai dengan schedule yang telah ditetapkan, sutradara bekerja sama dengan artis dan crew membuat shoting scrip yaitu menterjemahkan naskah produksi sehingga menjadi susunan gambar-gambar yang mampu bercerita. Shoting script ini akan dipakai panduan bagi semua kerabat kerja termasuk para artis khususnya bagi kameramen.

Sutradara akan membuat daftar shot (shot list) dari setiap adegan (scene), karena sutradaralah yang menetapkan jenis shot yang akan diambil. Tetapi kadang-kadang juga memberi kebebasan kameramen untuk berkreasi menentukannya. Satu kalimat dari naskah dapat diwujudkan menjadi beberapa shot yang berurutan. Penata cahaya melakukan tugasnya agar tidak teralalu kontras atau juga sellouet, ada bayangan yang sangat mengganggu gambar atau situasinya berubah karena pencahayaan yang tidak tepat dan sebagainya. Oleh karena itu banyaknya sinar atau cahaya yang dibutuhkan kamera sangat diperhitungkan jangan terlalu banyak dan jangan samapai kurang. Demikian pula arah cahaya yang jangan sampai menentang kamera. Hal itu semua harus dipikirkan oleh seorang penata cahaya. Penata sound atau suara juga bertanggung jawab menempatkan posisi mic sehingga suara artis jelas dan logis, volume sesuai dengan situasi yang diharapkan naskah. Suara gangguan seperti angin dan suara lingkungan yang tidak diharapkan perlu dihindari atau dihilangkan. Dan yang

(8)

penting jangan sampai mic kelihatan oleh kamera (kecuali penyanyi pada konser misalnya). Oleh karen itu mic dilengkapi dengan stand yang bisa diangkat dan diarahkan diluar jangkauan kamera. Semua shot harus dicatat dan diberi kode waktu (time code) sesuai nomer yang ada pada pita VCR untuk memberi petunjuk pada editor agar bisa mencari setiap shot dengan cepat. Setelah shoting hasil nya harus diperiksa apakah ada kesalahan, bagaimana kualitas gambarnya, suaranya dan sebagainya. Apabila terdapat kekeliruan atau kualitas gambarnya kurang baik maka shot tersebut harus diulangi. Sudah biasa dalam produksi satu adegan diulang-ulang untuk mendapatkan hasil gambar yang terbaik. Setelah semua shot dilaksanakan dan tidak ada kesalahan, maka master shotnya atau juga disebut original material atau row foot age dubuat catatanya (logging) untuk kemudian diserahkan kepada editor.

f. Tahapan Pasca Produksi

Tahapan produksi ini ada tiga langkah yaitu editing off line, editng on line dan mixing. Prose editing ada dua macam sesuai peralatannya yaitu editing analog dan digital atau non linear dengan perangkat komputer editing. Editing off line analog atau linear, didalam logging semua hasil shoting telah diberi tanda (time code) yaitu nomor kode berupa digit frame, detik, menit dan jam dimunculkan dalam gambar. Hasil pengambilan setiap shot telah dicatat oleh scriptwriter. Berdasarkan catatan tersebut sutradara akan melakukan editing off line yaitu editing kasar dengan copy video VHS sesuai dengan gagasan dalam synopsis dan

(9)

treatmen. Materi shoting langsung dipilih dan disambung-sambung dalam pita VHS. Setelah selesai laly hasilnya dilihat secara cermat dalam screaning.

Apabila masih belum memuaskan perlu ditambah atau di edit lagi sampai hasilnya memuaskan. Setelah editing off line selesai lalu membuat editing script atau naskah editing yang didalamnya sudah dilengkapi dengan narasi, ilustrasi musik. Format naskah editing sama dengan format naskah scenario, tetapi sudah dilengkapi dengan logging untu mempermudah editor melakukan editing. Selanjutnya hasil shoting asli dan naskah editing diserahkan memiliki kualitas standard broadcast. Pita VHS hasil editing off line digunakan editor sebagai panduan editing on line. Editing on line analog berdasarkan naskah editing editor melakukan editing hasil shoting asli. Sambungan-sambungan setiap shot dan setiap adegan (scene) dibuat persis atau tepat berdasarkan time code dalam naskah editing.Sound asli dimasukan dengan level yang seimbang dan sempurna sehingga tidak saling interferensi atau mengganggu agar enak didengar. Dengan demikian editing on line sudah selesai dan hasilnya masuk pada proses mixing. Mixing adalah pencampuran antara gambar dan suara. Narasi yang sudah direkam dan ilustrasi musik yang juga sudah direkam lalu dimasukan kedalam pita hasil editing on line sesuai dengan petunjuk yang ada dalam naskah editing. Keseimbangan antara suara asli, narasi, ilustrasi musik dan sound efek sangat diperhatikan agar serasi dan harmonis sehingga terdengar jelas. Misalnya pada waktu diperlukan suara narasi, maka suara lainnya menjadi backsound maka volumenya harus dikurangi.

(10)

Demikian pula bila diperlukan suara asli maka yang lain volumenya dikurangi. Suara backsound adalah 1/3 dari suara normal setelah proses mixing selesai maka proses produksi sudah selesai dan tinggal mengadakan preview bila mungkin ada saran-saran perbaikan. Selanjutnya prgram setiap ditayangkan atau disiarkan ke public. Ediitng off line digital (non linier). Pada prinsipnya editing off line digital prosesnya sama dengan analog, hanya untuk editing digital menggunakan bantuan peralatan komputer editing yang memiliki fasilitas editing seperti pinecle studio, matrox, canupus dengan program aplikasi juga bermacam-macam seperti adobe premier, ulied, three dmax, after effect dan sebagainya.

2.4 Peralatan Pendukung Program Televisi

Multi kamera adalah format shooting dengan menggunakan lebih dari satu kamera, dihubungkan melalui satu sistem yang terintegrasi. Jadi, kalaupun menggunakan lebih dari satu kamera ketika tidak terintegrasi satu sama lain maka format tersebut belum bisa dikategorikan sebagai multicam system. Sedangkan dari segi penayangannya bisa disiarkan secara langsung (live) atau tayang tunda (live on tape). Jenis acara televisi yang menggunakan multicamera di antaranya : talkshow, sitkom, game show, music show, quiz, magazine, variety show. Tidak seperti pada sistem singlecam, peralatan yang digunakan pada multicam jauh lebih kompleks, banyak peralatan yang dipergunakan. Paling tidak peralatan di bawah ini yang digunakan pada shooting dengan sistem multicamera. Semua peralatan di atas terbagi atas dua tempat, yakni di studio atau dilapangan serta di Master Control Room/MCR.

(11)

a. CCU/Camera Control Unit

Ini merupakan satu alat yang bisa mengontrol beberapa fungsi yang ada di kamera. Yang bisa dikontrol atau digantikan fungsinya melalui alat ini diantaranya adalah pengaturan pencahayaan (brightness contrast) temperatur warna (color temperature), kecepatan (shutter speed), white balance, serta warna hue (red, green, blue). Jumlah CCU yang digunakan sama persis dengan jumlah kamera yang digunakan karena masing-masing kamera dikontrol oleh satu CCU.

b. Vision Mixer

Satu alat untuk mengatur pemilihan gambar lengkap dengan berbagai jenis transisi. Banyak jenis vision mixer, dari yang paling sederhana yang hanya memiliki tiga source input dengan satu source ouput sampai yang paling lengkap dengan source input dan output puluhan. Alat ini berbentuk keyboard dengan banyak tombol dengan masing-masing fungsi.

c. Monitor

Berfungsi untuk melihat tampilan visual yang dihasilkan dari kamera. Banyaknya monitor yang digunakan tentu saja tergantung dari berapa kamera yang digunakan. Ada monitor dari berbagai source kamera, monitor preview, serta monitor hasil akhir.

d. VTR/Video Tape Recorder

VTR/Video Tape Recorder atau biasa juga disebut VCR/Video Cassette Recorder digunakan untuk merekam hasil shooting. Ada dua jenis VTR yang digunakan yakni VTR yang digunakan untuk merekam dan VTR yang digunakan untuk

(12)

menayangkan source video/play back yang sebelumnya sudah dibuat, biasa juga dikenal dengan sebutan VT.

e. Character Generator

Biasa juga disebut dengan CG atau Chargen , ini adalah untuk membuat serta menampilkan title, sub title. Serta graphic yang dibutuhkan dalam tayangan produksi acara televisi. Ada yang berbentuk keyboard yang dihugungkan langsung ke vision mixer, ada juga berbentuk satu unit komputer yang berdiri sendiri yang bisa dihubungkan ke vision mixer.

f. Waveform

Alat ini digunakan untuk mengukur kualitas video yang dihasilkan oleh masing-masing kamera serta dari VT (materi audio dan video). Juga bisa digunakan untuk mengukur audio. Waveform menampilkan graphic yang menjadi parameter atau acuan yang bisa digunakan apakah kualitas video dan audio sudah sesuai harapan. g. Talkback

Untuk sarana komunikasi antar kru yang terlibat dalam sebuah produksi televisi dengan multicamera diperlukan alat komunikasi. Alat vital ini dinamakan talkback. Tidak seperti pada kamera ENG, dalam kamera EFP dan kamera studio, talkback bisa diintegrasikan langsung di kamera tersebut. Talkback terdiri atas microphone serta headset.

h. Teleprompter

Tidak semua produksi multi kamera memerlukan alat ini, sangat tergantung dari jenis acara yang diproduksi. Ini merupakan alat bantu bagi anchor atau pembawa

(13)

acara untuk menyampaikan informasi tertentu. Satu set alat ini terdiri dari monitor yang diintegrasikan pada kamera serta satu unit komputer di MCR.

i. Audio Mixer

Pengaturan suara dilakukan menggunakan audio mixer, yang tidak hanya mengatur volume tinggi rendahnya suara yang dihasilkan tapi meliputi berbagai kepentingan audio secara keseluruhan.

2.5 Format Acara Televisi

Genre atau format program televisi dilihat dari konsep dasar produksi televisi dan arah terbentuknya hybridity, format program pada hakikatnya terbagi menjadi 3 (tiga) bagian utama yaitu fiksi, non fiksi (karya artistik), serta informasi (jurnalistik) (Fachruddin, 2015: 71). Adapun untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini:

Gambar 2.1

Format Program Televisi

Sumber: Fachruddin, 2015: 72. Informasi / News

(Aktual & Faktual) (Timeless & Faktual) Non Fiksi (Timeless & Imajinatif) Fiksi

2. News Buletin 3. Current Affair 4. Features 5. Magazine News 6. Talkshow News 7. Live Events 1. Kuis / Musik 2. Variety Show 3. Reality Show 4. Game Show 5. Talkshow 6. Komedi 7. Dokumenter 1. Drama 2. Sinetron 3. Sitkom 4. Film

(14)

Mencermati genre atau format program televisi pada gambar di atas, maka masing-masing genre memiliki beberapa kategori lalu bisa diklasifikasikan lebih spesifik lagi. Genre atau format program televisi terus berkembang sesuai dengan kebutuhan industri televisi, yang ditopang dengan kemajuan teknologi dan adanya perkembangan jaman (trend). Atas dasar inilah maka format tersebut dapat dijabarkan di bawah ini:

2.5.1 Genre atau Format Program Informasi

Landasan aktual dan faktual atas peristiwa yang terjadi, maka genre sub kategorinya terdiri atas (Fachruddin, 2015: 72 - 74):

a. News Buletin

Kumpulan materi berita yang disajikan dari laporan tentang fakta peristiwa atau pendapat dalam tulisan / narasi, audiovisual, gambar foto, peta, grafis, baik direkam atau live aktual, menarik, bermanfaat, dan dipublikasikan oleh media televisi. Setiap item materi berita singkat (duasi 2 (dua) hingga 3 (tiga) menit) dengan total durasi news bulletin adalah slot 30 menit.

b. Current Affairs (sedang terjadi)

Program menyajikan informasi terkait dengan suatu berita penting yang sebelumnya muncul, dibuat secara lengkap dan mendalam. Formatnya bisa berbentuk dialog dalam news bulletin, dan durasinya bisa disesuaikan dengan kebutuhan.

(15)

c. Features

Berita ringan dengan durasi singkat (1 (satu) sampai 2 (dua) menit yang dapat disisipkan pada program berita, bersamaan dengan hard news. Berita ringan namun menarik yang disisipkan maksudnya adalah informasi lucu, unik, aneh, serta dapat menimbulkan kekaguman. Features jenis ini dikategorikan soft news, karena tidak terikat dengan waktu penayangan.

d. Magazine News

Berbagai macam rubrik dan tema features yang disajikan dalam reportase aktual atau timeless, dan dibuat dalam satu paket slot program televisi.

e. Talkshow News

Program dialog yang dipandu oleh seorang pembawa acara/ moderator/ host dengan beberapa narasumber sesuai kebutuhan redaksi/ divisi current affairs, yang membahas konten isu hangat sedang berkembang atau berkaitan dengan hardnews dari program berita suatu stasiun televisi. Frekuensinya regular setiap hari, bahkan bisa lebih sesuai kebutuhan redaksi.

f. Live Events

Suatu peristiwa atau kegiatan yang memiliki nilai berita; penting, menarik, dan laku dijual serta disiarkan secara live oleh stasiun televisi. Adapun kontennya seperti seremonial, bencana alam, event olahraga, kasus hukum, dan tokoh popular.

(16)

g. Investigasi

Peliputan berita yang merupakan pengungkapan terhadap pelanggaran atau kejahatan yang merugikan kepentingan publik, karena dirahasiakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

2.5.2 Genre atau Format Program Non Fiksi (Non Drama)

Landasan timeless dan faktual atas peristiwa yang terjadi, maka genre sub kategorinya terdiri atas (Fachruddin, 2015: 74 - 76):

a. Kuis

Program permainan yang melibatkan beberapa peserta dengan dipandu oleh seorang pembawa acara, yang saling berinteraksi dalam bertanya dan menjawab suatu soal permainan sebagai hiburan belaka. Selanjutnya untuk permainan kuis memang dibutuhkan tingkat inteligensi tinggi, wawasan luas dan pengetahuan beragam. Bahkan bukan soal adu kepintaran saja atau kemampuan untuk berpikir cepat dan tepat, namun peserta program kuis dan permainan diharapkan berwawasan luas dengan keberanian mengambil resiko pada setiap permainannya. Misalkan kuis ”Berpacu Dalam Melodi”, ”Family 100”, ”Who Wants To Be Millionaire” dan lain sebagainya.

b. Musik

Format acara televisi yang menyajikan pertunjukkan musik dari satu / banyak penyanyi dan pemain musik, diselenggarakan di lokasi in door ataupun out door, dimana produksi televisi harus menggunakan sistem rekaman multi kamera,

(17)

c. Variety Show

Hiburan yang terdiri dari berbagai format program dan tindakan, terutama pertunjukkan musik, jogetan dan musik, agama, moment today, komedi sketsa, games, dan biasanya diperkenalkan oleh pengantar (pembawa acara) atau host. Pertunjukkan yang mendukung variety show termasuk hipnotis, dukungan hewan, aksi sirkus, akrobat, juggling, romance, kejutan kepada pengisi acara dan kru, membagi-bagikan hadiah, dan lain sebagainya.

d. Reality

Program yang menggambarkan adegan yang seakan-akan benar atau kenyataan berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang umumnya khalayak umum biasa, bukan artis tertentu.

e. Game Show

Sebuah acara permainan yang mengadu kemampuan, keterampilan, keuletan dan kesabaran setiap peserta. Demi kemenangan maka mereka harus diuji setiap langkah, melalui jebakan dan sejumlah rintangan. Setiap lolos dari jebakan tersebut peserta akan mendapatkan tambahan nilai (score). Sesekali diselipkan pertanyaan untuk menguji pengetahuan umum, atau dialog ringan untuk mengetahui reaksi peserta.

f. Talkshow Entertainment

Program dialog yang dipandu oleh seorang pembawa acara / moderator / host yang umumnya sudah memiliki ketenaran (dominasi artis), dengan beberapa narasumber sesuai konsep prosedur atau tim kreatif. Di sini konten yang dibahas

(18)

adalah segala sesuatu yang menarik / marketable, bagi departemen program stasiun televisi ataupun production house. Frekuensi penayangan biasanya 1 (satu) minggu sekali atau beberapa kali disesuaikan dengan strategi programming dari stasiun televisi tersebut. Misalkan ”Oprah Winfrey Show”, ”Kick Andy”, ”Mata Najwa”, dan lain sebagainya.

g. Talkshow Sponsorship

Program dialog yang dipandu oleh seorang pembawa acara / moderator / host dengan beberapa narasumber yang mensponsori atau blocking program sesuai konsep produser / tim kreatif atau pihak sponsor, dengan konten yang dibahas segala sesuatu yang merupakan promosi komersial atau sosialisasi program kerja yang dikemas semenarik mungkin / marketable oleh departemen program stasiun televisi sesuai permintaan sponsor utama. Frekuensi penayangan biasanya sekali seminggu atau beberapa kali, disesuaikan dengan keberadaan dan kepentingan pihak sponsor. Misalkan program talkshow ”8-11” di Metro TV dengan sponsor The Mansion of Kemang, Sentul City, Dukuh Golf Kemayoran (property). Selain itu ada juga talkshow ”Coffee Break” (TV One) dengan konten Kurikulum 2013 (blocking Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), Syariah Mandiri, dan lain sebagainya.

h. Komedi / Lawakan

Genre program acara televisi yang menampilkan secara personal atau sekelompok orang mempertunjukkan adegan lelucon sebagai hiburan segar yang tidak membutuhkan kemampuan berpikir penonton dan intelektualitas tinggi

(19)

untuk memahami isi pesannya, sederhana, serta mudah dimengerti oleh seluruh tingkatan usia.

i. Documenter

Program yang mengkombinasikan seni pembuatan film, seni produksi televisi, dan penulisan jurnalistik dengan tema tertentu, disajikan dengan gaya bercerita menggunakan narasi (dengan voice over – hanya terdengar suara tanpa wajah yang menyuarakan tampak di layar monitor), menggunakan wawancara, juga illustrasi musik sebagai penunjang gambar visual (picture story) dengan tujuan to show the audience what has never been seen. Durasi program dokumenter disesuaikan dengan slot time 30 menit atau 60 menit, tetapi kalau untuk kalangan umum dan konsumsi film teater maka tergantung sang kreatornya.

2.5.3 Genre atau Format Program Fiksi (Drama)

Landasan timeless dan imajinatif atas peristiwa yang terjadi, maka genre sub kategorinya terdiri atas (Fachruddin, 2015: 76 - 77):

a. Drama

Semua bentuk tontonan yang mengandung cerita, yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Drama televisi yang ditayangkan atau dipentaskan melalui televisi. Keunggulan drama televisi mampu mendramatisir ketika melukiskan flashback (kenangan masa lalu). Drama televisi berbentuk skenario cerita ditampilkan dalam film, sinetron, atau telenovela.

(20)

b. Sinetron

Drama dalam rangkaian episode, yang menyajikan cerita dari berbagai tokoh secara bersamaan. Masing-masing tokoh memiliki alur cerita mereka sendiri-sendiri, tanpa harus dirangkum menjadi suatu kesimpulan. Kemasannya dibuat dalam konsep dasar produksi televisi.

c. Film / Sinema Movie

Audio visual yang merupakan karya seni dalam bentuk popular, dari hiburan dan juga bisnis. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu), dengan kamera dan / atau oleh animasi.

d. Sitcom

Sitcom atau komedi situasi adalah komedi drama dengan tema yang berubah-ubah sesuai kreativitas sang kreator, dimana beberapa karakter pameran selalu sama dan hampir menggunakan latar, lokasi, dan dekorasi yang hampir sama setiap kali tayang di televisi. Sitcom berdurasi slot 30 menit dan 60 menit, merupakan genre komedi yang berasal dari radio.

2.6 Program Talkshow

Dari uraian pada genre atau format program televisi di atas maka pada penulisan skripsi ini penulis memfokuskan program non fiksi talkshow entertainment bernama Mata Najwa, yang tayang di Metro TV. Menurut Fachruddin (2015: 154) bahwa talkshow entertainment adalah program dialog yang dipandu oleh seorang pembawa acara/ moderator/ host, yang umumnya sudah memiliki ketenaran

(21)

(dominasi artis) dengan beberapa narasumber sesuai konsep produser atau kreatif. Konten yang dibahas adalah segala sesuatu yang menjadi isu hangat dan menarik atau marketable bagi departemen program stasiun televisi.

Dalam memproduksi program talkshow seorang produser, tim kreatif dan sutradara harus memperhatikan betul keinginan penonton di rumah yang ingin menyaksikan adu argumentasi yang berkualitas tanpa ada skenario yang dibuat-buat. Adapun hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut (Fachruddin, 2015: 156): a. Pembicaraan harus selalu berlawanan (pro dan kontra konflik).

Harus ada yang setuju dan menolak, berikanlah kesempatan kepada para penonton untuk mengikuti alasan-alasan pembicara dalam adu debat secara wajar. Bila perlu jangan lakukan pemotongan pembicaraan apabila perdebatan sedang meninggi atau mencapai puncaknya. Bila perdebatan tidak beranjak dari satu topik tetapi masih menarik, biarkanlah mengalir selama masih ada waktu yang memungkinkan (durasi cukup).

b. Pembaca acara/ moderator/ host menguasai topik yang dibicarakan.

Hal ini sangat penting untuk diperhatikan oleh sutradara atau produser dari program talkshow, karena program ini kurang menantang. Mereka menganggap produksi program talkshow tidak dapat mengeksploitasi kreativitas visual dengan kecanggihan editing, dan keunggulan teknologi lainnya. Mereka berpendapat bahwa program talkshow kurang menantang, kurang greget, atau dalam bahasa anak mudanya ”kurang seru”. Padahal di negara maju seperti Amerika Serikat,

(22)

program adu argumentasi (talkshow) justru mendapatkan rating tertinggi atau nomor wahid.

c. Host talkshow harus memiliki jam terbang tinggi.

Host untuk program talkshow haruslah memiliki keterampilan yang bisa menjiwai isu hangat, momentum atau event penting yang dibahas sesuai hard news yang sedang terjadi. Agar kelangsungan talkshow bisa berjalan lancar, maka traffic control pembicaraan yang ”dijabat” seorang pewancara / host yang andal menjadi penting perannya. Ia haruslah seorang wartawan yang mempunyai jam terbang tinggi,

d. Shot the people who talk

Bagi penonton televisi menonton acara adu debat ibarat menonton program pertandingan sepak bola. Alasannya jika menonton bola maka penonton ingin melihat pemainnya, arah bola ke gawang lawan, dan skills para pemain bola tersebut. Artinya penonton akan terpaku di depan televisinya, menyaksikan pertandingan dari sejak peluit dibunyikan hingga berakhirnya pertandingan ini. e. Insert footage, company profile dan grafik.

Tujuannya untuk memberikan variasi agar talkshow bagus ditonton, dan tidak teralu monoton menghadirkan host dengan narasumbernya. Penambahan grafik lebih memperkuat data, sehingga talkshow memiliki konten yang kuat berdasarkan data akurat.

(23)

2.7 Sistem Integrasi Program Televisi

Seperti dijelaskan di atas bahwa salah satu syarat sebuah produksi dikatakan menggunakan sistem multi kamera, ketika masing-masing alat tersebut terintegrasi satu sama lain. Secara skematik sederhana adalah sebagai berikut : Kamera terhubung dengan CCU, dari CCU masuk source input ke Vision Mixer, dari Vision Mixer dikeluarkan melalui VTR. Semua sistem program harus melewati metode produksi untuk menghasilkan program yang diinginkan antara semua krew yang bertugas.

Komunikasi yang baik diperlukan di semua tahapan produksi, yakni pre- production, production, dan post production. Di saat pre production, komunikasi sudah terjalin antara penulis naskah dengan produser serta dengan director. Tiga elemen penting ini sering disebut dengan triangle system. Dalam sebuah produksi multicamera, komunikasi sangat intens terjadi ketika suatu produksi berjalan. Program Director selaku komandan dalam satu produksi harus mampu mengkomunikasikan semua gagasan dengan baik pada semua level kru produksi.

Untuk memudahkan komunikasi tersebut sudah dimudahkan dengan “bahasa” kesepakatan yang sudah baku di dunia broadcasting manapun, walaupun kenyataanya kadang sedikit ada perbedaan pemakaian istilah. Namun yang paling penting adalah harus ada kesepakatan yang bisa dimengerti penuh oleh semua kru produksi. Selain kesamaan bahasa, hal menujang lainnya adalah alat komunikasi. Banyak alat komunikasi yang bisa digunakan untuk menunjang agar komunikasi bisa berjalan baik. Diantara alat dan media itu :

(24)

a. Talkback & Clearcomm

Ini sebetulnya mirip dengan walkie talkie, yakni sebuah alat komunikasi yang didesain khusus untuk keperluan shooting. Talkback & Clearcomm terdiri atas microphone serta headset, dimana cameraman bisa berkomunikasi dengan Program Director/PD. Pada kamera studio, ada panel khusus yang bisa disambungkan dengan alat ini. PD bisa mengarahkan setiap cameraman dengan bantuan alat ini.

b. Teleprompter

Teleprompter sebetulnya ”bukan” alat komunikasi dan tidak di desain untuk keperluan itu. Teleprompter merupakan satu set alat untuk membantu anchor atau pembawa acara membaca naskah. Teleprompter di “tempelkan” pada lensa kamera, sehingga ketika anchor membaca pandangan mata masih ke arah kamera. Nah,untuk beberapa hal telepromter ini bisa juga digunakan director atau producer untuk memberikan “isyarat” tertentu pada pembawa acara tadi. c. Headset

Ini merupakan alat paling umum yang dipakai oleh pengisi acara, FD, kameramen, dan seluruh krew yang sedang menangani acara agar bisa menerima informasi dari PD tentang apa saja yang harus dia lakukan. PD atau produser memberikan arahan secara langsung pada pengisi acara yg umumnya adalah seorang anchor untuk melakukan keinginan PD tadi.

(25)

d. Cue Card

Konvensional dan sudah dari sejak dulu digunakan, tapi masih digunakan hingga sekarang. Cue Card adalah secarik kertas yang berisi info atau point-point penting sebagai guidance yang harus dilakukan atau dibawakan pembawa acara. Acara dengan konsep live, sering menggunakan cue card sebagai bantuan. e. Camera Card

Jika Cue Card diperuntukan bagi pengisi acara, maka Camera Card bermanfaat bagi cameraman. Dalam Camera Card terdapat info tentang komposisi, pergerakkan camera, yang dijadikan panduan kameraman dalam pengambilan gambar.

f. Command’s Hand

Ini yang paling sering digunakan. Komunikasi non verbal, hanya menggunakan tangan sebagai simbol yang sudah disepakati secara umum. Command’s hand dilakukan oleh floor director/FD atau floor manager/FM. Komunikasi ini sebetulnya tetap bersumber dari PD yang disampaikan pada FD, karena ketidakmungkinan perintah PD secara langsung pada pengisi acara.

g. Producer’s Message

Pada acara quiz atau gameshow alat ini biasanya digunakan. Producer’s message menggunakan monitor komputer sebagai bantuan. Producer atau PD menuliskan pesan-pesan tertentu yg ingin disampaikan pada pembawa acara dengan mengetikkan pesan. Pesan tersebut bisa dibaca oleh pengisi acara di monitor

(26)

komputer yang dekat dengan dia. Kuis happy song menggunakan fasilitas ini untuk komunikasi antara pembawa acara dengan produser/PD.

2.8 Sistem TV Digital

TV Digital di sini bukan berarti pesawat TV-nya yang digital, melainkan lebih kepada sinyal yang dikirimkan adalah signal digital atau mungkin yang lebih tepat adalah siaran digital (Digital Broadcasting). Televisi digital adalah sebuah teknologi yang diterapkan pada sinyal siaran televisi atau jenis televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal video, audio, dan data ke pesawat televisi.

2.8.1 Dampak Yang Timbul Dari Adanya TV Digital

Migrasi dari teknologi analog ke teknologi digital membutuhkan penggantian perangkat pemancar TV dan penerima siaran TV. Karena pesawat TV analog tidak bisa menerima sinyal digital, maka diperlukan alat tambahan yang dikenal dengan Set-Top Box yang berfungsi menerima dan merubah sinyal digital menjadi sinyal analog. Kemajuan teknologi ini tidak bisa dihindari, namun setiap kali suatu bentuk teknologi komunikasi baru muncul, pasti akan timbul pertanyaan dampak apa yang ditimbulkan, apa keuntungan dan manfaatnya bagi masyarakat. Teknologi digital memiliki banyak kelebihan dibanding analog, diantaranya :

a. Bertambahnya jumlah penyelenggara siaran televisi dan radio dengan kualitas penerimaan siaran yang lebih baik.

(27)

b. Bertambahnya jumlah saluran untuk menayangkan hasil produksi dalam negeri maupun luar negeri.

c. Dimungkinkan adanya fitur-fitur dan layanan baru seperti data casting, video on demand.

d. Efisiensi dalam pemanfaatan spectrum frekuensi dan daya pancar.

2.8.2 Latar Belakang Pengembangan TV Digital a. Perubahan lingkungan eksternal

b. Pasar TV analog yang sudah jenuh

c. Komplain adanya noise, ghost dan lain sebagainya.

d. Kompetisi dengan sistem penyiaran satelit dan kabel (Cable Television)

2.8.3 Keunggulan TV Digital

a. High Definition. 5~6 kali lebih halus dibanding televisi analog

b. Finest sound. Kemampuan mereproduksi suara seperti sumber aslinya c. Multifunction. Memberi kemampuan untuk merekam dan mengedit siaran d. Multichannel (satu saluran dapat diisi lebih dari 5 program yang berbeda)

2.8.4 Perbedaan Televisi (TV) Analog dan Televisi (TV) Digital

Kelebihan signal digital dibanding analog adalah ketahanannya terhadap noise dan kemudahannya untuk diperbaiki (recovery) di penerima dengan kode koreksi error (error correction code). Perbedaan TV Digital dan TV Analog hanyalah perbedaan pada sistim tranmisi pancarannya, TV kebanyakan di Indonesia,

(28)

masih menggunakan sistim analog dengan cara memodulasikannya langsung pada Frekwensi Carrier. Sedangkan pada sistim digital, data gambar atau suara dikodekan dalam mode digital (diskret) baru di pancarkan. Sebagai ilustrasi jika 'dahulu' kita menonton film lewat VCR (video yang pakai pita), maka itu adalah analog dan sekarang dalam format digital MPEG, atau kalau kalau mendengarkan musik dengan pita kaset, itu adalah analog, tapi jika mendengarkan MP3 maka Digital. Selanjutnya sedikit yang membedakan TV Analog dan Digital adalah pada sistem pemrosesan sinyalnya. Pada sistem digital karena diperlukan tambahan proses, misalnya Fast Fourier Transform (FFT), Viterbi decoding dan equalization di penerima, maka TV Digital ini akan sedikit terlambat beberapa detik dibandingkan TV Analog. Ketika TV Analog sudah menampilkan gambar baru, maka TV Digital masih beberapa detik menampilkan gambar sebelumnya.

Kualitas digital jadi lebih bagus, karena dengan format digital banya hal dipermudah. Seperti kalau dulu CD-A (CD audio analog) atau laser disk jaman dahulu dimana satu keping hanya mampu memutar lagu selama 60 menit atau sekitar 6 lagu, maka dengan mode digital sekarang pada CD yang sama bisa disimpan lagu digital format MP3 hingga mencapai ratusan lagu. Kalau pada TV analog satu pemancar dengan pemancar lainnya harus dengan frekwensi berbeda, maka dengan mode digital satu frekuensi bisa memancarkan banyak siaran TV.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji wilcoxon skala nyeri pada penderita asam urat sebelum dan sesudah pemberian kompres hangat daun kelor dengan nilai p value 0,000 < 0,05, yang berarti

10 tahun 2004 menjelaskan bahwa, “Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara adalah sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 yang menempatkan Pancasila sebagai

Pemberian pekerjaan rumah oleh guru di latar belakangi oleh kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran, selain itu melalui pemberian pekerjaan rumah (PR) diharapkan siswa

adalah dengan memilih untuk menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto, Pembukuan, Status sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) atau Status sebagai non Pengusaha Kena

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan guna peningkatan kualitas kerja sebagai pengajar professional. Kesadaran ini akan timbul dan berkembang sejalan

dari keistimewaan dan keunikan orang berkumis yang digunakan oleh laki- laki, atas dasar pengamatan dan pemahaman yang telah dipaparkan sebelumnya, pencipta

Pertunjukan tayub biasanya dipandu oleh seorang pengarih, tetapi apabila pertunjukan itu melibatkan beberapa orang joged (biasanya lebih dari empat orang joged) maka

Untuk membangun brand image yang sesuai untuk Body Care Puspa Lestari yang merupakan gabungan dari beberapa unsur yaitu unsur tradisional, ilmu botani, dan gaya yang chic, maka