• Tidak ada hasil yang ditemukan

OTONOMI DAERAH PENGARUHI PERKEMBANGAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DI DAERAH. Hasanuddin, dan Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OTONOMI DAERAH PENGARUHI PERKEMBANGAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DI DAERAH. Hasanuddin, dan Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

OTONOMI DAERAH PENGARUHI PERKEMBANGAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DI DAERAH

UJUNG PANDANG - Dalam penjelasan UU No. 2/1989, tentang sistem pendidikan nasional, ditegaskan bahwa pendidikan tidak mungkin terselenggara dengan baik, jika para tenaga kependidikan maupun peserta didik tidak didukung fasilitas sumber belajar yang diperlukan. Salah satu media pembelajaran termaksud adalah perpustakaan. Kedudukan dan keberadaan perpustakaan pada jalur pendidikan formal (sekolah) maupun non formal (luar sekolah) sangat vital. Walau demikian, kenyataan menunjukkan bahwa pembinaan dan pengembangan perpustaka-an, khususnya perpustakaan sekolah belum menggambarkan kondisi ideal. Persoalan ini makin mengemuka ketika diimplementasi-kannya otonomi daerah. Implikasi ini akan berdampak negatif bila para pustakawan, guru, dan kepala sekolah kurang mencermati fenomena yang berkembang di era informasi dewasa ini. Era informasi menuntut kepekaan lingkup akademis terhadap sarana pendidikan.

Masalah inilah yang menjadi topik bahasan lokakarya bertemakan Strategi pembinaan dan pengembangan perpustakaan sekolah dalam era otonomi di Sulawesi Selatan, 6-7 November 2001. Pertemuan yang dihadiri oleh sekitar 100 guru dan pustakawan se Sulawesi Selatan, diprakarsai oleh para pustakawan di lingkungan Universitas Negeri Makassar (UNM). Bertempat di auditorium Amanagappa, kampus UNM Jl. Pangeran Petta Rani, Makassar, lokakarya dibuka oleh Rektor UNM yang diwakili oleh Pembantu Rektor Bidang Akademik, setelah didahului oleh laporan Ketua Panitia Yusuf A. Massijaya dan sambutan Kepala Perpusnas Dady P. Rachmananta, yang sekaligus menjadi penyaji pertama dengan makalah Seputar kebijakan Perpustakaan Nasional RI tentang pengembangan perpustakaan sekolah. Hadir pada acara ini Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan dan Kajian Minat Baca, Perpusnas, Idris Kamah. Penyaji lain dari Dinas Pendidikan, Badan Kepegawaian Negara, Perpustakaan Universitas

Hasanuddin, dan Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah.

GUBERNUR SUTIYOSO BUKA RAKERNAS KE-11 IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA Jakarta (5/11/01) Bertempat di Auditorium Perpusnas RI Gubernur KDKI Jakarta Sutiyoso membuka Rakernas ke 11 dan Seminar Ilmiah Ikatan Pustakawan Indonesia yang bertemakan Dengan semangat Otonomi Daerah Kita Mantapkan Profesi Pustakawan Indonesia. Acara diawali oleh Laporan Ketua Panitia Supriyanto serta sambutan Ketua Umum PP IPI Ediyami Bondan Andoko dihadiri a.l. Kepala Perpustakaan Nasional RI Dady P. Rachmananta, para pustakawan utama, pengurus pusat dan daerah serta kalangan swasta.

Dalam sambutannya Gubernur Sutiyoso mengatakan bahwa Rakernas ke 11 IPI mengisyaratkan tentang tingginya kepedulian dan komitmen para pustakawan untuk meningkatkan profesinya pada awal memasuki era Otonomi Daerah, disamping memberlakukan tata nilai dan paradigma baru di era reformasi yang penuh tantangan untuk melaksanakan perubahan dan pembaruan di segala kehidupan masyarakat. Di bagian lain Sutiyoso mengatakan bahwa pustakawan merupakan tenaga profesional yang dibutuhkan, terutama dalam hal melayani masyarakat akan kebutuhan informasi walaupun masih ada anggapan bahwa profesi pustakawan kurang dikenal dan diminati oleh angkatan kerja generasi muda, karena kurangnya penghargaan baik oleh pemerintah dan masyarakat. Dalam kesempata itu Gubernur mengharapkan agar eksistensi dan penghargaan dibahas, mengingat perpustakaan sebagai salah satu sarana pendukung pengembangan pendidi-kan nasional masih membutuhpendidi-kan tenaga yang pustakawan yang perlu perhatian serius agar kesinambungan tetap eksis dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Sementara itu Menteri Negara Komunikasi dan informasi Syamsul Muarif yang tampil sebagai pembicara utama pada seminar itu mengatakan dalam era globalisasi dan informasi peran pustakawan sangat diharap-kan untuk bisa ikut membangun

(2)

infrastruktur jaringan informasi serta melayani dan mengembangkan kebutuhan informasi, disamping bisa melaksanakan UU sistem informasi nasional, pada bagian lain Syamsul Muarif menyatakan bahwa pustaka-wan adalah juga pahlapustaka-wan tanpa tanda jasa seperti guru, karena secara tidak langsung ikut mencerdaskan bangsa melalui perpusta-kaan yang dikelolanya, walau sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dari pemerintah.

Pada sesi berikutnya juga dilaksanakan Diskusi Panel yang menampilkan 5 (lima) pembicara masing-masing adalah JP. Rompas (Pustakawan), Sulistyo Basuki (JIP-UI), Agus Purwanto (IDI), Didik Supriyanto (Sekjen AJI) dan Bambang Setiarso (PDII-LIPI)dengan tema Organisasi Profesi memba-has tentang kode etik profesi, peran organisasi profesi dalam memperjuangkan hak dan mensejahterakan anggotanya serta eksistensinya di masyarakat serta pentingnya organisasi melakukan perubahan paradigma dan program kerja yang jelas dengan personil yang kompeten. Sementara Putu Laxman Pendit dan Ardi Siswanto yang tampil pada Diskusi panel kedua menyoroti tentang istilah profesi dalam kaitanny dengan pusta-kawan serta kiprah IPI dan permasalahannya dalam otokritik IPI sebagai organisasi profesi. Rakernas dan Seminar yang akan berlang-sung dari 5 s.d 7 November 2001 dihadiri k.l. 200 orang merupakan peserta dari dalam dan luar Jakarta ini berlangsung hingga sore dan malam hari dengan agenda tanggapan, masukan dan laporan kerja dari tiap Pe-ngurus Daerah IPI serta sidang pleno.

SEMINAR MINAT BACA NASIONAL DI ISTANA BOGOR

BOGOR - Minat baca, buku dan perpustaka-an adalah tiga elemen pokok dalam suatu sistem pendidikan yang dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Kebiasaan membaca perlu dimulai sejak dini, dari rumah, dimana peran strategik orang tua sangat menentukan pertumbuhan fisik dan mental si anak. Tanpa kebiasaan membaca maka seseorang akan mengalami kesulitan dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang kesemuanya bersumber dari bahan bacaan. Banyak membaca berarti akan menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan, dan orang yang menguasai ilmu pengetahuan ialah SDM berkualitas yang dapat melaksanakan pembangunan untuk kesejahteraan umat manusia. Bahwa mencerdaskan umat manusia adalah tugas

setiap komponen bangsa, merupakan suatu hal yang tak dapat dipungkiri.

Melalui sebuah seminar nasional yang diadakan di Istana Bogor selama tiga hari, diharapkan adanya masukan-masukan dari pemakalah maupun peserta seminar, serta terselenggaranya gerakan membaca secara nasional dan berkesinambungan. Dengan membentuk GPMB (Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca) yang merupakan salah satu sasaran seminar tersebut, Perpustakaan Nasional RI sebagai penyelenggara mengajak semua potensi masyarakat, para cendekiawan, pendidik, penerbit, pustaka-wan, pengusaha dan LSM untuk bersama-sama berpartisipasi dalam menumbuh-kembangkan minat baca. GPMB tidak lain adalah ujung tombak dalam pemasyarakatan minat baca, serta membantu dalam pengembangan perpustakaan dan taman bacaan.

Seminar Nasional dan Pembentukan Gerakan Pemasyarakat Minat Baca dibuka secara resmi oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Jusuf Kalla, pada hari Selasa malam, 23 Oktober 2001, di Istana Bogor. Acara yang diawali oleh laporan Deputi Pembinaan Rachmat Natadjumena selaku Ketua Panitia, serta sambutan oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI, Dady Rachmananta dan Menteri Pendidikan Nasional, Malik Fadjar, diikuti oleh hampir 200 peserta dari seluruh Indonesia. Peserta meliputi pustakawan dari pemerintahan maupun swasta, dosen, guru, widyaiswara penerbit dan LSM.

Dua hari berikutnya diisi oleh presentasi makalah dengan berbagai topik yang dibawakan antara lain oleh Menteri Negara Komunikasi & Informasi Syamsul Mu arif, pemerhati pendidikan Fuad Hasan, Ketua Komisi VI DPR-RI Taufikurrahman Saleh, dan Kepala Perpustakaan Nasional Dady Rachmananta. Sesi dilanjutkan dengan sidang-sidang komisi yang berakhir dengan keputusan untuk membentuk GPMB. Sidang juga menyepakati memilih Rachmat Natadjumena sebagai ketua formatur Gerakan, setelah melalui voting yang cukup alot.

JAWA BARAT GALAKKAN GERAKAN WAKAF BUKU

Visi Provinsi Jawa Barat sebagaimana tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 1/2000 tentang rencana strategik tahun

(3)

2001-2005, ialah Jawa Barat dengan iman dan taqwa sebagai provinsi termaju di Indonesia dan mitra terdepan Ibukota Negara tahun 2010. dalam hubungan ini sebagai salah satu komponen pemerintah daerah Badan Pengelola Perpustakaan Daerah (BPPD) Jawa Barat terpanggil tanggungjawab moralnya untuk dapat mengupayakan masyarakat di provinsinya menjadi masyarakat gemar membaca dan belajar. Untuk itu BPPD menggelar kegiatan Gerakan Wakaf Buku yang dilaksanakan secara terpadu dengan melibatkan berbagai unsur pemerintah maupun swasta, serta masyarakat umum, guna memperoleh bahan bacaan secara mudah. Hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan Perpustakaan Desa secara merata di Jawa Barat dengan sasaran untuk menyediakan bahan bacaan bagi masyarakat pedesaan, membangun 44 perpustakaan percontohan di desa yang diharapkan dapat mengimbas ke perpustaka-an desa lainnya di 22 kota/kabupaten lainnya, menciptakan masyarakat gemar membaca, dan mewujudkan partisipasi masyarakat dalam program peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pemberdayaan perpustakaan.

Pencanangan Gerakan Wakaf Buku yang dilaksanakan bersamaan dengan momentum Hari Kunjung Perpustakaan dan Bulan Gemar Membaca 2001 diadakan di kompleks Badan Pengelola Perpustakaan Daerah Jawa Barat, Jl. Soekarno-Hatta, Bandung, pada Rabu 10 Oktober 2001. Kegiatan yang dibuka secara resmi oleh Wakil Gubernur Jawa Barat Moch. Husein Jachjasaputra, sebelum-nya diawali laporan oleh Kepala BPPD Dedi Junaedi, selaku Sekretaris Panitia dan dilanjutkan dengan sambutan oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI Dady Rachma-nanta. Acara tersebut dimeriahkan pula oleh pemberiah hadiah bagi para pemenang lomba minat baca diikuti demonstrasi story-telling dan pidato. Pameran buku dan seminar bertemakan Gemar membaca meningkatkan sumber daya masyarakat Jawa Barat yang berkualitas dalam Imtaq dan Iptek, turut memeriahkan acara ini. Seminar menampil-kan pakar perpustakaan Sukarman Kertose-dono dan artis Yessy Gusman. Acara pembukaan dihadiri oleh jajaran Muspida Jawa Barat, kepala sekolah, guru, pustaka-wan dan pelajar peserta lomba.

PAMERAN KOLEKSI, BURSA DAN BEDAH BUKU DI PERPUSNAS

JAKARTA - Melalui Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi, Perpustakaan Nasional RI mengadakan serangkaian acara dalam

rangka Hari Kunjung Perpustakaan dan Bulan Membaca berupa Pameran Koleksi Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Umum DKI Jakarta, Bursa buku murah dan Bedah Buku serta penyerahan Penghargaan kepada Pemakai Jasa perpustakaan Terbaik. Kegiatan yang akan berlangsung dari tanggal 12 s.d 14 September 2001. Diawali laporan kegiatan oleh Kepala Pusat Jasa Perpusta-kaan dan Informasi, Sungkowo Rahardjo pada acara pemberian Piagam Penghargaan Kepada Pengguna Jasa Perpustakaan Nasional Terbaik dan Bedah Buku menyata-kan bahwa penilaian pengguna jasa perpus-takaan terbaik dikaji dari frekwensi kunjungan ke Perpusnas, peman-faatan koleksi dan informasi, sikap dan etika serta disiplin dalam penerapan peraturan dan tata tertib layanan. Terpilih sebagai pengguna jasa terbaik adalah Anggraito Mulyono, wira-swastawan dari Jakarta yang rajin mengunjungi Perpusnas Turut hadir pada acara tersebut Kepala Perpustakaan Nasional RI, Dady P. Rachmananta, Deputi I Bidang Pengembangan bahan Pustaka dan Jasa Informasi Paul Permadi yang juga memberi kata sambutan, para pejabat struktural dan fungsional serta pustakawan.

Setelah dilakukan penyerahan piagam peng-hargaan dan pemberian cinderamata oleh Kepala Perpusnas kepada pengguna jasa Perpustakaan terbaik, dilanjutkan acara Bedah buku dengan pembahas tunggal Prof. Dr. Sulistyo Basuki yang dipandu oleh Joko Santoso, Kepala Sub Bidang Otomasi, sekaligus salah satu penulis buku “Strategi dan Pemikiran Perpustakaan dan Visi Hernandono” di samping Agus Sutoyo, Staf Hubungan Masyarakat, Sekretariat Perpus-nas.

Bedah buku diawali dengan ungkapan sekapur sirih dari Hernandono. Pada kesempatan itu Hernandono mengungkap-kan bahwa barangkali apa yang dimuat dalam buku hanya sebagian kecil rekaman pengalaman, gagasan dan renungan hidupnya, namun yang sebagian kecil itu ia berharap dapat ditularkan sebagai pengeta-huan bersama dengan para pembaca, yang bukan mustahil pemikiran selama menjabat Kepala Perpustakaan Nasional RI yang belum sempat diimplementasikan, karena keter-batasan waktu untuk dapat implementasikan kelak. Senada dengan ungkapan itu Prof. Dr. Sulistyo Basuki dalam bahasannya mengungkap bahwa ia telah menjadi sahabat Hernandono selama 41 tahun. Pergaulan yang cukup lama ini membuat ia cukup memahami karakter Hernandono. Ia

(4)

mengaku cukup bergembira dalam buku ini juga dikemukakan perpustakaan sekolah yang menurut beliau kondisinya paling jelek di Indonesia, termasuk juga Perpustakaan Umum. Buku ini barangkali menjadi buku ketiga yang mengungkap biografi pustakawan setelah Luwarsih Pringgoadisurjo yang bahkan oleh George Miller diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, dan buku memoar Mastini Hardjoprakoso yang ditulis oleh beberapa orang yang pernah mengenal beliau. Termasuk dalam kategori ini ialah grey literature dari penugasan penulisan biografi pustakawan oleh mahasiswa JIP UI. Diskusi dalam bedah buku banyak diwarnai dengan wacana otonomi daerah, di mana Perpusnasprov. tidak lagi menjadi organisasi vertikal Perpusnas. Persoalan yang cukup disayangkan oleh Prof.Dr Sulistyo Basuki dengan mengatakan bahwa otonomi daerah sering ditafsirkan kebablasan. Dicontoh-kannya bahwa di Amerika Serikat pun masih terdapat State Library yang merupakan kepanjangan the National Library. Bedah buku berakhir pada pukul 12.00, para peserta lantas mengunjungi stand pameran, tidak sedikit di antara mereka kemudian membeli buku itu.

KOLEKSI UNIK PERPUSNAS : NASKAH MERAPI-MERBABU DISEMINARKAN JAKARTA - Banyak pengetahuan yang ter-kandung dalam naskah kuno Merapi-Merbabu, di antaranya berbagai mantra untuk berbagai tujuan, misalnya mantra

kawadonan dan mantra kalangangan yang

berkaitan dengan hubungan pria-wanita, mantra sirep, mantra yang digunakan untuk menidurkan seisi rumah dengan maksud jahat misalnya mencuri, mantra untuk melancarkan proses kelahiran, rajah yang umum digunakan untuk kesaktian dan kekebalan dan berbagai pengetahuan mengenai pengobatan. Demikian ungkap Kartika Setyati, pakar pernaskahan pada seminar Merapi-Merbabu.

Seminar yang berlangsung di Auditorium Perpustakaan Nasional RI, Jl. Salemba Raya No.28A, Jakarta, yang dibuka dengan laporan oleh Kepala Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi, Sungkowo Rahardjo, disusul dengan sambutan Paul Permadi, Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi, Perpustakaan Nasional RI ini dimoderatori oleh Titik Pujiastuti dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Depok.

Seminar diawali dengan pemaparan Nindya Noegraha, mengenai koleksi Naskah Merapi-Merbabu yang tersimpan di Perpustakaan Nasional RI sejumlah 600 naskah. Pakar lain Willem van der Molen memaparkan kemiripan dan perbedaan antara aksara Merapi-Merbabu dengan aksara Buddha dan aksara Jawa. Menurutnya, terdapat kesamaan aksara masyarakat di dua gunung tersebut dengan yang digunakan untuk menulis salah satu prasasti di Trowulan, Surabaya.

Menjawab pertanyaan salah satu peserta mengenai apakah dalam proses penelitian naskah-naskah tersebut para peneliti tidak menemui peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan alam gaib, Nindya Noegraha mengungkapkan bahwa ia tidak pernah me-ngalaminya, sedangkan Kartika Setyawati, menyatakan bahwa kejadian-kejadian yang bisa dianggap aneh pernah dijumpainya, tetapi tidak sampai pada tingkat ganggu. Sebagai contoh, Ia pernah meng-alami pada waktu meneliti ada beberapa halaman (lempiran) yang berkali-kali muncul ke hadapannya, sedang ia yakin halaman itu sudah dicermatinya, seolah-olah minta diteliti lagi. Menurut Romo Kuntoro, salah seorang Pembicara lain seminar ini, yang masih perlu diperhatikan dalam penelitian ini bukan soal keganjilan-keganjilan yang terjadi tersebut, melainkan pemahaman dalam membaca dan mempelajari naskah-naskah tersebut harus mengikuti prosedur yang telah ditentukan dalam naskah itu sendiri. Ia mencontohkan, misalnya cara membuka ikatan, mengambil lembaran-lembaran, mengembalikan susu-nan, menutup kembali ikatan, dan sebagianya. Di samping pemahaman bahwa dalam mempelajari naskah-naskah kuno bukan hanya ketrampilan saja yang diperlukan, tetapi juga kesiapan batin untuk masuk ke dalam alam pemikiran yang disajikan dalam naskah tersebut.

Rencananya, katalog naskah-naskah Merapi-Merbabu yang sedang digarap oleh para peneliti tersebut akan dipublikasikan secara resmi oleh Perpustakaan Nasional RI pada tahun depan.

EKSISTENSI PERPUSTAKAAN KELURAHAN DIBAHAS

JAKARTA - Harus ada gerakan yang menyeluruh serta melibatkan unsur lapisan masyarakat dalam meningkatkan dan mengembangkan perpustakaan kelurahan yang belakangan ini keberadaannya kurang dilirik oleh pemerintah maupun masyarakat. Demikian papar Paulus Wirotomo (Sosiolog)

(5)

yang tampil sebagai pembicara pada Temu Wicara Perpustakaan Kelurahan Kita Pecahkan Permasalahan Perpustakaan Kelurahan di DKI Jakarta, 16 Oktober 2001. Sementara itu Pakar Perpustakaan dan Dosen Ilmu Perpustakaan UI, Zulfikar Zen yang tampil sebagai pembicara kedua mengatakan bahwa pembinaan Perpustakaan kelurahan harus dibentuk dari tingkat paling bawah hingga ke tingkat atas dengan melibatkan masyarakat yang memfokuskan pada tiga pilar perpustakaan berupa pemakai, pustakawan, dan koleksi yang kesemuanya harus saling menunjang. Disamping itu juga promosi dan kerjasama antar perpustakaan, baik instansi, swasta, pejabat maupun tokoh masyarakat dalam membina dan mengembang perpustakaan

kelurahan. Pada bagian lain Kepala Pusat Pusat Pengembangan Perpustakaan dan Pengkajian Minat Baca Perpustakaan Nasional RI, Idris Kamah, mengatakan bahwa peran Lurah sangat penting dalam mewujudkan perpustakaan kelurahan yang representatif, disamping juga penetapan visi dan misi dari calon lurah tentang perlunya diadakan perpustakaan kelurahan.

Temu wicara yang diselenggarakan di Gedung Nyi Ageng Serang Kuningan ini dilanjutkan dengan diskusi kelompok yang melibatkan unsur dari Pemda DKI, Kepala Kelurahan, Dewan Kelurahan dan staf perpustakaan kelurahan dari seluruh DKI dengan membagi dalam tiga kelompok diskusi dengan masing-masing topik; SDM, Pengelolaan/Manajemen dan Sarana/prasarana perpustakaan. ()

Referensi

Dokumen terkait

Pelabhan bebas terhadap kinerja perusahaan yang telah beroperasi di dalam kawasan sejak lama.. Metode pengambilan sampling yang digunakan purposive sampling method, dimana

Pemanfaatan sistem informasi memiliki tujuan sesuai dengan tujuan organisasi. Setiap organiasi memiliki tujuan sendiri-sendiri yang tergambarkan dan program visi dan misi

[r]

Jenis masalah yang timbul dalam penelitian ini : adakah Hubungan Antara Pengelolaan Koperasi Sekolah Dengan Budaya Menabung Siswa di MTs Negeri Kawunglarang

Jika terdapat kemungkinan besar entitas akan memulai perjanjian pinjaman tertentu dan komitmen pinjaman tidak berada dalam ruang lingkup PSAK 55 (revisi 2006):

Pentingnya Pendaftaran Tanah untuk mewujudkan kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanah seperti yang diharapkan sesuai apa yang dikatakan pada pasal 19 Undang-Undang Pokok

Pokja II Jasa konsultansi Dishub Kabupaten Kepulauan Anambas akan melaksanakan Prakualifikasi untuk paket pekerjaan belanja Jasa konsultansi Perencanaan Pemasangan Rambu laut di

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh leverage, likuiditas dan saham publik terhadap luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan. Populasi yang